Anda di halaman 1dari 40

Prinsip dan Fungsi Pengelolaan Kurikulum

20/12/2013 Afid Burhanuddin Tinggalkan komentar

Pendidikan adalah salah satu hal yang penting terutama di era modern seperti ini. Pendidikan
sangatlah dibutuhkan untuk menunjang atau mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan
bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Tapi seperti yang kita
lihat selama ini mutu atau kwalitas pendidikan di Indonesia tidaklah cukup baik dibanding
Negara-negara lain. Salah satu sebabnya adalah kurikulum pendidikan yang ada belum terlalu
efektif dan membantu bagi proses pendidikan terutama bagi guru maupun pelajar. Oleh
karena itu tidak heran hamper setiap tahun kurikulum pasti berubah-ubah guna mencari
kuikulum yang terbaik bagi kemajuan pendidikan di Indonesia sendiri.

DEFINISI KURIKULUM

Menurut kamus Webster tahun 1856, kurikulum adalah: 1. A race course; a place for
running; a chariot. 2. A course in general; applied particularly to the course of study
in a university. Kurikulum adalah jarak yang ditempuh oleh pelari atau kereta dalam
perlombaan.
Menurut kamus Webster tahun 1955, kurikulum adalah: 1. A course esp. a specified
fixed course of study, as in a school course, as one leading to degree. 2. The whole
body of courses offered in an educational institution or department thereof.
Kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran
di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh guna mencapai
satu ijazah atau tingkat tertentu.
Hilda Taba dalam buku Curriculum Development, Theory, and Practice
mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang
direncanakan untuk pelajaran anak.
J. Galen dan William M. Alexander dalam buku Curriculum planning for Better
Teaching and Learning(1956)memberikan definisi kurikulum sebagai the sum total of
schools effort to influence learning, whether in the classroom, on the playground or
out of school. Oleh karena nya, segala usaha sekolah guna mempengaruhi anak
belajar, apakah dalam ruangan, di halaman sekolah, atau di luar sekolah di sebut
kurikulum.
Harold B. Albertys dalam buku Reorganizing the High Scchool
Curriculum(1965)mencermati kurikulum sebagai segala kegiatan yang difasilitasi
oleh sekolah demi kepentingan siswa.
B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan Shore memandang kurikulum sebagai
rangkaian pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada anak agar mereka dapat
berpikir dan berbuat sesuatu dengan masyarakatnya.
William B. Ragan dalam buku Modern Elementary Curriculum(1966)menjelaskan
arti kurikulum sebagai all the experiences of children for which the school accepts
responsibility. It denotes the result of efforts on the part of the adult of the community
and the nation to bring to children the finest, most whole some influences that exist in
the culture.
J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary School
Improvement(1973)berpendapat bahwa kurikulum mencakup metode mengajar, cara
mengevaluasi murid dan semua program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan
penyuluhan, supervisi dan administrasi, dan hal-hal struktural mengenai waktu,
jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran..

PRINSIP PENGELOLAAN KURIKULUM

Di bawah ini adalah beberapa prinsip tentang pengelolaan kurikulum antara lain( rahman,
2013):

1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat
diperhatikan. Output(peserta didik)harus menjadi pertimbangan agar sesuai
dengan rumusan tujuan pengelolaan kurikulum.
2. Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang
menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya
agar dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
3. Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal,
maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.
4. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan
dengan pertimbanagn efektif dan efisien, agar kegiatan manejemen kurikulum dapat
memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5. Mengarahkan pada pencapaian visi, misi dan tujuan yang sudah ditetapkan.

FUNGSI PENGELOLAAN KURIKULUM

Dibawah ini adalah beberapa fungsi tentang pengelolaan kurikulum antara lain(Kurniawan,
2013):

1. Meningkatakan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.


2. Meningkatakan keadilan pada siswa untuk mendapatkan hasil yang optimum.
3. Meningkatakan kesamaan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik
maupun lingkungan sekitar pendidik.
4. Untuk meningkatkan keikut sertaan masyarakat dalam membantu mengembangkan
kurikulum.

PENUTUP

Dari pemaparan di atas kita mengetahui bahwa prinsip dan fungsi pengelolaan kurikulum
adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi keberadaan kurikulum itu sendiri sehingga
kurikulum tersebut bisa membawa perubahan bagi kualitas pendidikan yang menggunakan
kurikulum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yamin Moh. 2009. MANAJEMEN MUTU KURIKULUM PENDIDIKAN.


Jogjakarta: DIVA Press.
2. Kurniawan Arik Dedy.2013. http://dedyarikk.wordpress.com/2013/05/21/prinsip-dan-
fungsi-manajemen-kurikulum/. Diakses pada tanggal 14 oktober 2013 pukul 09.00
WIB
3. Rahman Ghafiki. 2013. http://ghafiki.blogspot.com/2013/06/pengelolaan-
kurikulum_28.html. Diakses pada tanggal 14 oktober 2013 pukul 09.00 WIB

Pengelolaan Kurikulum

18 Votes

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan dan kurikulum dua hal yang berbeda. Pengelolaan merupakan upaya menata
sumber daya agar organisasi terwujud secara produktif. Sedangkan kurikulum berkaitan
dengan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan,
termasuk kegiatan kegiatan belajar mengajar di kelas. Karena itu, pengelolaan merupakan
kegiatan engineering yaitu kegiatan to produce, to implement and to appraise the
effectiveness of the curriculum.
Kurikulum yang dibuat oleh Pemerintah Pusat adalah kurikulum standar yang berlaku secara
nasional. Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragam. Oleh karena itu, dalam
implementasinya, sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, dan
memodifikasi), namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional.
Sekolah dibolehkan memperdalam kurikulum, artinya, apa yang diajarkan boleh dipertajam
dengan aplikasi yang bervariasi. Sekolah juga dibolehkan memperkaya apa yang diajarkan,
artinya apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus, dan seharusnya, dan yang dapat
diajarkan. Demikian juga, sekolah dibolehkan memodifikasi kurikulum, artinya apa yang
diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan selaras dengan karakteristik peserta
didik.
Pengelolaan Kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik,
dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa. Jadi bagaimana strateginya agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Perubahan kurikulum yang berbasis kompetensi (KBK) merupakan salah satu usaha
peningkatan mutu pendidikan,dan ini sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Bank
Dunia(Depdiknas, 2003). Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performan
tertentu. KBK mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
pencapaiannya berupa perilaku atau ketrampilan peserta didik se-bagai suatu kriteria
pembelajaran.

B. Identifikasi Masalah
1. Apa perbedaan antara KBK dengan KTSP?
2. Apa saja tahapan pengelolaan kurikulum?
3. Apa saja karakteristik dan prinsipprinsip yang mendasari Kurikulum Berbasis
Kompetensi?
4. Bagaimana peran serta guru dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ?
5. Bagaimana proses pengelolaan kurikulum bagi sekolah kategori mandiri/sekolah standar
nasional?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui berbagai perbedaan antara KBK dengan KTSP.
2. Mengetahui tahapan-tahapan pengelolaan kurikulum.
3. Mengetahui karakteristik dan prinsip-prinsip yang mendasari Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
4. Mengetahui peran serta guru dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
5. Mengetahui tentang proses pengelolaan kurikulum bagi sekolah kategori mandiri/sekolah
standar nasional

D. Metode Penulisan
Penelitian di atas dilaksanakan dengan menggunakan metode kepustakaan dan browsing dari
internet.

E. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan di atas dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat luas. Sehingga
semakin mengetahui berbagai jenis kurikulum yang pernah dan sampai saat ini masih
digunakan di sekolah. Selain itu, hasil penulisan ini dapat menumbuhkan kesadaran kepada
masyarakat luas khususnya mahasiswa tentang pengelolaan kurikulum.

F. Sistematika Penulisan
Karya tulis tersusun dalam tiga bab.
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
B. Identifikasi masalah
C. Tujuan penulisan
D. Metode penulisan
E. Kegunaan penulisan
F. Sistematika penulisan
Bab II Pembahasan
a. Konsep Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi
b. Tahapan Pengelolaan Kurikulum
c. Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi
d. Peran serta Guru
e. Proses Pengelolaan Kurikulum Bagi Sekolah Kategori Mandiri/ Sekolah Standar Nasional
Bab III berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi


KBK merupakan konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
(kompetensi) peserta didik dalam melakukan tugas dengan standar kinerja tertentu sehingga
hasilnya dapat dirasakan peserta didik berupa penguasaan seperangkat kompetensi tertentu
(Mulyasa, 2003). Anonim (2002) membuat definisi KBK sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan
belajar mengajar, dan pemberberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah. Dengan demikian di dalam KBK mencakup dua inovasi yaitu: (1)
berfokus pada standar kompetensi dan hasil belajar; dan (2) mendesentralisasikan
pengembangan silabus dan pelaksanaannya.
Kemampuan dan keterampilan apa yang ingin dicapai siswa menjadi tujuan utama
pembelajaran. Ini yang membedakannya dengan kurikulum berbasis materi (content-based
curriculum), yang lebih mendorong guru untuk hanya mengejar selesainya penyampaian
materi (Nurhadi et al, 2003). Selain itu KBK memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk
menyusun dan mengembangkan silabus yang telah berorientasi pada kebutuhan setempat
sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik dan masyarakat. Hal
ini sekaligus sangat dimungkinkan adanya keragaman silabus antar sekolah atau wilayah
dengan tanpa mengurangi kompetensi yang telah ditetapkan dan berlaku secara nasional
(Mulyasa, 2003). Dengan demikian keberhasilan implementasi KBK sangat ditentukan oleh
kemampuan sekolah dalam mengadopsi KBK sehingga mampu menyusun silabus yang
sesuai dengan tuntutan lingkungannya.
Kurikulum 2006, sebagai kurikulum terakhir yang diberlakukan pemerintah sebagai panduan
pelaksanaan pendidikan di Indonesia adalah penyempurnaan dari kurikulum 2004 yang
sempat dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Saat diberlakukannya,
kurikulum 2006 disambut banyak pihak dengan sinis, seperti apa yang banyak kita baca di
media sesaat setelah perubahan kurikulum tersebut diumumkan.
Memang kondisi ini cukup bisa dipahami, karena ini seperti mengulang apa yang sejak dulu
berlaku, ganti menteri ganti kurikulum.
Sebenarnya hal tersebut tidak terlalu beralasan. Sejak 4 tahun yang lalu, sebelum KBK
diberlakukan, cukup banyak kebijakan pemerintah (walaupun belum semua) semakin lama
semakin baik. Terlepas dari bagaimana pelaksanaannya di lapangan, pemerintah tampak
semakin paham tentang isu-isu pendidikan yang seharusnya menjadi perhatian dan secara
bertahap dibenahi. Kurikulum 2006 adalah salah satu di antaranya.
Kurikulum 2004 (KBK), saat diberlakukan mengandung satu kekurangan besar bahwa
pelaksanaan KBK masih dipandu pemerintah. Dengan demikian, walaupun secara konsep
berbeda, pelaksanaannya masih sama dengan kurikulum 1994, bahwa semuanya dipandu
secara sentralistik oleh Departemen Pendidikan Nasional. Perubahan kurikulum 2004 ke
2006 yang esensial adalah sebetulnya kebijakan bahwa perancangan kurikulum tidak lagi
sentralistik, tapi diserahkan kepada sekolah. Itu sebabnya kurikulum 2006 dikenal sebagai
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang maknanya adalah bahwa sekolah
sebagai Tingkat Satuan Pendidikan terkecil-lah dapat merancang sendiri kurikulum
pendidikannya. Acuan kompetensi per jenjang pendidikan murid masih dipandu oleh
pemerintah, tapi metoda dan bagaimana kompetensi murid dicapai diserahkan kepada
masing-masing sekolah. Dengan demikian berbagai sekolah akan memiliki keunikan,
kekhasan kurikulum berdasarkan kondisi aktual sekolah dan potensi-potensi yang
dimilikinya. Masalahnya tinggal apakah secara teknis setiap sekolah mampu mengolah dan
mengelola kurikulumnya secara mandiri. Hal ini akan kita lihat dalam beberapa waktu ke
depan ini.
Beranjak dari kurikulum, pengelola sekolah dihadapkan kembali pada masalah berikutnya
yaitu standar manajemen/ pengelolaan sekolah. Pola manajemen yang dianggap memenuhi
syarat masih didasarkan pada pola dan cara pandang yang lama. Standarisasi pengelolaan
masih dipandu secara baku, dalam hal ini berdasarkan poin-poin penilaian akreditasi sekolah.
Untuk jenjang TK dan SD, poin-poin ini mencakup 163 buah poin belum termasuk sub poin
yang terkandung di dalamnya. Jumlah yang luar biasa banyak. Kalau ditelaah isinya, memang
mengandung poin-poin yang penting dan perlu diperhatikan dalam pengelolaan sekolah.
Masalah mulai muncul saat cara dan perangkatnya pun sekolah diharuskan mengikuti cara
dan menggunakan perangkat yang sama. Belum lagi saat konsep-konsep dan pemahaman
manajerial pendidikan yang dianut sekolah ada kalanya tidak persis sama visinya dengan apa
yang digariskan dalam poin-poin akreditasi tersebut.
Bagi sekolah yang mencoba menerapkan KTSP tentu saja hal ini menjadi beban luar biasa
walaupun standarisasi pengelolaan adalah hal yang penting untuk pengelolaan sekolah yang
bermutu. Mungkin sekali hal ini masih terlepas dari perhatian Depdiknas, tapi kalau ini tidak
dibenahi, hal ini akan menjadi kendala terbesar penerapan KTSP. Pengolahan dan
pengelolaan kurikulum secara mandiri adalah hal yang luar biasa berat bagi pihak sekolah.
Saat juga dibebani pola pengelolaan yang distandarisasi pemerintah, besar kemungkinan,
penerapan KTSP tidak dapat berjalan optimal, karena sekolah akan lebih cenderung mengejar
poin-poin akreditasi ketimbang mengikuti kebijakan kurikulum baru.
Solusinya adalah sistem manajemen sekolah yang juga berbasis kompetensi. Jadi yang dituju
seharusnya adalah substansi kompetensi manajerialnya, bukan dalam hal teknisnya (cara dan
perangkat pengelolaannya). Terdapat empat poin standar pengelolaan sekolah, yaitu:
1. Standar Proses Pengolahan Kurikulum
2. Standar Kualifikasi Staff Pendidik
3. Standar Sarana / Prasarana
4. Standar Pengelolaan Sekolah
Keempat poin tersebut memang luar biasa penting dan harus menjadi empat titik perhatian
dalam hal pengelolaan sekolah yang bermutu.
Kalau Depdiknas bisa menggariskan poin-poin standar kompetensi pengelolaan sekolah
seperti halnya yang diterapkan kepada murid melalui KBK, sekolah akan dikondisikan untuk
mengembangkan kemampuan pengelolaannya secara mandiri, sesuai dengan potensi dan
pola-pola manajerial yang dikuasainya. Bagaimana standar tersebut dicapai, cara dan
perangkatnya dapat diserahkan dan dipercayakan sepenuhnya kepada pihak sekolah.
Mengenai kualitas pendidikan seperti yang diharapkan bisa diindikasikan oleh UAN,
sebetulnya masyarakat akan bisa menilai sendiri bagaimana kualitas sekolah dari pola
manajemen yang diterapkan sekolah tersebut. Saat manajemen sekolah dikondisikan untuk
seoptimal mungkin memenuhi ke empat poin standar pengelolaan, dengan berjalannya waktu
peserta didik dan orang tua akan mampu menentukan sendiri lembaga pendidikan mana yang
memenuhi syarat dan menjawab kebutuhan mereka berdasarkan kualitas pelayanannya. Pihak
yang paling tepat menilai kualitas pemberi jasa pendidikan adalah sebetulnya para
konsumennya sendiri. Depdiknas dapat memposisikan diri menjadi fasilitator untuk
memfokuskan diri membantu sekolah-sekolah yang kurang dalam hal sumber daya dan
kemampuan manajerialnya agar mampu mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.
Sebetulnya ini adalah salah satu esensi dari Otonomi Pendidikan yang dulu digaungkan
pemerintah.
Kita semua perlu berpijak dalam cara pandang sama bahwa sebagai salah satu bidang
kegiatan yang rumit, pengelolaan pendidikan punya cara dan metode yang sangat bervariasi,
dan terus berkembang sesuai dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Belum lagi dengan teknologi informasi yang semakin mempermudah dan mempercepat kita
untuk memperoleh masukan-masukan baru dari manapun untuk semakin memperbaiki
pemahaman dan cara-cara kita mendidik anak-anak kita.
http: //www.puslitjaknov.depdiknas.go.id/data/file/2008/makalah_peserta/
41_Husni%20Jamal_KINERJA%20GURU%20DALAM%20MENGADOPSI%20INOVASI
%20KURIKULUM.pdf

