Anda di halaman 1dari 20

APRESIASI SASTRA ANAK

SECARA RESEPTIF DAN PRODUKTIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Kajian Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Drs. Nugraheti simulyasih sabilillah

Oleh :

1. Dewi Prastiwi (1401411025)

PGSD FIP UNNES

2011
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat taufik

serta hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas mata kuliah kajian

bahasa indonesia SD,yang berjudul Apresiasi Sastra Anak Secara Reseptif Dan

Produktif. Sholawat dan salam yang mudah-mudahan tetap tercurah limpahkan

kepada nabi kita, NABI MUHAMMAD SAW yang telah membawa kita dari zaman

jahiliah menuju zaman yang penuh dengan ilmu teknologi dan sangat modern ini.

Tugas ini disusun berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap obyek

masalah dan dibantu dengan data-data dari website internet. Makalah ini

disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD.

Akan terselesainya Makalah ini penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik moral maupun spritural,

khususnya:

1 Ibu Nugraheti Sismulyasih Sabilillah, selaku Dosen pengampu

mata kuliah kajian Bahasa Indonesia SD dan mengarahkan dalam

meresensi penyusunan Makalah ini.

2 Kedua orang tua penulis ,yang telah memberikan doa,dorongan

dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

3 Sahabat penulis seperjuangan yang telah memberi motivasi yang

sangat kuat.

Penulis telah berusaha maksimal untuk menyelesaikan makalah ini dengan

baik. Apabila dalam karya tulis ini masih terdapat banyak kesalahan , hal itu

karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi


kesempurnaan dalam menghasilkan makalah pada masa yang akan datang.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri

maupun bagi pembaca pada umumnya..

Akhir kata ,perkenankanlah penulis mengutip pepatah lama yang

berbunyi Tak Ada Gading Yang Tak Retak ; Tak Ada Mawar Yang Tak

Berduri.Kiranya begitulah yang dapat penulis sampaikan.

Terima Kasih

Semarang, September 2011

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. . i

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................. 3

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................ 3

BAB IV. PEMBAHASAN

4.1 Data................................................................................. 17

4.2 Analisis Data .................................................................... 19

BAB V. PENUTUP

5.1 Simpulan .......................................................................... 20

5.2 Saran................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 22


PENDAHULUAN

Jakob Sumardja dan Saini, K. M. (1991: 3) menjabarkan bahwa sastra


adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan,
ide, semangat, dan keyakinan dalam bentuk gambaran konkret yang
membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Dalam bahasa Indonesia, kata sastra berasal dari bahasa Sangsekerta,


yakni berasal dari akar kata sas-, yang dalam kata kerja turunannya diartikan
sebagai mengarahkan, mengajar, dan memberi petunjuk dan instruksi.
Akhiran tra menunjukkan alat untuk mengajar, buku petunjuk, dan buku
instruksi atau pengajaran.

Saudara Mahasiswa, selanjutnya, kita bicarakan tentang sastra anak. Sastra


anak dapat merujuk pada bacaan anak secara umum ataupun secara khusus, yaitu
bacaan anak yang bernilai sastra. Dalam pembahasan ini, istilah sastra anak dapat
digunakan untuk merujuk pada kedua maksud tersebut, baik merujuk pada bacaan
anak secara umum maupun bacaan anak yang bernilai sastra. Penggunaan kedua
rujukan ini bukan tanpa pemikiran, salah satunya adalah untuk membiasakan kita
menggunakan istilah sastra anak sebagai bacaan anak yang bernilai cipta sastra.
Artinya, meskipun diturunkan untuk konsumsi anak-anak, persoalan yang
disampaikan sama-sama menyangkut persoalan antarumat manusia dalam
kehidupannya.

Oleh karena itu, sastra anak dapat diartikan sebagai karya seni yang
imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa, baik
lisan maupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak- anak dan
berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.

