Anda di halaman 1dari 12

Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar 

ahli dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tentang
pengertian maupun definisi kurikulum tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan titik berat inti dan menurut pandangan dari pakar yang bersangkutan.
awalnya istilah kurikulum digunakan  dalam dunia olah raga pada jaman Yunani Kuno.
Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Curriculae”, “ Curir “ artinya  pelari dan
“ Curere “ artinya ditempuh atau berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan tersebut, kurikulum  dalam pendidikan
diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk
memperoleh ijazah. Kurikulum  sebagai program pendidikan harus mencakup : (1). Sejumlah
mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3)
program belajar ( plan for learning ) untuk  siswa ; (4) hasil belajar yang diharapkan.
Dari rumusan tersebut, kurikulum diartikan “ program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil
belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun
secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu
pertumbuhan  dan perkembangan  pribadi dan kompetensi sosial  siswa. sederhananya,
pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat
memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa
telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari
telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.
Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk
mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Kurikulum sebagai ide, adalah cita-cita, keinginan, harapan atau tujuan yang difikirkan mengenai
apa yang terbaik untuk dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan (Hasan, 1991), kebijakan
(Schubert, 1986), Teori (Bickman, 1987), Menurut hasan (1991), pada dasarnya kurikulum
sebagai ide ada pada setiap orang. Seorang siswa memiliki satu ide kurikulum apabila ia
berbicara tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan suatu kegiatan pendidikan dan bagaimana
kegiatan tersebut dilaksanakan. Tentu saja apa yang difikirkannya itu sesuai dengan tingkat
pengetahuan dari wawasan yang dimilikinya. Untuk tingkat siswa, keinginan atau harapan itu
lebih berdasarkan kepentingan lingkungan yang sangat individual.
Guru harus memiliki kurikulum sebagai ide. Kurikulum ini yang kemudian digunakannya untuk
emmbaca dan menafsirkan apa yang tertera dalam dokumen kurikulum. Sebagai guru sangat
sukar, bahkan barangkali tidak mungkin, untuk merealisasikan idenya tersebut untuk menjadi
suatu kurikulum nasional ataupun local. Kalaupun apa yang tertera dalam kurikulum nasional
bersesuaian dengan apa yang difikirkannya, hal tersebut adalah lebih banyak sebagai suatu
kebetulan. Meskipun demikian, guru bukanlah instansi terakhir yang paling berwenang
menentukan apa yang akan terjadi di kelas, oleh karena itu dalam merencanakan kegiatan kelas
ide guru adalah yang berlaku.

Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis tentnag pembelajaran (dokumen pendidikan). kurikulum


sebagai suatu rencana tertulis memiliku format tertentu. Di Indonesia kita mengenal format
matriks yang digunakan kurikulum 1975, kurikulum 1986, kurikulum 1994, dan seterusnya.
3.  Kurikulum sebagai proses kegiatan belajar mengajar (PBM). Pengertian kurikulum sebagai suatu
kegiatan (proses) adalah dimensi kurikulum yang langsung berhadapan dengan realita lapangan.
Disinilah dimensi ide diuji. Apakah ide nasional kurikulum dikenal dan diakui para pelaksana di
lapangan ataukah tidak. Kalau dikenal apakah ide tersebut diterima dan dikembangkan oleh para
pelakasana. Persoalan ini adalah persoalan kurikulum yang paling kritis dalam keseluruhan
proses pengembangan kurikulum. Oleh karena itu (Waring 1979) mengingatkan bahwa apabila
apa yang terjadi di lapangan berbeda secara prinsipal dengan ide semula maka kurikulum yang
diimplementasiaknnya bukan kurikulum semula.
4.  Kurikulum sebagai hasil belajar (output, outcome, benefit, impact). Dimensi kurikulum sebagai
kegiatan (implementasi) terdiri atas dua aspek utama.  Pertama adalah aspek perencanaan guru.
Disini guru mengembangkan kurikulum sebagai rencana dan kegiatan tertulis yang dalam
konteks pendidikan Indonesia dikenal dengan nama satuan pelajaran (Satpel) atau sekarang
disebut RPP. Pada dasarnya, satpel ini adalah penafsiran tertulis guru mengenai mengenai apa
yang ada pada dokumen tertulis kurikulum nasional. Dengan demikian saypel dapat diartikan
sebagai kurikulum tertulis guru. Dimensi kurikulum sebagai suatu kegiatan inilah yang
menentukan apa yang diperoleh siswa. Jadi, hasil belajar siswa ditentukan oleh kurikulum yang
dialaminya dan bukan oleh kurikulum dalam bentu sebagai suatu rencana tertulis. Artinya, apa
yang sesungguhnya dialami siswa tidak dapat dikenakan pada kurikulum sebagaimana yang
ditetapkan oleh menteri Pendidikan Nasional.
Di Indonesia sendiri istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun
lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat.
Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah
“rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan
yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa,
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan
lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum
harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas
pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan,
gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan
kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu
dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran
yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata
ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa
lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi
pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan
yang berguna baginya.
Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang
agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum
merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini
menyatakan sebagai berikut:
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which
pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine, 1945,h.
14). Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang
kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang
tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman
belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum. 

