Oleh :
2105056016
KELAS A
LAPORAN-1
Pengertian Kurikulum
Dalam dunia Pendidikan, kurikulum menjadi hal yang sangat penting. Tanpa adanya
Kurikulum yang tepat, para peserta didik tak akan memperoleh target pembelajaran
yang sesuai. Seiring berkembangnya zaman Kurikulum dalam dunia pendidikan pun
terus mengalami perubahan. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di
eranya masing-masing.
Dengan penyesuaian tersebut, diharapkan setiap peserta didik dapat menyesuaikan diri
dengan baik di masyarakat kelak. Bagi Anda yang bergelut di dunia pendidikan, tentu
harus memahami apa itu Kurikulum dan seluk beluknya. Berikut akan dijelaskan
pengertian Kurikulum dan hal-hal penting lain yang perlu Anda ketahui.
Kurikulum berisi sekumpulan rencana, tujuan, dan materi pembelajaran. Termasuk cara
mengajar yang akan menjadi pedoman bagi setiap pengajar supaya bisa mencapai
target dan tujuan pembelajaran dengan baik. Jika dilihat secara etimologis, Kurikulum
berasal dari bahasa Yunani, yaitu “curir” yang berarti pelari, serta “curere” yang berarti
tempat berpacu. Dulu, istilah ini dipakai dalam dunia olahraga.
Jadi, Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah jarak yang mesti ditempuh seorang
pelari supaya mendapat medali atau penghargaan lainnya. Kemudian, istilah Kurikulum
tersebut diadaptasi dalam dunia pendidikan. Jadi pengertian Kurikulum dalam dunia
pendidikan kemudian menjadi sekumpulan mata pelajaran yang harus ditempuh dan
dipelajari oleh peserta didik supaya mendapatkan ijazah atau penghargaan.
Adapun pengertian Kurikulum ini juga disampaikan dalam UU dan oleh para ahli
pendidikan, berikut pengertian menurut mereka:
3. Harold B. Alberty
Harold menyatakan bahwa kurikulum merupakan semua kegiatan yang diberikan
kepada peserta didik atas tanggung jawab sekolah. Kurikulum ini tak hanya terbatas
pada segala hal di dalam kelas saja, melainkan juga semua kegiatan di luar sekolah.
Sementara itu, dalam UU tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal
1 butir 19 disebutkan, kurikulum merupakan seperangkat pengaturan dan rencana
mengenai tujuan, isi, dan materi pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum menjadi sangat
penting untuk dimiliki setiap sekolah sebagai pedoman bagi para guru. Terutama bagi
sekolah-sekolah formal, di mana kurikulum akan menjadi pedoman dan memberikan
arah dalam mengajar. Sesuai dengan pengertian kurikulum, yaitu sesuatu yang
terencana, maka dalam dunia pendidikan segala kegiatan siswa dapat diatur dengan
sedemikian rupa. Sehingga tujuan adanya pendidikan dapat tercapai.
LAPORAN 2
Fungsi Kurikulum
Seperti yang telah disebutkan dalam pengertian kurikulum, di mana segala hal tentang
pembelajaran peserta didik di sekolah akan dituangkan di dalamnya. Maka kurikulum
memiliki fungsi yang penting. Sementara itu, fungsi dapat diartikan secara variatif
sesuai dengan bidang yang memakai istilah.
a. Fungsi Integrasi
Fungsi ini diartikan bahwa kurikulum dapat menjadi alat yang akan membentuk pribadi-
pribadi peserta didik yang utuh dan berintegritas di masyarakat melalui dunia
pendidikan.
b. Fungsi Persiapan
Fungsi ini diartikan bahwa kurikulum mampu memberikan modal atau persiapan bagi
peserta didik untuk mempersiapkan diri memasuki jenjang berikutnya, termasuk siap
untuk hidup di masyarakat ketika tidak ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
c. Fungsi Penyesuaian
Ketiga adalah fungsi penyesuaian, di mana kurikulum dapat melakukan adaptasi
terhadap berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat dan cenderung
dinamis.
d. Fungsi diferensiasi
Keempat ada fungsi kurikulum sebagai diferensiasi, artinya kurikulum menjadi alat
pendidikan yang memperhatikan setiap pelayanan kepada peserta didiknya. Sebab
setiap peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain.
e. Fungsi Diagnostik
Kelima adalah fungsi diagnostik, yaitu menyatakan bahwa kurikulum berfungsi untuk
memahami dan mengarahkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik supaya
dapat terus menggali dan mengasah potensi tersebut, termasuk memperbaiki
kelemahan yang dimiliki.
f. Fungsi Pemilihan
Terakhir ada fungsi pemilihan, yaitu menyatakan bahwa kurikulum memberikan fasilitas
kepada peserta didik dengan cara memberikan kesempatan kepada mereka dalam
memilih program pembelajaran sesuai minat dan bakat masing-masing anak.
Seperti pengertian kurikulum yang telah dijelaskan di atas, bahwa kurikulum juga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan maupun keadaan lingkungan dan masyarakat.
Sehingga kurikulum memiliki sifat dinamis, dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Maka dari itu, tak heran apabila di Indonesia kurikulum mengalami perubahan
dari masa ke masa.
Indonesia pertama kali memakai kurikulum dengan nama Rentjana Pelajaran 1947. Di
mana penekanan di dalam pembelajaran yaitu pada pembentukan karakter masyarakat
Indonesia supaya menjadi manusia yang berdaulat dan merdeka. Kemudian pada
tahun 1952, kurikulum tersebut disempurnakan kembali dengan tajuk Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Dalam periode ini ada perhatian khusus pada setiap guru
supaya mengajarkan satu mata pelajaran saja kepada peserta didik.
Selanjutnya, pada tahun 1964 kurikulum di Indonesia kembali disempurnakan. Kali ini
terdapat tambahan berupa penekanan pada program Pancawardhana (yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional, ketrampilan, serta jasman).
Perubahan kurikulum di tahun berikutnya terjadi pada tahun 1968. Di mana penekanan
dititikberatkan pada pembentukan manusia Pancasila sejati yang harus dimaksimalkan
di setiap lembaga pendidikan. Perubahan selanjutnya dilakukan pada tahun 1975. Pada
masa perubahan ini dikenal yang namanya satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan.
Pada dasarnya, ada banyak perubahan yang terjadi selama kurun waktu tersebut. Tak
hanya pada proses penilaian saja, namun isi dari kurikulum juga terus diperbarui. Meski
begitu, setiap perubahan tentu mempunyai harapan bahwa dunia pendidikan di
Indonesia bisa menjadi semakin maju. Para peserta didik yang menjadi perhatian
utama dari kurikulum pun bisa menjadi seseorang yang jauh lebih bernilai.
LAPORAN-4
Umumnya, terdapat lima buah komponen dalam pembuatan kurikulum, yaitu sebagai
berikut:
1. Tujuan Kurikulum
Pertama adalah tujuan kurikulum. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan sebuah
perencanaan, tentu harus memiliki tujuan, begitu juga dengan kurikulum. Tanpa tujuan
yang jelas, tentu apa yang telah dirumuskan tidak akan ada artinya. Pendidikan di
Indonesia tentu juga mempunyai tujuan, maka dari itu, pembentukan kurikulum
ditujukan demi mewujudkan ketercapaian pendidikan tersebut.
Tak hanya di Indonesia saja, di negara lain pun kurikulum mempunyai tujuan. Meski
setiap satu negara dengan yang lainnya sudah memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Semua itu disesuaikan dengan falsafah negara, sumber daya manusia dan alam yang
dimiliki, serta keadaan politik dan sosial warga masyarakat. Adapun tujuan dari
pendidikan di Indonesia sesuai jenjangnya adalah:
Tujuan pendidikan dasar yang menaruh perhatian penting pada aspek kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan juga keterampilan sebagai pondasi
utama. Dengan pondasi tersebut diharapkan peserta didik mampu hidup lebih
mandiri, serta memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Tujuan pendidikan menengah, yakni untuk meningkatkan kecerdasaan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan juga keterampilan guna menjadi bekal
bagi kehidupan remaja yang penuh tantangan.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan, yang bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasaan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan yang jauh
lebih baik dari sebelumnya. Dengan begitu, peserta didik siap untuk hidup mandiri
di masyarakat dan mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Materi dalam Kurikulum
Komponen kedua adalah materi. Jadi, di dalam kurikulum akan dimuat materi yang
berbentuk bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun materi di dalam kurikulum tidak boleh dibuat
dengan sembarangan. Materi yang dicantumkan harus sesuai dengan perkembangan
setiap siswa dan bermakna bagi mereka, kemudian terdiri dari pengetahuan ilmiah yang
dapat diujikan kebenarannya, menjadi cerminan kenyataan nasional, serta mampu
menjadi penunjang tercapainya tujuan pendidikan.
2. Strategi Pembelajaran
Kemudian ada komponen kurikulum nomor tiga, yaitu strategi pembelajaran. Untuk
mencapai sebuah tujuan pendidikan, strategi menjadi sangat penting. Strategi
pembelajaran dapat berupa metode dan peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan pelajaran kepada para peserta didik. Strategi yang diterapkan oleh
setiap negara tentu tidak sama antara satu dengan lainnya. Semua itu tergantung
terhadap beberapa faktor, terutama sumber daya alam dan manusianya. Semakin kaya
sumber daya alam dan semakin berkualitas sumber daya manusia di suatu negara,
strategi yang diterapkan dapat lebih maksimal dan bervariasi.
3. Organisasi Kurikulum
Dalam hal ini, setiap ahli memiliki pandangan masing-masing terhadap kurikulum yang
perlu diterapkan. Maka dari itu, keberagaman yang ada menjadikan bekal untuk
mengorganisasikan kurikulum dengan lebih baik.
4. Evaluasi
Komponen kurikulum yang terakhir yaitu evaluasi. Evaluasi ini ditujukan untuk
melakukan pemeriksaan, apakah kurikulum yang telah dibuat dan diterapkan berjalan
dengan lancar, sehingga efektif dan mampu mencapai tujuan dari pendidikan.
LAPORAN-5
Konsep Kurikulum
Kurikulum sebagai sesuatu yang terencana dan dibuat dengan berbagai pertimbangan,
tentu memiliki sebuah konsep. Adapun konsep ini terus mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan zaman. Perubahan-perubahan pada masyarakat juga turut
menjadi penyumbang bagi pembaharuan konsep kurikulum. Namun secara umum,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga konsep kurikulum, yaitu sebagai berikut:
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama penting, yaitu kurikulum sebagai dokumen dan
kurikulum sebagai implementasi yang dapat bermanfaat bagi setiap orang yang
membutuhkan. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi
guru dan kurikulum sebagai implementasi merupakan realisasi dari dokumen dalam
bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Keduanya merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan, ada kurikulum berarti ada pembelajaran dan sebaliknya ada pembelajaran
ada kurikulum. Implementasi kurikulum memerlukan seseorang yang berperan sebagai
pelaksananya. Guru merupakan faktor penting dalam implementasi kurikulum karena ia
merupakan pelaksana kurikulum. Karena itu guru dituntut memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikannya karena tanpa itu kurikulum tidak akan bermakna sebagai alat
pendidikan. Dan sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa kurikulum sebagai
pedoman. Dengan demikian guru menempati peran dalam pengembangan kurikulum
2013.
2. Sebagai adapters. Guru lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum akan tetapi
juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan
kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah
ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal.
4. Peran guru dalam pengembangan kurikulum 2013. Pada hakikatnya, kurikulum 2013
merupakan penyempurnaan dari pengembangan kurikulum sebelumnya dan harus pas
pada sasaran kurikulum zaman milenial. Sasaran perubahan kurikulum tidak lain adalah
guru sebagai pelaksana langsung di ruang kelas. Oleh sebab itu, pembahasan lebih
diarahkan pada bagaimana peranan guru dalam kurikulum 2013.
9. Inspirator pembelajaran kurikulum. Guru menjadi sumber inspirasi utama bagi siswa
dalam mengelola materi pelajaran. Pemikiran dan strategi yang disampaikan guru akan
menggerakkan siswa belajar secara mandiri dan kreatif
LAPORAN-7
b. Perenialisme Dalam tradisi Plato, Aristoteles dan ahli filsafat Katolik, St. Thomas
Aquinas, pendidikan bermaksud mengatur pikiran, kemampuan, perkembangan rasio
dan pencarian kebenaran.Menurut sejarah, esensialisme dan progresifis berhasil
mengendalikan kesetian masyarakat umum Amerika dari tahun 1635, yang diawali
dengan berdirinya sekolah Latin Boston sampai tahun 1896 atas prakarsa asisten John
Dewey di Universitas Chicago. Menurut esensialis, pendidikan bertujuan untuk
menyebarkan budaya. Apabila rekonstruktisme hendak mengubah masyarakat secara
aktif, sebaliknya esensialis menghindari hal tersebut.
c. Progresivisme Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, progresivisme, yang
dikenal juga dengan nama pragmatisme, berkembang melalui struktur pendidikan di
Amerika sebagai jawaban atas doktrin esensialisme. Dengan tokoh-tokohnya seperti
John Dewey, William H. Kilpatrick, John Childs, dan Boyd Bode, progresivisme
berupaya menyajikan bahan dasar bagi para pelajar. Bekaitan dengan hal ini, penganut
progresivisme membuka sekolah untuk anak-anak sebagai sekolah penelitian di
Universitas Chicago. John Dewey pun kemudian mengumpukan bahan-bahan
pemikiran progresivisme dalam sebuah seri penerbitan, antara lain, “Democracy and
Education”, “experience and Education”, “How We Think”, dan “Pendagofic Creed”.
LAPORAN-9
Dalam melaksanakan kurikulum yang dipergunakan oleh suatu lembaga, sudah jelas
untuk melaksanakan, merealisasikan suatu pembelajaran yang diharapkan mencapai
hasil yang diinginkan untuk mengimplementasikan suatu kurikulum harus memiliki suatu
ciri atau cara tersendiri yang dilaksanakan. Ciri-ciri atau cara yang dilaksanakan oleh
suatu lembaga dalam menjalankan proses kegiatan itu ditandai oleh suatu kekhasan
atau model yang dapat disebut dengan karakteristik. a. Karakteristik pengembangan
Kurikulum Karakteristik suatu kurikulum menurut Wina Sanjaya menyebutkan
karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dikutipnya dari Depdiknas:
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Ini artinya,
keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator
inilah yang selanjutnya dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan sudah
tercapai atau belum. Proses pencapaian hasil belajar itu tentu saja sangattergantung
pada kemampuan siswa. Sebab diyakini, siswa memiliki kemampuan dan kecepatan
yang berbeda. KBK memberikan peluang yang sama kepada seluruh siswa untuk dapat
mencapai hasil belajar.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainya yang memenuhi
unsur edukatif. Artinya, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya teknologi informasi, dewasa ini siswa bisa belajar dengan memanfaatkan
berbagai sumber belajar yang tersedia. Guru, dalam pembelajaran KBK, guru bukan
sebagai satu-satunya sumber belajar. Guru berperan hanya sebagai fasilitator untuk
mempermudah siswa belajar dari berbagai macam sumber belajar.
LAPORAN-10
Implementasi Kurikulum
Oemar Hamalik mendefenisikan implemantasi kurikulum yang dikutipnya dari Miller dan
Salller (1985), bahwa In some cose, implemetasi has been identified with instruction”
yang penjelasannya ialah implementasi kurikulum merupakan sutau penerapan konsep,
ide, program atau tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau berbagai
aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan
untuk berubah. Dalam implementasi kurikulum terdapat beberapa prinsip yang
menunjang tercapainya keberhasilan, yaitu:
2. Berpusat pada anak Upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama,
dan menilai diri sendiri sangat di utamakan agar peserta didik mampu membangun
kemauan, pemahaman, dan pengetahuannya. Oleh karenanya sangatlah penting
keberadaan dari penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif. Pengajiannya di
sesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Kaitan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Antara Pendidikan, Kurikulum,
dan Pembelajaran itu saling berkaitan, karena kurikulum merupakan cermin untuk teori
Pendidikan yang berjalan di suatu negara dalam masyarakat, sedangkan Pembelajaran
adalh bentuk realisasi dari kurikulum. Jadi semua itu saling berkaitan untuk melengkapi
satu dengan yang lainnya. Oliva (1992) menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan
apa yang harsus diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara
mengajarkannya. Menurut Oliva kurikulum berhubungan dengan sebuah program,
sebuah perencanaan, isi atau materi pelajaran serta pengalaman belaar, sedangkan
pengajaran berkaitan dengan metode, tindakan mengajar, implementasi dan presentasi.
Peter F. Oliva (1992) menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum
dengan pengajaran dalam beberapa model sebagai berikut :
1. Model dualistis (the dualistic model) Pada model ini kurikulum dan pengajaran
terpisah. Keduanyatidak bertemu. Kurikulum yang seharusnya menjadi imput dalam
menata sistem pengajaran tidak tampak. Demikian juga pengajaran yang semestinya
memberikan balikan dalam proses penyempurnaan kurikulum tidak terjadi, karena
kurikulum dan pengajaran berjalan sendiri. Model ini digambarakan sebagai berikut :
2. Model berkaitan (the interlocking model) Dalam model ini kurikulum dan pengajaran
dianggap sebagai suatu sistem yang keduanya memiliki hubungan. Kurikulum dan
pengajaran maupun sebaliknya pengajaran dan kurikulum ada bagian yang berkaitan,
sehingga keduanya memiliki hubungan.
3. Model konsentris (the concentric model) Pada model ini kurikulum dan pengajaran
memiliki hubungan dengan kemungkinan kurikulum bagian dari pengajaran atau
pengajaran bagian dari kurikulum. Di sini ada ketergantungan satu dengan yang lain.
4. Model Siklus (the ciclical model) Model ini menggambarkan hubungan timbal balik
antara kurikulum dan pengajaran. Keduanya dianggap saling mempengaruhi. Segala
yang ditentukan dalam kurikulum akan menjadi dasar dalam proses pelaksanaan
pengajaran. Sebaliknya yang terjadi dalam pengajaran dapat memengaruhi keputusan
kurikulum selanjutnya. Dalam model ini hubungan keduanya sangat erat meski
kedudukannya terpisah yang berarti dalam analisis juga terpisah.
LAPORAN-12