Anda di halaman 1dari 17

Tes ketrampilan proses

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang


disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas (Rezba,
1999). Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat
sebelum digunakan. Menurut Widodo (2009), penyusunan instrumen untuk penilaian
terhadap keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.


2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.
3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur
(misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
4. Membuat kisi-kisi instrumen.
5. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-
kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes
keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)
6. Melakukan validasi instrumen.
7. Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.
8. Perbaikan butir-butir yang belum valid.
9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran
sains.

Pada langkah-langkah penyusunan instrument di atas, pencarian validitas dan reabilitas


empiris terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan proses sains yang beresiko tinggi.
Penilaian yang beresiko tinggi yang dimaksud adalah penilaian dalam penelitian, penilaian
dalam skala besar atau penilaian untuk tujuan tertentu.

Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan menggunakan


instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and pencil test)
dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and
pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi
atau pengamatan. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan proses agak sulit
dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian,
menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi
penilaian terhadap keterampilan proses sains.

Penilaian keterampilan proses melalui tes tertulis

Penilaian secara tertulis terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan dalam bentuk
essai dan pilihan ganda . Pertanyaan yang disusun dalam bentuk pertanyaan konvergen dan
pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai memerlukan jawaban yang berupa
pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban yang dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat
subjektif, yang berarti menggambarkan pemahaman yang lebih indiviualistik.

Sebuah contoh konstruksi instrument penilaian secara tertulis dalam bentuk tes essai, sebagai
berikut:
Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman
jagung. Setelah dilakukan pengukuran dalam selama tujuh hari, diperoleh data sebagai
berikut:

Tinggi tanaman (cm)


Hari Ke-
Disiram air setiap hari Tidak disiram air
1 5 5
2 7 6
3 8,5 6,5
4 11 6,9
5 12,8 7,2
6 14 7,3
7 15,9 7,3

Pertanyaan:

1. Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)

________________________________________________________

1. Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)

________________________________________________________

Pengukuran keterampilan proses yang dilakukan melakui tes yang dikontruksi dalam bentuk
pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan jawaban atas pertanyaan sudah disiapkan dan
biasanya terdiri atas empat atau lima pilihan. Penilaian yang diperoleh dengan menggunakan
pilihan jawaban dapat memberikan hasil yang lebih obyektif, sebab jawaban atas masalah
yang ada telah ditetapkan. Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam bentuk pilihan ganda,
lebih representative mewakili isi dan luas bahan atau materi. Selain itu, dalam proses
pemeriksaan dapat terhindar dari unsur-unsur subjektivitas. Namun demikian, penggunaan
penilaian model ini, cenderung mengungkapkan daya pengenalan kembali dan banyak
memberi peluang tebakan. Hasil yang diperoleh pun dapat berbeda dengan kondisi siswa
yang sesungguhnya.

Smith dan Welliver telah mengembangkan instrumen penilaian untuk mengukur keterampilan
proses sains bagi siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Instrumen tes tertulis disusun
dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda. Untuk menjawab soal ini, siswa terlibat dalam
pemecahan masalah dan mengharuskan menerapkan keterampilan proses yang tepat untuk
setiap pertanyaan.

Penilaian keterampilan proses melalui bukan tes

Penilaian melalui keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk
observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Selama proses kegiatan pembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat
melakukan penilaian dengan mengamati perilaku siswa secara langsung dalam menunjukkan
kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki. Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas
siswa atau produk hasil belajar siswa juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses
siswa secara integrative.

Menurut Sumiati dan Asra (2008), Arikunto (2009) dan Widyatiningtyas (2010), penilaian
keterampilan proses dengan melalui bukan tes diperlukan lembar pengamatan yang lebih
rinci untuk menilai perilaku yang diharapkan. Lembar pengamatan ini dapat berupa rubrik,
daftar chek atau skala bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakan rubrik, dapat
mendeterminasikan kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Rubrik
penilaian memuat kriteria esensial terhadap tugas atau standar keterampilan proses sains
serta level unjuk kerja yang tepat terhadap setiap kriteria.