Dalam sastra anak, ada dua subunit yang akan dibahas yaitu subunit satu
tentang hakikat sastra anak dan sub unit kedua tentang unsur pambangun sastra
anak yang meliputi unsur pembangun puisi anak, cerita anak-anak, dan unsur
pembangun drama anak-anak.
A. Pengertian Sastra Anak

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar orang menyebutkan


atau mengucapkan kata sastra anak, cerita anak atau bacaan anak. Namun
kenyataannya, istilah sastra anak dalam beberapa kamus istilah sastra, seperti
Kamus Istilah Sastra (Panuti Sudjiman, 1990: 7-1-72) dan Kamus Istilah Sastra
(Abdul Rozak Zaidan, et al. 1994: 181-184). tidak ditemukan tema itu. Demikian
juga, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 786-787) atau Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia Besar (Kamisa, 1997: 473) pun tidak kita temukan
tema atau subtema sastra anak. Lalu, kita pun bertanya-tanya: apa pengertian dari
sastra anak itu?

Kata sastra anak merupakan dua patah kata yang dirangkaikan menjadi
satu kata sebut, yaitu dari kata sastra dan kata anak. Kata sastra berarti 'karya seni
imaginative dengan unsur estetisnya dominan yang bermediunikun bahasa' (Rene
Wellek, 1989). Karya seni imajinatif yang bermedium bahasa itu dapat dalam
bentuk tertulis ataupun dalam bentuk lisan. Sementara itu, kata anak di sini
diartikan sebagai 'manusia yang masih kecil' (KBBI, 1988: 31) atau 'bocah'
(KBBI, 1988: 123). Tentu pengertian anak yang dimaksud di sini bukan anak
balita dan bukan pula anak remaja, melainkan anak yang masih berumur antara 6-
13 tahun, usia anak sekolah dasar. Jadi, secara sederhana istilah sastra anak dapat
diartikan sebagai 'karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan
yang bermediumkan bahasa. baik lisan ataupun tertulis, yang secara khusus
dapat dipahaminya oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan
anak-anak'.

Sementara itu, Riris K. Toha-Sarumpaet (1976: 21) menyatakan bahwa


sastra anak adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan di urns xeria
dikerjakan oleh orang tua. Artinya, sastra anak ditulis oleh orang tua untuk anak.
Orang tua jugalah yang mengedit, mengilustrasi, mencetak, menerbitkan,
mendistribusikan, memilihkannya di rumah atau di sekolah. sering kali
membacakannya, dan sesekali membicarakannya. Orang dewasa pulalah yang
membimbing anak dalam memilih dan mengusahakan bacaan yang baik bagi
anak.

Sebenarnya, tidak semua sastra anak itu ditulis oleh orang tua. Penulis
sastra anak dapat juga dilakukan oleh anak-anak itu sendiri, misalnya anak yang
telah berumur sepuluh atau sebelas tahun ke atas, sudah dapat menulis puisi atau
catatan harian dalam majalah Bobo dan sebagainya. Memang pada umumnya
sastra anak itu ditulis oleh orang dewasa atau orang tua untuk anak-anak.
Sementara itu, istilah cerita anak merupakan istilah yang umum untuk menyebut
sastra anak yang semata-mata bergenre prosa, seperti dongeng, legenda, mite
yang diolah kembali menjadi cerita anak, dan tidak termasuk jenis puisi anak atau
drama anak. Istilah bacaan anak lebih menekankan pada media tertulis, bahasa
tulis, dan bukan bahasa lisan. Bacaan anak tidak terbatas pada hal-hal yang
bersifat fantasi atau sastra, tetapi juga bacaan yang bersifat pengetahuan,
keterampilan khusus, komik atau cerita bergambar, cerita rakyat, dan sebagainya.

Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-
anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sifat sastra anak
lebih menonjolkan unsur fantasi. Sifat fantasi ini terwujud dalam eksplorasi dari
yang serba mungkin dalam sastra anak. Anak-anak menganggap segala sesuatu,
baik benda hidup maupun benda mati, itu berjiwa dan bernyawa, seperti diri
mereka sendiri. Segala sesuatu itu masing-masing dianggap mempunyai himbauan
dan nilai tertentu. Di situlah letak kekhasan hakikat sastra anak, yaitu bertumpu
dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai
pedoman tingkah laku dalam alam kehidupan mereka (Sarumpaet, 1976: 29).
B. Ciri Sastra Anak

Riris K. Toha-Sarumpaet (1976: 29-32) mengemukakan bahwa ada 3 ciri


yang menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa. Tiga ciri
pembeda itu berupa:

(1) unsur pantangan,


(2) penyajian dengan gaya secara langsung,
(3) fungsi terapan.

Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan dengan


tema dan amanat. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sastra anak menghindari
atau pantangan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut masalah seks,
cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian. kekejaman, prasangka
buruk, kecurangan yang jahat, dan masalah kematian. Apabila ada hal-hal buruk
dalam kehidupan itu yang diangkat dalam sastra anak, misalnya masalah
kemiskinan, kekejaman ibu tiri, dan perlakuan yang tidak adil pada tokoh
protagonis, biasanya amanatnya lebih disederhanakan dengan akhir cerita
menemui kebahagiaan atau keindahan, misalnya dalam kisah Putri Salju,
Cinderella, Bawang Merah dan Bawang Putih. Limanm, Cindelaras, dan Putri
Angsa.

Penyajian dengan gaya secara langsung adalah, bahwa sajian cerita


merupakan deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasarannya,
mengetengahkan gerak yang dinamis, dan jelas sebab-sebabnya. Deskripsi itu
diselingi dengan dialog yang wajar, organis, dan hidup. Melalui pengisahan dan
dialog itu terwujud suasana yang tersaji perilaku tokoh-tokohnya amat jelas, baik
sifat, peran, maupun fungsinya dalam cerita. Biasanya lebih cenderung
digambarkan sifat tokoh yang hitam putih. Artinya, setiap tokoh yang dihadirkan
hanya mengemban satu sifat utama, yaitu tokoh baik atau tokoh buruk.

Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informatif dan
mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum,
keterampilan khusus, maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi terapan dalam
sastra anak ini ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada teks
karya sastra anak itu sendiri, misalnya dari judul Petualangan Sinhad akan
memberi informasi tokoh asing. Keasingan itu merupakan bahan informasi bahwa
Sinbad berasal dari daerah Timur Tengah, Arab-Persia. Selain memberikan
informasi yang berupa kata atau nama tokoh, anak akan bertambah
pengetahuannya tentang negeri asal kata atau tokoh itu, letak negeri itu, apa yang
terkenal di negeri itu, dan sebagainya.

C. Fungsi Sastra Anak

Ditinjau dari segi fungsi pragmatiknya,

1. sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan.


2. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang
sesuatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau
keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak,
3. Dalam contoh kisah Asal Usul Nama Surabaya si anak memperoleh
banyak informasi tentang asal-usul nama Surabaya, letak geografis kola
Surabaya, informasi tentang lambang kota madya Surabaya, pengetahuan
praktis tentang kehidupan di air laut dan di sungai, nama binatang air, serta
pendidikan moral untuk bermusyawarah, mempertahankan hak, dan
kepahlawanan.
4. Fungsi hiburan sastra anak jelas memberi kesenangan, kenikmatan, dan
kepuasan pada diri anak. Ketika membaca dan menghayati sastra anak.
seperti Asal Usul Nama Surabaya dan Kembang Sepatu, si anak
memperoleh hiburan yang menyenangkan dari bacaannya itu. Hati si anak
akan terhibur dengan perilaku tokoh ikan Hiu-Sura dan Buaya yang saling
berebut daerah mangsa. Si anak juga akan terhibur dengan ketulusan hati
tokoh Kembang sepatu yang banyak memberi manfaat bagi kehidupan di
sekitarnya. Hiburan itu akan terasa pula jika karya sastra itu dibacakan
secara nyaring oleh seorang siswa di depan kelas. Siswa-siswa yang
lainnya, yang mendengar pembacaan karya sastra itu, akan merasa terhibur
pula.

