Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai
pedoman untuk menyususn target dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya
kurikulum maka akan memudahkan setiap pengajar dalam porses belajar mengajar, maka
dengan itu perlu untuk diketahui apa arti dari kurikulum itu. Yang dimaksud dengan
kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting
dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru
disekolah.
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum maka perlu untuk
diketahui bagaimana perkembangan kurikulum. Karena seperti halnya tekhnologi dalam
suatu zaman, selalu terjadi perkembangan, begitu juga halnya dengan perkembangan
kurikulum. Untuk itu maka penulis mencoba untuk membahas tentang perkembangan
kurikulum yang diterapkan selama masa pandemi.
Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan sekolah sering disebut pendidikan
formal, sebab sudah memiliki rancangan pendidikan berupa kurikulumtertulis yang
tersusun secara sistematis, jelas, dan rinci. Dalam pelaksanaannya, dilakukan pengawasan
dan penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian kurikulum tersebut. Peranan
kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah sangatlah strategis dan menentukan bagi
tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum juga memiliki kedudukan dan posisi yang
sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, bahkan kurikulum merupakan syarat
mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri. Sangat sulit
dibayangkan bagaimana bentuk pelaksanaan suatu pendidikan di suatu lembaga
pendidikanyang tidak memiliki kurikulum.
Salah satu komponen penting dalam pendidikan yang sering diabaikan adalah
kurikulum. Kurikulum memiliki posisi strategis karena secara umum kurikulum
merupakan deskripsi dari visi, misi, dan tujuan pendidikan sebuah bangsa. Hal ini
sekaligus memposisikan kurikulum sebagai sentral muatan-muatan nilai yang akan
ditransformasikan kepada peserta didik. Arah dan tujuan kurikulum pendidikan akan

1
mengalami pergeseran dan perubahan seiring dengan dinamika perubahan sosial yang
disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Karena sifatnya yang
dinamisdalam menyikapi perubahan, kurikulum mutlak harus fleksibel dan
futuristik.Ketimpangan-ketimpangan dalam desain kurikulum karena kurang respon
terhadap perubahan sosial boleh jadi berkonsekuensi kepada lahirnya output pendidikan
yang “gagap” dalam beradaptasi dengan kondisi sosial yang dimaksud.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Kurikulum apa saja yang terdapat di Indonesia pada masa pandemic ini?
3. Apa yang dimaksud dengan kurikulum darurat?
4. Kurikulum apa yang diterapkan oleh guru matematika pada masa pandemic ini?
5. Kendala apa saja yang dihadapi ketika mengajar siswa menggunakan kurikulum
tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengertian kurikulum.
2. Untuk mengetahui kurikulum apa saja yang terdapat di Indonesia pada masa
pandemi ini.
3. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengertian kurikulum darurat.
4. Untuk mengetahui kurikulum apa yang diterapkan oleh guru matematika pada
masa pandemi ini.
5. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi ketika mengajar siswa
menggunakan kurikulum tersebut.

D. Manfaat
1. Agar pembaca dapat memahami dengan jelas mengenai kurikulum
2. Agar pembaca dapat mengetahui jalannya kurikulum yang sedang diterapkan
dalam masa pandemi saat ini

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurikulum
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan
proses pendidikan, artinya tanpa kurikulum yang baik dan tepat akansulit mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan yang di cita-citakan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa
Yunani Kuno yaitu “curir” yang artinya pelari dan “curere” yang artinya tempat berpacu.
Kurikulum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah kurikulum tersebut
berkembang kemudian diterapkan dalam pendidikan.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua
pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintregasi
filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para
ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat pendidikan,
pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud
memberi pedoman kepada para pelaksana siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan
oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Kurikulum dalam pendidikan diartikan
sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk
memperoleh ijazah.
Banyak ahli kurikulum mendefinisikan pengertian kurikulum di antaranya seperti
yang dikemukakan oleh Hilda Taba (1962) dalam (Munir, 2008: 27) yang mendefinisikan
kurikulum sebagai rencana belajar dengan mengungkapkan, bahwa a curriculum is a
plan for learning. Dengan kata lain, kurikulum adalah rencana pendidikan atau
pembelajaran. Senada dengan hal itu, Nana Syaodih Sukmadinata (2010) mengatakan
bahwa Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Menurut Prof. Dr. S. Nasution, M.A dalam
bukunya yang bertajuk Kurikulum dan Pengajaran, beliau menyatakan bahwa kurikulum
adalah serangkaian rencana yang disusun demi melancarkan proses belajar-mengajar.
Rencana tersebut dilakukan di bawah bimbingan dan tanggung jawab lembaga
pendidikan dan para pengajar di lembaga tersebut. Menurut Dr. H. Nana Sudjana dalam
bukunya yang berjudul Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, beliau

