Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses
pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan
amburadul dan tidak teratur. Istilah kurikulum merupakan istilah yang tidak asing
dalam dunia pendidikan. Berbagai pendapat mengungkapkan definisi dari
kurikulum. Pendapat tersebut berbeda-beda satu dengan yang lain sesuai dengan
titik berat inti dan sudut pandangnya. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk
mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah.
Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan
berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah
menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Kurikulum sebagai suatu
rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh
kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum
sebagaimana sentral kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya
memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian
secara mendalam. Kurikulum juga berusaha menerjemahkan tujuan pendidikan
sekaligus tujuan dari pengembangan manusia suatu bangsa ke dalam konsep-
konsep yang sistematis. Dengan harapan agar pendidikan bisa dilaksanakan lebih
terarah sehingga bisa efektif dan efisien.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari kurikulum?
1.2.2 Apakah fungsi dari kurikulum?
1.2.3 Apakah komponen dari kurikulum?
1.2.4 Apakah sumber dari kurikulum?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk menjelaskan pengertian dari kurikulum.
1.3.2 Untuk menjelaskan fungsi dari kurikulum.
1.3.3 Untuk menjelaskan komponen dari kurikulum.
1.3.4 Untuk menjelaskan sumber dari kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep/ Pengertian Kurikulum

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan


praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan
yang dianutnya. Yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum
adalah konsep kurikulum. Sukmadinata (2000: 27) berpendapat bahwa ”Ada tiga
konsep tentang kurikulum, yaitu kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan
sebagai bidang studi”.

Konsep pertama kurikulum sebagai suatu substansi. Kurikulum


dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah,
atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga
dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan
ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat
digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara
para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan
masyarakat. Suatu

kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten,
propinsi, ataupun seluruh negara.

Konsep kedua kurikulum sebagai suatu sistem. Sistem kurikulum


merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem
masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur
kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi,
dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya
suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara
kurikulum agar tetap danamis.

Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi
kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan
dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan
ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang
kurikulum, mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi
kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan
hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga konsep tentang
kurikulum, yaitu kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang
studi. Ketiga konsep ini menjadi dasar dalam memahami teori-teori kurikulum
dari berbagai tokoh atau sumber.

Kurikulum berhubungan dengan perencanaan aktivitas siswa.


Perencanaan tersebut biasanya dikaitkan dengan kegiatan belajar mengajar yang
dimaksudkan untuk mencapai sejumlah tujuan. Banyak orang tua bahkan juga
guru jika ditanya tentang kurikulum, maka mereka akan memberikan jawaban
kurikulum yang diartikan hanya sebagai isi pelajaran. Dalam hal ini Hamalik
(2010: 17-18) memberikan tafsiran kurikulum dalam tiga hal yaitu: kurikulum
memuat isi dan materi pelajaran, kurikulum sebagai rencana pembelajaran dan
kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Pertama kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah
sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk
memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang
sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah
disusun secara sistematis dan logis. Sistematis artinya menurut urutan tertentu,
dan logis artinya dapat diterima oleh akal dan pikiran.

Kedua kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Merupakan suatu


program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan
program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi
perubahan dan tingkahlaku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata ajaran saja,
melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan
siswa. Seperti : bangunan sekolah, alat pelajaran, perpustakaan, gambar-gambar,
kebun dan lain-lain.

Hal ini sejalan dengan pendapat Douglas dalam Hamalik (2010: 17) sebagai
berikut.

The curriculum is as broad and varied as the child`s


school environment. Broadly conceived, the
curriculum embraces not only subject matter but also
various aspect of the physical and social environment.
The school brings the child with his impelling flow of
experiences into an environment consisting of school
facilities, subject matter, other children and teachers.
From interaction to the child with these elements
learning result.
Artinya kurikulum sangat luas dan beragam seperti lingkungan sekolah anak.
Secara umum, kurikulum tidak hanya mencakup materi pelajaran tetapi juga
berbagai aspek lingkungan fisik dan sosial. Sekolah tersebut membawa anak
dengan konstruksi pengalamannya ke lingkungan yang terdiri dari fasilitas
sekolah, materi pelajaran, anak-anak dan guru lainnya. Dari interaksi ke anak
dengan unsur hasil belajar tersebut.
Ketiga kurikulum sebagai pengalaman belajar. Kurikulum merupakan
serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pandangan ini adalah
(Romine: 1945, h 14) dalam Hamalik yang menyatakan ”Curriculum is
interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which
pupils have under direction of the school, whether in classroom or not”. Artinya
kurikulum ditafsirkan berarti semua aktivitas, aktivitas, dan pengalaman
terorganisir yang dimiliki siswa di bawah arahan sekolah, baik di kelas maupun
tidak.
Dari pengertian diatas menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum
tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan
diluar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.
Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/ pendidikan bagi siswa
pada hakikatnya adalah kurikulum.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 ”Kurikulum merupakan seperangkat


rencana & sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang
digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional”.

Dalam hal ini Langgulung (1989: 145) juga mengatakan bahwa ”Kurikulum
adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan
kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid … sesuai dengan tujuan-
tujuan pendidikan”.

Lebih lanjut Langgulung mengatakan bahwa kurikulum mempunyai


empat unsur atau aspek, yaitu: (1) Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
pendidikan, (2) pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data,

aktvitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu.


Bagian inilah yang biasa disebut mata pelajaran. Bagian inilah dimaksud dalam
silabus, (3) metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guruguru

untuk mengajar dan mendorong murid-murid belajar dan membawa ke arah yang
dikehendaki oleh kurikulum dan (4) metode dan cara penilaian yang dipergunakan
dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang
direncanakan dalam kurikulum seperti ujian triwulan, semesteran dan lain-lain.
Sependapat dengan pendapat tersebut Doll (1974: 22) menyatakan
pengertian kurikulum yaitu ” ... all the experiences which are offered to learners
under the auspices or direction of the school”. Artinya kurikulum meliputi semua

pengalaman yang disajikan kepada murid di bawah bantuan atau bimbingan


sekolah.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan


seperangkat perencanaan yang berkaitan dengan tujuan, bahan ajar, metode dan
cara penilaian dalam mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum juga memberikan
pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Kurikulum
merupakan semua pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah
bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau guru.
Pengertian kurikulum ini memberikan implikasi pada program sekolah
bahwa semua kegiatan yang dilakukan murid dapat memberikan pengalaman
belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meliputi kegiatan di dalam kelas.
Misalnya kegiatan dalam mengikuti proses belajar mengajar (tatap muka), praktek
keterampilan dan sejenisnya, atau kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan pramuka,
wisata karya, kunjungan ke tempat-tempat wisata/sejarah, peringatan hari-hari
besar nasional dan keagamaan, dan sejenisnya. Bahkan, semua kegiatan yang
berhubungan dengan pergaulan antara murid dengan guru, murid dengan murid,
murid dengan petugas sekolah, dan pengalaman hidup murid sendiri. Pada intinya
pengertian kurikulum ini mengandung cakupan yang luas, karena meliputi semua
kegiatan murid, pengalaman murid, dan semua pengaruh, baik fisik maupun non
fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan murid.

2.2 Fungsi Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan dalam


menjalankan kegiatan pembelajaran, kurikulum juga sebagai standarisasi
pendidikan. Kurikulum mempunyai fungsi yang sangat penting bagi pembentukan
ketrampilan, karakter manusia. Menurut J. Galen Sailor dan William M Alexander
dalam (Wijoyokusumo 1988: 8-9 ) bahwa ”kurikulum itu fungsinya adalah
penyesuaian, pengintegrasian, diferensiasi, persiapan, pemilihan dan diagnostik”.

a. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial.

b. Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral masyarakat.ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Fungsi Diferensiasi

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu


memberikan layanan terhadap perbedaan individusiswa. Setiap siswa memiliki
perbedaan baik dari aspek fisik maupun psikis.

d. Fungsi persiapan

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu


memprsiapkan siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih.

e. Fungsi pemilihan

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu


memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar
yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat
kaitannya dengan fungsi diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan
individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk
memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

f. Fungsi diagnostik

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu


membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima potensi
dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya. Maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan sendiri potensi yang dimilikinya aau memperbaiki kelemahan-
kelemahannya.