B. Tahapan Pengelolaan Kurikulum


Tahapan pelaksanaan kurikulum di sekolah meliputi: (a) Perencanaan, (b) Pengorganisasiaan
dan koordinasi, (c)Pelaksanaan, (d)Pengendalian
1. Tahap Perencanaan
GBPP merupakan produk dari prencanaan kurikulum yang dijadikan panduan bagi
penyelenggara pendidikan di tingkat sekolah. Pada tingkat persekolahan perencanaan
kurikulum dimulai dari kajian terhadap GBPP yang dirinci ke dalam rencana-rencana
pembelajaran.
Pada tahap ini kurikulum dijabarkan sampai menjadi rencana pengajaran (RP). Untuk itu
perlu dilakukan tahapan sebagai berikut:
1. Menjabarkan GBPP menjadi Analisis Mata Pelajaran (AMP). Yang paling pokok esensial
atau biasanya yang sukar dipahami oleh siswa. Pokok bahasan semacam ini diprioritaskan
untuk dibahas secara tatap muka kelas/ laboratorium. Pokok bahasan yang kurang esensial
atau mudah dipahami oleh siswa dapat dijadikan tugas/ pekerjaan rumah.
2. Berdasarkan kalender pendidikan dari Dinas Pendidikan, sekolah harus menghitung hari
kerja efektif dan jam pelajaran efektif untuk setiap mata pelajaran, memperhitungkan hari
libur, hari untuk ulangan dan hari-hari tidak efektif.
3. Menyusun Program Tahunan (Prota). Dalam mengisi prota yang penting adalah
membandingkan jumlah jam efektif dengan alokasi waktu tatap muka dalam format AMP.
Jika ternyata jam efektif lebih sedikit dibanding alokasi waktu tatap muka, maka harus
dirancang tambahan jam pelajaran atau pokok bahasan yang dijadikan tugas/ pekerjaan
rumah. Dengan demikian sejak awal telah diketahui akan adanya jam pelajaran tambahan
atau pokok bahasan esensial, tetapi diberikan sebagai tugas/ pekerjaan rumah.
4. Menyusun Program Catur Wulan (Proca). Sebenarnya penyusunan proca tidak jauh
berbeda dengan penyusunan prota. Yang pokok untuk diperhatikan, pada proca sudah harus
semakin jelas bagaimana pokok bahasan dalam satu catur wulan diselesaikan, termasuk
kapan akan diajarkan, baik melalui kegiatan tatap muka maupun tugas pekerjaan rumah.
5. Program Satuan Pelajaran (PSP). Dalam menyusun PSP guru sudah memasukkan secara
jelas kegiatan utnuk setiap sub pokok bahasan, termasuk bagaimana tes formatif dialkukan
untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.
6. Rencana Pengajaran (RP). RP merupakan rincian PSP untuk satu kali tatap muka. Yang
penting pada RP harus terdapat catatan kemajuan siswa setelah mengikuti pelajaran. Catatan
tersebut diapakai sebagai dasar melaksanakan RP berikutnya.
Mengingat pentingnya AMP, Prota, Proca, PSP dan RP sebagai panduan kegiatan belajar
mengajar, maka kepala sekolah perlu, memberikan perhatian, bantuan dalam penyusunannya
termasuk memeriksa hasilnya. Kepala sekolah tidak sekedar menandatangani apa yang telah
disusun oleh guru, tetapi juga memantau sejak proses penyusunan, membetulkan yang
kelirudan member bantuan jika guru mengalami kesulitan. Dengan cara itu diharapkan akan
dihasilkan AMP, Prota, Proca, dan RP yang benar-benar merupakan panduan pelaksaan
pembelajaran.
Penyusunan AMP sampai dengan RP tidak harus dikerjakan seorang diri oleh guru.
Sebaliknya disusun bersama oleh beberapa orang guru bidang studi sejenis dalam MGMP.
2. Tahap Pengorganisasian dan Koordinasi
Pada tahap ini, kepala sekolah mengatur pembagian tugas mengajar, penyusunan jadwal
pelajaran dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler, sebagai berikut:
1. Pembagian tugas mengajar dan tugas lain perlu dilakukan secara merata, sesuai dengan
bidang keahlian dan minat guru. Diupayakan setiap guru memperoleh jam tugas sesuai
dengan beban tugas minimal. Pemerataan beban tugas akan menumbuhkan rasa kebersamaan.
Pemberian tugas yang sesuai dengan keahlian dan minat akan meningkatkan motivasi kerja
guru. Memperoleh tugas sesuai dengan bebean minimal akan membuat guru merasa aman
dan dapat naik pangkat dengan tepat waktu.
2. Penyusunan jadwal pelajaran diupayakan agar guru mengajar maksimal 5 hari/ minggu,
sehingga ada 1 hari tidak mengajar untuk pertemuan MGMP. Setiap hari sebaiknya guru
tidak mengajar lebih dari 6 jam, sehingga ada waktu istirahat.
3. Penyusunan jadwal pola kegiatan perbaikan dan pengayaan secara normal setiap mata
pelajaran akan memerlukan kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum tuntas penugasan
terhadap bahan ajar. Oleh karena itu, ketika menyusun jadwal pelajaran sudah harus
dialokasikan waktu untuk kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum tunatas dan pengayaan
bagi yang sudah tuntas.
4. Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrskurikuler perlu difokuskan
untuk mendukung kegiatan kurikulerdan kegiatan lain yang mengarah, pada pembentukan
keimanan/ketakwaan, kepribadian, dan kepemimpinan dengan keterampilan tertentu. Setiap
awal cawu kegiatan ekstrakurikuler sudah harus disusun bersamaan dengan penyusunan
jadwal pelajaran
5. Penyusunan jadwal penyegaran guru. Guru secara periodik perlu mendapatkan penyegaran
tentang perkembangan iptek maupun metode mengajar. Penyegaran perlu dijadwalkan,
dengan memanfaatkan waktu-waktu libur sekolah.
3. Tahap Pelaksanaan
Tugas utama kepala sekolah adalah melakukan supervise, dengan tujuan untuk membantu
guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi. Dengan cara itu guru akan merasa
didampingi pimpinan, sehingga akan meningkatkan semangat kerjanya.
4. Tahap Pengendalian
Pada tahap ini, paling tidak ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) jenis evaluasi
dikaitkan dengan tujuannya, dan (2) pemanfaatan hasil evaluasi.
1. Kepala Sekolah perlu mengingatkan guru bahwa evaluasi memiliki tujuan ganda, yaitu
untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan mengetahui
kesuliatan siswa. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran guru dapat
menggunakan berbagai alat penilaian yang sesuai, sedangkan untuk mengetahui kesulitan
siswa. Untuk mengetshui ketercapaian tujuan pembelajaran guru dapat menggunakan
berbagai alat penilaian yang sesuai, sedangkan untuk mengetahui kesulitan siswa
menggunakan tes diagnostik
2. Hasil evaluasi harus benar-benar dimanfaatkan guru untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah harus selalu mengingatkan guru, jika siswa belum
menguasai bahan ajar yang esensial perlu dilakukan perbaikan.
Siswa yang mengalami kesulitan perlu dicarikan jalan, misalnya dibentuk kelompok belajar.
Perlu juga dicoba model pembelajaran kooperatif, sehingga siswa yang kurang pandai
terbantu olrh yang lebih pandai.
Mengingat pentingnya evaluasi, maka perlu dirancang sejak awal. Untuk itu kepala sekolah
perlu mengarahkan guruuntuk menyusun kisi-kisi evaluasi, menyusun butir soal dan
kemudian menelaah (memvalidasi), sampai dihasilkan perangkat soal yang baik, serta cara
penskorannya.
Penyusunan soal semacam itu sebaiknya tidak dilakukan oleh guru sendiri-sendiri, tetapi
dilakukan oleh beberapa guru bidang studi sejenis atau oleh MGMP, mengarah pada soal
standar.

C. Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi


Beberapa karakteristik KBK menurut Anonim (2002) yaitu :
(1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
kelompok
(2) Berorientasi pada hasil belajar (outcome) dan keberagaman
(3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
(4) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif, dan
(5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
Nurhadi et al (2003) merangkum beberapa karakteristik KBK sebagai berikut:
(1) Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan selesainya materi
(2) Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi siswa
(3) Pembelajaran berpusat pada siswa
(4) Orientasi pembelajaran pada proses dan hasil
(5) Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan beragam, dan bersifat kontekstual
(6) Guru bukan satu-satunya sumber belajar
(7) Belajar sepanjang hayat (lifelong education): (a) belajar mengetahui (learning to know);
(b) belajar melakukan (learning to do); (c) belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan (d)
belajar hidup dalam keberagaman (learning to live together).
Prinsip-Prinsip KBK
Rekonseptualisasi kurikulum nasional yang diwujudkan dalam Kurikulum Berbasis
Kompentensi memiliki empat fokus utama, yaitu:
1. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Ada dua hal yang perlu ditegaskan sebagai prinsip dasar KBM. Pertama, mengembangkan
semua potensi yang dimiliki peserta didik sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan untuk berpikir logis, kritis, dan kreatif. Kedua, kegiatan belajar
mengajar yang berorientasi pada pemberdayaan peserta didik seperti mengembangkan
kreativitas, menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan menantang, mengembangkan
beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menciptakan pengalaman belajar yang beragam
dan belajar melalui berbuat (DEPDIKNAS, 2003).
Istilah mengembangkan dan memberdayakan merujuk pada adanya pengetahuan dasar yang
dibawa oleh masing-masing peserta didik untuk dikembangkan dalam lingkungan kelas.
Dalam pengertian lain, tidak ada seorang anak pun yang datang ke sekolah tanpa membawa
pengetahuan yang terkait dengan mata pelajaran yang hendak dipelajari. Dengan demikian,
proses belajar bukan hanya berlangsung dalam lingkungan sekolah saja melainkan akan
berlanjut ke lingkungan rumah tangga dan masyarakat.
2. Penilaian Berbasis Kelas
Ketika kita berbicara masalah penilaian, model standarisasi yang menjadi patokan dasar
penilaian terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik harus diestimasi berdasarkan
tingkat kesulitan isi materi dan proses pembelajaran. Aspek-aspek yang menjadi bahan
penilaian mencakup kumpulan kerja peserta didik (portfolio), hasil karya (product),
penugasan (project), unjuk kerja (performance), dan tes tertulis (paper and pencil test). Oleh
sebab itu, model penilaian bukan berdasarkan pada hasil, melainkan berorientasi pada proses.
Selanjutnya, prinsip dasar penilaian berbasis kelas dapat diamati melalui keikutsertaan
peserta didik dalam memberikan penilaian terhadap teman dalam satu kelompok (peer
evaluation). Mereka akan dimintai penilaian terhadap kontribusi, kerja sama, serta tanggung
jawab yang diberikan oleh masing-masing peserta didik dalam suatu kelompok. Hasil
penilaian itu akan dibagi dengan hasil penilaian dari aspek lain oleh baik guru kelas maupun
guru bantu (jika ada). Peserta didik pun berhak untuk memberikan penilaian terhadap cara
kerja, pengetahuan, dan sikap guru selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Penilaian
tersebut dapat dijadikan dasar oleh kepala sekolah untuk membina kinerja guru dalam
melakasanakan tugas fungsional mereka sebagai pendidik.
3. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
Prinsip dasar pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS) dapat diterjemahkan dari
istilah yang lebih populer digunakan seperti kesatuan dalam kebijaksanaan dan keberagaman
dalam pelaksanaan. Perangkat dan dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini
adalah DEPDIKNAS dapat digunakan oleh seluruh sekolah pada seluruh propinsi dan
kabupaten di Indonesia menunjukkan adanya kesatuan dalam kebijaksanaan. Sedangkan
keberagaman dalam pelaksanaan dapat menjangkau keberagaman silabus, modul, learning
episode, rubrik, agenda pembelajaran, dan bahkan berbagai pendekatan dalam menyampaikan
materi pembelajaran.
KBK, dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya telah mengangkat peranan sekolah lebih
besar dengan memberikan kewenangan sepenuhnya untuk mengembangkan ilmu dan
keterampilan yang dimiliki peserta didik sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dalam
lingkungan sekolah tersebut. Kewenangan ini boleh jadi akan memupuk dan memberi
peluang kepada sekolah baik pendidik (guru), administrator, dan kepala sekolah untuk
merancang dan mengembangankan model pembelajaran yang inovatif dan reformatif. Hal ini
dapat terwujud jika sumber daya manusia yang mengelola sekolah itu lebih kompeten dalam
bidang mereka masing-masing. Jika tidak, sekolah pun akan tertinggal jauh dari apa yang kita
harapkan bersama.
4. Kejelasan kompetensi dan hasil belajar
Penilaian hasil belajar idealnya dapat mengungkap semua askpek domain pembelajaran, yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sebab siswa yang memiliki kemampuan kognitif baik
saat diuji dengan paper-and-pencil test belum tentu ia dapat menerapkan dengan baik
pengetahuannya dalam mengatasi permasalahan kehidupan (Green, 1975). Penilaian hasil
belajar sangat terkait dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Pada
umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh
Bloom pada tahun 1956, yaitu cognitive, affective dan psychomotor. Kognitif adalah ranah
yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan ketrampilan intelektual. Affective
adalah ranah yang berkaitan dengan pengembangan pengembangan perasaan, sikap nilai dan
emosi. Sedangkan psychomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau
ketrampilan motorik (Degeng: 2001). Namun ketiga domain pembelajaran itu memang tidak
dapat dipaksakan pada semua mata pelajaran dalam porsi yang sama.