Selain fungsi pendidikan dan hiburan, sastra anak juga berfungsi

(1) membentuk kepribadian, dan

(2) menuntun kecerdasan emosi anak.

Perkembangan emosi anak akan dibentuk melalui karya sastra yang


dibacanya. Setelah menikmati karya sastra yang dibacanya itu anak-anak
secara alamiah akan terbentuk kepribadiannya, menjadi penyeimbang emosi
secara wajar, menanamkan konsep diri, harga diri, memerlukan kemampuan
yang realistis, membekali anak untuk memahami kelebihan dan kekurangan
diri, dan membentuk sifat-sifat kemanusiaan pada diri si anak, seperti ingin
dihargai, ingin mendapatkan cinta kasih yang tulus, ingin menikmati
keindahan, dan sastra anak pantang terhadap tema atau hal-hal percintaan
yang bersifat erotis, kekejaman yang keji, kesengsaraan yang menyedihkan,
dan perbuatan tercela yang penuh prasangka buruk itu disebabkan oleh
kondisi si anak yang masih suci, jernih, penuh kasih sayang, dan kepribadian
yang masih labil sehingga mudah dibentuk. Sastra anak harus memberikan
sesuatu hal yang bermanfaat bagi kehidupan anak di kemudian hari,
membentuk kepribadian yang bermoral, dan mampu mengembangkan
kreativitas untuk meraih cita-cita berbudi pekerti luhur dan mulia hidupnya.
Dengan menghindari pantangan itu, diharapkan sastra anak mampu menjadi
media pendidikan yang efektif bagi kehidupan anak di masa depan.
Sastra anak dapat diartikan sebagai 'karya seni yang imajinatif dengan unsur
estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa. baik lisan ataupun tertulis, yang
secara khusus dapat dipahaminya oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang
akrab dengan anak-anak.

Tujuan

1. Menjelaskan pengertian apresiasi sastra anak-anak,

2. Menjelaskan tingkatan dan manfaat apresiasi sastra anak-anak

3. Mengemukakan jenis dan contoh sastra anak-anak

4. Menjelaskan ciri-ciri sastra anak-anak.

RUMUSAN MASALAH:

1. Apakah pengertian dari apresiasi sastra anak anak ?


2. Bagaimana tingkatan dari apresiasi sastra anak anak?
3. Apakah manfaat dari apresiasi sastra anka anak tersebut?
4. Apa sajakah contoh contoh dari a[presiasi sastra anak anak?
5. Apa saja ciri sastra anak anak?
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian sastra anak

Pertama sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang
usianya remaja atau dewasa isi dan bahasanya mencerminkan corak
kehidupan dan kepribadian anak.

Kedua, sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang
usianya masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan
corak kehidupan dan kepribadian anak.

Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya


sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan
anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh
anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang
berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.
APRESIASI:

Menggauli
sastra PENGERTIAN

PENGHARGAAN BAIK CIPTA

KEPEKAAN PIKIRAN

KEPEKAAN PERASAAN

apresiasi sastra

suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh


pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan
yang baik terhadap cipta sastra.

apresiasi sastra mengandung tiga unsur inti: (a) aspek kognitif, (b) aspek
emotif, (c) aspek evaluatif

Aspek kognitif sejalan pengertian , aspek emotif sejalan dengan kepekaan


perasaan, aspek evaluatif berkaitan dengan kepekaan pikiran perasaan dan
penghargaan yang positif

Apa yang dimaksud dengan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran


kritis, dan kepekaan perasaan?

Pertama, pengertian berkaitan dengan pemahaman tentang teori-teori dasar


sastra, seperti pengertian puisi, unsur-unsur instrinsik prosa, dan lain-lain.
Kedua, penghargaan berkaitan dengan sikap pandang positif terhadap
sastra bahwa sastra memiliki nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi
penjernihan batin, peningkatan harkat kehidupan individual-sosial.

Ketiga, kepekaan pikiran kritis berkaitan dengan kemampuan memahami


dan mengungkapkan sinstesis tentang makna atau nilai-nilai yang
dikandung suatu karya sastra setelah mengadakan analisis yang teliti,
saksama dan menyeluruh.

Adapun kepekaan perasaan berkaitan dengan kemampuan menikmati dan


menampilkan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya sastra,
seperti rasa senang tidak senang, berkenaan dengan cerita dan tokoh,
perasaan terharu dan gembira berkenaan dengan nasib tokoh, persaan
takut, kecewa, dan kagum berkenaan dengan gambaran peristiwa dalam
cerita yang tergambar pada ekspresi wajah, gestur tubuh dan atau intonasi
pada saat pembacaan karya sastra tertentu

apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan bermain


dengan sastra sehingga tumbuh pemahaman, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, kepekaan perasaan yang baik bagi anak terhadap karya
sastra anak-anak.
Tingkatan Apresiasi Sastra

1. Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik


kepada buku-buku sastra serta keinginan membacanya dengan
sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara
rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari
berbagai bentuk.
2. Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra
karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai
estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan
deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
3. Tingkat mereaksi, yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan
pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis
sebuah resensi, atau berdebat dalam suatu diskusi sastra secara
sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk keinginan untuk
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra.
4. Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di
berbagai media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding
sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama
(Wardani 1981)
Manfaat Apresiasi Sastra

a) melatih keempat keterampilan berbahasa,


b) menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti
adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb,
c) membantu mengembangkan pribadi,
d) membantu pembentukan watak,
e) memberi kenyamanan,
f) meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani
1981)

1. nilai personal: memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi,


memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan
pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, menyajikan
pengalaman yang bersifat emosional;
2. Nilai pendidikan: membantu perkembangan bahasa, meningkatkan
kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan
menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra (Huck 1987)

Manfaat apresiasi sastra yang dikemukakan tersebut, hanya manfaat

1. mengembangkan imajinasi,
2. mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan,
3. meningkatkan keterampilan membaca- menulis yang akan
diuraikan secara singkat.
Mengapresiasi Karya Sastra Anak

1. Apresiasi Reseptif

Apresiasi reseptif dilakukan dengan cara mendengarkan atau menyimak cerita dan
membaca cerita. Mendengarkan cerita dapat dilakukan dengan cara mendengarkan
cerita melalui kaset, melalui radio atau mendengarkan orang lain membacakan,
bercerita, atau orang lain bercerita.

Membaca cerita (buku) dapat Anda lakukan di mana saja, sesuai dengan
kesempatan (waktu) yang Anda miliki. Buku-buku cerita yang Anda baca juga sesuai
dengan selera Anda. Namun, untuk cerita anak-anak sebaiknya juga Anda sesuaikan
dengan kebutuhan putra-putri dan siswa-siswi Anda.

Kegiatan apresiasi puisi secara reseptif dapat Anda lakukan dengan cara
mendengarkan pembacaan puisi oleh para penyair terkenal, seperti Rendra, Taufik
Ismail, Gunawan Muhammad. Tidak hanya itu, Anda juga dapat mendengarkan puisi
yang dibacakan oleh siapa saja secara langsung atau melalui media kaset, radio, dan
televisi. Dengan demikian, Anda dapat menilai dan membandingkan hasil pembacaan
mereka.

Sebagaimana halnya apresiasi prosa, kegiatan yang kedua adalah membaca.


Membaca puisi dapat dilakukan tanpa bersuara atau dalam hati jika tujuannya hanya
untuk memahami isi puisi. Akan tetapi, tujuannya untuk mengapresiasikan pembacaan
puisi yang baik, Anda harus melakukannya dengan bersuara nyaring dan melibatkan
emosi yang memang diperlukan sesuai dengan kebutuhan puisi yang Anda bacakan.

