Anda di halaman 1dari 5

Pendekatan Analitis

Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami


unsur intrinsik yang membangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan antar unsur yang
satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan yang utuh.
Ada dua hal pokok yang membangun puisi yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat
puisi meliputi tema, nada, rasa dan amanat. Sedang metode puisi meliputi diksi, gaya bahasa,
kata konkret, rytme dan rima. Hubungan kedua nya erat, oleh Tarigan diibaratkan seperti
hubungan jiwa dan tubuh sehingga hakikat puisi dapat disebut unsur batiniah, metode puisi
disebut unsur lahiriah puisi.

a) Unsur lahiriah puisi (metode puisi)


1. Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat menurut
tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik
sehingga sejalandengan maksud puisi nya baik secara denotatif dan secara
konotatif. Misalnya:
Sekali berarti (bukan:bermakna, berguna, bermanfaat)
Sudah itu mati (bukan: wafat , meninggal, tewas mampus)
.........................
2. Gaya bahasa yaitu cara atau gaya tertentu yang digunakan penyair untuk
menciptakan kesan tertentu, daya bayang, dan nilai keindahan, seperti:
a. Gaya personifikasi : kerling danau di pagi hari
b. Gaya simbolisme : ah, rumput, akarmu jangan turut mengering.
3. Kata konkret ialah pemakaian kata kata yang dapat mewakili suatu pengertian
secara konkret dengan memilih kata yang khusus; bukan yang umum. Misal:
a. Anak itu bersimpuh di kaki ibunya.
b. Anak itu duduk itu lalu memeluk kaki ibundanya (kata umum)
4. Daya bayang (imagery) yaitu kemampuan penyair untuk mendeskripsikan atau
melukiskan suatu benda atau peristiwa sehingga seolah olah pembaca
menyaksikan benda atau melakukan peristiwa seperti yang disaksikan atau
dialami penyair tersebut. Daya bayang terwujud sebagai menifestasi dari
pemakaian kata konkret , diksi dan gaya bahasa yang tepat. Misalnya:

Sajak kecil buat penggalang


Dengan gagah perkasa
Engkau berdiri siap siaga
Bersenjata lengkap dibalut kain selempang
Berhias tanda tanda kecakapan
Tali merah tali sempritan
Tersandang di lengan tangan kiri
Kepala dibalut baret
Lengkap lencana tunas kelapa
Tali melingkar bergantung dipinggang
Sangkur menambah indah dipandang
5. Irama dan rima
a. Irama adalah berkaitan dengan keras lembutnya suara (tekanan), panjang
pendeknya suara (tempo) , dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian
sejenak (jeda) dan lainnya. Misalnya sebagai berikut:

KASIH IBU
Siti Atika

Penuh kasih engkau nina bobokkan aku


Penuh cinta engkau suapi aku
Tangisku, rintihanku dan rengekanku
Tetap membuatmu tersenyum
Kasihmu seluas samudera
Cintamu sedalam lautan
Sayangmu setinggi gunung
Dengan apa aku harus membalasnya
Ibu...
Di dunia ini tiada banding kasihmu
Dalam deritamu
Engkau tetap tabah mengasuh dan mendidik aku
Ibu ...
Engkau adalah matahariku
Engkau adalah rembulanku
Doaku bersamamu selalu
Semoga rahmat Ilahi atasmu

b. Rima ialah persamaan bunyi awal, akhir, awal-akhir. Misalnya :


Caya bulan di ombak menitik
Embun berdikit turun menitik (J.E.Tatengkeng)

Segala menebal, segala mengental


Segala tak kukenal
Selamat tinggal..... (chairil anwar)

b) Unsur batiniah puisi (hakikat puisi)


a. Tema ialah poko persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik puisi.
misalnya , ayip rosidi menuangkan temaketidakpuasan dalam puisi Di
Akuarium

