Anda di halaman 1dari 16

KURIKULUM PEMBELAJARAN

Materi

Konsep Dasar Hakekat Kurikulum

Disusun :
Marsela Sangari : 20303057
Tiara Tilaar : 20303014
Fanly Kuhu : 20303026

KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2021
Pertemuan Minggu Ke-2 : Konsep dasar hakekat kurikulum
Bahasan :
1. Pengertian kurikulum
2. Kedudukan kurikulum dalam pendidikan
3. Fungsi kurikulum

Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang terdiri dari program studi
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan, dimana di dalamnya terdapat
rancangan pelajaran yang akan didapatkan oleh peserta didik dalam satu periode jenjang
pendidikan.

Hakekat kurikulum
Istilah “kurikulum”memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran
tersebut berdeda-beda satu dengan lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari
pakar bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae” artinya
jarak yang harus ditempuh seseorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka
waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh
kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh
suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata
lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jenbatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir
dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Beberapa tafsiran
lainnya dikemukakan berikut ini (Hamalik, 2008:16-17).

Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang
harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata
ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa
lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Misalnya, bakat pengalaman dan
penemuan-penemuan masa lampau, maka diadakan pemilihan dan selanjutnya disusun secara
sistematis, artinya menurut urutan tertentu, dan logis, artinya dapat diterima oleh akal dan
pikiran. Mata ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa,
sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya. Semakin banyak
pengalaman dan penemuan-penemuan maka semakin banyak pula mata ajaramn yang harus
disusun dalam kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa disekolah (Hamalik, 2008:16-17).

Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani yang mula-mula
digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currure yang berarti jarak tempuh lari. Dalam
kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai dengan finish.
Jarak dari start sampai dengan finish disebut currure. Atas dasar tersebut pengertian
kurikulium diterapkan dalam bidang pendidikan. Banyak ahli pendidikan dan ahli kurikulum
yang membatasi pengertian kurikulum beberapa definisi tersebut dirumuskan dengan berbeda
meskipun pada initinya terkandung maksud yang sama. Sebagai gambaran ada beberapa
pengertian kurukulum yang dikembangkan oleh bebrapa orang ahli.

1. Hilda, Taba dalam bukunya, Curriculum Development, Theory and Practice (1962),
mendefinisikan kurikulum sebagai “ a plan for learning”.
2. J.F Kerr (1966) mendefinisikan kurikulum sebagai : “ All the learning which is planned or
guided by the school, whether it is carried on in groups or individually, inside of or outside
the school”.
3. Definisi yang lebih kompleks tentang kurikulum dikemukakan oleh Rene Ochs (1964) yang
dikutipoleh Ariech Lewy (1970) sebagai berikut:
“This term often to design aqually a programme for a given subject matter for the entire
cycle or even the whole range of cycles. Further, the term curriculum is somestimes used
in a wider sense to cover the various educational activities through which the content is
conveyed as well as materials used and methods employed”.

Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan aktivitas dan
kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan
sekolah, baik di dalam maupun luar sekolah. Atas dasar tersebut secara oprasional kurikulum
dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang
dilaksanakan dari tahun ke tahun;
2. Bahan tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan guru dalam melaksanakan pengajaran
untuk siswa-siswanya;
3. Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana pendidikan
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah;
4. Tujuan-tujuan pengajaran, pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara penilaian
yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan; dan
5. Suatu program bpendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.

Definisi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu kurikulum sebagai
program yang direncanakan dan dilaksanakan di sekolah serta kurikulum sebagai program yang
direncanakan dan dilaksanakan secara nyata di kelas.

Ada pakar kurikulum yang mengutarakan bahwa “kurikulum mencakupi maksud, tujuan,
isi, proses, sumber daya, dan sarana-sarana evaluasi bagi semua pengalaman belajar yang
direncanakan bagi para pembelajar baik di dalam maupun di luar sekolah dan masyarakat
melaluipengajaran kelas dan program-program terkait”, dan selanjutnya membatasi “silabus
sebagai suatu pernyataan mengenai rencana bagi setiap bagian kurikulum menesampingkan
unsure evaluasi kurikulum itu sendiri;… silabus hendaknya dipandang dalam konteks proses
pengembangan kurikulum yang sedang berlangsung” (Robertson 1971: 584; Shaw 1977 dalam
Tarigan, 1993:5). Selain itu, masih terdapat bermacam-macam pengertian diberikan kepada
istilah kurikulum. Ada pengertian yang sangat luas dan sebaliknya terdpat pengertian yang
sempit. Perkataan kurikulum bukan perkataan Indonesia asli, tetapi berasal dari bahasa asing,
yaitu bahasa Yunani. Di dalam kamus Webster dalam Team Pembina Mata Kuliah Didaktik
Metodik (1995:97) terdapat beberapa arti dari kurikulum, di antaranya yaitu sebagai berikut.

1. Tempat berlomba, jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba.


2. Pelajaram-pelajaran tertentu yang diberikan di sekolah atau perguruan tinggi yang
ditujukan untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.
3. Keseluruhan pelajaran yang diberikan dalam suatu lembaga pendidikan.

Lazimnya, kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan berserta staf pengajarnya (Nasution, 2006:5). Pengertian kurikulum yang lebih luas
kemudian diberikan oleh para pendidikan yaitu “segala usaha sekolah untuk memengaruhi anak
belajar, di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luarnya” atau “segala kegiatan di bawah
tanggung jawab sekolah yang memengaruhi anak dalam pendidikannya” (Team Pembina Mata
Kuliah Didaktik Metodik, 1995:97).

Pendapat ini timbul karena para pendidik kini beranggapan, dengan memperhatikan
pengaruh hidden curriculum sangat membutuhkan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan-
pertimbangan yang lebih luas dan mungkin biaya yang lebih besar daripada merencanakan
kurikulum yang bersifat tertulis. Yang termasuk hidden curriculum, misalnya dengan
tersedianya ruang perpustakaan yang nyaman dan buku-buku yang lengkap akan dengan
sendirinya meningkatkan gairah membaca murid-murid.

Karakteristik lain dari kurikulum terutama stated curriculum yaitu sebagai berikut.

1. Kurikulum harus bersifat fleksibel, mudah diubah menuju ke kesempurnaan, sesuai dengan
kubutuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
2. Kurikulum adalah deskripsi atau uraian tentang rencana atau program yang akan
dilaksanakan.
3. Kurikulum biasanya berisi tentang bermacam-macam bidang studi (areas of learning).
4. Kurikulum dapat diperuntukkan bagi seorang pelajar saja atau disusun bagi suatu kelompok
yang besar.
5. Kurikulum selalu berhubungan dengan atau merupakan program dari suatu lembaga
pendidikan (educational centre).

Konsep dasar kurikulum

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik


pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut
pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno,
dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang, yaitu
kurikulum sebagai “... a raccecourse of subject matter to be mastered” (Robert S. Zais, 1976:7
dalam Sukmadinata, 1997:4). Banyak orang tua bahkan juga guru-guru, kalau ditanya tentang
kurikulum akan memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata-mata pelajaran. Lebih
khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.

Pendapat-pendapat yang muncul selanjutnya telah beralih dari menekankan pada isi
menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar. Menurut Caswel dan Campell
dalam bukku mereka yang terkenal Curriculum Development (1935), kurikulum ... to be
composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Perubahan
penekanan pada pengalaman ini lebih jelas ditegaskan oleh Roland C. Doll (1974:22 dalam
Sukmadinata, 1997:4): “The commonly accepted definition of curriculum has changed from
content of courses of study and list of subjects and courses to all the experiences which are
offered to learners under the auspices or direction of the school”..
Definisi Doll tidak hanya menunjukan adanya perubahan penekanan dari isi kepada
proses, tetapi juga menunjukan adanya perubahan lingkup, dari konsep yang sangat sempit
kepada yang lebih luas. Apa yang dimaksud dengan pengalaman siswa yang diarahkan atau
menjadi tanggung jawab sekolah mengandung makna yang cukup luas. Pengalaman tersebut
dapat berlangsung di sekolah, di rumah ataupun di masyarakat, bersama guru atau tanpa guru,
berkenaan langsung dengan pelajaran ataupun tidak. Definisi tersebut juga mecakup berbagai
upaya guru dalam mendorong terjadinya pengalaman tersebut serta berbagai fasilitas yang
mendukungnya.

Mauritz Johnson (1967:30 dalam Sukmadinata, 1997:5) mengajukan keberatan terhadap


Doll. Menurut Johnson, pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi antara siswa
dengan lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum
hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil dari pengajaran. Johnson membedakan
dengan tegas antara kurikulum dengan pangajaran. Semua yang berkenaan dengan perencanaan
dan pelasanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluasi, termasuk
pengajaran, sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasi-hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh siswa. Menurut Johnson kurikulum adalah ... a structured series of intended
learning outcomes (Johnson, 167:130 dalam Sukmadinata, 1997:5).

Terlepas dari pro dan kontara terhadap pendapat Mauritz Jonhson, beberapa ahli
memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Salah seorang diantara
mereka adalah Mac Donald (1965:3 dalam Sukmadinata, 1997:5) Menurut dia, sistem
persekolahan terbentuk atas empat sub sistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran, dan
kurikulum. Mengajar (teaching) merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang
diberikan oleh guru . Belajar ((learning) merupakan kegiatan atau upaya yang dilakun siswa
sebagai respons terhadap kegiatan yang diberikan oleh guru. Keseluruhan pertautan kegiatan
yang memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar mengajar disebut
pembelajaran (intruction). Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi
pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana (curriculum plan)
dengan kurikulum yang fungsional (functioning curriculum). Menurut Beauchamp (1968:6
dalam Sukmadinata, 1997:5) “ A curriculum is written document which may contain many
ingredients, but basically it is a plan for the education of pupil during their enrollment in given
school”. Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum adalah suatu rencana
pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan itu sudah masuk pengajaran. Selanjutnya, dokumen
tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas.
Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan suatu yang
fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur linhkungan dan
kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum
(curriculum document or inert curriculum), sedangkan yang dioperasikan di kelas merupakan
kurikulum fungsional (functioning, live operative curriculum).

Hilda Taba (1962 dalam Sukmadinata, 1997:6) memunyai pendapat yang berbeda denga
pendapat-pendapat yang berbeda dengan pendapat-pendapat itu. Perbedaan antara kurikulum
dan pengajaran menurut dia bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan
cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode khusus menjadi
tugas pengajaran. Menurut Taba keduanya membentuk satu kontinum, kurikulum terletak pada
ujung tujuan umum atau tujuan jangka panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu
yang lebih khusus atau tujuan dekat.
Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan

Kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah Kurikulum mempunyai kedudukan


sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum bertujuan sebagai arah, pedoman, atau
sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

1. Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan


tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
2. Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan
teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.
3. Kedudukan kurikulum dapat dilihat dari sistem pendidikan itu sendiri , pendidikan sebagai
sistem tentu memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling
ketergantungan, komponen-komponen pendidikan itu antara lain adalah tujuan pendidikan,
kurikulum pendidik, peserta didik, lingkungan, sarana dan pra sarana, manajemen, serta
teknologi. Berdasarkan komponen-komponen ini jelas bahwa kurikulum mempunyai
kedudukan-kedudukan tersendiri dalam sistem pendidikan nasional

Dalam Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional , bab X tentang kurikulum


pasal 36 dikemukakan bahwa :

Ayat (1): pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Ayat (2): kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
Ayat (3): kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka negara kesatuan
republik indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak
mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah
dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja,
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global
dan persatuan nasional serta nilai-nilai kebangsaan.
Adapun juga peranan Kurikulum:
Peranan Kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/ madrasah memiliki peranan yang sangat
strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. . Oemar Hamalik (Rudi Susilana
dkk, 2006: 10-11) mengemukakan terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting, yaitu:
peranan konservatif, peranan kreatif, dan peranan kritis/evaluatif:

1. Peranan konservatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-
nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada
generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan demikian, peranan konservatif ini pada
hakikatnya menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini
sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada
hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi
dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai nilai sosial yang hidup di lingkungan
masyarakatnya.
2. Peranan kreatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang
baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan kebutuhan masyarakat
pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang
dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya
untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta
cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
3. Peranan kritis/evaluatif
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang
hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai nilai
dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada
masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa
mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Karena itu, peranan
kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil
perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan
memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam
hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-
nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan
diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.

Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan secara seimbang dan
harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi ketimpangan-
ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum persekolahan menjadi tidak optimal.
Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak yang
terkait dalam proses pendidikan, di antaranya guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua,
siswa, dan masyarakat. Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait tersebut idealnya dapat
memahami betul apa yang menjadi tujuan dan isi dari kurikulum yang diterapkan sesuai
dengan bidang tugas masing-masing.
Fungsi Kurikulum

Sebagai rangkaian rencana demi terwujudnya tujuan pendidikan, tentu kurikulum


memiliki beberapa fungsi. Berikut adalah fungsi dari kurikulum.

1. Fungsi Penyesuaian
Kurikulum memiliki sifat mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam
lingkungan yang cenderung dinamis.
2. Fungsi Integrasi
Kurikulum mampu menjadi alat pendidikan yang dapat membentuk pribadi-pribadi yang
utuh serta berintegritas di masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi
Kurikulum merupakan alat pendidikan yang memperhatikan pelayanan kepada setiap
peserta didik yang mana mereka memiliki perbedaan masing-masing yang patut untuk
dihargai.
4. Fungsi Persiapan
Sebagai alat pendidikan, kurikulum berfungsi untuk membantu mempersiapkan peserta
didik untuk dapat menuju ke jenjang pendidikan berikutnya, serta siap untuk hidup
bermasyarakat apabila peserta didik tersebut tidak melanjutkan pendidikannya.
5. Fungsi Pemilihan
Kurikulum memfasilitasi para peserta didik dengan cara memberi mereka kesempatan
untuk memilih program belajar yang sesuai dengan minat serta bakatnya.
6. Fungsi Diagnostik
Kurikulum berfungsi untuk memahami dan mengarahkan potensi dari seorang peserta didik
agar dia dapat menggali terus potensinya dan memperbaiki kelemahannya.