http: //www.puslitjaknov.depdiknas.go.id/data/file/2008/makalah_peserta/
41_Husni%20Jamal_KINERJA%20GURU%20DALAM%20MENGADOPSI%20INOVASI
%20KURIKULUM.pdf
D. Peran serta Guru
Implementasi KBK berimplikasi terhadap serangkaian tuntutan yang harus dipenuhi oleh
seorang guru dalam menjalan tugas keprofesionalannya. Dengan asumsi bahwa gurulah yang
paling tahu mengenai tingkat perkembangan peserta, perbedaan perorangan (individual)
siswa, daya serap, suasana dalam kegiatan pembelajaran, serta sarana dan sumber yang
tersedia maka guru berwenang untuk menjabarkan dan mengembangkan kurikulum ke dalam
silabus. Pengembangan ini hendaknya mendasarkan pada beberapa hal diantaranya: isi
(konten), konsep, kecakapan / keterampilan, masalah, serta minat siswa (Anonim, 2004).
Guru perlu memahami prinsip-prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan
kemampuan internal siswa. Peningkatan kemampuan ini misalnya dilakukan dengan
menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu mencapai
kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual (Anonim, 2003). Pentingnya peran guru
dalam implementasi kurikulum ditegaskan juga oleh Lee (1996) serta Mars (1980) dan
Syaodih (1988) di dalam Mulyasa (2003).
Peran guru dalam pembelajaran pada konteks KBK, menurut Sanjaya (2005), adalah sebagai:
(1) fasilitator; (2) manajer; (3) demonstrator; (4) administrator; (5) motivator; (6) organisator;
dan (7) evaluator. Sebagai fasilitator guru berperan untuk memudahkan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran, terutama dalam kaitannya dengan penggunaan media dan
sumber belajar. Sebagai manajer pembelajaran guru berperan dalam menciptakan suasana /
iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, melalui pengelolaan
kelas yang baik.
Peran sebagai demonstrator dapat ditunjukkan dengan penampilan guru yang menjadi acuan
bagi siswa. Sebagai administrator guru memungsikan penggunaan dokumentasi dan data
siswa untuk keperluan pembinaan dan bimbingan. Sebagai organisator peran yang diharapkan
pada guru dalam mengorganisasi siswa, baik secara kelompok maupun individual, sehingga
tetap terjaga keharmonisan diantara siswa. Guru sebagai evaluator harus memilik
kemampuan untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran pada masing-masing siswa dan
kelompok siswa, serta mampu menggunakannya sebagai alat untuk penentuan tindak lanjut.
E. Proses Pengelolaan Kurikulum Bagi Sekolah Kategori Mandiri/ Sekolah Standar Nasional
Setiap guru yang mengajar di Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional perlu
terlebih dulu melakukan analisis materi pelajaran untuk menentukan sifat materi yang
esensial dan kurang. Suatu materi dikatakan memiliki konsep esensial bila memenuhi unsur
kreteria berikut ini : (1) Konsep dasar, (2) Konsep yang menjadi dasar untuk konsep berikut,
(3) Konsep yang berguna untuk aplikasi, (4) Konsep yang sering muncul pada Ujian Akhir
(Munandar, 2001).
Materi pelajaran yang diidentifikasi sebagai konsep-konsep yang esensial diprioritaskan
untuk diberikan secara tatap muka, sedangkan materi-materi yang non-esensial, kegiatan
pembelajarannya dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan mandiri (Slameto, 1991).
Berdasarkan paparan di atas dapat dikemukakan bahwa kurikulum dan materi pelajaran yang
digunakan dalam penyelenggaraan SKM/SSN adalah kurikulum yang disusun satuan
pendidikan dengan pengorganisasian materi kurikulum dibuat menjadi materi umum/wajib
dan materi khusus/pilihan. Bentuk pengelolaan yang sesuai dengan uraian di atas adalah
kurikulum yang disusun menggunakan pendekatan satuan kredit semester.
Pada penerapan SKS, kurikulum dan beban belajar peserta didik dinyatakan dalam satuan
kredit semeser (sks). Mata pelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu mata pelajaran umum
(MPU), mata pelajaran dasar (MPD), dan mata pelajaran pilihan (MPP). MPU harus diambil
oleh semua peserta didik sebagai proses pembentukan pribadi yang memiliki akhlak mulia,
kepribadian, estetika, jasmani yang sehat, dan jiwa sebagai warganegara yang baik. MPD
harus diambil peserta didik sebagai landasan menguasai semua bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. MPP adalah sejumlah mata pelajaran yang disusun menjadi program bidang
tertentu yang dipilih sesuai dengan minat, potensi dan kebutuhan serta orientasi bidang studi
di perguruan tinggi. Namun, mata pelajaran dari program tertentu boleh juga diambil oleh
peserta didik yang telah memilih program lain untuk memperkaya bidang karirnya.
Mengingat kemungkinan bervariasinya mata pelajaran yang dipilih peserta didik maka
sekolah perlu menunjuk petugas pengelola data akademik untuk mendata kemajuan belajar
setiap peserta didik dan menyimpannya dengan baik yang dapat dibuka kembali setiap
diperlukan. Sekolah mengatur jadwal kegiatan pengganti bagi peserta didik yang pernah
absen dan mengatur jadwal kegiatan remidial bagi peserta didik yang belum mencapai
kompetensi minimal yang ditetapkan.
Sekolah menunjuk guru sebagai petugas pembimbing akademik yang membina peserta didik
maksimum 16 orang setiap guru. Guru pembimbing akademik bertugas membantu peserta
didik memilih mata pelajaran yang akan diambil pada suatu semester, memilih program
jurusan, dan menyelesaikan persoalan akademik secara umum serta menjawab pertanyaan
akademik dari orang tua peserta didik yang menjadi binaannya. Peserta didik yang pada suatu
semester memiliki indeks prestasi (IP) tinggi maka pada semester berikutnya diberi
kesempatan untuk mengambil beban belajar lebih banyak sehingga dapat mencapai kebulatan
studi dalam rentang waktu kurang dari enam semester, dan sebaliknya.
http://www.pls-unnes.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=33

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pengelolaan Kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik,
dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa. Jadi bagaimana strateginya agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Beberapa strategi tersebut diantaranya adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum
Tingkat satuan Pendidikan dan Sekolah Kategori Mandiri.
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan salah satu usaha peningkatan mutu
pendidikan,dan ini sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Bank Dunia(Depdiknas,
2003). KBK dapat dikatakan cukup selangkah lebih maju dari kurikulum sebelumnya tetapi
masih terlalu jauh untuk dikatakan sempurna. Hal ini dikarenakan dalam pengembangan
KBK ini masih terdapat beberapa kendala yang cukup berpengaruh dalam pengembangannya.
Perubahan kurikulum 2004 ke 2006 yang esensial adalah sebetulnya kebijakan bahwa
perancangan kurikulum tidak lagi sentralistik, tapi diserahkan kepada sekolah. Itu sebabnya
kurikulum 2006 dikenal sebagai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang
maknanya adalah bahwa sekolah sebagai Tingkat Satuan Pendidikan terkecil-lah dapat
merancang sendiri kurikulum pendidikannya. Acuan kompetensi per jenjang pendidikan
murid masih dipandu oleh pemerintah, tapi metoda dan bagaimana kompetensi murid dicapai
diserahkan kepada masing-masing sekolah. Dengan demikian berbagai sekolah akan
memiliki keunikan, kekhasan kurikulum berdasarkan kondisi aktual sekolah dan potensi-
potensi yang dimilikinya.
Beranjak dari kurikulum, pengelola sekolah dihadapkan kembali pada masalah berikutnya
yaitu standar manajemen/ pengelolaan sekolah. Penyelenggaraan SKM/SSN adalah
kurikulum yang disusun satuan pendidikan dengan pengorganisasian materi kurikulum dibuat
menjadi materi umum/wajib dan materi khusus/pilihan. Bentuk pengelolaan yang sesuai
dengan uraian di atas adalah kurikulum yang disusun menggunakan pendekatan satuan kredit
semester.
B. Saran
Pemerintah sebaiknya menjabarkan KBK ini secara jelas dan terperinci (contohnya: melalui
pelatihan) sehingga para tenaga pendidik dapat mengimplikasikannya.
Depdiknas dan sekolah/ yayasan yang melakukan kegiatan persekolahan, perlu adanya
kerja sama agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Pengelolaan Kurikulum Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah Standar


Nasional.[online].Tersedia:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-
kurikulum/.%5B28 Oktober 2008].
Implementasi Pengelolaan Sekolah Berbasis Kompetensi.[online].Tersedia:http: //www.pls-
unnes.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=33.[31 Oktober 2008].
Kinerja Guru Dalam MengadopsiI Inovasi Kurikulum: Kasus Kurikulum Berbasis
Kompetensi Pada SMA NEGERI Di Provinsi JAMBI.[online].Tersedia:http:
//www.puslitjaknov.depdiknas.go.id/data/file/2008/makalah_peserta/41_Husni%20Jamal_KI
NERJA%20GURU%20DALAM%20MENGADOPSI%20INOVASI%20KURIKULUM.pdf
[31 Oktober 2008].
KBK:AntaraHarapanDanKenyataan.[online].Tersedia:http://chrisna.blogdetik.com/2008/10/0
9/antara-harapan-dan-kenyataan-teks/.%5B31 Oktober 2008].
Manajemen Sekolah Berbasis Kompetensis.[online].Tersedia:http://manajemen-sekolah-
berbasis-kompetensi.html.%5B28 Oktober 2008].
Tantangan Profesionalisme Guru Ekonomi dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
kompetensi.[online].Tersedia:http://groups.yahoo.com/group/pakguruonline/message/2213.%
5B 31 Oktober 2008].
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2005). Pengelolaan Pendidikan. Bandung:
UPI.
pengelolaan kurikulum

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan
erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan,
materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan berjalan
menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh subsistemnya.
Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan
berjalan kurang baik dan maksimal.

Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat
diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses pengorganisasian ini
akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan.
Sedangkan manajemen adalah salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan proses-proses
tersebut.Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang mengelola lembaga
pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus pendidikan ataupun
kurikulumnya. Dalam makalah ini penulis akan menerangkan tentang penerapan manajemen dalam
pelaksanaan kurikulum.

Pengelolaan kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga pendidikan dan


sumberdaya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum itu sendiri hal
yang sangat menetutukan kebehasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal, sehingga perlu
adanya pengelolaan yang meliputi:

1. kegiatan perencaan;

2. kegiatan pelaksanaan dan;

3. kegiatan penilaian.

Sesuai dengan kegiatan pengelolaan kurikulum tersebut, penyajiaanya akan diurutkan mulai
dari perencaan. Namun terlebih dahulu akan dijelaskan dan dibatasi oleh pengertian kurikulum.

Pengelolaan kurikulum berkaitan dengan pengelolaan pengalaman belajar yang


membutuhkan stretegi tertentu sehingga menghasilkan produktifitas belajar bagi siswa. Dengan
demikian, kami ingin memberikan masukan dan pemaparan dalam suatu pengelolaan kurikulum.
Dan kami berniat untuk membuat suatu makalah yang berjudul Pengelolaan Kurikulum.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian administrasi kurikulum itu ?


2. Apakah pengertian pengelolaan kurikulum itu ?
3. Bagaimana Ruang lingkup pengelolaan Kurikulum?

4. Bagaimana peran, prinsip dan fungsi kurikulum ?

5. Bagaimana landasan pengembang kurikulum ?

6. Apa-apa sajakah kegiatan pokok dalam operasional kurikulum?

7. Apa yang harus di utamakan dalam kurikulum?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan Penulisan Makalah Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui sevinisi kurikulum yang sebenarnya.

2. Memahami ruang lingkup pengelolaan kurikulum.

3. Memahami prinsip-prinsip dan fungsi dalam pengelolaan kurikulum

4. Untuk mengaplikasikan komponen dan tahapan dalam pengelolaan kurikulum.

1.4. Manfaat Makalah

Manfaat penulisan makalah ini untuk menambah wawasan tentang bagaimana pegelolaan
kurikulum dalam suatu lembaga tersusun secara sistematis dan benar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Administrasi Kurikulum

1) Administrasi

Secara etimologi administrasi berasal dari bahasa Latin ad dan ministro.Ad mempunyai
arti kepada dan ministro berarti melayani.Secara bebas dapat diartikan bahwa administrasi itu
merupakan pelayanan atau pengabdian terhadap subyek tertentu.Memang, zaman dulu administrasi
dikenakan kepada pekerjaan yang berkaitan dengan pengabdian atau pelayanan kepada raja atau
menteri-menteri dalam tugas mengelola pemerintahannya.

Pengertian lain yang secara sederhana dari juga dimekakan oleh Murni Yusuf bahwa
administrasi adalah mengarahkan.

Adapun pengertian administrasi secara luas menurut Syaiful Sagala adalah: Rangkaian
kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk menjalankan roda suatu usaha atau
misi organisasi agar dapat terlaksana dengan suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

` Jadi administrasi merupakan suatu hubungan kerjasama untuk saling melayani dan
mengarahkan secara teratur atau sistematis dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.

Jadi kata administrasi secara harfiah dapat di artikan sebagai suatu kegiatan atau usaha
untuk membantu,malayani,mengarahkan atau mengatur semua kegiatan didalam mencapai suatu
tujuan.(Purwanto:1:2007)

Administrasi dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah
kegiatan rutin catat mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat
dengan segala aspeknya serta mempersiapkan laporan.

Administrasi pendidikan dalam pengertian secara luas adalah segenap proses pengerahan dan
pengintegrasian segala sesuatu baik personel,spiritual maupun material yang bersangkut paut
dengan pencapaian tujuan pendidikan.

Jadi,didalam proses administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat didalam
proses pencapaian tujuan pendidikan itu diintegrasikan,diorganisasi dan dikoordinasi secara
efektif,dan semua materi yang di perlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara efisien.
Dalam pengertian yang luas ini, istilah administrasi juga dapat diartikan sebagai berikut :

Administrasi adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan
usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi untuk mencapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.

Pengertian administrasi pendidikan menurut para ahli:

Siagian (1992:2) mengemukakan administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang
manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.

Wayong yang dikutip The Liang Gie (1992:15) mengemukakan bahwa administrasi adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengendalikan suatu usaha. Kegiatan itu bersifat merencanakan,
mengorganisir dan memimpin.

Simon sebagaimana dikutip Handayaningrat (1996:2) mengemukakan administration is the activities


of groups cooperating to accomplish common goals (Administrasi sebagai kegiatan daripada
kelompok yang mengadakan kerjasama untuk menyelesaikan tujuan bersama).

Berdasarkan definisi administrasi sebagaimana dikemukakan di atas Handayaningrat (1996:3)


mengemukakan bahwa administrasi mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas 2 orang atau lebih

Adanya kerjasama dari kelompok tersebut

Adanya kegiatan/proses/usaha

Adanya bimbingan, kepemimpinan, dan pengawasan

Adanya tujuan

Engkoswara (1987:1) mengemukakan administrasi pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya adalah
suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara
produktif.

Sutisna (1989:19) mengemukakan administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses dengan mana
sumber-sumber manusia dan materi yang cocok dibuat tersedia dan efektif bagi pencapaian
maksud-maksud organisasi secara efisien.
Sears (1950) sebagaimana dikutip oleh Daryanto (1998:8) mengemukakan Education administration
is the process as including the following activities planning, organizing, directing, coordinating, and
control.

Daryanto (1998:8) mengemukakan administrasi pendidikan adalah suatu cara bekerja dengan orang-
orang, dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif.

Nawawi (Daryanto, 1998:10) mengemukakan administrasi pendidikan adalah rangkaian kegiatan


atau keseluruhan, proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan
pendidikan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan dalam lingkungan tertentu,
terutama berupa lembaga pendidikan formal.

Dasuqi dan Somantri (1992:10) mengemukakan administrasi pendidikan adalah upaya menerapkan
kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan.

Soepardi (1988:25) menjelaskan administrasi pendidikan adalah semua aspek kegiatan untuk
mendayagunakan berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana, serta media pendidikan
lainnya) secara optimal, relevan, efektif, dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan.

Sagala (2005:27) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan adalah penerapan ilmu administrasi
dalam dunia pendidikan atau sebagai penerapan administrasi dalam pembinaan, pengembangan,
dan pengendalian usaha dan praktek-praktek pendidikan.

Berbagai definisi di atas memberikan gambaran bahwa dalam administrasi pendidikan


terkandung makna :

Administrasi pendidikan dilakukan melalui kerjasama sejumlah orang

Orientasi pelaksanaan administrasi pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.

Administrasi pendidikan memanfaatkan sumber daya pendidikan secara optimal.

Administrasi pendidikan dilaksanakan melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa administrasi merupakan suatu proses kerjasama
antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat
merencanakan, mengorganisir dan memimpin.

2) Kurikulum
Istilah kurikulum pada awalnya bukan dipakai dalam dunia pendidikan, yaitu dipakai sebagai
istilah dalam dunia olah raga.Dalam buku Asas-asas Kurikulum, S. Nasution menyebutkan bahwa
dalam kamus Webster kata kurikulum timbul untuk pertama kalinya pada tahun 1856. Artinya pada
waktu itu ialah: a) a race course; a place for running; a chariot. Yang memiliki arti suatu jarak yang
harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan dari awal sampai akhir.Kurikulum juga
berarti chariot semacam kereta pacu zaman dulu, yakni suatu alat yang membewa seseorang dari
start sampai finish.

Dalam banyak literatur kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis
mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman
belajar.Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa
dokumen atau rencana tertulis.

Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional


Pendidikan (SNP), dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta
didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori teori dan praktik
pendidikan ( Saylor Alexander & Lewis, 1981).

Pengertian kurikulum menurut Taylor dalam Nanang Fatah dan Aceng Muhtaram (1991)
yaitu :

Perangkat bahan ajar


Rumusan hasil belajar yang dikehendaki
Penyediaan kesempatan belajar
Kewajiban peserta didik

3) Administrasi Kurikulum

Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar
mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pada tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas
utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-
murid.Karena pada dasarnya pengelolaan/manajemen pendidikan fokus segala usahanya adalah
terletak pada Praktek Belajar mengajar (PBM).Hal ini nampak jelas bahwa pada hakikatnya segala
upaya dan kegiatan yang dilaksanakan didalam sekolah/lembaga pendidikan senantiasa diarahkan
pada suksesnya PBM.

Kurikulum dalam bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses
pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan
yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman.

Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum sebagai
dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran
tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan.

2.2 Pengertian pengelolaan kurikulum

Pasal 1 butir 19 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum nasional yang bersifat minimal
pada dasarnya dapat dimodifikasi untuk melayani kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan dan
kemampuan luar biasa.

Namun, pada kenyataannya masih terdapat dua kendala yaitu :

1) Sekolah menjalankan kurikulum nasional yang bersifat minimal tanpa mengolah dan
memodifikasi kurikulum guna melayani kebutuhan peserta didik tertentu yang berhak memperoleh
pendidikan khusus.

2) ketentuan yang ada belum mengakomodir kebutuhan peserta didik yang berhak
memperoleh pendidikan khusus.

2.3 Ruang Lingkup Pengelolaan Kurikulum


Ruang lingkup pengelolaakuriklum meliputi:

1. Perencanaan kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan belajar yang bertujuan untuk membina
peserta didik kearah perubahan tingkahlaku yang diinginkan. Perencanaan merupakan proses
seseorang dalam menentukan arah, dan menentukan keputusan untuk diwujudkan dalam bentuk
kegiatn atau tindakan yang berorientasi pada masa depan.

Prinsip-prinsip perencanaan kurikulum:

a. Perencanaan krikulum berkenaan dengan pengalaman-pengalaman para siswa.

b.Perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai keputusan tentang konten dan proses.

c. Perencanaan kurikulum mengandung keputusan-keputusan tentang berbagai isu yang aktual.

d. Perencanaan kurikulum melibatkan banyak kelompok.

e. Perencanaan kurikulum dilaksanakan pada berbagai tingkatan.

f. Perencanaan kurikulum adalah sebuah proses yang berkelanjutan.

Sifat perencanaan kurikulum

a. bersifat komprehensif artinya kurikulum tersebut mempunyai arti yang luas dan menyelurah, bukan
sebatas pada jadwal pelajaran saja.

b. Integratif artinya satu kesatuan yang utuh.

c. Realistik artinya terlihat jelas atau kurikulum disusun sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

d. Humanistik artinya kurikulum disusun untuk kepentingan kemanusian baik bagi peserta didik maupun
bagi masyarakat.

e. Futuralistik artinya kurikulum sebagai pandangan yang mendorong pendidikan yang mengarah ke
masa depan.

f. Mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai dengan standar nasional.

g. Berderisifikasi.

h. Bersifat desentralistik artinya kurikulum bersifat merata artinya kurikulum tidak hanya disusun oleh
pusat saja tapi juga pemerintah daerah hingga guru pun diberi wewenang untuk menyusun
kurikulum.

Dalam perencanaan kurikulum terdiri dari

1. Isi kurikulum
Kurikulum harus terdiri atas berbagai mata pelajaran yang urutannya harus disusun secara logis dan
terperinci.

Kurikulum harus mencakup seperangkat masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kehidupan
yang selalu muncul.

Kurikulum mencakup masalah-masalah kehidupan anak-anak sehai-hari yang berbeda-beda pada tiap
kelompok umur.

Kurikulum merupakan modifikasi atau variasi dari pendapat mengenai kurikulum1[8][2].

2. Bahan pelajaran

Urutan pelajaran ditentukan menurut jalan pikiran yang terkandung dalam mata pelajaran yang harus
diberikan.

Urutan pelajaran dimulai dari satuan mata pelajaran yang paling mudah dan berangsur-angsur
menuju pelajaran yang sukar.

Urutan pelajara dtentukan oleh cara-cara yang paling baik dalam mengajarkan tiap mata pelajaran
yang dapat ditemukan dengan jalan melakukan metode ilmiah.

Perencanaan kurikulum dilakukan ditingkat pusat, daerah, maupun sekolah.

a. Perencanaan kurikulum ditingkat pusat meliputi. Tujuan pendidikan, bahan materi yang dikeluarkan
dalam bentuk buku GBPP, pedoman-pedoman sebagai pelengkap buku GBPP, struktur program.

b. Perencanaan kurikulum ditingkat propinsi meliputi kalender akademik, petunjuk pelaksanaan,


bimbingan dan penyuluhan, dan petunjuk pelaksanaan penilaian.

c. Perencanaan kurikulum di sekolah antara lain penyusunan kalender pendidikan, penyusunan jadwal
pelajaran, pembagian tugas mengajar, penempatan murid di kelas.

d. Hal-hal yang direncanakan guru sehubungan administrasi kurikulum adalah penyusunan program
pengajaran, penyusunan satuan pelajaran, dan perencanaan penilaian hasil belajar2[9][3].
2. Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum adalah penerapan program kurikulum yang telah dikembangkan yang
kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan dengan menyesuaikan terhadap situasi
dilapangan.

Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum:

a. Perolehan kesempatan yang sama

b. Berpusat pada anak

c. Pendekatan dan kemitraan

d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum:

a. Kararakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup bahan ajar, tujuan fungsi, sifat, dll.

b. Strtegi pelaksanaan, strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum. Seperti diskusi profesi,
seminar, penataran dan lain-lain.

c. Karakteristik penggunaan yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, serta nilai dan sikap guru
terhadap kurikulum dalam pembelajaran.

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu:

a. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah.

Pelaksanaan kurikulum dalam tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk
melaksanakan kurikulum dilingkungan sekolah yang dipimpinnya. Kewajiban kepala sekolah antara
lain menyusun rencana tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan
membawa notula rapat, membuat statistik dan menyusun laporan-laporan.

b. Melaksanakan kurikulum tingkat kelas

Pada pelaksanaan ini yang berperan besar adalah guru yang eliputi jenis kegiatan administrasi yaitu:

1. Kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, tugas guru terdiri dari
Menyusun rencana pelaksanaan program

Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran

Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa.

Pengisian buku laporan pribadi siswa.

2. Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar ketentuan kurikulum yang berlaku, besifat
pedagogis dan menunjang pendidikan dalam rangka menunjang ketercapaian sekolah.

3. Pembimbing dalam kegiatan belajar, tujuan utama pembimbingan yang diberikan guru adalah untuk
mengembangkan semua kemampuan siswa agar siswa berhasil mengembangkan hidupnya.
Bimbingan seorang guru berupa bantuan untuk menyelesaikan masalah peserta didik sehingga
peserta didik dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan mampu dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya.

3. Penilaian kurikulum

Penilaian kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang
disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat keputusan mengenai suatu
kurikulum.

Prinsip-prinsip penilaian kurikulum3[10][4]:

a. Tujuan tertentu, artinya setiap program penilaian kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan secara jelas.

b. Bersifat objektif, berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersuber dari data yang nyata dan akurat.

c. Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup
kurikulum.

d. Kooperatif, dan bertanggung jawab dalam perencanaan,.

e. Efesien dalam penggunaaan waktu, biaya, tenaga dan peralatan yuang menjadi sarana penunjang.

f. Berksinambungan.
Penilaian kurikulum memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Secara umum penilaian kurikulum bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan
kurikulum di sekolah, dimana informasi ini akan bermanfaat sebagai dasar pertimbangan bagi
pengambil keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum di
sekolah.

b. Secara khusus penilaian kurikulum bertujuan untuk memperoleh jawaban dari kelengkapan
komponen kurikulum di sekolah, efektivitas pelaksanaan kurikulum, efektivitas pelaksanaan sarana
penunjang, tingkat pencapaian hasil belajar ditinjau dari kesesuaian dengan tujuan, dan dampak
pelaksanaan kurikulum baik positif atau negatif.

Ruang lingkup yang dikaji dalam penilaian kurikulum adalah:

a. Tersedianya dan kelengkapan komponen kurikulum.

b. Pemahaman buku kurikulum.

c. Pelaksanaan kurikulum sekolah.

d. Pemanfaatan sarana penunjang.

4.perbaikan kurikulum

Kurikulum suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan
senantiasa berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan penyesuaian supaya dapat memenuhi
permintaan.Permintaan itu baik dikarenakan adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan
masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.

Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang


dapat disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada efisiensi
pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat pada tujuan
pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).

Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi,


seperti: administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siswa serta masyarakat
mempuanyai sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus dirumuskan secara
jelas.Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal perencanaan program perbaikan
kurikulum. Dengan evaluasi yang tepat dan data informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam
membuat keputusan kurikulum dan intruksional.

Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam


perbaikan:

(1) mengidentfikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk mengetahui tujuan,

(2) mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,

(3) mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan diharapkan, (4) memilih
pemecahan sebagai percobaan,

(5) merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian,

(6) melakukan solusi percobaan,

(7) evaluasi.

2.4 Prinsip, Sifat, dan Fungsi Pengelolaan Kurikulum


1.Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai
berikut:

1) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat diperhatikan.
Output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan pengelolaan
kurikulum.
2) Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang menempatkan
pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
3) Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal, maka perlu
adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.
4) Efiktivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan dengan
pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat memberikan manfaat
dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5) Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan. [6]

Adapun fungsi-fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:


a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya kurikulum, karena pemberdayaan sumber dan
komponen kurikulum dapat dilakukan dengan pengelolaan yang terencana.
b. Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal
melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.
c. Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena adanya dukungan positif yang
diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
d. Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum, kurikulum yang
dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam
sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan
pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan.Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya
belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu :

1. Fungsi Penyesuaian

Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yang mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan itu sendiri senantiasa
mengalami perubahan dan bersifat dinamis.Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.

2. Fungsi Integrasi

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat.Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk
dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.

3. Fungsi Diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.Setiap siswa memiliki perbedaan, baik
dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.

4. Fungsi Persiapan

Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.Selain itu,
kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.

5. Fungsi Pemilihan

Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi
diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya
kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat
fleksibel.

6. Fungsi Diagnostik

Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan
kelemahan yang dimilikinya.Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan
sendiri kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

2. Sifat pengelolaan kurikulum

Bersifat strategis, karena merupakan instrumen yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional
Bersifat komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek aspek kehidupan masyarakat
Bersifat intergratif, yang mengintergrasi rencana yang luas yang mencakup pengembangan dimensi
kualitas dan kuantitas
Bersifat realistik, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dalam kebutuhan masyarakat
Bersifat humanistik, menitik beratkan pada pengembangan sumber daya manusia, baik kuantitatif
maupun kualitatif
Bersifat futuralistik, mengacu jauh kedepan falam merencanakan masyarakat yang maju
Bersifat desentralisasi, karena dikembangkan oleh daerah sesuai dengan kondisi dan potensi daerah
Bersifat objektif, berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersuber dari data yang nyata dan akurat.
Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup
kurikulum.
Kooperatif, dan bertanggung jawab dalam pengelolaannya.
Efesien dalam penggunaaan waktu, biaya, tenaga dan peralatan yuang menjadi sarana penunjang.
Berksinambungan.
3. Peran pengelolaan kurikulum

1. Peran Konsevatif
Peran Konservatif Kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan
masa lalu.Dokaotkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya local, maka
peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti ynag sangat penting. Melalui peran konservatif,
kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai nilai luhur
masyarakat, sehingga identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.
2. Peran Kreatif
Dalam peran kreatif, kurikulum harus mengandung hal hal baru sehingga dapat membantu
siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam
kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis.

3. Peran Kritis dan Evaluatif


Kurikum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan
nilai atau budaya baru yang mana yang harus dimiliki anak didik.Daam rangka ini peran peran kritis
dan evaluatif kurikulum diperlukan.Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi
segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.

2.5 Landasan Pengembangan Kurikulum

1. Landasan Filosofis

Filsafat berasal dari Yunani kuno, yaitu dari kata philos dan sophia. Philos artinya cinta
yang mendalam dan sophia artinya kearifan atau kebijaksanaan. Filsafat secara harfiyah diartikan
sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Secara popular Filsafat sering diartikan sebagai
pandangan hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi individu.

Ada 4 fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum :

1. filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan.

2. filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai debgan tujuan yang
ingin dicapai.

3. filsafat dapat menentukan srategi atau cara penyampaian tujuan.

4. melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.

a. Filsafat dan Tujuan Pendidikan

Hummel (1977) mengemukakan ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
tujuan pendidikan :

1. Autonomy, artinya memberi kesadaran, pengetahuan dan kemampuan yang primakepada setiap
individu dan kelompok untuk dapat mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik.

2. Equity, artinya pendidikan harus dapat memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat
untuk dapat berpartisipasi dalam kebudayaan dan ekonomi.

3. Survival, artinya pendidikan bukan saja harus menjamin terjadinya pewarisan dan memperkaya
kebudayaan dari generasi ke generasi akan tetapi harus memberikan pemahaman akan saling
ketergantungan antar manusia.

Menurut Bloom (1965), tujuan pendidikan dapat digolongkan kedalam tiga klasifikasi atau
tiga domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif berhubungan
dengan pengembangan intelektual atau kecerdasan.Bidang afektif berhubungan dengan
pengembangan sikap dan bidang psikomotor berhubungan dengan keterampilan.

b. Filsafat sebagai Proses Berfikir

Filsafat sering diartikan sebagai cara berfikir. Sidi Gazalba, mengemukakan ciri-ciri berfikir
filosofis sebagai berfikir yang radikal, sistematis dan universal. Befikir radikal (radikal thinking), yaitu
berfikir sampai ke akar-akarnya sampai pada konsekuensi yang terakhir.Berfikir sistematis adalah
berfikir logis yang bergerak selangkah dengan penuh kesadarandenagn urutan yang
bertanggungjawab dan saling berhubungan yang teratur.Berfikir universal, artinya tidak berfikir
secara khusus melainkan mencakup keseluruhan secara sistematis dan logis sampai ke akar-
akarnya.Orang yang berfilsafat yaitu orang yang berfikir secara mendalam tentang masalah secara
menyeluruh sebagai upaya mencari dan menemukan kebenaran.

Menurut Nasution (1989), ada empat aliran utama dalam filsafat, yaitu idealisme, relisme,
pragmatisme,dan eksistensialisme. Idealisme, memandang bahwa kebenaran itu datang dari Yang
Maha Kuasa.Manusia tidak perlu meragukan kebenarannya selain harus mematuhinya.Aliran
Realisme memandang bahwa manusia pada dasarnya dapat menemukan dan mengenal realitas
sebagai hukum-hukum universal, hanya saja dalam menemukannya itu dibatasi oleh kelambanan
sesuai dengan kemampuannya.Aliran progmatisme berpendapat bahwa kenyatan itu pada
hakikatnya berada pada hubungan sosial antara manusia dengan manusia lainnya.Aliran
Eksistensialis mengakui bahwa sebagai individu setiap manusia memiliki kelemahan -kelemahan.

2. Landasan Psikologis

a. Psikologi Perkembangan Anak

Untuk memahami perkembangan siswa, Piaget mengemukakan teori perkembangan kognitif


(intelektual).Kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental yang mengarahkaan dan
membimbing perilaku anak. Tahapan perkembangannya yaitu:

1. Sensorimotor,yang berkembang dari mulai lahir sampai 2 tahun.

2. Praoperasional, mulai dari 2 sampai 7 tahun.

3. Operasional konkret, 7 sampai 11 tahunOperasional formal dimulai dari 11 sampai 14 tahun ke atas.
b. Psikologi Belajar

Menurut aliran Behavioristik, Belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara
kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara
stimulus dan respon.Karena itu teori ini dinamakan teori Stimulus Respons.

3. Landasan Sosiologis-Teknologis

a. Kekuatan Sosial yang Dapat Mempengaruhi Kurikulum.

b. Kemajuam IPTEK sebagai Bahan Pertimbangan Penyusunan Kurikulum.


2.6 Komponen-komponen kegiatan pengelolaan kurikulum.

Menurut Ahmad Sabri dalam bukunya hal 54-55 tahun 2000 Kegiatan pengelolaan kurikulum ada 3
bagian :

1. Kegiatan yang menyangkut proses belajar

a) Penyusunan rencana kerja tahunan, semesteran, bulanan dan mingguan.

b) Penyesuaian jadwal pelajaran.

c) Penyusunan jadwal ulangan dan ujian.

d) Penyusunan daftar buku dan alat-alat pelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan dan prestasi
belajar siswa.

e) Penyusunan norma penilaian

f) Pencatatan dan laporan hasil-hasil kegiatan dan prestasi belajar siswa.

g) Penyusunan jadwal dan rencana kegiatan belajar dalam kelas dan di luar kelas.

2. Kegiatan yang menyangkut siswa

a) Menentukan jumlah dan syarat siswa yang akan diterima.

b) Perencanaan untuk pengarahan dan pelayanan siswa dalam menyelesaikan program ini.

c) Merencanakan dan melaksanakan peraturan kenaikan kelas.

d) Menentukan kelas bagi siswa yang diterima dan naik kelas.

e) Pencatatan sesuatu mengenai kegiatan siswa dan hasilnya di sekolah.

3. Kegiatan yang menyangkut guru

a) Pengaturan tugas pengajar dan tugas piket.

b) Pengaturan bimbingan guru terhadap siswa.

c) Penyusunan satuan pelajaran.

d) Penyusunan program kegiatan MGBS (majelis guru bidang studi) dan pelaksanaanya dalam rangka
peningkatan kemampuan tugas profesianalnya.
e) Pengaturan mengenai tugas belajar/pendataan guru

2.7 Aspek Utama Kurikulum

Dalam garis besarnya ada dua anggapan yang berbeda-beda,yaitu:

1) Karena sekolah didirikan oleh dan ditengah-tengah masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan keadaan, latar belakang dan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

2) Karena usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum harus disusun berdasarkan
keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu

Seperti kita lihat di atas, anggapan pertama berorientasi kepentingan masyarakat atau
sosial, sedangkan anggapan kedua mementingkan individu atau berorientasi psikologis.Barangkali
tidak ada orang yang mau mempertahankan salah satu pendapat dalam bentuk ekstrim.Dalam
kenyataannya setiap program pengajaran yang berpedoman pada kepentingan masyarakat, sampai
batas-batas tertentu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan individu pula, dan sebalinya setiap
kurikulum yang berorientasi psikologis dengan sendirinya memperhatikan kepentingan masyarakat
pula.

Pendirian yang ketiga selain dari dua yang di atas menganggap tidak ada pertentangan
secara prinsipil di antara keduanya.Kita tidak usah berpegang pada salah satunya, sebab itu benar-
benar tidak realistis.Individu hanya dapat mewujudkan dirinya sebagai individu jika dia berada dalam
masyarakat tempat dia hidup.Karena itu kurikulum harus berorientasi pada individu di dalam
masyarakat.

Pendapat yang terakhir ini nampaknya memang yang paling cocok atau sejalan dengan
filsafat pendidikan dan tujuan dari pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam pembukaan
UUD 1945, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.

Aspek lain dalam masalah di atas adalah persoalan: Apakah kurikulum harus ditentukan oleh
kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan orang dewasa (persiapan untuk menghadapi masa dewasa)
atau harus ditentukan oleh kebutuhan dan kepentingan murid sekarang ini. Pihak yang
mempertahan kurikulum harus tersusun semata-mata dari mata pelajaran yang didasarkan pada
kebutuhan dan kepentingan masyarakat, biasanya berpendirian bahwa tugas fungsi pendidikan ialah
untuk kehidupan orang dewasa. Karena itu kurikulum harus banyak mengandung pelajaran-
pelajaran yang berguna untuk anak di masa akan datang. Pendapat yang menetang pendidirian di
atas mengemukakan teori bahwa anak harus di anggap sebagai anak dengan hak-haknya, bukan
sebagai orang dewasa dalam bentuk mini.Karena itu kurikulum harus memperhatikan masalah-
masalah yang menyangkut anak saja.

Dari kedua pendapat di atas, muncul pendapat ketiga yang mengemukakan pendirian bahwa
pada dasarnya tidak usah ada pertentangan antara kedua pendirian di atas, karena di dalam
kurikulum cukup di perhatikan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan kedua belah
pihak, baik anak maupun orang dewasa.Kurikulum harus memuat pengalaman-pengalaman belajar
yang sekaligus menyangkut kepentingan langsung di dalam kehidupan anak dan mempersiapkan
mereka untuk hidup di masa dewasa kelak. Dikemukakan pula bahwa: mempersiapkan anak untuk
kehidupan orang dewasa berimplikasi masyarakat yang statis dimana kebutuhan-kebutuhan dan
kepentingan orang dewasa kelak dapat diramalkan pada anak-anak yang ada sekarang.

Pendapat terakhir dalam memberikan pemecahan masalah-masalah anak yang di hadapi


sekarang dan menyangkut kepentingan anak di masa depan, ialah meningkatkan penggunaan
kecerdasan secara fleksibel, mempersiapkan anak untuk menyesuaikan diri kepada perubahan-
perubahan pesatdari keanekaragaman dunia dewasa ini. Pandangan terakhir ini nampaknya
memberikan landasan yang sehat untuk menyusun kerangka yang fleksibel namun mantap untuk
perencanaan kurikulum.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari makalah yang telah kami susun dapat disimpulkan menjadi bahwasanya didalam suatu
pengelolaan kurikulun itu harus melakukan 3 hal , diantaranya:

1. Perencanaan
2. Pelaksanaa
3. Penilaian
Dan apabila kurikulum yang kita buat tidak sesuai dan dalam penilaian dikatakan gagal maka kita
harus memperbaiki kurikulum kembali supaya tujuan pembelajaran akan tercipta semaksimal
mungkin.

Adapun hal yang harus kita ketahui sebelum membuat kurikulum yaitu mengenai prinsip, sifat, dan
fungsi kurikulum, diantaranya:

Prisip :

1) Produktivitas,
2) Demokratisasi
3) Kooperatif
4) Efiktivitas dan efisiensi,
5) Mengarahkan
Sifat :
Bersifat strategis,
Bersifat komprehensif,
Bersifat intergratif,
Bersifat realistik,
Bersifat humanistik,
Bersifat futuralistik,
Bersifat desentralisasi,
Bersifat objektif,
Bersifat komprehensif,
Kooperatif,.
Efesien
Berksinambungan.
Fungsi :

1. Fungsi Penyesuaian

4. Fungsi Integrasi

5. Fungsi Diferensiasi

5. Fungsi Persiapan

6. Fungsi Pemilihan

7. Fungsi Diagnostik

3.2 Saran

Untuk mencapai kesempurnaan makalah ini , kami mengharap saran-saran yang


membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Ibid. Oemar Hamalik.2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik.2002.Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: remaja Rosda Karya.

Yusak Burhanudin. 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Sena.

http://aridlowi.blogspot.com/2009/12/pengelolaan-kurikulum.html

http://kiswankurikulum.blogspot.com/

Pengertian Pengelolaan Kurikulum


Pengelolaan Pendidikan merupakan penyelenggaraan, pengadministrasian, dan
pengembangan program pendidikan nasional, termasuk pengabdian peningkatan serta
pengembangan sarana fisik dan persoalan pendidikan nasional4[13].
Istilah manajemen kurikulum berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan
kurikulum. kurikulum adalah semua kegiatan, pengalaman, dan segala sesuatu yang dapat
memengaruhi perkembangan kepribadian anak, baik yang terjadi di sekolah, halaman sekolah
atau diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah agar peserta didik dapat menguasai
kompetensi yang telah ditentukan5[14].
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai
dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau
sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak
mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan6[15].
Hubungan sekolah dengan masyarakat perlu dikelola secara produktif agar
masyarakat merasa memiliki sekolah. Sehingga terbentuk sinergik antara sekolah dengan
masyarakat untuk mewujudkan program-program sekolah. Dengan demikian keterlibatan
masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu dan
mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain
dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum,
mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai
kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik kepada
masyarakat maupun pada pemerintah7[16].

2.1.4 Ruang Lingkup Pengelolaan Kurikulum


Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian kegiatan kurikulum. Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan
untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar
kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang
bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan
peserta didik maupun dengan lingkungan.
Prinsip dan Fungsi Pengelolaan Kurikulum
Prinsip dan fungsi yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen
kurikulum adalah beberapa hal sebagai berikut, yaitu8[19] :
Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang
harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta
didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran
dalam manajemen kurikulum.
Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang
menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam
melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum
perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan
efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manajemen
kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang
relative singkat.
Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen
kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.
Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu mempertimbangkan kebijaksanaan
pemerintah maupun Departemen Pendidikan Nasional, seperti UUSPN No. 20 tahun 2003,
kurikulum pola nasional, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaan penerapan
Manajemen Berbasis Sekolah, kebijaksanaan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga
pendidikan atau jenjang/jenis sekolah yang bersangkutan9[20].
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk
memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efisien dan optimal dalam memberdayakan
berbagai sumber maupun komponen kurikulum.
Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya10[21] :
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun
komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang
maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui
kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang
dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik
maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat
memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun
lingkungan sekitar.
Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, dengan pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif dan terpadu dapat
memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu
dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan
pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian ketidaksesuaian antara desain dengan
implementasi dapat dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk
melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien, karena adanya dukungan kondisi positif
yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum, kurikulum
yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat khususnya dalam mengisi
bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan cirri khas dan kebutuhan
pembangunan daerah setempat.

Anda mungkin juga menyukai