Sebuah contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan laboratorium dapat
disajikan, sebagai berikut:

Tabel 1. Rubrik Percobaan Laboratorium

Skor
4 3 2 1
Kriteria
(sangat baik) (baik) (cukup) (kurang)
Mengidentifikasi Salah
Tujuan Mengidentifikasi Mengidentifikasi
tujuan dan cirri mengidentifikasi
percobaan tujuan sebagian tujuan
khusus tujuan
Alat dan Melist semua alat Melist semua Melist beberapa Salah melist
Bahan dan bahan bahan bahan bahan
Memprediksi
dengan benar Memprediksi Memprediksi
Hypotesis fakta dan dengan benar dengan beberapa Menebak-nebak
membuat fakta fakta
hipotesis
Melist semua
Melist semua Melist beberapa Salah melist
Prosedur tahap dan detail-
tahap tahap tahap
detail khusus
Data direkam,
Data direkam, Hasil salah atau
Hasil diorganisir, dan Data direkam
diorganisir tidak betul
digrafiskan
Tampak
memahami
Tampak Tidak ada
konsep dan Tampak
memahami kesimpulan atau
Simpulan membuat memahami
konsep yang tampak
hipotesis baru beberapa konsep
telah dipelajari miskonsepsi
untuk aplikasi
pada situasi lain.

Sebagaimana pada contoh di atas, sebuah rubric memuat dua komponen, yaitu kriteria dan
level unjuk kerja (performance). Pada setiap rubrik terdiri atas minimal dua criteria dan dua
level unjuk kerja. Criteria biasanya ditempatkan pada kolom paling kiri, sedangkan level
unjuk kerja ditempatkan pada baris paling atas dalam tabel rubrik. Untuk memudahkan dalam
penggunaannya, level unjuk kerja terdiri atas level kuantitatif berupa angka (1, 2, 3, dan 4)
dan level kualitatif.

Dalam rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor menyatakan harapan
kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap criteria. Pada contoh rubrik, dapat
dilihat adanya perbedaan diskriptor antara tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan sangat
baik dan tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan baik. Pada descriptor, siswa dapat melihat
syarat unjuk kerja untuk mencapai sebuah level kriteria. Bagi guru, descriptor dapat
membantu guru untuk memberikan penilaian secara konsisten pada hasil kerja siswa.

Dalam implementasinya, penilaian melalui observasi dengan menggunakan rubrik penilaian


memiliki beberapa keunggulan. Ketika rubrik penilaian ini dikomunikasikan kepada siswa di
awal pembelajaran, ekspektasi terhadap pencapaian level keterampilan proses dapat
diidentifikasikan dan dipahami secara baik oleh siswa. Observasi dapat menghasilkan
penilaian yang konsisten dan obyektif. Selain itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan
balik (feedback) yang lebih baik. Hasil penilaian dapat menunjukkan level khusus performans
siswa selanjutnya yang harus dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, guru dan siswa dapat
mengetahui secara pasti, area kebutuhan siswa yang perlu pengembangan.

Dengan demikian, perihal rencana penilaian yang dilakukan untuk mengukur keterampilan
proses sains dapat dikomunikasikan secara pasti kepada siswa sebelum pelaksanaan
pembelajaran. Siswa sebagai subyek pembelajaran dapat menentukan target yang harus
dicapai selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian pun dapat mencapai tujuan
sebagaimana mestinya.

