Oleh:
ABDUL AZIS
180102001
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2020
KATA PENGANTAR
Puja-puji beserta syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah Swt, karena
dengan rahmat dan karunianya saya masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dalam keadaan sehat wal afiat,
Alhamdulillah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................3
D. Manfaat ……………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................4
A. Hakekat Apresisasi Sastra AnakTujuan ...............................................4
B. Tujuan Apresiasi Sastra Anak..............................................................13
C. Fungsi Apresiasi Sastra Anak...............................................................15
D. Genre Dalam Sastra Anak....................................................................17
1. Fiksi................................................................................................17
2. Non-fiksi.........................................................................................17
3. Puisi................................................................................................18
4. Sastra tradisional.............................................................................18
5. Drama.............................................................................................19
6. Beografi..........................................................................................19
A. Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
mempengaruhi anak dan perkembanganya yaitu melalui sastra.
Ciri sastra anak secara garis besar adalah cerita anak mengandung tema
yang mendidik, alur lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang
ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung
peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu
mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi
masih dalam jangkauan anak.
Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan
paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan
pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu
yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak. Apakah sastra anak
merupakan sastra yang ditulis oleh orang dewasa yang ditujukan untuk anak-
anak atau sastra yang ditulis anak-anak untuk kalangan mereka sendiri
tidaklah perlu dipersoalkan. Huck (1987) mengemukakan bahwa siapapun
yang menulis sastra anak-anak tidak perlu dipermasalahkan asalkan dalam
penggambarannya ditekankan pada kehidupan anak yang memiliki nilai
kebermaknaan bagi mereka. Sastra anak-anak adalah sastra yang
mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak melalui pandangan anak-
anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat apresisasi sastra anak?
2. Apa tujuan apresiasi sastra anak?
3. Apa fungsi apresiasi sastra anak?
4. Apa genre dalam sastra anak?
a. Fiksi
b. Puisi
c. Cerita tradisional
d. Drama
e. Non fiksi
f. Beografi
C. Tujuan
2
1. Mengetahui hakikat apresiasi sasatra anak
2. Mengetahui tujuan apresiasi sastra anak
3. Mengetahui fungsi apresiasi sastra anak
4. Mengetahui genre dalam sastra anak, seperti fiksi, puisi, cerita tradisional,
drama, non fiksi, beografi.
D. Manfaat
Karya sastra memiliki dua segi unsur manfaat bagi pembaca materinya :
1. Dari segi unsur instrinsiknya karya sastra bermanfaat untuk :
a. Memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak.
b. Mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka
mempertimbangkan dan memikirkan alam, kehidupan, penagalamaan
atau gagasan.
c. Memberikan pengalaman baru yang seolah-olah dirasakan dan dialami
sendiri.
d. Mengembangkan wawasan kehidupan anak menjadi perilaku
kemanusiaan.
e. Menyajikan dan memperkenalkan anak terhadap pengalaman
universal.
f. Meneruskan warisan sastra.
2. Dari segi unsur ekstrinsiknya sastra anak bermanfaat untuk :
a. Perkembangan bahasa.
b. Perkembangan kognitif.
c. Perkembangan kepribadian
d. Perkembangan sosial.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Secara teoretis, sastra anak adalah sastra yang dibaca anakanak “dengan
bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang
penulisannya juga dilakukan oleh orang dewasa” (Davis 1967 dalam
Sarumpaet 1976:23). Dengan demikian, secara praktis, sastra anak adalah
sastra terbaik yang mereka baca dengan karakteristik berbagai ragam, tema,
dan format. Kita mengenal 'karya sastra anak yang khusus dikerjakan untuk
anak-anak usia dini, eperti buku berbentuk mainan, buku-buku untuk anak
bayi, buku emperkenalkan alfabet, buku mengenal angka dan hitungan, buku
mengenai konsep dan berbagai buku lain yang membicarakan pengalaman
anak seusia itu.