Di Akuarium
Ayip Rosidi

Kulihat ikan ikan berenangan, alangkah nyaman


Dan tenang hidup tanpa persoalan. Betapa ingin
Aku menjadi ikan
Dari balik kaca, matanya cemburu memandang
Barangkali ingin menjadi manusia, menjadi aku
Yang pergi memancing di hari minggu

b. Rasa / feeling ialah sikap pandang atau pendapat penyair terhadap pokok
persoalan atau tema tertentu. Ada penyair yang bersikap simpati-antipati,
setuju-tidak setuju, dll.
Misalnya chairil anwar dalam masih bersikapmenerima terhadap gadis yang
telah mengecewakannya dengan persyaratan tertentu. Sebaliknya Armyn Pane
bersikap menolak terhadap gadis yang telah mengecewakannya. Hal itu
terungkap dalam puisinya masing masing berikut ini.

PENERIMAAN
Chairil Anwar
Kalau kau mau, kuterima kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tantang aku
Dengan berani

KEMBANG SETENGAH JALAN


Armyn Pane
Mejaku hendak dihiasi
Kembang jauh dari gunung
Kau petik sekarangan kembang
Jauh jalan panas hari
Bunga layu setengah jalan

c. Nada (tone) ialah sikap bahasa penyair terhadap penikmat karyanya. Ada
penyair bersikap didaktis, persuasif, sinis (ironis), tawadhu (rendah diri) dan
sebagainya. Misalnya : Ali Hasymi bersikap persuasif dalam puisinya sebagai
berikut.

MENYESAL
Pagiku hilang melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di hari pagi
Kini hidup meracuni hati
Miskin ilmu miskin harta
Ah, apa guna ku sesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda ku harapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju ke arah padang bakti

d. Amanat adalah pesan, nasehat, petuah, yang disampaikan oleh penyair dalam
karyanya baik secara langsung maupun tak langsung. Pesan tersebut dapat
dijadikan sebagai perluasan wawasan, memperkaya pengalaman, dan
memperhalus budi pekerti serta mempertinggi nilai nilai kemanusiaan.
Misalnya larik puisi chairil anwar yang berbunyi /pilih kuda liar/pacu sampai
melaju/ jangan tambatkan pada siang dan malam/ antara lain mengandung
amanat bahwa kita harus hidup dengan penuh semangat, selalu memanfaatkan
waktu secara dinamis-kreatif.

Penerapan pendekatan analitis dalam upaya meningkatkan apresiasi sastra


anak SD secara produktif sejalan dengan pendapat Badriyah (2000) tentang
langkah-langkah menulis puisi sebagai berikut:
1. Mengamati suatu obyek secara cermat
2. Tentukan tema lalu dijadikan judul puisi
3. Susun alur (kronologis/spasial) lalu kembangkang menjadi cerita
4. Susunlah berurutan ke bawah, satu baris satu kalimat pendek
5. Jika ada kalimat yang panjang, pendekkan dengan membuang kata-kata
sambung yang tidak penting
6. Cari kata/kalimat yang intensitas keindahannya dan maknanya kurang kuat
dan dengan kata-kata yang lebih indah (konotatif) dan imajinatif, misalnya
angin, hitam, diganti dengan bayu, pekat/kelam
7. Cermati terus menerus tiap kalimat atau kata dengan memperhatikan
keindahan bunyi dan penggunaan gaya gaya bila memungkinkan.
Sebagai contoh:

BAJU KESAYANGANKU
Warnamu sungguh sangat baik
Mataku senang melihatmu
Selalu aku pakai
Pergi kegiatan penting
Denganmu aku gembira dan riang
Dan bisa bergaul dengan baik
Tanpa ada rasa malu dan rendah diri
Namun sekarang ini
Kau sudah penuh banyak debu
Kau sudah penuh banyak lumpur
Aku selalu lupa mencucimu
Puisi diatas diperbaiki seperti berikut ini:

BAJU KESAYANGANKU
Warnamu sungguh menawan
Elok mata memandangmu
Tiap saat kupakai
Di pertemuan penting
Denganmu aku ceria
Dapat bergaul leluasa
Dengan rasa percaya diri
Namun kini
Kau berdebu
Kau berlumpur
Aku lupa baktimu

Anda mungkin juga menyukai