Anda di halaman 1dari 5

PENGATURAN PENGELOMPOKAN, DAN ORGANISASI PESERTA DIDIK

A. Pengaturan Pengelompokan Peserta Didik


1. Urgensi Pengelompokan
Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan
bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai
perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran
penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada
pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok yang
berbeda..
Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan
karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka
berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan
pemberian layanan yang sama. Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim
dengan istilah pengklasifikasian (clasification).
Pengelompokan bermaksud membantu mereka agar dapat berkembang seoptimal
mungkin. Jika maksud pengelompokan demikian malah tidak tercapai, maka peserta
didik justru tidak perlu dikelompokan atau digolong-golongkan.

1. Jenis-Jenis Pengelompokan Peserta Didik


Ada banyak jenis pengelompokan peserta didik yang dikemukakan oleh para ahli.
Mitchun (1960) mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik. Yang pertama,
ia namai dengan ability grouping, sedangkan yang kedua ia namai dengan sub-
grouping with in the class. Yang dimaksud ability grouping adalah pengelompokan
berdasarkan kemampuan di dalam setting sekolah. Sedangkan sub- grouping with in
the class adalah pengelompokan dalam setting kelas.

Adapun kelompok-kelompok kecil pada masing-masing kelas demikian dapat


dibentuk berdasarkan karakteristik individu. Ada beberapa macam kelompok kecil di
dalam kelas ini, yaitu: interest grouping, special-need grouping, team grouping, tutorial
grouping, research grouping, full-class grouping, combined- class grouping.
a. Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)
b. Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need Grouping)
c. Pengelompokan Beregu (Team Grouping)
d. Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)
e. Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)
f. Pengelompokan Kelas Utuh (Full-Class Grouping)
g. Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
h. SD Tanpa Tingkat (The Non Grade Elementary School)
i. Pengelompokan Kelas Rangkap (Multigrade and Multi-Age Grouping)
j. Pengelompokan Kemajuan Rangkap (The Dual Progress Plan Grouping)
k. Penempatan Sekelompok Siswa pada Seorang Guru (Self-contained
Classroom)
l. Pembelajaran Beregu (Team Teaching)
m. Departementalisasi
n. Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan (Ability Grouping)

Hendyat Soetopo (1982) mengemukakan empat dasar pengelompokan peserta didik,


yaitu: friendship grouping, achievement grouping, aptitude grouping, attention or interest
grouping dan intelegen grouping.

a. Pengelompokan Berdasarkan Kesukaan Memilih Teman (Friendship Grouping)


Yang dimaksud dengan friednship grouping adalah pengelompokan peserta didik
yang didasarkan atas kesukaan memilih teman. Masing-masing peserta didik diberi
kesempatan untuk memilih anggota kelompoknya sendiri serta menetapkan orang-orang
yang dijadikan sebagai pemimpin kelompoknya.

b. Pengelompokan Berdasarkan Prestasi (Achievement Grouping)


Achievement grouping adalah suatu pengelompokan yang didasarkan atas pretasi
peserta didik. Secara jelas, pengelompokan demikian telah diuraikan diatas.

c. Pengelompokan Berdasarkan Bakat (Aptitude Grouping)


Aptitude grouping adalah suatu pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas
kemampuan dan bakat mereka.

d. Pengelompokan Berdasarkan Minat (Attention or Interest Grouping)


Attention or interest grouping adalah pengelompokan peserta didik yang didasarkan
atas perhatian mereka atau minat mereka. Pengelompokan demikian dilakukan, oleh
karena tidak semua peserta didik yang berbakat mengenai sesuatu dan sekaligus juga
meminatinya. Tidak semua peserta didik yang mampu sesuatu sekaligus juga
meminatinya.

e. Pengelompokan Berdasarkan Kecerdasan (Intelegence Grouping)


Intelegence grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas hasil tes
kecerdasan atau intelegen,

A. Pengaturan Organisasi Peserta Didik


Pengenalan atas potensi peserta didik, baik intelegensinya, aspek sosialnya,
kepribadiannya dan minatnya sangatlah penting. Pengenalan atas potensi peserta didik,
sangat dibutuhkan ketika kita bermaksud melakukan pembinaan terhadap peserta didik.
Berbagai cara dapat dipergunakan untuk menegenali potensi peserta didik, baik melalui
tes-tes psikologi maupun melalui non tes. Bahkan kemampuan-kemampuan psikologis
tersebut, oleh pakar dihubungkan dengan jenis pekerjaan yang cocok untuk yang
bersangkutan ketika mereka memilih pekerjaan.
Guna penyaluran peserta didik pada organisasi peserta didik, maka pada bagian ini
akan dikedepankan tentang: (1) identifikasi potensi peserta didik, (2) pengaturan kegiatan
ekstra kurikuler, dan (3) pengaturan kegiatan ekstra kelas, (4) mengatur kegiatan ekstra
kurikuler, dan (5) mengatur organisasi pemerintahan peserta didik.

1. Identifikasi Potensi Peserta Didik


Salah satu alat teropong terhadap potensi peserta didik adalah tes intelegensia. Jenis
kapabilitas apakah yang dapat dijaring dari tes intelegensi ini? Tentu saja kapabilitas
yang bersifat umum, yang lazim disebut dengan kecerdasan atau IQ. Tes IQ lazimnya
dirancang untuk memastikan kemampuan-kemampuan intelektual kandidat. Jenis
kemahiran yang dijaring, selain meliputi kemampuan verbal, kemampuan berhitung
(numerical), kecepatan perceptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi
ruang dan ingatan (memori). Robbins (1995) sangat bagus ketika memerikan berbagai
dimensi kemampuan yang berkenaan dengan IQ ini, dalam kaitannya dengan contoh
pekerjaan yang cocok untuknya, sebagaimana pada tabel 6.1.

Tabel 4.2. Dimensi Kemampuan Intelektual


DIMENSI PEMERIAN CONTOH PEKERJAAN
Kecerdasan Kemampuan untuk berhitung Akuntan: Menghitung pajak
numeris dengan cepat dan tepat penjualan pada
seperangkat barang

Kemampuan memahami apa Manajer publik: Mengikuti


Pemahaman yang dibaca atau yang kebijakan koorporasi
verbal didengar serta hubungannya
dengan kata satu sama lain

Kemampuan mengenali Penyelidik kebakaran:


kemiripan dan beda visual Mengenali petunjuk untuk
Kecepatan dengan cepat dan tepat mendukung tuduhan arson
perseptual
Kemampuan mengenali urutan Peneliti pasar:Meramalkan
logis dalam suatu masalah dan permintaan sekian suatu
Penalaran induktif kemudian memecahkannya produk dalam kurun waktu
berikutnya

Kemampuan menggunakan Penyelia: Memilih antara


logika dan menilai aplikasi dari dua saran yang berlainan
Panalaran suatu argumen yang dikemukakan
deduktif karyawan
Kemampuan membayangkan
bagaimana suatu obyek akan Dekorator interior:
tampak seandainya posisinya Mendekorasi suatu ruang
Visualisasi ruang dalam ruangan diubah

Kemampuan menahan dan


mengenang kembali Juru jual: Mengingat nama-
pengalaman masa lalu nama pelanggan
Ingatan
Sumber: Robbin, Stephen. 1995. Organizational Behavior: Cocept, Strategy, Kontrovercy. New
York: McGraw Hill Book Company.
Dengan demikian, jika seseorang masuk sekolah tertentu, memilih disiplin ilmu
tertentu dan vokasi tertentu, tetapi dikaitkan dengan imbalan yang akan ia dapatkan,
berarti tidak mempunyai minat yang murni terhadap pilihannya, melainkan dipengaruhi
oleh imbalan dan atau reward yang bermaksud ia raih. Ini dipandang kurang etis,
meskipun diperbolehkan dalam bingkai hak asasi, karena karakteristik kepribadian
demikian ini mudah eksodus dari tempat kerjanya, hanya karena mengejar aspek reward
yang mungkin tidak memadai menurut ukurannya.

Robbin (1995) sangat bagus ketika memberikan peta karakteristik kepribadian yang
dikaitkan dengan jenis pekerjaan yang cocok, sebagaimana pada tabel 6.2.

Tabel 4.3. Karakteristik Kepribadian, Kaitannya dengan Jenis-jenis Vokasi yang


Cocok
TIPE- IPE KEPRIBADIAN KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN
VOKASI KONGRUEN
Realistis: Lebih menyukai Pemalu, tulus, tekun, Montir, operator,
kegiatan fisik yang menuntut mantap, patuh dan pekerja lini
ketrampilan, kekuatan dan praktis. perakitan dan
koordinasi. petani
Analis, orsinil dan ingin
Menyelidik: Lebih menyukai tahu. Biolog, ekonom,
kegiatan yang melibatkan matematikawan
pemikiran, organisasi dan dan wartawan
pemahaman. Senang bergaul, berita.
Sosial: Lebih menyukai ramah, kooperatif dan
kegiatan yang melibatkan memahami. Pekerja sosial,
bantuan dan pengembangan guru, penyuluh dan
orang lain. Patuh, efisien, praktis, psikolog klinis.
tak emajinatif dan tak
Konvensional: Lebih menyukai luwes. Akuntan, manajer
aturan-aturan, tertib dan koorporasi dan
kegiatan tak kembar arti. kasir bank.
Percaya diri, ambisius,
Pengusaha: lebih menyukai energik dan Pengacara, agen
kegiatan verbal, di mana ada menguasai. real estate, spesial
kesempatan mempengaruhi humas, manajer
orang dan meraih kekuasaan. bisnis kecil.

Artistik: Lebih menyukai Emajinatif, tak tertib, Pelukis, musisi,


kegiatan kembar arti dan tak idealis, emosional dan pengarang dan
sistematis yang memungkinkan tak praktis. dekorator interior
ungkapan kreatif.
Sumber: Robbin, Stephen. 1995. Organizational Behavior: Cocept, Strategy, Kontrovercy.
New York: McGraw Hill Book Company.

Anda mungkin juga menyukai