2. Apresiasi Produktif

Apresiasi produktif merupakan kagiatan mengapresiasi karya sastra anak secara


produktif yang mengacu kepada (1) penciptaan karya sastra secara konkret (kreatif), dan
(2) penciptaan kembali karya sastra (rekreatif) melalui teknik perafrase, yaitu teknik
ubah bentuk atau alih bentuk, misalnya mengubah bentuk puisi menjadi prosa
sebaliknya, prosa menjadi drama atau lakon dan sebaliknya.
Kegiatan menulis karya sastra anak, yaitu menulis prosa, puisi, dan drama anak
pada kesempatan ini dibatasi pada kegiatan menulis denagn teknik parafrase. Jadi,
sifatnya rekreatif. Ini tidak berarti Anda tidak boleh melatih anak menulis prosa, puisi
ataupun drama sacara kreatif. Anda boleh saja melakukannya, asalkan itu benar-benar
bermanfaat bagi kagiatan pembelajaran yang Anda laksanakan.

Seperti dijelaskan di atas, menulis karya sastra anak dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik parafrase, yaitu mengatakan kembali sesuatu dengan cara lain
yang biasa disebut juga cara penguaraian ( Badudu dan Zain,1996). Misalnya dalam
bahasa prosa orang mengatakan matahari terbit, sedangkan dalam bahasa puisi ia dapat
mengatakannya dengan sang surya keluar dari peraduannya; dalam bahasa prosa
dinyatakan matahari tertutup awan, dalam bahasa puisi pernyataan itu dapat berubah
bentuk menjadi mentari bersembunyi di balik tirai awan. Masih banyak lagi contoh yang
dapat Anda ciptakan. Dalam hal ini perlu diingat. Meskipun bentuknya berubah. Tetapi
maknanya tetap sama.

Perhatikan puisi berikut ini !

BUKU

Oleh : Rohaidawati

Bila malam tiba

Kubuka dan kubaca

Kupahami dan kudalami

Semua rahasia buku ini

Kau menyimpan misteri

Dalam kehidupan ini

Kau tiada pernah marah

Bila kami tak menyentuhmu

Darimu aku tahu


Apa artinya ilmu

Yang berguna untuk kami

Tuk bekal kemudian hari

(Dikutip dari Tarigan, dkk., 2001)

Hasil parafrase puisi di atas adalah sebagai berikut:

BUKU

Setiap malam tiba, aku selalu membuka buku pelajaran. Kuulangi membacanya
sampai benar-benar- kupahami isinya. Aku tak ingin ada yang terlewat walau sedikit.
Semua teori dan latihan harus kupahami.

Bagiku buku sebagai suatu misteri. Makin sering kubaca dan kudalami, makin
banyak kudapatkan manfaatnya, semakin membuatku ingin tahu lebih banyak lagi
tentang isi kehidupan ini. Ia guru yang baik setiap saat setia melayani. Ia tak pernah
marah meskipun orang tidak membacanya.

Berkat jasa buku, aku mengetahui berbagai ilmu. Setiap aku membaca, semakin
bertambah pengetahuanku. Tidak ada yang sia-sia dari setiap pemberiannya. Semuanya
berguna untuk bekalku dalam menempuh kehidupan ini.

Dari contoh di atas, tampak kandungan makna dalam puisi dan hasil alih
bentuknya sama. Hal yang berbeda hanyalah bentuk pengungkapannya. Pengungkapan
dalam bentuk prosa tampak lebih bebas ketimbang bentuk puisi.

Agar hasil memparafrase puisi baik dan mengena, kita perlu lebih dulu
mempelajari puisi yang akan kita ubah bentuknya. Kita harus dapat menangkap makna
puisi itu dengan baik sehingga dapat mengubah bentuknya dengan lancar menjadi
prosa.
Jenis Karya Sastra Anak

1. Puisi (puisi naratif, puisi lirik, puisi deskriptif)

2. Prosa (prosa fiksi sains, prosa fiksi realistik, prosa fiksi imajinatif

3. Drama

Anda mungkin juga menyukai