Kata Kurikulum memiliki banyak arti yang berbeda tergantung dari posisi seseorang dalam system pendidikan . Sebagai contoh, seorang pembuat kurikulum akan melihatnya sebagai suatu rencana untuk pengalaman kurikulum di sekolah ( yang ideal); seorang guru akan melihatnya sebagai pemerintah atau orang yang biasanya berada di luar ruang kelas yang mengatakan padanya unutk mengajar (mempraktekkan); seorang siswa akan melihatnya sebagai apa yang harus saya pelajari untuk lulus sekolah atau madrasah (kenyataan) dan orang tua melihatnya sebagai apa yang sebenarnya telah dipelajari oleh anak saya di sekolah (prestasi). Pihak lain mungkin akan melihatnya sebagai buku atau materi unutk guru dan siswa. Istilah kurikulum di gunakan pertama kali pada olahraga pada zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curer, yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang atlit. Pada waktu itu , orang mengistilahkan dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish. (Wina(Sanjaya,200:1)[1][1] Istilah Kurikulum kemudian digunakan dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan, para ahli memiliki pandangan yang beragam tentang kurikulum. Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan praktik dan teori pendidikan. Pengertian kurikulum yang ditinjau dari beberapa sudut pandang : 1. Pengertian Kurikulum Secara Tradisional Dalam pandangan lama kurikulum dipandang sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Pelajaran-pelajaran materi apa yang harus ditempuh di sekolah madrasah, itulah kurikulum. Kurikulum dalam arti sejumlah mata pelajaran ya hams ditempuh oleh murid, menurut Oemar Hamalik, mempunyai implikasi bahwa mata pelajaran pada hakekatnya adalah pengalaman masa lampau dan tujuan mempelajarinya adalah untuk memperoleh ijazah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada pergeseran fungsi sekolah. Seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi sekolah tidak saja dituntut untuk rnembekalai berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat berkembang, tetapi juga dituntut untuk dapat mengembangkan minat bakat, membentuk moral kepribadian, bahkan berbagai macam ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenhuni dunia kerja. Pergeseran fungsi sekolah tersebut berdampak pada pergeseran makna kurikulum, dimana kurikulum tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran akan tetapi dianggap sebagai pengalaman belajar siswa. dijelaskan oleh William F. Pinar da bukunya What is Curriculum Theory, yang menjelas bahwa kurikulum pada saat mi adalah dimaknai sebagai pengalaman belajar. Pergeseran makna ini disebab pengaruh humanisme, seni, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Pengertian Kurikulum Secara Modern : Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”. [2][2] Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa “Kurikulum adalah semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah”. Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”. Selain itu, kurikulum dalam pandangan modern juga berarti pada methodology. Misalnya, Hilda Taba dalam bukunyanya Curriculum Development, menuliskan Currikulum is, after all, a way of preparing young people to participate as productive members of our culturer”. Artinya, kurikulum adalah cara mempersiapkan manusia untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dan suatu budaya.[3][3] Sesuai penjelasan David Pratt bahwa: “A curriculum is anorganized set of formal educational and or training intentions “. Artinya, kurikulum adalah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat latihan. Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ditinjau dari pandangan modern merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan. Menurut S.Nasution kurikulum dapat ditinjau sebagai berikut : 1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum, misalnya berisisejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan. 2. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program,yakni alat yang dilakukan oleh sekolah atau madrasah untuk mencapai tujuannya. ini dapat berupa mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga meliputi segala kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi perkembangan siswa misalnya perkumpulan sekolah atau madrasah, pertandingan,pramuka, warung sekolah atau madrasah dan lain-lain. 3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari. 4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secara aktual menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana Dan beberapa definisi kurikulum yang telah disebutkan di atas bisa diambil kesimpulan, bahwa kurikulum merupakan pengalaman peserta didik baik di sekolah atau madrasah maupun di luar sekolah di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak hanya terbatas pada mata pelajaran, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik, dan bisa menentukan arah atau mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi. Dengan kata lain kurikulum haruslah menunjukkan kepada apa yang sebenarnya haru dipelajari oleh peserta didik. B. Fungsi Kurikulum Menurut Sutopo dan Soemanto sebagaimana dikuti oleh Muhammad Joko Susilo kurikulum berfungsi:[4][4] 1. Kurikulum dalam rangka mencapai tujuan. Bila tujuan pendidikan yang diinginkan tidak tercapai orang cenderung meninjau kembali alat yang digunaka untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Bagi siswa kurikulum berfungsi sebagai organisasi belajar yang harus dikuasai dan dikembangka seirama perkembangan siswa. 3. Bagi guru, kurikulum berfungsi a) sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar siswa. b) sebagai alat untuk mengadakan evaluasi perkembangan siswa c) sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan. 4. Bagi kepala sekolah dan pembiña sekolah kurikulum berfungsi a) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi, yaitu memperbaiki situasi belajar. b) sebagai pedoman untuk fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar. c) sebagai pedoman dalam fungsi supervisi untuk membantu guru dalam memperbaiki situasi belajar. d) sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar. 5. Bagi orang tua murid, kurikulum. berfungsi sebagai panduan untuk membantu anak. 6. Bagi sekolah pada tingkatan di atasnya, kurikulum berfungsi sebagai pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru. 7. Bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah, kurikulum berfungsi dalam memberikan bantuan guru dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua/masyarakat untuk menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar bisa lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
C. Konsep Kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.[5][5] a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi/rencana : Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara. b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis. c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi: