Anda di halaman 1dari 24

TUGAS LAPORAN HARIAN

Mata Kuliah : Bahan Ajar Dan Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu : Dr. Edi Rachmad, M. Pd

Oleh :

Nikadek Dwi Rahayu

2105056016

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KELAS A
LAPORAN-1

Pengertian Kurikulum

Dalam dunia Pendidikan, kurikulum menjadi hal yang sangat penting. Tanpa adanya
Kurikulum yang tepat, para peserta didik tak akan memperoleh target pembelajaran
yang sesuai. Seiring berkembangnya zaman Kurikulum dalam dunia pendidikan pun
terus mengalami perubahan. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di
eranya masing-masing.
Dengan penyesuaian tersebut, diharapkan setiap peserta didik dapat menyesuaikan diri
dengan baik di masyarakat kelak. Bagi Anda yang bergelut di dunia pendidikan, tentu
harus memahami apa itu Kurikulum dan seluk beluknya. Berikut akan dijelaskan
pengertian Kurikulum dan hal-hal penting lain yang perlu Anda ketahui.

Pengertian Kurikulum menurut para ahli

Kurikulum berisi sekumpulan rencana, tujuan, dan materi pembelajaran. Termasuk cara
mengajar yang akan menjadi pedoman bagi setiap pengajar supaya bisa mencapai
target dan tujuan pembelajaran dengan baik. Jika dilihat secara etimologis, Kurikulum
berasal dari bahasa Yunani, yaitu “curir” yang berarti pelari, serta “curere” yang berarti
tempat berpacu. Dulu, istilah ini dipakai dalam dunia olahraga.

Jadi, Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah jarak yang mesti ditempuh seorang
pelari supaya mendapat medali atau penghargaan lainnya. Kemudian, istilah Kurikulum
tersebut diadaptasi dalam dunia pendidikan. Jadi pengertian Kurikulum dalam dunia
pendidikan kemudian menjadi sekumpulan mata pelajaran yang harus ditempuh dan
dipelajari oleh peserta didik supaya mendapatkan ijazah atau penghargaan.

Adapun pengertian Kurikulum ini juga disampaikan dalam UU dan oleh para ahli
pendidikan, berikut pengertian menurut mereka:

1. Menurut Prof. Dr. S. Nasution


Prof. Dr. S. Nasution dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pengajaran
menyatakan, kurikulum adalah serangkaian penyusunan rencana untuk melancarkan
proses belajar mengajar. Adapun rencana yang disusun tersebut berada di bawah
tanggung jawab lembaga pendidikan dan parah pengajar di sana.

2. Dr. Nana Sudjana


Dalam buku yang berjudul Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah karya
Dr. Nana Sudjana disebutkan, pengertian kurikulum adalah kumpulan niat dan harapan
yang tertuang dalam bentuk program pendidikan yang kemudian dilaksanakan dan
diterapkan oleh guru di sekolah bersangkutan.

3. Harold B. Alberty
Harold menyatakan bahwa kurikulum merupakan semua kegiatan yang diberikan
kepada peserta didik atas tanggung jawab sekolah. Kurikulum ini tak hanya terbatas
pada segala hal di dalam kelas saja, melainkan juga semua kegiatan di luar sekolah.

4. Saylor, Alexander, dan Lewis


Menurut ketiga tokoh tersebut, kurikulum merupakan semua upaya yang diadakan dan
dilakukan oleh pihak sekolah untuk menstimulus peserta didik belajar, baik belajar di
dalam kelas, di halaman sekolah, maupun ketika berada di luar sekolah.

Sementara itu, dalam UU tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal
1 butir 19 disebutkan, kurikulum merupakan seperangkat pengaturan dan rencana
mengenai tujuan, isi, dan materi pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum menjadi sangat
penting untuk dimiliki setiap sekolah sebagai pedoman bagi para guru. Terutama bagi
sekolah-sekolah formal, di mana kurikulum akan menjadi pedoman dan memberikan
arah dalam mengajar. Sesuai dengan pengertian kurikulum, yaitu sesuatu yang
terencana, maka dalam dunia pendidikan segala kegiatan siswa dapat diatur dengan
sedemikian rupa. Sehingga tujuan adanya pendidikan dapat tercapai.
LAPORAN 2

Fungsi Kurikulum

Seperti yang telah disebutkan dalam pengertian kurikulum, di mana segala hal tentang
pembelajaran peserta didik di sekolah akan dituangkan di dalamnya. Maka kurikulum
memiliki fungsi yang penting. Sementara itu, fungsi dapat diartikan secara variatif
sesuai dengan bidang yang memakai istilah.

1. Fungsi Untuk Penyelenggara


Fungsi dalam konteks kurikulum sebagai salah satu bagian dari sistem penyelenggara
pendidikan demi mewujudkan tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Integrasi
Fungsi ini diartikan bahwa kurikulum dapat menjadi alat yang akan membentuk pribadi-
pribadi peserta didik yang utuh dan berintegritas di masyarakat melalui dunia
pendidikan.

b. Fungsi Persiapan
Fungsi ini diartikan bahwa kurikulum mampu memberikan modal atau persiapan bagi
peserta didik untuk mempersiapkan diri memasuki jenjang berikutnya, termasuk siap
untuk hidup di masyarakat ketika tidak ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.

c. Fungsi Penyesuaian
Ketiga adalah fungsi penyesuaian, di mana kurikulum dapat melakukan adaptasi
terhadap berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat dan cenderung
dinamis.
d. Fungsi diferensiasi
Keempat ada fungsi kurikulum sebagai diferensiasi, artinya kurikulum menjadi alat
pendidikan yang memperhatikan setiap pelayanan kepada peserta didiknya. Sebab
setiap peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain.

e. Fungsi Diagnostik
Kelima adalah fungsi diagnostik, yaitu menyatakan bahwa kurikulum berfungsi untuk
memahami dan mengarahkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik supaya
dapat terus menggali dan mengasah potensi tersebut, termasuk memperbaiki
kelemahan yang dimiliki.

f. Fungsi Pemilihan
Terakhir ada fungsi pemilihan, yaitu menyatakan bahwa kurikulum memberikan fasilitas
kepada peserta didik dengan cara memberikan kesempatan kepada mereka dalam
memilih program pembelajaran sesuai minat dan bakat masing-masing anak.

2. Fungsi Bagi Pihak Terlibat/Terkait


a. Bagi Kepala Sekolah
Kurikulum mempunyai fungsi bagi kepala sekolah sebagai manajer dan pimpinan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas untuk
melakukan pengelolaan pendidikan di tempatnya masing-masing, yaitu dengan cara
melakukan koordinasi dan supervisi terhadap setiap pembelajaran. Apakah kurikulum
diterapkan sesuai ketentuan atau tidak.

b. Bagi Guru Mata Pelajaran


Bagi setiap guru mapel, kurikulum memiliki fungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Sebab setiap
pembelajaran tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab setiap guru mata pelajaran.
c. Bagi Peserta Didik
Kemudian yang ketiga, bagi peserta didik, yang menjadi target dari adanya kurikulum.
Dalam proses pendidikan, peserta didik adalah pusat perhatian dari setiap
pembelajaran. Maka dari itu, kurikulum berfungsi untuk menjadi acuan bagi para siswa
mengenai apa saja program-program pendidikan yang harus dipelajari dan dipahami,
serta apa saja target pembelajaran yang harus mereka capai di setiap jenjangnya.

d. Bagi orang tua atau masyarakat


Meski tidak terlibat dalam pembelajaran secara langsung, namun orang tua mempunyai
peran penting bagi keberhasilan peserta didik. Dalam hal ini mereka akan menerima
hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah. Jadi capaian siswa
terhadap setiap pembelajaran yang akan dilaporkan kepada orang tua juga tak lepas
dari adanya kurikulum.
LAPORAN-3

Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Seperti pengertian kurikulum yang telah dijelaskan di atas, bahwa kurikulum juga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan maupun keadaan lingkungan dan masyarakat.
Sehingga kurikulum memiliki sifat dinamis, dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Maka dari itu, tak heran apabila di Indonesia kurikulum mengalami perubahan
dari masa ke masa.

Indonesia pertama kali memakai kurikulum dengan nama Rentjana Pelajaran 1947. Di
mana penekanan di dalam pembelajaran yaitu pada pembentukan karakter masyarakat
Indonesia supaya menjadi manusia yang berdaulat dan merdeka. Kemudian pada
tahun 1952, kurikulum tersebut disempurnakan kembali dengan tajuk Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Dalam periode ini ada perhatian khusus pada setiap guru
supaya mengajarkan satu mata pelajaran saja kepada peserta didik.