3
berpendapat bahwa kurikulum merupakan kumpulan niat dan harapan yang teertuang
dalam bentuk program pendidikan yang mana dilaksanakan oleh guru di sekolah. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kurikulum juga merupakan alat atau saran yang dirumuskan
demi tercapainya tujuan pendidikan melalui proses pengajaran.
Sebagai alat pendidikan, tentu kurikulum diciptakan bukan tanpa tujuan. Bahkan,
kurikulum muncul dan terus berkembang agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Tujuan
utama kurikulum adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menjadi pribadi
serta warga negara yang kreatif, inovatif, beriman, dan juga afektif ketika dia berada pada
lingkungan masyarakat kelak. Selain itu, kurikulum juga bertujuan untuk mendidik dan
membimbing peserta didik agar dapat berkontribusi secara positif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Perkembangan Kurikulum di Indonesia selalu berubah setiap periodenya. Karena
kurikulum bersifat dinamis, yaitu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, tidak
mengherankan jika kurikulum di Indonesia mengalami pergantian dari masa ke masa.
Kurikulum yang pertama di Indonesia disebut dengan Rentjana Pelajaran 1947 yang
menekankan pada pembentukan karakter masyarakat Indonesia sebagai manusia yang
merdeka dan berdaulat. Kemudian, kurikulum tersebut disempurnakan oleh Rentjana
Pelajaran Terurai 1952 yang mulai menerapkan seorang guru mengajarkan satu mata
pelajaran. Pada tahun 1964, kurikulum di Indonesia kembali disempurnakan dengan
penekanan pada program Pancawardhana (pengembangan moral, kecerdasan, emosional,
keterampilan, dan jasmani). Pada tahun 1968, kurikulum di Indonesia mengalami
perubahan kembali yang menekankan pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Pada
tahun 1975, kurikulum yang baru pun menggantikan kurikulum 1968. Kurikulum yang
baru ini dikenal dengan sebutan satuan pelajaran yang maksudnya adalah rencana
pelajaran setiap satuan bahasan. Kurikulum kembali mengalami pembaharuan di tahun
1984, 1994, 1999, 2004, 2006, dan yang terakhir di tahun 2013. Kurikulum 2013 atau
yang biasa dikenal dengan K13 menitik beratkan pada tiga aspek, yaitu pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku.

