1. Kurikulum pada hakikatnya adalah suatu rencana yang menjadi panduan
dalam menyelenggarakan proses pendi dikan. Apa yang dituangkan dalam rencana tersebut banyak dipengaruhi oleh pandangan perencana tentang keberadaan pendidikan. Adapun pandangan tentang keberadaan pendi dikan itu diwarnai oleh filsafat pendidikan yang dianut pe rencana. Istilah kurikulum pertama kali digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curere. Pada waktu itu, kurikulum diartikan se bagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat ber lari dari mulai start sampai garis finish. Sebelum membicara kan konsep kurikulum, perlu dipahami bahwa setiap orang. kelompok masyarakat, bahkan para ahli pendidikan mem punyai pandangan yang berbeda tentang definisi kurikulum. Dan berdasarkan studi yang telah dilakukan para ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yaitu pandangan tradisional dan pan dangan baru atau modern. Menurut pandangan tradisional, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guna atau dipelajari peserta didik Dalam kamus Webster's New Interna tional Dictionary (1955) dalam Nasution (2001 21), kuriku lum didefinisikan sebagai: "(a) A course, esp a specified fixed of course of study, as in school or college, as one leading to a degree (b). The whole body of course offered in an educational institution or by department there of "Pandangan ini lebih me nitikberatkan pada isi kurikulum yang berupa deretan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik dalam wak tu kurun tertentu. Selain itu. Robert M. Hutchins (1936) memiliki pandang an yang sama bahwa kurikulum adalah kumpulan mata pela jaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran "The curriculum should include grammar, rea ding, rhetoric and logic and mathematic, and addition at the secondary level introduce the great books of the western world." Adapun pandangan ahli kurikulum modern cenderung memberikan pengertian yang lebih luas, meliputi kegiatan di luar kelas, bahkan juga segala sesuatu yang dapat meme ngaruhi kelakuan peserta didik, pribadi guru, dan lain-lain Romine (1964) mendefinisikan "Curriculum is interpreted to mean all of the organized course, activities, and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not Pandangan di atas tampaknya dipengaruhi oleh pandang an pemikir dan ahli kurikulum sebelumnya, seperti Strateme ver Forkner dan McKim (1947) yang menyatakan bahwa "Cur riculum is currently defined in the three ways the course and class activities in which children and youth engage the total of in class and out of class experiences sponsored by scho ol and the total life experiences of the learner" Dalam konteks ini, kurikulum dimaknai secara komprehensif, yaitu menca kup semua aspek kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kurikulum tidak di maknai hanya sekadar dokumen yang berisi deretan mata pe lajaran yang harus dipenuhi pada suatu waktu tertentu Apabila kurikulum dimaknai sebagai seluruh pengalam an, maka untuk memahami kurikulum sekolah, menurut San jaya (2008: 7) tidak cukup hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang d g dilakukan peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini harus dipa hami, sebab memiliki kaitan erat dengan evaluasi keberhasil an implementasi kurikulum, yaitu bahwa target pencapaian implementasi kurikulum tidak hanya diukur dari kemampu an peserta didik menguasai seluruh isi atau materi pelajaran. akan tetapi juga perlu dilihat bagaimana proses atau kegiatan peserta didik sebagai pengalaman belajar. Taba (1962) memiliki pandangan yang berbeda dari kedua konsep kurikulum di atas, Taba lebih mendefinisikan kuriku lum sebagai rencana atau program yang disusun oleh sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. " a curriculum is a plan for learning, therefore, what is know about the learning process and development of individual has bearing in the sha ping of a curriculum". Pendapat ini menggambarkan bahwa kurikulum dipahami sebagai program atau rencana belajar Senada dengan pendapat Taba, Beauchamp (1975 118-19) juga mendefinisikan kurikulum sebagai rencana. Berdasarkan tiga dimensi konsep kurikulum di atas, di manakah posisi bangsa kita dalam mendefinisikan kuriku lum? Dalam konteks Pendidikan Nasional, secara formal ku rikulum lebih diartikan sebagai suatu rencana atau dokumen tertulis. Hal ini bisa dilihat dari pengertian kurikulum sebagai mana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yang berbunyi bahwa "kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tuju an, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tu juan pendidikan tertentu". Berdasarkan definisi tersebut, tam pak bahwa kurikulum memiliki dua aspek, yaitu sebagai ren cana yang harus dijadikan sebagai pedoman oleh guru dalam Implementasi kurikulum dalam proses belajar mengajar. Ke dua sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 2. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk pembelajaran siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun dari beberapa unsur yaitu manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Masing -masing unsur meemiliki peranan yang sangat penting. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiridari siswa, guru dan tenaga lain, seperti tenaga perpustakaan. Material, meliputi buku, papan tulis, boldmaker, fotografi, slide, film, dsb. Fasilitas dan perlengkapan ytang meliputi ruangan kelas, komputer, dsb. Prosedur yang terdiri dari jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, dsb. Kurikulum dan pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat karena kurikulum itu sendiri merupakan mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari siswa untuk memperoleh pengetahuan. Dalam melaksanakan hal tersebut tentu tidak lepas dari unsur-unsur seperti manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur-prosedur yang semua itu disebut dengan pembelajaran. Maka kurikulum dan pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri karena saling berhubungan erat dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. 3. a. Guru sebagai Implementers Guru berperan untuk menerapkan atau mengaplikan kurikulum yang sudah ada dalam melaksanakan perannya, hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. b. Guru sebagai adapters Guru lebih dari sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan daerah. Dalam fase ini guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. c. Guru sebagai developers Guru sebagai developers memiliki kewenangan yang lebih luas dalam menyusun kurikulum. Guru sebagai developers bukan hanya memiliki peran dalam menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi yang akan dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya melalui pemilihan alat evaluasi untuk pencapaian hasil belajarnya. Sebagai developer (pengembang) kurikulum, guru diberi kewenangan untuk mendesain kurikulum madrasah. Peran pengembangan kurikulum ini terkait erat dengan karakteristik, visi dan misi sekolah atau madrasah, serta pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh siswa. Pelaksanaan peran ini dapat dilihat dalam pembuatan dokumen kurikulum, pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan muatan lokal (Mulok) sebagai bagian dari struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
4. Kurikulum dirancang secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-aspek,
materi pembelajaran, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan siswa. 5. a. Subject Centerred Curriculum Organisasi kurikulum yang tertua Kurikulum yang paling sering digunakan Kurikulum yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah-pisah dan terlepas dari yang satu dengan yang lain
b. Corre;ated Curriculum
Antara dua mata pelajaran dihubungkan secara insidental atau kebetulan
Suatu pokok bahasa diperbincangkan dalam berbagai mata pelajaran Beberapa mata pelajaran disatukan dengan menghilangkan batas masing-masing.
c. Integrated Curriculum
Meniadakan batas-batas pembelajaran
1) Suatu kesatuan yang bulat 2) Menerobos batas-batas mata pelajaran 3) Didasarkan atas kebutuhan siswa 4) Didasarkan pada pendapat-pendapat modern mengenai cara belajar 5) Memerlukan waktu yang panjang 6) Menganut life-contered