Selanjutnya, pada tahun 1964 kurikulum di Indonesia kembali disempurnakan. Kali ini
terdapat tambahan berupa penekanan pada program Pancawardhana (yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional, ketrampilan, serta jasman).

Perubahan kurikulum di tahun berikutnya terjadi pada tahun 1968. Di mana penekanan
dititikberatkan pada pembentukan manusia Pancasila sejati yang harus dimaksimalkan
di setiap lembaga pendidikan. Perubahan selanjutnya dilakukan pada tahun 1975. Pada
masa perubahan ini dikenal yang namanya satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan.

Setelah perubahan tersebut di tahun-tahun berikutnya kurikulum juga banyak


mengalami perubahan. Tentu saja iji terjadi karena gejolak dan berbagai hal di tengah
masyarakat. Pembaharuan kurikulum selanjutnya dilakukan pada tahun 1984, 1994,
1999, 2004, 2006, dan yang terakhir adalah tahun 2013. Kurikulum 2013 yang lebih
dikenal dengan istilah K13, dititikberatkan pada tiga aspek perubahan, yakni
pengetahuan, ketrampilan, serta perilaku.

Pada dasarnya, ada banyak perubahan yang terjadi selama kurun waktu tersebut. Tak
hanya pada proses penilaian saja, namun isi dari kurikulum juga terus diperbarui. Meski
begitu, setiap perubahan tentu mempunyai harapan bahwa dunia pendidikan di
Indonesia bisa menjadi semakin maju. Para peserta didik yang menjadi perhatian
utama dari kurikulum pun bisa menjadi seseorang yang jauh lebih bernilai.
LAPORAN-4

Komponen Yang Ada Dalam Kurikulum

Umumnya, terdapat lima buah komponen dalam pembuatan kurikulum, yaitu sebagai
berikut:

1. Tujuan Kurikulum
Pertama adalah tujuan kurikulum. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan sebuah
perencanaan, tentu harus memiliki tujuan, begitu juga dengan kurikulum. Tanpa tujuan
yang jelas, tentu apa yang telah dirumuskan tidak akan ada artinya. Pendidikan di
Indonesia tentu juga mempunyai tujuan, maka dari itu, pembentukan kurikulum
ditujukan demi mewujudkan ketercapaian pendidikan tersebut.

Tak hanya di Indonesia saja, di negara lain pun kurikulum mempunyai tujuan. Meski
setiap satu negara dengan yang lainnya sudah memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Semua itu disesuaikan dengan falsafah negara, sumber daya manusia dan alam yang
dimiliki, serta keadaan politik dan sosial warga masyarakat. Adapun tujuan dari
pendidikan di Indonesia sesuai jenjangnya adalah:

 Tujuan pendidikan dasar yang menaruh perhatian penting pada aspek kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan juga keterampilan sebagai pondasi
utama. Dengan pondasi tersebut diharapkan peserta didik mampu hidup lebih
mandiri, serta memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
 Tujuan pendidikan menengah, yakni untuk meningkatkan kecerdasaan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan juga keterampilan guna menjadi bekal
bagi kehidupan remaja yang penuh tantangan.
 Tujuan pendidikan menengah kejuruan, yang bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasaan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan yang jauh
lebih baik dari sebelumnya. Dengan begitu, peserta didik siap untuk hidup mandiri
di masyarakat dan mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
 Materi dalam Kurikulum
Komponen kedua adalah materi. Jadi, di dalam kurikulum akan dimuat materi yang
berbentuk bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun materi di dalam kurikulum tidak boleh dibuat
dengan sembarangan. Materi yang dicantumkan harus sesuai dengan perkembangan
setiap siswa dan bermakna bagi mereka, kemudian terdiri dari pengetahuan ilmiah yang
dapat diujikan kebenarannya, menjadi cerminan kenyataan nasional, serta mampu
menjadi penunjang tercapainya tujuan pendidikan.

2. Strategi Pembelajaran
Kemudian ada komponen kurikulum nomor tiga, yaitu strategi pembelajaran. Untuk
mencapai sebuah tujuan pendidikan, strategi menjadi sangat penting. Strategi
pembelajaran dapat berupa metode dan peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan pelajaran kepada para peserta didik. Strategi yang diterapkan oleh
setiap negara tentu tidak sama antara satu dengan lainnya. Semua itu tergantung
terhadap beberapa faktor, terutama sumber daya alam dan manusianya. Semakin kaya
sumber daya alam dan semakin berkualitas sumber daya manusia di suatu negara,
strategi yang diterapkan dapat lebih maksimal dan bervariasi.