4
B. Kurikulum Pada Masa Pandemi
Mendikbud memberikan sekolah tiga opsi kurikulum yang dapat diambil dalam
kondisi darurat atau kondisi khusus di tengah pandemi global Covid-19 saat ini.
Kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus memberikan fleksibilitas bagi
sekolah untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa.
Pelaksanaan kurikulum pada kondisi khusus bertujuan memberikan fleksibilitas bagi
satuan pendidikan untuk menentukan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
peserta didik. Sekolah pada kondisi khusus dalam pelaksanaan pembelajaran dapat
memilih salah satu kurikulum dari tiga opsi yang ditawarkan: Tetap mengacu pada
Kurikulum Nasional; Menggunakan kurikulum darurat; atau Melakukan penyederhanaan
kurikulum secara mandiri.
Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) yang disiapkan Kemendikbud
merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum tersebut dilakukan
pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan siswa
dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan
pembelajaran di tingkat selanjutnya. Dari opsi kurikulum yang dipilih sekolah nantinya,
siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan
kelas maupun kelulusan, dan pelaksanaan kurikulum berlaku sampai akhir tahun ajaran.
Modul belajar PAUD dijalankan dengan prinsip “Bermain adalah Belajar”. Proses
pembelajaran terjadi saat anak bermain serta melakukan kegiatan sehari-hari. Sementara
itu, untuk jenjang pendidikan SD modul belajar mencakup rencana pembelajaran yang
mudah dilakukan secara mandiri oleh pendamping baik orangtua maupun wali. Modul
tersebut diharapkan akan mempermudah guru untuk memfasilitasi dan memantau
pembelajaran siswa di rumah dan membantu orang tua dalam mendapatkan tips dan
strategi dalam mendampingi anak belajar dari rumah.
Sementara itu, kurikulum darurat pandemi adalah upaya penyederhanaan
kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada
4 Agustus 2020 yang lalu. Kurikulum ini disusun untuk menghadapi situasi pandemi
COVID-19 di Indonesia dan rencananya akan berlaku sepanjang tahun ajaran 2020-2021.
Kurikulum Darurat merupakan penyederhanaan kompetensi dasar yang mengacu pada
kurikulum 2013. Penyederhanaan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran berfokus

5
pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di
tingkat selanjutnya. Dalam kesempatan berbeda, Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbangbuk) Kemdikbud Totok Suprayitno
mengatakan salah satu poin yang terpenting dalam kurikulum darurat adalah guru tidak
perlu memaksakan ketuntasan kurikulum. Melainkan, memilih pembelajaran yang
esensial.
Secara garis besar, dalam kurikulum ini terdapat pengurangan kompetensi dasar
untuk setiap mata pelajaran. Mendikbud Nadiem Makarim menjelaskan bahwa tujuan
dari perampingan ini adalah untuk memfokuskan pembelajaran pada subjek yang esensial
dengan lebih mendalam. Dalam kebijakan kurikulum darurat pandemi kondisi khusus ini,
pemerintah berupaya memberikan solusi dan penyesuaian yang lebih baik lagi untuk
mendukung kualitas pendidikan selama pandemi. Berikut ini dampak yang akan timbul
dari pelaksanaan kurikulum darurat: Tersedia acuan kurikulum yang sederhana bagi guru,
beban mengajar guru berkurang, guru dapat fokus pada pendidikan dan pembelajaran
yang esensial dan kontekstual, siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh
capaian kurikulum dan dapat berfokus pada pendidikan dan pembelajaran yang esensial
dan kontekstual dan orang tua lebih mudah mendampingi anaknya belajar di rumah.
Setidaknya terdapat dua keuntungan dari penerapan kurikulum ini, yaitu:
1. Siswa tidak dibebani ketuntasan kurikulum
Dengan penerapan kurikulum darurat atau penyederhanaan kurikulum,
siswa tidak lagi diwajibkan untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum
saat kenaikan kelas maupun kelulusan.
2. Guru tidak dibebani target kerja tatap muka
Pemerintah juga melakukan relaksasi peraturan bagi para tenaga pendidik
atau guru guna mendukung kesuksesan pembelajaran di masa pandemi
COVID-19. Di sini, guru tidak harus memenuhi beban kerja 24 jam tatap
muka dalam satu minggu. Harapannya, guru dapat semakin fokus dalam
memberikan pelajaran interaktif kepada siswa tanpa perlu mengejar
pemenuhan jam.