Waktu dan Subjek Penilaian

Selain perihal instrumen penilaian yang penting dirumuskan sebagai bagian terintegrasi dari
rencana penilaian pembelajaran, waktu dan subyek penilaian juga harus direncanakan.
Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains, dapat dilakukan di awal pembelajaran
sebagai pretes, di akhir pembelajaran sebagai postes, atau selama pelaksanaan pembelajaran
sebagai penilaian proses (on going assessment). Waktu pelaksanaan penilaian ini bersifat
relative, dan sangat ditentukan oleh aspek keterampilan proses sains yang diukur dan tujuan
penilaian itu sendiri. Jika penilaian dimaksudkan untuk melihat kemajuan perkembangan
keterampilan proses sains yang dicapai siswa selama pembelajaran, maka penilaian dapat
dilakukan dengan cara pretes/postes. Sedangkan penilaian keterampilan proses yang
dimaksudkan untuk mengukur secara langsung detail-detail pencapaian keterampilan proses
sains, maka penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi atau rubrik penilaian.

Perihal subyek penilaian dalam keterampilan proses sains juga dapat disesuaikan dengan
tujuan penilaian dilakukan. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains dapat dilakukan
dalam bentuk tiga arah yaitu penilaian guru, penilaian sebaya dan penilaian diri.
Keterampilan proses sains umumnya dilakukan penilaiannya oleh guru pengampuh mata
pelajaran. Dalam hal ini, penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran yang harus
dilaksanakan oleh guru. Namun, untuk tujuan tertentu penilaian keterampilan proses sains
dapat melibatkan siswa sebagai subyek penilaian.
Penilaian yang melibatkan siswa terhadap siswa lain dapat dilakukan dalam sebuah
kelompok. Selama proses belajar berlansung, siswa bekerja dalam kelompok untuk sebuah
percobaan. Keberadaan siswa dalam kelompok, tentu memiliki peran tersendiri sehingga
masing-masing memberikan konstribusi sebagai tim. Aktivitas siswa selama bekerja dalam
kelompok dan kontribusinya dalam mendukung hasil kerja dapat dirasakan dan diamati
secara persis oleh setiap anggota kelompok. Dalam situasi ini, penilaian teman sebaya dapat
digunakan sebagai data pembanding yang dapat diekuilibrasikan dengan hasil pengamatan
yang dilakukan oleh guru. penilaian dengan melibatkan teman kelompok, dapat memberikan
efek positif dalam perkembangan sikap ilmiah siswa. Secara korelasional hal ini diharapkan
dapat meningkatkan peran siswa dalam kelompok sehingga berpengaruh kepada
perkembangan keterampilan proses sains siswa.

Sementara itu, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa dalam menilai
dirinya dapat digunakan untuk memberikan bahan refleksi langsung bagi siswa. Dalam proses
ini, siswa akan mengevaluasi kemampuan yang telah dicapainya, dan secara sportif
memberikan pengakuan terhadap diri sendiri. Proses ini memiliki dampak psikologis yang
diharapkan dapat memicu motivasi intrinsik siswa untuk terus mengembangkan keterampilan
proses sains yang telah dicapai. Namun demikian, penilaian keterampilan proses sains yang
melibatkan siswa hanya dapat dilakukan secara sinergis dan optimal jika instrumen penilaian
disiapkan dengan kriteria yang jelas dan telah ditetapkan guru.

Like this:

Suka
Be the first to like this post.
Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman
jagung. Setelah dilakukan pengukuran dalam selama tujuh hari, diperoleh data sebagai
berikut:

Tinggi tanaman (cm)


Hari Ke-
Disiram air setiap hari Tidak disiram air
1 5 5
2 7 6
3 8,5 6,5
4 11 6,9
5 12,8 7,2
6 14 7,3
7 15,9 7,3

Pertanyaan:

1. Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)

________________________________________________________

2. Tuliskan hipotesis dari rumusan masalah tersebut

__________________________________________________________
3.

4. Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)

________________________________________________________
Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman
jagung. Setelah dilakukan pengukuran dalam selama tujuh hari, diperoleh data sebagai
berikut:

Tinggi tanaman (cm)


Hari Ke-
Disiram air setiap hari Tidak disiram air
1 5 5
2 7 6
3 8,5 6,5
4 11 6,9
5 12,8 7,2
6 14 7,3
7 15,9 7,3

Pertanyaan:

2. Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)

________________________________________________________

5. Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)

