2. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005) – Kurikulum merupakan niat & harapan yang
dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang
dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum sebagai niat & rencana,
sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam
proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.
3. Drs. Cece Wijaya, dkk – Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni
meliputi keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.
PROMOTED CONTENT
19. Crow and Crow – Kurikulum ialah suatu rancangan dalam pengajaran yang
tersusun secara sistematis untuk menyelesaikan program dalam memperoleh ijazah.
23. Valiga, T & Magel, C – Kurikulum merupakan suatu urutan pengalaman yang
telah ditetapkan oleh pihak sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir & bertindak
para peserta didik.
Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan
yang sangat berperan dalam kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut...
Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum berfungsi
sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah.
Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang
mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi
di masyarakat.
Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan
disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.
Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi sebagai
persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu
mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat
hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.
Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan
adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar
yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu
mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah
memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya.
Kurikulum dibuat dan dirancang sebagai alat untuk bisa mencapai tujuan pendidikan secara
universal dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah dan memiliki komponen utama &
penunjang yang saling terkait diantara keduanya. Adapun komponen-komponen kurikulum
antara lain yaitu:
Tujuan: Berisikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Materi atau isi : Merupakan bahan ajar yang akan disampaikan oleh pendidik kepada
peserta didik
Media (sarana & prasarana): Alat peraga dan juga sarana prasarana yang menunjang
kegiatan belajar mengajar.
Strategi : Metode atau taktik yang akan diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
Proses belajar Mengajar : Mengarah pada sebuah proses dalam pembelajaran yang
meliputi segala bentuk apresiasi peserta didik
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, Perkembangan Mengenai Kurikulum, telah berganti-ganti.yaitu pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan 2006.antara lain sebagai berikut
Tahun 1947- Leer Plan (Rencana Pelajaran)
Tahun 1952 - Rencana Pelajaran Terurai
Tahun 1964 - Renthjana Pendidikan
Tahun 1968 - Kurikulum 1968
Tahun 1975 - Kurikulum 1975
Tahun 1984 - Kurikulum 1984
Tahun 1994 - dan Kurikulum 1999 - Kurikulum 1994 dan Sublemen Kurikulum 1999
Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi
Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Tahun 2013- Kurikulum 2013.
Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Pengembangan krikulum yang
tepat akan membawa proses pembelajaran yang tepat dan dapat tercapainya pendidikan yang
terbaik bagi peserta didik. Selain itu, di dalam kurikulum terdapat strategi kurikulum, hal
tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran, yaitu bagaimana caranya (strategi),
metode, atau kegiatan agar proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efesiaen
sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.
Pengertian Landasan Pengembangan Kurikulum
Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Tyler (1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek
yang melandasi suatu kurikulum (school purposes), yaitu: “Use of philosophy, studies of
learners, suggestions from subject specialist, studies of contemporary life, dan use of
psychology of learning”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa landasan
pokok dalam pengembangan kurikulum dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu:
landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek).
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun
kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan
landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai
dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003.
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap
pengembangan kurikulum, yaitu: Landasan Filosofis, Landasan psikologis, Landasan
Sosiologis dan Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Saran
Sebagai calon guru, mengingat salah satu fungsi dan peran guru adalah sebagai
pengembang kurikulum. Adapun modal dasar agar dapat menghasilkan kurikulum yang dapat
diterima oleh pihak-pihak yang berkepentingan ( Stake holder), salah satu syaratnya bahwa
kurikulum harus dikembangkan dengan didasarkan pada sejumlah landasan yang tepat, kuat
dan kokoh.
DAFTAR PUSTAKA
Kelly. 1989. The Curriculum. Theory and Practice. London. Paul Chapman Publishing
Tirtarahardja, Umar dan Sula, La. (2000). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Tyler (1988)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Sinar Grafika
Yusuf, Syamsu. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Oleh: Wisnu Prawijaya/ NIM: 15105244008
Oleh sebab itu, seorang pelaksana kurikulum perlu mengetahui dan melaksanakan beberapa
landasan dan prinsip-prinsip menjadi pedoman dalam pengembangan kurikulum. Namum hal ini
sering diabaikan oleh para pelaksana kurikulum, sehingga pencapaian tujuan pendidikan tidak
optimal. Hal ini yang mendasari penulis untuk menyusun makalah ini. Makalah ini memaparkan apa
yang menjadi landasan- landasan dan prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses pengembangan
kurikulum.
Dengan landasan yang kokoh kurikulum yang dihasilkan akan kuat, yaitu program pendidikan yang
dihasilkan akan dapat menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat kemanusiannya, baik
untuk kehidupan masa kini maupun menyongsong kehidupan jauh ke masa yang akan datang.
Penggunaan landasan yang tepat dan kuat dalam mengembangkan kurikulum tidak hanya diperlukan
oleh para penyusun kurikulum ditingkat pusat (makro), akan tetapi terutama harus dipahami dan
dijadikan dasar pertimbangan oleh para pengembang kurikulum ditingkat operasional (satuan
pendidikan), yaitu para guru, kepala sekolah, pengawas pendidikan (supervisor) dewan sekolah atau
komite pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang terkait (stacke holder).
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup sentral dalam
perkembangan pendidikan, oleh sebab itu dibutuhkan landasan yang kuat dalam pengembangan
kurikulum agar pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Adapun yang
menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum yaitu:
1. Landasan Filosofis
Landasan Filosofis dalam pengembangan kurikulum, yaitu akan membahas dan mengidentifikasi
landasan filsafat dan ilmplikasinya dalam mengembangkan kurikulum. Filsafat membahas segala
permasalahan manusia, termasuk pendidikan, yang disebut filsafat pendidikan. Filsafatmemberikan
arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan praktik- praktik pendidikan
memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat. Hal inilah
yang menyebabkan landasan filosofis menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum.
Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah Filsafat pendidikan pancasila.
Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan arah sedangkan pelaksanaanya melalui pendidikan.
2. Landasan Psikologis
Landasan Psikologis dalam pengembangan kurikulum, yaitu akan membahas dan mengidentifikasi
landasan psikologis dan ilmplikasinya dalam mengembangkan kurikulum. Dalam proses pendidikan
yang tejadi adalah proses interaksi antar individu. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena
kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis sebenarnya merupakan karakter psiko- fisik seseorang
sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku interaksi dengan lingkungannya.
Dalam pengembangan kurikulum, minimal ada dua landasan psikologi yang mempengaruhinya, yaitu
psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Terdapat Sembilan aspek psikologi yang kompleks
tetapi satu yang dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam
kurikulum.
1. Aspek Ketakwaan
2. Aspek Cipta
3. Aspek Rasa
4. Aspek Karsa
5. Aspek Karya (Kreatif)
6. Aspek Karya (Keprigelan)
7. Aspek Kesehatan
8. Aspek Sosial
9. Aspek Individu
10. Landasan Sosial Budaya
Kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan muncul
masyarakat-masyarakat yang tidak asing dengan masyarakat. Dengan pendidikan diharapkan lahir
manusia- manusia yangbermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakat. Oleh sebab itu
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan masyarakat.
4. Landasan Yuridis
Kurikulum pada dasaranya adalah produk yuridis yang ditetapkan melalui keputusan menteri
Pendidikan Nasional RI. Sebagai pengejawantahan dari kebijakan pendidikan yang ditetapkan oleh
lembaga legislatif yang mestinya mendasarkan pada konstitusi/UUD. Dengan demikian landasan
yuridis pengembangan kurikulum di NKRI ini adalah UUD 1945 (pembukaan alinia IV dan pasal 31),
peraturan-peraturan perundangan seperti: UU tentang pendidikan (UU No.20 Tahun 2003), UU
Otonomi Daerah, Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan, Surat Keputusan dari Dirjen Dikti,
peraturan-peraturan daerah dan sebagainya.
2. Prinsip Fleksibilitas
Dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan
fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan
situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang
peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas
Adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal.
Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan,
baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan
jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi
Mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan
sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas
Mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang
mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Dosen Pembimbing :
Dr. Rofiatul Hosna, M.Pd
Oleh :
Lukman Yusuf
M. Zaki Arzaq
Umi Masruroh
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT KEISLAMAN HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis,
karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya
memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara
mendalam
Dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponenKomponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi
dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum tersebut
kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen-komponen
kurikulum yang lain.
B. Rumusan Maslah
Apakah maksud kurikulum sebagai sistem?
Apa saja komponen-komponen dalam kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
Kurikulum Sebagai Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb)
yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasai dalam mencapai satu tujuan.
Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah
komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki
sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk
mencapai tujuan.
1. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang
akan diberikan pada anak didik Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan
nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : " Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab".
2. Isi/Materi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam
kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis
bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-
bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.
Isi/materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan.
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran
yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran
b) Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran
c) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi
kurikulum. Kriteria itu antara lain:
a) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
b) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
c) Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji
d) Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas
e) Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.
3. Strategi pelaksanaan kurikulum (Proses)
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan
dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal
itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan
strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan,
mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang secara \
umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu
dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan
secara nyata disekolah, sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan
pendidikan. Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika
pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi
pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan
pengaturan kegiatan sekolah.
Evaluasi kurikulum
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam
konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan
strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan
evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran,
keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi
dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan
yang diperlukan.
Tujuan evaluasi
a) Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang berkenan
dengan nilai dan arti. S. Hamid Hasan (1988) secara tegas membedakan kedua istilah tersebut
sebagai berikut :
Pemberian nilai dilakukan apabila seorang evaluator memberiokan pertimbanganya
mengenai evaluan tanpa menghubungkanya dengan sesuatu yang bersifat dari luar. Jadi,
pertimbangan yang diberikan sepenuhnya berdasarkan apa evaluan itu sendiri. Sedangkan
arti, berhubungan dengan posisi dan peranan evaluan dalam suatu konteks tertentu. Tentu saja
kegiatan evaluasi yang konfrensif adalah yang meliputi baik proses pemberian keputusan
tentang nilai dan proses keputusan tentang arti.\, tetapi hal ini tidak berarti bahwa
sesungguhnya suatu kegiatan evaluasi harus selalu meliputi keduanya. Pemberian nilai dan
arti ini dalam bahasa yang dipergunakan scrifen (1967) adalah formatif dan sumatif. Jika
formatif dan sumatif merupakan fungsi evaluasi, maka nilai dan arti adalah hasil kegiatan
yang dilakukan oleh evaluasi.
b) Tujuan dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement). Pemberian
pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi. Melalui pertimbangan
inilah ditentukan nilai dan arti atau makna (wornth dan merried) dari sesuatu yang sedang di
evaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah bermaksud kategori
kegiatan evaluasi.
Jenis-jenis penilaian meliputi :
a. Penilaian awal pembelajaran (Input program)
b. Penilaian proses pembelajaran (Program)
c. Penilaian akhir pembelajaran.(output program)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem terhadap kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-
komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.
Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
a) Tujuan yang ingin dicapai
b) Materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan
c) Susunan materi/pengalaman belajar
d) Evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai (Tyler, 1949).
A. Model – model Konsep Kurikulum
Model konsep kurilkulum yaitu suatu model kurikulum apa yang tertentu yang dilahirkan dari
suatu paham filsafat, psikologis, sosiologi (termasuk didalamnya system politik), serta IPTEK
tertentu. Dimana berbedaan pandangan atas hakikat kehidupan dan manusia yang baik serta
bagaimana memwujudkannya akan melahirkan model pendidikan atau kurikulum yang berbeda
pula.
Setidaknya dikenal empat model konsep kuriukulum yaitu model kurikulum subjek akademik
model kurikulum pribadi, model kurikulum rekontruksi sosial, dan model kurikulum teknologi.
Secara garis besarnya karakteristik dari masing – masing model kurikulum tersebut diuraikan di
bawah ini.
a. Kurikulum subjek akademik
Adalah model kurikulum yang bertujuan untuk mewariskan nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang
sudah dikembangkan oleh para ahli dimasa lampau kepada generasi muda masa kini. Oleh
karena itu model pembelajaran dalam kurikulum ini adalah apa-apa yang terdapat dalam buku-
buku tua besar termasuk di dalamnya kitab – kitab suci. Peserta didik diharapkan dapat
menguasai isi buku –buku atau kitab-kitab itu.
b. Kurikulum pribadi
Adalah model konsep yang didesain dikembangkan untuk mengembangkan pribadi peserta didik
secara optimal. Materi ajar tidak terpaku pada suatu bidang studi tertentu, akan tetapi
disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik. Peserta didik diberi keleluasaan untuk
mempelajari segala sesuatunya, sedang guru bertugas memberikan layanan yang baik atas
kebutuhan peserta didik.
c. Kurikulum rekonstruksi sosial
Adalah model kurikulum yang menekankan pentingnya pengembangan individu sebagai pribadi
dan sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses dan upaya
memperbaiki situasi dan kondisi dimana individu tersebut berarti. Isi pendidikan diupayakan
seoptimal mungkin dikaitkan dengan keadaan dan kebuthan masyarakat. Sehingga siswa bisa
mengenal keadaan masyarakat dan berkontrubusi terahadap masyarakat. Untuk itu, siswa
mendapat penekanan pada upaya pemecahan masalah kehidupan masyarakat. Namun ini tidak
berarti mengabaikan materi ajar yang ada dalam bidang studi (subjek akademik), hanya saja
materi yang ada dalam bidang studi itu diberikan atau dipelajari siswa bukan untuk menguasai
konsep dari lapangan studi tersebut semata – mata, akan tetapi digunakan untuk perbaikan atau
pemecahan sosial yang ada.
d. Model Teknologis
Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan pada kerangka berfikir teknologis yang berbasis pada
ilmu pengetahuan ilmiah. Kurikulum teknologis memiliki sifat hampir sama dengan kurikulum
subjek akademik yaitu mentransfer, akan tetai dalam kurikulum teknologis yang ditransfer ini
adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yangharus dikuasai siswa untuk melakukan suatu
bidang kegiatan tertentu, bukannya nilai-nilai yang dianggap baik pada masa lampau. Tujuan
dari kurikulum ini adalah untuk membentuk kemampuan teknis atau kemampuan kerja
(vocational / kompetensi) tertentu. Pembelajaran berorientasi tujuan dengan indicator-indikator
keercapaian yang dirumuskan dengan sangat jelas.
d) Menentukan evaluasi
Fungsi evaluasi ini kita akan melihat tingkat ketercapaian siswa dalam menguasai pelajaran /
perubahan tingkah laku (fungsi sumatif), dan untuk melihat sejauh mana efektifitas proses
pendidikan untuk mencapai tujuan (fungsi formatif).
b. Model Zais
Dalam model ini menekankan dari mana insiatif bermula, siapa personil terlibat, bagaimana
kedudukan personil serta keputusan apa yang diambil oleh personal tersebut. Berdasarkan pada
pemikiran tersebut, dengan merujuk pada pembagian model pengembangan kurikulum dari
Stanley, Smith, dan Shores, Zais menjelaskan tiga model pengembangan kurikulum yaitu model
administrative, model akar rumput (grass root) dan model demonstrasi.
1) Model Administratif
Dalam model ini atau disebut dengan top down model, inisiatif pengembangan kurikulum datang
dari pihak pejabat (administrator) pendidikan. Begitu pula dalam kegiatan penunjukan orang –
orang yang terlibat didalamnya beserta tugas-tugas dalam pengembangan kurikulum ditentukan
oleh administrator. Dengan menggunakan garis komando selanjutnya hasil pengembangan
kurikulum disebarluaskan untuk diterapkan di sekolah-sekolah. Karena model ini menggunakan
garis komando dalam kegiatannya, maka model ini disebut pula dengan istilah line staff model.
Prosedur kerja model ini yaitu:
a) Membentuk tim/panitia pengarah (steering committee). Anggota dari tim ini ditentukan oleh
pejabat pendidikan yang berwenang. Tugas dari tim pengarah ini yaitu merumuskan konsep
dasar kurikulum, menetapkan garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah, serta
menetapkan tujuan umum pendidikan.
b) Membentuk tim/panitia kerja (work committee) untuk menjabarkan kebijakan umum yangtelah
disusun oleh panitia pengarah, yaitu merumuskan tujuan-tujuan pendidikan menjadi tujuan-
tujuan yang lebih operasional, memilih dan menyusun urutan bahan pelajaran, memilih strategi
pembelajaran beserta alat evaluasi yang harus digunakan, serta menyusun pedoman
pelaksanaan kurikulum bagi guru.
c) Hasil kerja dari tim atau panitia kerja ini selanjutnya diserhakan kepada panitia diatasnya,
yaitu panitia pengarah / perumus bahkan pihak pejabat bisa membentuk panitia penilai khusus
untuk mempertimbangkan dan menilai hasil kerja tim. Setelah selesai maka akan diujicoba
terlebih dahulu dan ini bisa jadi masukan bagi perbaikan-perbaikan dan revisi-revisi tertentu.
d) Penyebarluasan dan penerapan kurikulum disekolah-sekolah dengan memakai kebijakan dari
pihak berwenang, agar kurikulum bisa digunakan.
3) Model Demonstrasi
Model ini pada dasarnya datang dari bawah (grass root), semula merupakan satu upaya
kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas. Dalam
model ini guru mengadakan penelitian untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu
kurikulum hasil ini bisa digunakan pada sekolah lebih luas. Pengembangan model ini diprakarsai
oleh Departemen Pendidikan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka inovasi dan
perbaikan suatu kurikulum.
Ada beberapa kebaikan dalam menggunakan model ini, 1) kurikulum ini akan lebih nyata dan
praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah, 2) perubahan
kurikulum dalam sekala kecil atau pada aspek yang lebih khususnya kemungkinan kecil akan
ditolak ileh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikum yang sangat luas dan
komlpeks, 3) hakekat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan
dokumen dan pelaksanaan di lanpangan, 4) model ini akan menggerakan inisiatif, kreativitas
guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan
minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
c. Model Beaucahamp
1) Menetapkan arena atau wilayah dimana kurikulum diperuntukan.
2) Menetapkan orang – orang yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum
3) Menetapkan prosedur yang akan ditempuh.
4) Implementasi kurikulum, untuk susksesnya kurikulum perlu adanya dukungan sumber daya
yang memadai, diantaranya pemahaman guru, sara dan prasarana, anggaran keuangan yang
memadai, manajemen sekolah.
5) Evaluasi kurikulum
a) Evaluasi pelaksanaan kurukulum oleh guru di sekolah
b) Evaluasi terhadap desain kurikulum
c) Evaluasi keberhasilan anak didik
d) Evaluasi system rekayasa kurikulum
D. Organisasi Kurikulum
Kurikulum lebih luas dari pada sekedar rencana pelajaran, tetapi melitputi segala pengalaman
atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan di bawah bimbingan lembaga
pendidikan.
Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang
berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain
bahan kurikulum ynag tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan
pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga pembelajaran
dapat dicapai secara efektif.
Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum diantaranya
berkaitan dengan ruang lingkup (scope) urutan bahan (sequence), kotinutas, keseimbangan, dan
keterpaduan (intergrated). Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan pelajran merupakan salah
satu factor harus dipertimbangkan dalam satu kurikulum.
Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam keseimbangan pada organisasi kurikulum
1) Keseimbangan terhadap subtansi bahan atau isi kurikulum
2) Keseimbangan yang berkaitan dengan cara atau proses belajar.
Keseimbangan subtansi isi kurikulum harus diliihat secara komprehensip untuk kepentingan
siswa sebagai individu, tuntutan masyarakat maupun kepentingan pengembangan seni –
apresiasi dan kinestetik, semuanya harus terakomodasi dalam isi pertimbangan dalam
organisasi kurikulum secara umum ada 2 model organisasi
a. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject Curriculum)
1. Mata Pelajaran Terpisah
Bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan dalam dunia pendidikan kita, karena bentuk
kurikulum ini memilikui karakteristik yang sangat sederhana dan mudah dilaksanakan. Tetapi
tidak selamanya yang dianggap mudah dan sederhana tersebut akan mendukung terhadap
efektivitas dan efesiensi pendidikan yang sesuai dengan perkembangan social. Mata pelajaran
yang terpisah – pisah (separated subject curriculum) bertujuan agar generasi muda menganal
hasil-hasil kebudayaan dan pengatahuan umat manusia yang telah dikumpulkan secara berabad
– abad agar mereka tak perlu mencari buku dan menemukan kembali dengan ap ayang telah
diperoleh dari generasi terdahulu (S. Nasution, 1986)
Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan dankelebihan, kekurangan pola
mata pelajaran yang terpisah – pisah (separated subject curriculum) yaitu :
a) Bahan pelajaran yang diberikan atau dipelajari secara terpisah – pisah yang menggambarkan
tidak ada hubungan antara materi satu dengan yang lainnya
b) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak bersifat actual
c) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru sedangkan siswa cenderung pasif.
d) Bahan pelajaran tidak berdasrkan pada aspek permasalahan social yang dihadapi siswa
maupun kebutuhan masyarakat
e) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari masa lalu yang terlepas
dengan kejadian masa sekarang dan yang akan datang
f) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat, minat, dan kebutuhan
siswa
Sedangkan kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah – pisah adalah :
a) BAhan pelajaran disusun secara sistematis, logis sederhana dan mudah dipelajari
b) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai –nilai dan budaya terdahulu
c) Kurikulum ini mudah diubah dna dikembangkan
d) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk didesain mudah untuk diperluas dan
dipersempipt sehingga mudah disesuailan dengan waktu yang ada
2. Mata Pelajaran Gabubngan (Corelated Curriculum)
Kurikulum bentuk ini sudah lama digunakan dalam pendidikan kita. Korelasi kurikulum atau
sering disebut broad field pada hakekatnya adalah penyatuan beberapa mata pelajaran yang
sejenis, seperti IPA (didalamnya tergantung ada fisika, biologi dan kimia) dan IPS. Kurikulum ini
merupakan bentuk dari penggabungan rai metode terpisah – pisah.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum ini. Kekurangannya adalah :
a) Bahan pelajarannya yang diberikan kurang sistematis serta kurang begitu mendalam
b) Kurikulum ini kurang mengunakan bahan pelajaran yang actual yang langsung berhubungan
dengan kehidupan nyata siswa.
c) Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan siswa
d) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami kemungkinan bahan pelajaran yang
disampaikan masih terlambat.
b. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Kurikulum ini cenderung lebih memandang bahwa dalam suatu pokok bahawan harus terpadu
secara menyeluruh, keterangan ini dapat dicapai melalui pemusatan pelakajaran pada satu
masalah tertentu dengan alternative pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata
pelajaran yang diperlukan, sehingga pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun secara
individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagai sumber belajar, memungkinkan
pembelajaran besifat individu terpenuhi.
Ada beberapa kekurangan maupun kelebihannya dalam kurikulum ini.
a) ditinjau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka kurikulum ini akan banyak
menimbulkan keberatan
b) kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis
c) memerlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa maupun
kelompok
d) guru belum memiliki kemampuan untuk menerapakan kurikulum berikut ini
e) masyarakat, orang tua dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum ini
Sedangkan kelebihan dalam kurikulum ini adalah :
a) Mempelajari pelajaran melakui pemebacahan masalah dengan cara memadukan beberapa
mata pelajaran secara menyeluruh dalam menyeleisakan topic atau permasalahan
b) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat, minat dan potensi
yang dimilikinya secara individu
c) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan permasalah secara komperhensip
dan dapat mengembangankan belajar secara bekerjasama
d) Mempraktekan nilai – nilai demokrasi dalam pembelajaran
e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara maksimal
f) Memberikan kepada siswa untuk belajar berdasrkan pada pengalaman langsung
g) Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat
h) Dapat menghilangkan batas – batas yang terdapat dalam pola kurikulum yang lain.
Adapun kekurangan dalam jenis kurikulum ini adalah :
a) kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan kesiapan dan kemampuan guru
secarakhusus dalampengembangan kurikulum seperti ini.
b) Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sitematis
c) Bahan pelajaran tidak bersifat sederhana
d) Dapat memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda secara mencolok
e) Kemungkinan akan memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak itu perlu adanya
pengorganisasian yang lebih optimal dapat mengurangi kekurangan – kekurangan tersebut.
1) Kurikulum Inti (Core Curriculum)
Kurikukum inti merupakan kurikulum terpadu. Beberapa karakteristik yang dapat dikaji
dalamkurikulum ini adalah
a. kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue) selalu berkaitan dan direncanakan
secara terus menerus
b. isi kurikulum dikembangkan merrupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan
c. isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah maupun problema yang dihadapi secara
actual
d. isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat subtansi yang bersifat pribadi maupun
social
e. isi kurikulum ini lebih difokuskan berlaku untuk semua siswa sehingga kurikulum ini sebagai
kurikulum umum tetapi subtansinya bersifat problema, pribadi, social dan pengalaman yang
terpadu
2) Social function dan Persistent Situation
Merupakan bagian dari kurikulum terpadu, kurikulum ini didasarkan atas analisis kegiatan –
kegiatan manusia dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia sebagai
individu dan sebagai anggota masyarakat di antaranya :
a. memelihara dan menjaga keamanan masyarakat
b. perlindungan dan pelestarian hidup, kekayaan dan sumber alam
c. komunikasi dan transportasi
d. kegiatan rekreasi
e. produksi dan distribusi barang dan jasa
f. ekspresi rasa keindahan
g. kegiatan pendidikan
h. integrasi kepribadian
i. konsumsi benda dan jasa
Dalam social function ini dapat diangkat berbagai kegiatan – kegiatan manusia yang dapat
dijadikan sebagai topik pembelajaran. Kegiatan – kegiatan manusia di masyarakat setiap saat
akan berubah sesuai dengan perkembangan maupun era globalisasi, sehingga subtansi social
function pun harus bersifat dinamis.
Secara umum ada 3 kelompok situasi yang akan dihadapi.
1. situasi – situasi mengenai perkembangan individu manusia diantaranya :
a) Kesehatan. Manusia perlu memenuhi kebuthhan fisiologis, emosional sosial sampai pada
pencegahan penyakit
b) Intelektual. Manusia memerlukan kemapuan mengemukakan pendapat, memahami pikiran
orang lain, berhitung, bekerja yang efektif
c) Moral. Kebebasan individu, tanggung jawab atas diri dan orang lain
d) Keindahan. Mencari sumbernya pada diri sendiri maupun dalamlingkungan
2. Situasi untuk perkembangan partisipasi sosial
a) hubungan antar pribadi. Mengusahan hubungan sosial dan hubungan kerja yang baik dengan
orang lain
b) keanggotaan antar kelompok. Kerjasama dengankelompok rasional, agama dan nasional
c) hubungan antar kelompok. Kerja sama dengan kelompok rasional, agama dan nasional,
kelompok sosio – ekonomi.
3. situasi – situasi untuk perkembangan menghadapi faktor-faktor ekonomi dan daya lingkungan
a) bersifat alamiah. Gelajala fisik tanaman, binatang, serangga, daya fisik dankimiawi
b) sumber teknologi. Penggunaan serta pengembangan teknologi
c) struktur dandaya sosial ekonomi. Mencari nafkah, memperoleh barang – barang jasa
mengusahakan kesejahteraan sosial, mempengaruhi pendapat umum, partisifasi dalam
pemerintahan lokal maupun nasional (S. Nasution)