3. Organisasi Kurikulum
Dalam hal ini, setiap ahli memiliki pandangan masing-masing terhadap kurikulum yang
perlu diterapkan. Maka dari itu, keberagaman yang ada menjadikan bekal untuk
mengorganisasikan kurikulum dengan lebih baik.

4. Evaluasi
Komponen kurikulum yang terakhir yaitu evaluasi. Evaluasi ini ditujukan untuk
melakukan pemeriksaan, apakah kurikulum yang telah dibuat dan diterapkan berjalan
dengan lancar, sehingga efektif dan mampu mencapai tujuan dari pendidikan.
LAPORAN-5

Konsep Kurikulum

Kurikulum sebagai sesuatu yang terencana dan dibuat dengan berbagai pertimbangan,
tentu memiliki sebuah konsep. Adapun konsep ini terus mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan zaman. Perubahan-perubahan pada masyarakat juga turut
menjadi penyumbang bagi pembaharuan konsep kurikulum. Namun secara umum,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga konsep kurikulum, yaitu sebagai berikut:

1. Kurikulum sebagai sebuah substansi


Kurikulum menjadi sebuah rencana belajar bagi peserta didik di sekolah. Selain itu di
dalamnya juga tercantum tujuan yang hendak dicapai dari diadakannya pembelajaran
baik di dalam maupun di luar kelas. Maka dari itu, kurikulum menjadi sebuah dokumen
yang mencakup substansi yang isinya berupa rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan dan
program belajar mengajar, jadwal, serta evaluasi belajar peserta didik.

2. Kurikulum sebagai sebuah sistem


Konsep kedua dari kurikulum menyatakan kurikulum sebagai bagian dari sistem
pendidikan. Sesuai dengan isinya, kurikulum memang ditujukan guna menunjang
tercapainya tujuan pendidikan. Maka dari itu, sistem di dalam kurikulum terdiri dari
struktur personalia dan juga prosedur kerja mengenai tata cara menyusun kurikulum,
melaksanakan, mengevaluasi dan menyempurnakan. Dari hasil sistem ini diharapkan
dapat tercapai sebuah kurikulum yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Adapun fungsi dari sistem ini yaitu supaya kurikulum yang ada tetap dinamis.

3. Kurikulum sebagai sebuah bidang studi


Konsep terakhir yaitu kurikulum sebagai sebuah bidang studi. Di mana sebagai sebuah
studi, artinya kurikulum juga bertujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum
itu sendiri beserta sistemnya.
LAPORAN-6

Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum

Kurikulum memiliki dua sisi yang sama penting, yaitu kurikulum sebagai dokumen dan
kurikulum sebagai implementasi yang dapat bermanfaat bagi setiap orang yang
membutuhkan. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi
guru dan kurikulum sebagai implementasi merupakan realisasi dari dokumen dalam
bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Keduanya merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan, ada kurikulum berarti ada pembelajaran dan sebaliknya ada pembelajaran
ada kurikulum. Implementasi kurikulum memerlukan seseorang yang berperan sebagai
pelaksananya. Guru merupakan faktor penting dalam implementasi kurikulum karena ia
merupakan pelaksana kurikulum. Karena itu guru dituntut memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikannya karena tanpa itu kurikulum tidak akan bermakna sebagai alat
pendidikan. Dan sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa kurikulum sebagai
pedoman. Dengan demikian guru menempati peran dalam pengembangan kurikulum
2013.

1. Sebagai implementer. Guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah


ada. Di sini guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Guru tidak
memiliki kesempatan baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target
kurikulum. Peran guru hanya sebatas menjalankan kurikulum yang telah disusun.

2. Sebagai adapters. Guru lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum akan tetapi
juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan
kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah
ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal.

3. Sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai


bagian dari tugas professional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan
kinerjanya sebagai guru. Dalam peran ini guru
memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya
menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektivitas program, strategi maupun model
pembelajaran, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasil-an siswa mencapai
target kurikulum.

4. Peran guru dalam pengembangan kurikulum 2013. Pada hakikatnya, kurikulum 2013
merupakan penyempurnaan dari pengembangan kurikulum sebelumnya dan harus pas
pada sasaran kurikulum zaman milenial. Sasaran perubahan kurikulum tidak lain adalah
guru sebagai pelaksana langsung di ruang kelas. Oleh sebab itu, pembahasan lebih
diarahkan pada bagaimana peranan guru dalam kurikulum 2013.

5. Guru sebagai Disainer pembelajaran. Sebagai guru professional, guru mendisain


bagaimana corak pembelajar an yang akan dijalankan. Disain pembelajaran itu sudah
terekam dalam perangkat pembelajaran yang terstruktur, praktis dan bias diterapkan.

6. Guru Sebagai Seniman Pembelajaran. Pembelajaran di ruang kelas memiliki nilai


dan sentuhan seni sehingga menimbulkan rasa senang bagi siswa. Sebelumnya guru
telah melakukan perancangan terhadap pembelajaran yang mengandung unsur seni
sehingga rancangan tersebut dapat dijalankan oleh guru.

7. Motivator pembelajaran dalam pengembangan kurikulum. Peran tersulit dialami guru


adalah membangkitkan semangat dan kemauan siswa untuk mengeksplorasi materi
belajar sebanyak mungkin. Motivasi yang cukup akan membuat siswa terangsang untuk
belajar secara maksimal. 8. Mediator pembelajaran. Kehadiran guru dalam
pembelajaran sebagai perantara antara sumber belajar dengan siswa. Guru menyajikan
pokok permasalahan pembelajaran kepada siswa dan siswa menerima, menelaah, dan
membahas materi itu sehingga menjadi miliknya.

9. Inspirator pembelajaran kurikulum. Guru menjadi sumber inspirasi utama bagi siswa
dalam mengelola materi pelajaran. Pemikiran dan strategi yang disampaikan guru akan
menggerakkan siswa belajar secara mandiri dan kreatif
LAPORAN-7

Hakekat Pengembangan Kurikulum Beserta Asas-Asas Dan Prinsip-Prinsip Yang


Melatar belakanginya

Pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah pengembangan silabus yang


didalamnya mencakup beberapa komponen-komponen dalam kurikulum yaitu tujuan,
metode/alat, materi/bahan ajar dan penilaian. Dalam Abdul Majid, mendefinisikan
silabus sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok pokok isi atau materi
pelajaran. Silabus berisi dalam pembelajaran perencanaan pembelajaran kurikulum
mengesuaikan zaman milenial dan pengurutan penyajian materi kurikulum yang
dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah tersebut. Tujuan pembelajaran
merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. R.F. Meager
(1962:3) dalam Sumiati dan Asra (2007:10) mengatakan bahwa tujuan merupakan
deskripsi polapola perilaku kurikulum yang dapat diharapkan atau performance yang
diinginkan dapat didemonstrasikan siswa. Metode/alat merupakan segala sesuatu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi/bahan ajar adalah isi dari
proses pembelajaran yang tercermin dalam materi pembelajaran yang dipelajari siswa.
Sedangkan penilaian merupakan komponen yang berfungsi mengukur derajat
keberhasilan suatu program pembelajaran. Selain pengembangan komponen-
komponen tersebut, pengembangan kurikulum sebaiknya juga diikuti dengan
pengembangan kompetensi peserta didik agar kurikulum yang dikembangkan dapat
dijalankan secara selaras. Seiring kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat,
berubah pula tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Perubahan masyarakat dari
masyarakat agraris ke masyarakat industri menuntut program kurikulum dibuat dan
dikembangkan dengan tujuan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya
dengan baik. Oleh karena itu kurikulum hendaknya bersifat antisifatif, adaftif, dan
aplikatif.

a) Asas Pengembangan Kurikulum milenial Dalam prosesnya, kurikulum dikembangkan


dengan didasari oleh: 1) Asas psikologi. Psikologi peserta didik memegang peranan
penting dalam pengembangan kurikulum, karena nantinya akan dijadikan dasar-dasar
pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan oleh kurikulum yang berlaku. 2) Asas
sosiologi. Kurikulum hendaknya dikembangkan dengan memperhatikan aspek geografis
dan budaya. Implementasi dari asas ini lahirlah kurikulum muatan lokal. 3) Asas
perkembangan IPTEK. Kurikulum dikembangkan secara dinamis dan fleksibel terhadap
perkembangan teknologi dengan tujuan agar peserta didik terampil dalam penguasaan
teknologi dan memiliki sifat inovatif dan kreatif. 4) Asas Filsafat bangsa Indonesia yaitu
filsafat Pancasila. Filsafat pancasila merupakan dasar dan arah tujuan pendidikan,
karena itu pengembangan kurikulum harus didasarkan pada asas ini.

b) Pihak yang Mengembangkan Kurikulum zaman milenial Dalam pelaksanaannya,


pengembangan kurikulum dilakukan oleh orang-orang yang terkait dengan masalah
kurikulum, yaitu: 1) Pihak Produsen, yaitu berbagai ahli dan praktisi pendidikan yang
ada pada lembaga pendidikan misalnya narasumber yang ada di lingkungan
Depdiknas, Dikdasmen, Dikti dan sebagainya. 2) Pihak Konsumen, yaitu dapat diambil
dari narasumber yang berada di berbagai perusahaan dan dinas terkait seperti Bank,
Perusahaan Industri, dan Dinas terkait lainnya. 3) Pihak Ahli yang relevan, yaitu para
ahli bidang studi yang sesuai dengan kurikulum yang disusun misalnya psikolog,
sosiolog, filosof, pakar teknologi pendidikan, dan sebagainya. 4) Pihak Guru, yaitu para
guru yang memenuhi syarat kompetensi.
LAPORAN-8

Landasan Pengembangan Kurikulum

Sejalan dengan kehadiran UU No. 32 Tahun 2004 (dimulai dengan UU No 29 Tahun


1999), tentang kewenangan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan kreasi, inovasi,
dan improvisasi dalam pembangunan daerah termasuk dalam bidang pendidikan.
Dalam hal itu pengembangan kurikulum yang dilaksanakan oleh suatu lembaga tidak
boleh lepas dari landasan-landasan pengembangan kurikulum tersebut, dalam hal ini
Oemar Hamalik mengutip dari Romine yang menyebutkan sebagai berikut : … An
educational philosophy is what one believes and purposes to do. It suggests a faith in
some ideals or values, plus aPondok Pesantrenropriate course of action, it is a Pondok
Pesantrenropriate to philosophy.Perumusan di atas mengandung pengertian bahwa
falsafah pendidikan menyatakan sesuatu yang sangat penting, karena mngandung
keyakinan yang berupa serangkaian cita-cita dan nilai-nilai yang sangat baik menurut
pandangan masyarakat. Di samping itu, suatu falsafah pendidikan memberi petunjuk
cara berbuat atau bertingkah laku yang baik dalam masyarakat. Selain itu, falsafah
pendidikan juga merupakan semacam Guiding Principles bagi setiap orang, dalam hal
ini memberikan petunjuk dalam proses operasional untuk mencapai cita-cita tersebut.

Dalam falsafah pendidikan kembali Oemar Hamalik menjelaskan tentang falsafah


pendidikan itu terdiri dari empat macam yang telah dikutipnya dari berbagai ahli
pendidikan antara lain :

a. Rekonstruksisme Menurut Hilda Taba, John Dewey secara konsisten mengamati


fungsi sekolah dalam kaidah psikologi. Berdasarkan filsafat Dewey, rekonstruksisme
mengikuti sebuah alur, yang meyakini dan mengemukakan bahwa keberadaan sekolah
adalah untuk adanya perbaikan dalam masyarakat.

b. Perenialisme Dalam tradisi Plato, Aristoteles dan ahli filsafat Katolik, St. Thomas
Aquinas, pendidikan bermaksud mengatur pikiran, kemampuan, perkembangan rasio
dan pencarian kebenaran.Menurut sejarah, esensialisme dan progresifis berhasil
mengendalikan kesetian masyarakat umum Amerika dari tahun 1635, yang diawali
dengan berdirinya sekolah Latin Boston sampai tahun 1896 atas prakarsa asisten John
Dewey di Universitas Chicago. Menurut esensialis, pendidikan bertujuan untuk
menyebarkan budaya. Apabila rekonstruktisme hendak mengubah masyarakat secara
aktif, sebaliknya esensialis menghindari hal tersebut.

c. Progresivisme Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, progresivisme, yang
dikenal juga dengan nama pragmatisme, berkembang melalui struktur pendidikan di
Amerika sebagai jawaban atas doktrin esensialisme. Dengan tokoh-tokohnya seperti
John Dewey, William H. Kilpatrick, John Childs, dan Boyd Bode, progresivisme
berupaya menyajikan bahan dasar bagi para pelajar. Bekaitan dengan hal ini, penganut
progresivisme membuka sekolah untuk anak-anak sebagai sekolah penelitian di
Universitas Chicago. John Dewey pun kemudian mengumpukan bahan-bahan
pemikiran progresivisme dalam sebuah seri penerbitan, antara lain, “Democracy and
Education”, “experience and Education”, “How We Think”, dan “Pendagofic Creed”.
LAPORAN-9