______________________________________________________

Physics Room

Just another WordPress.com site

Skip to content

Home
About

Analisis Reaksi Thermonuklir Matahari


PROCESS SKILLS
Posted on June 20, 2010 by Emiliannur

BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan pengajaran sains sebagai proses adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir
siswa, sehingga siswa bukan hanya mampu dan terampil dalam menghafal, melainkan juga
ahli di bidang psikomotorik. Guru tidak mengharapkan setiap siswa akan menjadi ilmuwan,
melainkan dapat mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada
kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara seperti yang diperbuat
oleh ilmuwan. Selain itu, melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan
proses dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat yang potensial untuk membantu
mengembangkan kepribadian siswa, di mana kepribadian siswa yang berkembang ini
merupakan prasyarat untuk melanjutkan ke jalur profesi apapun yang diminatinya.
Beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan ketrampilan proses sains
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan
berlangsung semakin cepat sehingga para guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta
dan konsep kepada anak didiknya; alasan kedua, sesuai dengan pendapat para ahli psikologi
yang mengatakan bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak
jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui
perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar nyata;
alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen,
penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang
mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi
teori baru, yang prinsipnya mengandung kebenaran relatif; alasan keempat, dalam proses
pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap
dan nilai dari diri anak didik.
Berdasarkan keempat alasan ini dicari cara mengajar-belajar yang sebaik-baiknya dengan
melakukan pendekatan yang baru. Pendekatan itu adalah cara belajar siswa aktif yang
mengembangkan keterampilan proses. Keterampilan proses ini melibatkan keterampilan-
keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan proses atau
intelektual terlibat dengan melakukan ketrampilan proses peserta didik menggunakan
pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam ketrampilan proses karena mungkin
mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat.
Dengan keterampilan proses dimaksudkan agar tercipta interaksi antara sesama anak didik
dalam kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses.
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas penulis akan membahas tentang Keterampilan
Proses (Process Skills) yang bertujuan untuk menambah wawasan dan uga sebagai tugas mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Proses vs Pendekatan Keterampilan Proses


Dalam checep05 (2008), Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati,
berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan
proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses
menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
Moedjiono, 1992/1993 : 14)
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar
yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan
keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan
kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan-
kamapuan yang dimiliki peserta didik.
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-
kemampuan mental, fisik, dan social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-
kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan
dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan
keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara
memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan
pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsure itu menyatu dalam satu individu
dan terampil dalam bentuk kreatifitas.
Jadi, pendekatan keterampilan proses menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana
mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai sebagai bekal untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.
Science A Process Approach (SAPA) dan pendekatan keterampilan proses sains (KPS)
merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Namun dalam
tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan. SAPA (Science A Process Approach) tidak
mementingkan konsep. Selain itu SAPA (Science A Process Approach) menuntut
pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap
pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses dalam pendekatan keterampilan
proses sains (KPS) dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung metode yang
digunakan. Umpamanya dalam metode demonstrasi dapat dikembangkan keterampilan proses
tertentu (observasi, interpretasi, komunikasi, dan aplikasi konsep).

B. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains (KPS)


Ilmuwan-ilmuwan yang menemukan sesuatu yang baru, menurut pengamatan, tidak
menguasai semua konsep dan fakta dalam suatu bidang ilmu, namun mereka mempunyai
kemampuan dasar untuk mengembangkan konsep dan fakta yang terbatas itu, sehingga
mereka bias menciptakan dan menemukan sesuatu yang baru.
Dalam Conny (1987) menyatakan kemampuan-kemampuan dasar yang dimaksud tersebut
adalah mengobservasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang
dan waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan
verbal, menafsirkan data, membuat kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan, dan
mengkomunikasikan.
Dalam Tatang (2010), Here we suggest one possible interpretation of seven of the process
skills of science (Harlen and Jelly, 1997):
1. Observing: watching carefully, taking notes, comparing and contrasting
2. Questioning: asking questions about observations; asking questions that can lead to
investigations
3. Hypothesizing: providing explanations consistent with available observations
4. Predicting: suggesting an event in the future, based on observations
5. Investigating: planning, conducting, measuring, gathering data, controlling variables
6. Interpreting: synthesizing, drawing conclusions, seeing patterns
7. Communicating: informing others in a variety of means: oral, written, representational

Dalam Nuryani (1995) menyatakan bahwa keterampilan proses terdiri dari sejumlah
keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, masing-masing
keterampilan tersebut yaitu:
1. Melakukan pengamatan (observasi)
2. Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
3. Mengelompokkan (klasifikasi)
4. Meramalkan (prediksi)
5. Berkomunikasi
6. Berhipotesis
7. Merencanakan percobaan atau penyelidikan
8. Menerapkan konsep atau prinsip
9. Mengajukan pertanyaan

Table 1. Jenis kemampuan dasar beserta indicatornya


No Keterampilan Proses Indikator
1 Mengajukan pertanyaan - Bertanya mengapa, apa dan bagaimana
- Bertanya untuk meminta penjelasan
- Bertanya yang berlatar belakang hipotesis
2 Mengamati - Menemukan fakta yang relevan dan memadai
- Menggunakan sebanyak mungkin indra
3 Menafsirkan/pengamatan - Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
- Menghubungkan pengamatan-pengamatan yang terpisah
- Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan
4 Meramalkan - Dengan menggunakan pola (hubungan) mengemukakan apa yang mungkin
terjadi pada keadaan yang belum diamati
5 Mengatur alat dan bahan - Menggunakan alat dan bahan untuk melakukan pengamatan
langsung
6 Merencanakan penelitian - Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan dipakai dalam
penelitian
- Menentukan variable
- Menentukan variable yang harus dibuat tetap sama, dan mana yang berubah
- Menentukan apa yang harus diamati, diukur dan ditulis
- Menentukan cara dan langkah kerja
7 Menerapkan konsep - Menentukan bagaimana mengolah pengamatan
- Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
- Menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang terjadi
8 Berkomunikasi - Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
- Menjelaskan hasil penelitian
- Mendiskusikan hasil penelitian
- Menggambarkan data dengan grafik, table atau diagram
Sumber: Luthfiyadi (2008)

Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses-prosesnya meliputi keterampilan


mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi,
memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan-hubungan
angka.
1. Keterampilan Mengobservasi
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang
dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi
dan memberikan nama sifat-sifat dari objek atau kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh
Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya menggunakan segenap
panca indera untuk memperoleh informasi atau data mengenai benda atau kejadian.
(Nasution, 2007: 1.8- 1.9)
2. Keterampilan Mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan keterampilan yang
dikembangkan melalui latihan-latihan mengkategorikan benda-benda berdasarkan pada sifat-
sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengklasifikasi merupakan proses yang digunakan
para ilmuan untuk menentukan golongan benda-benda atau kegiatan-kegiatan. (Nasution,
2007: 1.15)
3. Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan yang
berkaitan dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi,
waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara
yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah
membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang
konvensional atau standar non konvensional. (Nasution, 2007: 1.20)
4. Keterampilan Mengkomunikasikan
Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil
pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut
Esler dan Esler (Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi
dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda-benda serta kejadian-kejadian secara rinci.
5. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai
keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato, menginferensi, menduga
atau menyimpulkan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk membuat
kesimpulan dari apa yang di observasi (Nasution, 2007: 1.49)

6. Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentang apa yang akan terjadi pada observasi
yang akan datang (Abruscato Nasution, 2007: 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau
keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan
memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang
akan datang berdasarkan dari kejadian-kejadian yang terjadi sekarang, keterampilan
menggunakan grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan-terkaan atau dugaan-
dugaan. (Nasution, 2007: 1.55)
7. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi
keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau
keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan
menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang-waktu merupakan keterampilan proses
yan gberkaitan dengan penjelasan hubungan tentang ruang dan waktu beserta perubahan
waktu.
8. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan-bilangan
Keterampilan mengenal hubungan bilangan-bilangan menurut Esler dan Esler meliputi
kegaitan menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan
untuk membuat operasi aritmatika (matematika). Carin mengemukakan bahwa menggunakan
angka adalah mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus- ruumus matematik untuk
menghitung jumlah atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato,
menggunakan bilangan merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan
proses.(Nasution, 2007: 1.61- 1.62).

C. Karakteristik dan Cara Penyusunan Butir Soal KPS


Untuk evaluasi keterampilan proses akan dibahas karakteristik butir soal KPS dan
penyusunan butir soal KPS.
1. Karakteristik Butir Soal Keterampilan Proses Sains
Nuryani (1995) menyatakan Karakteristik butir soal KPS akan dibahas secara umum dan
secara khusus. Secara umum pembahasan butir soal keterampilan proses lebih ditujukan
untuk membedakannya dengan butir soal biasa yang mengukur penguasaan konsep. Secara
khusus karakteristik jenis keterampilan proses tertentu akan dibahas dan dibandingkan satu
sama lain, sehingga jelas perbedaannya.
a. Karakteristik umum
Secara umum butir soal keterampilan proses dapat dibedakan dari butir soal penguasaan
konsep. Butir-butir soal keterampilan proses memiliki beberapa karakteristik.
a) Butir soal keterampilan proses tidak boleh dibebani konsep (nonkonsep burdan). Hal ini
diupayakan agar butir soal tersebut tidak rancu dengan pengukuran penguasaan konsepnya.
Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun butir soal
sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa (dekat dengan keadaan sehari-hari siswa).
b) Butir soal keterampilan proses mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh
responden atau siswa. Informasi dalam butir soal keterampilan proses dapat berupa gambar,
diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya.
c) Seperti butir soal pada umumnya, aspek yang akan diukur oleh butir soal keterampilan
proses harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misal interpretasi.
d) Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek.

b. Karakteristik khusus
a) Observasi: harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya.
b) Interpretasi: harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola.
c) Klasifikasi: harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau
diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan, atau ditentukan jumlah
kelompok yang harus terbentuk.
d) Prediksi: harus jelas pola atau kecendrungan untuk dapat mengajukan dugaan atau
ramalan.
e) Berkomunikasi: harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian
lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.
f) Berhipotesis: dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pemyataan
yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara
kerja untuk menguji atau membuktikan.
g) Merencanakan percobaan atau penyelidikan: harus memberi kesempatan untuk
mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur
yang harus ditempu, menentukan peubah (variabel), mengendalikan peubah.
h) Menerapkan konsep atau prinsip: harus memuat konsep/ prinsip yang akan diterapkan
tanpa menyebutkan nama konsepnya.
i) Mengajukan pertanyaan: harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak
biasa atau kontradiktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.
2. Penyusunan Butir Soal Keterampilan Proses Sains
Penyusunan butir soal KPS menuntut penguasaan masing-masing jenis keterampilan
prosesnya (termasuk pengembangannya). Pilihlah satu konsep tertentu untuk dijadikan
konteks. Dengan mengingat karakteristik jenis keterampilan proses yang akan diukur, sajikan
sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu disiapkan pertanyaan atau suruhan yang
dimaksudkan untuk memperoleh respon atau jawaban yang diharapkan. Tentukan pula
bagaimana bentuk respon yang diminta: memberi tanda silang pada huruf a/b/c atau memberi
tanda cek dalam kolom yang sesuai, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah, atau bentuk
lainnya.
Umpamanya akan disusun soal keterampilan observasi tentang bagian-bagian bunga. Berikan
satu tangkai bunga sesungguhnya untuk diperiksa (informasi). Sebaiknya dipilih bunga yang
kontras dan memiliki bau khas. Ajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan
keadaan daun mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri khas bunga
tersebut. Respon diminta dalam bentuk jawaban singkat 5 buah berurutan ke bawah dari a
sampai e.