Mengenai kurikulum, berikut adalah definisi maupun pengertian kurikulum menurut pendapat-


pendapat para ahli yang telah diungkapkan, diantaranya yaitu:
1.     UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan
berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.
2.     Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005). Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan
kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di
sekolah. Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik. 
3.   Crow and Crow. Kurikulum ialah suatu rancangan dalam pengajaran yang tersusun secara
sistematis untuk menyelesaikan program dalam memperoleh ijazah.
4.   Drs. Cece Wijaya, dkk. Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni meliputi keseluruhan
program dan kehidupan didalam sekolah.
5.    Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan. Kurikulum ialah suatu formulasi pedagogis yang termasuk
paling utama dan terpenting dalam konteks proses belajar mengajar.
6.      Harsono (2005). Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan pendidikan yang
diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum saat ini semakin berkembang, sehingga yang
dimaksud dengan kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun seluruh
program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional.
7.  Hamid Hasan (1988). Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa ditinjau dari 4 sudut yakni :
(1) kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian ; (2) sebagai
suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, didalamnya
berisi tentang tujuan, bahan ajar, aktifitas belajar, alat-alat atau media, dan waktu pembelajaran ;
(3) sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
yakni dalam bentuk praktek pembelajaran ; (4) sebagai suatu hasil, yaitu konsekwensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan, melalui ketercapaiannya tujuan kurikulum terhadap peserta
didik.
8.      Kerr, J.F (1968). Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang dirancang dan dilakukakan
secara individu maupun kelompok, baik didalam sekolah maupun diluar sekolah.
9.    George A. Beaucham (1976). Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan
seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui pilihan berbagai
disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 
10.  Good V.Carter (1973). Mengatakan bahwa kurikulum merupakan sekumpulan kursus ataupun
urutan pembelajaran yang sistematik.
11.  Inlow (1966). Kurikulum merupakan suatu usaha menyeluruh yang dirancang secara khusus
guna untuk membimbing peserta didik dalam memperoleh hasil belajar dari pembelajaran yang
sudah ditetapkan.
12. B. Bara, Ch (2008). Mengkonsepkan kurikulum kedalam 4 pengertian yakni: (1) kurikulum
sebagai suatu produk ; (2) sebagai program ; (3) sebagai hasil yang diinginkan atau dicapai ; &
(4) sebagai pengalaman belajar.
13.David Praff. Kurikulum merupakan seperangkat organisasi dari pendidikan formal / pusat-pusat
pelatihan pembelajaran.
14. Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) & Peter F. Olivva (1982). Menyatakan bahwa
kurikulum pada dasarnya ialah suatu bentuk perencanaan maupun program dari pengalaman
peserta didik  yang diarahkan dan dikembangkan di sekolah.
15. Daniel Tanner & Laurel Tanner. Mereka mengemukakan pengertian kurikulum sebagai suatu
pengalaman pembelajaran yang terarah, terencana secara sistematis juga tersusun melalui proses
rekontruksi pengetahuan & pengalaman serta berada dibawah pengawasan lembaga pendidikan
sehingga para peserta didik  memiliki motivasi & minat belajar yang tinggi.
16.  Neagley dan Evans (1967). Mengemukakan kurikulum sebagai sebuah pengalaman yang telah
dirancang dari pihak sekolah untuk membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang
baik. 
17.  Hilda Taba (1962). Kurikulum dianggap sebagai a plan of learning yang artinya bahwa
kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik.
18.  Grayson (1978). Menjelaskan kurikulum sebagai suatu perencanaan dalam memperoleh
pengeluaran yang diharapkan dari suatu pembelajaran yang telah diajarkan.
19.  Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Menjelaskan kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses kegiatan belajar mengajar di bawah naungan, bimbingan & tanggunga jawab
sekolah / lembaga pendidikan. 
20.  S. H. Hasan (1992). Menurutnya kurikulum itu bersifat fleksibilitas. Yakni sebagai suatu
pemikiran kependidikan bagi diklat, sehingga dalam posisi teoritik, harus dikembangkan dalam
kurikulum sebagai sesuatu yang terencana dan juga dianggap sebagai kaidah pengembang
kurikulum. 
21.  Prof. Drs. H. Darkir. Menyatakan bahwa kurikulum merupakan alat dalam mencapai tujuan
pendidikan. Jadi, kurikulum ialah program pendidikan dan bukan program pengajaran, sehingga
program itu direncanakan dan dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman belajar. 
22.  William B. Ragam & Robert S. Flaming. Kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman
peserta didik yang menjadi tanggung jawab pihak sekolah atau lembaga.
23.  Murray Print. Menjelaskan bahwa kurikulum ialah ruang pembelajaran yang direncanakan,
diberikan secara langsung kepada peserta didik oleh sebuah lembaga pendidikan dan merupakan
pengalaman yang bisa dinikmati oleh seluruh peserta didik ketika kurikulum itu diterapkan.
24.  Saylor (1958). Kurikulum ialah keseluruhan usaha pihak sekolah untuk mempengaruhi PBM
baik secara langsung didalam kelas, tempat bermain, ataupun di luar sekolah.
25.  Valiga, T & Magel, C. Kurikulum merupakan suatu urutan pengalaman yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir & bertindak para peserta didik

Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan
yang sangat berperan dalam kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut...
 Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum berfungsi
sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah. 
 Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain
mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di
masyarakat. 
 Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan
disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani. 
 Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi sebagai persiapan
yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan
siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam
masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.
 Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan
adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar yang
sesuai dengan minat dan bakatnya. 
 Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu
mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah
memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya. 
Kurikulum dibuat dan dirancang sebagai alat untuk bisa mencapai tujuan pendidikan secara
universal dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah dan memiliki komponen utama &
penunjang yang saling terkait diantara keduanya. Adapun komponen-komponen kurikulum
antara lain yaitu:
 Tujuan: Berisikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
 Materi atau isi : Merupakan bahan ajar yang akan disampaikan oleh pendidik kepada
peserta didik
 Media (sarana & prasarana): Alat peraga dan juga sarana prasarana yang menunjang
kegiatan belajar mengajar.
 Strategi : Metode atau taktik yang akan diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
 Proses belajar Mengajar : Mengarah pada sebuah proses dalam pembelajaran yang
meliputi segala bentuk apresiasi peserta didik

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh
aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa
memahami konsep dasar dari kurikulum.
Setiap orang, kelompok masyarakat, atau bahkan ahli pendidikan dapat mempunyai penafsiran yang
berbeda tentang pengertian kurikulum. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh banyak ahli, dapat
disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut
pandangan lama dan pandangan baru (Oemar Hamalik, 2007).
Selain pengertian diatas berikut juga ada pengertian mengenai kurikulum.
1. Pengertian Kurikulum Berdasarkan Etimologis
Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis “curriculum” berasal dari bahasa
Yunani yaitu “curir” yang berarti “pelari”, dan “curere” yang berarti “tempat berpacu”. Tidak heran jika
dilihat dari arti harfiahnya, istilah kurikulum tersebut pada awalnya digunakan dalam dunia Olah raga,
seperti bisa diperhatikan dari arti “pelari dan tempat berpacu”, yang mengingatkan kita pada jenis olah
raga Atletik.
2. Pengertian Kurikulum Berdasarkan Istilah
Berawal dari makna “curir” dan “curere” kurikulum berdasarkan istilah diartikan sebagai “Jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memeroleh medali atau penghargaan”.
Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam dunia pendididikan dan diartikan sebagai
“Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal hingga akhir program demi
memeroleh ijazah”
3. Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19).