Karakterisik dan Implementasi Pengembangan Kurikulum

Dalam melaksanakan kurikulum yang dipergunakan oleh suatu lembaga, sudah jelas
untuk melaksanakan, merealisasikan suatu pembelajaran yang diharapkan mencapai
hasil yang diinginkan untuk mengimplementasikan suatu kurikulum harus memiliki suatu
ciri atau cara tersendiri yang dilaksanakan. Ciri-ciri atau cara yang dilaksanakan oleh
suatu lembaga dalam menjalankan proses kegiatan itu ditandai oleh suatu kekhasan
atau model yang dapat disebut dengan karakteristik. a. Karakteristik pengembangan
Kurikulum Karakteristik suatu kurikulum menurut Wina Sanjaya menyebutkan
karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dikutipnya dari Depdiknas:

1. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun


klasikal. Ini mengandung pengertian bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi
menekankan kepada ketercapaian kompetensi. Artinya isi KBK pada intinya adalah
sejumlah kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, kompetensi inilah yang
selanjutnya dinamakan standar minimal atau kemampuan dasar.

2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Ini artinya,
keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator
inilah yang selanjutnya dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan sudah
tercapai atau belum. Proses pencapaian hasil belajar itu tentu saja sangattergantung
pada kemampuan siswa. Sebab diyakini, siswa memiliki kemampuan dan kecepatan
yang berbeda. KBK memberikan peluang yang sama kepada seluruh siswa untuk dapat
mencapai hasil belajar.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang


bervariasi. Artinya, sesuai dengan keberagaman siswa, maka metode yang digunakan
dalam proses pembelajaran harus bersifat multimetode. Hal ini dimaksudkan untuk
meransang kemampuan berfikir siswa. Bahwa belajar sebagai proses menerima
informasi dari guru. Dalam KBK harus ditinggalkan. Belajar adalah proses mengontruksi
pengetahuan oleh siswa. Oleh sebab itu proses pembelajaran harus bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainya yang memenuhi
unsur edukatif. Artinya, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya teknologi informasi, dewasa ini siswa bisa belajar dengan memanfaatkan
berbagai sumber belajar yang tersedia. Guru, dalam pembelajaran KBK, guru bukan
sebagai satu-satunya sumber belajar. Guru berperan hanya sebagai fasilitator untuk
mempermudah siswa belajar dari berbagai macam sumber belajar.
LAPORAN-10

Implementasi Kurikulum

Oemar Hamalik mendefenisikan implemantasi kurikulum yang dikutipnya dari Miller dan
Salller (1985), bahwa In some cose, implemetasi has been identified with instruction”
yang penjelasannya ialah implementasi kurikulum merupakan sutau penerapan konsep,
ide, program atau tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau berbagai
aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan
untuk berubah. Dalam implementasi kurikulum terdapat beberapa prinsip yang
menunjang tercapainya keberhasilan, yaitu:

1. Perolehan kesempatan yang sama Prinsip ini mengutamakan penyediaan tempat


yang memberdayakan semua peserta didik secara demokratis danberkeadilan, untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Seluruh peserta didik berasal dari
berbagai kelompok, termasuk kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan
sosial, yang memerlukan bantuan khusus. Begitu pula halnya dengan peserta yang
berbakat dan unggul, berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan
kemampuan dan kecepatannya.

2. Berpusat pada anak Upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama,
dan menilai diri sendiri sangat di utamakan agar peserta didik mampu membangun
kemauan, pemahaman, dan pengetahuannya. Oleh karenanya sangatlah penting
keberadaan dari penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif. Pengajiannya di
sesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

3. Pendekatan dan kemitraan Seluruh pengalaman belajar dirancang secara


berkesinambungan mulai dari Taman Kanak-kanak hingga kelas I sampai kelas XII.
Pendekatan yang digunakan dalam pengorganisasian pengalaman belajar berfokus
pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegritaskan berbagaidisiplin
ilmu. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar menuntut kemitraan dan tanggung
jawab bersama dari peserta didik, guru, sekolah, perguruan tinggi, dunia kerja dan
industri, orang tua, dan masyarakat.

4. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan. Standar


kompetensi disusun oleh pusat, dan cara pelaksanaannya di sesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah atau sekolah. Standar kompetensi
dapat dijadikan acuan penyusunan kurikulum berdiversifikasi, berdasarkan satuan
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, serta bertaraf international.
LAPORAN-11

Kaitan Kurikulum dengan Pembelajaran

Kaitan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Antara Pendidikan, Kurikulum,
dan Pembelajaran itu saling berkaitan, karena kurikulum merupakan cermin untuk teori
Pendidikan yang berjalan di suatu negara dalam masyarakat, sedangkan Pembelajaran
adalh bentuk realisasi dari kurikulum. Jadi semua itu saling berkaitan untuk melengkapi
satu dengan yang lainnya. Oliva (1992) menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan
apa yang harsus diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara
mengajarkannya. Menurut Oliva kurikulum berhubungan dengan sebuah program,
sebuah perencanaan, isi atau materi pelajaran serta pengalaman belaar, sedangkan
pengajaran berkaitan dengan metode, tindakan mengajar, implementasi dan presentasi.
Peter F. Oliva (1992) menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum
dengan pengajaran dalam beberapa model sebagai berikut :

1. Model dualistis (the dualistic model) Pada model ini kurikulum dan pengajaran
terpisah. Keduanyatidak bertemu. Kurikulum yang seharusnya menjadi imput dalam
menata sistem pengajaran tidak tampak. Demikian juga pengajaran yang semestinya
memberikan balikan dalam proses penyempurnaan kurikulum tidak terjadi, karena
kurikulum dan pengajaran berjalan sendiri. Model ini digambarakan sebagai berikut :

2. Model berkaitan (the interlocking model) Dalam model ini kurikulum dan pengajaran
dianggap sebagai suatu sistem yang keduanya memiliki hubungan. Kurikulum dan
pengajaran maupun sebaliknya pengajaran dan kurikulum ada bagian yang berkaitan,
sehingga keduanya memiliki hubungan.

3. Model konsentris (the concentric model) Pada model ini kurikulum dan pengajaran
memiliki hubungan dengan kemungkinan kurikulum bagian dari pengajaran atau
pengajaran bagian dari kurikulum. Di sini ada ketergantungan satu dengan yang lain.
4. Model Siklus (the ciclical model) Model ini menggambarkan hubungan timbal balik
antara kurikulum dan pengajaran. Keduanya dianggap saling mempengaruhi. Segala
yang ditentukan dalam kurikulum akan menjadi dasar dalam proses pelaksanaan
pengajaran. Sebaliknya yang terjadi dalam pengajaran dapat memengaruhi keputusan
kurikulum selanjutnya. Dalam model ini hubungan keduanya sangat erat meski
kedudukannya terpisah yang berarti dalam analisis juga terpisah.
LAPORAN-12

Prosedur Pengembangan Kurikulum


Setelah kita memahami pengertian dan model-model pengembangan kurikulum, kita
tinggal bagaimana menerapkan konsep pengembangan kurikulum tersebut. Akan
tetapi, penerapan tersebut haruslah melalui beberapa prosedur. Prosedur yang
sistematis ini saling terkait dan berkelanjutan atau bisa dikatakan berdasarkan
pada proses manajeman. Adapun prosedurnya yaitu; perencanaan kurikulum,
pengorganisasian kurikulum, penyusunan staf dan kontrol kurikulum.
1.PerencanaanKurikulum
Perencanaan merupakan suatu proses intelektual yang melibatkan pembuatan
keputusan.proses ini menuntut persiapan mental untuk berpikir sebelum bertindak,
berbuat berdasarkan kenyataan, bukan perkiraan dan berbuat sesuatu secara teratur.
Perencanaan membantu organisasi untuk fokus pada keuntungan jangka pendek untuk
mempertimbangkan pentingnya program dan kegiatan-kegiatan serta pengaruhnya
untuk masa mendatang. Suatu rencana yang baik terdiri dari 5 unsur khusus, yaitu:
a.Tujuan dirumuskan secara jelas
b.Komperhensif, menyeluruh namun jelas bagi stafdan para anggota organisasi
c.Hirarki rencana yang terfokus pada daerah yang paling penting
d.Bersifat ekonomis, mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia
e.Layak, yaitu memungkinkan adanya perubahan

Anda mungkin juga menyukai