Pendidikan adalah salah satu hal yang penting terutama di era modern seperti ini. Pendidikan
sangatlah dibutuhkan untuk menunjang atau mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan
bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Tapi seperti yang kita
lihat selama ini mutu atau kwalitas pendidikan di Indonesia tidaklah cukup baik dibanding
Negara-negara lain. Salah satu sebabnya adalah kurikulum pendidikan yang ada belum terlalu
efektif dan membantu bagi proses pendidikan terutama bagi guru maupun pelajar. Oleh
karena itu tidak heran hamper setiap tahun kurikulum pasti berubah-ubah guna mencari
kuikulum yang terbaik bagi kemajuan pendidikan di Indonesia sendiri.
DEFINISI KURIKULUM
Menurut kamus Webster tahun 1856, kurikulum adalah: 1. A race course; a place for
running; a chariot. 2. A course in general; applied particularly to the course of study
in a university. Kurikulum adalah jarak yang ditempuh oleh pelari atau kereta dalam
perlombaan.
Menurut kamus Webster tahun 1955, kurikulum adalah: 1. A course esp. a specified
fixed course of study, as in a school course, as one leading to degree. 2. The whole
body of courses offered in an educational institution or department thereof.
Kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran
di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh guna mencapai
satu ijazah atau tingkat tertentu.
Hilda Taba dalam buku Curriculum Development, Theory, and Practice
mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang
direncanakan untuk pelajaran anak.
J. Galen dan William M. Alexander dalam buku Curriculum planning for Better
Teaching and Learning(1956)memberikan definisi kurikulum sebagai the sum total of
schools effort to influence learning, whether in the classroom, on the playground or
out of school. Oleh karena nya, segala usaha sekolah guna mempengaruhi anak
belajar, apakah dalam ruangan, di halaman sekolah, atau di luar sekolah di sebut
kurikulum.
Harold B. Albertys dalam buku Reorganizing the High Scchool
Curriculum(1965)mencermati kurikulum sebagai segala kegiatan yang difasilitasi
oleh sekolah demi kepentingan siswa.
B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan Shore memandang kurikulum sebagai
rangkaian pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada anak agar mereka dapat
berpikir dan berbuat sesuatu dengan masyarakatnya.
William B. Ragan dalam buku Modern Elementary Curriculum(1966)menjelaskan
arti kurikulum sebagai all the experiences of children for which the school accepts
responsibility. It denotes the result of efforts on the part of the adult of the community
and the nation to bring to children the finest, most whole some influences that exist in
the culture.
J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary School
Improvement(1973)berpendapat bahwa kurikulum mencakup metode mengajar, cara
mengevaluasi murid dan semua program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan
penyuluhan, supervisi dan administrasi, dan hal-hal struktural mengenai waktu,
jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran..
Di bawah ini adalah beberapa prinsip tentang pengelolaan kurikulum antara lain( rahman,
2013):
1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat
diperhatikan. Output(peserta didik)harus menjadi pertimbangan agar sesuai
dengan rumusan tujuan pengelolaan kurikulum.
2. Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang
menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya
agar dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
3. Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal,
maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.
4. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan
dengan pertimbanagn efektif dan efisien, agar kegiatan manejemen kurikulum dapat
memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5. Mengarahkan pada pencapaian visi, misi dan tujuan yang sudah ditetapkan.
Dibawah ini adalah beberapa fungsi tentang pengelolaan kurikulum antara lain(Kurniawan,
2013):
PENUTUP
Dari pemaparan di atas kita mengetahui bahwa prinsip dan fungsi pengelolaan kurikulum
adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi keberadaan kurikulum itu sendiri sehingga
kurikulum tersebut bisa membawa perubahan bagi kualitas pendidikan yang menggunakan
kurikulum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Kurikulum
18 Votes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan dan kurikulum dua hal yang berbeda. Pengelolaan merupakan upaya menata
sumber daya agar organisasi terwujud secara produktif. Sedangkan kurikulum berkaitan
dengan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan,
termasuk kegiatan kegiatan belajar mengajar di kelas. Karena itu, pengelolaan merupakan
kegiatan engineering yaitu kegiatan to produce, to implement and to appraise the
effectiveness of the curriculum.
Kurikulum yang dibuat oleh Pemerintah Pusat adalah kurikulum standar yang berlaku secara
nasional. Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragam. Oleh karena itu, dalam
implementasinya, sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, dan
memodifikasi), namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional.
Sekolah dibolehkan memperdalam kurikulum, artinya, apa yang diajarkan boleh dipertajam
dengan aplikasi yang bervariasi. Sekolah juga dibolehkan memperkaya apa yang diajarkan,
artinya apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus, dan seharusnya, dan yang dapat
diajarkan. Demikian juga, sekolah dibolehkan memodifikasi kurikulum, artinya apa yang
diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan selaras dengan karakteristik peserta
didik.
Pengelolaan Kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik,
dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa. Jadi bagaimana strateginya agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Perubahan kurikulum yang berbasis kompetensi (KBK) merupakan salah satu usaha
peningkatan mutu pendidikan,dan ini sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Bank
Dunia(Depdiknas, 2003). Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performan
tertentu. KBK mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
pencapaiannya berupa perilaku atau ketrampilan peserta didik se-bagai suatu kriteria
pembelajaran.
B. Identifikasi Masalah
1. Apa perbedaan antara KBK dengan KTSP?
2. Apa saja tahapan pengelolaan kurikulum?
3. Apa saja karakteristik dan prinsipprinsip yang mendasari Kurikulum Berbasis
Kompetensi?
4. Bagaimana peran serta guru dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ?
5. Bagaimana proses pengelolaan kurikulum bagi sekolah kategori mandiri/sekolah standar
nasional?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui berbagai perbedaan antara KBK dengan KTSP.
2. Mengetahui tahapan-tahapan pengelolaan kurikulum.
3. Mengetahui karakteristik dan prinsip-prinsip yang mendasari Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
4. Mengetahui peran serta guru dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
5. Mengetahui tentang proses pengelolaan kurikulum bagi sekolah kategori mandiri/sekolah
standar nasional
D. Metode Penulisan
Penelitian di atas dilaksanakan dengan menggunakan metode kepustakaan dan browsing dari
internet.
E. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan di atas dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat luas. Sehingga
semakin mengetahui berbagai jenis kurikulum yang pernah dan sampai saat ini masih
digunakan di sekolah. Selain itu, hasil penulisan ini dapat menumbuhkan kesadaran kepada
masyarakat luas khususnya mahasiswa tentang pengelolaan kurikulum.
F. Sistematika Penulisan
Karya tulis tersusun dalam tiga bab.
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
B. Identifikasi masalah
C. Tujuan penulisan
D. Metode penulisan
E. Kegunaan penulisan
F. Sistematika penulisan
Bab II Pembahasan
a. Konsep Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi
b. Tahapan Pengelolaan Kurikulum
c. Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi
d. Peran serta Guru
e. Proses Pengelolaan Kurikulum Bagi Sekolah Kategori Mandiri/ Sekolah Standar Nasional
Bab III berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran.
BAB II
PEMBAHASAN
http: //www.puslitjaknov.depdiknas.go.id/data/file/2008/makalah_peserta/
41_Husni%20Jamal_KINERJA%20GURU%20DALAM%20MENGADOPSI%20INOVASI
%20KURIKULUM.pdf
D. Peran serta Guru
Implementasi KBK berimplikasi terhadap serangkaian tuntutan yang harus dipenuhi oleh
seorang guru dalam menjalan tugas keprofesionalannya. Dengan asumsi bahwa gurulah yang
paling tahu mengenai tingkat perkembangan peserta, perbedaan perorangan (individual)
siswa, daya serap, suasana dalam kegiatan pembelajaran, serta sarana dan sumber yang
tersedia maka guru berwenang untuk menjabarkan dan mengembangkan kurikulum ke dalam
silabus. Pengembangan ini hendaknya mendasarkan pada beberapa hal diantaranya: isi
(konten), konsep, kecakapan / keterampilan, masalah, serta minat siswa (Anonim, 2004).
Guru perlu memahami prinsip-prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan
kemampuan internal siswa. Peningkatan kemampuan ini misalnya dilakukan dengan
menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu mencapai
kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual (Anonim, 2003). Pentingnya peran guru
dalam implementasi kurikulum ditegaskan juga oleh Lee (1996) serta Mars (1980) dan
Syaodih (1988) di dalam Mulyasa (2003).
Peran guru dalam pembelajaran pada konteks KBK, menurut Sanjaya (2005), adalah sebagai:
(1) fasilitator; (2) manajer; (3) demonstrator; (4) administrator; (5) motivator; (6) organisator;
dan (7) evaluator. Sebagai fasilitator guru berperan untuk memudahkan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran, terutama dalam kaitannya dengan penggunaan media dan
sumber belajar. Sebagai manajer pembelajaran guru berperan dalam menciptakan suasana /
iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, melalui pengelolaan
kelas yang baik.
Peran sebagai demonstrator dapat ditunjukkan dengan penampilan guru yang menjadi acuan
bagi siswa. Sebagai administrator guru memungsikan penggunaan dokumentasi dan data
siswa untuk keperluan pembinaan dan bimbingan. Sebagai organisator peran yang diharapkan
pada guru dalam mengorganisasi siswa, baik secara kelompok maupun individual, sehingga
tetap terjaga keharmonisan diantara siswa. Guru sebagai evaluator harus memilik
kemampuan untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran pada masing-masing siswa dan
kelompok siswa, serta mampu menggunakannya sebagai alat untuk penentuan tindak lanjut.
E. Proses Pengelolaan Kurikulum Bagi Sekolah Kategori Mandiri/ Sekolah Standar Nasional
Setiap guru yang mengajar di Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional perlu
terlebih dulu melakukan analisis materi pelajaran untuk menentukan sifat materi yang
esensial dan kurang. Suatu materi dikatakan memiliki konsep esensial bila memenuhi unsur
kreteria berikut ini : (1) Konsep dasar, (2) Konsep yang menjadi dasar untuk konsep berikut,
(3) Konsep yang berguna untuk aplikasi, (4) Konsep yang sering muncul pada Ujian Akhir
(Munandar, 2001).
Materi pelajaran yang diidentifikasi sebagai konsep-konsep yang esensial diprioritaskan
untuk diberikan secara tatap muka, sedangkan materi-materi yang non-esensial, kegiatan
pembelajarannya dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan mandiri (Slameto, 1991).
Berdasarkan paparan di atas dapat dikemukakan bahwa kurikulum dan materi pelajaran yang
digunakan dalam penyelenggaraan SKM/SSN adalah kurikulum yang disusun satuan
pendidikan dengan pengorganisasian materi kurikulum dibuat menjadi materi umum/wajib
dan materi khusus/pilihan. Bentuk pengelolaan yang sesuai dengan uraian di atas adalah
kurikulum yang disusun menggunakan pendekatan satuan kredit semester.
Pada penerapan SKS, kurikulum dan beban belajar peserta didik dinyatakan dalam satuan
kredit semeser (sks). Mata pelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu mata pelajaran umum
(MPU), mata pelajaran dasar (MPD), dan mata pelajaran pilihan (MPP). MPU harus diambil
oleh semua peserta didik sebagai proses pembentukan pribadi yang memiliki akhlak mulia,
kepribadian, estetika, jasmani yang sehat, dan jiwa sebagai warganegara yang baik. MPD
harus diambil peserta didik sebagai landasan menguasai semua bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. MPP adalah sejumlah mata pelajaran yang disusun menjadi program bidang
tertentu yang dipilih sesuai dengan minat, potensi dan kebutuhan serta orientasi bidang studi
di perguruan tinggi. Namun, mata pelajaran dari program tertentu boleh juga diambil oleh
peserta didik yang telah memilih program lain untuk memperkaya bidang karirnya.
Mengingat kemungkinan bervariasinya mata pelajaran yang dipilih peserta didik maka
sekolah perlu menunjuk petugas pengelola data akademik untuk mendata kemajuan belajar
setiap peserta didik dan menyimpannya dengan baik yang dapat dibuka kembali setiap
diperlukan. Sekolah mengatur jadwal kegiatan pengganti bagi peserta didik yang pernah
absen dan mengatur jadwal kegiatan remidial bagi peserta didik yang belum mencapai
kompetensi minimal yang ditetapkan.
Sekolah menunjuk guru sebagai petugas pembimbing akademik yang membina peserta didik
maksimum 16 orang setiap guru. Guru pembimbing akademik bertugas membantu peserta
didik memilih mata pelajaran yang akan diambil pada suatu semester, memilih program
jurusan, dan menyelesaikan persoalan akademik secara umum serta menjawab pertanyaan
akademik dari orang tua peserta didik yang menjadi binaannya. Peserta didik yang pada suatu
semester memiliki indeks prestasi (IP) tinggi maka pada semester berikutnya diberi
kesempatan untuk mengambil beban belajar lebih banyak sehingga dapat mencapai kebulatan
studi dalam rentang waktu kurang dari enam semester, dan sebaliknya.
http://www.pls-unnes.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=33
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengelolaan Kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik,
dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa. Jadi bagaimana strateginya agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Beberapa strategi tersebut diantaranya adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum
Tingkat satuan Pendidikan dan Sekolah Kategori Mandiri.
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan salah satu usaha peningkatan mutu
pendidikan,dan ini sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Bank Dunia(Depdiknas,
2003). KBK dapat dikatakan cukup selangkah lebih maju dari kurikulum sebelumnya tetapi
masih terlalu jauh untuk dikatakan sempurna. Hal ini dikarenakan dalam pengembangan
KBK ini masih terdapat beberapa kendala yang cukup berpengaruh dalam pengembangannya.
Perubahan kurikulum 2004 ke 2006 yang esensial adalah sebetulnya kebijakan bahwa
perancangan kurikulum tidak lagi sentralistik, tapi diserahkan kepada sekolah. Itu sebabnya
kurikulum 2006 dikenal sebagai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang
maknanya adalah bahwa sekolah sebagai Tingkat Satuan Pendidikan terkecil-lah dapat
merancang sendiri kurikulum pendidikannya. Acuan kompetensi per jenjang pendidikan
murid masih dipandu oleh pemerintah, tapi metoda dan bagaimana kompetensi murid dicapai
diserahkan kepada masing-masing sekolah. Dengan demikian berbagai sekolah akan
memiliki keunikan, kekhasan kurikulum berdasarkan kondisi aktual sekolah dan potensi-
potensi yang dimilikinya.
Beranjak dari kurikulum, pengelola sekolah dihadapkan kembali pada masalah berikutnya
yaitu standar manajemen/ pengelolaan sekolah. Penyelenggaraan SKM/SSN adalah
kurikulum yang disusun satuan pendidikan dengan pengorganisasian materi kurikulum dibuat
menjadi materi umum/wajib dan materi khusus/pilihan. Bentuk pengelolaan yang sesuai
dengan uraian di atas adalah kurikulum yang disusun menggunakan pendekatan satuan kredit
semester.
B. Saran
Pemerintah sebaiknya menjabarkan KBK ini secara jelas dan terperinci (contohnya: melalui
pelatihan) sehingga para tenaga pendidik dapat mengimplikasikannya.
Depdiknas dan sekolah/ yayasan yang melakukan kegiatan persekolahan, perlu adanya
kerja sama agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat
diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses pengorganisasian ini
akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan.
Sedangkan manajemen adalah salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan proses-proses
tersebut.Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang mengelola lembaga
pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus pendidikan ataupun
kurikulumnya. Dalam makalah ini penulis akan menerangkan tentang penerapan manajemen dalam
pelaksanaan kurikulum.
1. kegiatan perencaan;
3. kegiatan penilaian.
Sesuai dengan kegiatan pengelolaan kurikulum tersebut, penyajiaanya akan diurutkan mulai
dari perencaan. Namun terlebih dahulu akan dijelaskan dan dibatasi oleh pengertian kurikulum.
Tujuan Penulisan Makalah Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk :
Manfaat penulisan makalah ini untuk menambah wawasan tentang bagaimana pegelolaan
kurikulum dalam suatu lembaga tersusun secara sistematis dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Administrasi
Secara etimologi administrasi berasal dari bahasa Latin ad dan ministro.Ad mempunyai
arti kepada dan ministro berarti melayani.Secara bebas dapat diartikan bahwa administrasi itu
merupakan pelayanan atau pengabdian terhadap subyek tertentu.Memang, zaman dulu administrasi
dikenakan kepada pekerjaan yang berkaitan dengan pengabdian atau pelayanan kepada raja atau
menteri-menteri dalam tugas mengelola pemerintahannya.
Pengertian lain yang secara sederhana dari juga dimekakan oleh Murni Yusuf bahwa
administrasi adalah mengarahkan.
Adapun pengertian administrasi secara luas menurut Syaiful Sagala adalah: Rangkaian
kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk menjalankan roda suatu usaha atau
misi organisasi agar dapat terlaksana dengan suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
` Jadi administrasi merupakan suatu hubungan kerjasama untuk saling melayani dan
mengarahkan secara teratur atau sistematis dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.
Jadi kata administrasi secara harfiah dapat di artikan sebagai suatu kegiatan atau usaha
untuk membantu,malayani,mengarahkan atau mengatur semua kegiatan didalam mencapai suatu
tujuan.(Purwanto:1:2007)
Administrasi dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah
kegiatan rutin catat mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat
dengan segala aspeknya serta mempersiapkan laporan.
Administrasi pendidikan dalam pengertian secara luas adalah segenap proses pengerahan dan
pengintegrasian segala sesuatu baik personel,spiritual maupun material yang bersangkut paut
dengan pencapaian tujuan pendidikan.
Jadi,didalam proses administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat didalam
proses pencapaian tujuan pendidikan itu diintegrasikan,diorganisasi dan dikoordinasi secara
efektif,dan semua materi yang di perlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara efisien.
Dalam pengertian yang luas ini, istilah administrasi juga dapat diartikan sebagai berikut :
Administrasi adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan
usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi untuk mencapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.
Siagian (1992:2) mengemukakan administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang
manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Wayong yang dikutip The Liang Gie (1992:15) mengemukakan bahwa administrasi adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengendalikan suatu usaha. Kegiatan itu bersifat merencanakan,
mengorganisir dan memimpin.
Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas 2 orang atau lebih
Adanya kegiatan/proses/usaha
Adanya tujuan
Engkoswara (1987:1) mengemukakan administrasi pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya adalah
suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara
produktif.
Sutisna (1989:19) mengemukakan administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses dengan mana
sumber-sumber manusia dan materi yang cocok dibuat tersedia dan efektif bagi pencapaian
maksud-maksud organisasi secara efisien.
Sears (1950) sebagaimana dikutip oleh Daryanto (1998:8) mengemukakan Education administration
is the process as including the following activities planning, organizing, directing, coordinating, and
control.
Daryanto (1998:8) mengemukakan administrasi pendidikan adalah suatu cara bekerja dengan orang-
orang, dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif.
Dasuqi dan Somantri (1992:10) mengemukakan administrasi pendidikan adalah upaya menerapkan
kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan.
Soepardi (1988:25) menjelaskan administrasi pendidikan adalah semua aspek kegiatan untuk
mendayagunakan berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana, serta media pendidikan
lainnya) secara optimal, relevan, efektif, dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan.
Sagala (2005:27) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan adalah penerapan ilmu administrasi
dalam dunia pendidikan atau sebagai penerapan administrasi dalam pembinaan, pengembangan,
dan pengendalian usaha dan praktek-praktek pendidikan.
Orientasi pelaksanaan administrasi pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa administrasi merupakan suatu proses kerjasama
antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat
merencanakan, mengorganisir dan memimpin.
2) Kurikulum
Istilah kurikulum pada awalnya bukan dipakai dalam dunia pendidikan, yaitu dipakai sebagai
istilah dalam dunia olah raga.Dalam buku Asas-asas Kurikulum, S. Nasution menyebutkan bahwa
dalam kamus Webster kata kurikulum timbul untuk pertama kalinya pada tahun 1856. Artinya pada
waktu itu ialah: a) a race course; a place for running; a chariot. Yang memiliki arti suatu jarak yang
harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan dari awal sampai akhir.Kurikulum juga
berarti chariot semacam kereta pacu zaman dulu, yakni suatu alat yang membewa seseorang dari
start sampai finish.
Dalam banyak literatur kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis
mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman
belajar.Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa
dokumen atau rencana tertulis.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta
didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori teori dan praktik
pendidikan ( Saylor Alexander & Lewis, 1981).
Pengertian kurikulum menurut Taylor dalam Nanang Fatah dan Aceng Muhtaram (1991)
yaitu :
3) Administrasi Kurikulum
Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar
mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pada tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas
utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-
murid.Karena pada dasarnya pengelolaan/manajemen pendidikan fokus segala usahanya adalah
terletak pada Praktek Belajar mengajar (PBM).Hal ini nampak jelas bahwa pada hakikatnya segala
upaya dan kegiatan yang dilaksanakan didalam sekolah/lembaga pendidikan senantiasa diarahkan
pada suksesnya PBM.
Kurikulum dalam bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses
pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan
yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman.
Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum sebagai
dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran
tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan.
Pasal 1 butir 19 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum nasional yang bersifat minimal
pada dasarnya dapat dimodifikasi untuk melayani kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan dan
kemampuan luar biasa.
1) Sekolah menjalankan kurikulum nasional yang bersifat minimal tanpa mengolah dan
memodifikasi kurikulum guna melayani kebutuhan peserta didik tertentu yang berhak memperoleh
pendidikan khusus.
2) ketentuan yang ada belum mengakomodir kebutuhan peserta didik yang berhak
memperoleh pendidikan khusus.
1. Perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan belajar yang bertujuan untuk membina
peserta didik kearah perubahan tingkahlaku yang diinginkan. Perencanaan merupakan proses
seseorang dalam menentukan arah, dan menentukan keputusan untuk diwujudkan dalam bentuk
kegiatn atau tindakan yang berorientasi pada masa depan.
b.Perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai keputusan tentang konten dan proses.
a. bersifat komprehensif artinya kurikulum tersebut mempunyai arti yang luas dan menyelurah, bukan
sebatas pada jadwal pelajaran saja.
c. Realistik artinya terlihat jelas atau kurikulum disusun sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
d. Humanistik artinya kurikulum disusun untuk kepentingan kemanusian baik bagi peserta didik maupun
bagi masyarakat.
e. Futuralistik artinya kurikulum sebagai pandangan yang mendorong pendidikan yang mengarah ke
masa depan.
g. Berderisifikasi.
h. Bersifat desentralistik artinya kurikulum bersifat merata artinya kurikulum tidak hanya disusun oleh
pusat saja tapi juga pemerintah daerah hingga guru pun diberi wewenang untuk menyusun
kurikulum.
1. Isi kurikulum
Kurikulum harus terdiri atas berbagai mata pelajaran yang urutannya harus disusun secara logis dan
terperinci.
Kurikulum harus mencakup seperangkat masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kehidupan
yang selalu muncul.
Kurikulum mencakup masalah-masalah kehidupan anak-anak sehai-hari yang berbeda-beda pada tiap
kelompok umur.
2. Bahan pelajaran
Urutan pelajaran ditentukan menurut jalan pikiran yang terkandung dalam mata pelajaran yang harus
diberikan.
Urutan pelajaran dimulai dari satuan mata pelajaran yang paling mudah dan berangsur-angsur
menuju pelajaran yang sukar.
Urutan pelajara dtentukan oleh cara-cara yang paling baik dalam mengajarkan tiap mata pelajaran
yang dapat ditemukan dengan jalan melakukan metode ilmiah.
a. Perencanaan kurikulum ditingkat pusat meliputi. Tujuan pendidikan, bahan materi yang dikeluarkan
dalam bentuk buku GBPP, pedoman-pedoman sebagai pelengkap buku GBPP, struktur program.
c. Perencanaan kurikulum di sekolah antara lain penyusunan kalender pendidikan, penyusunan jadwal
pelajaran, pembagian tugas mengajar, penempatan murid di kelas.
d. Hal-hal yang direncanakan guru sehubungan administrasi kurikulum adalah penyusunan program
pengajaran, penyusunan satuan pelajaran, dan perencanaan penilaian hasil belajar2[9][3].
2. Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum adalah penerapan program kurikulum yang telah dikembangkan yang
kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan dengan menyesuaikan terhadap situasi
dilapangan.
a. Kararakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup bahan ajar, tujuan fungsi, sifat, dll.
b. Strtegi pelaksanaan, strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum. Seperti diskusi profesi,
seminar, penataran dan lain-lain.
c. Karakteristik penggunaan yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, serta nilai dan sikap guru
terhadap kurikulum dalam pembelajaran.
Pelaksanaan kurikulum dalam tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk
melaksanakan kurikulum dilingkungan sekolah yang dipimpinnya. Kewajiban kepala sekolah antara
lain menyusun rencana tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan
membawa notula rapat, membuat statistik dan menyusun laporan-laporan.
Pada pelaksanaan ini yang berperan besar adalah guru yang eliputi jenis kegiatan administrasi yaitu:
1. Kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, tugas guru terdiri dari
Menyusun rencana pelaksanaan program
2. Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar ketentuan kurikulum yang berlaku, besifat
pedagogis dan menunjang pendidikan dalam rangka menunjang ketercapaian sekolah.
3. Pembimbing dalam kegiatan belajar, tujuan utama pembimbingan yang diberikan guru adalah untuk
mengembangkan semua kemampuan siswa agar siswa berhasil mengembangkan hidupnya.
Bimbingan seorang guru berupa bantuan untuk menyelesaikan masalah peserta didik sehingga
peserta didik dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan mampu dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya.
3. Penilaian kurikulum
Penilaian kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang
disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat keputusan mengenai suatu
kurikulum.
a. Tujuan tertentu, artinya setiap program penilaian kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan secara jelas.
b. Bersifat objektif, berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersuber dari data yang nyata dan akurat.
c. Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup
kurikulum.
e. Efesien dalam penggunaaan waktu, biaya, tenaga dan peralatan yuang menjadi sarana penunjang.
f. Berksinambungan.
Penilaian kurikulum memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Secara umum penilaian kurikulum bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan
kurikulum di sekolah, dimana informasi ini akan bermanfaat sebagai dasar pertimbangan bagi
pengambil keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum di
sekolah.
b. Secara khusus penilaian kurikulum bertujuan untuk memperoleh jawaban dari kelengkapan
komponen kurikulum di sekolah, efektivitas pelaksanaan kurikulum, efektivitas pelaksanaan sarana
penunjang, tingkat pencapaian hasil belajar ditinjau dari kesesuaian dengan tujuan, dan dampak
pelaksanaan kurikulum baik positif atau negatif.
4.perbaikan kurikulum
Kurikulum suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan
senantiasa berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan penyesuaian supaya dapat memenuhi
permintaan.Permintaan itu baik dikarenakan adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan
masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.
(3) mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan diharapkan, (4) memilih
pemecahan sebagai percobaan,
(7) evaluasi.
1) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat diperhatikan.
Output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan pengelolaan
kurikulum.
2) Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang menempatkan
pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
3) Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal, maka perlu
adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.
4) Efiktivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan dengan
pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat memberikan manfaat
dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5) Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan. [6]
1. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yang mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan itu sendiri senantiasa
mengalami perubahan dan bersifat dinamis.Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
2. Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat.Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk
dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3. Fungsi Diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.Setiap siswa memiliki perbedaan, baik
dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4. Fungsi Persiapan
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.Selain itu,
kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
5. Fungsi Pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi
diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya
kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat
fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan
kelemahan yang dimilikinya.Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan
sendiri kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
Bersifat strategis, karena merupakan instrumen yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional
Bersifat komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek aspek kehidupan masyarakat
Bersifat intergratif, yang mengintergrasi rencana yang luas yang mencakup pengembangan dimensi
kualitas dan kuantitas
Bersifat realistik, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dalam kebutuhan masyarakat
Bersifat humanistik, menitik beratkan pada pengembangan sumber daya manusia, baik kuantitatif
maupun kualitatif
Bersifat futuralistik, mengacu jauh kedepan falam merencanakan masyarakat yang maju
Bersifat desentralisasi, karena dikembangkan oleh daerah sesuai dengan kondisi dan potensi daerah
Bersifat objektif, berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersuber dari data yang nyata dan akurat.
Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup
kurikulum.
Kooperatif, dan bertanggung jawab dalam pengelolaannya.
Efesien dalam penggunaaan waktu, biaya, tenaga dan peralatan yuang menjadi sarana penunjang.
Berksinambungan.
3. Peran pengelolaan kurikulum
1. Peran Konsevatif
Peran Konservatif Kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan
masa lalu.Dokaotkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya local, maka
peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti ynag sangat penting. Melalui peran konservatif,
kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai nilai luhur
masyarakat, sehingga identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.
2. Peran Kreatif
Dalam peran kreatif, kurikulum harus mengandung hal hal baru sehingga dapat membantu
siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam
kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis.
1. Landasan Filosofis
Filsafat berasal dari Yunani kuno, yaitu dari kata philos dan sophia. Philos artinya cinta
yang mendalam dan sophia artinya kearifan atau kebijaksanaan. Filsafat secara harfiyah diartikan
sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Secara popular Filsafat sering diartikan sebagai
pandangan hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi individu.
2. filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai debgan tujuan yang
ingin dicapai.
4. melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.
Hummel (1977) mengemukakan ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
tujuan pendidikan :
1. Autonomy, artinya memberi kesadaran, pengetahuan dan kemampuan yang primakepada setiap
individu dan kelompok untuk dapat mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik.
2. Equity, artinya pendidikan harus dapat memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat
untuk dapat berpartisipasi dalam kebudayaan dan ekonomi.
3. Survival, artinya pendidikan bukan saja harus menjamin terjadinya pewarisan dan memperkaya
kebudayaan dari generasi ke generasi akan tetapi harus memberikan pemahaman akan saling
ketergantungan antar manusia.
Menurut Bloom (1965), tujuan pendidikan dapat digolongkan kedalam tiga klasifikasi atau
tiga domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif berhubungan
dengan pengembangan intelektual atau kecerdasan.Bidang afektif berhubungan dengan
pengembangan sikap dan bidang psikomotor berhubungan dengan keterampilan.
Filsafat sering diartikan sebagai cara berfikir. Sidi Gazalba, mengemukakan ciri-ciri berfikir
filosofis sebagai berfikir yang radikal, sistematis dan universal. Befikir radikal (radikal thinking), yaitu
berfikir sampai ke akar-akarnya sampai pada konsekuensi yang terakhir.Berfikir sistematis adalah
berfikir logis yang bergerak selangkah dengan penuh kesadarandenagn urutan yang
bertanggungjawab dan saling berhubungan yang teratur.Berfikir universal, artinya tidak berfikir
secara khusus melainkan mencakup keseluruhan secara sistematis dan logis sampai ke akar-
akarnya.Orang yang berfilsafat yaitu orang yang berfikir secara mendalam tentang masalah secara
menyeluruh sebagai upaya mencari dan menemukan kebenaran.
Menurut Nasution (1989), ada empat aliran utama dalam filsafat, yaitu idealisme, relisme,
pragmatisme,dan eksistensialisme. Idealisme, memandang bahwa kebenaran itu datang dari Yang
Maha Kuasa.Manusia tidak perlu meragukan kebenarannya selain harus mematuhinya.Aliran
Realisme memandang bahwa manusia pada dasarnya dapat menemukan dan mengenal realitas
sebagai hukum-hukum universal, hanya saja dalam menemukannya itu dibatasi oleh kelambanan
sesuai dengan kemampuannya.Aliran progmatisme berpendapat bahwa kenyatan itu pada
hakikatnya berada pada hubungan sosial antara manusia dengan manusia lainnya.Aliran
Eksistensialis mengakui bahwa sebagai individu setiap manusia memiliki kelemahan -kelemahan.
2. Landasan Psikologis
3. Operasional konkret, 7 sampai 11 tahunOperasional formal dimulai dari 11 sampai 14 tahun ke atas.
b. Psikologi Belajar
Menurut aliran Behavioristik, Belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara
kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara
stimulus dan respon.Karena itu teori ini dinamakan teori Stimulus Respons.
3. Landasan Sosiologis-Teknologis
Menurut Ahmad Sabri dalam bukunya hal 54-55 tahun 2000 Kegiatan pengelolaan kurikulum ada 3
bagian :
d) Penyusunan daftar buku dan alat-alat pelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan dan prestasi
belajar siswa.
g) Penyusunan jadwal dan rencana kegiatan belajar dalam kelas dan di luar kelas.
b) Perencanaan untuk pengarahan dan pelayanan siswa dalam menyelesaikan program ini.
d) Penyusunan program kegiatan MGBS (majelis guru bidang studi) dan pelaksanaanya dalam rangka
peningkatan kemampuan tugas profesianalnya.
e) Pengaturan mengenai tugas belajar/pendataan guru
1) Karena sekolah didirikan oleh dan ditengah-tengah masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan keadaan, latar belakang dan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
2) Karena usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum harus disusun berdasarkan
keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu
Seperti kita lihat di atas, anggapan pertama berorientasi kepentingan masyarakat atau
sosial, sedangkan anggapan kedua mementingkan individu atau berorientasi psikologis.Barangkali
tidak ada orang yang mau mempertahankan salah satu pendapat dalam bentuk ekstrim.Dalam
kenyataannya setiap program pengajaran yang berpedoman pada kepentingan masyarakat, sampai
batas-batas tertentu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan individu pula, dan sebalinya setiap
kurikulum yang berorientasi psikologis dengan sendirinya memperhatikan kepentingan masyarakat
pula.
Pendirian yang ketiga selain dari dua yang di atas menganggap tidak ada pertentangan
secara prinsipil di antara keduanya.Kita tidak usah berpegang pada salah satunya, sebab itu benar-
benar tidak realistis.Individu hanya dapat mewujudkan dirinya sebagai individu jika dia berada dalam
masyarakat tempat dia hidup.Karena itu kurikulum harus berorientasi pada individu di dalam
masyarakat.
Pendapat yang terakhir ini nampaknya memang yang paling cocok atau sejalan dengan
filsafat pendidikan dan tujuan dari pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam pembukaan
UUD 1945, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.
Aspek lain dalam masalah di atas adalah persoalan: Apakah kurikulum harus ditentukan oleh
kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan orang dewasa (persiapan untuk menghadapi masa dewasa)
atau harus ditentukan oleh kebutuhan dan kepentingan murid sekarang ini. Pihak yang
mempertahan kurikulum harus tersusun semata-mata dari mata pelajaran yang didasarkan pada
kebutuhan dan kepentingan masyarakat, biasanya berpendirian bahwa tugas fungsi pendidikan ialah
untuk kehidupan orang dewasa. Karena itu kurikulum harus banyak mengandung pelajaran-
pelajaran yang berguna untuk anak di masa akan datang. Pendapat yang menetang pendidirian di
atas mengemukakan teori bahwa anak harus di anggap sebagai anak dengan hak-haknya, bukan
sebagai orang dewasa dalam bentuk mini.Karena itu kurikulum harus memperhatikan masalah-
masalah yang menyangkut anak saja.
Dari kedua pendapat di atas, muncul pendapat ketiga yang mengemukakan pendirian bahwa
pada dasarnya tidak usah ada pertentangan antara kedua pendirian di atas, karena di dalam
kurikulum cukup di perhatikan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan kedua belah
pihak, baik anak maupun orang dewasa.Kurikulum harus memuat pengalaman-pengalaman belajar
yang sekaligus menyangkut kepentingan langsung di dalam kehidupan anak dan mempersiapkan
mereka untuk hidup di masa dewasa kelak. Dikemukakan pula bahwa: mempersiapkan anak untuk
kehidupan orang dewasa berimplikasi masyarakat yang statis dimana kebutuhan-kebutuhan dan
kepentingan orang dewasa kelak dapat diramalkan pada anak-anak yang ada sekarang.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah yang telah kami susun dapat disimpulkan menjadi bahwasanya didalam suatu
pengelolaan kurikulun itu harus melakukan 3 hal , diantaranya:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaa
3. Penilaian
Dan apabila kurikulum yang kita buat tidak sesuai dan dalam penilaian dikatakan gagal maka kita
harus memperbaiki kurikulum kembali supaya tujuan pembelajaran akan tercipta semaksimal
mungkin.
Adapun hal yang harus kita ketahui sebelum membuat kurikulum yaitu mengenai prinsip, sifat, dan
fungsi kurikulum, diantaranya:
Prisip :
1) Produktivitas,
2) Demokratisasi
3) Kooperatif
4) Efiktivitas dan efisiensi,
5) Mengarahkan
Sifat :
Bersifat strategis,
Bersifat komprehensif,
Bersifat intergratif,
Bersifat realistik,
Bersifat humanistik,
Bersifat futuralistik,
Bersifat desentralisasi,
Bersifat objektif,
Bersifat komprehensif,
Kooperatif,.
Efesien
Berksinambungan.
Fungsi :
1. Fungsi Penyesuaian
4. Fungsi Integrasi
5. Fungsi Diferensiasi
5. Fungsi Persiapan
6. Fungsi Pemilihan
7. Fungsi Diagnostik
3.2 Saran
http://aridlowi.blogspot.com/2009/12/pengelolaan-kurikulum.html
http://kiswankurikulum.blogspot.com/