Sedangkan untuk peserta didik, kurikulum berfungsi untuk membantu mereka agar dapat
memahami materi dan melaksanakan proses pembelajaran dengan mudah, sehingga target
pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, peserta didik juga diharapkan mendapatkan
pengalaman baru yang bisa saja menjadi bekal di kehidupannya nanti.

Selain itu menurut , Muhammad Ansyar menguraikan beberapa fungsi kurikulum sebagai
berikut:
1. Kurikulum sebagai pedoman studi. Pengertiannya adalah seperangkat mata pelajaran yang
mampu dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau di institusi pendidikan lainnya.
2. Kurikulum sebagai konten. Pengertiannya adalah data atau informasi yang tertera dalam
buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lain yang memungkinkan
timbulnya belajar.
3. Kurikulum sebagai kegiatan terencana. Pengertiannya adalah kegiatan yang direncanakan
tentang hal-hal yang akan diajarkan dengan berhasil.
4. Kurikulum sebagai hasil belajar. Pengertiannya adalah seperangkat tujuan yang utuh untuk
memperoleh suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasi cara-cara yang dituju untuk
memperoleh hasil itu, atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.
5. Kurikulum sebagai reproduksi kultural. Pengertiannya adalah transfer dan refleksi butir-
butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan difahami anak-anak generasi muda
masyarakat tersebut.
6. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pngertiannya adalah keseluruhan pengalaman
belajar yang direncanakan di bawah pimppinan sekolah.
7. Kurikulum sebagai produksi. Pengertiannya adalah tugas yang harus dilakukan untuk
mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.

Selain dari fungsi-fungsi di atas, Dakin mengemukakan fungsi kurikulum dengan pihak-
pihak yang secara langsung terkait dengan kurikulum sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, para
penulid buku ajar, dan masyarakat:

1. Fungsi kurikulum bagi para penulis

Para penulis buku ajar mestinya mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang berlaku pada
waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan maupun subpokok bahasan, hendaknya
penulis buku ajar membuat analisis instruksional terlebih dahulu. Kemudian menyusun
Garis-Garis Besar Program Pelajaran (GBPP) untuk mata pelajaran tertentu, baru berbagai
bahan yang relevan. Sum ber bahan tersebut dapat berupa bahan cetak (buku, makalah,
majalah, jurnal, koran, hasil penelitian dan sebagainya), yang diambil dari narasumber,
pengalaman penulis sendiri atau dari lingkungan. Perlu diingat bahwa tidak semua bahan
tersebut ditulis sebagai bahan pelajaran. Yang perlu mendapat pertimbangan ialah kriteria-
kriteria sebagai berikut:

a. Bahan hendaknya bersifat pedagogis, artinya bahan hendaknya berisikan hal-hal yang
normatif.
b. Bahan hendaknya bersifat psikologis, artinya bahan yang ditulis memperhatikan
kejiwaan peserta didik yang mempergunakannya.
c. Bahan disesuaikan dengan perhatian, minat, kebutuhan, dan perkembangan jiwa anak.
d. Bahan hendaknya disusun secara didatis, artinya bahan yang tertulis tersebut dapat
diorganisir sedemikian rupa sehingga mudah untuk diajarkan.
e. Bahan hendaknya bersifat sosiologis, artinya bahan jangan sampai kontroversal dengn
keadaan masyarakat sekitar.
f. Bahan hendaknya bersifat yuridis, artinya bahan yang disusun jangan sampai
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, GBHN, Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 27m28,29, dan 30. Begitu juga bahan
tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang lain.
2. Fungsi kurikulum bagi guru
Bagi guru baru, sebelum mengajar pertama-tama yang perlu dipertanyakan adalah
kurikulumnya. Setelah kurikulum didapat, pertanyaan berikutnya adalah Garis-Garis Besar
Program Pengajaran. Setelah Garis-Garis Besar Program pengajaran ditemukan, barulah
guru mencari berbagai sumber bahan yang relevan atau yang telah ditentukan oleh
Depdiknas. Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka guru semestinya mencermati tujuan pendidikan yang dicapai oleh
lembaga pendidikan dimana ia bekerja.
3. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
Bagi kepala sekolah yang baru, yang dipelajari pertama kali adalah tujuan lembaga yang
akan dipimpimnya. Kemudian mencari kurikulum yang berlaku sekarang untuk dipellajari,
terutama pada buku petunjuk pelaksanaan. Selanjutny a tugas kepala sekolah melakukan
supervisi kurikulum.
4. Fungsi kurikulum bagi masyarakat
Kuriulum harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekitar.

Anda mungkin juga menyukai