B. Definisi Kurikulum
1. Definisi Kurikulum Menurut Murray Print (1993)
a. Kurikulum Sebagai Suatu Program Kegiatan Yang Terencana.
Berdasarkan pandangan komprehensif terhadap setiap kegiatan yang direncanakan untuk dialami
seluruh siswa, kurikulum berupaya menggabungkan ruang lingkup, rangkaian, interpretasi,
keseimbangan subject matter, teknik mengajar, dal lain-lain yang dapat direncanakan sebelumnya
(Saylor, Alexander, dan Lewis, 1986).
b. Kurikulum sebagai Hasil Belajar yang Diharapkan
Kajian ini menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai alat (means) menjadi
kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan dicapai (ends).
c. Kurikulum sebagai Reproduksi Kultural (Cultural Reproduction)
Pengembangan kurikulum semacam ini dimaksudkan untuk meneruskan nilai-nilai kultural kepada
generasi penerus, melalui lembaga penerus.
d. Kurikulum sebagai Curere
Pandangan yang menekankan pada bentuk kata kerja kuikulum itu sendiri, yaitu curere. Sebagai
pengganti interpretasi dari etimologi arena pacu atau lomba (race course) kurikulum, curere merujuk pada
jalannya lomba dan menekankan masing-masing kapasitas individu untuk mengkonseptualisasi
otobiografinya sendiri.
Masing-masing individu berusaha menemukan pengertian (meaning) ditengah-tengah berbagai peristiwa
terakhir yang dialaminya, kemudian bergerak secara historis ke dalam pengalamannya sendiri di masa
lampau untuk memulihkan dan membentuk kembali pengalaman semula (to recover and reconstitute the
origins), serta membayangkan dan menciptakan berbagai arah yang saling bergantung dengan subdivisi-
subdivisi pendidikan lainnya.

2. Definisi Kurikulum Menurut Beane, etc (1991)


Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang
meliputi:
a. Kurikulum sebagai produk
Merupakan hasil perencanaan, pengembangan, dan perekayasaan kurikulum.
b. Kurikulum sebagai program
Secara esensial merupakan kurikulum yang berbentuk program-program pembelajaran secara riil.
c. Kurikulum sebagai hasil belajar yang ingin dicapai oleh para siswa
Mendeskripsikan kurikulum sebagai pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap dan berbagai bentuk
pemahaman thd. mata pelajaran.
d. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Menempatkan pengalaman belajar sebagai hal yang sangat penting dalam pembelajaran.

3. Definisi Kurikulum Menurut John Dewey


John Dewey (1902) sudah sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan
anak didik. Dewey menegaskan bahwa kurikulum dan anak didik merupakan dua hal yang berbeda tetapi
kedua-duanya adalah proses tunggal dalam bidang pendidikan. Kurikulum merupakan suatu rekonstruksi
berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan
yang terorganisir dengan baik yang biasanya disebut kurikulum.

4. Definisi Kurikulum Menurut Hilda Taba


“A curriculum usually contains a statement of aims and of specific objectives; it indicates some selection
and organization of content; it either implies or manifests certain patterns of learning and teaching,
whether because the objectives demand them or because the content organization requires them. Finally,
it includes a program of evaluation of the outcomes”. Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba
menekankan pada tujuan suatu statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi,
implikasi dalam pola pembelajaran dan adanya evaluasi.

5. Definisi Kurikulum Menurut Orlosky and Smith


Kurikulum adalah bagian dari program sekolah. Kurikulum berisi apa yang diharapkan pada siswa dalam
pembelajaran.

6. Definisi Kurikulum Menurut Inlow (1966)


Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid
memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.

7. Definisi Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968)


Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara
kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
8. Definisi Kurikulum Menurut Beauchamp (1968)
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik
melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

C. Fungsi Kurikulum
Menurut Nurgiantoro (1988 : 45-46), bahwa kurikulum mempunyai fungsi tiga hal. Pertama, fungsi
kurikulum bagi sekolah terdiri dari alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum juga
dapat dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan disekolah.
Misalnya, bidang studi, alokasi waktu, pokok bahasan, serta termasukstrategi pembelajarannya.
Kedua, kurikulum dapat mengontrol dan memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan
mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum pada tingkat atasnya dapat
mengadakan penyesuaian,sehingga tidak terjadi pengulangan kegiatan pengajaran sebelumnya. Fungsi
lain kurikulum juga dapat menyiapkan tenaga pengajar, dengan cara mengetahui kurikulum pada tingkat
di bawahnya.
Ketiga, kurikulum dimaksud untuk menyiapkan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja, sehingga
kurikulum mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat. Karena itu lulusan sekolah paling
tidak dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan (vokasional) di satu sisi, dan dipersiapkan untuk
melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya (akademis) disisi lain.
D. Kurikulum Dalam Perspektif
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup sentral dalam
perkembangan pendidikan, oleh sebab itu dibutuhkan landasan yang kuat dalam pengembangan
kurikulum agar pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Adapun yang
menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum:
1. Landasan Filosofis
Filsafat membahas segala permasalahan manusia, termasuk pendidikan, yang disebut filsafat
pendidikan. Filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan
praktikpraktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan filosofis. Keduanya sangat
berkaitan erat. Hal inilah yang menyebabkan landasan filosofis menjadi landasan penting dalam
pengembangan kurikulum.
2. Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan yang tejadi adalah proses interaksi antar individu. Manusia berbeda dengan
makhluk lainnya karena kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis sebenarnya merupakan karakter
psikofisik seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku interaksi dengan
lingkungannya. Dalam pengembangan kurikulum, minimal ada dua landasan psikologi yang
mempengaruhinya, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
3. Landasan Sosiologis
Kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan muncul
masyarakat-masyarakat yang tidak asing dengan masyarakat. Dengan pendidikan diharapkan lahir
manusiamanusia yang bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakat.oleh sebab itu tujuan, isi,
maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekeyaan dan
perkembangan masyarakat.

E. Komponen Kurikulum
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya
kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi
satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari
berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu
komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum. Ada yang
mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4 komponen kurikulum.
Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen kurikulum berikut Subandiyah (1993: 4-6)
mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu: (1) komponen tujuan; (2) komponen isi/materi; (3)
komponen media (sarana dan prasarana); (4) komponen strategi dan; (5) komponen proses belajar
mengajar. Sementara Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum, yaitu: (1) Objective
(tujuan); (2) Knowledges (isi atau materi); (3) School learning experiences (interaksi belajar mengajar di
sekolah) dan; (4) Evaluation (penilaian). Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988), Fuaduddin dan
Karya (1992), serta Nana Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda,
namun pada intinya sama yakni: (1) Tujuan; (2) Isi dan struktur kurikulum; (3) Strategi pelaksanaan PBM
(Proses Belajar Mengajar), dan: (4) Evaluasi.

F. Kaitan Kurikulum Dengan Pembelajaran


Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi yang
berbeda. Saylor menyatakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan Romeo dan Juliet. Artinya,
kurikulum tanpa pembelajaran sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bias keluar dari tujuan
yang telah dirumuskan.
Berikut merupakan gambaran kaitan antara kurikulum dan pembelajaran.
1. Model dualistis, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum yang
seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan
pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak terjadi.
2. Model berkaitan, dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling barkaitan. Pada model ini,
ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari pembelajaran, begitu juga sebaliknya.
3. Model konsentris, pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan kemungkinan bahwa
kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah bagian dari kurikulum.
4. Model siklus, pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap dua hal yang terpisah
namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai
panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada perancangan
kurikulum selanjutnya.

Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli

Mengenai pengertian kurikulum, banyak sekali pendapat-pendapat yang diungkapkan


oleh para ahli, diantaranya yaitu:

1. UU No. 20 Tahun 2003


Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan berkaitan dengan
tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan
nasional.

2. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005)


Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana
maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah.
Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.

3. Drs. Cece Wijaya, dkk


Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni meliputi keseluruhan program dan
kehidupan didalam sekolah.
4. Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan – Kurikulum ialah suatu formulasi pedagogis yang
termasuk paling utama dan terpenting dalam konteks proses belajar mengajar.

5. Harsono (2005)
Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan pendidikan yang diekpresikan
melalui praktik. Pengertian kurikulum saat ini semakin berkembang, sehingga yang
dimaksud dengan kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun
seluruh program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional.

6. Prof. Dr. S. Nasution, M. A.


Menjelaskan kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses
kegiatan belajar mengajar di bawah naungan, bimbingan & tanggunga jawab sekolah /
lembaga pendidikan.

7. H. Hasan (1992)
Menurutnya kurikulum itu bersifat fleksibilitas. Yakni sebagai suatu pemikiran
kependidikan bagi diklat, sehingga dalam posisi teoritik, harus dikembangkan dalam
kurikulum sebagai sesuatu yang terencana dan juga dianggap sebagai kaidah
pengembang kurikulum.

8. Prof. Drs. H. Darkir


Menyatakan bahwa kurikulum merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan.
Jadi, kurikulum ialah program pendidikan dan bukan program pengajaran, sehingga
program itu direncanakan dan dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman
belajar.

9. Hamid Hasan (1988)


Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa ditinjau dari 4 sudut yakni:

1. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian;
2. Sebagai suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu
ide, didalamnya berisi tentang tujuan, bahan ajar, aktifitas belajar, alat-alat atau media, dan
waktu pembelajaran;
3. Sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis yakni dalam bentuk praktek pembelajaran;
4. Sebagai suatu hasil, yaitu konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, melalui
ketercapaiannya tujuan kurikulum terhadap peserta didik.

10 Kerr, J.F (1968)


Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang dirancang dan dilakukakan secara
individu maupun kelompok, baik didalam sekolah maupun diluar sekolah.

11. George A. Beaucham (1976)


Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan seluruh mata pelajaran
yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui pilihan berbagai disiplin ilmu dan
rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
.

Anda mungkin juga menyukai