6
C. Kurikulum yang Diterapkan oleh Guru Matematika pada Masa Pandemi
Para guru tentunya mengikuti anjuran pemerintah dengan menggunakan
kurikulum darurat yang sudah disiapkan. Tidak terkecuali juga dengan guru matematika.
Kurikulum darurat bertujuan mengurangi beban mengajar penyederhanaan itu
mengurangi secara dramatis kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran. Sehingga
peserta didik akan fokus kepada kompetensi yang esensial dan kompetensi yang menjadi
prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran ke tingkat selanjutnya.
Untuk mengimplementasikan kurikulum darurat masa corona virus disease
(covid-19), guru dituntut untuk lebih kreatif, dan inovatif dalam menyajikan materi dan
memberikan tugas kepada peserta didik, baik secara daring (dalam jaringan), luring (luar
jaringan), maupun kombinasi keduanya sesuai dengan ketersediaan dan kesiapan sarana
dan prasarana pada sekolah di tempat tugas yang bersangkutan. Hal ini akan menjadi
peluang bagi guru untuk berkreasi memberikan pembelajaran yang kontekstual dan
memiliki kebermaknaan (meaningful) bagi peserta didik. Salah satunya, sumber belajar
“alam tak ambang jadi guru” akan memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
mengimplementasikan materi yang diberikan.
Perealisasian pembelajaran yang bermakna diperlukan adanya
pengawasan/kontrol dari atasan masing-masing satuan pendidikan. Khusus dalam
kurikulum darurat, rancangan pembelajaran yang dibuat guru diperlukan adanya
kesesuaian dengan kondisi sekolah, lingkungan peserta didik, dan kesiapan peserta
didiknya dalam menerima materi pembelajaran. Situasi ini sangat berbeda dengan
kegiatan pembelajaran masa normal.
Untuk memiliki konsepsi yang sama pada pengambil kebijakan secara masif,
maka Kemdikbud dalam surat edarannya Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar dari Rumah (BDR) dalam Masa Darurat Penyebaran Corona
Virus Disease (Covid-19) dengan tegas menyatakan, bahwa kepala satuan pendidikan
harus dapat memastikan tentang rencana pelaksanaan pembelajaran yang dirancang guru
menerapkan pembelajaran bermakna, kegiatan kecakapan hidup, dan adanya aktifitas
fisik. Artinya pembelajaran dalam kondisi darurat, guru mesti kreatif menemukan ide
yang inovatif agar implementasi pembelajaran mengasah kepekaan peserta didik tentang

7
peristiwa atau masalah yang ada di sekitar mereka yang terkait dengan materi dan tujuan
pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran, bentuk tugas yang ditagih kepada peserta didik,
salah satunya adalah dalam bentuk laporan dengan metode project based learning. Karena
hal ini akan menuntut peserta didik untuk kreatif menemukan masalah dan solusi yang
tepat dalam bimbingan guru dan/ atau pantauan orang tuanya sesuai mata pelajaran
masing-masing. Tentu kegiatan ini dapat terealisasi, jika guru mengenal karakteristik
peserta didik dan perkembangan usia peserta didiknya, sehingga pembelajaran terlaksana
secara fleksibilitas sesuai kebutuhan.
Kelangsungan pembelajaran masa covid-19, sesuai dengan regulasi yang
dikelurkan Kemdikbud, dan Dirjen Pendis secara khusus menyatakan, belajar dari rumah
tidak sekedar memenuhi tuntutan kurikulum. Pembelajaran lebih ditekankan pada
pengembangan karakter, akhlak mulia, ubudiah, dan kemandirian peserta didik. Pada sisi
lain, guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran dan
memberi tugas kepada peserta didik. Tujuannya adalah agar terwujud pembelajaran yang
bermakna, inspiratif, dan menyenangkan sehingga peserta didik tidak mengalami
kebosanan belajar dari rumah.
Kenyataan di lapangan, memasuki bulan kedua tahun pelajaran baru 2020/2021
ada sebagian peserta didik sudah mengalami kebosanan (kejenuhan) dan stagnan untuk
aktif. Hal ini disebabkan hari-hari BDR peserta didik terkuras untuk mengisi lembar kerja
(LKS) yang diberikan guru, menjawab soal yang dikirimkan melalui aplikasi google
forms. membuat ringkasan bacaan dari buku paket, menonton video pembelajaran untuk
menjawab soal, dan memvideokan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari rumah.
Namun, tugas-tugas tersebut juga membuat sebagian peserta didik kurang mampu
menyelesaikannya karena kurang kontekstual dan keterbatasan buku sumber atau materi
pembelajaran.
Tidak heran, ada orang tua peserta didik yang ikut membantu penyelesaian tugas-
tugas yang diberikan guru, karena tidak tega melihat anaknya yang kasak kusuk dengan
seabrek tugas dari guru masing-masing mata pelajaran. Situasi ini membuat kreativitas
peserta didik menjadi tumpul dan majal. Mereka belum tertantang dengan hal-hal yang

8
terkait dengan pengembangan dirinya untuk membuat atau melahirkan sesuatu yang baru
dari dampak proses pembelajaran yang diikutinya.
Di samping itu, pelaksanaan pembelajaran terkesan memburu capaian target
kompetensi dalam kurikulum dengan ketersediaan waktu yang terbatas. Hal ini tentu
bertolak belakang dari regulasi yang dikelurkan pemerintah (SE Kemdikbud Nomor
15/2020), bahwa satuan Pendidikan dalam kondidisi khusus tidak diwajibkan untuk
menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas atau kelulusan. Sehingga
kurikulum darurat dirasa belum efektif untuk beberapa daerah di Indonesia yang kurang
dukung infrastruktur telekomunikasi yang memadai memang selalu menjadi tantangan
bagi implementasi kebijakan. Sosialisasi yang kurang juga menjadi penghambat dalam
terealisasinya kurikulum darurat. Meski demikian sekolah tidak dipaksakan untuk
menerapkan kurikulum darurat ini. Kemendikbud menyerahkan sepenuhnya pada sekolah
apakah tetap menggunakan kurikulum nasional 2013, ataupun menggunakan kurikulum
darurat, bahkan menggunakan kurikulum yang disederhanakan secara mandiri.
Hal ini tentu saja memberikan beberapa kendala juga terhadap para guru,
dikarenakan penerapan kurikulum darurat ini sangat mendadak yang mengharuskan guru
dapat melakukan penyesuaian dengan cepat. Beberapa diantaranya adalah minimnya
fasilitas belajar mengajar, kurangnya sosialisasi pemerintah mengenai kurikulum darurat
yang diterapkan saat pembelajaran dimasa pandemi, ketersediaan jaringan internet yang
kurang stabil disetiap daerah, dan masih banyak lagi.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Meskipun banyak definisi kurikulum yang satu dengan yang lain saling berbeda,
dikarenakan dasar filsafat yang dianut oleh para penulis berbeda-beda. Walaupun
demikian ada kesamaan satu fungsi, yaitu bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kurikulum mengandung sekian banyak unsur konstruktif supaya
pembelajaran berjalan dengan optimal. Sejumlah pakar kurikulum berpendapat bahwa
jantung pendidikan berada pada kurikulum. Baik dan buruknya hasil pendidikan
ditentukan oleh kurikulum, apakah mampu membangun kesadaran kritis terhadap peserta
didik ataukah tidak. Dengan demikian, kurikulum memegang peran penting bagi
keberhasilan sebuah pendidikan dan bagi peserta didik.
Selain itu, sesuai dengan anjuran pemerintah di masa pandemi ini, kurikulum
darurat menjadi salah satu kurikulum yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh para
guru untuk mendidik siswa ditengah sempitnya ruang gerak di masa pandemi ini.
Meskipun kurikulum darurat merupakan kurikulum penyederhanaan, namun guru tetap
merasa kesulitan dalam mengimplementasikannya kepada para siswa dikarenakan
minimnya fasilitas dan juga kendala jaringan di setiap daerahnya.

B. Saran
Perubahan kurikulum saat ini harusnya sudah disiapkan matang-matang oleh
pemerintah, tidak hanya menganggap bahwa semua sekolah dapat menerapkan kurikulum
ini, namun hendaknya pemerintah juga memikirkan mengenai berbagai kendala yang
akan terjadi. Dan pemerintah juga seharusnya memberikan sosialisasi terlebih dahulu
kepada sekolah-sekolah mengenai kurikulum darurat ini agar pelaksanaan kurikulum
darurat menjadi lebih baik nantinya.

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai