Anda di halaman 1dari 301

BAB I

DEFINISI DAN KONSEP KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin “curir”
yang artinya pelari, dan “currere” yang artinya tempat berlari. Pengertian awal
kurikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis
start sampai garis finish. Sedangkan dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan
kata Manhaj (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang yang dilalui
manusia di berbagai bidang kehidupannya.
Definisi kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional tertuang dalam pasal 1 butir 19 sebagai berikut:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”
Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia
pendidikan mengandung pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu
tujuan pendidikan atau kompetensi yang telah ditetapkan.
Beberapa ahli mengemukakan arti kurikulum dalam bukunya S. Nasution
(2003):
a. J. Galen Saylor dan William M. Alexander. "The Curriculum is the sum
total of school's efforts to influence learning. whether in the classroom, on
the playground, or out of school." Jadi segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman
sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga
apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.
b. Harold B. Albertycs memandang kurikulum sebagai "all of the activities
that are provided for students by the school”. Seperti halnya dengan definisi
Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 1


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan luar kelas, yang
berada di bawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat manfaat
kegiatan dan pengalaman siswa di luar mata pelajaran tradisional.
c. B. Othael Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum
sebagai "a sequence of potential experience set up in the school for the
purpose of disciplioning children and youth in group ways of thinking and
acting". Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang
secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka
dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
d. William B. Ragan, menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: "The
tendency in recent decades has been to use the term in a broader sense to
refer to the whole life and program of the school. The term is used to
include all the experineces of children for which the school accepts
resposibility. It denotes the result of efferors on the part of the adultsof the
community, anf the nation to bring to the childrenthe dinest, most whole
influences that exisr in the culture". Ragan menggunakan kurikulum dalam
arti luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah,
yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah.
Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh
kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan sosial antara guru dan murid,
metode mengajar, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
e. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller juga menganut definisi kurikulum
yang luas. Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode
mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program,
perubahan tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan
administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta
kemungkinan memilih mata pelajaran.
f. Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Ia
mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana
sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang
melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 2


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai administrasi dan orang
lainnya yang ada hubungannya dengan murid-murid).
g. Edward A. Krug menunjukkan pendirian yang terbatas tapi realistis tentang
kurikulum. Definisinya ialah "A kurikulum Consists of menas used to
achieve or carry out given purposes of schooling". Kurikulum dilihatnya
sebagai cara-cara dan usaha untuk mencapai tujuan persekolahan.

Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju


arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh. Dan juga dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
istilah kurikulum memiliki enam dimensi pengertian, yaitu:
1. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi ide.
Dimensi kurikulum sebagai suatu ide, biasanya dijadikan langkah awal
dalam pengembangan kurikulum, yaitu ketika melakukan studi pendapat.
Dari sekian banyak ide-ide yang berkembang dalam studi pendapat
tersebut, maka akan dipilih dan ditentukan ide-ide mana yang dianggap
paling kreatif, inovatif, dan konstruktif sesuai dengan visi-misi dan tujuan
pendidikan nasional.
2. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana
Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai perangkat rencana dan
cara mengadminstrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan untuk pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran guna
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktivitas
Pengertian kurikulum sebagai dimensi aktivitas memandang kurikulum
merupakan segala aktivitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran
di sekolah.
4. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil
Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat
memerhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa
yang telah direncanakan dan menjadi tujuan dari kurikulum tersebut.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 3


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
5. Pengertian kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu
Sebagai suatu disiplin ilmu berarti kurikulum memiliki konsep, prinsip,
prosedur, asumsi dan teori yang dapat dianalisis dan dipelajari oleh pakar
kurikulum, peneliti kurikulum, guru atau calon guru, kepala sekolah,
pengawas atau tenaga kependidikan lainnya yang ingin mempelajari tentang
kurikulum. Tujuan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu adalah untuk
mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
6. Pengertian kurikulum sebagai suatu sistem
Sistem kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
pendidikan, sistem persekolaan, dan sistem masyarakat. Suatu sistem
kurikulum disekolah merupakan sistem tentang kurikulum disekolah,
merupakan sistem kurikulum apa yang akan disusun dan bagaimana
kurikulum itu dilaksanakan. Lebih jauh lagi dapat dikatakan bahwa sistem
kurikulum mencakup tahap-tahap pengembangan kurikulum itu sendiri,
mulai dari perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, evaluasi
kurikulum, perbaikan dan penyempurnaan kurikulum.

B. Konsep Kurikulum
Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai
sistem, dan sebagai bidang studi.
1. kurikulum sebagai suatu substansi
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar
bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang
ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen
yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar,
jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun
kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat.
Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah,
suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 4


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2. kurikulum sebagai suatu sistem
Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem
pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup
struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu
kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil
dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan
fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar
tetap dinamis.
3. kurikulum sebagai suatu bidang studi
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli
kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai
bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem
kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari
konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan
berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal
barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga
dituntut untuk:
a. mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-
istilah teknis,
b. mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam
pengetahuan-pengetahuan baru,
c. melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
d. mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan
melaksanakan model-model kurikulum.

Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori


kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi,
sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan
dikembangkan. (Sanjaya, 2006).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 5


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Sedangkan Hamid Hasan (1988) dalam buku Ahmad Yani tahun 2013
mengemukakan bahwa konsep kurikulum memiliki empat dimensi pengertian,
dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat
dimensi tersebut, yaitu:
1. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan
penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan,
bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek
pembelajaran.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni
tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta
didik.

C. Kurikulum dan Pembelajaran


1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata
dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan sehingga anak didik mau belajar menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide,
film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdr dari ruangan kelas,

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 6


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya (Oemar
Hamalik, 2000).
2. Hubungan Antara Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan,
meski berada pada posisi yang berbeda. Selain itu, Olivia (1992) menyatakan
bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang harus diajarkan, sedangkan
pengajaran mengacu pada bagaimana cara kerjanya Walaupun antara
pembelajaran dengan pengajaran dalam hal ini memiliki perbedaan, namun
keduanya memiliki kesamaan tolak ukur dalam kasus ini, yaitu bagaimana
mengajarkan. Hanya saja pengajaran lebih terpusat pada guru sebagai pengajar,
sedangkan pembelajaran menekankan pada penciptaan proses belajar antara
pengajar dengan pelajar agar terjadi aktivitas belajar dalam diri pelajar.
Persoalan yang timbul selanjutnya adalah bagaimana menyusun kurikulum
untuk kepentingan pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal
ini berbenturan dengan fakta bahwa kurikulum telah dirancang secara standar
(standarized curriculum). Ini berarti bahwa kurikulum yang sama digunakan
digunakan pada setiap sekolah yang notabenenya masing-masing sekolah
tersebut memiliki masalah pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. Maka dari
itu diperlukan pengembangan seperlunya yang disesuaikan dengan kondisi
disekolah. Hal ini bisa kita lihat pada perincian RPP.
Peter F. Olivia (1992) menggambarkan kemungkinan hubungan antara
kurikulum dengan pembelajaran sebagai berikut:
1. Model dualistis, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri
sendiri. Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang
seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak
terjadi.
2. Model berkaitan, dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling
barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari
pembelajaran, begitu juga sebaliknya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 7


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Model konsentris, pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan
kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau
pembelajaran adalah bagian dari kurikulum.
4. Model siklus, pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di
anggap dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di
satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan
pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada
perancangan kurikulum selanjutnya.

Kurikulum Pembelajaran

Model Dualistik Model Terkait

Model Konsentris Model Siklus


Gambar
Model Keterkaitan antara kurikulum dan pembelajaran (Olivia, 1992)

Sehingga dapat disimpulkan untuk mendapatkan proses pembelajaran yang


baik dan berimbas pada hasil yang diperoleh peserta didik pun baik maka
penyusunan kurikulumnya pun harus lah diperhatikan dengan baik pula, karena
kurikulum sebagai pedoman di dalam proses pembelajaran di sekolah,
kurikulumlah yang mengatur guru, siswa dan juga kepala sekolah.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 8


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
D. Kurikulum dan Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang
tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan.
Purwanto (1958), menyatakan bahwa Pendidikan adalah pimpinan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam
pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi
masyarakat.

2. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan


Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai
pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga
pendidikan. Ia telah mempelajari ilmu, keterampilan, dan seni sebagai guru.
Guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan rencana dan persiapan
yang matang. Mereka mengajar dengan tujuan yang jelas, bahan-bahan yang
telah disusun secara sistematis dengan rinci, dengan cara dan alat-alat yang
telah dipilih dan dirancang secara cermat. Di sekolah, guru melakukan interaksi
pendidikan secara berencana dan sadar. Dalam lingkungan sekolah telah ada
kurikulum formal, yang bersifat tertulis. Guru-guru melaksanakan tugas
pendidik secara fomal, karena itu pendidikan yang dilakukan di sekolah sering
disebut pendidikan formal.
Dalam lingkungan masyarakat, terjadi pula berbagai bentuk interaksi
pendidikan, dari yang formal yang mirip dengan pendidikan di sekolah dalam
bentuk kursus-kursus, sampai dengan yang kurang formal seperti ceramah,
sarasehan dan pergaulan kerja. Interaksi yang rancangan dan pelaksanaanya
kurang formal dapa disebut sebagai pendidikan kurang formal (less formal).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 9


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Karena ada variasi itu, para ahli pendidikan masyarakat menyebut istilah
pendidikan luar sekolah bagi pendidikan yang brlangsung di masyarakat.
Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
pendidikan non formal dalam lingkungan keluaga, diantaranya:
a. Pendidikan formal di sekolah memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih
luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan segi-segi moral tetapi juga
ilmu pengetahuan dan keterampilan.
b. Pendidikan di sekolah dapat memberikan pengetahuan yang lebih tinggi,
lebih luas dan mendalam.
c. Karena memiliki rancangan dan kurikulum secara formal dan tertulis,
pendidikan di sekolah dilaksanakan secara berencana, sistematis dan lebih
disadari.
Adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis merupakan ciri utama
pendidikan di sekolah. Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan
sekolah dan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson (1967) dalam
buku Wina Sanjaya (2008) “prescribes (or at leas anticipates) the result of
instruction”. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan,
memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi, serta
proses pendidikan.
Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan adalah sebagai alat
untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang dalam kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) disebut sebagai standar kompetensi, kurikulum merupakan
pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakan oleh
sekolah. (Hamalik Oemar, 2000)

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 10


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
E. Peran dan Fungsi Kurikulum
1. Peran Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan
yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Apabila
dirinci secara lebih mendetail terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting,
yatu peranan konservatif, peranan kreatif dan peranan kritis/evaluatif (Oemar
Hamalik, 2000).
a. Peranan Konservatif
Bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan
nilai-nilai warsan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan
masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Peranan
konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasi
ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan
dengan kenyataan bahwa pendidikan ada hakikatnya merupakan proses
sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu memengaruhi dan membina
perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup dilingkungan
masyarakatnya.
b. Peranan Kreatif
Bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai
dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung
hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi
yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru,
kemampuan-kemampuan baru, serta cara berfikir baru yang dibutuhkan
dalam kehidupannya.
c. Peranan Kritis dan Evaluatif
Bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup masyarakat senantiasa mengalami
perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada
siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang.
Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa
mendatang belum tentu sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, peranan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 11


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau
menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga
memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta
pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum
harus turut aktif berpartisipasi dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai
sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini
dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.
Ketiga peranan kurikulum diatas tentu saja harus berjalan secara seimbang
dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi
ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum Persekolah-
an menjadi tidak optimal.
2. Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum secara umum sebagai berikut :
a. kurikulum Sebagai Rencana
Kegiatan belajar mengajar atau rencana pembelajaran dikembangkan
berdasarkan suatu tujuan yang ingin dicapai.
b. Kurikulum Sebagai Pengaturan
Pengaturan dalam kurikulum dapat diartikan sebagai pengorganisasian
materi atau isi pelajaran pada arah horizontal dan vertikal, pengorganisaian
pada arah horizontal berkaitan dengan lingkup dan integrasi sedamgkan
pengorganisasian pada arah vertikal berkaitan dengan urutan dan
kontinuitas.
c. Kurikulum Sebagai Cara
Pemilihan metode mengajar erat hubungannya dengan sifat materi pelajaran
atau praktikum dan alat penguasaan yang ingin dicapai.
d. Kurikulum Sebagai Pedoman
Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran harus
memiliki kejelasan tentang gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak
dicapai melalui penerapan kurikulum.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 12


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Selain itu, kurikulum juga berfungsi bagi kepentingan-kepentingan yang
lain, di antaranya:
1. Fungsi kurikulum dalam Rangka Mencapai Tujuan Pendidikan
Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan adalah sebagai
alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan meliputi:
a. Tujuan nasional (pendidikan nasional).
b. Tujuan institusional (lembaga/institusi).
c. Tujuan kurikuler (bidang studi).
d. Tujuan instruksional (penjabaran dari tujuan kurikuler).
2. Fungsi Kurikulum Bagi Peserta Didik
kurikulum sebagai organisasi disiapkan bagi peserta didik sebagai salah
satu konsumsi pendidikan mereka. Dengan demikian diharapkan peserta
didik akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak dapat
dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, guna melengkapi bekal
hidupnya
3. Fungsi Kurikulum Bagi Pendidik
a. Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir
pengalaman belajar para peserta didik
b. Sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap perkembangan
peserta didi dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang
diberikan.
4. Fungsi Kurikulum Bagi Orang Tua
a. Agar orang tua dapat membantu usaha sekolah dalam memajukan
peserta didik.
b. Mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan peserta didik.
c. Ikut berpartisipasi membimbing peserta didik.
5. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah dan Tingkatan di Atasnya.
Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan. Dapat dilakukan bila:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 13


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
a. Bila sebagian dari kurikulum sekolah tersebut telah diajarkan pada
sekolah yang berada di bawahnya, maka sekolah dapat meninjau
kembali perlu/tidaknya bagian tersebut diajarkan lagi.
b. Bila kecakapan-kecakapan tertentu yang dibutuhkan untuk mempelajari
kurikulum suatu sekolah belum diajarkan pada sekolah yang berada di
bawahnya, sekolah dapat mempertimbangkan untuk memasukkan
program mengenai kecakapan-kecakapan tersebut ke dalam kurikulum.
6. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan Sekolah.
a. Ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program
pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orang tua
/masyarakat.
b. Ikut memberikan kritik/saran yang membangun dalam rangka
penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan
kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.
7. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor).
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman,
patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan
penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan
peningkatan mutu pendidikan. Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan
memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan yang sangat berperan
dalam kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya
karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah.
b. Fungsi Integrasi (the integrating function)
Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain mengandung makna bahwa
kurikulum merupakan alat pendidikan yang mampu menghasilkan
pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di
masyarakat.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 14


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function)
Kurikulum berfungsi sebagai diferensiansi adalah sebagai alat yang
memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan disetiap siswa yang
harus dihargai dan dilayani.
d. Fungsi Persiapan (the propaeduetic function)
Kurikulum berfungsi sebagai persiapan yang mengandung makna
bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa
kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat hidup
dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.
e. Fungsi Pemilihan (the selective function)
Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan adalah memberikan kesempatan
bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar yang sesuai
dengan minat dan bakatnya.
f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Kurikulum sebagai diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum
adalah alat pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami
potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami
potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya. (Abdullah
Idi, 2007)

F. Komponen-KomponenPengembangan Kurikulum
Sebagai sebuah sistem, kurikulum terdiri atas komponen-komponen yang
saling terkait, terintegrasi dan tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya,
bagaikan dua sisi mata uang logam. Komponen-komponen tersebut adalah,
tujuan, program atau materi, proses dan evaluasi
1. Tujuan Kurikulum
Secara sederhana tujuan sering dimaknai sebagai sesuatu yang diharapkan
tercapai setelah melakukan serangkaian proses kegiatan. Tujuan kurikulum
memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan, karena
tujuan akan mengarahkan semua kegiatan pendidikan dan komponen-

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 15


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
komponen kurikulum lainnya. Oleh karena itu, merumuskan kurikulum harus
mempertimbangkan beberapa hal:
a. Didasari oleh perkembangan tuntutan, kebutuhan dna kondisi masyarakat.
b. Didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai
filosofis, terutama falsafah Negara atau yang mendasari suatu pendidikan
tersebut.
Tujuan kurikulum terbagi ke dalam tiga tahap, tujuan nasional, tujuan
institutional dan tujuan kurikuler dan dijabarkan sebagai berikut:
a. Tujuan Nasional
Tujuan nasional adalah tujuan yang ingin dicapai secara nasional adalah
tujuan yang ingin dicapai secara nasional berdasarkan falsafah Negara,
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Sisdiknas.
b. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu institusi
pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan.
c. Tujuan Kurikuler
Sedangkan tujuan kurikuler adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu
program studi, bidang studi atau mata pelajaran, yang disusun mengacu
atau berdasarkan tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional.
Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan kurikulum
pendidikan merupakan suatu acuan dan arahan yang harus dirumuskan secara
jelas dan terencana. Hal ini karena tujuan kurikulum merupakan bagian
komponen kurikulum pendidkan yang dapat mempengaruhi terhadap
komponen kurikulum lainnya.
2. Materi
Materi atau program dalam kurikulum pada hakikatnya adalah isi
kurikulum atau konten kurikulum itu sendiri. Pemilihan dan penentuan materi
disesuaikan dengan tujuan yang telah di rumuskan dan ditetapkan. Dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sikdisnas telah ditetapkan,
bahwa isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 16


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan disusun
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri atas bahan kajian
atau topic-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran.
b. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan
pendidikan. Perbedaan ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran
disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.
c. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Ini berarti
tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai
melalui penyampaian materi.
Oleh karena itu, materi kurikulum sebagaimana dikatakan oleh Nana
Syaodih Sukmadinata tahun 2007 harus mengandung beberapa aspek tertentu
sesuai dengan tujuan kurikulum yang meliputi:
a. Teori
Teori ialah seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan proporsi yang
saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala
dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variable-variabel dengan
maksud menjelaskan dan meramalkan geajala tersebut.
b. Konsep
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari
kekhususan-kekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari sekelompok
fakta atau gejala.
c. Generalisasi
Generalisasi adalah kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian
d. Prinsip
Prinsip adalah ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 17


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
e. Prosedur
Prosedur adalah suatu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi
pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.
f. Fakta
Fakta adalah sejumlah informasi khusus dan materi yang dianggap penting
terdiri dari terminologi, orang dan tempat dan kejadian.
g. Istilah
Istilah adalah kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenankan dalam materi.
h. Contoh atau ilustrasi
Contoh atau ilustrasi ialah suatu hal atau tindakan atau proses yang
bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pengertian tentang suatu
kata dalam garis besarnya.
i. Definisi
Definisi adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal
atau suatu kata dalam garis besarnya.
j. Proporsi
Proporsi adalah suatu pernyataan atau teorema, atau pendapat yang tak
perlu diberi argumentasi. Proporsi hamper sama dengan asumsi dan
paradigma.

Menurut Sudjana, isi kurikulum harus dapat menentukan berhasil tidaknya


suatu tujuan. Adapun isi kurikulum itu adalah sebagai berikut:
a. Isi kurikulum harus sesuai tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa
atau peserta didik. Artinya, sejalan dengan tahap perkembangan anak.
b. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan social, artinya sesuai dengan
tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
c. Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya
mengandung aspek intelektual, moral, dan social secara seimbang
(balance).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 18


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
d. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji,
artinya tidak cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari-
hari.
e. Isi kurikulum harus mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip,
konsep yang terdapat di dalamnya bukan hanya sekedar onformasi factual.
f. Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Isi
kurikulum disusun dalam bentuk program pendidikan yang nantunya
dijabarkan dan dilaksanakan melalui proses pengajaran/pengalaman belajar
anak didik.
3. Metode
Istilah metode secara sederhana sering diartikan cara yang cepat dan tepat.
Secara etimologis, kata metode berasal dari kata meta dan hodos yang sering
diartikan dengan melalui dan jalan dalam mengerjakan sesuatu.
Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan
kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui
prosedur tertentu. Dewasa ini, keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama
dibandingkan dengan keaktifan siswa yang bertindak sebagai fasilitator dan
pembimbing bagi siswa.
Metode atau strategi pembelajaran, menempati fungsi yang penting dalam
kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan
guru. Karena itu, penyusunannya hendaknya berdasarkan analisis tugas yang
mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal siswa. Dalam
hubungan ini, ada tiga alternatif pendekatan yang dapat digunakan, yakni:
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran
Di mana materi pembelajaran terutama, bersumber dari mata ajaran.
Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa.
Guru sebagai penyampai pesan atau komunikator, siswa sebagai penerima
pesan, bahan pelajaran adalah pesan itu sendiri. Dalam rangkaian
komunikasi tersebut dapat digunakan berbagai metode mengajar.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 19


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2. Pendekatan yang berpusat pada siswa
Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan
siswa. Dalam pendekatan ini lebih banyak digunakan metode dalam rangka
individualisasi pembelajaran. Seperti belajar mandiri, belajar moduler,
paket belajar dan sebagainya.
3. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat
Pendekatan ini bertujuan mengintegritaskan sekolah dan masyarakat dan
untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Prosedur yang ditempuh ialah
dengan mengundang masyarakat ke sekolah atau siswa berkunjung ke
masyarakat. Metode yang digunakan terdiri dari karyawisata, narasumber,
kerja pengalaman, survei, proyek pengabdian/pelayanan masyarakat.
a. Komponen Organisasi Kurikulum
Beberapa jenis organisasi kurikulum yaitu:
1. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject).
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah sendiri-
sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lain. Diberikan waktu
tertentu tanpa melihat perbedaan siswa semua dipandang sama.
2. Mata pelajaran berkorelasi (correlated).
Korelasi berpungsi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan akibat
pemisahan mata pelajaran.
3. Bidang studi (broad field).
Organisasi kurikulum berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran dan
mengkorelasikan beberapa mata pelajaran dan sejenis yang memiliki ciri-
ciri yang sama dan difungsikan disatu bidang mata pelajaran.
4. Program yang berpusat pada anak (child centered).
Program yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan siswa, bukan pada
mata pelajaran.
5. Inti masalah (core programs).
Core programs adalah program berupa unit-unut masalah, dimana masalah
diambil dari suatu mata ajar tertentu, disini bermaksud untuk dapat
memecahkan masalah.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 20


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
6. Eclectic program
Eclectic program yaitu suatu program mencari keseimbangan antara
organisasi kurikulum yang terpusat pada mata ajar dan peserta didik.
Ada 5 kriteria organisasi materi pelajaran / pengalaman belajar yaitu:
a. Kriteria ruang lingkup, mencakup materi dan pengalaman belajar.
b. Kriteria integrasi menyangkut mata pelajaran yang satu dengan mata
pelajaran yang lain yang terkait. Bertujuan untuk membantu peserta didik
melihat kesatuan yang ada antara semua materi pelajaran yang terkait.
c. Kriteria urutan menyangkut usaha untuk menghasilkan belajar kumulatif
dan berkelanjutan secara vertikal.
d. Kriteria kontinuitas, menyangkut hubungan vertikal materi/kegiatan belajar.
Umpama untuk mengembangkan kemampuan menulis, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk latihan terus-menerus dan berulang-ulang.
e. Kriteria keseimbangan, memperhatikan agar ada tekanan yang seimbang
pada semua asfek yang ada. Keseimbangan dicapai kalau semua peserta
didik berkesempatan memahami materi, baik pada asfek personal, sosial
maupun intelektual

G. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu bagian komponen kurikulum. Dengan evaluasi
dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran
dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat
keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya
bimbingan yang dilakukan.

Evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai sesuatu kurikulum sebagai


program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektivitas, relevansi dan
produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Efisiensi berkenaan dengan penggunaan waktu, tenaga, sarana dan
sumber-seumber lainnya secara optimal. Efektivitas berkenaan dengan
pemilihan atau penggunaan cara atau jalan utama yang paling tepat dalam
mencapai tujuan. Relevansi berkenaan dengan kesesuaian suatu program dan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 21


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
pelaksanaannya dengan tuntutan dan kebutuhan, baik dari kepentingan
masyarakat maupun peserta didiknya. Sedangkan produktivitas berkenaan
dengan optimalnya hasil yang dicapai dari suatu program. Menurut Nana
Sudjana tahun 2007 dalam kurikulum itu ada beberapa aspek yang perlu di
evaluasi, yaitu program pendidikan, meliputi penilaian terhadap tujuan, isi
program dan strategi pembelajaran.

Jenis-jenis penilaian meliputi :


a. Penilaian awal pembelajaran
b. Penilaian proses pembelajaran
c. Penilaian akhir pembelajaran.
Dalam evaluasi dapat dukelompokan kedalam dua jenis yaitu:
1. Tes
Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam asfek
kognitif. Tes memiliki dua kriteria yaitu tes memiliki tingkat validitas
seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Kedua memiliki tingkat
reliabilitas/kendala jika tes tersebut bisa menghasilkan informasi yang
konsisten.
Tes berdasarkan jumlah peserta dibedakan jadi tes kelompok yaitu
dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama dan tes individu
adalah tes yang dilakukan kepada seorang individu secara perorangan. Tes
dilihat dari cara penyusunannya yaitu tes buatan guru yaitu untuk menghasilkan
informasi yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan dan tes standar adalah tes
yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan memprediksi
kemampuan siswa pada masa yang akan datang.
Tes dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi tes tertulis adalah
dengan cara siswa menjawab sejumlah soal secara tertulis dan tes lisan adalah
tes yang dilakukan langsung komunikasi dengan siswa secara verbal.
2. Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk asfek tingkah
laku termasuk sikap, minat dan motivasi. Beberapa jenis non tes yaitu :
a. Observasi

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 22


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Observasi adalah penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada
situasi tertentu. Observasi dibedakan jadi observasi partisipatif yaitu
dimana observer ikut kedalam objek yang sedang dia observasi. Observasi
non partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan cara observer murni
sebagai pengamat.
b. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara pewawancara dan yang
diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara langsung apabila
pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang akan dievaluasi.
Wawancara tidak langsung apabila pewawancara mengumpulkan data
subjek melalui pelantara.
c. Studi kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode
tertentu secara terus menerus.
d. Skala Penilaian
skala penilaian/rating acale adalah salah satu alat penilaian dengan
mengunakan alat yang telah disusun dari yang negatif sampai positif,
sehingga pada skala tersebut penilai tunggal membubuhi tanda.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 23


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
H. Daftar Pustaka

Balai Pustaka. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hamalik, Oemar. (2000). Model-Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:


PPS Universitas Pendidikan Indonesia

Idi, Abdullah. (2007). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.


Jogyakarta: Ar Ruzz Media

Nasution, S. (2003). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Olivia, P.F. (1992). Developing the Curriculum. United States.Harpes Collins


Publishers

Purwanto, Ngalim. (1958). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya

Sanjaya. (2006). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


Cet. IV. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yani, Ahmad. (2013). Mindset Kurikulum. Bandung: Alfabeta

Perundang-undangan: UU Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 24


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
BAB II
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum


1. Pengertian dan Cabang-Cabang Filosofis
Istilah filsafat adalah terjemahan dari bahasa Inggris “phylosophy” yang
berasal dari perpaduan dua kata Yunani Purba “philien” yang berarti cinta
(love), dan “sophia” (wisdom) yang berarti kebijaksanaan. Jadi secara
etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau love of wisdom (Redja
Mudyahardjo, 2001:83).
Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat
secara bijak.Ia harus tahu atau berpengetahuan.Pengetahuan tersebut di peroleh
melalui proses berfikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis dan mendalam.
Pemikiran demikian dalam filsafat sering di sebut sebagai pemikiran
radikal.atau ke akar-akarnya (radic berarti akar).
Secara operasional filsafat mengandung dua pengertian, yakni sebagai
proses (berfilsafat) dan sebagai hasil berfilsafat (sistem teori atau pemikiran).
Dua dari lima definisi filsafat yang dikemukakan Titus menunjukkan
pengertian di atas: “Phylosophy is a method of reflective thinking and reasoned
inquiry; philosophy is a group of theories or system of thought” (Kurniasih dan
Tatang Syaripudin, 2007:73).
Dalam kaitannya dengan definisi filsafat sebagai proses, Socrates
mengemukakan bahwa filsafat adalah cara berpikir secara radikal, menyeluruh,
dan mendalam atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Berdasarkan luas lingkup yang menjadi objek kajiannya, filsafat dapat
dibagi dalam dua cabang besar, yaitu:
a. Filsafat Umum atau Fisafat Murni, dan
b. Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan.
c. Cabang Filsafat Umum terdiri atas:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 25


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
1. Metafisika, membahas hakikat kenyataan atau realitas yang meliputi:
a. metafisika umum atau ontologi, dan
b. metafisika khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta),
teologi (hakikat ketuhanan) dan antrofologi filsafat (hakikat manusia).
2. Epistemologi dan logika, membahas hakikat pengetahuan (sumber
pengetahuan, metode mencari pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan
batas-batas pengetahuan); dan hakikat penalaran (induktif dan deduktif).
3. Aksiologi, membahas hakikat nilai dengan cabang-cabangnya etika (hakikat
kebaikan), dan estetika (hakikat keindahan).
Cabang-cabang filsafat khusus atau filsafat terapan, pembagiannya
didasarkan pada kekhususan objeknya antara lain: filsafat hukum, filsafat
sejarah, filsafat ilmu, filsafat religi, filsafat moral, filsafat ilmu, dan filsafat
pendidikan.
2. Manfaat Filosofis Pendidikan
Filosofi pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-
pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Dengan
demikian filosofi memiliki manfaat dan memberikan kontribusi yang besar
terutama dalam memberikan kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan
pendidikan. Nasution (1982) mengidentifikasi beberapa manfaat filosofi
pendidikan, yaitu:
a. Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-anak
melalui pendidikan di sekolah? Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan
untuk mendidik anak-anak ke arah yang dicita-citakan oleh masyarakat,
bangsa, dan negara.
b. Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut,
kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.
Manusia yang bagaimanakah yang harus diwujudkan melalui usaha-usaha
pendidikan itu?
c. Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala
usaha pendidikan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 26


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
d. Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, hingga
manakah tujuan itu tercapai.
e. Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-
kegiatan pendidikan.
3. Filosofis dan Tujuan Pendidikan
Pandangan-pandangan filosofi sangat dibutuhkan dalam pendidikan,
terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filosofi akan
menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada
kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan
eksistensinya.
Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau
kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan
sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan
pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif
mengenai apa yang seharusnya dicapai.
Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan mengenai berbagai
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan
sistem nilai dan failosofi yang dianutnya.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan, terdapat beberapa pendapat yang bisa
dijadikan kaji banding sebagai sumber dalam merumuskan tujuan pendidikan.
Herbert Spencer (Nasution, 1982) mengungkapkan lima kajian sebagai sumber
dalam merumuskan tujuan pendidikan, yaitu:
a. Self-Preservation, yaitu individu harus dapat menjaga kelangsungan
hidupnya dengan sehat, mencegah penyakit, dan hidup secara teratur.
b. Securing the necessities of life, yaitu individu harus sanggup mencari
nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan suatu pekerjaan.
c. Rearing of family, yaitu individu harus mampu menjadi ibu atau bapak
yang sanggup bertanggung jawab atas pendidikan anaknya dan
kesejahteraan keluarganya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 27


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
d. Maintaining proper social and political relationships, artinya setiap individu
adalah makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat dan
negara.
e. Enjoying leisure time, yaitu individu harus sanggup memanfaatkan waktu
senggangnya dengan memilih kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan
menambah kenikmatan dan kegairahan hidup.
The United States Office of Education (1918) telah mencanangkan tujuan
pendidikan melalui “Seven Cardinal Principles”, yaitu:
1. Health, yaitu sekolah diwajibkan mempertinggi taraf kesehatan murid-
murid.
2. Command of fundamental processes, yaitu penguasaan kecakapan pokok-
pokok yang fundamental seperti: menulis, membaca, dan berhitung.
3. Worthy home membership, yaitu mendidik anak-anak menjadi anggota
keluarga yang berharga, sehingga berguna bagi masyarakat.
4. Vocational efficiency, yaitu efisiensi dalam pekerjaan sehingga dalam
waktu yang singkat dapat mencapai hasil yang banyak dan memuaskan.
5. Citizenship, yaitu usaha mengembangkan bangsa menjadi warga yang baik.
6. Worthy use of leisure, yaitu memanfaatkan waktu senggang dengan baik
yang senantiasa bertambah panjang berhubung dengan industrialisasi yang
lebih sempurna.
7. Satisfaction of religious needs, yaitu pemuasan kehidupan keagamaan.
Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada pandangan hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yaitu Pancasila. Ini berarti bahwa
pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia
yang ber-Pancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin diwujudkan
oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai dengan kandungan falsafah
Pancasila itu sendiri.
Nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa Indonesia dicerminkan
dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti tertuang dalam UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: Pendidikan nasional

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 28


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Pasal 2 dan 3). dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, tersurat
dan tersirat nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila.
Rumusan tujuan tersebut merupakan keinginan luhur yang harus menjadi
inspirasi dan sumber bagi para guru, kepala sekolah, para pengawas
pendidikan, dan para pembuat kebijakan pendidikan agar dalam merencanakan,
melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum senantiasa konsekuen
dan konsisten merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional. Melalui rumusan tujuan pendidikan nasional di atas,
jelaslah bahwa peserta didik yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan kita,
antara lain untuk melahirkan manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu, dan
beramal dalam kondisi yang serasi, selaras, dan seimbang. Di sinilah
pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup manusia dalam hubungannya
dengan pendidikan dan pembelajaran.
4. Kurikulum dan Filosofis Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan
hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus
mencerminkan falsafah atau pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut.
Oleh karena itu, terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum
pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai
contoh pada waktu Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda, maka kurikulum
yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik
Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang, maka orientasi

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 29


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kurikulumnya disesuaikan dengan kepentingan dan sistem nilai yang dianut
oleh negara Matahari Terbit tersebut.
Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya yang secara bulat dan utuh
menggunakan Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan
nilai-nilai, Keberadaan aliran-aliran filsafat lainnya dalam pengembangan
kurikulum di Indonesia dapat digunakan sebagai acuan, akan tetapi hendaknya
dipertimbangkan dan dikaji kesesuaiannya dengan nilai-nilai falsafah hidup
bangsa Indonesia, karena apabila tidak semuanya konsep aliran filsafat dapat
diadopsi dan diterapkan dalam sistem pendidikan kita.
5. Aliran-Aliran Filosofis Pendidikan
Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau
landasan berpikir. Kajian-kajian filosofis tentang kurikulum akan berupaya
menjawab permasalahan-permasalahan sekitar:
a. bagaimana seharusnya tujuan pendididikan itu dirumuskan,
b. isi atau materi pendidikan yang bagaimana yang seharusnya disajikan
kepada siswa,
c. metode pendidikan apa yang seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan, dan
d. bagaimana peranan yang seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik.
Jawaban atas permasalahan tersebut akan sangat bergantung pada landasan
filsafat mana yang digunakan sebagai asumsi atau sebagai titik tolak
pengembangan kurikulum. Landasan filsafat tertentu beserta konsep-konsepnya
yang meliputi konsep metafisika, epistemologi, logika dan aksiologi
berimplikasi terhadap konsep-konsep pendidikan yang meliputi rumusan tujuan
pendidikan, isi pendidikan, metode pendidikan, peranan pendidik dan peserta
didik.
Konsep metafisika berimplikasi terhadap perumusan tujuan pendidikan
terutama tujuan umum pendidikan yang rumusannya ideal dan umum; konsep
hakikat manusia berimplikasi khususnya terhadap peranan pendidik dan peserta
didik; konsep tentang hakikat pengetahuan berimplikasi terhadap isi dan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 30


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
metode pendidikan; dan konsep aksiologi berimplikasi terutama terhadap
perumusan tujuan umum pendidikan.
Menurut Redja Mudyahardjo (1989) terdapat tiga sistem pemikiran filsafat
yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya,
dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu: Idealisme, Realisme, dan
Pragmatisme. Redja Mudyahardjo (2001) merangkum konsep-konsep ketiga
aliran filsafat tersebut dan implikasinya terhadap pendidikan sebagai berikut:
1. Idealisme
a. Konsep-konsep Filsafat
1. Metafisika (hakikat realitas): Realitas atau kenyataan yang sebenarnya
bersifat spititual atau rohaniah.
2. Humanologi (hakikat manusia): Jiwa dikaruniai kemampuan
berpikir/rasional. Kemampuan berpikir menyebabkan adanya
kemampuan memilih.
3. Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan yang benar diperoleh
melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran
hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai
akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai
pada tingkat pendapat.
4. Aksiologi (hakikat nilai): Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban
moral yang diturunkan dari pandangan tentang kenyataan atau
metafisika. Hakikat nilai bersifat absolut/mutlak.
b. konsep-Konsep Pendidikan
1. Tujuan pendidikan: Tujuan-tujuan pendidikan formal dan informal,
pertama-tama adalah pembentukan karakter, dan kemudian tertuju pada
pengembangan bakat dan kebajikan sosial.
2. Isi pendidikan: Pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan
liberal atau pendidikan umum, penyiapan keterampilan bekerja sesuatu
mata pencaharian melalui pendidikan praktis.
3. Metode pendidikan: Metode pendidikan yang disusun adalah metode
dialektik/dialogik, meskipun demikian setiap metode yang efektif

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 31


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
mendorong belajar data diterima (eklektif). Cnderung mengabaikan
dasar-dasar fisiologis dalam belajar.
4. Peranan peserta didik dan pendidik: Peserta didik bebas
mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Pendidik bekerja sama
dengan alam dalam proses pengembangan kemampuan ilmiah. Tugas
utama pendidik adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan
peserta didik dapat belajar secara efisien dan efektif.
2. Realisme
a. Konsep-Konsep Filsafat
1. Metafisika (hakikat realitas): Realitas atau kenyataan yang sebenarnya
bersifat fisik atau materi.
2. Humanologi (hakikat manusia): Hakikat manusia terletak pada apa yang
dapat dikerjakannya. Jiwa merupakan sebuah organisme yang sangat
kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir. Manusia mungkin
mempunyai kebebasan atau tidak mempunyai kebebasan.
3. Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan diperoleh melalui
penginderaan dengan menggunakan pikiran. Kebenaran pengetahuan
dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta.
4. Aksiologi (hakikat nilai): tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam
yang diperoleh melalui ilmu; dan pada taraf yang lebih rendah diatur
oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam
kehidupan.
b. Konsep-Konsep Pendidikan
1. Tujuan pendidikan: Tujuan pendidikan adalah dapat menyesuaikan diri
secara tepat dalam hidup dan dapat melaksanakan tanggung jawab
sosial
2. Isi pendidikan: Isi pendidikan adalah kurikulum komprehensif yang
berisi semua pengetahuan yang berguna bagi penyesuaian diri dalam
hidup dan tanggung jawab sosial. Kurikulum berisi unsure-unsur
pendidikan liberal/pendidikan umum untuk mengembangkan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 32


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kemmapuan berpikir, dan pendidikan praktis untuk kepentingan
bekerja.
3. Metode pendidikan didasarkan pada pengalaman langsung maupu tidak
langsung. Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap atau
berurutan. Pembiasaan merupakan sebuah metode pokok yang
dipergunakan oleh penganut realism.
4. Peranan peserta didik dan pendidik: Dalam hubungannya dengan
pembelajaran, peranan peserta didik adalah menguasai pengetahuan
yang dapat berubah-ubah. Peserta didik perlu mempunyai disiplin
mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan. Peranan pendidik
adalah menguasai pengetahuan, terampil dan teknik mendidik, dan
memiliki kewenangan untuk mencapai hasil pendidikan yang
dibebankan kepadanya.

3. Pragmatisme
a. Konsep-Konsep Filsafat
1. Metafisika (hakikat realitas): Suatu teori umum tentang kenyataan tidak
mungkin dan tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan
fisik. Segala sesuatu dalam alam dan kehidupan adalah berubah
(becoming).
2. Humanologi (hakikat manusia): Manusia adalah hasil evolusi biologis,
psikologis dan sosial. Ini berarti setiap manusia tumbuh secara
berangsur-angsur mencapai kemampuan-kemampuan biologis,
psikologis, dan sosial.
3. Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan bersifat relatif dan
terus berkembang. Pengetahuan yang benar adalah yang ternyata
berguna bagi kehidupan.
4. Aksiologi (hakikat nilai): Ukuran tingkah laku perorangan dan sosial
ditentukan secara eksperimental dalam pengalaman-pengalaman hidup.
Ini berarti tidak ada nilai yang absolut.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 33


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Konsep-Konsep Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah memperoleh pengalaman yang berguna untuk
memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan perorangan dan
masyarakat. Tujuan pendidikan tidak ditentukan dari luar kegiatan
pendidikan tetapi terdapat dalam setiap proses pendidikan. Dengan
demikian tujuan pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang hidup.
2. Isi Pendidikan
Isi pendidikan adalah kurikulum berisi pengalaman-pengalaman yang
telah teruji serta minat-minat dan kebutuhan-kebutuhan anak, dan
pendidikan liberal yang menghilangkan pemisahan antara pndidikan
umum dengan pendidikan praktis/vokasional.
3. Metode Pendidikan
Berpikir reflektif atau metode pemecahan masalah merupakan metode
utamanya, terdiri atas langkah-langkah: Penyadaran suatu masalah,
observasi kondisi-kondisi yang ada, perumusan dan elaborasi tentang
suatu kesimpulan, Pengetesan melalui suatu eksperimen.
4. Peranan Peserta Didik dan Pendidik
Peserta didik adalah sebuah organisme yang rumit yang mampu
tumbuh. Peranan pendidik adalah mengawasi dan membimbing
pengalaman belajar tanpa terlampau banyak mencampuri urusan minat
dan kebutuhan peserta didik.

B. Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum


Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. dalam setiap
proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya,
baik lingkungan yang bersifat fisik maupun lingkungan sosial. Melalui
pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik menuju
kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik, mental, emosional, moral, intelektual,
maupun sosial. Harus diingat bahwa walaupun pendidikan dan pembelajaran

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 34


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
adalah upaya untuk mengubah perilaku manusia, akan tetapi tidak semua
perubahan perilaku manusia/peserta didik mutlak sebagai akibat dari intervensi
program pendidikan.
Perubahan perilaku peserta didik dipengaruhi oleh faktor kematangan dan
faktor dari luar program pendidikan atau lingkungan. Kurikulum sebagai alat
untuk mencapai tujuan/program pendidikan, sudah pasti berhubungan dengan
proses perubahan perilaku peserta didik. Kurikulum diharapkan dapat menjadi
alat untuk mengembangkan kemampuan potensial menjadi kemampuan aktual
peserta didik serta kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu
yang relatif lama.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal
dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan
peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Atas dasar itu terdapat dua
cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
1. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum
Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan-keunikan, seperti
pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan atau gerakan-gerakan tertentu. Hal
ini memberikan gambaran bahwa sebenarnya sejak lahir anak telah memiliki
potensi untuk berkembang. Bagi aliran yang sangat percaya dengan kondisi
tersebut sering menganggap anak sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil.
J.J.Rousseau, seorang ahli pendidikan bangsa Perancis, termasuk yang fanatik
berpandangan seperti itu. Dewasa dalam bentuk kecil mengandung makna
bahwa anak itu belum sepenuhya memiliki potensi yang diperlukan bagi
penyesuaian diri terhadap lingkungannya, ia masih memerlukan bantuan untuk
berkembang ke arah kedewasaan yang sempurna, Rousseau memberi tekanan
kepada kebebasan berkembang secara mulus menjadi orang dewasa yang
diharapkan.
Pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan anak itu adalah hasil dari
pengaruh lingkungan. Anak dianggap sebagai kertas putih, di mana orang-
orang di sekelilingnya dapat bebas menulis kertas tersebut. Pandangan ini

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 35


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
bertentangan dengan pandangan di atas, di mana justru aspek-aspek di luar
anak / lingkungannya lebih banyak mempengaruhi perkembangan anak menjadi
individu yang dewasa. Pandangan ini sering disebut teori Tabularasa dengan
tokohnya yaitu John Locke.
Selain kedua pandangan tersebut, terdapat pandangan yang menyebutkan
bahwa perkembangan anak itu merupakan hasil perpaduan antara pembawaan
dan lingkungan. Aliran ini mengakui akan kodrat manusia yang memiliki
potensi sejak lahir, namun potensi ini akan berkembang menjadi baik dan
sempurna berkat pengaruh lingkungan. Aliran ini disebut aliran konvergensi
dengan tokohnya yaitu William Stern. Pandangan yang terakhir ini
dikembangkan lagi oleh Havighurst dengan teorinya tentang tugas-tugas
perkembangan (developmental tasks). Tugas-tugas perkembangan yang
dimaksud adalah tugas yang secara nyata harus dipenuhi oleh setiap
anak/individu sesuai dengan taraf/tingkat perkembangan yang dituntut oleh
lingkungannya. Apabila tugas-tugas itu tidak terpenuhi, maka pada taraf
perkembangan berikutnya anak/individu tersebut akan mengalami masalah.
Melalui tugas-tugas ini, anak akan berkembang dengan baik dan beroperasi
secara kumulatif dari yang sederhana menuju ke arah yang lebih kompleks.
Namun demikian, objek penelitian yang dilakukan oleh Havighurst adalah
anak-anak Amerika, jadi kebenarannya masih perlu diteliti dan dikaji dengan
cermat disesuaikan dengan anak-anak Indonesia yang memiliki kondisi
lingkungan yang berbeda. Pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik
sangat berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap
anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan disamping
persamaannya.
Implikasi dari hal tersebut terhadap pengembangan kurikulum yaitu :
1. Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat,
minat dan kebutuhannya.
2. Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang
wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan
yang sesuai dengan minat anak.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 36


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga
menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat
di bidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan berikutnya.
4. Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan,
nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi
yang utuh lahir dan batin.
Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak terhadap proses pembelajaran
(actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat
kepada perubahan Stingkah laku peserta didik.
b. Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan
perhatian anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak.
c. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf
perkembangan anak.
d. Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak.
Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyekuruh dan
berkesinambungan dari satu tahap ke tahap yang lainnya dan dijalankan secara
terus menerus. Psikologi perkembangan dapat diartikan sebagai berikut. “....
That branch of psychology which studies processes of pra and post natal
growth and the maturation of behavior". Artinya, "Psikologi perkembangan
merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses perkembangan
individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku"
(J.P. Chaplin, 1979). Sementara itu Ross Vasta, dkk. (1992) mengemukakan
bahwa psikologi perkembangan adalah "Cabang psikologi yang mempelajari
perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan
individu dari mulai masa konsepsi sampai mati". Pemahaman tentang peserta
didik sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Melalui kajian tentang
perkembangan peserta didik, diharapkan upaya pendidikan yang dilakukan
sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik penyesuaian dari segi
kemampuan yang harus dicapai,

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 37


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Elizabeth Hurlock mengemukakan penahapan perkembangan individu yang
meliputi:
Tahap I : fase prenatal (sebelum lahir yaitu masa konsepsi sampai 9
bulan);
Tahap II : infancy (orok, yaitu lahir sampai 10-14 hari);
Tahap III : childhood (kanak-kanak, yaitu 2 tahun sampai remaja), dan
Tahap IV : adolescence/puberty yaitu 11-13 tahun sampai usia 21 tahun).
Rousseau mengemukakan tahapan perkembangan sebagai berikut:
Tahap I : 0,0 – 2,0 tahun, usia pengasuhan
Tahap II : 2,0 – 12,0 masa pendidikan jasmani dan latihan pancaindera
Tahap III : 12,0 – 15,0 periode pendidikan akal
Tahap IV : 15- 20,0 periode pendidikan watak dan pendidikan agama.
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar (pendidikan), Syamsu
Yusuf (2005:23), menegaskan bahwa penahapan perkembangan yang
digunakan sebaiknya bersifat elektif, artinya tidak terpaku pada suatu pendapat
saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai
hubungan yang erat.
Atas dasar itu perkembangan individu sejak lahir sampai masa kematangan
dapat digambarkan melewati fase-fase berikut:

Fase-Fase Perkembangan Individu Tahap Perkembangan Usia


Masa usia prasekolah 0,0 – 6 tahun
Masa usia sekolah dasar 6,0 – 12 tahun
Masa usia sekolah menengah 12,0 -18 tahun
Masa usia mahasiswa 18,0 – 25 tahun

Pemahaman tentang perkembangan peserta didik sebagaimana diuraikan di


atas berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum, antara lain:
a. Setiap peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai
dengan bakat, minat, dan kebutuhannya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 38


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang
wajib dipelajari setiap anak di sekolah, juga perlu disediakan pelajaran
pilihan yang sesuai dengan minat anak.
c. Lembaga pendidikan hendaknya menyediakan bahan ajar baik yang bersifat
kejuruan maupun akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik
diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
berikutnya.
d. Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan,
nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir
dan batin.
Implikasi lain dari pemahaman tentang peserta didik terhadap proses
pembelajaran (actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat
kepada perubahan tingkah laku peserta didik.
b. Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat, dan
kebutuhan peserta didik sehingga hasilnya bermakna bagi mereka.
c. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
d. Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak.
e. Sistem evaluasi harus dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan.
2. Psikologi Belajar dan Pengembangan Kurikulum
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu
belajar. Pembahasan tentang psikologi belajar erat kaitannya dengan teori
belajar. Pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan pendekatan
psikologis adalah upaya mengenali kondisi objektif terhadap individu anak
yang sedang mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan
perkembangan menuju kedewasaannya.
Pemahaman yang luas dan komprehensif tentang berbagai teori belajar akan
memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi para pengembang kurikulum

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 39


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
baik di tingkat makro maupun tingkat mikro untuk merumuskan model
kurikulum yang diharapkan.
Pendekatan terhadap belajar berdasarkan satu teori tertentu merupakan
asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan berkaitan dengan
aspek-aspek dan akibat yang kungkin ditimbulkannya. Sedikitnya ada tiga jenis
teori belajar yang berkembang dewasa ini dan memiliki pengaruh terhadap
pengembangan kurikulum di Indonesia pada khususnya. Teori belajar tersebut
adalah:
a. Teori psikologi kognitif (kognitivisme),
b. Teori psikologi humanistic, dan
c. Teori psikologi behavioristik.
1. Teori Psikologi Kognitif (Kognitivisme)
Teori psikologi kognitif dikenal dengan cognitif gestalt field. Teori belajar
ini adalah teori insight. Aliran ini bersumber dari Psikologi Gestalt Field.
Menurut mereka belajar adalah proses mengembangkan insight atau
pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama. Pemahaman terjadi apabila
individu menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada di
lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri.
Gestalt Field melihat belajar merupakan perbuatan yang bertujuan,
ekplorasi, imajinatif, dan kreatif. Pemahaman atau insight merupakan citra dari
atau perasaan tentang pola-pola atau hubungan.
To state it differently, insight is the sensed way through or solution of
problematic situation....we might say that an insight is a kind of intelligent feel
we get about a stiutatuin that permits us to continue to strive actively to serve
our purpose.
Teori belajar Goal Insight berkembang dari psikologi configurationlism.
Menurut mereka, individu selalu bertujuan, diarahkan kepada pembentukan
hubungan dengan lingkungan.
Belajar merupakan usaha untuk mengembangkan pemahaman tingkat
tinggi. Pemahaman yang bermutu tinggi (tingkat tinggi) adalah pemahaman
yang telah teruji, yang berisi kecakapan menggunakan suatu objek, fakta,

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 40


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
proses, ataupun ide dalam berbagai situasi. Pemahaman tingkat tinggi
memungkinkan seseorang bertindak cerdas, berwawasan luas, dan mampu
memecahkan berbagai masalah. Teori kognitif bersumber pada psikologi
lapangan (field psychology), dengan tokoh utamanya Kurt Lewin. Apabila ia
telah berhasil mencapai suatu tujuan maka timbul tujuan yang lain yang ingin
dicapai dan berada dalam life space baru. Setiap orang berusaha mencapai
tingkat perkembangan dan pemahaman yang terbaik di dalam lapangan
psikologisnya masing-masing.
Lapangan psikologis terbentuk oleh interelasi yang simultan dari orang-
orang dalam lingkungan psikologisnya didalam suatu situasi. Tingkah laku
seseorang pada suatu saat merupakan fungsi dari semua faktor yang ada yang
saling bergantung pada yang lain. Istilah cognitive berasal dari bahasa Latin
„cognose” yang berarti mengetahui (to know).
Aspek ini dalam teori belajar cognitive field berkenaan dengan bagaimana
individu memahami dirinya dan lingkungannya, bagaimana ia menggunakan
pengetahuan dan pengenalannya serta berbuat terhadap lingkungannya. Bagi
penganut cognitive field, belajar merupakan suatu proses interaksi, dalam
proses interaksi tersebut ia mendapatkan pemahaman baru atau menemukan
struktur kognitif lama. Dalam membimbing proses belajar, guru harus mengerti
akan dirinya dan orang lain, sebab dirinya dan orang lain serta lingkungannya
merupakan suatu kesatuan.
Para ahli psikologi kognitif yang memusatkan perhatian pada perubahan
dalam aspek kognisi, percaya bahwa belajar adalah suatu kegiatan mental
internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Menurut teori ini cara belajar
orang dewasa berbeda dengan cara belajar anak, dimana cara belajar orang
dewasa lebih banyak melibatkan kemampuan kognitif yang lebih tinggi.
Menurut Piaget (1954) cara-cara tertentu berpikir yang dipandang
sederhana oleh orang dewasa tidak demikian sederhana dipandang oleh anak-
anak. Untuk menjelaskan proses belajar harus mempertimbangkan proses
kognisi (pengetahuan) yang turut ambil bagian selama proses belajar
berlangsung. Teori ini juga menyatakan bahwa satu unsur yang paling penting

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 41


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dalam proses belajar adalah apa yang dibawa individu ke dalam situasi belajar,
artinya segala sesuatu yang telah kita ketahui sangat menentukan keluasan
pengetahuan dan informasi yang akan kita pelajari.
Teori belajar kognitif memandang manusia sebagai pelajar yang yang aktif
yang memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah informasi untuk
memecahkan masalah, mengorganisasi apa-apa yang telah mereka ketahui
untuk mencapai suatu pemahaman baru. Karena itu teori ini juga disebut teori
pengolahan informasi (information processing theory). Piaget (1970)
memperkenalkan empat faktor yang mendasari seseorang membuat
pemahaman, yaitu:
a. Kematangan, yaitu saatnya seseorang siao melaksanakan suatu tugas
perkembangan tertentu.
b. Aktivitas, adalah kemampuan untuk bertindak terhadap lingkungan dan
belajar darinya.
c. Pengalaman sosial, proses belajar dari orang lain atau interaksi dengan
orang-orang yang ada di sekitar kita
d. Ekuilibrasi adalah proses terjadinya perubahan-perubahan aktual dalam
berpikir.
Para ahli psikologi kognitif memandang bahwa kemampuan kognisi
seseorang mengalami tahapan perkembangan. Tahap-tahap perkembangan
kognitif tersebut menggambarkan kemampuan berpikir seseorang sesuai
dengan usianya.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif dari usia anak sampai
dewasa menjadi empat tahap sebagai berikut:
a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun), tingkah laku anak pada tahap ini
dikendalikan oleh perasaan dan aktivitas motorik. Anak belajar melalui
inderanya dan dengan cara memanipulasi benda-benda.
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun). Tahap ini dibagi ke dalam dua fase yaitu:
1) Subtahap fungsi simbolik (2-4 tahun), adalah priode egosentris yang
sesungguhnya, anak mampu mengelompokkan dengan cara yang sangat
sederhana

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 42


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2) Subtahap fungsi intuitif (4-7 tahun), anak secara perlahan mulai
berpikir dalam bentuk kelas, menggunakan konsep angka, dan melihat
hubungan yang sederhana.
c. Tahap operasi kongkrit (7-11 tahun), mampu memecahkan masalah
kongkrit, mengembangkan kemampuan untuk menggunakan dan
memahami secara sadar operasi logis dalam matematika, klasifikasi dan
rangkaian.
d. Tahap operasi formal (11 tahun-dewasa), mampu memahami konsep
abstrak (kemampuan untuk berpikir tentang ide, memahami hubungan
sebab akibat, berpikir tentang masa depan, dan mengembangkan serta
menguji hipotesis).
Berdasarkan tahapan perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget di
atas, kita dapat menyimpulkan bahwa cara berpikir anak prasekolah berbeda
dengan anak usia SD, demikian pula cara berpikir anak SD berbeda dengan
cara berpikir anak SLTP, SLTA.
Karena itu teori perkembangan kognitif Piaget mengimplikasikan bahwa
proses belajar mengajar harus memperhatikan tahap perkembangan kognisi
anak. Ini berarti bahwa guru mempunyai peranan penting untuk menyesuaikan
keluasan dan kedalaman program belajar, menggunakan strategi pembelajaran,
memilih media dan sumber belajar dengan tingkat perkembangan kognisi anak.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif dari Piaget, guru mempunyai peranan
dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
a. Merancang program, menata lingkungan yang kondusif, memilih materi
pelajaran, dan mengendalikan aktivitas murid untuk melakukan inkuiri dan
interaksi dengan lingkungan.
b. Mendiagnosa tahap perkembangan murid, menyajikan permasalahan
kepada murid yang sejajar dengan tingkat perkembangannya.
c. Mendorong perkembangan murid kea rah perkembangan berikutnya dengan
cara memberikan latihan, bertanya dan mendorong murid untuk melakukan
eksplorasi. (Y. Suyitno, 2007:101-102)

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 43


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2. Teori Psikologi Behavioristik
Teori belajar behavioristik disebut juga Stimulus-Respon Theory (S-R).
Kelompok ini mencakup tiga teori yaitu S-R Bond, Conditioning, dan
Reinforcement. Kelompok teori ini berangkat dari asumsi bahwa anak atau
individu tidak memiliki/membawa potensi apa-apa dari kelahirannya.
Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan.
Lingkunganlah yang membentuknya, apakah lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat; lingkungan manusia, alam, budaya, maupun religi. Kelompok teori
ini tidak mengakui sesuatu yang bersifat mental. Hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang dapat diamati dan menekankan pada pengaruh faktor
eksternal pada diri individu.
Teori S-R Bond (stimulus-respon) bersumber dari psikologi keneksionisme
atau teori asosiasi dan merupakan teori pertama dari rumpun Behaviorisme.
Menurut konsep mereka, kehidupan ini tunduk kepada hukum stimulus–respon
atau aksi-reaksi. Setangkai bunga dapat merupakan suatu stimulus dan direspon
oleh mata dengan cara meliriknya. Kesan indah yang diterima individu dapat
merupakan stimulus yang mengakibatkan terespon memetik bunga tersebut.
Demikian halnya dengan belajar, terdiri atas rentetan hubungan stimulus-
respon. Belajar adalah upaya membentuk hubungan stimulus respon sebanyak-
banyaknya. Tokoh utama dari teori ini adalah Edward L. Thorndike.
Ada tiga hukum belajar yang terkenal dari Thorndike, yaitu law of
readiness, law of excercise or repetition dan law of effect (Bigge dan Trust,
1980:273). Menurut hubungan kesiapan (law of readiness), antara stimulus dan
respons akan terbentuk atau mudah terbentuk apabila ada kesiapan pada sistem
syaraf individu. Selanjutnya, hukum latihan (law of exercise) atau pengulangan,
hubungan antara stimulus dan respon akan terbentuk apabila sering dilatih atau
diulang-ulang. Menurut hukum akibat (law of effect), hubungan stimulus-
respon akan terjadi apabila ada akibat yang menyenangkan. Teori kedua dari
rumpun behaviorisme adalah conditioning atau stimulus-responce with
conditioning.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 44


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Tokoh utama dari teori ini adalah John B. Watson, terkenal dengan percobaan
conditioning pada anjing. Belajar atau pembentukan hubungan antara stimulus
dan respons perlu dibantu dengan kondisi tertentu, Sebelum anak-anak masuk
kelas misalnya dibunyikan bel, demikian setiap hari dan setiap pertukaran jam
pelajaran Bunyi bel menjadi kondisi bagi anak sebagai tanda memulai pelajaran
di sekolah. Demikian juga dengan waktu makan pagi, siang dan makan malam
dikondisikan oleh bunyi jam dan atau jarum jam.
Teori ketiga adalah reinforcement dengan tokoh utamanya C.L.Hull. Teori
ini berkembang dari teori psikologi, reinforcement merupakan perkembangan
lanjutan dari teori S-R Bond dan conditioning. Kalau pada teori conditioning,
kondisi diberikan pada stimulus, maka pada teori reinforcement kondisi
diberikan pada respon. Karena anak belajar sungguh-sungguh (stimulus) selain
ia menguasai apa yang diberikan (respon) maka guru memberi angka tinggi,
pujian, mungkin juga hadiah. Angka tinggi, pujian dan hadiah merupakan
reinforcement, supaya pada kegiatan belajarnya akan lebih giat dan sungguh-
sungguh.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan teori psikologi
behavioristik adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi perilaku yang dipelajari dan merumuskannya dalam
rumusan yang spesifik.
b. Mengidentifikasi perilaku yang diharapkan dari proses belajar. Bentuk-
bentuk kompetensi yang diharapkan dalam bidang studi dijabarkan secara
spesifik dalam tahap-tahap kecil. Penguasaan keterampilan melalui tahap-
tahap ini sebagai tujuan yang akan dicapai dalam proses belajar.
c. Mengidentifikasi reinforce yang memadai. Reinforce dapat berbentuk mata
pelajaran, kegiatan belajar, perhatian dan pengharagaan, dan kegiatan-
kegiatan yang dipilih siswa.
d. Menghindarkan perilaku yang tidak diharapkan dengan jalan memperlemah
pola perilaku yang dikehendaki

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 45


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Teori Psikologi Humanistik
Tokoh teori ini adalah Abraham H. Maslow dan Carl R. Roger. Teori ini
berpandangan bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh
faktor internal, dan bukan oleh faktor lingkungan. Karena itu teori ini disebut
juga dengan “self theory”.
Berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori humanistik menolak
proses mekanis dalam belajar, karena belajar adalah suatu proses
mengembangkan pribadi secara utuh. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak
ditentukan oleh guru atau faktor-faktor eksternal lainnya, akan tetapi oleh siswa
itu sendiri. Belajar melibatkan faktor intelektual dan emosional. Aliran ini
percaya bahwa dorongan untuk belajar timbul dari dalam diri sendiri (motivasi
intrinsik).
Carl R. Roger (Y. Suyitno, 2007:103) mengemukakan prinsip-prinsip
belajar berdasarkan teori psikologi humanistik sebagai berikut:
a. Manusia mempunyai dorongan untuk belajar, dorongan ingin tahu,
melakukan eksplorasi dan mengasimilasi pengalaman baru.
b. Belajar akan bermakna, apabila yang dipelajari itu relevan dengan
kebutuhan anak.
c. Belajar diperkuat dengan jalan mengurangi ancaman eksternal seperti
hukuman, sikap merendahkan murid, mencemoohkan, dan sebagainya.
d. Belajar dengan inisiatif sendiri akan melibatkan keseluruhan pribadi, baik
intelektual maupun perasaan.
e. Sikap berdiri sendiri, kreativitas dan percaya diri diperkuat dengan
penilaian diri sendiri. Penilaian dari luar merupakan hal yang sekunder.
Bertentangan dengan teori behavioristik yang lebih menekankan partisipasi
aktif guru dalam belajar, peranan guru menurut teori belajar behavioristik
adalah sebagai pembimbing, sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan
kepada siswa dalam belajar. Menurut Carl R. Rogers, peran guru sebagai
fasilitator dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif dan sikap positif
terhadap belajar.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 46


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Membantu siswa mengklasifikasikan tujuan belajar, dan guru memberikan
kesempatan secara bebas kepada siswa untuk menyatakan apa yang hendak
dan ingin mereka pelajari.
c. Membantu siswa mengembangkan dorongan dan tujuannya sebagai
kekuatan untuk belajar.
d. Menyediakan usmber-sumber belajar, termasuk juga menyediakan dirinya
sebagai sumber belajar bagi siswa. (Y. Suyitno, 2007:104)
Guru berdasarkan psikologi humanistik harus mampu menerima siswa sebagai
seorang yang memiliki potensi, minat, kebutuhan, harapan, dan mampu
mengembangkan dirinya secara utuh dan bermakna. Teori ini juga memandang
bahwa siswa adalah sumber belajar yang potensial bagi dirinya sendiri. Dengan
demikian teori belajar ini lebih menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam
4. Teori Psikologi Daya (Disiplin Mental)
Menurut teori ini, sejak kelahirannya anak/individu telah memiliki otensi-
potensi atau daya-daya tertentu (faculties) yang masing-masing memiliki fungsi
tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berfikir, daya mencurahkan
pendapat, daya mengamati, daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya.
Daya-daya tersebut dapat dilatih agar dapat berfungsi dengan baik.
Daya-daya yang telah terlatih dapat dipindahkan dalam pembentukan daya-
daya lain. Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan melalui latihan (drill),
karena itu pengertian mengajar menurut teori ini adalah melatih peserta didik
dalam daya-daya itu, cara mempelajarinya pada umumnya melalui hapalan dan
latihan.
5. Teori Psikologi Organismik (Gestalt)
Teori ini mengacu pada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna dari
pada bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia
dianggap sebagai makhluk organism yang melakukan hubungan timbale balik
dengan lingkungan secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan
respon. Menurut teori ini, Stimulus yang hadir itu diseleksi menurut tujuannya,
kemudian individu melakukan interaksi dengannya dan seterusnya terjadi

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 47


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
perbuatan belajar. Disini peran guru adalah sebagai pembimbing bukan
penyampai pengetahuan, siswa berperan sebagai pengelola bahan pelajaran.
Belajar menurut teori ini bukanlah menghapal akan tetapi memecahkan
masalah, dan metoda belajar yang dipakai adalah metoda ilmiah dengan cara
anak dihadapkan pada berbagai permasalahan, merumuskan hipotesis atau
praduga, mengumpulkan data yang diperlukan untuk memecahkan masalah,
menguji hipotesis yang telah dirumuskan, dan pada akhirnya para siswa
dibimbing untuk menarik kesimpulan-kesimpulan. Teori ini banyak
mempengaruhi praktek pengajaran di sekolah karena memiliki prinsip sebagai
berikut :
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
b. Belajar adalah pembentukan kepribadian
c. Belajar berkat pemahaman
d. Belajar berdasarkan Pengalaman
e. Belajar adalah suatu proses perkembangan
f. Belajar adalah proses berkelanjutan

C. Landasan Sosiologis (Sosial Budaya) dalam Pengembangan Kurikulum


Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang
berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan
kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus mengacu pada landasan
sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik
informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat, dan
diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala
karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan
pendidikan. Jika dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses
mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan,
pendidikan adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan antrofologi,
pendidikan adalah “enkulturasi” atau pembudayaan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 48


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
“Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia
yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih
bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu,
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut” (Nana Syaodih
Sukmadinata, 1997:58).
Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang
diharapkan maka pendidikan memiliki peranan penting, karena itu kurikulum
harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu bekerja sama,
berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat dan mampu
meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk yang berbudaya.
Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju
manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan
budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya,
serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia.
1. Masyarakat dan Kurikulum
Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka
sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda, atau suatu kelompok individu
yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda
dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Tiap masyarakat mempunyai
kebudayaan sendiri-sendiri. Dengan demikian, yang membedakan masyarakat
satu dengan masyarakat yang lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai
implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, dan reaksi
seseorang terhadap lingkungannya sangat tergantung kepada kebudayaan
dimana ia hidup.
Menurut Daud Yusuf (1982), terdapat tiga sumber nilai yang ada dalam
masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan, yaitu: logika,
estetika, dan etika.
1. Logika adalah aspek pengetahuan dan penalaran,
2. estetika berkaitan dengan aspek emosi atau perasaan, dan
3. etika berkaitan dengan aspek nilai.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 49


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai yang bersumber pada
logika (pikiran). Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang pada hakikatnya adalah hasil kebudayaan manusia, maka kehidupan
manusia semakin luas, semakin meningkat sehingga tuntutan hidup pun
semakin tinggi.
Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat
mempersiapkan anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat. Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program
pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat. Untuk
dapat menjawab tuntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari segi isi
kurikulumnya saja, melainkan juga dari segi pendekatan dan strategi
pelaksanaannya. Oleh karena itu guru sebagai pembina dan pelaksana
kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar
apa yang diberikan kepada siswa relevan dan berguna bagi kehidupan siswa di
masyarakat.
Penerapan teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang terdapat dalam
semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai
oleh siswa lebih bermakna dalam hidupnya. Pengembangan kurikulum
hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan
masyarakat. Tyler (1946), Taba (1963), Tanner dan Tanner (1984) menyatakan
bahwa tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan
kurikulum.
Calhoun, Light, dan Keller (1997) memaparkan tujuah fungsi sosial
pendidikan, yaitu:
a. Mengajar keterampilan.
b. Mentransmisikan budaya.
c. Mendorong adaptasi lingkungan.
d. Membentuk kedisiplinan.
e. Mendorong bekerja berkelompok.
f. Meningkatkan perilaku etik, dan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 50


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
g. Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.
Perubahan sosial budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam suatu masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mengubah kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipengaruhi
oleh kondisi masyarakat itu sendiri. Masyarakat kota berbeda dengan
masyarakat desa, masyarakat tradisional berbeda dengan masyarakat modern.
Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya
sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi
anggota masyarakat tersebut. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat pada
umumnya juga berpengaruh terhadap individu-individu sebagai anggota
masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan
pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal. Akan tetapi
pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu
dan keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat.
Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor
karakterstik masyarakat dalam pengembangan kurikulum. Salah satu ciri
masyarakat adalah selalu berkembang. Perkembangan masyarakat dipengaruhi
oleh falsafah hidup, nilai-nilai, IPTEK, dan kebutuhan yang ada dalam
masyarakat. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya proses
pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan masyarakat diperlukan kurikulum yang landasan
pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.
2. Kebudayaan dan Kurikulum
Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan ide atau gagasan, cita-cita,
pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian, dan nilai yang telah
disepakati oleh masyarakat. Daoed Yusuf (1981) mendefinisikan kebudayaan
sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan
(etika) serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka perkembangan
kepribadian manusia, pekembangan hubungan dengan manusia, hubungan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 51


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Secara lebih rinci, kebudayaan diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:
a) Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain. Wujud
kebudayaan ini bersifat abstrak yang berada dalam alam pikiran manusia
dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.
b) Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
Tindakan ini disebut sistem sosial. Dalam sistem sosial, aktivitas manusia
bersifat konkrit, bisa dilihat, dan diobservasi. Tindakan berpola manusia
tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan yang pertama. Artinya, sistem
sosial dalam bentuk aktivitas manusia merupakan refleksi dari ide, konsep,
gagasan, nilai, dan norma yang telah dimilikinya.
c) Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah
seluruh fisik perbuatan atau hasil karya manusia di masyarakat. Oleh karena
itu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari wujud
kebudayaan yang pertama dan kedua.
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan
kurikulum dengan pertimbangan:
a. Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh
individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat
sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga
pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman
kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
b. Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan
budaya. Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial
masyarakat yang sangat beragam, seperti masyarakat industri, pertanian,
nelayan, dan sebagainya. Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan
mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi
dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan
kualitas hidupnya sebagai mahluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi
bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 52


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
harus bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-
sikap, pengetahuan, dan kecakapan.
Selain pendidikan yang bermuatan kebudayaan yang bersifat umum di atas,
terdapat pula pendidikan yang bermuatan kebudayaan khusus, yaitu untuk
aspek-aspek kehidupan tertentu dan berkenaan dengan kelompok yang sifatnya
vokasional.
Dilihat dari karakteristik sosial budaya, setiap daerah di wilayah tanah air
Indonesia memiliki ciri khas mengenai adat-istiadat, tata krama pergaulan,
kesenian, bahasa lisan maupun tulisan, kerajinan dan nilai kehidupannya
masing-masing. Keanekaragaman tersebut bukan hanya dalam kebudayaannya
tetapi juga kondisi alam dan lingkungan sosialnya, dan ini merupakan kekayaan
hidup bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan dikembangkan melalui
upaya pendidikan. Beranjak dari kenyataan tersebut, maka pengembangan
kurikulum sekolah harus mengakomodasi unsur-unsur lingkungan yang
menjadi dasar dalam menetapkan materi kurikulum muatan lokal.
Gagasan pemerintah untuk merealisasikan pengembangan kurikulum
muatan lokal tersebut yang dimulai pada sekolah dasar, telah diwujudkan
dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0412/U/1987
Tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal Sekolah Dasar
kemudian disusul dengan penjabaran pelaksanaannya dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/M/1987
Tanggal 7 Oktober 1987.
Dalam sambutannya Mendikbud menyatakan: “Dalam hal ini harus diingat
bahwa adanya „muatan lokal‟ dalam kurikulum bukan bertujuan agar anak
terjerat dalam lingkungannya semata-mata. Semua anak berhak mendapat
kesempatan guna lebih terlibat dalam mobilitas yang melampaui batas
lingkungannya sendiri” (Umar Tirtarahardja dan la Sula, 2000:274).
Adapun yang dimaksud dengan muatan lokal adalah program pendidikan
yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam,
lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah. Yang
dimaksud dengan isi adalah materi pelajaran atau bahan ajar yang dipilih dari

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 53


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
lingkungan dan dijadikan program untuk dipelajari siswa di bawah bimbingan
guru. Sedangkan media penyampaian adalah metode dan berbagai alat bantu
pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan isi muatan lokal yang diambil
dari dan menggunakan sumber lingkungan yang dekat dengan kehidupan
peserta didik.
Lingkungan sosial dan budaya yang terdapat dalam pola kehidupan daerah
karena keanekaragamannya disederhanakan dan diklasifikasikan menjadi
delapan kelompok yaitu:
1. perikanan darat dan laut,
2. peternakan,
3. persawahan,
4. perladangan dan perkebunan,
5. perdagangan termasuk di dalamnya jasa,
6. industri kecil termasuk di dalamnya industri rumah tangga,
7. industri besar, dan
8. pariwisata.
Contoh kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan di
sebagian besar sekolah adalah Mata Pelajaran Keterampilan, Kesenian, dan
Bahasa Daerah.
Tujuan pengembangan kurikulum muatan lokal dapat dilihat dari kepentingan
nasional dan kepentingan peserta didik. Dalam hubungannya dengan
kepentingan nasional muatan lokal bertujuan:
a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah.
b. Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan kea rah yang
positif.
Jika dilihat dari sudut kepentingan peserta didik pengemangan kurkulum
muatan lokal bertujuan:
1. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungannya
(lingkungan alam, sosial, dan budaya).
2. Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya sehingga mereka tidak
asing dengan lingkungannya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 54


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk
memecahkan masalah yang ditemukan di lingkungan sekitarnya

D. Landasan Ilmiah dan Teknologi dalam Pengembangan Kurikulum


1. Pengertian IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara
sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi
adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah
praktis dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan.
Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesat.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh
penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates,
Aristoteles, John Dewey, Archimides, dan lain-lain.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak
dihasilkan temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia
seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu
bangsa atau kelompok tertentu.
Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan
pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam
alat-alat dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam
pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk
mengaplikasikannya.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat
hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya.
Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program
pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang
semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan
yang memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 55


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa
depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum
haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung
berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup
pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media
pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung
menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.
2. Pengaruh Perkembangan IPTEK Dalam Pendidikan
Mendidik anak dengan baik hanya mungkin jika kita memahami
masyarakat di tempat ia hidup. Karena itu, setiap pembina kurikulum harus
senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan, dan aspirasi
masyarakat. Salah satu ciri masyarakat ialah perubahannya yang cepat akibat
perkembangan ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam teknologi, yang sering
tidak dapat kita ramalkan akibatnya.
Tidak setiap kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi membawa
keuntungan dan kebahagiaan bagi umat manusia, bahkan sering justru
membawa masalah-masalah yang lebih pelik lagi. Demikian pula, tidak setiap
perubahan atau pembaharuan berarti kemajuan. Hanya saja, kita sering
terlambat mengenal akibat-akibat perkembangan itu.
Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi cukup luas,
meliputi semua aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan,
etika dan estetika, bahkan keamanan dan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pendidikan, juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari ilmu dan
teknologi. Pendidikan sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial, sebab
pendidikan merupakan salah satu aspek sosial. Pendidikan tidak terbatas pada

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 56


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
pendidikan formal saja, melainkan juga pendidikan nonformal, sebab
pendidikan meliputi segala usaha sendiri atau usaha pihak luar untuk
meningkatkan pengetahuan dan kecakapan, memperoleh keterampilan dan
membentuk sikap-sikap tertentu. Kemajuan di bidang komunikasi massa juga
sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Sebab media massa juga merupakan
media pendidikan. Dengan kata lain, melalui media massa, dapat berlangsung
proses pendidikan. Baik tayangan-tayangan yang berbentuk informasi ataupun
tayangan yang bersifat hiburan juga mempunyai nilai-nilai pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan banyak
perubahan dalam nilai-nilai, baik nilai sosial, budaya, spiritual, intelektual,
maupun material. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
menimbulkan kebutuhan baru, aspirasi baru, dan sikap hidup baru. Hal-hal
tersebut menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan pendidikan bukan
hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan lama, tetapi juga
mempersiapkan generasi muda agar mampu hidup pada masa kini dan yang
akan datang.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan perkembangan pula pada dunia pendidikan. Pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan hanya dalam bentuk
hardware tetapi juga software dan hubungan antar manusia. Sekolah atau
lembaga-lembaga pendidikan lainnya, merupakan tempat pemindahan
teknologi yang bersifat software dan hubungan antar manusia. Di sekolah,
perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya, dipelajari konsep-konsep,
prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, cara-cara, dan pendekatan-pendekatan baru,
untuk memahami dan memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan di
rumah dan masyarakat, dalam pekerjaan serta dalam hubungan-hubungan yang
lebih luas. Hal-hal tersebut juga menuntut selalu adanya perkembangan dari
pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung maupun
tidak langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah memberikan isi, materi,

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 57


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan. Pengaruh tak langsung
adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan
perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat menimbulkan
problema-problema baru yang menuntut pemecahan masalah dengan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan baru yang dikembangkan dalam
pendidikan.
3. Implikasi IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum
Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan
keunggulan bangsa. Dukungan IPTEK terhadap pembangunan dimaksudkan
untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri,
maju, dan sejahtera. Di sisi lain, perkembangan IPTEK itu sendiri berlangsung
semakin cepat, bersamaan dengan persaingan antar bangsa semakin meluas,
sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan IPTEK,
yang pada gilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap pengembangan
sumber daya manusia (SDM), supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan
dan pemanfaatan serta pengembangan dalam bidang IPTEK Dalam hal ini,
implikasi IPTEK dalam pengembangan kurikulum, antara lain:
a. Pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan
teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik
masyarakat Indonesia.
b. Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik
untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri.
b. Perkembangan IPTEK berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum
yang di dalamnya mencakup pengembangan isi atau materi pendidikan,
penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem
evaluasi. Ini secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat
membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 58


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
4. Dampak IPTEK terhadap Pengembangan Kurikulum
Dalam setiap perkembangan atau kemajuan, pasti selalu ada dampak yang
timbul, baik itu dampak positif maupun negatif. Begitu juga dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak terhadap
pengembangan kurikulum.
a. Dampak Positif
1. Pembelajaran Jarak Jauh
Masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan produk teknologi
dalam pendidikan, seperti computer, internet, dan mesing hitung,
Internet merupakan salah satu bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat membantu kehidupan manusia, terutama dalam
bidang pendidikan. Dengan kemajuan teknologi, proses pembelajaran
tidak harus mempertemukan siswa dengan guru secara langsung, tapi
lewat internet misalnya, maka siswa sudah bisa mendapatkan materi
tanpa harus bertemu langsung dengan guru. Ini akan mempermudah
penyampaian materi serta kurikulum menjadi mudah dilaksanakan.
2. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan
siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi
terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa mampu
memahami materi-materi. Misalnya saja seperti penggunaan LCD
dalam pembelajaran. Sebelum teknologi berkembang, guru cenderung
menggunakan metode ceramah yang terkadang membuat siswa merasa
bosan. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, maka
diciptakan media-media yang dapat membuat metode pembelajaran
menjadi lebih menarik. Penyampaian materi dengan metode ceramah,
yang kemudian dibantu juga dengan LCD, maka akan membuat siswa
lebih memperhatikan materi pembelajaran dan tidak merasa bosan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 59


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan
terbaru di bumi bagian manapun melalui Internet. Internet dapat
digunakan sebagai alat yang efektif untuk memperoleh
pengetahuan. Semua pengguna web dapat mencari pengetahuan yang
diinginkan di internet. Siswa dapat menggunakan internet untuk
mendapatkan semua informasi tambahan yang mereka butuhkan untuk
meningkatkan basis pengetahuan mereka.
4. Teknologi menawarkan media audio-visual yang interaktif pada proses
pembelajaran. Presentasi PowerPoint dan perangkat lunak animasi dapat
digunakan untuk memberikan informasi kepada siswa secara interaktif.
Efek visual yang diberikan membuat siswa lebih tertarik untuk
belajar. Selain itu, software ini berfungsi sebagai alat bantu visual untuk
para guru dan memfasilitasi siswa untuk melihat informasi secara lebih
jelas. Media Interaktif telah terbukti bermanfaat dalam meningkatkan
tingkat konsentrasi siswa.
b. Dampak Negatif
1. Penyalahgunaan teknologi yang lainnya adalah pengetahuan untuk
melakukan tindak kriminal dan tidak dibenarkan. Seperti yang diketahui
bahwa kemajuan di bidang pendidikan juga mencetak generasi yang
berpengetahuan tinggi tetapi mempunyai moral yang rendah. Contonya
dengan ilmu komputer yang tinggi, maka orang akan berusaha
menerobos sistem perbankan dan lain-lain.
2. Menurunnya motivasi dan prestasi belajar serta berkurangnya jumlah
jam belajar para remaja rela membolos saat jam sekolah demi bermain
game di warnet-warnet kesayangannya.
3. TV merupakan salah satu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menampilkan informasi, hiburan, serta banyak hal-hal menarik
lainnya. Namun, segi negatif yang lain dari media TV untuk pendidikan
anak adalah, kecenderungan anak untuk mengadakan peniruan dan
identifikasi. Kita mengetahui bahwa anak suka meniru, dan pada masa
tertentu, terutama pada awal masa pubertas ada masa anak untuk

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 60


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
beridentifikasi dengan tokoh-tokoh pujaan tertentu. Sering terjadi jika
anak sudah memuja seorang, apa saja yang dilakukan oleh tokoh
tersebut selalu dianggap baik. Padahal mungkin saja, tidak semua
tingkah laku tokoh tersebut baik, apalagi idolanya itu adalah tokoh
dalam film-film Barat yang mungkin tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia

E. Landasan Ideologis Politik


Istilah ideologi diunakan pertama kali oleh Destutt de Tracy di dalam buku
Elements d’ideologie. Ia menjelaskan ideologi sebagai ilmu tentang ide.
Ideologi sebagai sistem ide menunjuk pada paham konservatisme,
environmentalisme, sosialisme, dan kadang-kadang digunakan untuk menyebut
kepentingan kelas-kelas dalam masyarakat, sebagaimana digunakan Karl Marx
untuk menyebut kesadaran untuk memperjuangkan kepentingan (Thomas
Mautner, 1997).
Ideologi adalah ajaran tentang cita-cita berdasarkan sistem nilai yang
diyakini kebenarannya. Sistem nilai tersebut dikembangkan oleh filsafat.
Melalui pemikiran filsafat, sistem nilai tersebut merupakan hasil perenungan
secara mendalam tentang hakikat terdasar dari segala sesuatu. Untuk
melaksanakan hasil pemikiran filsafat tersebut dibutuhkan ideologi. Ideologi
merupakan petunjuk untuk melaksanakan filsafat. Secara harfiah, ideologi
berarti system of ideas yang mensistematiskan seluruh pemikiran tentang
kehidupan dan melengkapinya dengan sarana serta strategi dan kebijakan untuk
menyesuaikan realitas kehidupan dengan nilai-nilai filsafat (Oetojo Usman dan
Alfian, 1992).
Ideologi dikembangkan dari sistem filsafat. Ideologi kapitalisme
dikembangkan dari sistem filsafat liberalisme-individualisme. Ideologi
komunisme dikembangkan dari sistem filsafat materialisme. Menurut ideologi
liberalisme-individualisme, manusia itu bagaikan atom yang berdiri lepas dan
bebas dari pengaruh ataom lainnya. Individu tersebut berinteraksi dan membuat
perjanjian (contract social) untuk membentuk masyarakat.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 61


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Berbeda halnya dengan liberalisme-individualisme, ideologi komunisme
didasarkan pada filsafat materialisme. Pada hakikatnya segala sesuatu yang ada
itu dapat dikembalikan pada prinsip materialistik. Manusia semata-mata
sebagai makhluk materi tidak memiliki kebebasan. Ideologi komunisme ini
banyak dianut oleh Rusia, Eropa Timur, dan Negara di bawah penharuh
Tiongkok (RRC).
Bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu atau kedua ideologi
kapitalisme dan komunisme. Bangsa Indonesia memiliki ideologi yang
disepakati bersama. Ideologi tersebut dapat dilihat pada pembukaan UUD
1945. Terbentuknya ideologi tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal perkembangan bangsa Indonesia berupa alam
lingkungan hidup yang menjadi wahana kehidupan bangsa Indonesia. Facktor
eksternal berupa pergaulan antar bangsa yang membawa pengaruh perubahan
pemikiran, sikap dan perilaku

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 62


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
F. DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth. 1980. Developmental Psychology diterjemahkan oleh


Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga
Kurniasih dan Syaripudin, Tatang. 2007. Landasan Filosofis Pendidikan dan
landasan Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Mudyahardo, Redja. 2001. Landasan-Landasan Filosofis Pendidikan. Bandung:
Fakultas Ilmu Pendidikan UPI
Nasution, S. 1982.
Santrock, John W. 2002. Life Span Development diterjemahkan oleh Damanik,
Juda. Jakarta: Erlangga
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Suyitno, Y. 2007. Landasan Psikologis Pendidikan dalam Landasan
Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Tirtarahardja, Umar dan Sula, La. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta:Rineka
Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika
Yusuf, Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 63


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
BAB III
TAHAP PERKEMBANGAN KURIKULUM
LEVEL PERENCANAAN

A. Pengembangan Tujuan
Pengembangan tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang
diharapkan. Dalam sekala macro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya
dengan filsafat atau system nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan
tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan.
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat
umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur,yang
kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi
empat, yaitu :
1. Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum dan
merupakan sasaran yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk
perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu
bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undan-undang.
Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari system nilai
pancasila dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehudupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setip lembaga
pendidikan. Tujuan institusional merupan tujuan antara untuk mencapai
tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 64


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
jenjang pendidikan, misalnya standar kompetensi pendidikan dasar,
menengah, kejuruan, dan kejenjang pendidikan tinggi.
3. Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang setudi
atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan
antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian,
setiap tujuan kurikuler harus dpat mendukung dan diarahkan untuk
mencapai tujuan institusional.
4. Tujuan Pembelajaran yang merupakn bagian dari tujuan kurikuler,dapat
didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik
setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu
dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi
lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan
pembelajaran disuatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran
adalah tugas guru.

Menurut Bloom, dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational


Objectives yang terbit pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang
harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam 3 klasifikasi atau 3 domain
(bidang), yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Domain Kognitif
Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti kemampuan
mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif
menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan yaitu :
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan mengingat dan
kemampuan mengingkapkan kembali informasi yang sudah
dipelajarinya (recall). Kemapuan pengetahuan ini merupakan
kemampuan taraf yang paling rendah. Kemampuan dalam bidang
kemampuan ini dapat berupa: Pertama, pengetahuan tentang sesuatu
yang khusus; pengetahuan tentang fakta. Pengetahuan mengingat fakta

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 65


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
smacam ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih
tinggi. Kedua, pengetahuan tentang cara/ prosedur atau cara suatu
proses tertentu.
2. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau
subjek pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin
terjadi manakala didahului oleh sejumlak pengetahuan (knowledge).
Oleh sebab itu, pemahaman lebih tinggi ditingkatkanya dari
pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, tetapi
berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan,
menafsirkan, atau kemampuan mengankap makna atau arti suatu
konsep. Kemampuan pemahaman ini bisa merupakan kemampuan
menerjemahkan, menafsirkan ataupun kemampuan ekstrapolasi.
Kemampuan menjelaskan yakni kesanggupan untuk menjelaskan makna
yang terkandung dalam sesuatu, pemahaman menafsirkan sesuatu, dan
pemahaman ekstrapolasi.
3. Penerapan (application)
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip,
prosedur ada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan
tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan
pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan
kemampuan mengamplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah
dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hokum,konsep, ide dan lain
sebagainya kedalam sesuatu yang lebih konkrit. \
4. Analisis
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan
pelajaran kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungn antar
bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang
komplek yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang
telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan.
Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 66


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
biasanya analisis diperuntukan bagi pencapaian tujuan pembelajaran
untuk siswa-siswa tingkat atas.
5. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian kedalam
suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana
atau meliaht hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia.
Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis mampu
menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan
menyatukan unsure atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh.
Kemampuan menganalisis dan sintesis, merupakan kemampuan dasar
untuk dapat mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam doain kognitif tujuan
ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu
berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung
pula kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagi
pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu. Untik dapat memiliki
kemampuan memberikan penilaian dibutuhkan kemampuan-
kemampuan sebelumnya.
Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi, dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat rendah ;
sedangkan tiga tingkatan selanjutnya yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi
dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat tinggi.
b. Domain afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain
ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif.
Artinya, seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek
manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut
Krathwohl dan kawan-kawan (1964), dalam bukunya Taxonomi of
Educational Objectives : Affective Domain, Domain afektif memiliki
tingkatan yaitu :

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 67


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
1. Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap
gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang memiliki
perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu manakal mereka
memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau kondisi yang ada.
Kemudian mereka juga menunjukan kerelaan untuk menerima, bersedia
untuk memerhatikan gejala, atau kondisi yang diamatinya itu. Akhirnya,
mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala perhatiannya
terhadap objek itu.
2. Merespon
Merespon atau menanggapi ditunjukan oleh kemauan untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi,
kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya. Respon biasanya
diawali dengan diam-diam, kemudian dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan kesadaran, setelah itu baru dilakukan dengan penuh
kegembiraan dan kepuasan.
3. Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuj memberi penilaian atau
kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu. Menghargai terdiri
dari penerimaan suatu nilai dengan keyakinan tertentu seperti menerima
adanya keasan atau persamaan hak antara laki-laki dan perempuan;
mengutamakan suatu nilai seperti memiliki keyakinan akan kebenaran
suatu ajaran tertentu, serta komitmen akan kebenaran yang diyakininya
dengan aktivitas.
4. Mengorganisasi
Tujuan yang berhubungan dengan organisasi ini berkenaan dengan
pengembangan nilai kedalam system organisai tertentu, termasuk
hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu. Tujuan ini
terdiri dari mengkonseptualisasikan nilai, yaitu memahami insur-unsur
abstrak dari suatu nilai yang dimiliki dengan nilai-nilai yang datang

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 68


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kemudian; serta mengorganisasi suatu system nilai, yaitu
nengembangkan suatu system nilai yang saling berhubungan yang
konsisten dan bulat dan termasuk nilai-nilai yang lepas-lepas.
5. Karakterisasi Nilai
Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi system nilai
dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang
dibangunkannya itu dijadikan pandangan (falsafah) hidup serta
dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku.
c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan
kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tingkatan yang
termasuk kedalam domain ini :
1. Persepsi (Perception)
Persepsi merupanan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu
yang dipermasalahkan. Persepsi pada dasarnya hanya mungkin dimiliki
oleh seseorang sesuai dengan sikapnya. Kesiapan berhubungan dengan
kesediaan seseorng untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu
yang direfleksikan dengan perilaku-perilaku khusus.
2. Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempralktekan dalam
gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya. Kemampuan
meniru tidak selamanya diikuti oleh pemahaman tentang pentingnya
serta makna gerakan yang dilakukannya.
3. Kemampuan habitual sudah merupakan kemampuan yang didorong
oleh kesadaran dirinya walaupun gerakan yang dilakukannya masih
seperti pola yang ada.
Baru dalam tahapan berikutnya, yaitu kemampuan yang berhadaptasi
gerakan atau kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan
kondisi yang ada. Tahap akhir dari keterampilan ini adalah tahap
mengorganisasikan, yakni kemapuan seseorang untuk berkreasi dan mencipta
sendiri suatu karya. Tahap ini merupakan tahap puncak dari keseluruhan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 69


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kemampuan, yang tergambardari kemampuanya menghasilkan sesuatu yang
baru.
Tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Tyler menjelaskan bahwa
sumber perumusan tujuan dapat berasal dari siswa, studi kehidupan masa kini,
disiplin ilmu, filosofis, dan psikologi belajar. Merumuskan tujuan kurikulum,
sebenarnya sangat tergantung dari teori dan filsafat pendidikan serta model
kurikulum apa yang dianut. Tujuan kurikulum bagaimanapun bentuk dan
modelnya pada dasarnya harus mempertimbangkan berbagai sumber untuk
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
Contoh pengembangan kurikulum: Bagi pengembang kurikulum subjek
akademis, maka penguasaan berbagai konsep dan teori seperti yang tergambar
dalam disiplin ilmu merupakan sumber tujuan utama. Berbeda dengan
pengembang kurikulum model humanistic yang lebih bersifat”child centered”
yaitu kurikulum yang lebih berpusat kepada pengembangan pribadi siswa,
maka yang menjadi sumber utama dalam perumusan tujuan tentu saja siswa itu
sendiri. Lain lagi, dengan kurikulum rekontruksi sosial yang lebih bersifat
“social centered” ini memposisikan kurikulum sekolah sebagai alat untuk
memperbaiki kehidupan masyarakat, maka kebutuhan dan masalah-masalah
sosial kemasyarakatan merupakan sumber tujuaan utama kurikulum. Walaupun
secara teoritis tampak begitu tahan pertentangan kurikulum yang bersumber
dari disiplin akademik namun tujuan kurikulum bagaimanapun bentuk dan
modelnya pada dasarnya harus mempertimbangkan berbagai sumber untuk
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

B. Analisis Kebutuhan
1. Pengertian Analisis Kebutuhan (Need Assessment)
Dalam konteks pengembangan kurikulum, John McNeil (1985)
mendefinisikan need assessment sebagai: ”the process by which one defines
educational needs and decides what their priorities are”. Sejalan dengan
pendapat McNeil, Seels dan Glasglow (1990) menjelaskan tentang pengertian
need assessment : “it meqns a plan for gathering Information about

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 70


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
discrepancies and for using that information to make decisions about priorities”
Sedangkan menurut Anderson analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu
proses kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment (analisis
kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara
kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan
dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang diinginkan seringkali disebut
dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan
kondisi riil atau kondisi nyata.
Ada beberapa hal yang melekat pada pengertian need assessment. Pertama;
need assessment merupakan suatu proses artinya ada rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan need assessment. Need assessement bukanlah suatu hasil, akan
tetapi suatu aktivitas tertentu dalam upaya mengambil keputusan tertentu.
Kedua; kebutuhan itu sendiri pada hakikatnya adalah kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Dengan demikian maka, need assessment merupakan
kegiatan mengumpulkan informasi tentang kesenjangan yang seharusnya
dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah dimiliki
2. Fungsi Analisis Kebutuhan
Metode Need Assessment dibuat untuk bisa mengukur tingkat kesenjangan
yang terjadi dalam pembelajaran siswa dari apa yang diharapkan dan apa yang
sudah didapat. Dalam pengukuran kesenjangan seorang analisis harus mampu
mengetahui seberapa besar masalah yang dihadapi.
Beberapa fungsi Need Assessment menurut Morisson sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas
sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
b. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial,
keamanan atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan
pendidikan
c. Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
d. Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.
Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan
dan mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 71


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
a. Kebutuhan Normatif
Membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, UAN,
SNMPTN, dan sebagainya.
b. Kebutuhan Komperatif, membandingkan peserta didik pada satu kelompok
dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan
SLTP B.
c. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau kinginan yang dimiliki
masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini
menunjukan kesenjangan antara tingkat ketrampilan/kenyataan yang
nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi
kebutuhan ini dengan cara interview.
d. Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang
mampu diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah
kursus.
e. Kebutuhan Masa Depan, Yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
akan terjadi dimasa mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang
baru, dan sebagainya.
f. Kebutuhan Insidentil yang mendesak, yaitu faktor negatif yang muncul di
luar dugaan yang sangat berpengaruh. Misal: bencana nuklir, kesalahan
medis, bencana alam, dan sebagainya.
3. Langkah-langkah Analisis Kebutuhan
Glasgow menggambarkan need assessment dalam bentuk kegiatan yang
dimulai dari tahapan pengumpulan informasi sampai merumuskan masalah.
Sedangkan Morrison menggambarkan Need assessment dalam bentuk kegiatan
yang dimulai dari perencanaan sampai membuat laporan akhir.
Bentuk langkah-langkah need assessment menurut Glasgow sebagai
berikut:
a. Tahapan pengumpulan Informasi; dalam tahapan ini seorang desainer harus
bisa memahami dan mengumpulkan informasi dari para siswa cakupan
pengumpulan informasi bisa beragam seperti karakteristik siswa,
kemampuan personal, dan problematic didalam pembelajaran.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 72


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Tahapan identifikasi kesenjangan; menurut Kaufman mengidentifikasi
kesenjangan yaitu dengan menggunakan metode Organizational Element
Model yang dimana dalam metode ini menjelaskan adanya lima elemen
yang saling berkaitan. Dimulai dari input-proses-produk-output-outcome.
c. Analisis Performa; tahapan ini dilakukan setelah desainer memahami
berbagai informasi dan mengidentifikasi kesenjangan yang ada. Dalam hal
ini ketika menemukan sebuah kesenjangan, diidentifikasi kesenjangan mana
yang dapat dipecahkan melalui perencanaan pembelajaran dan mana yang
memerlukan pemecahan yang lain.
d. Identifikasi Hambatan dan Sumber; dalam tahapan ini pelaksanaan suatu
program berbagai kendala bisa muncul sehingga dapat berpengaruh
terhadap kelancaran suatu program. Berbagai kendala bisa meliputi dari
waktu, fasilitas, bahan, dan sebagainya. Sumber-sumbernya juga bisa dari
pengorganisasian, fasilitas, dan pendanaan.
e. Identifikasi Karakteristik Siswa; tahapan ini merupakan proses
pengidentifikasian masalah-masalah siswa. Karena Tujuan utama dalam
desain pembelajaran adalah memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
siswa.
f. Identifikasi tujuan; mengidentifikasi tujuan merupakan salah satu tahapan
penting yang ada didalam need assessment, karena mengidentifikasi tujuan
merupakan proses penetapan kebutuhan yang dianggap mendesak untuk
dipecahkan sesuai dengan kondisi, karena tidak semua kebutuhan menjadi
tujuan.
g. Menentukan permasalahan; tahapan ini adalah tahap akhir dalam proses
analisis, yaitu menuliskan pernyataan adalah sebagai pedoman dalam
penyusunan proses desain instruksional.
Sedangkan menurut Morrison langkah-langkah need assessment sebagai
berikut:
a. Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang
akan terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 73


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam
penyebarannya (distribusi)
c. Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan
pertimbangan : ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan
d. Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan
mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan
table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data.
4. Peranan Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan alat yang konstruktif dan positif untuk
melakukan perubahan. Perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat
rasional, perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok dan
individu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis
menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada”
dengan “bagaimana seharusnya”.
Tiga langkah penting yang dilakukan oleh guru inovatif dalam menyiapkan
rencana pembelajaran dengan memasukkan unsur analisis kebutuhan yang
disisipkan di antara pemilihan materi dengan pemilihan strategi pembelajaran,
sebagaimana contoh bagan berikut:
a. Apa yang diajarkan?
b. Mengapa mengajarkan yang kita ajarkan?
c. Bagaimana mengajarkan?
5. Analisis Kebutuhan dalam Belajar Mengajar
a. Ketika guru diserahi tugas mengajar dan akan mulai melaksanakan tugas,
seorang guru harus memusatkan perhatian ke arah pencapaian tujuan, lalu
memperhatikan materi yang menunjang tujuan serta menentukan cara
penyampainnya.
b. Setelah terpilih materi yang akan diajarkan, guru menelaah kembali materi
terpilih untuk dicocokkan dengan kebutuhan siswa. Inilah inti perbedaan
antara perencanaan pengajaran tradisional dengan perencanaan yang
memikirkan kebutuhan siswa. Dalam pendidikan inovatif, peserta didik
merupakan focus dari seluruh proses kegiatan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 74


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Guru yakin terhadap materi, lalu menentukan strategi yang tepat untuk
penyampaian materi tersebut, meliputi: pemilihan cara atau metode,
pengelolaan kelas dan media yang digunakan untuk mendukung
penyampaian.
d. Untuk dapat melaksanakan tugas pendidikan baik guru seyogyanya harus
paham tentang “alat” dan “tujuan”. Dengan memahami tujuan, maka akan
tepat dalam memilih alternative alat untuk mencapainya. Gagal
mengidentifikasi “apa” yang akan dicapai sebelum menentukan
“bagaimana” mencapainya dengan resiko sesedikit mungkin, dengan biaya
sehemat mungkin, akan gagal pula mencapai sukses secara optimal.
Analisis kebutuhan merupakan seperangkat alat dan teknik formal, serta
cara untuk mencermati dunia secara lebih ilmiah karena memandang alat
dan tujuan dalam satu perspektif kesatuan yang bermakna
6. Analisis Kebutuhan Kurikulum
Dalam konteks pengembangan kurikulum, John McNeil (1985)
mendefinisikan analisis kebutuhan (need assessment) sebagai: Proses dimana
seseorang mendefinisikan kebutuhan pendidikan dan memutuskan apa prioritas
mereka. Sejalan dengan pendapat McNeil, Seels dan Glasglow (1990)
menjelaskan tentang pengertian need assessment: Itu berarti rencana untuk
mengumpulkan Informasi tentang perbedaan dan untuk menggunakan
informasi tersebut untuk membuat keputusan tentang prioritas.
Sedangkan menurut Anderson analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu
proses kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment adalah
suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang
diinginkan/seharusnya (harus / seharusnya menjadi) atau diharapkan dengan
kondisi yang ada (apa yang). Kondisi yang diinginkan seringkali disebut
dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan
kondisi riil atau kondisi nyata.
Ada beberapa hal yang melekat pada pengertian need assessment. Pertama;
need assessment merupakan suatu proses artinya ada rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan need assessment. Need assessement bukanlah suatu hasil, akan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 75


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
tetapi suatu aktivitas tertentu dalam upaya mengambil keputusan tertentu.
Kedua; kebutuhan itu sendiri pada hakikatnya adalah kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Dengan demikian maka, need assessment merupakan
kegiatan mengumpulkan informasi tentang kesenjangan yang seharusnya
dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah dimiliki.
Analisis kebutuhan merupakan alat yang konstruktif dan positif untuk
melakukan perubahan. Perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat
rasional, perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok dan
individu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis
menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada”
dengan “bagaimana seharusnya”. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah
suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang
diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan
kondisi yang ada (what is). Metode Need Assessment dibuat untuk bisa
mengukur tingkat kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran siswa dari apa
yang diharapkan dan apa yang sudah didapat.
Analisis kebutuhan merupakan aktivitas ilmiah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor pendukung dan penghambat (kesenjangan) proses pembelajaran
guna mencapai tujuan pembelajaran (goals and objectives) yang mengarah pada
peningkatan mutu pendidikan. Roger Kaufman dan Fenwick W. English
berpendapat bahwa analisis kebutuhan tidak dapat melepaskan diri dari
pembicaraan sistem pendidikan secara keseluruhan. Dalam sistem pendidikan
terdapat dua tema pokok yaitu manajemen dan kurikulum.
Kata kurikulum berasal dari bahasa Latin, yakni curriculae yang berarti
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Adapun definisi kurikulum
versi Indonesia dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 BAB I Pasal I, pengertian
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Definisi
kurikulum ada dua pengertian:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 76


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
a. Mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa baik di sekolah
atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijasah tertentu.
b. Mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu
departemen.
7. Analisis Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Kebutuhan
Pengembangan kurikulum merupakan langkah dalam mengimbangi
berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, seni, psikologi, sosial politik,
ekonomi, dan lain sebagainya. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan
gambaran mengenai arah dan tujuan dari produk kurikulum yang ada dan akan
diimplementasikan oleh implementator kurikulum.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Oliva (1992:12), bahwa Kurikulum
merupakan produk dari waktu, menyembuhkan dan menanggapi diubah oleh
kekuatan-kekuatan sosial, posisi filsafat, prinsip-prinsip psikologi,
kepemimpinan pendidikan pada saat dalam sejarah. Misalanya, jika analisis
pengembangan kurikulum pada sekolah kejuruan, maka pengembangan
kurikulum harus di dasarkan pada kebutuhan siswa dalam mempersiapkan
tenaga kerja.
Terkat hal itu Daeng Sudirwo (2002; 5), bahwa “kurikulum SMK haruslah
dapat mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja, sehingga lulusannya memiliki
kemampuan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.” Berkaitan dengan
pernyataan tersebut, mengandung makna bahwa kurikulum itu akan dan harus
berubah (adanya pengembangan) sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam
setiap bidang kehidupan. Dasar pengembangan kurikulum adalah untuk
mengikuti perubahan sistem sosial, filosofi masyarakat, pandangan terhadap
psikologi, dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pendidikan, serta dalam
rangka menjalankan fungsinya kepada masyarakat.
Rancangan analisis kebutuhan melibatkan berbagai pilihan. Pemilihan yang
mungkin untuk memberi suatu pandangan menyeluruh tentang kebutuhan siswa
dan hal itu dapat menghadirkan minat yang berbeda bila pengambil keputusan
dilibatkan. Keputusan harus dibuat atas prosedur yang praktis dengan cara
mengumpulkan, mengorganisir, meneliti, dan melaporkan informasi. Adalah

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 77


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
penting untuk menyakinkan bahwa analisis kebutuhan tidak menghasilkan
suatu beban informasi yang terlalu berat. Analisis kebutuhan perlu untuk suatu
alasan yang jelas untuk mengumpulkan berbagai macam informasi yang
berbeda agar memastikan bahwa hanya informasi yang akan digunakan benar-
benar dikumpulkan.

C. Pengembangan Isi/Konten
Pengembangan bahan ajar (Materials development) pada dasarnya
menyangkut seleksi, adaptasi, dan pembuatan bahan ajar (Nunan, 1991).
Dalam mengembangkan bahan ajar ada empat hal penting yang harus
dipertimbang kan, yakni:
a. Approaches. Pendekatan adalah cara mendefinisikan apa yang perlu
dipelajari oleh pembelajar dan bagaimana mempelajarinya.
b. Syllabus. Silabus pada dasarnya merupakan seleksi dan organisasi bahan
ajar.
c. Techniques. Teknik adalah cara bagaimana bahan ajar disajikan kepada
pembelajar/mahasiswa.
d. Excercises. Latihan adalah cara bagaimana pembelajar melakukan latihan-
latihan
e. menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya
Contoh Aspek Pengembangan Isi:
pengembangannya yaitu dengan dibuatnya silabus yang memuat berbagai
materi yang akan diajarkan serta sudah dikaji dan disesuaikan dengan
kebutuhan siswa, masyarakat dan perkembangan zaman.
1. Pengertian Perkembangan Isi / Konten
Konten atau materi pelajaran sebenarnya merupakan komponen kurikulum
yang amat penting. Konten menyangkut jawaban terhadap pertanyaan, “apakah
yang diajarkan?”. Konten ini seringkali tidak diperhatikan. Artinya, konten
seringkali diserahkan saja pada keputusan guru atau diambil saja dari buku teks
yang berlimpah-limpah, tanpa mengaitkan dengan tujuan pendidikan, tujuan
kurikulum atau dengan tujuan instruksional.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 78


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Hal yang sama juga terjadi sebelum timbulnya reformasi kurikulum pada
tahun 1960, terutama di Amerika Serikat. Semua orang memberikan perhatian
lebih terhadap metode, media dan strategi yang digunakan dalam belajar,
namun kurang memperhatikan isi yang disampaikan. Oleh karenanya ahli
kurikulum harus memahami hakekat dan struktur konten yang menyangkut apa
yang akan diajarkan. Karena konten merupakan elemen kedua yang penting
setelah tujuan untuk menyusun kurikulum.
Kalau dikaji kembali pengertian kurikulum yang sangat berbeda-beda, juga
akan menghasilkan perumusan konten yang berbeda-beda. Sesuai dengan
gambaran konsep yang terkandung di dalam pengertian kurikulum yang
diajukan tersebut. Seperti yang telah ditinjau, ada yang mengartikan kurikulum
sebagai mata pelajaran, materi pelajaran atau judul-judul mata pelajaran. Jika
seperi ini, maka rencana tersebut tidak layak lagi disebut sebagai kurikulum
tetapi sebagai judul-judul pokok bahasan.
Secara singkat dapat dilihat bahwa Beaucham menyatakan bahwa kurikum
itu sebagai dokumen yang dipakai sebagai titik tolak perencanaan instruksional,
Taba dan Mocdonal mengartikan sebagai pengalaman belajar dan hasil belajar
yang dibimbing dan direncanakan, yang tidak tertulis, Krug dan Doll
mendefenisikan sebagai pengalaman belajar yang dirancang sekolah dan
Tanner dan Tanner mendefenisikan sebagai pengalaman peserta didik.
Berdasarkan pemahaman masing-masing juga menimbulkan kontek yang
berbeda-beda.
Implikasi dari pengertian kurikulum tersebut bahwa pengertian kurikulum
lebih luas dari pada dokumen atau rencana kurikulum tertulis saja, tetapi
mencangkup juga implementasinya di dalam kelas untuk dapat
ditransformasikan agar menjadi pengalaman belajar yang direncanakan
mencapai tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran.
2. Konsep Isi/Konten
a. Konsep konten menurut Saylor dan Alexander (1966:160) adalah:
Fakta, observasi, data, persepsi, klasifikasi, disain dan pemecahan masalah
yang telah dihasilkan pengalaman dan hasil pikiran manusia yang tersusun

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 79


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dalam bentuk ide-ide, konsep, prinsip-prinsip, kesimpulan, perencanaan dan
solusi.
b. Sedangkan menurut Hymen (1973:4) konten merupakan:
Ilmu pengetahuan (seperti fakta, keterangan, prinsip-prinsip, defenisi),
keterampilan dan proses (seperti membaca, menulis, berhitung, menari,
berpikir kritis, berkomunikasi lisan dan tulisan) dan nilai-nilai (seperti
konsep tentang hal-hal baik, buruk, betul dan salah, indah dan jelek)
Dari dua pengertian yang diajukan, dapat diterima bahwa secara umum konten
kurikulum mencakup tiga komponen utama, yaitu pengetahuan, proses dan
nilai-nilai. Namun ada juga ahli yang membedakan kedua konsep tersebut. John
Dewey misalnya, menilai perbedaan materi dengan ilmu pengetahuan sangat
esensil. Bagi ahli yang membedakan mengartikan bahwa materi atau konten
merupakan catatan-catatan tentang pengetahuan (seperti grafik, simbol,
rekaman dll), sedangkan ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu hasil
pemahaman dan pengertian tentang catatan-catatan tersebut sebagai akibat
interaksinya dengan pengalaman individu
Sejalan dengan yang dikemukan, perancang kurikulum yang merancang
materi kurikulum harus menetapkan berdasarkan pertimbangan makna materi
tersebut bagi individu. Penetapan kurikulum tidak hanya dipilih sebagai materi
saja, tetapi selalu dipilih sebagai ilmu pengetahuan (pengetahuan, keterampilan
dan ilmu)
Ada dua penyebab yang menimbulkan jurang pemisah antara materi dengan
ilmu pengetahuan:
1. Materi kurikulum gagal ditransformasikan menjadi pengalaman belajar oleh
guru melalui implementasi kurikulum.
2. Pengalaman anak sangat berbeda dengan pengalaman orang dewasa
sehingga materi yang sama dipahami oleh kedua pihak secara berbeda.
Perbedaan materi dengan ilmu pengetahuan ini dapat menimbulkan ketidak
pahaman dan ketidaksadaran ahli kurikulum atas perbedaan psikologi orang
dewasa dan anak-anak. Akibat yang fatal dari ketidaktahuan perbedaan dua
konsep ini menimbulkan anak didik hanya belajar verbal. Yaitu belajar bagi

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 80


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kepentinngan sekolah, bagi tujuan hafalan dan naik kelas yang keberhasilan
ditentukan pada hasil ujian hafalan. Karena materi yang disampaikan dianggap
orang dewasa sebagai ilmu pengetahuan, sedangkan anak didik menilainya
hanya sekedar informasi.
3. Proses Sebagai Isi/Konten
Proses pengajaran sebagai lawan dari materi pengajaran sangat penting.
Pengajaran konten kurikulum secara tradisional yang ditekankan pada
pemompaan konten sebanyak mungkin berupa data, informasi, fakta, dalil,
rumus dan lain sebagainya. Akibatnya terjadi belajar verbal. Dalam pelaksanan
pemompaan ini sebagai hal yang logis bahwa kalau sebagian besar konten yang
diajarkan itu cepat dilupakan anak, tetapi suatu proses seperti penghafalan,
kepenurutan pada seseorang, ketergantungan pada guru, penerimaan tanpa
kritis pada suatu ide tertinggal dan berbekas dalam benak anak. Walau hal ini
tidak diharapkan kurikulum, namun sepertinya ini yang menjadi hal penting
yang terdapat di dalam kurikulum. Meskipun itu hal yang tak disadari saat
menyampaikan kurikulum. Keadaan seperti ini juga sering disebut dengan
kurikulum terselubung.
a. Kegiatan dan pengalaman Belajar
Kegiatan belajar seringkali diasosiasikan dengan kegiatan seperti membaca,
mendengar, menjawab pertanyaan, melakukan perintah guru dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, sudah merupakan merk pelajaran dari suatu
kurikulum yang terselubung menjelma menjadi anggapan anak-anak bahwa
kalau tidak ada yang memberikan informasi atau perintah-perintah maka tidak
ada belajar. Meski selama ini tidak terlalu banyak perubahan tingkah laku yang
dialami anak dengan diajarkannya cara-cara seperti itu. Jadi, jangan heran kalau
pemompaan informasi, data, fakta berpengaruh sangat sedikit sekali terhadap
perilaku anak.
Untuk mempengaruhi tingkah laku anak ini, kegiatan belajar sebagai
komponen pembelajaran yang sangat penting dan bermanfaat lebih signifikan
pengaruhnya, sebab kegiatan-kegiatan itulah yang mempengaruhi pengalaman
dan pendidikan pelajar. Pengalaman belajar jarang terwujud dari materi atau

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 81


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
konten saja, memiliki tujuan yang baik, konten yang tepat serta prosedur
evaluasi yang cocok ternyata juga belum memadai jika kegiatan belajar tidak
diprogramkan untuk menghasilkan pengalaman yang diinginkan.
Implikasi konsep ini adalah bahwa penetapan konten, materi, pokok-pokok
bahasan dan tugas lain yang diselesaikan guna menurut suatu kurikulum saja
kurang memadai. Materi tersebut hendaknya harus dilengkapi dengan kegiatan
belajar yang dapat ditransformasikan menjadi pengalaman siswa. Akibatnya,
materi konten yang tersusun rapi perlu suplementasi berupa kegiatan belajar
terencana dan terpadu untuk menimbulkan pengalaman belajar bagi pencapaian
tujuan kurikulum tersebut.
4. Kriteria Penetapan Isi/Konten
a. Signifikansi
Kriteria signifikansi dipakai untuk menetapkan bagian apa dari suatu
bidang yang perlu dimasukkan atau ditekankan.
b. Kebutuhan sosial
Mempertibangkan kebutuhan sosial anak agar mereka memiliki
kemampuan untuk melaksanankan fungsi-fungsi sosial dan meningkatkan
nilai-nilai masyarakat. agar berfungsi sebagai orang dewasa kelak.
c. Kegunaan
Merupakan kriteria yang paling ilmiah jarena diperoleh dari hasil penelitian
di lapangan. Pengetahuan, keterampilan dan sikap seperti apa yang
diharapkan masyarakat dari lulusan. Tujuan pendidikan dan tujuan sekolah
dapat pula ditetapkan dengan hasil temuan ini.
d. Minat
Merupakan salah satu usaha untuk membuat kurikulum relevan dengan
peserta didik. Hal yang menjadi minat bagi pelajar perlu dijabarkan untuk
menghindari penetapan konsep yang mungkin tidak sesuau dengan minat
mereka seungguhnya
5. Pengembangan Isi Kurikulum
Isi kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai pengalaman
yang diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan para perancang

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 82


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kurikulum sering mengalami berbagai kesulitan dalam menyusun dan
merencanakan isi kurikulum yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Sebabnya, masyarakat senantiasa terus berubah dan berkembang, sehingga
banyak bermunculan masalah kehidupan baru yang perlu dipecahkan. Sehingga
akan mempengaruhi pada isi kurikulum, maka dari itu isi kurikulum harus
selalu dikembangkan. (Hamalik, 2011).
Menurut Tim Pengembang MKDK kurikulum dan pembelajaran UPI
(2002), memaparkan bahwa materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi
kurikulum yang dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran yang terdiri dari bahan kajian
atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar
dan pembelajaran.
b. Mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan.
c. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek
baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang
biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun
kreativitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Sukiyadi, Nurhasanah, & Al
Rasjid, 2006).
Menurut Hamalik (2011) isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian
dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan
kajian dan mata pelajaran. Isi kurikulum adalah mata pelajaran pada proses
belajar mengajar, seperti pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang
diasosiasikan dengan mata pelajaran. Pemilihan isi menekankan pada
pendekatan mata pelajaran (pengetahuan) atau pendekatan proses
(keterampilan).
Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi
pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa scara optimal sesuai dengan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 83


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
tuntutatan dan tantangan perkembangan masyarakat. Pengembangan isi
kurikulum berupa bahan-bahan pelajaran yang akan dipelajari siswa harus
memerlukan dasar pertimbangan yang teliti. Hal yang paling utama adalah
sekolah sebagai lembaga yang akan mengantarkan siswa menuju kearah
kematangan dalam arti luas. Kematangan ini mencakup berbagai segi, baik
kematangan fisik, kematangan kognitif, kematangan mental maupun
kematangan sosial.
Kematangan fisik pada umumnya ditandai oleh kematangan dalam segi
biologis, hal ini dapat dicapai bila individu telah memasuki usia tetrtentu.
Berbeda halnya dengan kematangan kognitif, mental dan sosial. Ketiga jenis
kematangan ini tidak dapat dicapai begitu saja tanpa melalui bimbingan yang
berati. Karena kematangan kognitif menunjukan kepada kematangan
intelektual, pola berpikir dan pengambilan keputusan individu, lalu kematangan
mental menunjukan kepada kematangan emosional, dan tercapainya
perwujudan pribadi secara integral. Sedangkan kematangan sosial ditandai oleh
adanya kemampuan untuk hidup secara mandiri.
Mengantarkan siswa menujun jenjang tersebut yang menjadi tugas sekolah
sungguh merupakan tugas yang berat. Karena untuk mencapai tujuan tersebut
individu perlu memperoleh bekal-bekal pengalaman belajar yang berati.
Sedangkan kita ketahui, akibat kemajuan dalam berbagai cabang kehidupan,
menyebabkan berkembangnya tuntutan-tuntutan hidup. Hal ini dapat
membingungkan para perencana atau pengembang kurikulum, dalam
menentukan jenis pengalaman belajar apa yang diperkirakan berate bagi
kemandirian siswa setelah menyelesaikan pendidikan.
Apabila lama waktu pendidikan cukup memadai untuk memberikan bekal-
bekal pengalaman belajar kepad sisiwa, masalah yang dihadapi tidak sebesar
itu. Namun kenyataan yang dihadapi menunjakan betapa banyak tuntutan yang
harus dipenuhi oleh lembaga pendidikan, sedangkan waktu yang tesedia tidak
memadai. Oleh karenanya perlu dilakukan seleksi tentang isi kurikulum,
sehingga proses pendidikan di sekolah dapat mencapai sasaran. Menurut Ali

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 84


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
(2008 : 95), seleksi kurikulum perlu dilakukan oleh sebab beberapa alasan
yaitu:
1. Apa yang harus dimasukan sebagai isi kurikulum memerlukan berbagai
pertimbangan dan kriteria, sehingga isi kurikulum memadai bagi anak didik
sebagai bekal dalam kehidupannya.
2. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat,
sehingga untuk menyampaikan semua bentuk ilmu pengetahuan kepada
siswa dalam waktu sekolah yang sangat terbatas, merupakan sesuatu yang
tidak mungkin.
Atas dasar itu, pertanyaan yang dapat diajukan dalam menentukan isi
kurikulum adalah apa yang menjadi prioritas untuk dijadikan pengalaman
belajar siswa disekolah tentang hal ini, perlu dikembangkan kriteria yang
rasional untuk memilih dan mengembangkan bentuk-bentuk pengalaman
belajar yang menjadi isi kurikulum.
6. Kriteria Menetukan Isi Kurikulum Yang Akan Dikembangkan
Kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan isi kurikulum
sebagaimana yang dikemukakan oleh Hilda Taba dalam Ali (2008) adalah:
1. Isi kurikulum harus valid (sahih) dan signifikan (terpercaya)
2. Isi kurikulum harus berpegang kepada kenyataan-kenyataan sosial
3. Kedalaman dan keluasan isi kurikulum harus seimbang
4. Isi kurikulum menjangkau tujuan yang meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap
5. Isi kurikulum harus dapat dipelajari dan disesuaikan dengan pengalaman
siswa
6. Isi kurikulum harus dapat memenuhi kebutuhan dan menarik minat siswa
Isi kurikulum yang valid dan signifikan berkenaan dengan ilmu
pengetahuan yang fundamental (dasar).
Hal ini mencakup ide-ide pokok atau teori-teori kontenporer dari suatu
cabang ilmu pengetahuan tertentu. Burner dalam Ali (2008), mengistilahkannya
dengan struktur dari suatu disiplin ilmu pengetahuan. Menurutnya dengan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 85


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
mempelajari struktur ilmu pengetahuan, akan dicapai tingkat kemampuan yang
lebih baik, karena hal ini mempunyai nilai transfer yang lebih luas.
Pertanyaan yang muncul dengan hal ini adalah, bagaimana menentukan
bahwa suatu bahan pelajaran sebagai isi kurikulum itu merupakan struktur ilmu
pengetahuan. Maka yang mengetahui hal ini adalah orang yang betul-betul ahli
dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Oleh karena itu
selayaknya dalam menentukan isi kurikulum yang valid dan signifikan bantuan
ahli itu sangat diperlukan selain itu isi kurikulum harus sesuai dengan berbagai
kenyataan yang terjadi di lingkungan sosial.
Kriteria lain tentang isi kuriklum adalah adanya keseimbangan antara
kedalaman dengan keluasan. Ini mengandung pengertian bahwa isi kurikulum
harus mempunyai ruang lingkup atau (scope) yang keluasannya seimbang
dengan kedalamannya. Keluasan ruang lingkup banyak berkaitan dengan
banyaknya pengalaman belajar yang dapat dicapai, serta banyaknya bahan
pelajaran yang dapat dipelajari. Sedangkan dalamnya isi berkaitan dengan
kemampuan atau penguasaan bahan pelajaran itu.
Isi kurikulum dikembangkan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
Rumusan tujuan mencakup berbagai aspek perubahan perilaku yang diharapkan
dapat dicapai siswa, baik pengetahuan, keterampilan ataupun sikap. Maka
dengan demikian suatu bahan yang menjadi isi kurikulum harus dapat
menjangkau aspek-aspek perilaku yang dapat dicakup dalam tujuan. Tidak
semata-mata mencakup suatu jenis tujuan atau satu aspek perilaku.
Kriteria bahwa isi kurikulum harus dapat dipelajari siswa mengandung
pengertian luas. Hal ini terutama berkaitan dengan urutan bahan. Secara
psikologis tingkat-tingkat perkembangan individu mempunyai implikasi
terhadap kemampuan mempelajari sesuatu, serta pengalaman yang dimiliki.
Bila suatu bahan disususn tidak mempertimbangkan faktor psikologis seperti
itu, kemungkinan terjadi suatu bahan tidak dapat dipelajari secara efektif, oleh
sebab itu tidak sesuai dengan tingkat kemampuan mental atau pengalaman
siswa.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 86


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Persoalan yang berkaitan dengan kehidupan individu pada umumnya
menarik minat untuk dipelajari. Bahkan bila ini disadari maka akhirnya dapat
menjadi kebutuhan. Isi kurikulum yang diambil dari segi-segi kehidupan dapat
memenuhi kebutuhan dan menarik minat untuk dipelajari. Hal lain berkenaan
dengan kebutuhan ini dapat ditinjau dari sudut kajian psikologis. Berdasarkan
kajian psikologis kebutuhan individu itu berbeda-beda secara individual.
Namun demikian pada umumnya kebutuhan itu dapat digeneralisasikan.

D. Aktivitas Belajar / Pengalaman Belajar


1. Pengertian Aktivitas Belajar
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Proses
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas
mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan (Martinis Yamin,
2007: 75). Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam
interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2006: 96).
Saat pembelajaran belangsung siswa mampu memberikan umpan balik
terhadap guru. Sardiman (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar
merupakan aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar
keduanya saling berkaitan. Oemar Hamalik (2009: 179) menyatakan bahwa
aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Aktivitas belajar dapat terwujud apabila siswa terlibat belajar secara aktif.
Martinis Yamin (2007: 82) mendefinisikan belajar aktif sebagai usaha manusia
untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Pembelajaran akan
menghasilkan suatu perubahan dan peningkatan kemampuan, pengetahuan dan
ketrampilan pada diri siswa. Siswa mampu menggali kemampuannya dengan
rasa ingin tahunya sehingga interaksi yang terjadi akan menjadi pengalaman
dan keinginan untuk mengetahui sesuatu yang baru.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan kegiatan atau tindakan baik fisik maupun mental yang dilakukan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 87


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
oleh individu untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan dalam diri
dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar akan menjadikan pembelajaran
yang efektif. Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan
saja. Namun, guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam belajar.
2. Jenis-Jenis Aktivitas
Menurut Sardiman (2006: 100), aktivitas belajar meliputi aktivitas yang
bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut
harus selalu berkait. Aktivitas belajar siswa sangat kompleks. Paul B. Diedrich
(Sardiman, 2006: 101), menyatakan bahwa kegiatan siswa digolongkan sebagai
berikut:
1. Visual activities, diantaranya meliputi membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan
2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
dan mengeluarkan pendapat
3. Listening activities, seperti misalnya mendengarkan percakapan, diskusi
dan pidato.
4. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan dan
menyalin.
5. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model mereparasi, bermain, berkebun, beternak;
6. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, dan
menganalisis.
7. Emotional activities, misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Penggolongan aktivitas tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa
sangat kompleks. Aktivitas belajar dapat diciptakan dengan melaksanakan
pembelajaran yang menyenangkan dengan menyajikan variasi model
pembelajaran yang lebih memicu kegiatan siswa. Dengan demikian siswa akan
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Terdapat 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran (Martinis Yamin, 2007: 84) yaitu:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 88


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
a. Memberikan motivasi pada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Memberikan penjelasan pada siswa mengenai tujuan yang akan dicapai
dalam pembelajaran.
c. Mengingatkan kompetensi prasyarat.
d. Memberikan topic atau permasalah sebagai stimulasi siswa untuk berfikir
terkait dengan materi yang akan di pelajari.
e. Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
f. Memberikan umpan balai (feed back)
g. Memantau pengetahuan siswa dengan memberikan tes
h. Menyimpulakan materi yang disampaikam diakhir pelajaran.
Beberapa cara di atas yang dilakukan untuk menumbuhkan aktivitas belajar
siswa. Tentunya, dalam hal ini guru menjadi pendorong bagi siswa dalam
belajar. Guru mampu melaksanakan perannya terhadap siswa dalam belajar,
membimbing, mengarahkan bahkan memberikan tes untuk mengukur seberapa
besar kemampuan siswa dalam pembelajaran.
a. Aktivitas belajar IPS siswa dapat dilihat berdasarkan indikator yang
menunjukkan adanya aktivitas belajar. Indikator aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran di kelas antara lain:
1. Siswa membaca materi yang akan dipelajari.
2. Siswa berdiskusi dengan teman
3. Siswa bertanya pada guru atau teman
4. Siswa menyimak penjelasan dari guru
5. Siswa membuat catatan tentang materi pelajaran
6. Siswa menanggapi pendafat teman atau guru
7. Siswa mengerjakan tes dengan kemampuan pelajaran
8. Siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran
b. Pengajaran dapat didefinisikan sebagai usaha untuk membantu mahasiswa/
pembelajar belajar sesuai dengan tujuan (mengacu kepada kompetensi
yangtelah dipetakan) yang telah disepakati.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 89


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Nilai Aktivitas dalam Pembelajaran
Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang peting. Adanya
aktivitas siswa dalam kegiatan belajar membawa nilai yang besar bagi
pembelajaran. Aktivitas belajar yang maksimal akan menujukan bahawa
pembelajaran berlangsung dengan baik dan optimal, sehingga pembelajaran
lebih berkualitas.
Menurut Oemar Hamalik (2011: 175), penggunaan atas aktivitas
memberikan nilai yang besar bagi pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan oleh:
1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri dalam
belajar
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral
3. Memupuk kerja sama antar siswa sehingga siswa mapu bekerjasama
dengan harmonis dan baik.
4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri
5. Memupuk terciptanya disiplin kelas dan suasana belajar menjadi
demokratis
Tiga kriteria pengajaran efektif adalah sebagai berikut:
1) Konsisten. Hasil pengajaran yang berupa kemampuan (kompetensi ) bagi
para pembelajarnya harus tetap konsisten antara satu pembelajar dengan
pembelajar lainnya, dan antara satu program dengan program lainnya.
2) Relevan. Relevansi pengajaran akan terlihat dari sisi apakah suatu program
pengajaran betul-betul menyampaikan proses yang mengantarkan kepada
hasil sebagaimana yang telah dicanangkan dan termaktub dalam tujuan
pembelajaran.
3) Efisiensi. Efisiensi pengajaran akan dilihat dari sisi hasil yang diperoleh
berdasarkan penggunaan waktu dan sarana pembelajaran yang ada.
Contoh : beragamnya aktivitas pembelajaran yang diberikan oleh guru
sehingga membuat siswa aktif dan ikut terjun kedalam pembelajaran. Misalnya
diskusi yang menuntut siswa untuk ikut berpikir kritis mengenai suatu
permasalahan dan mendiskusikannya dengan teman-temannya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 90


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
4. Pertimbangan-Pertimbangan Menentukan Pengalaman Belajar
a. Sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai
Dalam sistem perencanaan dan desain pembelajaran tujuan merupakan
komponen utama dan pertama yang harus dipikirkan oleh seorang desainer
pembelajaran. Sehingga apa yang harus dilakukan guru dan siswa diarahkan
untuk mencapai tujuan itu. Dilihat dari domainnya tujuan itu terdiri atas
tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Sesuai dengan jenis bahan atau materi pelajaran
Pengalaman belajar yang direncanakan dan didesain harus memerhatikan
karakteristik materi pelajaran baik dilihat dari kompleksitas materi maupun
pengemasannya.
c. Ketersediaan sumber belajar
Selain pertimbangan tujuan dan isi bahan pelajaran, seorang desainer
pembelajaran dalam menentukan pengalaman belajar juga harus
memerhatikan ketersediaan sumber belajar yang dapat digunakan.
d. Pengalaman belajar harus sesuai dengan karakteristik siswa
Kondisi dan karakteristik siswa merupakan salah satu hal pertimbangan
yang harus diperhatikan, baik menyangkut minat dan bakat siswa,
kecenderungan gaya belajar maupun kemampuan dasar yang dimiliki siswa.

Ada sejumlah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan manakala kita akan


mengembangkan pengalaman belajar yaitu,
1. Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama.
Efektivitas pengembangan pengalaman belajar ditentukan dari keberhasilan
siswa mencapai tujuan pembelajaran.
2. Aktivitas
Pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas
melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas
fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas
mental.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 91


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Oleh sebab
itu pengalaman belajar dirancang untuk setiap individu siswa.
4. Integritas
Oleh karena itu merancang pengalaman belajar siswa harus dapat
mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegritas.
Ada sejumlah prinsip khusus untuk merancang pengalaman belajar yaitu:
a. interaktif
b. Inspiratif
c. Menyenangkan
d. Menantang
e. Motivasi
5. Tahapan Pengembangan Pengalaman Belajar
Proses memberikan pengalaman belajar pada siswa, secara umum terdiri
atas tiga tahap, yakni tahap permulaan (prainstruksional),tahap pengajaran
(intruksional), dan tahap penilaian/tindak lanjut. Ketiga tahapan tersebut harus
ditempuh pada setiap saat melakasanakan pengajaran. Jika, satu tahapan
tersebut ditinggalkan maka pengalaman belajar siswa tidak akan sempurna.
a. Tahap Prainstruksional
Tahap ini adalah tahapan yang ditempuh oleh guru pada saat ia memulai
proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh
guru atau oleh siswa seperti,
1. Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir
2. Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pelajaran
sebelumnya
3. Mengajukan pertanyaan kepada siswa dikelas atau siswa tertentu
tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan
pelajaran yang belum dikuasainya

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 92


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
5. Mengulangi kembali bahan pelajaran yang lalu secara singkat tapi
mencakup semua aspek yang telah dibahas sebelumnya.
Tujuan ini pada hakikatnya adalah mengungkapkan kembali tanggapan
siswa terhadap bahan yang telah diterimanya dan menumbuhkan kondisi
belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu
b. Tahap Instruksional
Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti yakni tahapan
memberikan pengalaman belajar pada siswa. Tahap instruksional akan
sangat tergantung pada strategi pembelajaran yang akan diterapkan.
Secara umum dapat didefinisikan beberapa kegiatan yaitu:
1. Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa
2. Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu
3. Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi
4. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaliknya diberikan conto-
contoh konkret
5. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan
setiap pokok materi yang sangat diperlukan
6. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi.
Tujuan tahap ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahap
kedua (Instruksional).

E. Pengembangan Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi Pengembangan Kurikulum
Ada beberapa pengertian evaluasi. Secara harfiah kata evaluasi berasal dari
bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab: al-Taqdir; dalam bahasa
Indonesia berarti: penilaian. Adapun dari segi istilah, sebagaimana
dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation
refer to the act or process to determining the value of something. Menurut
definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjukan kepada atau mengandung
pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu. Wand dan Brown (1957) mendefinisikan evaluasi sebagai “…refer to

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 93


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
the act or process to determining the value of something” Evaluasi mengacu
kepada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi.
Sejalan dengan pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendefinisikan
evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai
dan arti sesuatu yang dipertimbangkan (evaluand). Sesuatu yang
dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu
kesatuan tertentu (Hamid Hasan 1988).
Sedangkan kurikulum dapat dipandang sebagai “suatu program pendidikan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan
pendidikan tertentu”. Jadi, pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah
proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus
dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Seller dan Miller (1985)
mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus.
Dari konsep evaluasi pengembangan kurikulum di atas, maka evaluasi
kurikulum dimaksudkan sebagai suatu proses mempertimbangkan untuk
memberi nilai dan arti terhadap suatu kurikulum tertentu. Hal yang dimaksud
dengan kurikulum di sini adalah rencana yang mengatur tentang isi dan tujuan
pendidikan serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Konsep nilai dan arti, dalam konteks penilaian terhadap suatu
kurikulum memiliki makna yang berbeda. pertimbangan nilai adalah
pertimbangan yang ada dalam kurikulum itu sendiri.
Contohnya berdasarkan proses pertimbangan tertentu, evaluator
memberikan nilai: apakah kurikulum yang dinilai itu dapat dimengerti oleh
guru sebagai pelaksana kurikulum; apakah setiap komponen yang terdapat
dalam kurikulum itu memiliki hubungan yang serasi; apakah kurikulum yang
dinilai itu dianggap sederhana dan mudah dilaksanakan oleh guru; dan lain
sebagainya.
Berbeda dengan nilai, arti berhubungan dengan kebermaknaan suatu
kurikulum. Misalkan, apakah kurikulum yang dinilai memberikan arti untuk
meningkatkan kemampuan berfikir siswa; apakah kurikulum itu dapat

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 94


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
mengubah cara belajar siswa kepada yang lebih baik; apakah kurikulum itu
dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap lingkungan sekitar; dan
lain sebagainya.
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir
(Olivia, 1988). Proses tersebut meliputi orientasi, perencanaan, implementasi
dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut maka, dalam konteks
pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat
ditentukan nilai dan arti suatu kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak; bagian-
bagian mana yang harus disempurnakan.
Sejalan dengan pendapat itu Cronbach memandang bahwa evaluasi
kurikulum merupakan komponen dalam proses membuat keputusan…
curriculum evaluation as component in the decision making process…
Evaluation broadly as the collection and use information to make decisions
about an educational program (Dalam Miller dan Seller 1985: 302). Bagi
Cronbach, evaluasi kurikulum pada dasarnya adalah sebagai suatu proses
mengumpulkan berbagai informasi dalam rangka membuat suatu keputusan
tentang program pendidikan. Artinya, melalui evaluasi apakah suatu program
pendidikan perlu ditambahkan, dikurangi atau mungkin diganti.
2. Ruang Lingkup Evaluasi Kurikulum
Kurikulum dapat dipandang dari dua sisi. Sisi pertama kurikulum sebagai
suatu program pendidikan atau kurikulum sebagai suatu dokumen; dan sisi
kedua kurikulum sebagai suatu proses atau kegiatan.
a. Evaluasi kurikulum sebagai suatu program atau dokumen
Suatu program atau dokumen, kurikulum memiliki beberapa komponen
pokok, yaitu tujuan yang ingin dicapai, isi atau materi kurikulum itu sendiri,
strategi pembelajaran yang direncanakan, serta rencana evaluasi keberhasilan.
1. Evaluasi tujuan pendidikan
Rumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang ada dalam dokumen
kurikulum. Evaluasi kurikulum sebagai dokumen adalah evaluasi terhadap

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 95


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
tujuan, setiap mata pelajaran terdapat sejumlah kriteria untuk menilai tujuan
ini.
a. Apakah tujuan setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan
untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang bersangkutan?
b. Apakah tujuan itu mudah dipahami oleh setiap guru?
c. Apakah tujuan yang dirumuskan dalam dokumen itu sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa?
2. Evaluasi terhadap isi/materi kurikulum
Bahwa yang dimaksud dengan isi atau materi kurikulum adalah seluruh
pokok bahasan yang diberikan dalam setiap mata pelajaran. Sejumlah
pertanyaan yang dapat dijadikan kriteria untuk menguji isi atau materi
kurikulum di antaranya:
a. Apakah isi kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan
seperti yang telah ditetapkan?
b. Apakah isi atau materi kurikulum sesuai dengan pandangan-pandangan
atau penemuan-penemuan yang mutakhir?
c. Apakah isi kurikulum sesuai dengan pengalaman dan karakteristik
lingkungan di mana anak tinggal?
d. Apakah urutan isi kurikulum sesuai karakteristik isi atau materi
kurikulum?
3. Evaluasi terhadap strategi pembelajaran
Sebagai suatu pedoman bagi guru, kurikulum juga seharusnya memuat
petunjuk-petunjuk bagaimana cara pelaksanaan pembelajaran atau cara
mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Salah satu aspek yang
berhubungan dengan implementasi kurikulum adalah aspek pedoman
perumusan strategi pembelajaran. Sejumlah kriteria yang dapat diajukan
untuk menilai pedoman strategi belajar mengajar di antaranya:
a. Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dan dapat
mendukung untuk keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan?
b. Apakah strategi pembelajaran yang diusulkan dapat mendorong
aktivitas dan minat siswa untuk belajar?

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 96


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Bagaimana keterbacaan guru terhadap pedoman pelaksanaan strategi
pembelajaran yang direncanakan?
d. Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong
kreativitas guru?
e. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa?
f. Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan alokasi
waktu yang tersedia?
4. Evaluasi terhadap program penilaian
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan adalah:
a. Apakah program evaluasi relevan dengan tujuan yang ingin dicapai?
b. Apakah evaluasi diprogramkan untuk mencapai fungsi evaluasi baik
sebagai formatif maupun fungsi sumatif?
c. Apakah program evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan
dipahami oleh guru?
d. Apakah program evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku?
5. Evaluasi pembelajaran sebagai implementasi kurikulum
Beberapa kriteria yang dapat diajukan untuk menilai implementasi tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Apakah implementasi kurikulum yang dilaksanakan oleh guru sesuai
dengan program yang direncanakan?
b. Sejauh mana siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai?
c. Apakah secara keseluruhan implementasi kurikulum dianggap efektif
dan efisien
3. Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Pembelajaran
Prinsip-prinsip dasar evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan
pembeljaran bagi masyrakat.
b. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan
dengan metode yang berbeda.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 97


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu
pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan
rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya
membantu memberikan alternatif.
d. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
e. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
f. Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
g. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu
pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
h. Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang
aplicable.
i. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi
formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
j. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan
sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.
Selain itu prinsip-prinsip dasar evaluasi yakni sebagai berikut:
a. Prinsip keseluruhan
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila
evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat/utuh.
b. Prinsip kesinambungan
Evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang
dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu kewaktu.
c. Prinsip objektifitas
Evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila
dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnay objektif.
4. Kedudukan Evaluasi dalam Proses Pendidikan
Penilaian meliputi semua aspek batas belajar. Menurut Schwartz dan
kawan-kawannya, penilaian adalah suatu program untuk memberikan pendapat
dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman adalah pengalaman yang
diperoleh berkat proses pendidikan. Pengalaman tersebut tampak pada
perubahan pada tingkah laku atau pola kepribadian siswa. Jadi pengalaman

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 98


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
yang diperoleh siswa adalah pengalaman sebagai hasil belajar siswa disekolah.
Dalam hal ini, penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana
siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan
pembelajaran.
5. Syarat-Syarat Umum Evaluasi
Penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria
sebagai berikut :
a. Validitas : Ketepatan, artinya penilaian harus benar-banar apa yang
hendak diukur.
b. Realibilitas : Ketetapan hasil
c. Objektivitas : Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang
diukur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat
evaluasi itu dalam kata lain sesuai dengan kemampuan siswa.
d. Efisiensi : Suatu alat evaluasi sedapat mungkin digunakan tanpa
membuang waktu dan uang yang banyak.
e. Praktis : Praktis digunakan
f. Kontinuitas : Berkesinambungan
g. Komprehensif : Berkaitan dengan sikap nilai
h. Akuntabilitas : Bertanggung jawab terhadap apa yang di evaluasi
6. Komponen-Komponen Dalam Evaluasi Pendidikan
Dalam evaluasi pendidikan, ada tiga komponen yang saling terkait dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Penjelasan dari ketiga
komponen tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Pengukuran
Pengukuran merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas sesuatu yang bersifat numeric. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif,
bahkan merupakan instrument untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam
kegiatan pengukuran ini, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Tujuan pengukuran
2. Ada objek ukur
3. Alat ukur

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 99


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
4. Proses pengukuran
5. Hasil pengukuran kuantitatif
Menurut Budi Hatoro pengukuran merupakan suatu proses atau kegiatan
untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numeric. Pengukuran lebih
bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrument untuk melakukan penilaian.
Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan
menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan interpretasi.
b. Penilaian
Penilaian adalah penafsiran hasil pengukuran dan penentuan pencapaian
hasil belajar. Penilaian ini merupakan proses sistematis meliputi pengumpulan
informasi, analisis, interpretasi, informasi untuk membuat keputusan. Penilaian
merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya
meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas
pembelajaran dan kualitas penilaiannya.
Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang
kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan
(Weeden, Winter, dan Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi:
2004). Selanjutnya Black dan William (1998) mendefinisikan penilaian sebagai
semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menilai diri mereka
sendiri, yang memberikan informasi untuk digunakan sebagai umpan balik
untuk memodifikasi aktivitas balajar dan mengajar.
Penilaian berdasarkan definisi diatas memberi penekanan pada usaha yang
dilakukan guru maupun siswa untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan pembelajaran yang mereka lakukan yang dapat dijadikan sebagai
umpan balik untuk melakukan perubahan aktivitas bealajar mengajar yang
lebih baik dari sebelumnya.
Tujuan penilaian:
1. Membantu belajar siswa
2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa
3. Menilai efektifitas strategi pengajaran
4. Menilai dan meningkatkan efektifitas program kurikulum

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 100


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
5. Menilai dan meningkatkan efektifitas pengajaran
6. Menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan
7. Komunikasi dan melibatkan orang tua siswa
Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran harus diarahkan pada empat
hal:
a. Penelusuran, untuk menelusuri kesesuaian proses pembelajaran dengan
yang direncanakan.
b. Pengecekan, untuk mencari informasi tentang kekurangan-kekurangan pada
peserta didik selama pembelajaran.
c. Pencarian, untuk mencari penyebab kekurangan yang muncul selama proses
pembelajaran.
d. Penyimpulan, untuk menyimpulkan tingkat pencapaian belajar yang telah
dimiliki peserta didikm Proses evaluasi merupakan langkah yang sangat
penting untuk mendapatkan informas tentang ketercapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
Dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi yaitu
sebagai berikut:
a. Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku pada
siswa sesuai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
b. Evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu
waktu tertentu.
Fungsi evaluasi yaitu sebagai berikut :
1) Fungsi sumatif
Evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan
oleh peserta didik/fungsi sumatif
2) Fungsi normatif
Evaluasi berfungsi untuk melihatt efektivitas proses pembelajaran.
Contoh pengembangan evaluasi adalah dengan munculnya beragam jenis
teknik dan bentuk evaluasi. Evaluasi saat sekarang ini, tidak hanya memandang
dari sisi sebagian siswa saja melainkan seluruh diri siswa dan berbagai hal

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 101


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
lainya seperti lingkungan dll yang dapat mempengaruhi hasil dari evaluasi yang
dilakukan kepada para siswa tersebut.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 102


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
F. DAFTAR PUSTAKA

Alexsander, S. d. (1996). Konsep Konten. Jakarta : Rineka Cipta.

Ali. (2008). Pengembangan Isi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Hamalik, Oemar (2011). Pengembangan Isi Kurikulum. Jakarta : Kencana


Prenada Media Group.

Hymen. (1993). Konsep Konten. Jakarta : Rineka Cipta.

Morrison. (2001). Analisis Kebutuhan. Jakarta : Erlangga.

Oliva. (1992). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Ruhimat, Toto. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: PT. RAJA


GRAPINDO PERSADA

Sardiman. (2006). Aktivitas Belajar. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan.

Sudirwo, D. (2002). Pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Yamin, M. (2007). Aktivitas Belajar. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 103


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
BAB IV
KONSEP TAHAP PENGEMBANGAN KURIKULUM
LEVEL IMPLEMENTASI

A. Pengembangan Tujuan
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat
dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
Ada beberapa tujuan dalam kurikulum yang perlu dirumuskan, antara lain:
1) Tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh
setiap upaya pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, dengan demikian perumusan tujuan merupakan salah
satu komponen yang harus ada dalam sebuah kuriklum.
2) Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang
kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan
bahkan akan membantu guru dalam mendesain sistem pembelajaran.
Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat memberikan arahan kepada guru
dalam menentukan bahan atau materi yang harus dipelajari, menentukan
metode dan strategi pembelajaran, menentukan alat, media, dan sumber
pembelajaran, srta merancang alat evaluasi untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa.
3) Tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai kontrol dalam
menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui
penentapan tujuan, para pengembang kurikulum termasuk guru dapat

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 104


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
mengontrol sampai mana siswa telah memperoleh kemampuan-
kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku.

Filosofi yang dianut pendidikan atau sekolah biasanya menjadi dasar


pengembangan tujuan. Oleh karena itu, tujuan hendaknya merefleksikan
kebijakan, kondisi masa kini dan masa datang, prioritas, sumber-sumber yang
sudah tersedia, serta kesadaran terhadap unsur-unsur pokok dalam
pengembangan kurikulum.
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah
pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam
Undang-undang No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam
rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum
menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami
proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan
nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
Tujuan ini dikategorikan sebagai tujuan umum kurikulum.
Tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan
spesifik (objectives), kegiatan belajar, implementasi kurikulum, dan evaluasi
untuk mendapatkan balikan (feedback). Sebagai contoh, menurut Komite
Pengembangan Kurikulum Amerika Serikat, terdapat sepuluh tujuan umum
(goals), yaitu keterampilan dasar (basic skills), konseptualisasi diri,
pemahaman terhadap orang lain, penggunaan pengetahuan yang telah
terkumpul untuk menginterprestasi dunia (lingkungan kehidupan), belajar
berkelanjutan, kesehatan mental dan fisik, partisipasi dalam dunia ekonomi,
produksi, dan konsumsi, warga masyarakat yang bertanggungjawab,
kreativitas, dan kesiapan menghadapi perubahan (coping with change).
Setiap tujuan yang masih bersifat umum diatas harus diuraikan lagi
menjadi beberapa sub tujuan (subgoals) yang lebih operasional. Misalnya,
tujuan pengembangan keterampilan dasar diuraikan menjadi:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 105


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
1) Mendapatkan informasi dan pengertian melalui kegiatan mengamati,
mendengar, dan membaca.
2) Mengolah informasi dan pengertian yang diperoleh melalui keterampilan
berfikir reflektif.
3) Berbagai informasi dan mengekspresikan pengertian melalui kegiatan
percakapan, menulis, dan alat-alat nonverbal.
4) Manipulasi lambang dan menggunakan pikiran matematis, dan
sebagainya.
Tujuan kurikulum terbagi ke dalam tiga tahap di antaranya tujuan nasional,
tujuan institutional dan tujuan kurikuler. Tujuan nasional adalah tujuan yang
ingin dicapai secara nasional adalah tujuan yang ingin dicapai secara nasional
berdasarkan falsafah Negara, sebagaimana diamanatkan dalam UU
SISDIKNAS. Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
institusi pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan. Sedangkan tujuan
kurikuler adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program studi, bidang
studi atau mata pelajaran, yang disusun mengacu atau berdasarkan tujuan
institusional dan tujuan pendidikan nasional.
Mata pelajaran yang disusun atau disajikan pada setiap satuan pendidikan
dasar dan menengah (SD/MI/MTS/SMP/SMA/MA) dikelompokkan ke dalam
beberapa mata pelajaran utama, yakni pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, dan
muatan local.
Dari setiap mata pelajaran sebagaimana disebutkan di atas, tentunya
memiliki karakteristik dan tujuan tersendiri dan berbeda dengan tujuan yang
hendak dicapai oleh mata ajaran yang lainnya. Tujuan mata ajaran merupakan
penjabaran dari tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional. Sebagai contoh, tujuan mata ajaran agama Islam di sekolah atau
madrasah adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan dan pengalaman serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 106


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan dan ketakwaannya,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang
lebih tinggi (Andayani & Majid, 2004: 135)
Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan kurikulum
pendidikan merupakan suatu acuan dan arahan yang harus dirumuskan secara
jelas dan terencana. Hal ini karena tujuan kurikulum merupakan bagian
komponen kurikulum pendidkan yang dapat mempengaruhi terhadap
komponen kurikulum lainnya. Karena semua komponen dalam perumusannya
akan mengacu pada tujuan kurikulum, baik tujuan nasional, institusional
maupun tujuan kurikuler, yakni tujuan untuk masing-masing satuan mata
pelajaran yang disajikan pada masing-masing satuan pendidikan, baik sekolah
maupun madrasah.

B. Pengembangan Isi/Materi
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari
filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas
bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal
yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan
sistematis, dalam bentuk:
1) Teori: seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang
saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala
dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel
dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2) Konsep: suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau
gejala.
3) Generalisasi: kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4) Prinsip: yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 107


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
5) Prosedur: yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi
pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6) Fakta: sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting,
terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7) Istilah: kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
8) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9) Definisi: yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
10) Preposisi: yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang
dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau
topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses
pembelajaran.
b. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
c. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
d. Isi/materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman
yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi:
1. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur
keilmuan.
2. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
3. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Ketiga hal tersebut, dapat dioperasionalkan dalam mata pelajaran di
antaranya:
1. Mata pelajaran umum dan mata pelajaran khusus. Hal ini berkenaan
dengan pengetahuan yang menjadi milik umum atau diperlukan oleh
kebanyakan orang, seperti: ilmu sosial budaya, pemerintahan dan bahasa.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 108


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Sedangkan mata pelajaran khusus ialah berkenaan dengan pengetahuan
yang diperlukan untuk keperluan hidup manusia secara khusus, seperti
untuk memiliki kerja.
2. Mata pelajaran deskriptif, yang berisikan fakta dan prinsip. Fakta
berkenaan dengan hal-hal langsung dapat diamati. Misalnya striktur
tumbuhan,binatang klasifikasi dan fungsinya.
3. Mata pelajaran normatif, yang aturan permainan, norma dan aturan yang
digunakan untuk mengadakan pilihan moral atau etika (baik-buruk), atau
mencerminkan ukuran nilai, seperti mata pelajaran agama, etika, budi
pekerti.

Ditinjau dari fungsi mata pelajaran dari dalam struktur kurikulum dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Pendidikan umum, yakni mata-mata pelajaran yang diberikan kepada
siswa dengan tujuan membina para siswa menjadi warga Negara yang
baik dan bertanggung jawab sesuai dengan falsafah bangsanya. Mata
pelajaran atau bidang studi yang termasuk di dalamnya antara lain agama
pelajaran, olahraga dan kesehatan, kesenian.
b. Pendidikan akademik, yakni mata-mata pelajaran yang bertujuan
membina kemampuan intelektual para siswa atau peserta didik sebagai
dasar bagi pengembangan pendidikan selanjutnya. Misalnya, mata
pelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa dan yang lainnya, sesuai dengan
jenis dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya.
c. Pendidikan keahlian atau profesi, yakni mata-mata pelajaran yang
bertujuan membina para siswa menjadi tenaga-tenaga semi profesional
dibidangnya sebagai dasar memasuki dunia pekerjaan. Misalnya, mata
pelajaran kependidikan bagi siswa sekolah pendidikan guru, dan Ekonomi
bagi SMEA dan lain-lain.
d. Pendidikan keterampilan, yakni mata-mata pelajaran yang diberikan
kepada siswa dengan tujuan memberikan beberapa keterampilan khusus
yang dipandang berguna bagi kehidupan siswa dikemudian hari.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 109


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Isi kurikulum harus dapat menentukan berhasil tidaknya suatu tujuan.
Adapun isi kurikulum itu adalah sebagai berikut:
1) Isi kurikulum harus sesuai tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa
atau peserta didik. Artinya, sejalan dengan tahap perkembangan anak.
2) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai
dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
3) Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya
mengandung aspek intelektual, moral, dan sosial secara seimbang
(balance).
4) Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji,
artinya tidak cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari-
hari.
5) Isi kurikulum harus mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori,
prinsip, konsep yang terdapat di dalamnya bukan hanya sekedar informasi
faktual.
6) Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Isi
kurikulum disusun dalam bentuk program pendidikan yang nantinya
dijabarkan dan dilaksanakan melalui proses pengajaran/pengalaman
belajar anak didik.
Menurut Hilda Taba (1962) kriteria untuk memilih isi materi kurikulum
yaitu :
1) Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan
mutakhir.
2) Relevan dengan kenyataan sosial dan kultur agar anak lebih
memahaminya.
3) Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.
4) Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.
5) Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
6) Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 110


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan
pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan
pengalaman peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan materi
pelajaran menjadi berbagai kegiatan belajar. Menurut Taba kegiatan belajar
menimbulkan pengalaman belajar.

C. Perumusan Strategi
Implementasi strategi adalah rangkaian aktivitas dan pekerjaan yang
dibutuhkan untuk mengeksekusi perencanaan strategi. Artinya apa yang kita
rumuskan pada strategi dan kebijakan kita terapkan dalam berbagai program
kerja, anggaran, dan prosedur-prosedur. Rumusan strategi yang baik, tidak ada
artinya bila tidak diterapkan dalam implementasi. Begitu pula implementasi
tidak akan berkontribusi baik,jika rumusan strateginya tidak baik.
Program; aktivitas atau langkah-langkah yang disusun secara sistematis
sebagai penjabaran dari strategi. Anggaran; gambaran rinci tentang sumber
dana yang dibutuhkan dan bagaimana penggunaannya. Prosedur; sering
disebut SOP, sistem dari langkah atau teknik yang berurutan tentang
bagaimana suatu pekerjaan atau tugas dikerjakan Standar Kinerja, ukuran
target bersifat kuantitatif maupun kualitatif dari program yang dilaksanakan
untuk mengetahui keberhasilan atau pencapaiannya. Hubungan antar tingkat
akhir (tujuan & sasaran) dengan alat pencapaiannya (strategi dan taktik)
tidaklah mudah. Keberadaan manajemen strategi tidak untuk mendikte tujuan,
sebaliknya tujuan dan sasaran harus dipengaruhi oleh peluang yang tersedia.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam usaha pencapaian tujuan
dalam manajemen strategi:
1. Efektif dan Efesiensi
Manajemen strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai seperti yang
diinginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisa strategi
tidak statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara
penyebab dan hasilnya tidak tetap atau pasti. Sebaliknya taktik adalah
tindakan nyata yang diambil oleh pelaku dan sepenuhnya berada dalam

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 111


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
pengawasannya. Keputusan manajemen strategi tidak berarti apa-apa tanpa
implementasi. Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik yang
potensial. Keputusan strategi harus dapat mencapai tujuannya.
2. Pertumbuhan dan Struktur Organisasi
Tahap implementasi strategi memerlukan pertimbangan dalam
penyusunan struktur organisasi, karena keselarasan struktur dengan strategi
merupakan satu hal yang penting untuk tercapainya implementasi strategi.
Pertumbuhan organisasi terjadi kala skala organisasi berkembang.
Pertumbuhan organisasi menghasilkan berbagai bentuk struktur organisasi
seperti stuktur fungsional, divisional geografis, organisasi unit bisnis,
organisasi matrik dan struktur organisasi horizontal.
3. Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Budaya organisasi sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan
dikembangkan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi,
yang diterima sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan dan diturunkan
kepada setiap generasi baru. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai
pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada dalam lingkungan
organisasi tersebut.
Untuk memulai proses implementasi para perencana strategi perlu
mempertanyakan hal berikut:
1. Siapa yang akan menjalankan perencanaan strategi (yang
mengimplementasikannya)?
Tentang siapa yang akan mengimplementasikan strategi yang sudah
dirumuskan biasanya tergantung skala dan bagaimana struktur yang ada di
sekolah-sekolah. Dulu saat pengetahuan tidak semudah sekarang
pemerolehannya, seakan-akan manajemen puncaklah yang paling tahu
urusan strategi. Kini, walaupun mungkin dari segi banyaknya waktu,
keterlibatan mereka dalam perumusan strategi bisa cukup signifikan inilah
yang menerjemahkan apa yang sudah ada pada rumusan strategi (yang
dibuat oleh para perencana strategis, untuk diimplementasikan di lapangan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 112


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2. Apa yang harus dilakukan untuk mencapai arah yang telah ditentukan?
Untuk mengimplementasikan strategi, memerlukan rumusan program,
anggaran yang akan membiayai pelaksanaan program, dan prosedur untuk
memastikan program berjalam seperti yang diharapkan.
a. Program
Pertama program harus terkait dengan rumusan strategi yang sudah
dibuat. Kemudian sedapat mungkin bersifat action-oriented. Rumusan
strategi pengimplementasiannya dengan “mengunjungi”. Dalam
formulir rencana kerja rumusannya menggunakan rencana kerja serta
indikator pencapaian dari rencana tindak atau out come yang ingin
dicapai dinyatakan dalam bentuk kuantitatif serta menyatakan hasil
yang diharapkan.
Dalam banyak format juga menyertakan anggaran yang diperlukan
serta pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian program. Dengan
seperti ini pihak yang menyelenggarakan bisa mengukur sendiri
pencapaiannya dan hal ini juga dapat memudahkan para atasan
memantau proses pencapaian rencana aksinya.
b. Penganggaran
Anggaran adalah sebuah program dalam bentuk uang dan sering
kali disebut juga sebagai darahnya program. Strategi tidak berjalan
dengan baik karena anggaran yang ditetapkan tidak dapat
direalisasikan. Biasanya terjadi karena :
a. pertama, dalam menyusun program, tidak realistis dengan situasi.
b. Kedua, karena perencanaan arus kas meleset dari dugaan
sebelumnya sehingga program kerja tertentu yang memerlukan
pendanaan juga harus digeser pelaksanaannya.
Untuk membuat srategi, maka ia harus ditopang oleh penganggaran
yang baik pula. Karena, strategi adalah keputusan strategic tentang
bagaimana cara kita mencapai apa yang menjadi sasaran. Dari sisi
pengaanggaran, bagaimana keakuratan serta kecepatan memprediksi

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 113


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
menjadi penting dalam hal ini. Manfaat dari pengintegrasian antara
lain:
1) Dengan pengintegrasian, visi, target, serta pengeksekusian strategi
terjadi secara menyeluruh, tidak terpisah-pisah.
2) Respon yang lebih cepat terhadap situasi.
3) Sasaran ukuran atas kinerja menjadi lebih jelas.
4) Dalam melakukan analisis, karena didukung oleh data yang falid
dan akurat, analisisnya juga menjadi lebih akurat.
5) Memberikan wawasan bagi setiap level dan bagian yang
melaksanakan implementasi strategik.
6) Tingkat sukses yang tinggi dalam pemenuhan sasaran strategik
karana secara tepat waktu memonitor kinerja, mengambil tindakan,
dan mempersiapkan masa depan.
Jika kita memanfaatkan yang seperti di atas, secara manual sudah
tidak sesuai lagi atau kurang memadai. Maka harus didukung oleh
perangkat teknologi serta sistem yang lebih canggih. Dengan ini,
memungkinkan perencanaan dan anggaran setiap level, dari yang atas
hingga ke bawah bisa saling dipahami oleh setiap bagian, serta bisa
saling beradaptasi dan berkoordinasi atas anggaran rencana dan
anggaran yang dibuat.
c. Prosedur
Dalam banyak kasus, pembuatan prosedur ini tidaklah selalu dibuat
setelah progam kerja dan anggaran diselesaikan, karena prosedur
sebelumnya bisa saja sudah ada. Prosedur ini adalah urutan-urutan
aktifitas yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan sebuah bagian
pekerjaan dalam program. Dengan adanya prosedur, maka kita dapat
menjamin sebuah pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, dan
hasilnya sesuai dengan harapan.
Pembuatan prosedur ini membutuhkan pemahaman yang baik atas
proses kerja satu aktifitas atau kelompok aktivitas. Dengan inilah
organisasi lebih menyukai mereka yang berpengalaman dalam satu

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 114


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
bidang karena umumnya lebih bisa menggambarkan dengan baik
bagaimana urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan.
Kendala yang sering terjadi dalam penerapan prosedur adalah ,
prosedur hanya muncul di atas kertas saja tanpa komitmen
menjalankannya dengan baik. Untuk ini manajemen harus menjalankan
proses audit yang mencoba melihat sejauh mana seseorang di satu
bagian menjalankan prosedur yang sudah ada. Audit ini penting bukan
saja untuk memastikan apa yang suadah dituliskan dalam prosedur
dilaksanakan, tapi juga bisa menjadi bagian dari evaluasi, apakah
sebuah prosedur sudah optimum mengarahkan pekrjaan tertentu.
3. Bagaimana orang-orang yang terlibat bisa bekerja dengan baik?.
Agar semua pekerjaan dalam implementasi dapat berjalan mulus, perlu
mengorganisasi semuanya dengan tepat. Menurut Chadler, “ Structure
Should Follow Strategy” (struktur mengikuti strategi), Strategi yang tentu
masuk akal. Bentuk pelaksanaan seharusnya ditentukan dengan hakikat
strategi yang dirumuskan.
Implementasi seringkali tidak mudah, bahkan lebih sulit daripada
merumuskan strategi itu sendiri . ada beberapa hal isu penting yang harus
diantisipasi dalam menentukan keberhasilan implementasi strategi.
Berbagai tantangan dari pelaksanaan eksekusi atau implementasi adalah
sebagai berikut:
1. Ketidakmampuan mengelola perubahan untuk mengatasi resistensi
internal untuk berubah.
2. Mencoba mengeksekusi strategi yang bertentangan dengan struktur
kekuasaan.
3. Ketidakjelasan komunikasi dengan tanggung jawab.
4. Strategi yang buruk atau tidak jelas.
5. Kurangnya dukungan dari manajemen puncak untuk pengeksekusian
strategi.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 115


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
D. Media Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Guba dan Lincoln (1985), menekankan definisi evaluasi sebagai “a process
for describing an evaluand and judging its merit and worth”. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa evaluasi adalah suatu tindakan
pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu terhadap suatu sistem,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggaraan kegiatan dalam rangka membuat suatu keputusan.
Dalam evaluasi, pengukuran tidak lagi merupakan bagian integral atapun
suatu langkah yang harus ditempuh. Pengukuran hanya merupakan salah satu
langkah yang mungkin dipergunakan dalam kegiatan evaluasi, sedangkan
penilaian dan evaluasi memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya
adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai
sesuatu, sedangkan perbedaannya adalah terletak pada ruang lingkup dan
pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya
terbatas pada salah satu komponen atau satu aspek saja, seperti prestasi belajar
siswa. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan secara internal, yakni orang-
orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam suatu kegiatan seperti guru
menilai prestasi belajar peserta didik dalam suatu mata pelajaran.
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi
pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument)
pengukuran. Pengukuran menggambarkan hal-hal yang bersifat kuantitatif,
sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Evaluasi dan
penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan
tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada
hasil pengukuran. Tetapi dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan dan
wawancara. Dalam konteks sistem kurikulum, istilah yang tepat digunakan
adalah evaluasi yaitu evaluasi kurikulum.
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian
terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat
ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 116


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kurikulum yang bersangkutan. Evaluasi kurikulum adalah suatu kegiatan untuk
mengetahui dan memutuskan apakah program yang telah ditentukan sesuai
dengan tujuan semula. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya
melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun
di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengusaha, orang tua
peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan.
Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum
untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat
ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil
kurikulum itu sendiri. Evaluasi Kurikulum dapat diartikan suatu kegiatan
untuk mengetahui dan memutuskan apakah program yang telah ditentukan
sesuai dengan tujuan semula.
Dalam evaluasi kurikulum memiliki tujuan yakni :
a. Menyediakan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum sebagai masukan bagi pengambilan keputusan.
b. Menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu kurikulum.
c. Mengembangkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang dapat
digunakan dalam upaya perbaikan kurikulum.
Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan
penilaian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang
kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum, sedangkan
penilaian hasil belajar adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan dan
penafsiran informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik berdasarkan
pertimbanagn dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan.
Dalam evaluasi dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu:
1. Tes
Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam asfek
kognitif. Tes memiliki dua kriteria yaitu tes memiliki tingkat validitas
seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Kedua memiliki tingkat

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 117


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
reliabilitas/kendala jika tes tersebut bisa menghasilkan informasi yang
konsisten.
Tes berdasarkan jumlah peserta dibedakan jadi tes kelompok yaitu
dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama dan tes individu
adalah tes yang dilakukan kepada seorang individu secara perorangan. Tes
dilihat dari cara penyusunannya yaitu tes buatan guru yaitu untuk
menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan dan tes
standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan
memprediksi kemampuan siswa pada masa yang akan datang.
Tes dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi tes tertulis adalah
dengan cara siswa menjawab sejumlah soal secara tertulis dan tes lisan adalah
tes yang dilakukan langsung komunikasi dengan siswa secara verbal.
2. Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk asfek tingkah
laku termasuk sikap, minat dan motivasi. Beberapa jenis non tes yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada
situasi tertentu. Observasi dibedakan jadi observasi partisipatif yaitu
dimana observer ikut ke dalam objek yang sedang dia observasi. Observasi
non partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan cara observer murni
sebagai pengamat.
b. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara pewawancara dan yang
diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara langsung
apabila pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang akan
dievaluasi. Wawancara tidak langsung apabila pewawancara
mengumpulkan data subjek melalui perantara.
c. Studi kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode
tertentu secara terus menerus.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 118


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
d. Skala Penilaian
Skala penilaian/rating acale adalah salah satu alat penilaian dengan
mengunakan alat yang telah disusun dari yang negatif sampai positif,
sehingga pada skala tersebut penilai tunggal membubuhi tanda.
2. Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum
Kurikulum adalah suatu program, Ciri suatu program adalah sistematik,
sistemik dan terencana. Sistematik artinya keteraturan, yaitu kurikulum harus
dilakukan dengan urutan langkah-langkah tertentu, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Sistemik menunjukan suatu sistem.
Artinya, di dalam kurikulum terdapat berbagai komponen antara lain,
tujuan, isi/materi, metode, media, sumber belajar, evaluasi, peserta didik,
lingkungan dan guru yang saling berhubungan dan ketergantungan satu sama
lain serta berlangsung secara terencana, rasional, objektif. Suatu program
terdiri atas serangkaian tindakan atau kejadian yang telah direncanakan dan
disusun melalui proses pemikiran yang matang.
Perencanaan kurikulum merupakan langkah pertama yang harus dilakukan
dalam pengembangan kurikulum, kemudian dilaksanakan dalm situasi nyata.
Untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan dan perencanaan kurikulum,
maka harus dilakukan evaluasi.
3. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum
Evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap
bidang dan kegiatan mempunyai tujuan evaluasi yeng berbeda. Dalam
kegiatan bimbingan misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik sehingga
dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya.
Begitu juga dengan kegiatan supervise, tujuan evaluasi adalah untuk
menentukan keadaan situasi pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat
diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah. dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai dari tes untuk jenis
pekerjaan atau jabatan tertentu.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 119


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Menurut Scriven, fungsi evaluasi dapat dilihat dari jenis evaluasi itu
sendiri, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
berfungsi untuk perbaikan dan pengembangan bagian tertentu atau sebagian
besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan, sedangkan fungsi sumatif
dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem
keseluruhan. Fungsi baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu
kurikulum telah dianggap selesai.
Menurut Zainal Arifin (2009) fungsi evaluasi dapat dilihat dari kebutuhan
peserta didik dan guru yaitu:
a. Secara psikologis, peserta dididk selalu butuh untuk mengetahui hingga
mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Mereka masih mempunyai sikap dan moral yang heteronom,
membutuhkan pendapat orang dewasa sebagai pedoman baginya untuk
mengadakan orientasi pada situasi tertentu.
b. Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti
bahwa peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh
lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya, bahkan peseta didik
diharapkan dapat membina dan mengembangkan semua potensi yang ada
dalam masyarakat.
c. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam
menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan
kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru
dalam usaha memperbaiki kurikulum.
d. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui status peserta didik di antara teman-
temannya apakah ia termasuk anak yang pandai sedang atau kurang
pandai.
e. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam
menempuh program pendidikannya. Jika peserta didik sudah dianggap siap
(fisik dan non-fisik), maka program pendidikan dapat dilakukan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 120


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
f. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan
seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun
kenaikan kelas.
g. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang
kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang
berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan peserta didik itu sendiri
4. Macam Evaluasi Media
Evaluasi media pendidikan dapat dikelompokkan menjadi dua macam
yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah proses
yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi
media untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Data tersebut dimaksudkan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih
efektif dan efisien.
Evaluasi sumatif adalah proses pengumpulan data untuk menentukan
apakah media yang dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau
apakah media tersebut benar-benar efektif atau tidak, setelah media tersebut
diperbaiki dan disempurnakan. Evaluasi dalam pembahasan ini difokuskan
pada evaluasi formatif. Evaluasi formatif terdiri dari tiga tahapan yaitu:
evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group
evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation).
a. Evaluasi satu lawan satu (one to one)
Pada tahap ini pilihlah dua orang sasaran/siswa yang dapat mewakili
populasi target dari media yang telah dibuat. Kedua orang tersebut
hendaknya satu orang diambil dari populasi yang kemampuannya di atas
rata-rata, sedangkan yang satu orang lagi kemampuannya di bawah rata-
rata. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media
itu didesain untuk belajar mandiri, maka biarkanlah dia mempelajarinya,
sementara itu kita mengamatinya.
Dari kegiatan ini sebenarnya ada beberapa informasi yang dapat
diperoleh di antaranya: kesalahan pemilihan kata atau uraian-uraian tak
jelas, kesalahan dalam memilih lambang-lambang visual, kurangnya

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 121


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
contoh, terlalu banyak atau sedikitnya materi, urutan yang keliru,
pertanyaan atau petunjuk yang kurang jelas, materi tidak sesuai dengan
tujuan.
b. Evaluasi kelompok kecil (small group evaluation)
Pada tahap ini media diujicobakan kepada sasaran/siswa kurang lebih
10-20 siswa yang dapat mewakili populasi target. Siswa/sasaran yang
dipilih untuk uji coba ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi.
Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa/sasaran berbagai tingkat
kemampuan (pandai, sedang, kurang pandai), jenis kelamin berbeda-beda
(laki-laki, dan perempuan), berbagai usia, latar belakang.
c. Evaluasi lapangan (field evaluation)
Evaluasi lapangan (field evaluation) adalah tahap akhir dari evaluasi
formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan dilakukan kepada sekitar
30 orang dengan berbagai karakteristik seperti tingkat kepandaiannya,
kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia, sesuai dengan karakteristik
populasi. Satu hal yang perlu dihindari baik pada dua tahap evaluasi
terdahulu maupun evaluasi lapangan ini yaitu efek halo (hallo effect).
Hallo effect muncul apabila media yang dicobakan pada responden yang
salah. Maksudnya apabila kita mencobakan media kepada mereka yang
belum pernah melihat media tersebut. Jika demikian maka informasi yang
diperoleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut sehingga kurang
dapat dipercaya.

Disamping melakukan kegiatan seperti di atas, dalam mengevaluasi media


dapat juga dilakukan dengan cara berkonsultasi/mencobakannya kepada ahli
bidang studi (content expert) dan ahli media/pengkaji media (media expert).
Ahli bidang studi diharapkan akan banyak memberikan masukan kepada
pembuat media dari sisi software terutama mengenai isi/materi program.
Konsultasi kepada ahli media diharapkan akan banyak memberikan masukan
tentang software, misalnya dalam media auido kaset berkaitan dengan narasi,
musik, dan efek suara.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 122


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
5. Kriteria Penilaian
Ahli bidang studi dan ahli media dalam melakukan evaluasi perlu
mempertimbangkan kriteria penilaian/evaluasi. Kriteria penilaian dimaksud
merupakan pedoman penilai dalam melaksanakan penilaian media pendidikan
baik yang berkait dengan software (perangkat lunak) maupun hardware
(perangkat keras).
a. Kriteria Penilaian Perangkat Lunak (software) Media Pendidikan
Kriteria penilaian perangklat lunak (software) media pendidikan dibagi
menjadi dua bagian yaitu kriteria penilaian yang menyangkut fisik
perangkat lunak dan kriteria penilaian yang menyangkut isi perangkat
lunak.
b. Kriteria Penilaian Perangkat Keras (hardware) Media Pendidikan
Kriteria penilaian perangkat keras (hardware) media pendidikan dibagi
menjadi dua bagian yaitu kriteria yang bersifat umum dan kriteria
penilaian yang bersifat khusus. Kriteria umum berlaku untuk semua jenis
perangkat keras media pendidikan, seperti:
1. Praktis, kuat, dan mudah dioperasikan
2. Suku cadang mudah didapat
3. memberikan perlindungan keamanan bagi pemakai.
4. standar untuk digunakan di Indonesia
Kriteria khusus perangkat media pendidikan yang bersifat khusus
berlaku hanya untuk jenis perangkat keras yang yang bersangkutan.
Kriteria ini merupakan pedoman bagi penilai media pendidikan dalam
menilai spesifikasi teknis yang dimiliki oleh setiap perangkat keras yang
akan dinilai.
6. Objek Evaluasi Kurikulum
Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah terjadi
karena tidak mungkin orang melakukan evaluasi terhadap sesuatu yang masih
dalam pikiran teoritis, kecuali orang tersebut melakukan penelitian. Objek

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 123


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi itu sendiri. Hal ini
dimaksudkan agar apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan.
Objek evaluasi kurikulum dapat dilihat dari berbagai segi:
a. dimensi-dimensi kurikulum, mencakup dimensi rencana, dimensi kegiatan
dan dimensi hasil,
b. komponen-komponen kurikulum, mencakup tujuan, isi, proses (metode,
media, sumber lingkungan) dan evaluasi (formatif dan sumatif) dan
c. tahap-tahap pengembangan kurikulum, mencakup tahap perencanaan
(silabus dan RPP), pelaksanaan (sekolah dan di luar sekolah), monitoring
dan evaluasi.
Objek evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yatu target yang harus
dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan/topik.
b. Materi, yaitu berupa topik/pokok bahasan dan subtopik/subpokok bahasan
beserta perinciannya dlam setiap bidang studi atau mata pelajaran, materi
tersebut memiliki tiga unsur yaitu logika (benar salah, berdasarkan
prosedur keilmuan), etika (baik buruk) dan estetika (keindahan).
c. Metode pembelajaran yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran,
seperti metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah dll.
d. Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah
guru dalam menyampaikan isi materi pelajaran.
e. Sumber belajar, yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar.
f. Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga.
g. Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun
non-tes. Kriteria yang digunakan antara lain kesesuaiannya dengan
kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator: kesesuaiannya dengan
tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unsur penting dalam penilaian, aspek-
aspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta
didik, jenis dan alat penilaian.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 124


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
7. Prinsip Evaluasi Kurikulum
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka evaluasi
kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
a. Kontinuitas, artinya evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental,
karena kurikulum itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu.
b. Komprehensif, artinya objek evaluasi harus diambil secara menyeluruh
sebagai bahan evaluasi. Misalnya: jika objek evaluasi itu adalah peserta
didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi.
c. Adil dan objektif, artinya proses evaluasi dan pengambilan keputusan hasil
evaluasi harus dilakukan secara adil, yaitu keseimbangan antara teori dan
praktik, keseimbangan proses dan hasil, dan keseimbangan dimensi-
dimensi kurikulum itu sendiri.
d. Kooperatif, artinya kegiatan evaluasi harus dilakukan atas kerja sama
dengan semua pihak, seperti orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas
termasuk dengan peserta didik itu sendiri
8. Jenis-jenis Evaluasi Kurikulum
Jenis-jenis evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan
Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain kurikulum. Sasaran
utamanya adalah memberikan tahap awal dalam penyusunan kurikulum.
Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan kurikulum.
Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi
kurikulum serta keberhasilannya. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum
kurikulum disusun dan dikembangkan.
b. Evaluasi monitoring
Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah kurikulum mencapai
sasaran secara efektif, dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana
mestinya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 125


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Evaluasi dampak
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan
oleh suatu kurikulum. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria
keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan kurikulum.
d. Evaluasi efisiensi-ekonomis
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum. Untuk
itu diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang
diperlukan dalam kurikulum dengan kurikulum lainnya yang memiliki
tujuan yang sama.
e. Evaluasi program kompehensif
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kurikulum secara menyeluruh
mulai dari perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak serta
tingkat keefektifan dan efisiensi.
f. Desain Evaluasi Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik (2008), desain evaluasi kurikulum meliputi
komponen-komponen sebagai berikut:
1. Identifikasi tingkat perbuatan keputusan.
2. Menetapkan situasi-situasi keputusan bagi masing-masing tingkat dan
ketentuan: lokus, fokusnya, waktu dan susunan alternatif.
3. Merumuskan kriteria bagi setiap situasi dengan cara memerinci
variabel-variabel pengukuran dan standar dalam mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan.
4. Merumuskan kebijaksanaan untuk pelaksanaan evaluasi.
g. Pengumpulan informasi
1. Memerinci sumber-sumber informasi.
2. Memerinci instrumen dan metode pengumpulan informasi.
3. Memerinci prosedur sampel.
4. Memerinci kondisi-kondisi dan jadwal pengumpulan informasi.
h. Organisasi informasi
1. Memerinci format informasi.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 126


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2. Memerinci alat untuk koding, penyusunan, penyimpanan, dan
retrieving informasi.
i. Analisa informasi
1. Memerinci prosedur analisis.
2. Memerinci alat untuk melaksanakan analisis.
j. Laporan informasi
1. Menentukan penerima laporan.
2. Memerinci alat untuk menyampaikan informasi.
3. Memerinci format laporan.
4. Menetapkan jadwal pelaporan informasi.
k. Prosedur Evaluasi
1. Evaluasi kebutuhan
Evaluasi ini dapat dilaksanakan oleh organisasi atau administrator
tingkat pelaksana. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang
sekarang sedang disampaikan;
b. Menetapkan program yang dibutuhkan
c. Menilai (assess) data setempat berdasarkan tes buku, tes
intelegensi, dan tes sikap yang ada;
d. Menilai riset yang ada, baik setempat maupun riset tingkat nasional
yang sama atau berhubungan;
e. Menetapkan feasibility pelaksanaan program sesuai dengan
sumber-sumber yang ada (manusiawi dan materiil);
f. Mengenali masalah-masalah yang mendasari kebutuhan; dan
g. Menentukan bagaimana proyek akan dikembangkan guna
berkontruksi pada system sekolah atau sekolah setempat.
2. Evaluasi masukan (input)
Evaluasi masukan melibatkan para supervisor, konsultan, dan ahli
mata pelajaran yang dapat merumuskan pemecahan masalah.
Pemecahan masalah ini harus diihat dalam hubungannya dengan
hambatan (misalnya penerimaan pemecahan masalah tersebut) dan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 127


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
biaya ekonomi (kaitan antara biaya pemecahan masalah dengan hasil
yang diharapkan.
Jadi, evaluasi masukan menuju kearah pengembangan berbagai
strategi dan prosedur, yang dalam pembuatan keputusannya sangat
dibutuhkan informasi yang akurat. Selain itu, masukan juga mengenali
daerah permasalahan tersebut agar dapat diawasi selama
berlangsungnya implementasi.
3. Evaluasi proses
Evaluasi proses adalah sistem pengelolaan informasi dalam upaya
membuat keputusan yang berkenaan dengan ekspansi, kontraksi,
modifikasi dan klarifikasi strategi pemecahan atau penyelesaian
masalah.
Dalam hal ini, staf perpustakaan memainkan peran yang sangat
penting, karena mereka secara langsung melakukan monitoring
terhadap desain dan prosedur pelaksanaan program, serta memberikan
informasi tentang kegiatan-kegiatan program.
4. Evaluasi produk
Evaluasi ini berkenaan dengan pengukuran terhadap hasil-hasil
program dalam kaitannya dengan tercapainya tujuan. Berbagai variabel
yang diuji bergantung pada tujuan, perubahan sikap, perbaikan
kemampuan dan perbaikan tingkat kehadiran. Evaluasi yang seksama
sebaiknya meliputi semua komponen evaluasi tersebut.
Namun, seringkali dengan karena keadaan yang tidak
memungkinkan, tidak semua komponen mendapat perhatian
sepenuhnya. Administrator program harus pandai memilih aspek yang
paling penting mendapatkan perhatian intensif. Berdasarkan evaluasi
tersebut, akan diperoleh data dan informasi yang cukup valid serta
dapat dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program
perbaikan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 128


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
E. Proses Evaluasi Kurikulum
Berbagai model desain kurikulum memerlukan berbagai cara evaluasi yang
berbeda pula. Salah satu contoh model yang sering digunakan adalah desain
tujuan. Evaluasi ini terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
Pelaksanaan evaluasi internal → Rancangan revisi → Pendapat ahli →
Komentar yang dapat dipercaya → Model kurikulum.
Dalam program evaluasi ini masih terdapat perbedaan pendapat tentang
apakah ahli yang melaksanakan kurikulum harus juga ahli dalam bidang ilmu
tersebut. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa jika ahli tersebut
menpunyai kekurangan dalam teknik evaluasi kurikulum, mungkin akan
dihasilkan hal-hal yang bias. Oleh karena itu, kurikulum dan ahli disiplin ilmu
harus melakukan evaluasi bersama secara kooperatif. Meskipun demikian, ada
pula ahli yang mengemukakan empat langkah evaluasi kurikulum yang
berfokus pada tujuan, yaitu evaluasi awal, evaluasi formatif, evaluasi sumatif
dan evaluasi jangka panjang.
Dari dua macam pendapat tadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika
dikategorikan secara personal, evaluasi ini berupa evaluasi internal dan
eksternal. Evaluasi internal dilaksanakan oleh pengembang kurikulum dan
berhubungan dengan model desain kurikulum yang bertujuan untuk
memperbaiki proses pengembangan kurikulum. Tugasnya, terutama untuk
menegaskan apakah tujuan awal telah tercapai atau belum. Adapun evaluasi
eksternal dilaksanakan oleh pihak selain pengembang kurikulum, dengan cara
tes dan observasi.
Apabila dikategorikan secara sifat, terdapat dua macam evaluasi, yaitu
evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah proses ketika
pengembang kurikulum memperoleh data untuk memperbaiki dan merevisi
kurikulum agar menjadi lebih efektif. Evaluasi dituntut dilaksanakan sejak
awal dan sepanjang proses pengembangan kurikulum. Adapun evaluasi
sumatif bertujuan untuk memeriksa kurikulum, dan diadakan setelah
pelaksanaan kurikulum untuk memeriksa efisiensi secara keseluruhan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 129


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Evaluasi sumatif menggunakan teknik secara numerik dan menghasilkan
kesimpulan berupa data yang diperlikan guru dan administrasi pendidikan

F. Implementasi dan Evaluasi Kurikulum


Konsep kurikulum yang menekankan isi, memberikan perhatian besar
pada analisis pengetahuan baru yang ada, konsep situasi menuntut penilaian
secara rinci tentang lingkungan belajar dan konsep organisasi memberi
perhatian besar kepada struktur dan sekuens belajar. Perbedaan-perbedaan
dalam rancangan tersebut mempengaruhi langkah selanjutnya.
Pengembangan kurikulum yang menekankan isi, membutuhkan waktu
mempersiapkan situasi belajar dan menyatukannya dengan tujuan pengajaran
yang cukup lama. Kurikulum yang menekankan situasi, waktu untuk
mempersiapkannya lebih pendek, sedangkan kurikulum yang menekankan
organisasi waktu persiapannya hampir sama dengan kurikulum yang
menekankan isi. Meskipun demikian perhatian harus cukup banyak dipusatkan
pada struktur konsep yang tidak tampak dari pada anakisi tujuan yang tampak.
Model evaluasi kaitannya dengan teori kurikulum. Perbedaan konsep dan
strategi pengembangan dan penyebaran kurikulum, juga menimbulkan
perbedaan dalam rancangan evaluasi. Model evaluasi yang bersifat komparatif
menekankan pada objektif sangat sesuai bagi kurikulum yang bersifat rasional
dan menekankan isi. Dalam kurikulum yang menekankan situasi sukar disusun
evaluasi yang bersifat komparatif, karena konteksnya bukan terhadap guru
atau satutujuan, tetapi terdapat banyak tujuan.
Pada kurikulum yang menekankan organisasi, tugas evaluasi lebih sulit
lagi, karena isi dan hasil kurikulum bukan hal yang utama, yang utamanya
adalah aktivitas dan kemampuan siswa. Salah satu pemecahan bagi masalah ini
adalah dengan pendekatan yang bersifat eklektik seperti dalam proyek
kurikulum Humaniti dari CARE. Dalam proyek itu dicari perbandingan materi
antara proyek yang menggunakan guru yang terlatih dengan yang tidak
terlatih, dalam evaluasinya juga diteliti pengaruh umum dari proyek, dengan
cara mengumpulkan bahan-bahan secara studi kasus dari sekolah-sekolah

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 130


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
proyek. Meskipun pendekatan perbandingan banyak memberikan hasil yang
berharga, tetapi meminta waktu terlalu banyak dari para evaluator. Dalam
perkembangan selanjutnya ternyata, bahan-bahan dari hasil studi kasus
memberikan hasil yang lebih berharga bagi evaluasi kurikulum.
Model evaluasi kurikulum berkaitan erat dengan dengan konsep
kurikulum yang digunakan, seperti model pengembangan dan penyebaran
dihasilkan oleh kurikulum yang menekankan isi. Evaluasi kurikulum yang
bebas tujuan dalam kebanyakan kurikulum bukan merupakan slah satu
alternatif evaluasi tetapi merupakan satu-satunya prosedur evaluasi yang
paling memungkinkan.
1. Peranan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi
sosial. Proyek evaluasi yang dikembangkan di Inggris umpamanya, juga di
Negara lain, merupakan institusi sosial mempunyai asal-usul, sejarah, struktur
serta interest sendiri. Beberaoa karakteristik dari proyek-proyek kurikulum
yang telah dikembangkan di Inggris, umpamanya
5. Lebih berkenaan dengan inovasi daripada kurikulum yang ada,
6. Lebih berskala nasional daripada local,
7. Dibiayai oleh Grant dari luar yang berjangka pendek daripada oleh
anggapan tetap,
8. Lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat
psikometris daripada oleh kebiasaan lama yang berupa penelitian sosial.
Peranan evaluasi kebijaksanaan dalam kurikulum khususnya pendidikan
umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu:
1. Evaluasi sebagai Moral Judgement.
Konsep utama dalam evaluasi adalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi
berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini
mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi suatu skala nilai
moral, berdasarkan skala tersebut objek evaluasi dapat dinilai. Kedua,
evaluasi berisi suatu perangkat criteria praktis berdasarkan criteria-kriteria
tersebut suatu hasil dapat dinilai.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 131


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Evaluasi bukan merupakan suatu proses tunggal, minimal meliputi dua
kegiatan, pertama mengumpulkan informasi dan kedua menentukan
keputusan. Kegiatan yang pertama mungkin juga mengandung segi-segi
nilai(terutama dalam memilih sumber informasi dan jenis informasi yang
akan dikumpulkan), tetapi belum menunjukkan suatu evaluasi. Dalam
kegiatan yang kedua yaitu menentukan keputusan menunjukkan evaluasi,
dasar pertimbangan digunakan adalah suatu perangkat nilai-nilai.
Dalam evaluasi kurikulum salah satu hal yang sering menjadi inti
perdebatan antara para ahli adalah pemisahan antara pengumpulan dan
penyusunan informasi dengan penentuan keputusan.
Pemisahan antara pengumpulan informasi dengan penentuan keputusan
merupakan merupakan salah satu karakteristik institusional, hal ini
dipengaruhi oleh kebiasaan pemisahan pekerjaan administrator dan
peneliti. Dalam pendidikan perbedaan formal tersebut tidak ada,
pengumpulan data adalah pengambilan keputusan juga.
2. Evaluasi dan Penentuan keputusan.
Siapa mengambil keputusan dalam pendidikan atau khususnya dalam
pelaksanaan kurikulum. Pengambil keputusan dalam pelaksanaan
pendidikan atau kurikulum banyak, yaitu: guru, murid, orang tua, kepala
sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dll. Siap diantara mereka
yang memegang peranan paling besar dalam penentuan keputusan. Pada
prinsipnya tiap individu di atas membuat keputusan sesuai dengan
porsinya. Besar atau kecilnya peranan keputusan yang diambil seseorang
sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya seta lingkup masalah yang
dihadapinya suatu saat.
lain halnya dengan keputusan yang diambil oleh seorang guru, ia
mengambil keputusan bagi kepentingan seseorang. Demikian juga lingkup
keputusan yang diambil oleh kepala sekolah, inspektur, pengembang
kurikulum dsb berbeda-beda. Jadi tiap pengambil keputusan dalam proses
evaluasi memegang posisi nilai yang berbeda, sesuai dengan posisinya.
3. Evaluasi dan konsensus nilai.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 132


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Dalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan evaluasi
kurikulum sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang yang turut
terlibat dalam kegiatan penilaian atau evaluasi.
Secara historis konsensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal dari
tes mental serta eksperimen. konsensus tersebut berupa kerangka kerja
penelitian, yang dipusatkan pada tujuan khusus, pengukuran prestasi
belajar yang bersifat behavioral, penggunaan analisis statistik dari pre test
dan post test dll. Model penelitian diatas merupakan suatu social
engineering dalam pendidikan. Dalam model penelitian tersebut
keseluruhan kegiatan dapat digambarkan dalam suatu flow chart yang
merumuskan secara operasional input (pre test) cara-cara serta output (post
test).
Model diatas mendapatkan beberapa kritik, tetapi kritik atau kesulitan
tersebut yang paling utama adalah dalam merumuskan tujuan khusus yang
dapat diterima oleh seluruh partisipan evaluasi kurikulum serta
perencanaan kurikulum. Jadi diantara partisipan harus ada persetujuan
tentang tujuan-tujuan mana yang paling penting.
Selain harus terdapat konsensus tentang tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, dalam penggunaan model diatas juga harus ada konsensus tentang
siapa diantara partisipan tersebut yang terlibat secar langsung. Tanpa
adanya persetujuan tentang hal-hal tersebut maka sukar untuk dapat
menyusun flow chart yang definitif. Model sistem approach atau model
social engineering bersifat goal based evaluation, karena bertitik tolak dari
tujuan-tujuan khusus. Karena model ini mempunyai beberapa keberatan,
maka berkembang model evaluasi lain yang lebih bersifat goal free
evaluation.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 133


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
G. Model-Model Evaluasi Kurikulum
1. Evaluasi Hasil Penelitian
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan
atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan. Tes psikologis
atau tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes
intelegensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes
hasil belajar yang mengukur perilaku skolastik.
Comparative approach dalam evaluasi. Salah satu pendekatan dalam
evaluasi yang menggunakan eksperiman lapangan adalah mengadakan
pembandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya yang
menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama belajar
membaca dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode
unsur. Kelompok mana yang lebih baik atau lebih berhasil? Apakah
keberhasilan metode tersebut dapat ditransfer ke metode yang lain? Rancangan
penelitian lapangan ini membutuhkan persiapan yang sangat teliti dan rinci.
Besarnya sampel, variabel yang terkontrol, hipotesis, treatment, tes hasil
belajar dan sebagainya perlu dirumuskan secara tepat dan rinci.
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut.
Pertama, kesulitan administrative, sedikit sekali sekolah yang bersedia
dijadikan sekolah eksperimen. kedua, masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan
menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok yang diuji. Ketiga,
sukar untuk mencampurkan guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen
dengan kelompok control, pengaruh guru-guru tersebut sulit dikontrol.
Keempat, ada keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat
dilakukan.
2. Evaluasi Model Objektif
Evaluasi model ini berasal dari Amerika Serikat. Perbedaan model objektif
dengan model komparatif adalalah dalam dua hal. Pertama dalam model
objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat pentingdari proses
pengembangan kurikulum. Para evaluator juga mempunyai peranan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 134


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
menghimpun pendapat orang luar tentang inovasi kurikulum yang
dilaksanakan.
Evaluasi dilakukan pada akhir pengembangan kurikulum, kegiatan
penilaian ini sering disebut evaluasi sumatif. Dalam hal-hal tertentu sering
evaluator bekerja sebagai bagian dari tim pengembang. Informasi yang
diperoleh dari hasil penilaiannya digunakan untuk penyempurnaan inovasi
yang sedang berjalan.
Evaluasi ini sering disebut evaluasi formatif. Kedua, kurikulum tidak
dibandingkan dengan kurikulum lain tapi dukur dengan seperangkat objektif.
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum dukur oleh penguasaan siswa akan
tujuan-tujuan tersebut. Para pengembang kurikulum yang menggunakan yang
menggunakan sistem instruksional menggunakan standar pencapaian tujuan–
tujuan tersebut. Tujuan dari comparative approach adalah menilai apakah
kegiatan yang dilakukan kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok
kontrol.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang
model objektif:
a. Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum.
b. Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
c. Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut.
d. Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.
Tes untuk mengukur prestasi belajar anak merupakan bagian integral dari
kurikulum. Tiap butir tes berkenaan dengan ketrampilan, unit atau tingkat
tertentu dari tujuan khusus. Untuk mengikuti program pendidikan siswa harus
mengambil dulu tes penempatan, untuk menentukan dimana mereka harus
memulai belajar. Kemajuan siswa dimonitor oleh guru dengan memberikan tes
yang mengukur tingkat penguasaan tujuan khusus melalui pre test dan post
test.
3. Model Campuran Multivariasi
Evaluasi campuran multivariasi yaitu strategi evaluasi yang menyatukan
unsure-unsur dari kedua pendekatan tersebut. Strategi ini memungkinkan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 135


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
pembandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan
tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus dari masing-masing
kurikulum.
Langkah-langkah model multivariasi tersebut adlah sebagai berikut:
a. Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/diteliti
b. Pelaksanaan program. Bila tidak ada percampuran sekolah tekanannya
pada partisipasi yang optimal.
c. Sementara tim menyususn tujuan yang meliputi semua tujuan dari
pengajaran mpamanya dengan metode global dan merode unsure, dan
dapat disiapkan tes tambahan.
d. Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah
pekerjaan komputer.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 136


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
H. DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011). Konsep dan Model pengembangan Kurikulum.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. (2008). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana,. (2002). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.


Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sukmadinata, Nana S. (2011). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Taufiq, Amir. (2011). Manajemen Strategi: Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Tisnawati, & Kurniawan S. (2008). Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada


Media Group.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 137


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
BAB V
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP)

A. Pengertian KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, satuan pendidikan
dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurrikulum disusun oleh satuan pendidikan
untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah (Rusman, 2009: 471).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum di
Indonesia yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengembang
kurikulum di tingkat satuan pendidikan. KTSP merupakan kurikulum
berorientasi pada pencapaian kompetensi, oleh sebab itu kurikulum ini
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang
kita kenal dengan KBK (kurikulum 2004). Ini dapat dilihat dari unsur yang
melekat pada KTSP itu sendiri, yakni adanya standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta adanya prinsip yang sama dalam pengelolaan
kurikulum yakni yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS).
Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat kita lihat dari Standar Isi
(SI) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yang
selanjutnya SI dan SKL itu harus dijadikan salah satu rujukan dalam
pengembanagan kurikulum di setiap satuan pendidikan, sedangkan KBS
merupakan salah satu prinsip pengembangan yang dirancang untuk
memberdayakan daerah dan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengelola serta menilai proses dan hasil pembelajaran sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan serta daerah di mana sekolah itu berada.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 138


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, lahir dari semangat otonomi
daerah, dimana urusan pendidikan tidak semuanya tanggung jawab pusat, akan
tetapi sebagian menjadi tanggung jawab daerah, oleh sebab itu dilihat dari pola
atau model pengembangannya, KTSP merupakan salah satu model kurikulum
yang bersifat desentralistik.
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, Ayat 15), dijlaskan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan (Sanjaya, 2008: 128). Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Dari konsep diatas, ada beberapa hal yang berhubungan dengan makna
kurikulum operasional. Pertama, sebagai kurikulum yang bersifat operasional,
maka dalam pengembangannya, KTSP tidak akan lepas dari ketetapan-
ketetapan yang telah disusun pemerintah nasional. Artinya, walaupun daerah
diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum akan tetapi kewenangan
itu hanya sebatas pada pengembangan operasionalnya saja, sedangkan yang
menjadi rujukan pengembangannya itu sendiri ditentukan oleh pemerintah,
misalnya jenis mata pelajaran beserta jumlah jam pelajarannya, isi dari setiap
mata pelajaran itu itu sendiri, serta kompetensi yang harus dicapai oleh setiap
mata pelajaran itu.
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 1, yang menjelaskan bahwa
pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk
mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional. Daerah dalam menentukan isi
pelajaran terbatas pada pengembangan kurikulum muatan lokal, yakni
kurikulum yang memiliki kekhasan sesuai dengan kebutuhan daerah, serta
aspek pengembangan diri yang sesuai dengan minat siswa. Jumlah jam
pelajaran kedua aspek tersebut ditentukan oleh pemerintah.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 139


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Kedua, sebagai kurikulum operasional, para pengembang KTSP, dituntut
dan harus memerhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan bunyi Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 Ayat 2, yakni bahwa kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Persoalan ini
penting untuk dipahami, akan tetapi dalam operasional pembelajarannya yang
direncanakan dan dilakukan oleh guru dan pengembang kurikulum tidak
terlepas dari keadaan dan kondisi daerah. Misalnya, ketika standar isi
mengharuskan siswa mempelajari masalah transportasi, maka para
pengembang KTSP di suatu daerah akan berlainan dengan daerah lain.
Pengembang KTSP di Jawa misalnya akan mengembangkan isi kurikulum
tentang trasportasi darat; sedangkan di Kalimantan akan banyak membahas
transportasi air/sungai. Dengan demikian, walaupun topik yang dikaji mungkin
sama secara nasional akan tetapi materi/isi dari topik tersebut mungkin akan
lain.
Ketiga, sebagi kurikulum operasional, para pengembang kurikulum di
daerah memiliki keleluaasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi unit-
unit pelajaran, misalnya dalam mengembangkan strategi dan metode
pembelajaran, dalam menentukan media pembelajaran dalam menetukan
evaluasi yang dilakukan termasuk dalam menentukan berapa kali pertemuan
dan kapan suatu topik materi harus dipelajari siswa agar kompetensi dasar
yang telah ditentukan dapat tercapai.

B. Karakteristik KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang
disusun di tingkat satuan pendidikan sehingga mempunyai karakteristik yang
membedakan dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Adapun karakteristik
dari KTSP, yakni:
1. KTSP Menggunakan Empat Desain Kurikulum Sekaligus
Adapun empat desain kurikulum tersebut, di antaranya:
a. Desain Kurikulum Disiplin Ilmu

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 140


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Dilihat dari desainnya, KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada
disiplin ilmu. Hal ni dapat dilihat dari
1. struktur program KTSP yang memuat sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata pelajaran yang harus
dipelajari itu selain sesuai dengan nama-nama disiplin ilmu juga
ditentukan jumlah jam pelajarannya;
2. kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran.
b. Desain Kurikulum Berorintasi pada Masyarakat
Tujuan dari sekolah yaitu melayani kebutuhan masyarakat. Oleh karena
itu, kebutuhan masyarakat harus dijadikan salah satu dasar dalam
pengembangan kurikulum. KTSP merupakan kurikulum yang berorientasi
pada masyarakat. Hal itu terlihat dari:
a. Salah satu prinsip pengembangannya adalah relevan dengan kebutuhan
kehidupan.
b. Acuan operasional penyusunan KTSP memperhatikan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat dan kesetaraan gender.
c. Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa
Pendidikan diselenggarakan untuk membantu anak didik. Oleh
karenanya, pendidikan tidak boleh terlepas dari kehidupan anak didik.
Kurikulum yang berorientasi pada siswa menekankan siswa sebagai
sumber isi kurikulum. Hal itu tampak pada salah satu prinsip
pengembangan KTSP yaitu berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
d. Desain Kurikulum Teknologis
Model desain kurikulum teknologi difokuskan pada efektivitas
program, metode, dan bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan.
Desain instruksional menekankan pada pencapaian tujuan yang mudah
diukur, aktivitas, tes, dan pengembangan bahan ajar. KTSP merupakan
kurikulum teknologis, hal ini dapat dilihat dari adanya standar kompetensi,

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 141


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan menjadi indikator hasil
belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai.
2. KTSP Berorientasi pada Pengembangan Individu
Prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP menekankan pada aktivitas
siswa untuk mencari dan menemukan materi pelajaran melalui berbagai
pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan, demikian juga secara
tegas dalam struktur kurikulum terdapat komponen pengembangan diri.
3. KTSP adalah Kurikulum yang Mengakses Kepentingan Daerah
Salah satu acuan operasional penyusunan KTSP yaitu keragaman potensi
dan karakteristik daerah dan lingkungan. KTSP disusun dengan
memperhatikan bahwa daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan
keragaman karakteristik.
4. KTSP Memberikan Otonomi yang Luas kepada Sekolah atau Satuan
Pendidikan dalam Penyusunan, Pengembangan serta Pelaksanaannya
Dilihat dari pengertian KTSP tersebut, terlihat jelas bahwa sekolah (satuan
pendidikan) mempunyai otonomi yang luas baik pada penyusunan,
pengembangan maupun pelaksanaannya. Hali ini diperkuat lagi dengan acuan
operasional penyusunan KTSP harus memperhatikan karakteristik satuan
pendidikan.
Menurut Mulyasa (2007: 179-180), terdapat 4 karakteristik KTSP. Di
antaranya sebagai berikut:
1. Pemberian Otonomi Luas kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
KTSP merupakan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan,
disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan kondisi setempat.
2. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
Dalam KTSP pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi
masyarakat, orang tua, peserta didik yang tinggi dan masyarakat tidak
hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui
komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan
program-program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 142


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Dalam KTSP pengembangan dan pelaksanaan kurikulum didukung
oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional.
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksanaan kurikulum
merupakan orang yang memiliki kemampuan dan integritas professional.
4. Tim Kerja yang Kompak dan Transparan
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan
pembelajaran didukung oleh kinerja tim yang kompak dan transparan dari
berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan, dalam dewan pendidikan
dan komite sekolah,misalnya pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara
harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan
suatu “sekolah yang dapat dibanggakan” oleh semua pihak.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memungkinkan
berkurangnya materi pembelajaran yang banyak dan padat, tersusunnya
perangkat standar dan patokan kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta
didik, berkurangnya beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan
beban belajar siswa yang selama ini sangat berat, serta terbukanya
kesempatan bagi sekolah untuk mengembangkan kemandirian sesuai
dengan kondisi yang ada di sekolah. Sebagai sebuah konsep dan program,
KTSP memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap,
dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil
dan mandiri.
2. KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
3. penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
4. sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 143


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
5. penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi (Kunandar 2007: 138).
Dalam KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Guru sendiri yang harus menentukan indikator dan materi pokok
pelajaran, disesuaikan dengan situasi daerah dan minat peserta didik.
Dalam KBK 2004 dideskripsikan kompetensi dasar, dijabarkan indikator,
dan bahkan dipetakan pula materi pokok pelajaran. Oleh karena itu, dalam
mengimplementasikan KTSP di sekolah (kepala sekolah dan guru)
diberikan otonomi yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum
dengan tetap memperhatikan karakteristik KTSP, karena masing-masing
sekolah dipandang lebih tahu tentang kondisi satuan pendidikannya.
Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di sekolah sangat
bergantung pada kepala sekolah dan guru, karena dua figur tersebut
merupakan kunci yang menentukan dan menggerakkan berbagai
komponen di lingkungan sekolah. Setiap sekolah dapat mengelola dan
mengembangkan berbagai potensinya secara optimal dalam kaitannya
dengan implementasi KTSP.

C. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan. Seperti yang kita ketahui, dalam model
pengelolaan kurikulum yang sentralistis seperti kurikulum-kurikulum yang
pernah berlaku di Indonesia seluruh keputusan pengembangan kurikulum
diatur dan ditentukan secara terpusat.
Sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan secara nasional hanya berperan
sebagai pelaksana kurikulum itu sendiri. Guru-guru tidak memiliki kesempatan
untuk mengembangkan kurikulum baik dalam tataran ideal maupun dalam
tataran operasional, selain melaksanakan kurikulum yang sudah jadi.
Akibatnya, apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya di

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 144


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
setiap sekolah/daerah adalah sama. Oleh karena itulah, dalam proses
pengembangan kurikulum setiap unsur sekolah menjadi pasif.
Namun, KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk
berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum. Dengan demikian,
kurikulum yang dikembangkan di setiap satuan pendidikan akan menjadi lebih
bermakna untuk mempersiapkan anak didik menjadi anggota masyarakat yang
berguna mengembangkan potensi daerahnya.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan
sumber daya yang tersedia
Kemandirian setiap sekolah dalam mengggali dan memanfaatkan
potensi dan sumber daya akan menentukan kualitas sekolah yang
bersangkutan. KTSP sebagai kurikulum operasional memberikan
kesempatan kepada setiap sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan daerah dan sesuai dengan karakteristik sekolah.
Untuk itulah sekolah dituntut melakukan inisiatif dalam menggali
secara mandiri berbagai potensi dan sumber daya untuk mendukung
program sekolah termasuk kurikulum yang dikembangkannya. Dengan
demikian, setiap komponen sekolah baik kepala sekolah maupun guru-
guru dituntut untuk lebih aktif dan kreatif melakukan berbagai upaya agar
semua kebutuhan sekolah terpenuhi.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama
Sebagai kurikulum operasional, KTSP menuntut keterlibatan
masyarakat secara penuh, sebab tanggung jawab pengembangan kurikulum
tidak lagi berada di pemerintah, akan tetapi disekolah, sedangkan sekolah
akan berkembang manakala ada keterlibatan masyarakat.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 145


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Melalui KTSP diharapkan setiap sekolah atau satuan pendidikan akan
berlomba dalam menyusun program kurikulum sekaligus berlomba dalam
mengimplementasikannya. Dengan demikian, akan tercipta persaingan
antar sekolah menuju pencapaian kualitas pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP
merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan
otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan perubahan masyarakat
dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi
diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan
dalam mengelola sumber daya, sember dana, sumber belajar dan
mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap
terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang
diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni
sekolah satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar,
di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan
masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efesiensi, dan
pemarataan pendidikan.
KTSP merupakan salah wujud reformasi pendidikan yang memberikan
otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan masing-masing.
Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan
potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah,
menawarkan partisipasi langsung kolompok-kelompok terkait, dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap khususnya kurikulum.
Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full autority and responsibility”
dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi dan
misi dan tujuan satuan pandidikan. Untuk mewujudkan visi dan misi, dan
tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi,

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 146


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan
pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta
mempertanggung-jawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini merupakan
lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah
setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah
(DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan,
perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah
yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-
ketentuan tentang yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu
merumuskan dan memetapkan visi dan misi dan tujuan sekolah dengan
berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional
untuk mencapai tujuan sekolah.

D. Dasar Penyusunan KTSP


Pengembangan KTSP didasarkan pada dua landasan pokok, yakni landasan
empiris dan landasan formal.
1. Landasan Empiris
a. Adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat
dari sudut proses maupun hasil belajar
Dari sudut proses misalnya pendidikan kita kurang mampu
mengembangkan peserta didik secara utuh. Proses pendidikan
cenderung berorientasi hanya pada pengembangan kognitif atau
pengembangan intelektual, sedangkan pengembangan sikap dan
psikomotor cenderung terabaikan.
Melalui KTSP sebagai kurikulum yang berorientasi pada
pencapaian kompetensi mendorong proses pendidikan tidak hanya
terfokus pada pengembangan intelektual saja, tetapi juga pembentukan
sikap dan keterampilan secara seimbang yang dapat direfleksikan
dalam kehidupan nyata.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 147


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Indonesia adalah negara yang sangat luas yang memiliki
keragaman sosial budaya dengan potensi dan kebutuhan yang
berbeda
Selama ini kurikulum yang bersifat sentralistis cenderung
mengabaikan potensi dan kebutuhan daerah yang berbeda itu.
Akibatnya, lulusan pendidikan tidak sesuai dengan harapan dan
kebutuhan daerah dimana siswa tinggal.
KTSP sebagai kurikulum yang cenderung bersifat desentralistik
memiliki prinsip berorientasi pada kebutuhan dan potensi daerah.
Artinya, keanekaragaman daerah baik dilihat dari sosial, budaya dan
kebutuhan harus dijadikan pertimbangan dalam proses penyusunan dan
pengembangan kurikulum.
c. Selama ini peran sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum bersifat pasif
Sekolah hanya berfungsi untuk melaksanakan kurikulum yang
disusun oleh pusat, yang kemudian berimbas pada kurangnya peran
dan tanggung jawab masyarakat dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan program sekolah.
KTSP sebagai bentuk kurikulum desentralistik menuntut peran
aktif masyarakat, sebab KTSP disusun dan dirancang oleh sekolah dan
masyarakat, sehingga berbagai keputusan sekolah tentang
pengembangan kurikulum beserta pengimplementasiannya menjadi
tanggung jawab masyarakat.
2. Landasan Formal (Yuridis)
Yang menjadi landasan formal, KTSP disusun dalam rangka memenuhi
amanat yang tertuang dalam:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 148


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang
Pelaksanaan PP di atas.
Secara teknis, penyusunan KTSP berpedoman pada panduan yang disusun
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Terdapat sejumlah pasal
yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan penyusunan
KTSP dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, maupun Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional, yaitu:
a. Pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat 19; Pasal 18 ayat 1, 2, 3, dan 4; Pasal 32 ayat 1, 2, dan 3;
Pasal 35 ayat 2; Pasal 36 ayat 1, 2, 3, dan 4; Pasal 37 ayat 1, 2, dan 3; Pasal
38 ayat 1 dan 2. Bunyi pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2003 yang terkait dengan penyusunan KTSP, di antaranya:
a. Pasal 1 Ayat 19
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
b. Pasal 18
1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan.
3. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
madr/asah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan
madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 149


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
4. Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), (2), dan (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
c. Pasal 32
1. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mentl, sosial, dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
2. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang
terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan
tidak mampu dari segi ekonomi.
3. Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan
pendidikan layanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
d. Pasal 35 Ayat 2
Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan.
e. Pasal 36
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik
3. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memerhatikan:
a. Peningkatan iman dan takwa,
b. Peningkatan akhlak mulia,
c. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik,

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 150


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan,
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional,
f. Tuntutan dunia kerja,
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
h. Agama,
i. Dinamika perkembangan global,
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
4. Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), (2), dan (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
f. Pasal 37
1. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
a. Pendidikan agama,
b. Pendidikan kewarganegaraan,
c. Bahasa,
d. Matematika,
e. Ilmu pengetahuan alam,
f. Ilmu pengetahuan sosial,
g. Seni dan budaya,
h. Pendidikan jasmani dan olahraga,
i. Keterampilan/kejuruan,
j. muatan lokal.
2. Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a. pendidikan agama,
b. pendidikan kewarganegaraan,
c. bahasa.
3. Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
g. Pasal 38
1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan
menengah ditetapkan oleh pemerintah.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 151


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan
dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi
dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota
untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
b. Pasal-pasal Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
Pasal 1 ayat 5, 13, 14, dan 15; Pasal 5 ayat 1 dan 2; Pasal 6 ayat 6;
Pasal 7 ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8; Pasal 8 ayat 1, 2, dan 3; Pasal 10 ayat
1, 2, dan 3; Pasal 11 ayat 1, 2, 3, dan 4; Pasal 13 ayat 1, 2, 3, dan 4; Pasal
14 ayat 1, 2, dan 3; Pasal 16 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5; Pasal 17 ayat 1 dan 2;
Pasal 18 ayat 1, 2, dan 3; Pasal 20.
Bunyi pasal-pasal dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
yang terkait dengan penyusunan KTSP, di antaranya:
a. Pasal 1
Ayat 5: Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi
tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ayat 13: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ayat 14: Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang
ditetapkan dalam peraturan pemerintah ini untuk dijadikan pedoman
dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
pada setiap satuan pendidikan.
Ayat 15: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 152


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Pasal 5
1. Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
2. Standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangka
dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.
c. Pasal 6 Ayat 6
Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kelompok mata pelajaran estetika;
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
d. Pasal 7
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada
SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs./SMPLB/Paket B,
SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,
estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.
2. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada
SD/MI/SDLB/ Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan
pendidikan jasmani.
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SD/MI/SDLB/ Paket A, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 153


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan.
4. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan
komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.
5. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMA/MA/SMALB/Paket C, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta
muatan lokal yang relevan.
6. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi
informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.
7. Kelompok mata pelajaran estetika pada SD/MI/SDLB/Paket A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C,
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan,
dan muatan lokal yang relevan.
8. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan pada
SD/MI/SDLB/ Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan
pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu
pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 154


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
e. Pasal 8
1. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan
dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingat dan/atau semester
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
2. Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
f. Pasal 10
1. Beban belajar untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
menggunakan jam pembelajaran setiap minggu setiap semester
dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur, sesuai kebutuhan dan ciri khas masing-
masing.
2. MI/MTs/MA atau bentuk lain yang sederajat dapat menambahkan
beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian sesuai dengan
kebutuhan dan ciri khasnya.
3. Ketentuan mengenai beban belajar, jam pembelajaran, waktu
efektif tatap muka, dan persentase beban belajar setiap kelompok
mata pelajaran ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan
usulan BSNP.
g. Pasal 11
1. Beban belajar untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang
sederajat dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS).
2. Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk
lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori standar
dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester
3. Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk
lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri
dinyatakan dalam satuan kredit semester.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 155


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
4. Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang
menerapkan sistem SKS ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usul dari BSNP.
h. Pasal 13
1. Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang
sederajat, SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat,
SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan
pendidikan kecakapan hidup.
2. Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan
akademik, dan kecakapan vokasional.
3. Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata
pelajaran pendidikan estetika, atau kelompok mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
4. Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
(2), dan (3) dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang
sudah memperoleh akreditasi.
i. Pasal 14
1. Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang
sederajat dan kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain
yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan
lokal.
2. Pendidikan berbasis keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 156


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan
kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
3. Pendidikan berbasis keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) dapat diperoleh peserta didik dari satuan
pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan
nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
j. Pasal 16
1. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang
disusun oleh BSNP.
2. Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi sekurang-
kurangnya:
a. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk
SD/MI/ SDLB/SMP/MTs/SMPLB/SMA/MA/SMALB, dan
SMK/MAK pada jalur pendidikan formal kategori standar;
b. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk
SD/MI/ SDLB/SMP/MTs/SMPLB/SMA/MA/SMALB, dan
SMK/MAK pada jalur pendidikan formal kategori mandiri
3. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah keagamaan berpedoman pada
panduan yang disusun oleh BSNP.
4. Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berisi sekurang-
kurangnya model-model kurikulum satuan pendidikan keagamaan
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
5. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (4) sekurang-kurangnya meliputi
model kurikulum tingkat satuan pendidikan apabila menggunakan
sistem paket dan model kurikulum tingkat satuan pendidikan
apabila menggunakan sistem kredit semester.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 157


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
k. Pasal 17
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs./SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK/MK atau bentuk
lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya
masyarakat setempat, dan peserta didik.
2. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan, di bawah supervisi Dinas Kabupaten/Kota
yang bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SD,SMP,SMA
dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di
bidang agama untuk MI/MTs./MA dan MAK.
l. Pasal 18
1. Kalender pendidikan/kalender akademik mencakup permulaan
tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif,
dan hari libur.
2. Hari libur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk
jeda tengah semester selama-lamanya satu minggu dan jeda antar
semester.
3. Kalender pendidikan/akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk setiap satuan pendidikan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri.
m. Pasal 20
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 158


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
E. Komponen KTSP
Berdasarkan panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh BSNP, KTSP
memiliki 4 komponen (Sanjaya, 2008: 143), yaitu:
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
mengacu pada tujuan umum pendidikan yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
26 (Sanjaya, 2008: 143), yaitu:
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2. Struktur Program dan Muatan Kurikulum
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai
berikut:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Kelompok mata pelajaran estetika;
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Muatan KTSP meliputi sejumlah pelajaran yang keluasan dan
kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan
pendidikan. Selain itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri
termasuk ke dalam isi kurikulum. Muatan lokal merupakan kegiatan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 159


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
ekstrakulikuler untuk mengembangkan potensi sesuai karakteristik daerah.
Sedangkan kegiatan pengembangan diri bertujuan untuk memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, dan potensi yang dimiliki sesuai dengan kondisi sekolah.
a. Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing satuan
pendidikan tertera dalam struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar
Isi.
b. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kulikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh
satuan pendidikan.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran sehingga satuan pendidikan
harus mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk
setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan (Khaerudin, 2007: 85).
Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan
lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan
dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
c. Pengembangan Diri
Pengembangan diri bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat peserta didik sesuai denga kondisi
sekolah. Kegiatan ini difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru
atau tenaga kependidikan lainnya yang memiliki kemampuan khusus.
Pengembangan diri dapat dilakukan di luar jam pelajaran terstruktur,
misalnya dalam kegiatan ekstrakulikuler.
Di samping itu, kegiatan pengembangan diri juga dapat dilakukan
dalam bentuk bimbingan dan konseling. Pengembangan diri untuk sekolah

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 160


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
menengah kejuruan diarahkan untuk membangun dan mengembangkan
kreativitas setiap siswa.
d. Pengaturan Beban Belajar
Jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan
menggunakan sistem paket atau kredit semester, keduanya dipilih
berdasarkan jenjang dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan.
SD sederajat menggunakan program pendidikan sistem paket, SMP
sederajat menggunakan sistem kredit semester.
Sistem paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang
siswanya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban
belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur
yang berlaku pada suatu satuan pendidikan. SD sederajat (35 menit), SMP
sederajat (40 menit), SMA sederajat (45 menit).
Sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program
pendidikan yang siswanya menentukan sendiri beban belajar dan mata
pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Satu SKS
meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur
dan satu jam kegiatan mandiri tak terstruktur.
Pengaturan beban ajar disini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, baik kategori standar
maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.
2. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan
oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/ MAK kategori standar.
3. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
4. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket
dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.
Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat
pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 161


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban yang tetap. Satuan
pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam
pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik
dalam mencapai kompetensi.
5. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0%-40%,
SMP/MTs/SMPLB 0%-50%, dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0%-
60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan
kebutuhan pesrta didik dalam mencapai kompetensi.
6. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah
setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah
setara dengan satu jam tatap muka.
7. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK
yang menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut:
a. Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20
menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
b. Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap
muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
e. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator berkisar 0-100%. Kriteria ideal
ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan rata-rata siswa serta kemampuan sumber daya
pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
f. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria
kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 162


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Menurut PP 19/2005 Pasal 72 Ayat 1, siswa dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
1. Menempuh dan menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
2. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan
kesehatan.
3. Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Lulus ujian Nasional.
g. Penjurusan
Dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan serta
prasyarat standar nilai minimum penjurusan yang telah ditentukan oleh
pihak instansi sekolah dan direktorat teknis terkait.
3. Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidkan kecakapan hidup adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB,
SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup yang
mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik
dan/atau kecakapan vokasional.
b. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari
pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang
direncanakan secara khusus.
c. Pendidikan kecakan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan
pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain
dan/atau nonformal.
4. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
Pendiidkan berbasis keunggulan local dan global adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global merupakan pendidikan
yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 163


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi dan lain-lain yang semuanya bermanfaat bagi
perkembangan peserta didik.
b. Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan
pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan lokal dapat merupakan bagian
dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan
lokal.
d. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat diperoleh siswa
dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah
memperoleh akreditasi.
5. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender
pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan
peserta didik dan masyarakat, dengan memerhatikan kalender pendidikan
sebagaimana yang dimuat dalam standar isi.
6. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dasar ke dalam materi
pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian. Berdasarkan silabus yang telah disusun guru bisa
mengembangkannya menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswanya

F. Prinsip Pengembangan KTSP


KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya sesuai dengan kelompok
atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan
atau kantor Departemen Agama Kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah.
Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada
panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memerhatikan
pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 164


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan
berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang
disusun oleh BSNP. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Berpusat pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan
Peserta Didik dan Lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan pada prinsip bahwa peserta
didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan kompetensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
kakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan,
serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi dan jender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum,
muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam
keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar komponen.
c. Tanggap Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh
karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 165


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan masyarakatan, dunia usaha
dan kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan
keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan,
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan derah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
Tunggal Ika dalam kerangka NKRI.
Disamping itu, dalam mengimplementasikan KTSP juga harus
memerhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan (Sanjaya, 2008: 140),
diantaranya sebagai berikut:
a. Peningkatan Iman dan Takwa serta Akhlak Mulia
KTSP dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Oleh karena itu, pembentukan keimanan, ketakwwaan serta
pembentukan akhlak mulia harus menjadi dasar dalam pengembangan
kurikulum beserta implementasinya. Dengan demikian, maka seluruh

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 166


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
mata pelajaran yang disusun serta pengalamaan belajar yang diberikan
pada anak didik semuanya diarahkan untuk membentuk keimanan,
ketakwaan serta pembentukan watak yakni pembentukan akhlak mulia.
2. Pengembangan Potensi, Kecerdasan dan Minat Sesuai dengan
Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik
Peserta didik bukanlah benda mati, akan tetapi individu yang
memiliki potensi, kecerdasan, kemampuan dan minat yang berbeda. Di
samping itu juga peserta didik bukanlah individu dalam bentuk “min”
akan tetapi makhluk yang sedang berkembang. Untuk itulah kurikulum
disusun agar mampu mengembangkan potensi, minat, kecerdasan
intelektual, emosional, kemampuan sesuai dengan tahap
perkembangannya.
3. keragaman Potensi dan Karekteristik Daerah dan Lingkungan
Setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda, baik dilihat dari
potensinya, kebutuhan dan tantangannya sesuai dengan geografis dan
budaya yang dimilikinya. Oleh sebab itu, kurikulum harus memuat
perbedaan dan keragaman setiap daerah, agar setiap lulusan lembaga
pendidikan dapat mengembangkan daerahnya sendiri.
4. Tuntutan Pengembangan Daerah dan Nasional
Walaupun KTSP disusun sesuai dengan karakteristik daerah, akan
tetapi kedaerahan itu tidak boleh lepas dari semangat kesatuan dan
persatuan nasional. Dengan demikian, keseimbangan antara kebutuhan
pembangunan daerah dan nasional perlu dijaga dan jadi bahan
pertimbangan utama para pengembang kurikulum. Mementingkan
unsur kedaerahan dan melupakan unsur kepentingan nasional, akan
membuat kurikulum menjadi kontra-produktif
5. Tuntutan Dunia Kerja
Kurikulum harus mempersiapkan peserta didik dapat melanjutkan
ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi. Namun pada
kenyataannya karena sesuatu hal tidak semua peserta didik dapat
melanjutkan pendidikan, dengan demikian maka kurikulum harus

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 167


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
membekali mereka dengan berbagai keterampilan dan kecakapan
sesuai dengan taraf perkembangan mereka agar mereka mampu
bersaing dalam dunia kerja.
6. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Ilmu pengetahuan itu tidaklah statis, akan tetapi terus berkembang.
Dengan demikian, isi kurikulum harus ditinjau dan disempurnakan
secara terus-menerus, agar sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
7. Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama.
Keyakinan untuk memeluk agama sesuai dengan kepercayaan masing-
masing individu itu dijamin oleh undang-undang. Oleh sebab itu,
kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik dapat menghormati
dan toleran terhadap setiap agama yang dipeluknya, sehingga akan
tercipta kerukunan umat beragama, di samping mendorong agar
mereka berperilaku sesuai dengan norma-norma agama yang
dipeluknya.
8. Dinamika Perkembangan Global
Dewasa ini manusia hidup dalam alam globalisasi yang serba
terbuka. Dalam alam globalisasi, kehidupan setiap masyarakat atau
bangsa bukan hanya bersentuhan dengan masyarakat atau bangsa lain,
akan tetapi juga terjadi saling ketergantungan. Dengan demikian, maka
kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing
secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain
9. Persatuan dan Nilai-nilai Kebangsaan
Pengelolaan dan pengembangan kurikulum harus dapat mendorong
agar peserta didik memiliki wawasan dan sikap kebangsaan yang kuat
sehingga terciptanya persatuan nasional yang dapat memperkukuh
kesatuan bangsa dalam dalam NKRI.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 168


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
10. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dengan
adat istiadat serta budaya yang berbeda. Kurikulum harus sesuai
dengan keragaman sosial budaya masing-masing daerah serta dapat
melestarikannya sebagai kekayaan bangsa.
11. Kesetaraan Gender
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan rasa
keadilan setiap individu dengan tidak mengotak-ngotakkan kelompok
tertentu. Dengan kata lain, kurikulum harus mengembangkan
kesetaraan gender.
12. Karakteristik Satuan Pendidkan
Setiap satuan pendidikan memiliki visi dan misi yang berbeda.
Pengembangan kurikulum harus sesuai dan dapat mengembangkan visi
dan misi sekolah.

G. Proses Penyusunan KTSP


1. Analisis Konteks
Analisis konteks adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi Standar Isi (SI) dan Standar Kemampuan Lulusan (SKL)
sebagai sumber dan acuan dalam penyusunan KTSP
b. Menganalisis kondisi yang ada dari satuan pendidikan yang meliputi
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
biaya dan program-program.
c. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan
lingkungan sekitar, komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan,
asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan
sosial budaya.
2. Mekanisme Penyusunan
a. Tim Penyusun
tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas
guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 169


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Dalam kegiatan penyusunannya melibatkan komite sekolah, dan
narasumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh
dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tingkat
kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA
dan SMK.
Tim penyusun KTSP pada MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas
guru, konselor, dan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota.
Dalam kegiatan penyusunannya melibatkan komite sekolah, dan
narasumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh
departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Tim penyusun KTSP khusus (SDLB, SMPLB, dan SMALB) terdiri
atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap
anggota. Dalam kegiatan penyusunannya melibatkan komite sekolah,
dan narasumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh
dinas pendidikan yang bertanggung jawab di bidang agama.
b. Kegiatan
Kegiatan penyusunan KTSP dapat berupa rapat kerja dan/atau
lokakarya sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu
sebelum tahun pelajaran baru. Tahap kegiatann penyusunan KTSP
secara garis besar meliputi penyiapan dan penyusunan draf, review,
serta finalisasi, pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih rinci
dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim
penyusun.
c. Pemberlakuan
Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan
berlaku oleh Kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari
komite sekolah dan diketahui oleh dinas pendidikan tingkat
kabupaten/kota yang bertanggung jawab dalam pendidikan untuk SD
dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA dan SMK.
Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku
oleh Kepala madrasah setelah mendapat pertimbangan dari komite

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 170


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
madrasah dan diketahui oleh departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama.
Dokumen KTSP pada SDLB, SMPLB, SMALB, dinyatakan
berlaku oleh Kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari
komite sekolah dan diketahui oleh dinas provinsi yang bertanggung
jawab dalam bidang pendidikan.

H. Kelebihan dan Kekurangan KTSP


1. Kelebihan KTSP
a. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan.
b. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah
untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan
program-program pendidikan.
c. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk
menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang
akseptabel bagi kebutuhan siswa.
d. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan.
e. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah
plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
f. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang
kurikulum.
g. Kurikulum yang humanis.
h. Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada
pemahaman, kemampuan atau kompetensi.
i. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik
kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks sosial budaya.
j. Berbasis kompetensi.
k. Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada
satuan tingkat pendidikan).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 171


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
l. Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk menyusun dan
mengembangkan silabus mata pelajaran.
m. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan
untuk memberikan kemudahan belajar siswa
n. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
o. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar
sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi
peserta didik.
p. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil
belajar.
q. Berpusat pada siswa.
r. Menggunakan berbagai sumber belajar.
s. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan.
2. Kekurangan KTSP
a. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu
menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
b. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
c. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif
baik konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
d. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran
akan berdampak berkurangnya pendapatan guru.

KTSP juga. memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan


konsep ini, meski bukan format satu-satunya untuk mengantisipasi
permasalahan pendidikan, namun secara umum, KTSP bisa 'diandalkan'
menjadi patokan menghadapi tantangan masa depan dengan pembekalan
keterampilan pada peserta didik. Keunggulan lain, KTSP memiliki
kemampuan beradaptasi dengan daerah setempat, karena keterampilan yang

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 172


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
diajarkan berdasarkan pada lingkungan dan kemampuan peserta didik. Di
samping itu juga adanya penghargaan bagi pribadi peserta didik.
Peserta didik yang mampu menyerap materi dengan cepat akan diberi
tambahan materi sebagai pengayaan, dan peserta didik yang kurang akan
ditangani oleh guru dengan penuh kesabaran dengan mengulang materinya
atau memberi remedial.
Peserta didik juga diajak bicara, diskusi, wawancara dan membahas
masalah-masalah yang kontekstual, yang dalam kenyataannya memang
diperlukan sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai
permasalahannya karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Peserta didik tidak hanya dituntut untuk menghafal
namun yang lebih penting adalah belajar proses sehingga mendorong peserta
didik untuk meneliti dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, kesulitan yang mungkin saja timbul dari pelaksanaan KTSP ini
adalah diperlukannya waktu yang cukup oleh pendidik dalam membina
perkembangan peserta didiknya, terutama peserta didik yang berkemampuan
di bawah rata-rata. Kenyataan membuktikan, kondisi sosial dan ekonomi yang
menghimpit kesejahteraan hidup para guru, menyebabkan mereka kurang
berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Belum lagi mengingat kualitas
guru yang kurang merata di setiap daerah. Ini artinya, KTSP menghadapi
kendala daya kreativitas dan beragamnya kapasitas guru untuk membuat
kurikulum sendiri.
Kelemahan lain, KTSP menuntut kemampuan guru dalam menjalankan
pembelajaran berbasis kompetensi dengan merencanakan sendiri bagaimana
strategi yang tepat diterapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah
setempat. Di samping masalah fasilitas pendidikan di sekolah yang masih
sangat minim. Padahal konsep ini lebih menitikberatkan pada praktek di
lapangan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dibanding teori semata.
Masalah lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan
bagaimana melakukan evaluasi dengan portofolio. Karena ketidakpahaman ini
mereka kembali kepada pola assessment lama dengan tes-tes dan ulangan-

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 173


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
ulangan yang cognitive-based semata. Tidak adanya model sekolah yang bisa
dijadikan sebagai rujukan membuat para guru tidak mampu melakukan
perubahan, apalagi lompatan, dalam proses peningkatan kegiatan belajar
mengajarnya.
Berkenaan dengan tidak adanya target materi dalam KTSP, di satu pihak
KTSP menekankan kompetensi peserta didik yang berarti proses belajar harus
diperhatikan oleh guru, di pihak lain materi meskipun tidak diprioritaskan
tetapi akhirnya harus diselesaikan juga. Dengan demikian guru harus berpacu
dengan waktu, sementara proses belajar tidak dapat dipastikan
keberhasilannya. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik
yang dibinanya, yang berujung pada penolakan kebijakan pemerintah tentang
Ujian Nasional (UN) sebagai dasar penentuan kelulusan peserta didiknya.

I. Kendala Penerapan KTSP di Sekolah


1. KTSP mengharuskan sekolah untuk membuat atau menyusun kurikulum
sendiri tidak seperti kurikulum sebelumnya yang sudah disediakan untuk
lamgsung diadopsi dan diterapkan disekolah, oleh karena itu hal ini
dianggap memberatkan.
2. Belum semua guru-guru memahami apa itu KTSP.
3. Mekanisme penyusunan KTSP memerlukan waktu dan perencanaan yang
matang, KTSP menghendaki keterlibatan guru, kepala sekolah, komite
sekolah untuk duduk bersama menyusun dalam proses penyusunannya,
oleh karena itu perlu memahami mekanisme penyusunan KTSP.
4. Guru harus menyusun indikator sendiri, mencari bahan ajar yang sesuai
dan sebagainya mengikuti kurikulun yang telah disusun,
5. Kurangnya Sumber daya Manusia (SDM) yang diharapkan mampu
menjabarkan KTSP pada kebanyakan sekolah, sebagian besar guru belum
bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif
untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas
maupun di depan kelas selain disebabkan rendahnya kualifikasi juga
disebabkan kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 174


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
6. Belum maksimalnya sosialisasi dan perhatian terhadap guru-guru, bahkan
masih ada guru-guru yang belum mendapat sosialisasi dan pelatihan,
sehingga masih banyak para guru yang belum memahami KTSP.
7. Masih banyak guru-guru yang berpersepsi sebagai penerima-pasif
pengambilan keputusan kurikulum.

Beberapa hambatan yang menjadi kendala berhasil tidaknya pelaksanaan


KTSP diantaranya:
1. Kebingungan para guru yang sudah merasa cocok dengan kurikulum 1975.
kurikulum 1984 dan kurikulum 1994. Pendidik cenderung konservatif
(mempertahankan yang sudah usang yaitu tidak setuju dengan
pembaharuan) dan pendidik lanjut usia cenderung tersiksa dengan KTSP
ini.
2. Banyak guru yang belum paham betul dengan konsep KTSP ini bahkan
sebagian pengawas sebagai narasumber pun tidak bisa memberikan solusi
kesulitan guru. Pendapat antar pengawas yang satu dengan pengawas yang
lain, guru yang satu dengan guru yang lain, kadang versi jawabannya
berbeda.
3. Instrumen evaluasinya pun masih sering diperdebatkan, mulai dan
penulisan soal yang benar, cara menilai dan menuangkan dalam buku
laporan pendidikan.
4. Sumber daya manusia yang sudah termakan usia dan kurang profesional
atau tidak sesuai dengan bidang keilmuannya, mahalnya biaya pendidikan,
gaji dibawah UMR.
5. Sarana dan prasarana yang jauh dan memadai atau peraturan sudah
diberlakukan, sarana penunjangnya belum disediakan.

Hal ini yang paling penting dalam menyingkapi hambatan ini adalah
adanya upaya sosialisasi KTSP yang terprogram, jelas, baku, dan sistematis,
dan tidak kalah penting adalah adanya kesadaran para guru, etikat baik, dan
kemauan untuk maju supaya keberhasilan pendidikan dapat direalisasikan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 175


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
J. Strategi Pengembangan KTSP
Terdapat beberapa stategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
dan pelaksanaan KTSP, di antaranya:
1. Sosialisasi KTSP di Sekolah
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pengembangan dan
pelaksanaan KTSP adalah mensosialisasikan KTSP terhadap seluruh warga
sekolah, bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik.
Sosialisasi bisa dilakukan langsung oleh kepala sekolah apabila yang
bersangkutan sudah mengenal dan cukup memahaminya. Namun
demikian, jika kepala sekolah belum begitu memahami atau masih belum
mantap dengan konsep-konsep KTSP yang akan dikembangkan, maka bisa
mengundang ahlinya yang ada di masyarakat, baik dari kalangan
pemerintah, akademisi maupun dari kalangan penulis atau pengamat
pendidikan.
Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar
dapat dipahami dan diterapkan secara optimal. Setelah sosialisasi,
kemudian mengadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan
pengesahan dari berbagai pihak dalam rangka menyukseskan KTSP di
sekolah.
2. Menciptakan Suasana yang Kondusif
Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan
harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah serta
kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik (student centered
activities) merupakan iklim yang dapat membangkitkan nafsu, gairah dan
semangat belajar. Iklim belajar yang kondusif harus ditunjang oleh
berbagai faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri
bagi proses belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan
akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 176


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Karena pengembangan KTSP menggunakan pendekatan kompetensi
dan berlandaskan aktivitas serta kemampuan berpikir peserta didik maka
memerlukan ruangan yang fleksibel, serta mudah disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik. Luas ruangan dengan jumlah peserta didik juga
perlu diperhatikan bila dilaksanakan di ruang tertutup, sedang di ruang
terbuka perlu diperhatikan gangguan-gangguan yang datang dari
lingkungan sekitar.
Sarana dan media pembelajaran juga perlu diatur dan ditata sedemikian
rupa. Iklim belajar yang kondusif, antara lain dapat dikembangkan
melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut:
a. Menyediakan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun cepat
dalam melakukan tugas pembelajaran.
b. Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang
kurang berprestasi.
c. Mengembankan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan
aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal.
d. Menciptakan kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik
maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran
lain.
e. Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan
pembelajaran.
f. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab
bersama antara peserta didik dan guru.
g. Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang
menekankan pada evaluasi diri sendiri.
3. Menyiapkan Sumber Belajar
Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP disekolah
antara lain laboratorium, pusat sumber belajar dan perpustakaan serta
tenaga pengelola yang profesional. Sumber belajar tersebut perlu
didayagunakan seoptimal mungkin, dipelihara dan disimpan dengan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 177


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
sebaik-baiknya. Selain itu, kreativitas guru dan peserta didik perlu
senantiasa ditingkatkan.
Dalam pengembangan sumber belajar, guru di samping harus mampu
membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif
mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang
lebih kongkrit. Untuk kepentingan tersebut, perlu senantiasa diupayakan
peningkatan pengetahuan guru dan didorong terus untuk menjadi guru
yang kreatif dan profesional dalam pengadaan serta pendayagunaan
fasilitas dan sumber belajar secara luas untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik secara optimal.
4. Membina Disiplin
Membina disiplin bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan
diri, mengatasi dan mencegah timbulnya problem-problem disiplin serta
berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan
pembelajaran sehingga mereka mentaati segala peraturan yang ditetapkan.
Dalam pengembangan KTSP, guru harus mampu membina disiplin
peserta didik, terutama disiplin diri (self-discipline). Guru harus mampu
membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan
standar perilakunya dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk
menegakkan disiplin. Pembinaan disiplin perlu dimulai dengan prinsip
yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni sikap demokratis
sehingga aturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut yakni dari,
oleh dan untuk peserta didik.
Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan dalam membina
disiplin disekolah, sebagai berikut:
a. konsep diri (self-concept); strategi ini menekankan bahwa konsep-
konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari
setiap perilaku.
b. Keterampilan berkomunikasi (communication skills); guru harus
memiliki kemampuan komunikasi yang efektif agar mampu menerima
semua perasaan dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 178


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical
consequences); perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta
didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya.
Untuk itu, guru disarankan menunjukkan secara tepat tujuan perilaku
yang salah sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi
perilakunya.
d. Klarifikasi nilai (values clarification); strategi ini dilakukan untuk
membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri
tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
e. Analisis transaksional (transactional analysis); disarankan agar guru
belajar sebagai orang dewasa terutama apabila berhadapan dengan
peserta didik yang menghadapi masalah.
f. Terapi realitas (reality therapy); sekolah harus berupaya mengurangi
kegagalan dan meningkatkan keterlibatan.
g. Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline); metode ini
menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan
mempertahankan peraturan.
5. Mengembangkan Kemandirian Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif harus memiliki sikap
mandiri, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan
menselaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kemandirian
dan profesionalisme kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang
dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi dan misi, tujuan
serta sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap.
Oleh karena itu, dalam pengembangan KTSP diperlukan kepala
sekolah yang mandiri dan profesional dengan kemampuan manajemen
serta kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan
prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Kemandirian kepala sekolah
diperlukan, terutama untuk memobilisasi sumber daya sekolah dalam
kaitannya dengan KTSP, pengembangan silabus, pembelajaran

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 179


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan pelayanan
peserta didik, hubungan sekolah dengan masyarakat dan penciptaan iklim
sekolah.
6. Membangun Karakter Guru
Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap
proses dan hasil belajar, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya
peserta didik dalam belajar. Demikian halnya dengan pengembangan
KTSP yang menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam membentuk
kompetensi pribadi peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran harus
sebanyak mungkin melibatkan peserta didik, agar mereka mampu
bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali potensi dan
kebenaran secara ilmiah.
Dalam kerangka inilah perlunya membangun guru, agar mereka
mampu menjadi fasilitator, dan mitra belajar bagi peserta didiknya.
Sehubungan dengan pengembangan KTSP, guru perlu memperhatikan
perbedaan individual peseerta didik, sehingga dalam pembelajaran harus
berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengurangi metode ceramah;
b. Memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik;
c. Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta
disesuaikan dengan mata pelajaran;
d. Memodifikasi dan memperkaya bahan pembelajaran;
e. Menghubungi spesialis, bila ada peserta didik yang mempunyai
kelainan;
f. Menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan
laporan;Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dalam
kecepatan yang sama;
g. Mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak
bekerja dengan kemampuan masing-masing pada setiap pelajaran;
h. Mengusahakan keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan
pembelajaran.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 180


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Agar KTSP dapat dikembangkan secara efektif, serta dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu memiliki hal-hal berikut:
a. Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan
kompetensi lain dengan baik;
b. Menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai
suatu profesi;
c. Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan dan prestasi;
d. Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk
kompetensi peserta didik;
e. Mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti
dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi;
f. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir;
g. Menyiapkan proses pembelajaran;
h. Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik;
i. Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan
dikembangkan.
Dalam rangka mengembangkan KTSP dan mengembangkan karakter
guru yang siap menjadi fasilitator pembelajaran sebagaimana diuraikan di
atas, hendaknya diadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru dan
tenaga kependidikan, pengawas sekolah dan komite sekolah untuk
membina karakter guru.
7. Memberdayakan Staf
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh
keberhasilan kepala sekolah dalam memberdayakan staf yang tersedia.
Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat
dilakukan dengan meningkatkan perilaku staf di sekolah melalui aplikasi
berbagai konsep dan teknik manajemen personalia modern.
Manajemen staf di sekolah harus ditujukan untuk memberdayakan staf
secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap
dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi
manajemen staf di sekolah adalah menarik, mengembangkan, menggaji

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 181


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dan memotivasi staf guna mencapai tujuan pendidikan secara optimal,
membantu staf mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan
perkembangan karier serta menyelaraskan tujuan individu, kelompok dan
lembaga.
Dalam rangka menyukseskan implementasi KTSP secara utuh dan
menyeluruh, hendaknya setiap sekolah mampu mengembangkan berbagai
potensi peserta didik secara optimal, terutama dalam kaitannya dengan
pengembangan akhlak dan moral peserta didik.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 182


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
K. DAFTAR PUSTAKA

Khaeruddin, M.J., dkk. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:


Konsep dan Implementasinya di Madrasah. Yogyakarta: Pilar Media.

Kunandar. (2007). Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikat Guru. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Masnur, Muslich. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:


Bumi Aksara.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

. (2008). Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala


Sekolah, Jakarta: Bumi Akasara.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana


Prenada Media Group.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 183


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
BAB VI
SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI
INDONESIA

A. Sejarah Perkembangan Kurikulum


Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering
dijadikan alat politik oleh pemerintah. Misalnya, ketika Indonesia masih di
bawah penjajahan Belanda dan Jepang, kurikulum harus disesuaikan dengan
kepentingan politik kedua negara tersebut. Setelah Indonesia merdeka pada
tahun 1945, kurikulum sekolah diubah dan disesuaikan dengan kepentingan
politik bangsa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa sebagai
cerminan masyarakat Indonesia.
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945,
perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan
dalam merealisasikannya.

B. Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia telah menetapkan tujuan yang
jelas kemana NKRI akan dibawa. Dasar negara telah ditetapkan sejak
prakemerdekaan, yakni Pancasila, lengkap dengan lambang negara, motto,
lagu kebangsaan, dan bahkan konstitusi yang di dalamnya telah memuat empat
tujuan negara yang akan dicapai.
Salah satu tujuan itu dirumuskan dengan sangat tepat, yakni
“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”, dan ternyata konsep “mencerdaskan” itu
telah dijelaskan oleh Horard Gardner setelah dua puluh delapan tahun
kemudian, dalam bukunya berjudul Frames od Mind: the Tehory of Multiple

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 184


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Intelligences yaitu tentang tujuh tipe kecerdasan manusia. Singkatnya, bukan
hanya kecerdasan intelektual (otak kiri) tetapi juga kecerdasan spiritual,
emosional, bahkan juga kinestetiknya.
Salah satu faktor yang mendorong untuk mengembangkan kurikulum
adalah amanat Undang-Undang tentang Sitem Pendidikan Nasional.
Kurikulum pertama di Indonesia telah lahir sebagai penjabaran amanat dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan
Pengajaran, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954, UU Nomor 22 Tahun
1961, UU Nomor 2 Tahun 1989, dan akhirnya UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di samping itu, tuntutan globalisasi, dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut mendorong
terjadinya perbaikan dan pengembangan kurikulum
Apabila kita amati perkembangan kurikulum di Indonesia dari tahun 1947
hingga 2013 yang menjadi faktor terhadap perkembangan tersebut adalah:
1. Menyesuaikan dengan Perkembangan Zaman
Hal ini dapat kita lihat awal perubahan kurikulum dari Rencana
Pelajaran 1947 menjadi Rencana Pelajaran Terurai 1952. Awalnya hanya
mengikuti atau meneruskan kurikulum yang ada kemudian dikembangkan
lagi dengan lebih menfokuskan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
2. Kepentingan Politis Semata
Hal ini sangat jelas terekam dalam perubahan kurikulum 2004 (KBK)
menjadi kurikulum 2006 (KTSP). Secara matematis masa aktif kurikulum
2004 sebelum diubah menjadi kurikulum 2006 hanya bertahan selama 2
tahun. Hal ini tidak sesuai dengan perkembangan sebelum-sebelumnya.
Dalam kurun waktu yang singkat ini, kita tidak bisa membuktikan baik
tidaknya sebuah kurikulum. Hal senada juga diungkapkan bahwa lahirnya
kurikulum 1968 hanya bersifat politis saja, yaitu mengganti Rencana
pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Seiring dengan yang telah disebutkan diatas, perubahan kurikulum
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 185


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
a. Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi
landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
b. Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
c. Keadaan lingkungan.
d. Kebutuhan pembangunan POLSOSBUDHANKAM
e. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan
sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.

C. Tabel Kronologis Perkembangan Kurikulum di Indonesia


Tahun Kurikulum Keterangan

1947 Rencana Pelajaran - Kurikulum ini merupakan kurikulum


1947 pertama di Indonesia setelah
kemerdekaan.

- Istilah kurikulum masih belum


digunakan. Sementara istilah yang
digunakan adalah Rencana Pelajaran

1954 Rencana Pelajaran Kurikulum ini masih sama dengan kurikulum


1954 sebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1947

1968 Kurikulum 1968 Kurikulum ini merupakan kurikulum


terintegrasi pertama di Indonesia. Beberapa
masa pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi,
dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami
fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (Social
Studies). Beberapa mata pelajaran, seperti
Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya
mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun
Alam (IPS) atau yang sekarang sering disebut

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 186


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Sains.

1975 Kurikulum 1975 Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom


yang sangat rinci

1984 Kurikulum 1984 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan


dari kurikulum 1975

1994 Kurikulum 1994 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan


dari kurikulum 1984

2004 Kurikulum Berbasis Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh


Kompetensi (KBK) sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah
dijadikan uji coba dalam rangka proses
pengembangan kurikulum ini

2006 Kurikulum Tingkat KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP,


Satuan Pendidikan karena KTSP sesungguhnya telah mengadopsi
(KTSP) KBK. Kurikukulum ini dikembangkan oleh
BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).

2013 Kurikulum 2013 - Lebih ditekankan pada kompetensi dengan


pemikiran kompetensi berbasis sikap,
keterampilan, dan pengetahuan

- Kurikulum yang dapat menghasilkan insan


Indonesia yang: Produktif, Kreatif,
Inovatif, Afektif melalui penguatan Sikap,
Keterampilan, dan Pengetahuan yang
terintegrasi

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 187


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
D. Kurikulum Di Indonesia Sebelum Kemerdekaan
1. Pendidikan Sebelum Masa Kolonialisme
Pada saat zaman hindu buddha, pendidikan hanya dinikmati oleh kelas
Brahmana, yang merupakan kelas teratas dalam kasta Hindu. Mereka
umumnya belajar teologi, sastra, bahasa, ilmu pasti, dan ilmu seni bangunan.
Sejarah mencatat, kerajaan-kerajaan Hindu seperti Kalingga, Kediri, Singosari,
dan Majapahit, melahirkan para empu, punjangga, karya sastra, dan seni yang
hebat.
Padepokan adalah model pendidikan zaman hindu yang dikelola oleh
seorang guru/bengawan dan murid/cantrik mempelajari ilmu bersifat umum,
religius, dan juga kesaktian. Murid di Padepokan bisa keluar masuk bila
merasa cukup atau tidak puas dengan pengajaran guru.
Pada zaman penyebaran Islam, pola pendidikan bernapaskan islam
menyebar dan mewarnai penyelenggaraan pendidikan. Pusat-pusat pendidikan
tesebar di langgar, surau, meunasah (madrasah), masjid, dan pesantren.
Pesantren adalah lembaga pendidikan formal tertua di Indonesia. Pesantren
diajar oleh seorang kyai, dan santri/murid tinggal di pondok/asrama di sekitar
pesantren. Jumlah pondok pesantren cukup banyak tersebar di Jawa, Aceh, dan
sumatera selatan.
2. Pendidikan Masa Kolonialisme
Pendidikan pada prakemerdekaan dipengaruhi oleh kolonialisme. Hasilnya
bangsa ini dididik untuk mengabdi kepada penjajah. Karena, pada saat
penjajahan semua bentuk pendidikan dipusatkan untuk membantu dan
mendukung kepentingan penjajah.
a. Masa Penjajahan Portugis
Pada masa penjajahan Portugis didirikan sekolah-sekolah misionaris.
Portugis mendirikan sekolah seminari di Ambon, Maluku, dan sebagian
Nusa Tenggara Timur. Belanda pada awal kedatangannya pun melakukan
hal yang sama dengan Portugis.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 188


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Masa Penjajahan Belanda
Pada mulanya, mereka tidak pernah terpikirkan untuk memperhatikan
pendidikan namun murni hanya mencari rempah-rempah. Meski demikian,
bangsa Eropa ini juga memiliki misi penyebaran agama. Karena itu pada
abad ke-16 dan 17, mereka mendirikan lembaga pendidikan dalam upaya
penyebaran agama Kristen di Nusantara. Pendidikan tersebut tidak hanya
diperuntukkan bagi mereka tapi juga penduduk pribumi yang beragama
Kristen. Pendidikan banyak ditangani oleh kalangan gereja kristen dengan
bendera Nederlands Zendelingen Gennootschap (NZG).
Selanjutnya, pihak penjajah yang merasakan perlu adanya pegawai
rendahan yang dapat membaca dan menulis guna membantu
pengembangan usaha, khususnya tanam paksa, maka dibentuklah lembaga-
lembaga pendidikan. Namun kelas ini masih hanya diperuntukkan untuk
kalangan terbatas, yaitu anak-anak priyai. Konsep ideal pendidikan
kolonialis adalah pendidikan yang mampu mencetak para pekerja yang
dapat dipekerjakan oleh penjajah pula. Tujuan pendidikan kolonial tidak
terarah pada pembentukan dan pendidikan orang muda untuk mengabdi
pada bangsa dan tanah airnya sendiri, akan tetapi dipakai untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat penjajah agar dapat
ditransfer oleh penduduk pribumi dan menggiring penduduk pribumi
menjadi budak dari pemerintahan kolonial.
Pendidikan model bentukan Belanda pada masa ini terdapat dua
macam. Pertama, Sekolah Kelas Dua untuk anak pribumi dengan lama
pendidikan 3 tahun. Sementara kurikulum yang diajarkan meliputi
berhitung, menulis dan membaca. Kedua, Sekolah Kelas Satu yang
diperuntukkan untuk anak pegawai pemerintah Hindia Belanda. Lama
pendidikan ini awalnya 4 tahun, kemudian 5 tahun dan terakhir 7 tahun.
Kurikulum yang diajarkan meliputi ilmu bumi, sejarah, ilmu hayat/
menggambar dan ilmu mengukur tanah. Sementara bahasa pengantarnya
menggunakan Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 189


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada dua sistem pendidikan
dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan
Islam yang diselenggarakan pesantren. Kedua, sistem pendidikan
Belanda. Sistem pendidikan Belanda diatur dengan prosedur yang ketat
dari mulai aturan siswa, pengajar, sistem pengajaran, dan
kurikulum. Sistem prosedural seperti ini sangat berbeda dengan sistem
prosedural pada sistem pendidikan islam yang telah dikenal sebelumnya.
Sistem pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Sekolah-
sekolah dibentuk dengan membedakan pendidikan antara anak Belanda,
anak timur asing, dan anak pribumi. Golongan pribumi ini masih dipecah
lagi menjadi masyarakat kelas bawah dan priyayi. Klasifikasi ini
berpengaruh pula terhadap sistem pendidikan ketika itu, yaitu:
1. ELS (Europe Lagere School) yaitu sekolah untuk anak-anak Eropa,
Tionghoa, dan Indonesia yang menurut undang-undang disamakan
haknya dengan bangsa Eropa.
2. HCS (Holand Chinese School) yaitu sekolah untuk golongan
Tionghoa.
3. HIS (Holand Inlandse School) yaitu sekolah untuk rakyat pribumi atau
bumiputra golongan atas.
Ini merupakan gambaran pendidikan rendah di Indonesia masa Belanda
yang berlangsung sampai dengan tahun 1942. Susunan persekolahan
zaman kolonial belanda adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2007:207):
1. Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi
menggunakan pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3
tahun. Mereka yang berhasil menamatkannya boleh melajutkan ke
Sekolah Sambungan (Vervolg School) selama 2 tahun. Dari sini
mereka bisa melanjutkan ke Sekolah Guru atau Mulo Pribumi selama 4
tahun, inilah sekolah paling atas untuk bangsa pribumi biasa. Untuk
golongan pribumi masyarakat bangsawan bisa memasuki His
Inlandsche School selama 7 tahun, Mulo selama 3 tahun,
dan Algemene Middlebare School (AMS) selama 3 tahun.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 190


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2. Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5
tahun dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese
School (HCS) yang berbahasa Belanda selama 7 tahun. Siswa HCS
dapat melanjutkan ke Mulo.
3. Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai
perguruan tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah
lanjutan HBS 3 dan 5 tahun Lyceum 6 tahun, Maddelbare
Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah kedokteran
tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.

Pasca politik etis, Belanda mengucurkan dana pendidikan yang banyak


dan bertambah setiap tahunnya, tetapi tujuannya untuk melestarikan
penjajahan di Indonesia. Diberlakukannya politik etis pada awal-awal abad
ke-20 memberi pengaruh terhadap perluasan sekolah pada putra-putri
Indonesia dan berpengaruh pula terhadap perkembangan pendidikan di
Indonesia. Pada masa ini, di Jawa khususnya, Sekolah Kelas Dua yang
mulanya hanya 3 tahun berubah menjadi 5 tahun. Kemudian pada tahun
1914 didirikan sekolah sambungan yang lamanya 2 tahun.
Pemerintah kolonial sebenarnya tidak berniat mendirikan universitas
tetapi akhirnya mereka mendirikan universitas untuk kebutuhan mereka
sendiri seperti Rechts Hogeschool (RH) dan Geneeskundige Hogeschool di
Jakarta. Di Bandung, pemerintah kolonial mendirikan Technische
Hogeschool (TH). Kebanyakan dosen TH adalah orang Belanda. Menurut
Soenarta (2005) kaum inlanders atau pribumi agak sulit untuk masuk ke
sekolah-sekolah tinggi itu. Ketika almarhum Prof Roosseno lulus TH,
jumlah lulusan yang bukan orang Belanda hanya tiga orang, yaitu
Roosseno dan dua orang lagi vreemde oosterling alias keturunan Tionghoa.
Bila demikian, lantas berapa orang yang lulus bersama almarhum Ir
Soekarno (presiden pertama RI) dan Ir Putuhena? Di zaman pendudukan
Jepang, pernah dicari 100 orang insinyur yang dibutuhkan. Padahal saat itu
belum ada 90 orang insinyur lulusan TH Bandung.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 191


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Agar tidak banyak bangsa Indonesia yang melanjutkan ke sekolah yang
lebih tinggi, maka biaya kuliah pun dibuat sangat besar. Menurut Soenarta
(2005) biaya kuliah untuk satu tahun di salah satu sekolah tinggi itu
besarnya fl (gulden) 300. Saat itu, harga satu kilogram (kg) beras sama
dengan 0,025 gulden. Maka, besar uang kuliah sama dengan 12.000 kg
beras. Bila ukuran dan perbandingan itu diterapkan sebagai biaya kuliah di
universitas sekarang, sedangkan harga beras sekarang rata-rata Rp 3.000
per kg, maka untuk kuliah di universitas biayanya sebesar Rp 36 juta per
mahasiswa per tahun. Biaya di MULO, setingkat sekolah lanjutan tingkat
pertama, adalah sebesar 5,60 gulden per siswa per bulan, setara dengan
224 kg beras. Bila dihitung dengan harga beras sekarang, akan menjadi Rp
672.000 per siswa per bulan. Akibatnya banyak anak Indonesia yang lebih
memilih masuk Ambachtschool atau Technische School, karena biayanya
agak murah sedikit. Berbekal keterampilan yang diperoleh di
Ambachtschool atau Technische School, siswa bisa langsung bekerja
setelah lulus.
Kurikulum pendidikan Belanda dideisain untuk melestarikan
penjajahan di Indonesia, maka pada kurikulum pun dikenalkan kebudayaan
Belanda, juga penekan hanya pada menulis dengan rapi, membaca, dan
berhitung, yang keterampilan ini sangat bermanfaat untuk diperbantukan
pada Pemerintah Belanda dengan gaji yang sangat rendah. Anak-anak
Indonesia pada zaman itu tidak diperkenalkan dengan budayanya sendiri
dan potensi bangsanya.
Ketiga, sekolah yang dikembangkan tokoh pendidikan nasional seperti
KH Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara. K.H Achmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah yang menggunakan sistem pendidikan barat
dengan menambahkan pelajaran agama islam. Ki Hajar Dewantara
mendirikan Taman Siswa dengan membuat sistem pendidikan yang
berakar pada budaya dan filosofi hidup Jawa, yang kemudian dianggap
sebagai sistem pengajaran dan pendidikan nasional.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 192


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Masa Penjajahan Jepang
Pada masa Jepang, pendidikan diarahkan untuk menyediakan prajurit
yang siap berperang di perang Asia Timur Raya. Peggolongan sekolah
berdasarkan status sosial yang dibangun Belanda dihapuskan. Pendidikan
hanya digolongkan pada pendidikan dasar 6 tahun, pendidikan menengah
pertama, dan pendidikan menegah tinggi yang masing-masing tiga tahun,
serta pendidikan tinggi. Sekolah Rendah diganti nama menjadi Sekolah
Rakyat (Kokumin Gakko), Sekolah Menengah Pertama (Shoto Chu
Gakko), dan Sekolah Mengengah Tinggi (Koto Chu Gakko). Hampir
semua pendidikan tinggi yang ada pada zaman Belanda ditutup, kecuali
Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta, dan Sekolah Teknik Tinggi di
Bandung.
Jenis pendidikan ini kurang memerhatikan isi. Anak didik pada masa
itu harus membantu Jepang dalam peperangan sehingga anak-anak pribumi
harus mengikuti latihan militer di sekolah. Pelajaran olahraga sangat
penting, karena itu anak didik harus mengumpulkan batu, kerikil, dan pasir
untuk kepentingan pertahanan. Kemudian anak-anak sekolah juga disuruh
untuk menanam pohon jarak untuk membuat minyak demi kepentingan
perang. Selanjutnya, pelajaran berbau Belanda dihilangkan, dan Bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar.
Pada masa peralihan dari Jepang ke Sekutu, ketika proklamasi
dikumandangkan, dibentuklah Panitia Penyelidik Pengajaran RI yang
dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara. Lembaga ini melahirkan rumusan
pertama sistem pendidikan nasional, yakni pendidikan bertujuan
menekankan pada semangat dan jiwa patriotisme. Kemudian disusun pula
pembaruan kurikulum pendidikan dan pengajaran. Kurikulum sekolah
dasar lebih mengutamakan pendekatan filosofis-ideologis. Proses
penyunsunan singkat dan tentu saja tanpa disertai data empiris. Penetapan
isi kurikulum di masa permulaan kemerdekaan itu berdasarkan asumsi
belaka.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 193


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
E. Kurikulum Di Indonesia Pada Masa Orde Lama
Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca
kemerdekaan di bawah kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang
bebas terhadap pendidikan. Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi
rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi
pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang. Pada
prinsipnya konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan dasar bahwa
pendidikan merupakan hak semua kelompok masyarakat tanpa memandang
kelas sosial.
Pada masa ini Indonesia mampu mengekspor guru ke negara tetangga, dan
banyak generasi muda yang disekolahkan di luar negeri dengan tujuan agar
mereka kelak dapat kembali ke tanah air untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah mereka dapat. Tidak ada halangan ekonomis yang merintangi seseorang
untuk belajar di sekolah, karena diskriminasi dianggap sebagai tindakan
kolonialisme. Pada saat inilah merupakan suatu era di mana setiap orang
merasa bahwa dirinya sejajar dengan yang lain, serta setiap orang memiliki
hak untuk mendapatkan pendidikan.
1. Kurikulum Rencana Pembelajaran (1947-1968)
Sejak awal kemerdekaan pemerintah sudah memberikan perhatian yang
cukup besar pada dunia pendidikan. Kesadaran akan adanya suatu pendidikan
nasional dirasakan sebagai suatu yang mendesak sehingga secara tegas
dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 31 ayat 1 Bab XIII
Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan “tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran”. Semangat kebangsaan yang sangat kuat dalam
perjuangan kemerdekaan dan adanya kesadaran bahwa pendidikan sebagai
upaya utama dalam membangun jiwa bangsa menjadi penyebab perhatian
besar para pemimpin bangsa pada waktu itu terhadap dunia pendidikan.
Di awal-awal pemerintahannya, pemerintah secara bertahap mulai
mengkonstruksi kurikulum sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu. Tiga
tahun setelah Indonesia merdeka pemerintah memulai membuat kurikulum
yang sederhana yang disebut dengan “Rencana Pelajaran”. Tahun 1947.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 194


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Kurikulum ini terus berjalan dengan beberapa perubahan terkait dengan
orientasinya, arah dan kebijakan yang ada, hingga bertahan sampai tahun 1968
saat pemerintahan beralih pada masa orde baru.
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah
leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular
ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Kurikulum yang dipakai oleh Bangsa
Indonesia pada tahun 1947 adalah Rencana Pelajaran 1947. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok, yaitu:
a. daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
b. garis-garis besar pengajaran.
Kurikulum pada tahun ini masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan kurikulum yang pernah
digunakan sebelumnya oleh Belanda. Kurikulum ini boleh dikatakan sebagai
pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dan kurikulum ini tujuannya
tidak menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan adalah
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Sedangkan materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap
kesenian dan pendidikan jasmani.
Kelebihan dari kurikulum lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Kekurangan dari
kurikulum kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang.
Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan
pikiran. Yang diutamakan adalah:
a. Pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Pada masa
tersebut siswa lebih diarahkan bagaimana cara bersosialisasi dengan
masyarakat.
b. Proses pendidikan sangat kental dengan kehidupan sehari-hari.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 195


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Aspek afektif dan psikomotorik lebih ditekankan dengan pengadaan
pelajaran kesenian dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu, yang lebih
penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bela negara.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rencana
Pelajaran Terurai 1952. Pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran pada
masa Mr. Soewandi sebagai Menteri PP dan K (Pengajaran, Pendidikan dan
Kebudayaan) adalah dalam rangka mengubah sistem pendidikan kolonial ke
dalam sistem pendidikan nasional. Salah satu hasil panitia tersebut yang
menyangkut kurikulum adalah bahwa setiap rencana pelajaran pada setiap
tingkat pendidikan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud,
1979:108):
a. Pendidikan pikiran harus dikurangi;
b. Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian;
c. Pendidikan watak;
d. Pendidikan jasmani;
e. Kewarganegaraan dan masyarakat.
Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru mengajar satu mata
pelajaran. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana (five principles of
development), yaitu:
a. Daya cipta,
b. Rasa,
c. Karsa,
d. Karya,
e. Moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi.
a. Moral
b. Kecerdasan
c. Emosional/artistik
d. Keprigelan (keterampilan)

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 196


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
e. Jasmaniah
Setelah Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran No. 04 Tahun 1950
dikeluarkan, maka:
a. Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak memiliki
dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun
batin, serta mengembangkan bakat dan kesukaannya
b. Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untuk menyiapkan pelajar ke
pendidikan tinggi, serta mendidik tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai
lapangan khusus, sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan
masyarakat
c. Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajaran agar
dapat menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan dapat memelihara
kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup kemasyarakatan.
Pada masa ini memang kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan
lebih diperhatikan, dan satuan mata pelajaran lebih dirincikan. Namun, dalam
kurikulum ini siswa masih diposisikan sebagai objek karena guru menjadi
subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru yang menentukan
apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula yang menentukan
standar-standar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan
3. Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
Rencana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya,
dan moral (Hamalik, 2004). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 197


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Fokus kurikulum 1964 adalah pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral (Panca wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam
lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah
pendidikan mulai merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap
pelajaran yang diajarkan disekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional
praksis siswa dalam masyarakat.
Kurikulum 1964 tidak bertahan lama. Situasi politik mengalami perubahan
pesat dan terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama G30S/PKI. Pada tanggal
11 Maret 1966 Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret
(Supersemar) yang memberikan wewenang kepada Mayjen Soeharto untuk
mengamankan ajaran Panglima Besar Revolusi. Dengan kewenangan yang
dimilikinya, Mayjen Soeharto kemudian membubarkan PKI, sesuai dengan
Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura). Manipol-USDEK dan Nasakom tidak lagi
menjadi ideologi negara. Revolusi menemukan titik akhir perjalanannya. Pada
tahun 1966, MPRS menetapkan kebijakan pendidikan untuk menghilangkan
pengaruh Manipol dan melarang ajaran komunis.
TAP MPRS XXVI tahun 1966 menentukan bahwa pendidikan haruslah
diarahkan pada:
a. mempertinggi mental-moral-budi pekerti dan memperkuat keyakinan
beragama,
b. mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan, dan
c. membina/ memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Oleh karena itu maka kurikulum baru diperlukan untuk membersihkan
pikiran dan hati generasi muda dari ideologi tersebut. Meski pun demikian,
pendidikan ideologi terus berlanjut. Kurikulum baru segera dikembangkan
untuk menggantikan kurikulum 1964, dibersihkan dari Manipol-USDEK dan
Nasakom.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 198


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
F. Kurikulum Di Indonesia Pada Masa Orde Baru
Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan
sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan
dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Namun, yang
disayangkan adalah pengaplikasian inpres ini hanya berlangsung dari segi
kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang terpenting
pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa
memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan.
Pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru ternyata banyak menemukan
kendala, karena pendidikan orde baru mengusung ideologi “keseragaman”
sehingga memampatkan kemajuan dalam bidang pendidikan. EBTANAS,
UMPTN, menjadi seleksi penyeragaman intelektualitas peserta didik.
Pada pendidikan orde baru kesetaran dalam pendidikan tidak dapat
diciptakan karena unsur dominatif dan submisif masih sangat kental dalam
pola pendidikan orde baru. Pada masa ini, peserta didik diberikan beban materi
pelajaran yang banyak dan berat tanpa memperhatikan keterbatasan alokasi
kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang lain untuk menjadi peka
terhadap lingkungan.
1. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan tonggak awal pendidikan masa orde baru.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama dengan suatu pertimbangan
untuk tujuan pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
Dasar pendidikan masa ini adalah Falsafah Negara Pancasila sesuai dengan
Ketetapan MPRS No. XXVI/MPRS/1966. Sedang Tujuan pendidikan nasional
adalah membentuk manusia pancasila sejati berdasarkan ketentuan ketentuan
seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi
Undang-Undang Dasar 1945 (Tap. MPRS No. XXVII/MPRS/1966).
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 199


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan
dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Isi dari kurikulum 1968 ialah mempertinggi mental, moral, budi pekerti
dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, membina/memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran yang
jumlah pelajarannya Sembilan, yaitu:
a. kelompok pembinaan Pancasila; pendidikan agama, pendidikan
kwarganegaraan, pendidikan bahasa Indonesia, bahasa daerah dan
olahraga.
b. Kelompok pembinaan pengetahuan dasar; berhitung, ilmu pengetahuan
alam, pendidikan kesenian, pendidikan kesejahteraan keluarga (termasuk
ilmu kesehatan).
c. Kelompok kecakapan khusus; kejuruan agragia (pertanian, peternakan,
perikanan), kejuruan teknik (pekerjaan tangan/perbekalan), kejuruan
ketatalaksanaan/jasa (koperasi, tabungan).
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif, dengan
hanya menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori
tersebut. Aspek afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini.
Praktis, kurikulum ini hanya menekankan pembentukkan peserta didik hanya
dari segi intelektualnya saja.
2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif
dan efisien berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan
tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), yang dikenal dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan. Lahirnya kurikulum 1975 bertujuan untuk mencapai

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 200


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus, dan berbagai rincian
lainnya.
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru
wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-
mengajar berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan
program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah diatur dan dijadwalkan
sedari awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi
sistematis dan bertahap.
Dasar pendidikan masa ini adalah KTPD, MPR-RI No. IV/MPR/1973,
yaitu; pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Sementara tujuan pendidikan dan pengajaran terbagi pada tujuan
pendidikan umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional
umum dan tujuan instruksional khusus.
Pada tahun 1973, GBHN pertama dilaksanakan sebagai Keputusan MPR
No. II/MPR/1973. Berdasarkan TAP MPR ini dan juga hasil dari beberapa
percobaan dalam bidang pendidikan dan pengajaran maka disusun kurikulum
1975. Untuk pertama kalinya kurikulum ini didasarkan pada tujuan pendidikan
yang jelas. Dari tujuan pendidikan tersebut dijabarkan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai yaitu tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus,
dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui
kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini, satu hal yang menonjol adalah dengan digunakannya
sistem instruksional. Dalam tiap mata pelajaran, diberikan tujuan kurikulum,
dan di tiap bahasan, diberikan pula tujuan instruksional bagi guru dan siswa
apa yang harus dicapai. Jadi dalam pengajaran, sudah ditentukan tujuan-tujuan
yang setelah proses belajar, harus dicapai oleh siswa. Hal ini tentu saja

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 201


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
membuat bahan ajar tidak bisa berkembang. Proses belajar ditentukan terlebih
dahulu oleh pembuat kebijakan tentang output yang ingin dihasilkan. Siswa
dan guru akan cenderung lebih pasif dalam proses belajar mengajar.
Adapun ciri-ciri lebih lengkap kurikulum ini adalah sebagai berikut:
a. Berorientasi pada tujuan.
b. Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-
tujuan yang lebih integratif.
c. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
d. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa
mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
e. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru
wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-
mengajar berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan
program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah di atur dan dijadwalkan
sedari awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi
sistematis dan bertahap.
Kurikulum1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntunan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3. Kurikulum 1984
Pendidikan ideologi dalam kurikulum 1984 tetap menjadi warna yang
dominan dalam kurikulum. Pemerintah menetapkan Pendidikan Pancasila
sebagai mata pelajaran wajib dalam kurikulum sejak SD sampai ke perguruan
tinggi. Dalam TAP MPR Nomor IV/MPR/1978 ditetapkan Pendidikan
Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dan diarahkan untuk menumbuhkan
jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 202


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Berdasarkan TAP MPR Nomor II/MPR/1978 ditetapkan pula Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sebagai “penuntun dan pegangan
hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warganegara
Indonesia, setiap penyelenggara Negara serta setiap lembaga kenegaraan dan
kemasyarakatan, baik di Pusat maupun di Daerah dan dilaksanakan secara
bulat dan utuh”. Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4) dan
juga dinamakan Ekaprasetia Pancakarsa ditetapkan sebagai bagian dari
Pendidikan Pancasila melalui TAP MPR Nomor II/MPR/1983.
Sebelum pemberlakuan kurikulum 1984, yaitu pada tahun 1983 mata
pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) ditetapkan sebagai
mata pelajaran wajib. Dengan demikian maka pendidikan ideologi dilakukan
melalui Pendidikan Pancasila yang memiliki komponen Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (P-4), Pendidikan Moral Pancasila (PMP), dan
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Proses menjadi lebih
penting dalam pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini
menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan guru sebagai fasilitator,
sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi ditemukan dalam kurikulum ini.
Pada kurikulum ini siswa diposisikan sebagai subjek dalam proses belajar
mengajar. Siswa juga diperankan dalam pembentukan suatu pengetahuan
dengan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan
mendiskusikan sesuatu. Sementara dasar dan tujuan pendidikan sama dengan
kurikulum 1975.
Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.
Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:
a. Berorientasi pada tujuan instruksional.
b. Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 203


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).
d. Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat
kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta
didik.
e. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
f. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian,
baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti.
4. Kurikulum 1994
Pada tahun 1989 Indonesia memiliki undang-undang pendidikan baru yaitu
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam Undang-Undang ini pasal 12 ayat (1) menetapkan bahwa wajib belajar
menjadi 9 tahun. Wajib belajar yang diartikan sebagai pendidikan minimal
yang harus dimiliki bangsa Indonesia. Sebelumnya wajib belajar tersebut
hanya 6 tahun. Oleh karena itu maka kurikulum SMP yang dalam Undang-
Undang nomor 2 tahun 1989 diubah namanya menjadi SLTP adalah bagian
dari wajib belajar 9 tahun.
Meski pun Indonesia telah memiliki Undang-Undang pendidikan baru dan
banyak kebijakan tentang pendidikan dan kurikulum yang baru tetapi
kurikulum tidak segera berubah. Pada tahun 1994, sesuai dengan tradisi
sepuluh tahunan, Pemerintah meresmikan kurikulum baru.
Kurikulum 1994 ini merupakan revisi terhadap kurikulum 1984 tetapi pada
dasarnya keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil. Orientasi
pendidikan pada pengajaran disiplin ilmu menempatkan kurikulum sebagai
instrumen untuk ”transfer of knowledge”. Penyempurnaan terjadi pada materi
pendidikan sejarah karena materi pendidikan sejarah yang tercantum dalam
kurikulum SMA 1984 (nama baru SMA berdasarkan Undang-Undang Nomor
2 tahun 1989 adalah SMU) dianggap tidak lengkap, maka kurikulum SMU
1994 menyempurnakannya.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 204


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada
pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut:
a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah
ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan
untuk pemantapan pemahaman.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 205


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan,
terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan
materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:
a. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
b. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
c. Bersifa populis yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,
dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal
yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan
lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.

G. Kurikulum Di Indonesia Pada Masa Reformasi


Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan
kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan
revolusioner. Bentuk kurikulum menjadi berbasis kompetensi. Begitu pula
bentuk pelaksanaan pendidikan berubah dari sentralistik menjadi
desentralistik. Pada masa ini pemerintah menjalankan amanat UUD 1945
dengan memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional.
Pendidikan di era reformasi 1999 mengubah wajah sistem pendidikan
Indonesia melalui UU No 22 tahun 1999, dengan ini pendidikan menjadi

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 206


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
sektor pembangunan yang didesentralisasikan. Pemerintah memperkenalkan
model “Manajemen Berbasis Sekolah”.
1. Kurikulum 2004
Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan
standar performance yang telah ditetapkan.
Secara singkat dengan KBK ini ditekankan agar siswa yang mengikuti
pendidikan di sekolah memiliki kompetensi yang diinginkan. Kompetensi
merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang
ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Sehingga KBK
diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan,
nilai, sikap, dan minat siswa agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
keterampilan, tepat, dan berhasil dengan penuh tanggung jawab.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada:
a. hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna,
b. keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.
Tujuan yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi
siswa baik secara individual maupun klasikal. Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas) mengemukakan karakteristik KBK, sebagai berikut:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatann dan metode
bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
poenguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 207


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Pada pelaksanaan kurikulum ini, posisi siswa kembali ditempatkan sebagai
subjek dalam proses pendidikan dengan terbukanya ruang diskusi untuk
memperoleh suatu pengetahuan. Siswa justru dituntut untuk aktif dalam
memperoleh informasi. Kembali peran guru diposisikan sebagai fasilitator
dalam perolehan suatu informasi.
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Hal ini mutlak diperlukan mengingat
KBK juga memiliki visi untuk memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik
siswa sebagai subjek pendidikan. Berikut karakteristik utama KBK, yaitu:
a. Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi.
b. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi
siswa (normal, sedang, dan tinggi).
c. Berpusat pada siswa.
d. Orientasi pada proses dan hasil.
e. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual.
f. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
g. Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.
h. Belajar sepanjang hayat;
i. Belajar mengetahui (learning how to know),
j. Belajar melakukan (learning how to do),
k. Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be),
l. Belajar hidup dalam keberagaman (learning how to live together).
2. Kurikulum 2006
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, otonomi
daerah bidang pendidikan dan kebudayaan telah diberlakukan sejak tahun
2003. Visi pokok dari otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara
pada upaya pemberdayaan terhadap masyarakat daerah untuk menentukan
sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem penilaian
hasil belajar, guru dan kepala sekolah.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 208


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Kurikulum 2006 dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) disusun untuk menjalankan amanah yang tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut pada gilirannya
berimplikasi pada perubahan sistem majanemen pendidikan dari pola
sentralisasi ke desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan (Muhaimin, dkk.
2008:2). Guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara
bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di
sekolahnya.
Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran
oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan kerangka dasar
(KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi
dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi, pengembangan
perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan (sekolah/madrasah). Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi
rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum. Jadi, pada
kurikulum ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak untuk menyusun dan
membuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan siswa dan
kepentingan lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas pendidikan.
Karena KTSP berdasar pada pelaksanaan KBK, maka siswa juga diberikan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 209


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kesempatan untuk memperoleh pengetahuan secara terbuka berdasarkan sistem
ataupun silabus yang telah ditetapkan oleh masing-masing sekolah.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah.
Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan
SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
3. Kurikulum 2013 (K13)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan bahwa kurikukulum
terbaru 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran
kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri
kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam
berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena
siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui
perkembangan teknologi dan informasi.
Kesiapan guru berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong siswa
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang
telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran. Sedangkan untuk
siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan,
kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan
berpikir kritis. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif. Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integrative memberi
kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai
mata pelajaran. Pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Ada empat aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana
implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 210


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
a. Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang
menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji
kompetensi guru (UKG) baru mencapai rata-rata 44,46
b. Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode
penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.
c. Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asocial
kepada siswa dan teman sejawat lainnya.
d. Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang
yang akan digugu dan ditiru siswa.
Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan
guru ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih
baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 211


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
H. DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. (2008). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Hidayat, Sholeh. (2013). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Idi, Abdullah. (2011). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik.


Yogyakarta: Arruz Media.

Nurgiyantoro, Burhan. (2008). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum


Sekolah Sebuah Pengantar Teoritik dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE
Anggota IKAPI.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 212


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
BAB VII
KURIKULUM 2013

A. Pengertian Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem
Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan
oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum 2006 (yang sering disebut
sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama
kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaannya pada
tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan.
Pada tahun ajaran 2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2013,
Kurikulum 2013 diimpelementasikan secara terbatas pada sekolah perintis,
yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah Dasar, kelas VII untuk SMP,
dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan pada tahun 2014,
Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk
SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang
menjadi sekolah perintis adalah sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh
provinsi di Indonesia.
Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran
terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang
dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKN, dan lain
sebagainya, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional (seperti PISA
dan TIMSS) sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan
pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies
Baswedan, nomor 60 tahun 2014 tanggal 11 Desember 2014, pelaksanaan
Kurikulum 2013 dihentikan dan sekolah-sekolah untuk sementara kembali
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kecuali bagi satuan
pendidikan dasar dan menengah yang sudah melaksanakannya selama 3 (tiga)

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 213


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
semester, satuan pendidikan usia dini, dan satuan pendidikan khusus.
Penghentian tersebut bersifat sementara, paling lama sampai tahun pelajaran
2019/2020.
Kurikulum 2013 merupakan implementasi dari UU No. 32 tahun 2013.
Kurikulum 2013 ini merupakan kelanjutan dan penyempurna dari kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) dan KTSP. Akan tetapi lebih mengacu pada
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana
amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terdapat
pada pasal 35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji
publik kurikulum 2013 yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan
masukan dari masyarakat secara positif.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi
belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Selain itu penataan
kurikulum pada kurikulum 2013 dilakukan sebagai amanah dari UU No. 20
tahun 2003 tentang pendidikan nasional dan peraturan presiden No. 5 tahun
2010 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional.
Kurikulum 2013 dikembangkan untuk meningkatkan capaian pendidikan
dengan dua strategi utama, yaitu peningkatan efektifitas pembelajaran pada
satuan pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran di sekolah. Efektifitas
pembelajaran dicapai melalui tiga tahap, yaitu:
a. Efektifitas interaksi, akan tercipta dengan adanya harmonisasi iklim
akademi dan budaya sekolah. Efektifitas interaksi dapat terjaga apabila
kesinambungan manajemen dan kepemimpinan pada satuan pendidikan.
b. Efektifitas pemahaman, menjadi bagian penting dalam pencapaian
efektifitas pembelajaran. Efektifitas tersebut dapat dicapai apabila
pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal siswa melalui
observasi, asosiasi, bertanya, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 214


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Efektivitas penyerapan, dapat tercipta manakala adanya kesinambungan
pembelajaran horizonta dan vertikal.
Penerapan kurikulum 2013 diimplementasikan adanya penambahan jam
pelajaran, hal tersebut sebagai akibat dari adanya perubahan proses
pembelajaran yang semula dari siswa diberi tahu menjadi siswa yang mencari
tahu. Selain itu, akan merubah pula proses penialaiayang semula berbasis
output menjadi berbasis proses dan output.
Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan
keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal itu
sejalan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 sebagai mana tersurat dalam
penjelasan pasal 35: “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
standar yang telah disepakati”. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan
mencangkup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum terbaru yang diluncurkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional mulai tahun 2013 ini sebagai bentuk
pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2006 atau
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mencangkup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Hal ini senada dengan apa yag
ditegaskan dalam pasal 1 ayat 29 Undang-Undang no. 20 tahun 2003 bahwa
kurikulum merupakan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-
2014 melalui pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang
sudah siap melaksanakannya. Pada Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013
dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan IV Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA/MAK). Pada Tahun

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 215


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Ajaran 2015/2016 diharapkan Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh
kelas I sampai dengan Kelas XII.
Menjelang implementasi Kurikulum 2013, penyiapan tenaga guru dan
tenaga kependidikan lainnya sebagai pelaksana kurikulum di lapangan perlu
dilakukan. Sehubungan dengan itu, Badan Pengembangan Sumberdaya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
(BPSDMPK dan PMP), telah menyiapkan strategi Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013 bagi guru, kepala sekolah dan pengawas.
Pada tahun 2013 pelatihan akan dilakukan bagi pengawas
SD/SMP/SMA/SMK, kepala sekolah SD/SMP/SMA/SMK, dan guru Kelas I
dan IV SD, guru Kelas VII SMP, dan guru Kelas X SMA/SMK. Guna
menjamin kualitas pelatihan tersebut, maka BPSDMPK dan PMP telah
menyiapkan 14 Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, sesuai
dengan kelas, mata pelajaran, dan jenjang pendidikan. Modul ini diharapkan
dapat membantu semua pihak menjalankan tugas dalam Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan
salah satu unsur yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan
proses berkembangnya potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi
bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi
sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik
menjadi:
1. Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah.
2. Manusia terdidik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
3. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter harus
melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-komponen
sistem pendidikan itu sendiri. Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013
diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 216


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh dan seimbang, sesuai dengan standart kompetensi pada setiap
jenjang pendidikan.
Karakter adalah gambaran tingkah laku yang dimiliki oleh seseorang yang
mencerminkan nilai-nilai kehidupan dan melekat pada diri seseorang. Orang
yang berkarakter memeilki berbagai dimensi misalnya, dimensi sosial, fisik,
emosi, dan akademik. Jika disejajarkan dengan ranah Bloom, berarti manusia
berkarakter memiliki ranah kognisi, afeksi, dan psikomotorik yang baik,
ditambah dengan emosi, spiritual, ketahanan menghadapi masalah dan sosial.
Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bukan hanya tanggung jawab
sekolah semata, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak. Untuk
mengefektifkan program pendidikan karakter dan meningkatkan kompetensi
dalam kurikulum 2013 diperlukan kordinasi, komunikasi dan jalinan kerja
antara sekolah, orangtua, dan pemerintah dalam semua sisi.
Dengan demikian, perpaduan dua basis antara kompetensi dan karakter
dalam kurikulum ini diharapkan siswa dapat meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam kehidupan
sehari-hari.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013


Dalam setiap pengembangan kurikulum pasti ada landasan-landasan yang
digunakan. Berikut ini landasan-landasan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum 2013.
1. Landasan Filosofis
Berikut ini landasan filosofis :
a. Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam
pengembangan pendidikan.
b. Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik,
kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 217


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Dari sumber lain menjelaskan mengenai landasan filosofis kurikulum 2013
sebagai berikut:
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa, kehidupan masa kini dan
membangun landasan kehidupan masa depan.
b. Pendidikan adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya.
c. Pendidikan memberikan dasar bagi untuk peserta didik berpartisipasi
dalam membangun kehidupan masa kini.
d. Pendidikan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik
e. Pendidikan adalah proses pengembangan jatidiri peserta didik.
f. Pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subjek yang belajar.
Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan
bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter
bangsa masa kini. Berbagai perkembangan dalam ilmu, teknologi, budaya,
ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia,
dikemas dalam konten pendidikan.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap
potensi peserta didik “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab”
(UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan
kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini,
dan kehidupan bangsa di masa mendatang.Pendidikan berakar pada budaya
bangsa. Proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta
didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya
bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa
lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya,

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 218


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik
tersebut hidup dan mengembangkan diri.
Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut akan
dimiliki peserta didik apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan
kebiasaan, keterampilan sosial memberikan dasar untuk secara aktif
mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, warganegara,
dan anggota umat manusia. Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan
dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum harus
menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan
kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warganegara yang
produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang.
2. Landasan Yuridis
Berikut ini landasan yuridis:
a. RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi
Pembelajaran dan Penataan Kurikulum.
b. PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
c. INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode
pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk
membentuk daya saing dan karakter bangsa.
Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan
kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standart
isi.
Beberapa landasan yuridis dari Undang-Undang sebagai berikut:
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
b. UU nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 219


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. UU no. 17 tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangka panjang
nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan rencana pembangunan
jangka menengah nasional, dan
d. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standart nasional
pendidikan sebagaimana telah diubah dengan PP no. 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan.
3. Landasan Konseptual
Berikut ini landasan Konseptual:
a. Relevansi pendidikan (link and match).
b. Kurikulum berbasis kompetensi, dan karakter.
c. Pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning).
d. Pembelajaran aktif (student active learning).
e. Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.
4. Landasan Teoritis
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar
dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar
adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal
hasil belajar yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional
dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan
tersebut adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(PP nomor 19 tahun 2005).
Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi
Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar
Kompetensi Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu
kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup penerapan komponen proses
dan konten. Komponen proses adalah kemampuan minimal untuk mengkaji
dan memproses konten menjadi kompetensi. Komponen konten adalah
dimensi kemampuan yang menjadi sosok manusia yang dihasilkan dari
pendidikan. Komponen ruang lingkup adalah keluasan lingkungan minimal
dimana kompetensi tersebut digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 220


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
satuan pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta jalur satuan
pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah,
masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi.
Kurikulum dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya
bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil
dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang
menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
5. Landasan Empiris
Berbagai perubahan telah terjadi di Indonesia. Kemajuan terjadi di
beberapa sektor di Indonesia, namun di beberapa sektor yang lain, khususnya
pendidikan, Indonesia tetap tinggal di tempat, atau bahkan mundur. Hal-hal
seperti ini menunujukkan perlunya perubahan orientasi kurikulum dengan
tidak membebani peserta didik dengan konten, namun pada aspek kemampuan
esensial yang diperlukan semua warga untuk berperan serta dalam
membangun negara pada masa mendatang.
Dalam satu sistem pendidikan, kurikulum itu bersifat dinamis serta harus
selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti
perkembangan dan tantangan zaman. Namun demikian, perubahan dan
pengembangan kurikulum harus dilakukan secara terarah dan tidak asal-asalan.
Dewasa ini kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan
kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini
juga menimpa generasi muda. Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa
kekerasan tersebut berasal dari kurikulum, namun para ahli pendidikan dan
tokoh masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah
implementasi kurikulum. Yang terlalu menekankan aspek kognitif dan
keterkungkungan peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang
kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu kurikulum 2013 ini hadir

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 221


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
untuk menjawab segala persoalan yang berkaitan dengan masalah tersebut
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tujuan pendidikan nasional.

C. Tujuan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Seperti yang dikemukakan di berbagai media massa, bahwa melaui
pengembangan Kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, afaktif. Melaui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum
difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa
paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemontrasikan
peserta didik sebagi wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya
secara kontekstual.
Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta
didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan
penguasaan da pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu,
peserta didik perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi dan karakter
yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil belajar, sehingga para
peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap
sejumlah komptensi dan karakter tertentu, sebagai prasyarat untuk melanjutkan
ke tingkat penguasaan kompetensi dan karakter berikutnya.
Mengacu pada penjelasan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum
dikatakan, bahwa: “Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-
undang ini meliputi:...., 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi,.....,” dan pada penjelasan Pasal 35, bahwa “Kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati”. Maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 222


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
“Melanjutkan Pengembangan Kurikulum Bebasis Kompetensi yang telah
dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetauan, dan
keterampilan secara terpadu”.
Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada proses
pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, sedangkan
pada proses penilaian, dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian
uotput menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses, partofolio dan
penilaian output secara utuh dan menyeluruh, sehingga memerlukan
penambahan jam pelajaran.

D. Aspek-Aspek yang Terkandung dalam Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek
pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku.
1. Aspek Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan
aspek di kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada
tingkat pemahaman siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek
pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir
Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut,
pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum
yang dilaksanakan sebelumnya.
2. Aspek Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di
Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill
atau kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan
opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta
melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan salah satu
aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka
siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga
hanya menjadi teori semata.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 223


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Apek Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk proses penilaian.
Sikap tersebut meliputi perangai sopan santun, sosial, adab dalam belajar,
absensi,dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan
karena guru tidak setiap saat mampu mengawasi siswa-siswa, sehingga
penilaian yang dilakukan kurang efektif.

E. Karakteristik Kurikulum 2013


Dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut
dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif
dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas dan mata pelajaran.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta
didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas
tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan
menengah berimbang antara sikap dan kemampuan intelektual
(kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) diikat
oleh kompetensi inti.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 224


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD).
Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di
kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang
untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
9. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik.
10. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar.
11. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
12. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

F. Prinsip-prinsip Kurikulum 2013


Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran
karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran
untuk mencapai kompetensi. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum
sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus
dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di
satu satuan atau jenjang pendidikan, kurikulum sebagai proses adalah
totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang
pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam
rencana, dan hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan
dalam menerapkan perolehannya di masyarakat.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan
untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 225


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar
12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar
pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu
sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan
pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan
pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model
kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, ketrampilan
psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi
yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata
pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas
dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran,
diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi
horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi
prinsip akumulasi dalam pembelajaran.

Dalam satu sistem pendidikan, kurikulum itu bersifat dinamis serta harus
selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti
perkembangan dan tantangan zaman. Namun demikian, perubahan dan
pengembangan kurikulum harus dilakukan secara terarah dan tidak asal-asalan.
Kurikulum 2013 juga memiliki prinsip dalam pengembangannya. Sesuai
dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan
serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam pengembangan
kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu memperhatikan
dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 226


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasin sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik.
3. Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian
kompetensi.
4. SKL dijabarkan darintujuan pendidikan nasional dan kebutuhan
masyarakat, negara serta perkembangan global.
5. SI dijabarkan dari SKL.
6. Standar proses dijabarkan dari SI.
7. Standar Penilaian dijabarkan dari SKL, SI, dan Standar Proses.
8. Standart Kompetensi Lulusan dijabarkan kedalam Standar Inti.
9. Kompetensi Inti dijabarkan kedalam Kompetensi Dasar yang
dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran.
10. Kurikulum Satuan Pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional,
daerah, dan satuan pendidikan.
11. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
12. Penilaian hasil belajar berbasis prosse dan produk.
13. Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach).
Untuk menunjang berjalannya sebuah kurikulum dengan baik dan sesuai
dengan apa yang diharapkan tentunya juga sangat berkaitan dengan bagaimana
jalannya proses pembelajaran. Pelaksanaan kurikulum 2013 memiliki
karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum 2006. Berdasarkan
hasil analisis terhadap kondisi yang diharapkan terdapat maka dipeloleh 14
prinsip utama pembelajaran yang perlu guru terapkan. Adapun 14 prinsip
tersebut adalah:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 227


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
1. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu
Pembelajaran mendorong siswa menjadi pembelajar aktif, pada awal
pembelajaran guru tidak berusaha untuk meberi tahu siswa karena itu materi
pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk final. Pada awal pembelajaran guru
membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena atau fakta lalu
mereka merumuskan ketidaktahuannya dalam bentuk pertanyaan. Jika
biasanya kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyampaian informasi dari
guru sebagai sumber belajar, maka dalam pelaksanaan kurikulum 2013
kegiatan inti dimulai dengan siswa mengamati fenomena atau fakta tertentu.
1. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber
Pembelajaran berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan
pembelajaran membuka peluang kepada siswa sumber belajar seperti
informasi dari buku siswa, internet, koran, majalah, referensi dari
perpustakaan yang telah disiapkan. Pada metode proyek, pemecahan
masalah, atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di luar
kelas. Dianjurkan pula untuk materi tertentu siswa memanfaatkan sumber
belajar di sekitar lingkungan masyarakat. Tentu dengan pendekatan ini
pembelajaran tidak cukup dengan pelaksanaan tatap muka dalam kelas.
2. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah
Pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar
tertulis sebagai satu-satunya sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa
hanya dalam bentuk teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam bentuk teks,
disain program, mind maping, gambar, diagram, tabel, kemampuan
berkomunikasi, kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat dilihat dari
lisannya, tulisannya, geraknya, atau karyanya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 228


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi
Pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas
dalam proses belajar. Yang dikembangkan dan dinilai adalah sikap,
pengetahuan, dan keterampilannya.
4. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu, mata
pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen
sistem yang terpadu
Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu
untuk menghasilkan kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu
merancang pembelajaran bersama-sama, menentukan karya siswa
bersama-sama, serta menentukan karya utama pada tiap mata pelajaran
bersama-sama, agar beban belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang
banyak, aktivitas yang banyak, serta penggunaan waktu yang banyak tidak
menjadi beban belajar berlebih yang kontraproduktif terhadap
perkembangan siswa.
5. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi
Di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggal. Siswa melihat
awan yang sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari
tempatnya berpijak. Jika ada sejumlah siswa yang melukiskan awan pada
jam yang sama dari tempat yang berjauhan, mereka akan melukiskannya
berbeda-beda, semua benar tentang awan itu, benar menjadi beragam
6. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif
Pada waktu lalu pembelajaran berlangsung ceramah. Segala sesuatu
diungkapkan dalam bentuk lisan guru, fakta disajikan dalam bentuk
informasi verbal, sekarang siswa harus lihat faktanya, gambarnya,
videonya, diagaramnya, teksnya yang membuat siswa melihat, meraba,
merasa dengan panca indranya. Siswa belajar tidak hanya dengan
mendengar, namun dengan menggunakan panca indra lainnya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 229


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
7. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills) dan keterampilan mental (softskills)
Hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka dalam bentuk
pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi menyangkut perkembangan
sikapnya dan keterampilannya. Keterampilan yang dimaksud bisa
keterampilan membacan, menulis, berbicara, mendengar yang
mencerminkan keterampilan berpikirnya. Keterampilan bisa juga dalam
bentuk aktivitas dalam menghasilkan karya, sampai pada keterampilan
berkomunikasi yang santun, keterampilan menghargai pendapat dan yang
lainnya.
8. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat
Ini memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak dini
untuk melaksanakan norma yang baik sesuai dengan budaya masyarakat
setempat, dalam ruang lingkup yang lebih luas siswa perlu
mengembangkan kecakapan berpikir, bertindak, berbudi sebagai bangsa,
bahkan memiliki kemampuan untuk menyesusaikan dengan kebutuhan
beradaptasi pada lingkungan global. Kebiasaan membaca, menulis,
menggunakan teknologi, bicara yang santun merupakan aktivitas yang
tidak hanya diperlukan dalam budaya lokal, namun bermanfaat untuk
berkompetisi dalam ruang lingkup global.
9. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam
proses pembelajaran (tut wuri handayani)
Di sini guru perlu menempatkan diri sebagai fasilitator yang dapat
menjadi teladan, memberi contoh bagaimana hidup selalu belajar, hidup
patuh menjalankan agama dan prilaku baik lain. Guru di depan jadi
teladan, di tengah siswa menjadi teman belajar, di belakang selalu
mendorong semangat siswa tumbuh mengembangkan pontensi dirinya
secara optimal.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 230


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
10. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat
Karena itu pembelajaran dalam kurikulum 2013 memerlukan waktu
yang lebih banyak dan memanfaatkan ruang dan waktu secara integratif.
Pembelajaran tidak hanya memanfaatkan waktu dalam kelas.
11. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas
Prinsip ini menandakan bahwa ruang belajar siswa tidak hanya dibatasi
dengan dinding ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas
besar untuk siswa belajar. Lingkungan sekolah sebagai ruang belajar yang
sangat ideal untuk mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu
pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan sistem yang terbuka.
12. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan siswa untuk
memanfaatkan TIK. Jika guru belum memiliki kapasitas yang mumpuni
siswa dapat belajar dari siapa pun. Yang paling penting mereka harus dapat
menguasai TIK sebab mendapatkan pelajaran dengan dukungan TIK atau
tidak siswa tetap akan menghadapi tantangan dalam hidupnya menjadi
pengguna TIK. Jika sekolah tidak memfasilitasi pasti daya kompetisi siswa
akan jomplang daripada siswa yang memeroleh pelajaran
menggunakannya.
13. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
siswa
Cita-cita, latar belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah,
cara pandang, cara belajar, cara berpikir, keyakinan siswa berbeda-beda.
Oleh karena itu pembelajaran harus melihat perbedaan itu sebagai
kekayaan yang potensial dan indah jika dikembangkan menjadi kesatuan
yang memiliki unsur keragaman. Hargai semua siswa, kembangkan
kolaborasi, dan biarkan siswa tumbuh menurut potensinya masing-masing
dalam kolobarasi kelompoknya.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 231


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Perlunya Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 2013
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus
selau dilaukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti
perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan
pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal
berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki
visi dan arah yang jeas, mau dibawa kemana sistem pendidikan nasional
dengan kurikulum tersebut.
Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang
ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut: (diadaptasi dari materi
sosialisasi Kurikulum 2013).
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditujukan dengan
banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan
kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.
2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan
visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yag dikembangkan lebih didominasi oleh aspek
pengembangan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik
(pengetahuan, keterampilan dan sikap).
4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
masyarakat, seperti: pendidikan karakter, kesadaran lingkungan,
pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifisik, keseimbangan soft
skill and hard skill, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomondasi di
dalam lingkungan.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial
yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
6. Standar proses pembelajaran membuka peluang penafsiran yang beraneka
ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompotensi,
serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara
berkala.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 232


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
G. Komponen-Komponen Kurikulum 2013
pada hakikatnya kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. (UU Sisdiknas). Berangkat dari definidi itu, kurikulum
tersebut setidaknya ada tiga komponen penting yang ada dalam kurikulum
yaitu komponen tujuan pendidikan, komponen proses, dan komponen evaluasi.
Pada masa reformasi ini pendidikan lebih diarahkan untuk menghasilkan
manusia Indonesia yang berkarakter unggul. Manusia Indonesia yang memiliki
integritas. Ini tentu untuk merespon baerbagai degradasi moral dan sosial
seperti tindak korupsi yang semakin merajalela, penyalahgunaan narkoba,
tawuran pelajaran, dan lain-lain. Selain tujuan pendidikan komponen lain yang
harus ada dalam komponen kurikulum adalah proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan dalam kurikulum. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran
melibatkan banyak sub komponen seperti metode ataupun teknik
pembelajaran, guru, buku ajara, dan kelengkapan pembelajaran yang lain.
Komponen-komponen inilah yang secara sinergis menentukan tercapainya
tujuan pendidikan. Proses pembelajaran merupakan pusat segala upaya
perbaikan kualitas pendidikan nasional. Pleh sebab itu, seharusnya perhatian
lebih dicurahkan kepada upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Namun perhatian sepertinya belum optimal terbukti dengan
masih banyaknya sekolah dengan sarana dan prasarana seadanya saja.
Sementara itu, komponen terakhir dalam kurikulum adalah evaluasi.
Implementasi kurikulum perlu dievaluasi untuk melihat capaian yang telah
terlaksana. Evaluasi merupakan proses review atas berbagai proses
implementasi kurikulum.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 233


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
H. Persamaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013
a. Persamaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013
1. Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 sama-sama
menampilkan teks sebagai butir-butir KD.
2. Untuk struktur kurikulumnya baik pada KTSP atau pada 2013 sama-
sama dibuat atau dirancang oleh pemerintah tepatnya oleh Depdiknas.
3. Beberapa mata pelajaran masih ada yang sama seperti KTSP.
4. Terdapat kesamaan esensi kurikulum, misalnya pada pendekatan
ilmiah yang pada hakekatnya berpusat pada siswa. Dimana siswa yang
mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan.

I. Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013


Perbedaan pokok antara KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(Kurikulum 2006) yang selama ini diterapkan dengan Kurikulum 2013
berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dalam KTSP, kegiatan
pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun
dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi
kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara
khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.
Meskipun silabus sudah dikembangkan oleh pemerintah pusat, namun
guru tetap dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan makna yang
terkandung dalam silabus, terutama untuk kepentingan operasionalisasi
pembelajaran. Oleh karena itu, kajian silabus tampak menjadi penting, baik
dilakukan secara mandiri maupun kelompok sehingga diharapkan para guru
dapat memperoleh perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif dalam
memahami seluruh isi silabus yang telah disiapkan tersebut.
Perbedaan esensial dari KTSP dan kurikulum 2013 itu sendiri adalah
sebagai berikut:
NO KTSP KURIKULUM 2013
1 Mata pelajaran tertentu Tiap mata pelajaran mendukung
mendukung kompetensi semua kompetensi.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 234


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
tertentu.
2 Mata pelajaran dirancang Mata pelajaran dirancang terkait satu
berdiri sendiri dan memiliki dengan yang lain dan memiliki
kompetensi dasar sendiri. kompetensi dasar yang diikat oleh
kompetensi inti tiap kelas.
3 Bahasa Indonesia sejajar Bahasa Indonesia sebagai penghela
dengan MAPEL lain. MAPEL lain.
4 Tiap mata pelajaran diajarkan Semua mata pelajaran diajarkan
dengan pendekatan berbeda. dengan pendekatan yang sama
(saintifik) melalui mengamati,
menanya, mencoba, menalar.
5 Tiap jenis konten Bermacam jenis konten
pembelajaran diajarkan pembelajaran diajarkan terkait dan
terpisah. terpadu satu sama lain. Ilmu
Pengetahuan diintegrasikan dan
dijadikan penggerak konten
pembelajaran lainnya.
6 Tematik untuk kelas I-III. Tematik integratif untuk kelas I-III.
7 TIK mata pelajaran sendiri. TIK merupakan sarana
pembelajaran, digunakan sebagai
media pembelajaran mata pelajaran
lain.
8 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia sebagai alat
pengetahuan. komunikasi dan carrier of
knowledge.
9 Untuk SMA ada penjurusan Tidak ada penjurusan SMA. Ada
sejak kelas XI. mata pelajaran wajib, peminatan,
antar minat, dan pendalaman minat.
10 SMA dan SMK tidak SMA dan SMK memiliki mata
memiliki kesamaan pelajaran wajib yang sama terkait

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 235


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kompetensi. dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
11 Penjurusan di SMK sangat Penjurusan di SMK tidak terlalu detil
detil. sampai bidang studi, didalamnya
terdapat pengelompokkan minat dan
pendalaman.

J. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013


Adapun yang menjadi kelebihan dan kekurangan kurikulum terbaru atau
kurikulum 2013 ini, antara lain:
1. Kelebihan Kurikulum 2013
1. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah
(kontekstual) karena berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik
untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan
kompetensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan
subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam
bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan
transfer pengetahuan.
2. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi
mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan
pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta
pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara
optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
3. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih cepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
4. Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan
inovatif, pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi
menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter
harus diintegrasikan kesemua program studi.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 236


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
5. Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak
desa atau kota. Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi
kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka.
6. Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu
kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru
untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus.
b. Kekurangan Kurikulum 2013
1. Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas
yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan
langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
2. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil
dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan
ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
3. Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena
rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.

K. Faktor Adanya Pengembangan Kurikulum


Tiga faktor yang menjadi alasan pengembangan kurikulum 2013:
a. Tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah
lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, kovergensi ilmu dan
teknologi, dan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan.
b. Kompetensi masa depan yang diantaranya meliputi kemampuan
berkomunikasi, kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan
mempertimbangkan segi moral, kemampuan menjadi kewarganegaraan
yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran
terhadap pandangan yang berbeda.
c. Fenomena sosial yang mengemuka, seperti perkelahian pelajar, narkoba,
korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak
sosial (social unrest).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 237


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
d. Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitik
beratkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang
bermuatan karakter.
Sebagaimana disebutkan di dalam Permendikbud Nomor 67 tahun 2013
tentang kerangka Dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar dan struktur
kurikulum sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyyah, No 69
tahun 2013 tentang dasar dn struktur kurikulum menengah ke atas atau
madrasah aliyyah, dan Nomor 70 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan
struktur kurikulum sekolah menengah dan kejuruan atau madrasah aliyyah
kejuruan bahwa faktor- faktor yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum 2013 adalah:
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
standar prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian
pendidikan.
Tantangan internal lainya terkait dengan perkembangan pendidik Indonesia
dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk
Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak usia yang tidak produktif
(anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah
penduduk usia produktif ini di perkirakan akan mencapai puncaknya pada
tahun 2020 -2035 pada saat angkanya mencapai 70% .oleh sebab itu tantangan
besar yang di hadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya
manusia usia produktif yang melimpa ini dapat di transformasikan menjadi
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan ketrampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 238


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
teknologi dan informasi, kebangkitan industry kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional . arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional
menjadi masyarakat industry dan perdagangan modern seperti terdapat terlihat
di world trade Organization (WTO), Association of southeast Asian Nations
(ASEAN).
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi
dunia, pengaruh dan imbas teknosains ,serta mutu, investasi, dan tranformasi
bidang pendidikan. keikutsertaan Indonesia didalam study internasional
Trends in internasional Mathematics and science study (TIMSS) dan progam
for internasional student assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak- anak Indonesia tidak menggembirakan
dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan
PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

L. Penyempurnaan Pola Pikir


Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola piker sebagai
berikut:
a. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peseta didik harus memiliki pilihan-pilihan
terhadap materi yang di pelajari untuk memiliki kompetensi yang sama .
b. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-pesrta didik-masyarakat-
lingkungan alam,sumber atau media lainya.
c. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembeljaran secara jejaring (peseta
didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat di
hubungi serta di peroleh melalui internet).
d. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(Pembelajaran system aktif mencari semakin di perkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 239


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
e. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim).
f. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia.
g. Pola pembelajaran berbasis masal menjadi kebutuhan pelanggan (user)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki peserta
didik.
h. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monosdiscpline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak atau (multi discipline).
i. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

M. Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Dalam kurikulum2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
a. Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif,
b. Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan,
c. Penguatan sarana dan prsarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.

N. Konsep Dasar Pembelajaran Kurikulum 2013


Menurut Sudjana, pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan
dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Menurut Gulo pembelajaran adalah untuk
menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar.
Menurut Nasution, pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
didik, sehingga terjadi proses belajar. Yang dimaksud lingkungan disini adalah
ruang belajar, guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya
yang relefan dengan kegiatan belajar siswa (Amri, 2013: 28).
Biggs membagi konsep pembelajaran dalam tiga pengertian, yaitu:
1. Pengertian Kuantitatif

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 240


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Penularan pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru dituntut untuk
menguasai ilmu yang disampaikan kepada siswa, sehingga memberikan
hasil optimal.
2. Pengertian Institusional
Penataan segala kemampuan mengajar sehingga berjalan efisien. Guru
harus selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar.

3. Pengertian Kualitatif
Upaya guru untuk memudahkan belajar siswa. Peran guru tidak hanya
menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga melibatkan siswa dalam
aktivitas belajar yang efektif dan efisien. Kesimpulannya pembelajran
merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sitem lingkunagn dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
yang optimal.

O. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013


Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran
intrakurikuler dan pembelajaran ekstrakurikuler:
1. Pembelajaran Intrakurikuler
Adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam
struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Pembelajaran didasarkan pada prinsip berikut:
1. Proses pembelajaran intrakurikuler di SD/MI berdasarkan tema sedangkan
di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.
2. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif
untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat
yang memuaskan (excepted).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 241


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2. Pembelajaran Ekstrakurikuler
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk
aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran
terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas
kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam
kurikulum. Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk:
Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak
dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa:
1. Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada
kepemimpinan, hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai
ketrampilan hidup.
2. Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai
unsur pendukung kegiatan intrakurikuler.

P. Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sabagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah:
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 242


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Q. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun berbagai metode
pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran,
antara lain:
a. Metode ceramah
Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan baik
verbal maupun nonverbal.
b. Metode latihan
Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan
tertentu sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.
c. Metode tanya jawab
Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijwab
oleh anak didik. Bertujuan memotivasi anak mengajukan pertanyaan
selama proses pembelajaran atau guru mengajukan pertanyaan dan anak
didik menjawab.
d. Metode karya wisata
Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik
ke objek diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat
mengamati atau mengalami secara langsung.
e. Metode demonstrasi
Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau suatu
benda yang berkaitan dengan bahan pembelajaran.
f. Metode sosiodrama
Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam
kehidupan sosial.
g. Metode bermain peran
Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak
didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh, baik tokoh hidup

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 243


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
maupun mati. Metode ini mengembangkan penghayatan, tanggungjawab,
dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari.
h. Metode diskusi
Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa
diminta untuk memecahkan masalah secara kelompok.
i. Metode pemberian tugas dan resitasi
Merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa.
Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk
melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan guru.
j. Metode eksperimen
Merupakan metode pembelajaran melalui pemberian kepada siswa untuk
pencobaan.
k. Metode proyek
Merupakan metode membahas materi pembelajaran ditinjau dari sudut
pandang lain.
Adapun prinsip dalam pemilihan dalam metode pembelajaran adalah
disesuaikan dengan tujuan, tidak terikat pada suatu alternatif, penggunaannya
bersifat kombinasi. Faktor yang menentukan dipilihnya suatu metode dalam
pembelajaran antara lain:
a. Tujuan pembelajaran
b. Tingkat kematangan anak didik
c. Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran

R. Pendekatan Pengembangan Kurikulum 2013


Pada dasarnya yang mendasari kegiatan pembelajaran pada kurikulum
2013 adalah pendekatan ilmiah (saintific approach), walupun sebenarnya
bukan hal yang baru, karena pendekatan ilmiah pada KBK sudah ada, namun
istilahnya saja yang berbeda. Adapun ciri-ciri umumnya adalah kegiatan
pembelajaran yang mengedepankan kegiatan-kegiatan proses yaitu:
mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 244


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut:
1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu mengapa.”
2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu bagaimana”.
3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu apa.”
4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan
untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
5. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
6. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk
jejaring untuk semua mata pelajaran
Kriteria pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :
a. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
b. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 245


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
e. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.

S. Implementasi Kurikulum 2013


Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang implementasi
kurikulum diantaranya sebagai berikut:
Pasal 1:
Implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs),
sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), dan sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK) dilakukan secara bertahap
mulai tahun pelajaran 2013/2014.
Pasal 2:
a. Implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK menggunakan pedoman implementasi kurikulum yang
mencangkup:
1. Pedoman penyusunan dan pengelolaan KTSP.
2. Pedoman pengembangan muatan lokal.
3. Pedoman kegiatan ekstrakurikuler
4. Pedoman umum pembelajaran, dan
5. Pedoman evaluasi kurikulum
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
1. Pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala
sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
2. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan
kurikulum secara nasional.
3. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan
evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 246


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
4. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan
profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan
kurikulum di kabupaten/kota terkait.
b. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
a. Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
b. Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
c. Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013-2015
1. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012–
2014
2. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan
pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA
dan SMK, dimulai dari bulan Januari-Desember 2013
3. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan
kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan:
Juli 2013-2016.
Dalam kurikulum 2013, guru dituntut untuk secara profesional
merancang pembelajaran afektif dan bermakna, mengorganisasikan
pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan
prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta
menetapkan kriteria keberhasilan. Berkaitan dengan hal tersebut akan
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
c. Merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna
Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum, dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal
tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Guru harus
menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena
melibatkan aspek pedagigis, psikologi, dan didaktis secara bersamaan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 247


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
d. Mengorganisasikan pembelajaran
Implementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk mrngorganisasikan
pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan pengorgsnisasian pembelajaran dalam
implementasi kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan
dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan tenaga ahli dan sumber daya
masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan.
e. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran
dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), bermain peran,
pembelajaran partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas
(mastery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (constructivism
teaching and learning).
f. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter
Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013
merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi dan karakter
peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut maka
kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standart, indikator hasil belajar, dan
waktu yang harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehinga
peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar
yang optmal.dalam hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Pada umumnya kegiatan
pembelajaran mencangkup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau
pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.
Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi
implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan
kepala sekolah. Oleh karena itu, pengoptimalan implementasi kurikulum 2013
diperlukan suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-komponen
tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 248


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Membudayakan kurikulum dapat diartikan bahwa implementasi kurikulum
tersebut masuk dalam budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan,
norma-norma, dan keyakinan semua warga sekolah, baik peserta didik, guru,
kepala sekolah, maupun tenaga kependidikan lain.
g. Pelaksanaan
Melihat hasil kajian teori dan berdasarkan wawancara dari segi
implementasi dan hambatan, kurikulum 2013 sudah terlaksana dengan baik
dan sesuai dengan teori kurikulum 2013, yang mana kurikulum 2013
merupakan penyempurna dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Keberhasilan
pelaksanaan Kurikulum 2013 disebabkan oleh beberapa faktor yang telah
dilaksanakan oleh pendidik yang telah memperhatikan
beberapa faktor yaitu beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 pada sekolah tingkat menengah yaitu: bahasa
pengantar, kegiatan ekstrakurikuler, intrakurikuler, bimbingan dan konseling,
tenaga kependidikan, sumber dan sarana belajar, pengembangan silabus,
pengelolaan kurikulum, kegiatan belajar mengajar, penilaian yang mencakup
tiga ranah (kognitif, afektif dan psikomotorik).
h. Materi
Hasil kajian teori dan observasi menunjukkan dalam segi materi masih
sangat membutuhkan sejumlah sumber belajar yang memadai. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kurangnya motivasi siswa dalam mencari informasi seperti
yang terdapat pada karakteristik bahwa siswa pada kurikulum 2013 dituntut
untuk lebih aktif bertanya, mencari dan mengamati materi yang diajarkan.
Guru hanya sebagai fasilitator atau rekan belajar bagi siswa sehingga guru
hanya memerlukan 30% memberikan materi dan 70% merupakan tugas siswa
untuk lebih aktif mencari informasi tentang materi pelajaran yang disajikan.
Yang menandakan bahwa pada kurikulum 2013 ini memerlukan berbagai
macam sumber referensi untuk menunjang sistem pelaksanaan terutama dalam
materi pembelajaran.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 249


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
i. Media Pembelajaran
Hasil observasi tentang media pembelajaran sudah terlaksana hanya saja
untuk media seperti LCD pihak sekolah melihat faktor keamanan yang kurang
menjamin karena jauh dari pemukiman warga. Akan tetapi para pendidik tidak
putus asa untuk mengembangkan Kurikulum 2013. Para pendidik berusaha
mendesain media dengan kreatif seperti halnya media alam terbuka, belajar di
lapangan atau melalui media televisi sekolah, koran, dan pengalaman belajar
dari masing-masing siswa, semua itu karena para pendidik berpedoman kepada
konsep Penyediaan media pembelajaran merupakan persiapan yang harus
diperhatikan karena menuntut siswa lebih aktif berinteraksi dengan sumber
belajarnya dengan melihat tujuan materi pembelajaran. Dan peran guru pada
media Kurikulum 2013 ini sebagai coach, mentor, instructor, facilitator dan
motivator. Adapun harapan dengan media pembelajaran ini yaitu agar dapat
mengidentifikasi kaitan antar belajar dan media pembelajaran, memahami
manfaat media pembelajaran dalam materi pelajaran, memilih jenis media
yang sesuai dengan topik dan tujuan pembelajaran.
j. Metode Pembelajaran
Dari segi metode masih tetap tidak bisa lepas dari metode konvensional
yaitu ceramah karena faktor kebiasaan tertanamnya metode ceramah yang
paling dominan dilaksanakan. Akan tetapi para pendidik tetap selalu berusaha
untuk memperbaiki secara bertahap agar siswa mampu menyesuaikan dengan
metode yang jarang digunakan bahkan tidak digunakan sama sekali.
Dengan berpedoman kepada tujuan Kurikulum 2013 yaitu bertujuan untuk
mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. (permendikbud nomor 68 tahun 2013 tentang
KD dan struktur Kurikulum SMP-MTS).
Dengan tujuan tersebut perlu pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan metode pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
kreatif, menantang dan memotivasi peserta didik dengan memberikan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 250


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi, mengamati,
elaborasi, bertanya, dan konfirmasi.
k. Penilaian
Sistem penilaian sudah memenuhi standar penilaian Kurikulum 2013
dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Sahih, maksudnya penilaian harus didasarkan pada data yang memang
mencerminkan kemampuan yang ingin di ukur.
2. Objektif, adalah penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas dan tidak boleh dipengaruhi oleh subjektifitas penilai (guru).
3. Adil, suatu penilaian yang dapat merugikan karena melihat siswa
berkebutuhan khusus dan memiliki latar belakang agama, suku, budaya,
adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, guru merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, mencakup seluruh aspek kompetensi
agar lebih dapat memantau perkembangan siswa.
7. Sistematis, terencana dan dilakukan secara bertahap.
8. Beracuan kriteria, penilaian dilakukan dengan mengacu kepada ukuran
kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, penilaian dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi teknik,
prosedur maupun hasilnya.
10. Edukatif, penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan siswa.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 251


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
T. Perbandingan Kurikulum 2013 dengan KTSP 2006
Perbandingan antara kurikulum 2013 dengan KTSP 2006 disajikan dalam
tabel berikut:
Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum
Elemen Ukuran Tata KTSP 2006 Kurikulum 2013
Kelola
Kewenangan Hampir mutlak Terbatas
Kompetisi Harus tinggi Sebaliknya
tinggi. Bagi yang
Guru rendah masih
terbantu dengan
adanya buku
Bebasan Berat Ringan
Efektivitas waktu Rendah (banyak Tinggi
untuk kegiatan waktu untuk
pembelajaran persiapan)
Peran penerbit Besar Kecil
Variasi materi dan Tinggi Rendah
Buku
proses
Variasi Tinggi Rendah
harga/bebas siswa
Hasil Tergantung Tidak
pembelajaran sepenuhnya pada sepenuhnya
guru tergantung guru,
Siswa
tetapi juga buku
yang disediakan
pemerintah
Titik Banyak Sedikit
penyimpangan
Pemantauan Besar Tinggi Rendah

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 252


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
penyimpangan
Pengawasan Sulit, hampir Mudah
tidak mungkin

Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum


Proses Peran KTSP 2006 Kurikulum 2013
Guru Hampir mutlak Pengembangan
(dibatasi hanya dari yang sudah
oleh SK-SD) disiapkan
Penyusunan Pemerintah Hanya sampai Mutlak
Silabus SK-KD
Pemerintah Supervisi Supervisi
Daerah penyusunan pelaksanaan
Penerbit Kuat Lemah
Guru Hampir mutlak Kecil, untuk buku
Penyediaan Buku
pengayaan
Pemerintah Kecil, untuk Mutlak untuk
kelayakan buku teks, kecil
penggunaan di untuk buku
sekolah pengayaan
Penyusunan Guru Hampir mutlak Kecil, untuk
Rencana pengembangan
Pelaksanaan dari yang ada pada
Pembelajaran buku teks
Pemerintah Supervisi Supervisi
Daerah penyusunan dan pelaksanaan dan
pemantauan pemantauan
Guru Mutlak Hampir mutlak
Pelaksanaan Pemerintah Pemantauan Pemantauan
Pembelajaran Daerah kesesuaian kesesuaian dengan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 253


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dengan rencana buku teks
(variatif) (terkendali)
Pemerintah Sulit, karena Mudah, karena
variasi terlalu mengarah pada
Penjamin mutu
besar pedoman yang
sama

U. Penanggung Jawab dan Penjamin Keberhasilan Kurikulum 2013


Impementasi kurikulum seharusnya dapat mewujudkan visi, misi, dan
tujuan pendidikan nasional secara terhadap, namun dalam kenyataanya
seringkali menghadapi berbagai masalah dan tantangan, sehingga yang terjadi
tidak sesuai dengan yang diharapkan, bahkan mengalami kegagalan. Oleh
karena itu, setiap perubahan kurkulum mestinya memperhatikan kondisi-
kondisi yag dialami dalam implementasi kurikulum sebelumnya.
Kurikulum 2013 merupakan proyek yang anggarannya mencapai angka
hampir 2,5 triliun. Ini merupakan proyek nasional, bahkan bisa dibilang
proyek raksasa, karena melibatkan banyak orang orang dan lembaga. Konon,
untuk mempunyai implementasi Kurikulum 2013 ini rencananya dimulai
dengan pelahihan guru, dengan anggaran lebih dari satu triliun dan juga
pengadaan buku lebih dari satu triliun.
Meskipun demikian, “Proyek bancakan nasional” ini melibatkan banyak
lembaga dalam implementasinya, yang seharusnya bertanggungkawab untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan Kurikulum 2013. Lembaga-
lembaga tersebut adalah:
1. Lembaga di Pusat
a. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. DPR
c. Irjen Depdiknas
d. Balitbangdiknas
e. BSNP
f. Bagian Kurikulum pada Direktorat Diknasmen. (SD, SMP, dan SMA)

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 254


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
g. Bagian pendidikan di Departemen Agama
h. LSM Peduli Pendidikan
2. Lembaga di daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota)
a. Gubenur
b. Bawasda
c. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)
d. Bagian Kurikulum di Disdik
e. Bagian Pendidikan di Departemen Agama
f. DPRD
g. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah
h. LSM
Jadi, nara sumber dan instruktur pelatihan juga harus ikut bertanggung
jawab terhadap implementasi Kurikulum 2013 ini. Sesuai dengan rencana
pengembangannya, nara sumber dan instruktur pelatihan tersebut antara lain
adalah Wapres, DPR, Menko Kesra, Mendikbud, Motivator, Tim
Penyelenggara Kurikulum, Tim Pengarah, Tim Inti, dan Pakar Perguruan
Tinggi.
Dengam demikian, banyak lembaga, organisasi, maupun perseorangan
yang terlibat dalam proyek nasional perubahan Kurikulum 2013, tetapi belum
ada jaminan bahwa kurikulum tersebut mampu membawa bangka dan negara
ini ke arah kemajuan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 255


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
V. DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. (2013). Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum


2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Mulyasa, E. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nuh, M. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 213 SD


Kelas IV. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 256


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
BAB VIII
KURIKULUM 2013 REVISI

A. Perubahan Kurikulum 2013 Tahun 2016


Perubahan kurikulum 2013 tahun terjadi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Nama kurikulum tidak berubah menjadi kurikulum nasional tapi tetap
Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang berlaku secara Nasional.
2. Penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran
hanya agama dan ppkn namun KI tetap dicantumkankan dalam penulisan
RPP.
3. Jika ada 2 nilai praktik dalam 1 KD , maka yang diambil adalah nilai yang
tertinggi. Penghitungan, nilai ketrampilan dalam 1 KD ditotal (praktek,
produk, portofolio) dan diambil nilai rata2. untuk pengetahuan, bobot
penilaian harian, dan penilaian akhir semester itu sama.
4. Pendekatan scientific 5M bukanlah satu2 nya metode saat mengajar dan
apabila digunakan maka susunannya tidak harus berurutan.
5. Silabus kurtilas edisi revisi lebih ramping hanya 3 kolom. Yaitu KD,
materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran.
6. Perubahan terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, uas
menjadi penilaian akhir semester untuk semester 1 dan penilaian akhir
tahun untuk semester 2. Dan sudah tidak ada lagi uts, langsung ke
penilaian akhir semester.
7. Dalam RPP, tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang
digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut dengan rubrik
penilaian (jika ada).
8. Skala penilaian menjadi 1-100. Penilaian sikap diberikan dalam bentuk
predikat dan deskripsi.Remedial diberikan untuk yang kurang namun
sebelumnya siswa diberikan pembelajaran ulang. Nilai Remedial adalah
nilai yang dicantumkan dalam hasil.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 257


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
B. Buku Kerja Guru
1. Buku Kerja 1 :
a. SKL, KI, dan KD
b. Silabus
c. RPP
d. KKN
2. Buku Kerja 2 :
a. Kode Etik Guru
b. Ikrar Guru
c. Tata Tertib Guru
d. Pembiasaan Guru
e. Kalender Pendidikan
f. Alokasi Waktu
g. Program Tahunan
h. Program Semester
i. Jurnal Agenda Guru
3. Buku Kerja 3 :
a. Daftar Hadir
b. Daftar Nilai
c. Penilaian Akhlak/Kepribadian
d. Analisis Hasil Ulangan
e. Programpelajaran Perbaikan & Pengayaan
f. Daftar buku Pegawai Guru/Siswa
g. Jadwal Mengajar
h. Daya Serap Siswa
i. Kumpulan Kisi soal
j. Kumpulan Soal
k. Analisis Butir Soal
l. Perbaikan Soal

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 258


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
4. Buku Kerja 4 :
a. Daftar Evaluasi Diri Kerja Guru
b. Program Tindak Lanjut Kerja Guru

B. Landasan Penyempurnaan Kurikulum


1. Landasan Yuridis
Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan
kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar
Isi.
Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap
kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda
bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang
memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya
dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan
kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan
bangsanya.
2. Landasan Filosofis
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupanbangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap
potensi peserta didik “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab”
(UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 259


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan
kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini,
dan kehidupan bangsa di masa mendatang. Pendidikan berakar pada budaya
bangsa. Proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta
didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya
bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa
lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya,
masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik
tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan menjadi pewaris dan
pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan,
kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial memberikan
dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota
masyarakat, warganegara, dan anggota umat manusia.
Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan
bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter
bangsa masa kini. Oleh karena itu, konten pendidikan yang mereka pelajari
tidak semata berupa prestasi besar bangsa di masa lalu tetapi juga hal-hal yang
berkembang pada saat kini dan akan berkelanjutan ke masa mendatang.
Berbagaiperkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial,
politik yang dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia dikemas sebagai
konten pendidikan.
Konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini member landasan
bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan masyarakat dalam
berbagai aspek kehidupan, kemampuan berpartisipasi dalam membangun
kehidupan bangsa yang lebih baik, dan memosisikan pendidikan yang tidak
terlepas dari lingkungan sosial, budaya, dan alam. Lagipula, konten pendidikan
dari kehidupan bangsa masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi
keunggulan budaya bangsa di masa lalu untuk digunakan dan dikembangkan
sebagai bagian dari kehidupan masa kini.
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa
yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 260


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar
pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan budaya
dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi
peserta didik menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa
dimana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya.
Dengan demikian sikap, keterampilan dan pengetahuan yang menjadi
konten pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu
sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten pendidikan yang
dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam
kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan
disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masyarakat,
dan warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang.
3. Landasan Teoritis
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar
dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar
adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal
hasil belajar yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional
dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan
tersebut adalah kualitas minimal lulusansuatu jenjang atau satuan pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(PP nomor 19 tahun 2005).
Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi
Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar
Kompetensi Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu
kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup penerapan komponen proses,
yaitu:
a. Komponen proses adalah kemampuan minimal untuk mengkaji dan
memproses konten menjadi kompetensi.
b. Komponen konten adalah dimensi kemampuan yang menjadi sosok
manusia yang dihasilkan dari pendidikan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 261


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
c. Komponen ruang lingkup adalah keluasan lingkungan minimal dimana
kompetensi tersebut digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu
satuan pendidikan dengan satuan pendidikan diatasnya serta jalur satuan
pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan


pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah,
masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi.
Kurikulum dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya
bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil
dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang
menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (UU nomor 20
tahun 2003; PP nomor 19 tahun 2005). Kurikulum berbasis kompetensi adalah
kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun
penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta
penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi
Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum
satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis
(dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi
sebagai rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi
konten kurikulum yang berasaldari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan
bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Dalam dimensi rencana tertulis, konten kurikulum tersebut dikemas dalam
berbagai mata pelajaran sebagai unit organisasi konten terkecil. Dalam setiap
mata pelajaran terdapat konten spesifik yaitu pengetahuan dan konten berbagi

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 262


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dengan mata pelajaran lain yaitu sikap dan keterampilan. Secara langsung
mata pelajaran menjadi sumber bahan ajar yang spesifik dan berbagi untuk
dikembangkan dalam dimensi proses suatu kurikulum. Kurikulum dalam
dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum menjadi suatu
proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang
mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran.
Pemahaman guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan guru
(Rencana Program Pembelajaran/RPP) dan diterjemahkan ke dalam bentuk
kegiatan pembelajaran. Peserta didik berhubungan langsung dengan apa yang
dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi pengalaman
langsung peserta didik. Apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil
belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses
pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau
lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Kurikulum berbasis kompetensi adalah “outcomes-based curriculum” dan
oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian
kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar
dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan
kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam
dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Karakteristik kurikulum
berbasis kompetensi adalah:
a. Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke
dalam Kompetensi Dasar (KD).
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah
kelas, dan mata pelajaran
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta
didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 263


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
d. Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata
pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD
pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,
generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary-
based curriculum” atau “content-based curriculum”.
f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif
saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
g. Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada
tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten
kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas
(mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan
penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah
kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan
memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.
h. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat
formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria
Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).
4. Landasan Empiris
Pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-
bayang resesi dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai
dengan 2008 berturut-turut 5,7%, 5,5%, 6,3%, 2008: 6,4% Pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan ekonomi negaranegara ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 % (Agus D.W.
Martowardojo, dalam Rapat Paripurna DPR, 31/05/2012). Momentum
pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan.
Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif, ulet, jujur, dan
mandiri, sangat diperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia di masa depan. Generasi seperti ini seharusnya tidak muncul karena

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 264


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
hasil seleksi alam, namun karena hasil gemblengan pada tiap jenjang satuan
pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya. Sebagai negara bangsa
yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan beragamnya
kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun
ancaman disintegrasi bangsa masih tetap ada. Kurikulum harus mampu
membentuk manusia Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan
individu dan masyarakat untuk memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa
Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa
Indonesia. Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan
kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia.
Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda, misalnya pada kasus-
kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa
kekerasan tersebut bersumber dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan
dan tokoh masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah
implementasi kurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan
keterkungkungan peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang
kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum perlu direorientasi
dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang
dapat menjawab kebutuhan ini. Berbagai elemen masyarakat telah
memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitan dengan beban belajar
siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Beban belajar ini bahkan secara
kasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah.
Beban belajar ini salah satunya berhulu dari banyaknya mata pelajaran yang
ada di tingkat sekolah dasar. Oleh karena itu kurikulum pada tingkat sekolah
dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga) kemampuan dasar, yakni
baca, tulis, dan hitung serta pembentukan karakter.
Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang,
manipulasi, termasuk masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional/UN
menunjukkan mendesaknya upaya menumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi
melalui kegiatan pembelajaran di dalam satuan pendidikan. Maka kurikulum
harus mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuran pada peserta

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 265


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
didik. Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata
mempengaruhi secara negatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin
berkurangnya sumber air bersih, adanya potensi rawan pangan pada berbagai
belahan dunia, dan pemanasan global merupakan tantangan yang harus
dihadapi generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang.
Kurikulum seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan
kepedulian generasi muda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan
kemampuan untuk merumuskan pemecahan masalah secara kreatif terhadap
isu-isu lingkungan dan ketahanan pangan. Dengan berbagai kemajuan yang
telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan. Hasil studi
PISA (Program for International Student Assessment), yaitu studi yang
memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA, menunjukkan
peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara.
Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science
Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam
kemampuan:
a. Memahami informasi yang komplek.
b. Teori, analisis dan pemecahan masalah.
c. Pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah.
d. Melakukan investigasi.
Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum
dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek
kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperanserta
dalam membangun negara pada masa mendatang.

C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan
daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai
rencanaadalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki
oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 266


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
satuan atau jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai proses adalah
totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang
pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam
rencana. Hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan
dalam menerapkan perolehannya di masyarakat.
2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan,
jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan
Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi
Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan
yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan
selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari
masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka
pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi
Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar
Kompetensi satuan pendidikan.
3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu
mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas
dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran dan
diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi
horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi
prinsip akumulasi dalam pembelajaran.
4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan
Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning)
sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 267


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik,
kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki
tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap,
keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan
pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal
peserta didik.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan
aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar
kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni
berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni;
membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak
boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan
kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan
kebutuhan dan lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari permasalahan di
lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan
untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di
masyarakat.
9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan
dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan
untuk mengembangkan budaya belajar.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 268


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui
penentuan struktur kurikulum, Standar Kemampuan/SK dan Kemampuan
Dasar/KD serta silabus. Kepentingan daerah dikembangkan untuk
membangun manusia yang tidak tercabut dari akar budayanya dan mampu
berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua
kepentingan ini saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan
kebersatuan yang dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk
mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok
peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses
perbaikan terhadap kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki
seorang atau sekelompok peserta didik.

D. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan
kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:
1. Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan
2. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan
pilihan mereka.
3. Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama
dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan
SMK) sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta
didik usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk
peserta didik SD dan SMP.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 269


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
a. Struktur Kurikulum SD
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa
belajar selama satu semester. Beban belajar di SD Tahun I, II, dan III masing-
masing 30, 32, 34 sedangkan untuk Tahun IV, V, dan VI masing-masing 36
jam setiap minggu. Jam belajar SD adalah 40 menit. Struktur Kurikulum SD
adalah sebagai berikut:

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi


lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata
pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. Integrasi
konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran sebagai
organisasi konten dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan IPS
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan
Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap,
kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta
pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema memberikan
makna kepada konsep dasar tersebut sehingga peserta didik tidak mempelajari
konsep dasar tanpa terkait dengan kehidupan nyata. Dengan demikian,
pembelajaran memberikan makna nyata kepada peserta didik. Tema yang

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 270


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya adalah
pemberi makna yang substansial terhadap bahasa, PPKn, matematika dan seni
budaya karena keduanya adalah lingkungan nyata dimana peserta didik dan
masyarakat hidup. Disinilah kemampuan dasar/KD dari IPA dan IPS yang
diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran penting sebagai
pengikat dan pengembang KD mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat perkembangan peserta
didik tidak cukup abstrak untuk memahami konten mata pelajaran secara
terpisah-pisah. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar
yang kuat untuk integrasi KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran
tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten
kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi
kemampuan berpikir selanjutnya.

E. Struktur Kurikulum SMP


Beban belajar di SMP untuk Tahun VII, VIII, dan IX masing-masing 38
jam perminggu. Jam belajar SMP adalah 40 menit.
Struktur Kurikulum SMP adalah sebagai berikut:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 271


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi
lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata
pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

F. Struktur Kurikulum SMA


Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka
dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas Kelompok
mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib
sebanyak 9 (Sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 18 jam per
minggu. Konten kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan KD) dan kemasan konten
serta label konten (mata pelajaran) untuk mata pelajaran wajib bagi SMA dan
SMK adalah sama. Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik
adalah subjek dalam belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai
dengan minatnya.Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA)
serta pilihan akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan ini
memberikan corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat
pilihan sesuai dengan minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun
X, XI, dan XII masing masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar
adalah 45 menit. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata
pelajaran wajib sebagai berikut:

Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan


dasar yang sama bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang
belajar di SMA dan SMK. Bagi mereka yang memilih SMA tersedia
pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar
kelompok peminatan dan bebas. Nama Kelompok Peminatan digunakan
karena memiliki keterbukaan untuk belajar di luar kelompok tersebut
sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas pada apa yang
tersedia pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran
di luar jurusan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 272


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan keleluasaan
bagi peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan pandangan bahwa
semua disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya. Nama kelompok minat
diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi Matematika dan Sains, Sosial, dan
Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan sebagai nama kelompok disiplin ilmu
karena adanya berbagai pertentangan fisolosfis pengelompokan disiplin ilmu.
Berdasarkan filosofi rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak
terikat pada nama disiplin ilmu. Terlampir di bawah adalah mata pelajaran
peminatan dan mata pelajaran pilihan (pendalaman minat dan lintas minat).

G. Strategi Implementasi Kurikulum


1. Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota:
a. Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala
sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
b. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan
kurikulum secara nasional
c. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan
evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 273
Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
d. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan
profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan
kurikulum di kabupaten/kota terkait.
Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
a. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
1. Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
2. Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
3. Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
b. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2012- 2015.
c. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012-2014.
d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan
pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA
dan SMK, dimulai dari bulan Januari-Desember 2013.
e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan
kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan:
1. Juli 2013-2016
2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PT
Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan
PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun pertama 2013
sampai tahun 2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya
diimplementasikan. Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih
(Master Trainer) yang terdiri atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen,
Widyaiswara, guru inti nasional, pengawas dan kepala sekolah berprestasi.
Langkah berikutnya adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru inti,
pengawas dan kepala sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan
melibatkan semua guru kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan
SMA/SMK.
3. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru
Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru
yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan terhadap
kualitas isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi pelatihan guru

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 274


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
dalam keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian pada proses serta
hasil belajar peserta didik. Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi
Kurikulum 2013 buku sudah dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru.
Ketersediaan buku adalah untuk meringankan beban orangtua karena orangtua
tidak perlu membeli buku baru.
4. Evaluasi Kurikulum
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai
berikut:
1. Jenis Evaluasi
a. Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016
b. Sumatif: Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh untuk menentukan
kelayakan ide, dokumen, dan implementasi kurikulum.
Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala
sekolah dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada
setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah
kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.Evaluasi dilakukan di akhir tahun
ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP dan tahun ke XI SMA/SMK. Hasil dari
evaluasi digunakan untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar peserta didik
di kelas/tahun berikutnya:
a. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke IX SMP, tahun ke XII SMA/SMK
dilakukan untuk menguji efektivitas kurikulum dalam mencapai Standar
Kemampuan Lulusan (SKL).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 275


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
H. DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. , Jakarta :


Rineka Cipta.
Muzamiroh. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Indonesia: Kata Pena.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 276


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
BAB IX
SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELARAN (RPP)

A. Pengertian Silabus
Disintralisasi pendidikan dalam bidang kurikulum menggunakan prinsip
“kesatuan dalam kebijakan dan keragaman dalam pelaksanaan”. Kesatuan
dalam kebijakan terwujud dalam pedoman pelaksanaannya yang disusun
secara nasional. Keragaman dalam pelaksanaan terwujud dalam silabus yang
disusun daerah (Majid, 2006).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelaja`ran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Silabus merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian
hasil belajar. Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab
pertanyaan berikut:
1. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu
kegiatan pembelajaran.
2. Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/ membentuk
kompetensi tersebut.
3. Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut
sudah dimiliki peserta didik.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 277


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
B. Manfaat Silabus
Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, pada dasarnya silabus
merupakan acuan utama dalam suatu kegiatan pembelajaran. Beberapa
manfaat dari silabus ini, di antaranya:
1. Sebagai pedoman/acuan bagi pengembangan pembelajaran lebih lanjut,
yaitu dalam penyusunan RPP, pengelolaan kegiatan pembelajaran, penye-
diaan sumber belajar, dan pengembangan sistem penilaian.
2. Memberikan gambaran mengenai pokok-pokok program yang akan dica-
pai dalam suatu mata pelajaran.
3. Sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan suatu program
pembelajaran.
4. Dokumentasi tertulis (witten document) sebagai akuntabilitas suatu
program pembelajaran.
Secara umum silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam
pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana
pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem
penilaian.

C. Landasan Pengembangan Silabus


1. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
standar nasioanal pendidikan pasal 17 ayat 2, yang menjelaskan bahwa
sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite sekolah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di
bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan untuk jenjang SD, SMP, SMA dan SMK dan departemen yang
menangani urusan pemerintah di bidang agama untuk MI, MTS, MA dan
MAK.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
standar nasioanal pendidikan pasal 20, yakni perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 278


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
(RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

D. Prinsip Pengembangan Silabus


Dalam mengembangkan silabus perlu diperhatikan prinsip-prinsip
pengembangannya. Meurut Paduan Umum Pengembangan Silabus Depdiknas
2008, prinsip pengembangan sibabus adalah:
1. Ilmiah
Arti ilmiah disini merupakan keseluruhan materi dan kegiatan yang
menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Artinya bahwa Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional dan spiritual siswa.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan dan berketerkaitan
antara yang satu dengan yang langkah-langkah yang lain secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat, asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian. sehingga terjalin keselarasan yang
runtun dan tidak terjadi tumpang tindih.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar di selaraskan untuk dapat memadai dan menset menjadi
satu kesatuan yang saling berhubungan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 279


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
6. Aktual dan kontekstual
Silabus dirancang mengharapkan cakupan indikator, materi
pokok/pelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata yang terjadi dikehidupan sehari-hari
siswa.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen-komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman pada siswa, guru, serta dinamika perubahan yang terjadi di
sekolah serta tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan
yang semakin berubah dengan upaya dapat menjawab persoalan
perkembangan yang mendatang.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
pengembangan kognisi siswa dengan mengedepankan ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik pada siswa.

E. Pengorganisasian dan Tata Laksana Tim Pengembang Silabus


Berdasarkan apa yang terlulis dalam panduan penyusunan KTSP,
pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau ber-
kelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawa-
rah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan
Dinas Pendidikan. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Silabus dapat disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersang-
kutan mampu mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah dan ling-
kungannya. Selain itu, guru juga harus sudah memahami dengan benar
langkah-langkah mengembangkan silabus.
2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksana-
kan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat me-
ngusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk me-
ngembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 280


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
3. Di SMK, IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait.
4. Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, se-
baiknya bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/
PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan
oleh sekolah-sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
5. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus de-
ngan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman
dibidangnya masing-masing.
Agar silabus dapat tersusun dengan baik, dibutuhkan tim kerja yang
memadai dan memiliki beberapa kapabilitas. Sebaiknya dalam tim kerja
tersebut tersedia ahli kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli disain pembelajaran,
ahli evaluasi, dan ahli lainnya yang diperlukan. Selanjutnya, perlu juga
ditetapkan struktur organisasi dan tatalaksana tim pengembang silabus
tersebut.

F. Komponen-Komponen Silabus
Komponen-Komponen Silabus Silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdiri dari beberapa komponen, sebagai berikut:
1. Komponen yang berkaitan dengan kompetensi yang hendak dikuasai,
meliputi:
a. Standar Kompotensi Mata Pelajaran
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Standar kompetensi mata
pelajaran adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan
dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu, kemampuan yang dapat
dilakukan atau ditampilkan siswa untuk suatu mat pelajaran,
kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki siswa,
kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam dalam suatu mata
pelajaran tertentu. Standar Kompetensi terdapat dalam Permen Diknas
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 281


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal
pada tiap mata pelajaran yang harus dicapai siswa. Kompetensi dasar
dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan guru mengenai target yang
harus dicapai dalam pembelajaran. Misalnya, mampu menyelesaikan
diri dengan lingkungan dan sebagainya. Kompetensi Dasar terdapat
dalam Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
c. Indikator Hasil Belajar
Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar adalah ciri penanda
ketercapain kompetensi dasar.Indikator dalam silabus berfungsi se
bagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku
pda diri siswa.Tanda-tanda ini lebih spesifik dan lebih dapat diamati
dalam diri siswa, target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi atau
tercapai.
d. Materi Pokok
Materi Pokok Materi pokok adalah pokok-pokok materi yang harus
dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan yang
akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun
berdasarkan indikator pencapaian belajar. Secara umum materi pokok
dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu fakta, konsep, prisip,
dan prosedur.
e. Hasil Belajar
Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu
kompetensi dasar.Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai
petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa
sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan
kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa
berbentuk pengetahuan, keterampilan,maupun sikap.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 282


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
2. Komponen yang berkaitan dengan cara menguasai kompetensi,
memuat:
a. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah bentuk atau
pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.Strategi
pembelajaran meliputi kegiatan tatap muka dan non tatap muka
(pengalaman belajar).
3. Komponen yang berkaitan dengan cara mengetahui pencapaian
kompetensi, meliputi:
a. Adanya Penilaian
Adanya Penilaian Penilaian adalah jenis, bentuk, dan instrumen
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur keberhasilan belajar
siswa.
4. Komponen Pendukung, terdiri dari:
a. Alokasi Waktu
Alokasi Waktu Alokasi waktu adalah waktu yang diperlukan untuk
menguasai masing-masing kompetensi dasar.
b. Sarana dan Sumber Belajar
Sarana dan Sumber Belajar Sarana dan sumber belajar adalah
sarana dan sumber belajar yang digunakan dalam proses belajar
mengajar.

G. Prosedur Pengembangan Silabus


Untuk memperoleh silabus yang berkualitas dan sesuai dengan prinsip-
prinsip sebagaimana telah diuraikan di atas, diperlukan prosedur pengembang-
an silabus yang tepat. Prosedur pengembangan silabus yang disarankan yaitu
melalui tahapan: perancangan, validasi, pengesahan, sosialisasi, pelaksanaan,
dan evaluasi. Secara singkat, prosedur pengembangan tersebut dapat dijelas-
kan sebagai berikut:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 283


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
1. Perancangan (Design)
Tahap ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam standar isi,
dilanjutkan dengan menetapkan materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, jenis penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar yang diperlukan. Produk dari tahap ini yaitu
berupa draf awal silabus untuk setiap mata pelajaran (disarankan dalam
bentuk matriks agar memudahkan dalam melihat hubungan antar
komponen).
2. Validasi
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah draf awal silabus yang
telah disusun itu sudah tepat atau masih memerlukan perbaikan dan
penyempurnaan lebih lanjut, baik berkenaan dengan ruang lingkup, urutan
penyajian, substansi materi pokok, maupun cakupan isi dalam komponen-
komponen silabus yang lainnya. Tahap validasi bisa dilakukan dengan cara
meminta tanggapan dari pihak-pihak yang dianggap memiliki keahlian
untuk itu, seperti ahli disiplin keilmuan mata pelajaran. Apabila setelah
dilakukan validasi ternyata masih banyak hal yang perlu diperbaiki, maka
sebaiknya secepatnya dilakukan penyempurnaan atau perancangan ulang
sampai diperoleh silabus yang siap diimplementasikan. Hal ini terutama
sekali apabila silabus itu dikembangkan oleh suatu tim yang dibentuk dari
perwakilan beberapa sekolah yang hasilnya akan dijadikan acuan oleh guru
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
3. Pengesahan
Tahap ini dilakukan sebelum silabus final dimplementasikan dengan
tujuan agar memperoleh pengesahan dari pihak yang dianggap kompeten.
Tahap pengesahan ini merupakan pertanda bahwa silabus tersebut secara
resmi sudah bisa dijadikan pedoman oleh guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, dan
penilaian.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 284


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
4. Sosialisasi
Tahap ini dilakukan terutama apabila silabus dikembangkan pada
level yang lebih luas dan dilakukan oleh tim yang secara khusus
dibentuk dan dipercaya untuk mengembangkannya. Silabus final yang
dihasilkan dan telah disahkan perlu disosialisasikan secara benar dan
tepat kepada guru sebagai pelaksana kurikulum.
5. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan kulminasi dari tahap-tahap sebelumnya yang
diawali dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran sampai dengan pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
6. Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah silabus yang telah
dikembangkan itu mencapai sasarannya atau sebaliknya. Dari hasil
evaluasi ini dapat diketahui sampai dimana tingkat ketercapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, silabus dapat segera diperbaiki dan disempurnakan.

H. Langkah-Langkah Pengembangan Silabus


Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi
dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Mengembangkan silabus dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal
berikut:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 285


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di
Standar Isi.
b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran.
c. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar
mata pelajaran.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang
pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
a. Potensi peserta didik.
b. Relevansi dengan karakteristik daerah.
c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik.
d. Kebermanfaatan bagi peserta didik.
e. Struktur keilmuan.
f. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran.
g. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
h. Alokasi waktu.
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman
belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman
belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut:

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 286


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi
daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau
dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian.
1. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes
dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian
merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penilaian, yaitu:
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 287


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di
bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta
didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar
yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika
pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan
maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan
proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil
melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang
dibutuhkan.
5. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh
peserta didik yang beragam.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 288


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
6. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik,
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan
sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar
serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.

I. Perbedaan Silabus antara KBK 2004, Kurikulum 2006, dan Kurikulum


2013

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 289


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
J. Format Silabus

K. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada hakikatnya merupakan
perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan hal-
hal yang akan dilakukkan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, RPP perlu
dikembangkan untuk mengoordinasikan komponen-komponen pembelajaran,
meliputi kompetensi dasar yang berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik,materi standar yang berfungsi memberi makna terhadap kompetensi
dasar, indikator hasil belajar yang berfungsi menunjukkan keberhasilan
pembentukan kompetensi siswa. Adapun penilaian berfungsi mengukur
pembentukan kompetensi dan menentukan tindakan yang harus dilakukan
apabila kompetensi standar belum tercapai.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diartikan sebagai satuan program
pembelajaran yang dikemas untuk satu atau beberapa kompetensi dasar untuk
satu kali atau beberapa kali pertemuan. RPP berisi garis besar tentang hal-hal

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 290


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung,
baik untuk satu kali pertemuan atau beberapa kali pertemuan.
Terdapat beberapa pendapat berkenaan dengan perencanaan pembelajaran
ini, di antaranya:
1. Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan
merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran,
cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut,
materi/bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara
menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan (Ibrahim
1993: 2).
2. Untuk mempermudah proses belajar-mengajar diperlukan perencanaan
pengajaran. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai
pengembangan instruksional sebagai sistem yang terintegrasi dan terdiri
dari beberapa unsur yang saling berinteraksi (Toeti Soekamto 1993: 9).
3. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pedoman mengajar bagi
guru dan pedoman belajar bagi siswa. Melalui perencanaan pengajaran
dapat diidentifikasi apakah pembelajaran yang dikembangkan atau
dilaksanakan sudah menerapkan konsep belajar siswa aktif atau
mengembangkan pendekatan keterampilan proses.
4. Gambaran aktivitas siswa akan terlihat pada rencana kegiatan atau dalam
rumusan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang terdapat dalam
perencanaan pengajaran. Kegiatan belajar dan mengajar yang dirumuskan
oleh guru harus mengacu pada tujuan pembelajaran. Sehingga perencanaan
pengajaran merupakan acuan yang jelas, operasional, sistematis sebagai
acuan guru dan siswa berdasarkan kurikulum yang berlaku.

Istilah pengajaran yang digunakan dalam pengertian di atas sebaiknya


diubah dengan pembelajaran, untuk memberi tekanan pada aktivitas belajar
yang dilakukan siswa.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 291


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana
Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas
1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau
lebih
.
L. Fungsi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Ada dua fungsi RPP dalam proses pengembangannya, yakni fungsi
perencanaan dan fungsi pelaksanaan. Fungsi perencanaan adalah rencana
pelaksanaan pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru untuk lebih siap
melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh
karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran, guru wajib memiliki
persiapan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Adapun fungsi
pelaksanaan bertujuan mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa
yang direncanakan. Dalam hal ini, materi standar yang dikembangkan dan
dijadikan bahan kajian oleh siswa harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuannya, mengandung nilai fungsional, praktis, serta disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sekolah dan daerah. Oleh karena
itu, kegiatan pembelajaran harus terorganisasi melalui serangkain kegiatan
tertentu, dengan strategi yang tepat.

M. Unsur pokok dalam RPP


Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam RPP meliputi:
1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas, semester, dan
waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
2. Kompetensi dasar dan indikator-indikator yang hendak dicapai.
3. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai kompetensi dasar dan indikator.
4. Kegiatan pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan
sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator).

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 292


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
5. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian
kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
6. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan diguna-kan
untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian).

N. Prinsip Penyusunan dan Pengembangan RPP


RPP pada dasarnya merupakan kurikulum mikro yang menggambarkan
tujuan/kompetensi, materi/isi pembelajaran, kegiatan belajar, dan alat evalua-si
yang digunakan. Efektivitas RPP tersebut sangat dipengaruhi beberapa prinsip
perencanaan pembelajaran berikut:
a. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kondisi siswa.
b. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
c. Perencanaan pembelajaran harus memperhitungkan waktu yang tersedia.
d. Perencanaan pembelajaran harus merupakan urutan kegiatan pembelajaran
yang sistematis.
e. Perencanaan pembelajaran bila perlu lengkapi dengan lembaran kerja/t-
gas dan atau lembar observasi.
f. Perencanaan pembelajaran harus bersifat fleksibel.
g. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan pada pendekatan sistem
yang mengutamakan keterpaduan antara tujuan/kompetensi, materi,
kegiatan belajar dan evaluasi.
Prinsip-prinsip tersebut harus dijadikan landasan dalam penyusunan RPP.
Selain itu, secara praktis dalam penyusunan RPP, seorang guru harus sudah
menguasai bagaimana menjabarkan kompetensi dasar menjadi indika-tor,
bagaimana dalam memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kom-
petensi dasar, bagaimana memilih alternatif metode mengajar yang dianggap
paling sesuai untuk mencapai kompetensi dasar, dan bagaimana mengembang-
kan evaluasi proses dan hasil belajar.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan
pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 293


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
1. Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
harus jelas.
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta
dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi siswa.
3. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pembelajaran
harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan
diwujudkan.
4. RPP yang akan dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
5. Harus ada koordinasi antara komponen pelaksanaan program disekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim atau dilaksanakan
diluar kelas agar tidak menggaanggu jam- jam pelajaran.
Dalam kaitannya dengan RPP, ada beberapa hal yang penting yang harus
diperhatikan, yakni:
1. Persiapan pada tindakan mendatang dengan melibatkan orang lain, seperti
pengawas dan komite sekolah;
2. Persiapkan masa mendatang yang dihadapkan pada berbagai masalah,
tantangan, dan hambatan yang tidak jelas;
3. Rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai bentuk kegiatan perencanaan
erat hubungannya dengan cara sesuatudapat dikerjakan.
Oleh karena itu, RPP yang baik dapat dilaksanakan secara optimal dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Dari uraian tersebut, dapat
dipahami bahwa pengembangan RPP menuntut pemikiran, pengambilan
keputusan, dan pertimbangan guru, serta memerlukan usaha intelektual,
pengetahuan teoritik pengalaman yang ditunjang oleh sejumlah aktivitas,
seperti meramalkan, mempertimbangkan, menata, dan mevisualisasikan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 294


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
O. Langkah-langkah Pengembangan RPP
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan dan mengelompokkan kompetensi mata
pelajaran
Kompetensi mata pelajaran adalah bagian dari kompetensi lulusan,
yaitu batasan dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat
dilakukan oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata
pembelajaran tertentu (perencanaan pembelajaran, 102).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasikan
kompetensi, yaitu hendaknya mengandung unsur proses dan produk,
bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk perilaku nyata, mengandung
pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai kompetensi tersebut,
pembentukan kompetensi sering membutuhkan waktu lama , harus
realistis,dan dapat dimaknai sebagai kegiatan pengalaman belajar tertentu,
serta harus komprehensif, artinya berkaitan dengan visi dan misi sekolah
(KTSP, 2007). Sebagai identitas mata pelajaran, dalam RPP dicantumkan
beberapa hal, antara lain nama falkultas atau sekolah, nama jurusan atau
prodi, nama mata kuliah atau mata pelajaran dan koodenya, semester, dan
waktu.
2. Mengembangkan materi standar
Materi standar merupakan bahan pengajaran berkenaan dengan
jawaban atas pertanyaan, “Apa yang harus dipelajari oleh siswa untuk
membentuk koompetensi ?” Secara umum ,materi standar mencakup tiga
koompnen utama, yaitu ilmu pengetahuan, proses dan nilai-nilai yang
dapat diperinci sesuai dgn kompetensi dasar , serta visi dan misi sekolah.
3. Menentukan metode pembelajaran
Penentukan metode, erat kaitannya dengan pemilihan strategi
pembelajaran yang paling efesien dan efektif dalam memberikan kegiatan
pembelajaran yang diperlukan untuk membentuk kompetensi dasar

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 295


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Beberapa metode pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Metode demontrasi
Melalui metode demontrasi, guru memperlihatkan suatu proses,
peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada siswa. Langkah-langah
yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut:
1. Lakukan perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai.
2. Rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode demontrasi dan
pilihan materi yang tepat untuk didemontrasikan.
3. Buatlah garis besar langkah-langkah demontrasi.
4. Tetapkanlah apabila demontrasi tersebut akan dilakukan oleh guru
atau siswa atau dilakukan oleh guru kemudian diikuti oleh siswa.
5. Mulailah demontrasi dengan menarik minat siswa dan ciptakanlah
suasana yang tenang dan menyenangkan.
6. Upayakanlah agar semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
7. Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran.
b. Metode eksperimen
Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
melibatkan siswa bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan
perlatan laboratorium, baik secara perseorangan maupun kelompok.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh guru dalam hal ini adalah :
1. Tetapkan tujuan eksperimen;
2. Persiapkanlah alat atau bahan yang diperlukan;
3. Persiapkan tempat eksperimen;
4. Pertimbangkan jumlah siswa sesuai dengan alat yang tersedia;
5. Perhatikan keamanan dan kesehatan untuk memperkecil atau
menghindarkan resiko yang merugikan atau berbahaya;
6. Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga
peralatan dan bahan yang akan digunakan;

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 296


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
7. Berikan penjelasan tentang apa yang harus diperkatikan dan
tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa.
c. Metode pemecahan masalah
Gegne (1985) mengemukakan, kalau seorang siswa dihadapkan
pada suatu masalah, pada akhirnya mereka bukan hanya memecahkan
masalah, melainkan kurang belajar suatu yang baru. Oleh karna itu,
langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah:
1. Merasakan adanya masalah-masalah yang potensial;
2. Merumuskan masalah;
3. Mencari jalan keluar;
4. Memilih jalan keluar yang paling tepat;
5. Melaksanakan pemecahan masalah;
6. Menilai apakah pemecahan masalah yang dilakukan sudah tepat
atau belum.
d. Metode ceramah
Ceramah merupakan metoe yang paling umum dilakukan dalam
pembelajaran. Hal yang harus dipersiapkan oleh guru adalah:
1. Merumuskan tujuan intrusional khusus, yaitu mengembangkan
pokok-pokok materi belajar mengajar dan mengkajinya, apakah hal
tersebut tepat diceramahkan;
2. Apabila akan divariasi dengan metode lain, pikirkan apa yang akan
disampaikan melalui ceramah dan apa yang akan disampaikan
melalui metode lainnya;
3. Siapkan alat peraga atau media pembelajaran secara matang; alat
peraga atau media yang akan digunakan , dan bagaimana
menggunakannya, serta kapan akan digunakan;
4. Buat garis besar bahan yang akan diceramahkan
e. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk
mencapai tujuan.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 297


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
Adapun hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Guru harus menguasai bahan secara penuh;
2. Siapkan pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa sedemikian
rupa, agar pembelajaran tidak menyimpang dari bahan yang sedang
dibahas, mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran, dan
sesuai dengan kemampuan berfikir siswa. Pertanyaan yang baik,
memiliki kriteria berikut:
a. Memberi acuan. Pertanyaan yang memberi acuan adalah suatu
bentuk pertanyaan yanag sebelumnya diberikan uraian singkat
tentang apa yang akan ditanyalan. Jadi, pertanyaan tersebut
merupakan kelanjutan dari ceramah atau cerita guru.
b. Memusatkan jawaban. Pertanyaan yang diajukan harus
dipusatkan pada apa yang menjadi tujuan pembelajaran.
c. Memberi tuntutan, guru memberikan pertanyaan kembali
meskipun pertanyaan pertama sudah benar.

P. Cara Menyusun RPP


Cara penyusunan RPP dalam garis besarnya dapat megikuti langkah-
langkah berikut:
1. Mengisi kolom identitas (nama mata pelajaran, kode, besaran sks, dan
semester).
2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan. Bilamana kompetensi dasar dan materi pokok pembelajaran
dalam silabus membutuhkan waktulebih dari 2 x 50 menit atau lebih dari
3 x 50 menit, dalam penyusunan RPP dapat diperinci lagi atau bisa saja
diprogramkan untuk dua atau tiga kali tatap muka.
3. Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator
yang akan digunakan yn\ang terdapat pada silabas yang telah disusn.
Penentuan indikator ketercapaian harus didahului dengan kegiatan
mengidentifikasi karakteristik dan bekal kemampuan siswa.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 298


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan.
5. Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok.
6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran
8. Menetukan sumber belajar atau bahan yang dapat dijadikan rujukan materi
pembelajaran yang akan digunakan.
9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik
penskoran. Teknik penilaian yang digunakan adalah kuis, pertanyaan lisan
dikelas, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, dan lain – lain.

Q. Contoh Format RPP

RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran :

Kelas/semester :

Pertemuan ke- :

Alokasi waktu :

Standar kompetensi :

I. Kompetensi Dasar :
II. Indikator
1.
2.
III. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:

a)
b)

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 299


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
IV. Materi Ajar
V. Metode Pembelajaran
......................................................................................................................

VI. Langkah-langkah Pembelajaran


Komponen langkah uraian kegiatan

Metode

Media

Estimasi waktu

Pendahuluan

Penyajian (Inti)

Penutup

......................................................................................................................

a) ...............................................................................................................
b) ...............................................................................................................
1) .......................................................................................................
2) .......................................................................................................
VII. Alat atau Sumber Belajar
.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 300


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd
VIII. Penilaian
a) Teknik : ...........................................................................................
b) Bentuk : ...........................................................................................
c) Instrumen : ...........................................................................................

Mengetahui,.................................

Kepala sekolah, Guru Mata Pelajaran,

NIP. ................................... NIP.......................................

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran merupakan suatu rencana wajib yang harus dipenuhi oleh
seorang guru sebelum melakukan proses pembelajaran. Apabila RPP
dilaksanakan dengan baik dan benar, hasil yang diharapkan akan terwujud.

Telaah Kurikulum dan Buku Teks Matematika 301


Dosen: Reny Wahyuni, M.pd

Anda mungkin juga menyukai