Sejalan dengan hal tersebut Nurgiantoro dalam Mukodas (2010)


menjelaskan 3 fungsi kurikulum sebagai berikut.
a. Fungsi kurikulum bagi sekolah. Fungsi ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu
sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. Tujuan
yang diinginkan mulai dari tujuan nasional sampai instruksional dan kurikulum
dijadikan pedoman unuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah. Misalnya, macam-macam bidang studi, alokasi waktu,
pokok bahasan, metode pengajaran, media pengajaran, serta termasuk strategi
pelaksanaannya baik yang fisik maupun non-fisik.
b. Kurikulum dapat mengontrol dan memelihara keseimbangan proses pendidikan.
Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum
pada tingkat atasnya dapat mengadakan penyesuaian. Sehingga tidak terjadi
pengulangan kegiatan pengajaran sebelumnya. Fungsi lain adalah kurikulum juga
dapat menyiapkan tenaga pengajar, dengan cara mengetahui kurikulum pada
tingkat di bawahnya. Misalnya, mahasiswa harus mengerti kurikulum SMA dan
SMP.
c. Kurikulum dimaksudkan untuk menyiapkan kebutuhan masyarakat atau
lapangan kerja. Sehingga kurikulum mencerminkan hal-hal yang menjadi
kebutuhan masyarakat. Karena itu, lulusan sekolah paling tidak dapat memenuhi
kebutuhan lapangan pekerjaan (vokasional) di satu sisi, dan dipersiapkan untuk
melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya (akademis) di sisi lain.

Dapat disimpulkan bahwa kurikulum sebagai alat atau sarana yang


berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum suatu sekolah
berisi uraian tentang jenis-jenis program apa yang diselenggarakan di sekolah
tersebut. Hal ini berarti bahwa fungsi kurikulum menyangkut setiap jenis
program, pengoperasional atau pelaku yang bertanggungjawab, serta media atau
fasilitas yang mendukungnya.

2.3 Komponen Kurikulum

Sebagai alat pendidikan kurikulum mamiliki bagian-bagian penting dan


penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik. Bagian-bagian ini
disebut komponen. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan,
berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk mencapai tujuan itu. Hamalik
(2010: 19) menjelaskan bahwa kurikulum memiliki 5 komponen, yaitu:
(1) Tujuan, (2) materi, (3) metode, (4) organisasi, dan (5) evaluasi. Komponen-
komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama
menjadi dasar utama dalam upaya mengembangkan sistem pembelajaran.
1. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian
tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Kurikulum merupakan
suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik
untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target
tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas
pada umumnya. Tujuan ini dikategorikan sebagai tujuan umum kurikulum.
Nurgiyantoro (1988 : 68-69) membagi tujuan kurikulum atas tiga level atau
tingkatan yaitu: (1) Tujuan jangka panjang (aims). Tujuan ini, menggambarkan
tujuan hidup yang diharapkan serta didasarkan pada nilai yang diambil dari
filsafat. Tujuan ini tidak berhubungan langsung dengan tujuan sekolah, melainkan
sebagai target setelah anak didik menyelesaikan sekolah, seperti
self realization, ethical character, civic responsibility. (2) tujuan jangka menengah
(goals). Tujuan ini merujuk pada tujuan sekolah yang berdasarkan pada
jenjangnya, misalnya; sekolah SD, SMP, SMA dan lainlainnya. (3) tujuan jangka
dekat (objectives). Tujuan ini dikhususkan pada pembelajaran di kelas, misalnya;
siswa dapat mengerjakan perkalian dengan betul, siswa dapat mempraktikkan
shalat, dan sebagainya. Dalam sebuah kurikulum lembaga pendidikan terdapat dua
(2) tujuan, yaitu: (1) Tujuan yang dicapai secara keseluruhan. Tujuan ini biasanya
meliputi aspek-aspek pengetahuan (kognisi), ketrampilan (psikomotor), sikap
(afeksi) dan nilai-nilai yang diharapkan dapat dimiliki oleh para lulusan lembaga
pendidikan yang bersangkutan. Hal tersebut juga disebut tujuan lembaga (tujuan
institusional). (2) tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi. Tujuan ini
biasanya disebut dengan tujuan kulikuler. Tujuan ini adalah penjabaran tujuan
institusional yang meliputi tujuan kurikulum dan instruksional yang terdapat
dalam silabus tiap mata pelajaran (tujuan kurikuler).
b. Materi kurikulum
Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam Undang-undang
Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IX pasal 39 telah ditetapkan,
bahwa ”…. Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai
tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional”. Sesuai dengan rumusan tersebut,
isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian
atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar
dan pembelajaran.
b. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan
pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran
disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.
c. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
3. Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam
upaya mencapai tujuan kurikulum. Metode dilaksanakan melalui prosedur
tertentu. Istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru, selanjutnya
diganti dengan istilah strategi pembelajaran, yang menekankan pada kegiatan
siswa. Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam
kurikulum. Karena itu penyusunannya berdasarkan analisa tugas yang mengacu
pada tujuan kurikulum. Ada tiga alternatif pendekatan yang dapat digunakan,
yakni:

a. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran.


Pada pendekatan ini materi pembelajaran bersumber dari mata ajaran.
Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antas guru dan siswa. Bahan
pelajaran adalah pesan itu sendiri.
b. Pendekatan yang berpusat pada siswa.
Pada pendekatan ini pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat
dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan ini banyak digunakan metode dalam
rangka individualisasi pembelajaran. Seperti belajar mandiri, belajar modular,
dan lain sebagainya
c. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat.
Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masyarakat, dan untuk
memperbaiki kehidupan masyarakat. Prosedur yang ditempuh adalah dengan
mengundang masyarakat ke sekolah atau siswa yang berkunjung ke
masyarakat. Metode yang digunakan seperti: karya wisata, narasumber,
berkemah, survey, dan lain sebagainya.

4. Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-masing memiliki


cirinya sendiri.

a. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subjects)


Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajara yang terpisah-pisah. Tiap mata
pelajaran disampaikan sendiri-sendiri tanpa dihubungkan dengan mata
pelajaran lain. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu, dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan dan kemampuan siswa.
b. Mata pelajaran berkorelasi (correlated)
Korelasi dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan akibat
pemisahan materi mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh ialah
menyampaikan pokok-pokok yang saling berkaitan guna memudahkan siswa
memahami pelajaran tersebut.
c. Bidang studi (broadfield)
Beberapa materi ajar yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama
dikorelasikan dalam satu bidang pengajaran. Misalnya mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang meliputi membaca, bercerita, mengarang dan sebagainya.
d. Program yang berpusat pada anak (child centered program)
Kurikulum dititik beratkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik. Guru
menyiapkan program yang meliputi kegiatan-kegiatan yang menyajikan
kehidupan anak. Dengan cara memperkaya dan memperluas macam-macam
kegiatan, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
e. Core program
Adalah suatu program inti berupa suatu unit atau masalah. Kegiatan belajar
dalam upaya memecahkan suatu masalah.
f. Electic program
Adalah suatu program yang mencari keseimbangan antara kurikulum yang
berpusat pada mata pelajaran dan yang berpusat pada peserta didik. Caranya
ialah memilih unsur-unsur yang dianggap baik yang terdapat pada kedua jenis
organisasi tersebut, kemudian unsur-unsur itu diintegrasikan menjadi suatu
program.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan cara untuk memperoleh informasi yang akurat


tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan siswa. Berdasarkan
informasi tersebut dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri,
pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan.

Aspek-aspek yang dinilai bertitik tolak dari aspek-aspek tujuan yang hendak
dicapai, baik tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran dan tujuan belajar siswa.
Setiap aspek yang dinilai berasal dari kemampuan-kemampuan yang hendak
dikembangkan. Setiap kemampuan itu mengandung unsur-unsur pengetahuan,
sikap dan keterampilan.

Jenis penilaian yang dilaksanakan tergantung pada tujuan


diselenggarakannya penilaian tersebut. Misalnya penilaian formatif dimaksudkan
untuk mengetahui kemajuan siswa dan dalam upaya melakukan perbaikan yang
dibutuhkan. Berbeda dengan penilaian sumatif, yang bermaksud menilai
kemajuan siswa setelah satu semester atau dalam periode tertentu, untuk
mengetahui perkembangan siswa secara menyeluruh.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen


penilaian, yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, kepraktisan. Disamping itu
perlu diperhatikan bahwa penilaian harus bersifat objektif, dilakukan berdasarkan
tanggungjawab kelompok guru, rencana yang rinci dan terkait dengan
pelaksanaan kurikulum, sesuai dengan tujuan dan materi kurikulum,
menggunakan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan serta memberikan
hasil yang akurat.

Jadi kurikulum memiliki 5 komponen yaitu tujuan, materi, metode,


organisasi dan evaluasi. Komponen-komponen tersebut secara bersama-sama
berkolaborasi agar proses belajar mengajar terlaksana dengan baik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan.
2.4 Sumber Kurikulum

Perumusan materi kurikulum tidak bersumber dari pandangan orang


dewasa tentang apa yang seharusnya diminati oleh siswa, akan tetapi disesuaikan
dengan minat dan kebutuhan siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
Menurut Crow (dalam Sanjaya, 2011 ) isi atau materi kurikulum harus bersumber
pada tiga hal yakni masyarakat beserta budayanya, siswa, dan ilmu pengetahuan.
Dalam menentukan isi kurikulum ketiga sumber tadi harus digunakan secara
seimbang, apabila salah satu diantaranya terlalu ditonjolkan maka dapat
mempengaruhi makna pendidikan.
a.   Masyarakat sebagai Sumber Kurikulum
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup
dimasyarakat. Dengan demikian, apa yang dibutuhkan masyarakat harus menjadi
bahan perttimbangan dalam menentukan isi kurikulum.
b.   Siswa sebagai Sumber Materi Kurikulum
Tugas dan fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan seluruh
potensi siswa, maka tidala heran kalau kebutuhan anak harus menjadi salah satu
sumber materi kurikulum.
c.    Ilmu Pengetahuan sebagai Sumber Kurikulum
Isi kurikulum diambil dari setiap disiplin ilmu . para pengembang
kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun bahan sendiri, mereka tinggal
memilih materi mana yang perlu dikuasai oleh anak didik berdasrkan disiplin ilmu
sesuai dengan taraf perkembangan anak didik serta sesuai dengan kepentingannya.
Penentuan disiplin ilmu tiap lembaga pendidikan yang kemudian dalam
struktur kurikulum  menjadi bidang studi atau mata pelajaran, tidak harus sama.
Hal ini disebabkan setiap lembaga memiliki visi, misi, dan tujuan yang berbeda.
Demikian juga dilihat cakupan dan keluasan  serta kedalaman materi atau isi
dalam setiap bidang studi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum dalam pendidikan formal memiliki peranan yang strategis dan
menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Menurut J. Galen Sailor dan William
M Alexander dalam (Wijoyokusumo 1988: 8-9 ) bahwa ”kurikulum itu fungsinya
adalah penyesuaian, pengintegrasian, diferensiasi, persiapan, pemilihan dan
diagnostik”. Fungsi kurikulum menjelaskan kepada kita bahwa kurikulum sangat
dominan dalam kesuksesan pendidikan. Dengan mengacu pada fungsi kurikulum,
seorang pendidik akan memiliki wawasan yang luas dalam menjalankan tugasnya.
DAFTAR RUJUKAN

Doll, Ronald C. 1974. Curriculum Improvement Decision Making and Process.


Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Langgulung, Hasan. 1989. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologik dan
Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna

Mukodas. 2010. Tesis Manajemen Kurikulum PAI. IAIN Wali Songo: Semarang

Nurgiantoro, Burhan. 1988. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum sekolah


Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPPE

Sanjaya. Wina. 2010. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sukmadanata, Nana Syaodih. 2000. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.


Bandung: Remaja Rosdakarya

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta: Sinar Grafika

Wijoyokusumo. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bina


Aksara

Anda mungkin juga menyukai