4
mengungkapkan berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut gagasan, adalah
khas sastra, khas dalam pengertian lain daripada yang lain. Artinya
pengungkapan dalam bahasa sastra berbeda dengan cara-cara pengungkapan
babasa selain sastra, yaitu cara-cara pengungkapan yang telah menjadi biasa,
lazim, atau yang itu-itu saja. Pembentukan karakter anak memang tidak dapat
dilakukan dalam waktu yang singkat. Dibutuhkan proses panjang dalam waktu
yang lama serta dilakukan secara terus-menerus dan yang penting lagi adalah
penggunaan metode yang tepat dan efektif. Salah satu cara menyenangkan
yang dapat digunakan untuk membentuk karakter anak adalah melalui cerita.
Mengapa cerita dan cerita seperti apa yang dapat digunakan untuk
menyampaikan nilai-nilai moral pembentuk karakter pada anak? Sebelumnya
akan dibahas secara singkat apa itu cerita anak dan nilai-nilai apa saja yang
penting untuk ditanamkan pada anak sejak dini.
5
adalah sesuatu yang amat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, informasi
tentang apa saja, tentang cara-cara kehidupan manusia lain, bahkan juga
binatang dan tumbuhan, tentang kultur dan seni dari bangsa lain, warna kulit,
bermacam karakter manusia, kebohongan dan kebenaran, tentang bermacam
cerita dari tempat lain, dan lain-lain yang ada di dunia ini.
Jika sastra merupakan kesatuan dari hal-hal itu semua, teks sastra sebagai
produk penulisan dapat dipandang sebagai sebuah citraan kehidupan dan secara
potensial juga sebagai sebuah metafora kehidupan. Metafora kehidupan
(metaphor for living) dapat dipahami sebagai kiasan kehidupan. Artinya,
6
model-model kehidupan yang dikisahkan lewat cerita sastra merupakan kiasan,
simbolisasi, perbandingan, atau perumpamaan dari kehidupan yang
sesungguhnya. Atau sebaliknya, kehidupan yang sebenarnya dapat ditemukar
perumpamaannya, kiasannya, atau perbandingannya dalam sastra. Cerita dalam
sastra dikreasikan berdasarkan pengalaman hidup, pengamatan, pemahaman,
dan penghayatan terhadap berbagai peristiwa kehidupan yang secara faktual
dijumpai di masyarakat, maka ia dapat dipandang sebagai salah satu
interpretasi terhadap kehidupan itu sendiri.
1. Sastra anak adalah sastra yang sengaja memang ditujukan untuk anak-
anak. Kesengajaan itu dapat ditunjukkan oleh penulis yang secara
eksplensit menyatakan hal itu dalam kata pengantarnya maupun dapat pula
ditunjukkan oleh media yang memuatnya, miasal buku atau majalah anak-
anak. Misalnya Bobo, Ananda, dan lain-lain.
7
2. Ada pula yang berpandangan sastra anak berisi tentang cerita anak. Isi
cerita yang dimaksud adalah cerita yang menggambarkan pengalaman,
pemahaman, dan perasaan anak. Dalam cerita anak misalnya jarang sekali
ditemukan perasaan yang romantis karena itu tidak sesuai dengan
karakteristik jiwa anak-anak. Pikiran anak-anak lebih tertuju ke masa
depan, karena itu cerita futuristik lebih banyak ditemukan dalam cerita
anak-anak. Cita-cita, keinginan, petualangan di dunia lain, dan cerita-cerita
science fiction sangat sesui dengan jiwa anak-anak.
3. Sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak. Pandangan ini
memang cukup beralasan karena hanya anak-anak yang bener-bener dapat
mengekpresikan pengalaman, perasaan dan pemikirannya dengan jujur dan
akurat.
4. Ada juga yang berpandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang berisi
nilai-nilai moral atau pendidikan yang bermanfaat bagi anak untuk
mengembangkan kepribadiannya menjadi anggota masyarakat yang
beradab dan berbudaya.
a. Pertama, sastra anak hakikatnya diciptakan untuk dibaca oleh anak-
anak. Walaupun demikian, bukan berarti sastra anak tidak dapat dibaca
oleh orang dewasa. Sastra anak dapat dibaca oleh siapa saja karena
keteladanan dalam sastra anak dapat dimanfaatkan oleh siapa saja.
b. Kedua, mengisahkan tentang berbagai hal, bahkan hal-hal yang tidak
dapat diterima nalar orang dewasa, seperti kisah tentang hewan yang
dapat berbicara layaknya manusia.
c. Ketiga, bahasa yang digunakan harus relevan dengan tingkat
penguasaan dan kematangan bahasa anak. Artinya, bahasa dalam karya
sastra anak tidak menggunakan kata-kata yang mengandung makna
konotasi dan simbolik.
d. Keempat, substansi atau kandungan karya sastra anak lebih banyak
memuat berbagai seluk beluk kehidupan anak-anak, misalnya
persahabatan, cinta kepada orang tua, maupun keindahan alam.
8
e. Kelima, sastra anak dapat diciptakan oleh siapa saja, anak-anak bahkan
orang dewasa, yang utama adalag dasar penciptaannya disesuiakan
dengan kapasitas intelektual dan psikologi usia anak.
Berdasarkan fakta bahwa orang bersastra anak di sekeliling kehidupan
keseharian kita. Dilihat dari keadaan yang demikian, sebenarnya sastra
anak merupakan sesuatu yang amat kita akrabi dan sekaligus dapat
dijadikan sarana strategis untuk menanam, memupuk, dan
mengembangkan berbagai nilai yang ingin kita wariskan kepada anak
yang bertujuan untuk pembentukan karakter. Berbagai hal dan aktivitas
yang dimaksud dicontohkan di bawah ini.
1) Ketika si buah hati menangis atau ketika ingin menyenangkan si buah hati,
si Ibu bernyanyi-nyanyi, nembang, rengeng-rengeng sampai si buah hati
diam dan tertawa-tawa senang.
2) Ketika si buah hati membolak-balik buku dan gambar yang dipegangnya,
si Ibu menunjukkan dan atau mengajari nama-nama gambar, huruf, atau
angka terkait sehingga anak terlihat puas memahami.
3) Ketika si buah hati menjelang tidur, si Ibu bercerita, entah cerita yang
pernah didengar, dibaca, atau cerita karangan sendiri, dan entah sudah
diulang berapa kali, sampai si anak tertidur membawa ceritanya.
4) Ketika anak-anak TK yang bermata jernih dan menggemaskan itu ramai.
5) Ibu guru bercerita, juga entah cerita yang mana atau bagaimana atau yang
ke berapa, sampai anak-anak terpana, terkagum, terbuai, atau bersorak
kegirangan karena begitu antusias dan menjiwai.
Bahkan, tidak jarang timbul kesan bahwa pembelajaran sastra tidak
lain adalah pembelajaran moral dan atau nilai-nilai. Hal itu tidak
sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Berbagai teks
kesastraan diyakini mengandung unsur moral dan nilai-nilai yang dapat
dijadikan “bahan baku” pendidikan dan pembentukan karakter. Teks-teks
kesastraan diyakini mengandung suatu “ajaran” karena tidak pengarang
menulis tanpa pesan moral (messages). Namun, penekanan pada bahan
tersebut bahkan tidak jarang berakibat fatal: peserta didik hanya sekadar
9
diminta menginditifikasi moral dan nilai-nilai yang terkandung di dalam
teks-teks kesastraan itu. Padahal, semestinya halhal yang bernuansa nilai
luhur yang lazimnya menjadi sikap dan perilaku tokoh cerita itu adalah
untuk dimengerti, direnungkan, dan diteladani dalam sikap dan perilaku
hidup keseharian. sastra, sedang kandungan teks itulah sebenarnya yang
mengandung muatan moral dan nilainilai. Muatan inilah yang dapat
dijadikan sebagai “bahan baku” pendidikan dan pembentukan karakter
peserta didik lewat strategi yang paling mengena. Misalnya, membaca
sastra sekaligus belajar tentang kehidupan, mengajarkan nilai-nilai luhur
kehidupan tetapi peserta didik tidak merasa sedang diajari. Fokus
pembicaraan di bawah adalah sastra anak yang dengan pangsa pembaca
(pendengar) anak-anak. Hal itu dapat dipahami karena sarana
pengungkapan sastra adalah bahasa. Namun, harus dipahami juga bahwa
sastra, baik sastra anak (children literature) maupun sastra (sastra dewasa,
adult literature) lebih dari sekadar bahasa. Bahasa dalam teks kesastraan
“hanyalah” merupakan aspek sarana, walau harus ada tuntutan yang
berbeda untuk menjadi bahasa.