D. Indikator dan Kriteria Pemberian Skor


Sebagaimana butir soal pada umumnya, butir soal keterampilan proses perlu diberi skor
dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya
masing-masing 1 untuk soal observasi di atas yang berarti jumlah skornya 5.
Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan, dapat
diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Umpamanya pertanyaan berlatar-
belakang hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2,
pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan. SAPA (Science A Process Approach)
tidak mementingkan konsep dan menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh
yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses
dalam (KPS) dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung metode yang digunakan.
Dalam Nuryani (1995) menyatakan bahwa keterampilan proses terdiri dari sejumlah
keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, masing-masing
keterampilan tersebut yaitu: melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan
(interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), berkomunikasi,
berhipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip,
dan mengajukan pertanyaan.

B. Saran
Bagi semua para pendidik agar menekankan penggunaan pendekatan keterampilan proses
dalam pengajaran IPA. Sudah sewajarnya keterampilan proses menjadi bagian yang tak
terpisahkan (milik) guru IPA pada jenjang pendidikan manapun.

DAFTAR PUSTAKA

Checep05, (2008). Pendekatan dan Metode Pembelajaran.


http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/. Di
akses 21 Maret 2010
Harlen, W., and Jelly, S. (1989/1997). Developing Science in the Primary Classroom. Essex,
England: Addison Wesley Longman, Ltd.
Luthfiyadi (2008). Pendekatan Keterampilan Proses.
http://www.scribd.com/doc/14825385/KETERAMPILAN-POSES. Di akses 21 Maret 2010
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Nuryani Y. Rustaman, (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan.
http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02/pengembangan-butir-soal-keterampilan.html. Di
akses 17 Maret 2010
Russamsi Martomidjojo, (2009). Keterampilan Proses Sains.
http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/05/keterampilan-proses-sains.html. Di
akses 17 Maret 2010
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD
Tatang M. Amirin (2010). Pendekatan Keterampilan Proses (PKP): Apa itu?
http://tatangmanguny.wordpress.com/2010/02/05/pendekatan-keterampilan-proses-pkp-apa-
itu/. Di akses 21 Maret 2010
Wahidin (2008). Keterampilan Proses Dasar pada Pembelajaran IPA.
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/keterampilan-proses-dasar-pada-
pembelajaran-ipa/. Di akses 21 Maret 2010

Like this:

Like

Be the first to like this post.

About Emiliannur
Saya mahasiswi Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

View all posts by Emiliannur

This entry was posted in slow but sure. Bookmark the permalink.

Analisis Reaksi Thermonuklir Matahari

3 Responses to PROCESS SKILLS

1. rofi' wibowo says:

August 7, 2010 at 11:35 AM

trmakasih masukannya

Reply
2. emiliannur says:

August 16, 2010 at 10:38 AM

sama-sama.. semoga bermanfaat

Reply

3. The Lover Palestine says:

October 26, 2010 at 4:56 AM

Good.!!!

Reply

Leave a Reply

guest

Enter your comment here...

Fill in your details below or click an icon to log in:

Email (required) (Not published)

Name (required)

Website
You are commenting using your WordPress.com account. ( Log Out / Change )

You are commenting using your Twitter account. ( Log Out / Change )

You are commenting using your Facebook account. ( Log Out / Change )

Cancel

Connecting to %s

Notify me of follow-up comments via email.

Post Comment 3 0

1328991271

Search
Search for:

Recent Posts
o Performance Assesment
o Selected Response Assesment
o Standar Penilaian IPA
o Literacy Science
o Assesment Literacy
Archives
o June 2010
Categories
o slow but sure
Meta
o Register
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.com

Physics Room
Theme: Twenty Ten Blog at WordPress.com.

Follow

Follow Physics Room

Get every new post delivered to your Inbox.

Enter your

subscribe 14291231 http://emiliannur.w loggedout-follow 4c697f99b2 /2010/06/20/proc

Sign me up

Powered by WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai