PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini banyak diantara kita manusia-manusia yang mulai
menjauh dari Tuhannya(Allah).Hal itu disebabkan merosotnya moral-moral serta
keimanan manusia yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
mengarah ke hal-hal yang bersifat negatif serta banyaknya aliran-aliran di dalam islam
sendiri yang tata cara penyembahan (ibadah) sedikit berbeda dari yang dikenal
masyarakat indonesia sebelumnya. Dari sekedar contoh tersebut banyak yang berfikiran
bahwa islam itu beragam alirannya dan juga beragam cara untuk memyembah
(beribadah) sehingga,menyebabkan manusia kebingungan tentang ibadah yang
sebenarnya seperti apa. Berangkat dari kasus diatas,maka perlunnya pembahasan tentang
tata cara beribadah yang tepat sesuai sunnahtullah. Dan agar tidak bergeser dari apa yang
telah diajarkan sunnahtullah,khususnya untuk mahasiswa dan umumnya untuk
masyarakat agar lebih peka dalam menyerap informasi seputar keagamaan baik yang
melalui media elektronik, media cetak maupun media pembelajaran di sekolah.
2.Agar mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya mampu menjalankan ibadah
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT IBADAH
Ibadah adalah bentuk penghambaan diri kepada Allah yang bukan hanya berkaitan
dengan hubungan manusia(hamba) dengan Tuhan (hablun minallah) tetapi juga
hubungan manusia dengan sesamanya (hablun minannas),bahkan juga hubungan
manusia dengan semua makhluk(muamalah maal khalqi).
B. FUNGSI IBADAH
1. Menjaga keselamatan akidah,terutama terkait dengan kedudukan manusia dan
Allah,dimana manusia dalam posisi sebagai hamba yang menyembah dan Allah
dalam posisi sebagai Tuhan yang disembah(abdun yabudu wa rabb yubadu).
2. Menjaga agar hubungan antara manusia dngan Tuhan itu berjalan dengan baik dan
abadi( daiman abadan). Terjaganya hubungan inti mendatangkan ketenangan pada
orang yang melakukan ibadah.
3. Mendisiplinkan sikap dan perilaku agar etis dan religius.
C. MACAM-MACAM IBADAH
Hukum Keluarga
Hukum Perdata
Hukum Pidana
Hukum Pidana
Hukum Acara
Hukum Perundang-undangan
Hukum-Hukum Kenegaraan
Hukum Ekonomi dan Keuangan
Tidak was-was
2.SHALAT
3.ZAKAT
5.HAJI
Kekurangan atau kesalahan dalam pelaksanaan ibadah, kafarat (tebusan) nya adalah dimensi
social.Contoh: (a) Orang melakukan puasa Ramadlan kemudian berhubungan suami-istri di
siang hari, tebusan yang yang paling memungkinkan adalah memberi makan kepada 60 orang
miskin. Orang tidak melakukan puasa Ramadlan karena sakit, hamil, atau menyusui,
tebusannya adalah fidyah (bersedekah memberi makan kepada fakir miskin). Orang berusaha
supaya puasanya sempurna, ia harus melaksanakan zakat fitrah. Supaya shalat ‘Id-nya
sempurna, ia harus melakukan kurban. Karena melakukan haji tamattu’ atau karena
kesalahan-kesalahan selama ihram: mencabut rumput, memotong daun dari pohonnya,
mencabut rambut atau bulunya sendiri, dan membunuh serangga atau kutu, ia harus
membayar dam (uang). Sebaliknya, kekurangan atau kesalahan pelaksanaan dimensi social
tidak bisa dilunasi dengan ibadah. Contoh: dosa karena menyakiti orang lain, karena korupsi,
karena mencuri, karena memfitnah tidak bisa ditebus dengan istghfar berapa pun banyaknya
atau dengan shalat tahajud setiap malam. Dosa social itu hanya akan dilebur oleh Allah
setelah memperoleh maaf dari yang disakiti, yang dicuri barangnya, yang dikorupsi, atau
dengan singkat dari orang yang dirugikan. Jika punya hutang di bawa mati, betapa pun
kecilnya, tetap menjadi halangan untuk menuju surga manakala amalnya amat banyak dan
mengalahkan amal jahadnya.
B.FAKTOR PENYEBAB
a. Dalam melaksanakan shalat terkadang telat dengan alasan sibuk,kurang siapnya me-manage
waktu. Dan dalam menjalankan shalat pun terkadang kurang khusyu’.Hal ini disebabkan
kekurangsiapan untuk malaksanakan shalat
b. Dalam menunaikan zakat terkadang kita masih belum yakin akan keutamaan zakat serta
didukung faktor ekonomi yang kian hari kian memprihatinkan. Sehingga ada alasan untuk
tidak membayar zakat.
c. Alasan orang tidak berpuasa
-karena lagi hamil, melahirkan,menyusui
-dalam keadaan sakit berat
-murtad
-tidak tahan godaan (nafsu)
d. Haji adalah ibadah wajib bagi mereka yang merasa mampu, akan tetapi banyak kita jumpai di
masyarakat,mampu secara ekonomi akan tetapi belum menunaikan haji. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan masyarakat akan keutamaan ibadah haji.
Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan melakukan
salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka ia
diperbolehkan salat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan
gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.
2.Hukum zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya
syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti salat,
haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Alquran dan Sunah. Zakat juga
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan ummat manusia dimana pun.
Islam adalah agama yang sempurna dan mudah. Meski puasa Ramadhan merupakan
kewajiban bagi setiap muslim, namun dalam keadaan tertentu seseorang diperbolehkan untuk
tidak berpuasa. Berikut penjelasan tentang siapa saja yang dibolehkan untuk tidak berpuasa
dalam bulan Ramadhan.
Musafir
Musafir adalah orang yang melakukan perjalanan sejauh jarak (yang dianggap) safar. Jarak
safar menurut mazhab yang paling kuat adalah jarak yang dianggap oleh adat atau
masyarakat setempat sebagai safar atau bepergian. Puasa itu dilakukan jika memang mampu
dan tidak bermudarat bagi dirinya
Orang Sakit
Sakit yang menjadikan dibolehkannya seseorang berbuka adalah keadaan yang jika ia
berpuasa dalam keadaan tersebut akan membahayakan dirinya, menambah sakitnya, atau
dikhawatirkan memperlambat kesembuhan
Sementara orang yang nifas, para ulama menjelaskan bahwa hukum nifas sama dengan
hukum haid. Bagi yang tidak puasa karena haid atau nifas memiliki kewajiban meng-qadha
pada selain bulan Ramadhan sebagaimana dalam hadits di atas.
Permasalahan
Bila ada seorang wanita hamil di bulan Ramadhan dan ia meninggalkan puasa karena
kehamilannya itu. Kemudian ia melahirkan di bulan itu juga, sehingga ia tentu meninggalkan
puasa karena nifasnya. Apakah ia wajib mengqadha karena ia meninggalkan puasa karena
nifas itu? Kalau dia menganggap dirinya sebagai orang yang menyusui apakah tidak wajib
mengqadha?
Masalah ini telah dijawab oleh asy-Syaikh al-Albani, ia berkata, “Jika bertepatan ketika ia
nifas dan juga menyusui, maka jawabnya: ia seperti keadaannya semula yaitu ketika hamil,
tidak ada qadha atasnya. Yang wajib atasnya adalah fidyah.” (Majalah al-Ashalah edisi 15—
16 hlm. 120)
. Karena melakukan haji tamattu’ atau karena kesalahan-kesalahan selama ihram: mencabut
rumput, memotong daun dari pohonnya, mencabut rambut atau bulunya sendiri, dan
membunuh serangga atau kutu, ia harus membayar dam (uang).
Untuk shalat
1. Persiapkan diri untuk sholat. Itu dimulai dengan mendengarkan adzan dan
mengikutinya, berdoa adzan, memperbaiki wudlu, berdoa setalah wudlu,
mempesiapkan baji sholat, tempat sholat dan menunggu waktu sholat. Bukan
bergegas sholat ketika waktu hampir lewat.
4. Tadabbur (menghayati) ayat-ayat Quran yang dibaca saat sholat, begitu juga
dzikir-
Untuk zakat
Untuk Puasa
Darajat,Zakiah. et. al. 1984. Dasar- Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
RI.
Saudi Arabia.
Manan Idris, et. al. 2006. Reorientasi Pendidikan Islam. Pasuruan: Hilal
Pustaka.
Nurdin, Muslim. et.al. 2006. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV.
Alfabeta.
Muhammadiyah.
Mutiara.
Tarbiyah.