10
dolanan dan lagu-lagu anak adalah bagian dari sastra anak, cerita yang
didongengkan oleh si Ibu ketika anak menjelang tidur adalah bagian dari
sastra anak, ketika mengajak dan membawa anak bersenang-senang adalah
aktivitas bersastra anak, hidup keseharian kita bersama anak mau tidak mau
bersentuhan dengan sastra anak.
11
3) Tahap pengkreasian
Hal itu juga diperkuat Winch (dalam Saxby & Winch, 1991:19,
yang mengatakan bahwa buku anak yang baik adalah buku yang
mengantarkan dan berangkat dari kacamata anak. Hal itu adalah isu
Fundamental dalam sastra anak. Hal itu merupakan salah satu modal dasar
bagi anak untuk memahami bacaan untuk memperoleh pemahaman
tentang dunia dan kehidupan yang dijalaninya. Anak berhak untuk
memperoleh cerita yang mengandung berbagai informasi tentang
pengalaman kehidupan untuk mengembangkan daya fantasinya. Beri anak
kesempatan untuk berfantasi lewat cerita untuk terbang mengarungi dunia,
sebagaimana yang dikemukakan oieh Paul Hazard (1947, via Saxby,
1991:5) yang menyuarakan kebutuhan anak secara metaforis: “Give us
books", say the children, “give us wings”.
Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan
puisi dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh
utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu :
12
b) Sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain
manusia.
c) Sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu
sendiri.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga
berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian
anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra
anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak,
mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan
keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat
membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira
mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan
mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun
kecerdasan emosinya apresiasi berarti : kesadaran terhadap nilai-nilai seni
dan budaya, penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu, dan kenaikan nilai
barang karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu
bertambah.
13
Hal tersebut sejalan dengan Huck (1987) yang mengemukakan dua
manfaat apresiasi sastra, yakni:
a) Nilai personal, memberi kesenangan, mengembangkan
imajinasi, memberi pengalaman yang dapat terhayati,
mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan,
menyajikan pengalaman yang bersifat emosional.
b) Nilai Pendidikan, membantu perkembangan bahasa,
meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan
keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap
sastra.
Manfaat apresiasi sastra yang dikemukakan tersebut, hanya manfaat
1. Mengembangkan Imajinasi
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa/sastra adalah
terbentuknya kemampuan siswa yang kreatif. Untuk menjdi
kreatif, salah satu aspek mutlak yang harus dimiliki adalah daya
imajinasi yang memadai. Akhadiah (1992:3) menyatakan
bahwa “sesuangguhnya hanya dapat menjadi kreatif jika siswa
memiliki daya imajinasi.” Sebagaimana yang dikemukakan
Huck (1987) bahwa mengapresiasi sastra dapat
mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi yang dimaksud
adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan) atau
menciptakan sesuatu (gambar, karangan,dan sejenisnya)
berdasarkan kenyataan atau pengalaman sesorang (dalam
KBBI, 1994:372). Mengapa apresiasi sastra dapat
meningkatkan imajinasi siswa? Sebagai jawaban yang bersifat
tentatif atas pertanyaan ini adalah dalam bersastra daya pikir
didorong untuk mengalami kebebasan berkhayal tanpa
kekangan aturan yang kaku “licentie puetica”.
14
dinamis. Dengan batas yang demikian orang yang bergelut
dalam dunia sastra dapat menciptakan kreasi yang di dalamnya
selalu ada unsur kebaruan, baik dari segi isi maupun dari segi
bentuk. Misalnya, karya Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan
Iskandar, dan seniman lainnya.
15
bukan menggunakan karya sastra sebagai bahan bacaan (dalam
Rofi’uddin,1997).
16
bacaan tentu akan sangat membantu perkembangan intelektual
atau kognisi anak. Demikian pula sajian cerita atau kisah dan
berbagai hal dalam karya sastra anak akan menumbuhkan rasa
simpati atau empati anak-anak terhadap berbagai kisah tersebut.
Dengan demikian, sastra anak dapat membantu perkembangan
psikologi atau kejiwaan anak untuk lebih sensitif terhadap
berbagai fenomena kehidupannya.
17
Anak-anak yang biasa membaca sastra (bacaan anak), akan
terbiasa turut merasakan dan melibatkan pikiran (imajinasi)
sehingga seolah-olah dia yang mengalami peristiwa dalam karya
yang dibacanya. Dengan begitu, imajinasi akan menumbuhkan
pemikiran yang kritis dan kepekaan emosional yang tinggi dalam
diri anak.
18
dengan demikian yang harus terjadi dalam pembelajaran sastra
ialah kegiatan apresiasi sastra bukan hanya sekedar pengetahuan
teori sastra. Huck berpendapat bahwa pembelajaran sastra di SD
harus memberi pengalaman pada murid yang akan berkontribusi
pada empat tujuan
19
Hal ini hendaknya dijadikan tujuan utama pembelajaran
bahasa dan sastra di sekolah dasar dan hendaknya tidak
dilakukan secara tergesa-gesa atau dengan jalan pintas.
Kesenangan kepada buku hanya muncul melalui
pengalaman yang panjang.
b) Menginterpretasikan Literatur
20
menulis essay, jurnal, atau surat yang berkaitan dengan
tokoh utama atau tokoh yang lainnya yang ada di dalam
cerita. Semua aktivitas tersebut akan menambah
interpretasi murid terhadap cerita dan memperdalam
tanggapannya pada bacaan.
21
istilah-istilah tersebut. Mungkin cara mereka memahami
hanya akan bercerita kepada gurunya bahwa buku Dewi
Nawangwulan itu memuat suatu cerita, atau Bawang Putih
itu ceritanya mirip Cinderella yang telah dibacanya. Hal ini
langkah awal yang baik dalam mengembangkan
pemahaman tentang bentuk-bentuk sastra, demikian pula
pengetahuan siswa mengenai elemen cerita misalnya alur,
karakterisasi, tema, dan sudut pandang pengarang akan
muncul secara berangsur-angsur.
d) Mengembangkan Apresiasi
22
gagasan menumbuhkan kesenangan terhadap bacaan,
sehingga menjadi terlibat di dalamnya.
23
Berangkat dari bekal itulah siswa dapat diajak untuk
memberi tanggapan terhadap buku, membahas bagaimana
perasaan mereka tentang cerita itu dan apa makna cerita itu
bagi mereka. Siswa juga dapat diajak untuk memberi
alasan “mengapa” mereka memiliki perasaan seperti itu
dan cara-cara pengarang atau seni man menciptakan
perasaan itu. Para siswa akan memerlukan bimbingan dari
guru untuk melalui tahap-demi tahap tersebut, namun
bukan mendiktenva atau memberi tafsiran yang harus
diterima begitu saja oleh siswa. Guru hanyalah pemberi
jalan setapak untuk masuk ke dunia indahnya sastra.
24
Kisah tentang perbutan kekuasaan dan daerah pencarian mangsa pada
ikan Hiu Sura dan Buaya seperti itu, sebenarnya dapat dimusyawarahkan
secara adil dan jujur. Musyawarah merupakan jalan perdamaian yang
dianjurkan untuk menghindari pertumpahan darah. menang daerah kekuasaan
sudah menjadi hak miliknya itu perlu dipertahankan sampai titik darah
penghabisan. Perlu diingat bahwa mempertahankan hak, yaitu sesuatu yang
sudah menjadi milik kita itu merupakan suatu kewajiban. Sifat kita yang
membela kebeneran dan keadilan itu merupakan jiwa kepahlawanan.
Sebaliknya, jika merebut sesuatu yang bukan milik dan hak kita yaitu
merupakan perbuatan yang tak terpuji atau yang termasuk kejahatan.
Dari sajak kembang sepatu karya L.K. Ara banyak hal yang dapat
memberi fungsi pendidikan pada si anak. Mengapa bunga itu dinamakan “
kembang sepatu” ? jawabannya adalah jika kembang itu diusapkan pada
sepatu akan berkilau atau mengkilap. Fungsi informasi yang lain, misalnya
tempat asal kembang sepatu, yaitu India dan Cina. Kebiasaan gadis-gadis Cina
dan India memakai bunga sepatu untuk menghias alis. Bentuk daun sepatu,
yaitu berbentuk hati yang ujungnya meruncing. Ada beberapa macam warna
bunga sepatu, yaitu merah, putih, merah muda, kuning, dan merah kekuning-
kuningan. Hanya sebentar bunga itu mekar, kemudian segera layu. Sajak
kembang sepatu itu juga jelas memberi infoprmasi kreativitas pada diri anak
untuk memanfaatkan kegunaan kembang sepatu. Pertama, sebagai tanaman
hias untuk pagar pekarangan rumah, Kedua, bunga sepatu untuk mengilatkan
warna sepatu. Ketiga, bunga sepatu untuk kecantikan wajah. Keempat, bunga
sepatu itu dapat juga direbus untuk dibuat pewarna kue makanan. dan, kelima,
akar bunga sepatu itu dapat juga direbus sebagai penawar racun. Sementara
amanat atau pendidikan moralnya adalah manusia itu hendaknya menjadi
manusia yang berguna bagi siapa saja, baik bagi masyarakat, bagi nusa bangsa
maupun bagi agamanya.
25
hiburan yang menyenangkan bagi bacaannya itu. Hati si anak akan terhibur
dengan prilaku tokoh ikan Hiu-Sura dan Buaya yang saling berebut daerah
mangsa. Si anak juga akan terhibur dengan ketulusan hati tokoh Kembeang
sepatu yang banyak memberi manfaat bagi kehidupan disekitarnya. Hiburan
itu akan terasa pula jika karya satra itu dibacakan secara nyaring oleh seorang
siswa didepan kelas. Siswa-siswa yang lainnya, yang mendengar pembacaan
karya sastra itu, akan merasa terhibur pula.
1. Membentuk Kepribadian
2. Menentukan Kecerdasan Emosi Anak
D. Genre
Bicara tentang genre sastra anak juga perlu dilakukan. Genre dapat
dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki
seperangkat karakteristik umum (Lukens, 1999:13). Atau, menurut Mitchell
(2003:5-6) genre menunjuk pada pengertian tipe atau kategori
pengelompokan karya sastra yang biasanya berdasarkan style, bentuk, atau isi.
Antara lain :
1. Fiksi
Jenis karya sastra anak fiksi sangatlah mudah untuk dijumpai dan kerap
26
kali digunakan. Bentuk karya sastra yang bernaratif seperti halnya bacaan
yang dibacakan secara lisan atau buku tanpa kata merupakan salah satu
bentuk karya sastra fiksi. Pada tahap sensori awal ini khususnya genre fiksi
anak juga dilatih berimajinasi melalui sastra.
2. Non-fiksi
27
Jenis-Jenis Puisi :
4. Sastra Tradisional
5. Drama
Drama sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti
berbuat, bertindak, dan sebagainya. Kata drama dapat diartikan sebagai
suatu perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama merupakan
suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud
dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan
istilah teater. Drama juga dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan
di panggung dan berdasarkan sebuah naskah.
Unsur-unsur terpenting dalam drama untuk dapat dipentaskan adalah
sebagai berikut:
a. Naskah lakon, berguna untuk menetapkan urutan adegan dan dialog yang ada
dalam drama.
b. Sutradara, yaitu orang yang mengatur dan mengonsep drama yang akan
dimainkan.
6. Biografi
Biografi termasuk bagian dari Genre non fiksi yang dimana lebih menekan
28
pada kebenaran factual, sejarah, atau sesuatu yang sudah jelas kerangka acuanya.
Seperti karangnan ilmiah yang dihasilkan oleh seseorang, atau disini lebih di
hasilkan oleh anak-anak dalam pelajaran mengarang. Jadi beiografi ini adalah
wujud dari hasil karya nonfiksi. Meskipun begitu dikemas juga dalam bentuk
yang sangat menarik, dan memperhitungkan efek keindahan yang dimaksud
menjadi bahan bacaan anak-anak terlebih.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Lilaini, Else.(2010) Pemanfaatan Sastra Anak Sebagai Media Metigasi Bencana Staf
Mengajar Uny Volume 15.Nomor Hal 39-59
Purbarani, Sastra Anak Sebagai Sarana Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Untuk
Menumbuhkan Berbagai Karakter Di Era Global. Lisa. 2015. Sahabat Musik.
Bandung: Mizan
31
32