Kurikulum
Kurikulum (Curriculum) dalam bahasa Yunani kuno berasal
dari kataCurir yang artinya pelari; dan Curere yang artinya tempat
berpacu. Dalam pengertian bebas, curriculum diartikan jarak yang
harus di tempuh oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan
rumusan tersebut di atas kurikulum dalam pendidikan di artikan
sebagai sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk memperoleh ijazah.
Menurut kamus Webster tahun 1812, kurikulum diberi arti
sebagai A course a specified fixed course study, as in a schoolor college,
as on leading to degree b. the whole body of courses offered in an
education institution, or department there of, the usual sense. Di sini
kurikulum khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni
sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi
yang harus ditempuh untuk memperoleh suatu ijazah atau mencapai
tingkat tertentu.
Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para
ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan
klasik, pengertian kurikulum lebih ditekankan pada kurikulum sebagai
rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa
yang harus ditempuh di sekolah, itulah yang disebut dengan kurikulum.
Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa: “ A Curriculum is a written
document which may contain many ingredients, but basically it is a plan
for the education of pupils during their enrollment in given school”.
Pandangan ini memperkuat pandangan dari Taba (1962) yang
mengemukakan bahwa: “A curriculum usually contains a statement of
aims and of specific objectives; it indicates some selection and
organization of content; it either implies or manifests certain patterns
of learning and teaching, whether because the objectives demand them
or because the content organization requires them. Finally, it includes
a program of evaluation of the outcomes”
Pengertian kurikulum menurut Taba di atas menekankan pada
tujuan, tujuan-tujuan khusus, memilih, dan mengorganisir suatu isi
pelajaran, dan implikasinya di dalam pola pembelajaran serta adanya
evaluasi. Sementara
itu, Unruh dan Unruh (1984) mengemukakan bahwa “curriculum is
defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan
concerned with purposes, with what is to be learned, and with the result
of instruction”. Ini berarti bahwa kurikulum merupakan suatu rencana
untuk keberhasilan pembelajaran yang di dalamnya mencakup rencana
yang berhubungan dengan tujuan, dengan apa yang harus dipelajari,
dan dengan hasil yang harus dicapai.
Olivia (1997) mengatakan bahwa we may think of the curriculum
as a program, a plan, content, and learning experiences, whereas we
may characterize instruction as methods, the teaching act,
implementation, and presentation. Olivia termasuk orang yang setuju
dengan pemisahan antara kurikulum dengan pengajaran dan
merumuskan kurikulum sebagai a plan or program for all the
experiences that the learner encounters under the direction of the
school.
Dalam pandangan lain, kurikulum lebih dianggap sebagai suatu
pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan,
seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1953) yang
mengatakan bahwa kurikulum … to be composed of all the experiences
children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh
pemikiran Doll (1974) yang mengatakan bahwa: “…the curriculum has
changed from content of courses study and list of subject and courses
to all experiences which are offered to learners under the direction of
school.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hasan
(1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam
empat dimensi, yaitu sebagai berikut.
1. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori
dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide; yang di dalamnya memuat tentang
tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan
dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek
pembelajaran.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian
tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau
kemampuan tertentu dari para peserta didik, formal maupun
informal, terstruktur dengan baik atau tidak, yang akan dihayati
siswa selama menempuh pendidikannya di level pendidikan
tertentu.
Pembahasan berikut, lebih memberi penekanan
kepada kurikulum sebagai dokumen tertulis dan mengacu
kepada pengertian kurikulum dari sudut kebijakan, seperti yang
tercantum di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 menyatakan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
B. FUNGSI KURIKULUM
b. Komponen isi/materi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam
rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis
bidang studi yang diajarkan dan isi program tiap-tiap bidang
studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan
dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum
menentukan isi atau content yang dibakukan sebagai
kurikulum, terlebih dahulu perencana kurikulum harus
menyeleksi isi agar menjadi lebih efektif dan efisien.
Kriteria yang dapat dijadikan pertimbangan, antara lain
sebagai berikut.
1) Kebermaknaan (signifikasi): kebermaknaan suatu isi/materi
diukur dari bagaimana esensi atau posisinya dalam kaitan
dengan isi materi disiplin ilmu yang lain. Konten kurikulum
dalam wujud konsep dasar atau prinsip dasar mendapat
prioritas utama dibandingkan dengan konsep atau prinsip
yang kurang fundamental.
2) Manfaat atau kegunaan: adapun parameter kriteria kebermanfaatan
isi adalah seberapa jauh dukungan yang disumbangkan oleh
isi/materi kurikulum bagi operasionalisasi kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan.
3) Pengembangan manusia: kriteria pengembangan manusia
mengarah pada nilai-nilai demokratis, nilai sosial, atau pada
pengembangan sosial.
Materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam
bentuk:
1) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap
penting, terdiri dari terminologi, orang, dan tempat serta
kejadian
2) Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari
kekhususan- kekhususan, merupakan definisi singkat dari
sekelompok fakta atau gejala. Dengan perkataan lain, konsep
merupakan abstraksi dari sekumpulan fakta/informasi/stimulus
yang memiliki ciri sama. Setiap konsep memiliki nama,
definisi, contoh, atribut, dan nilai.
3) Teori; merupakan penjelasan mengenai hubungan antara suatu
konsep dengan konsep lain. Teori merupakan seperangkat konstruk
atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang
menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan– hubungan antara variabel-variabel
dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
4) Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam
penelitian.
5) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
6) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi
pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
7) Hukum, merupakan teori yang teruji kebenarannya.
8) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
9) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan
untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
10) Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang
suatu hal/kata dalam garis besarnya.
11) Postulat, adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu
dibuktikan.
a. Komponen media (sarana dan prasarana)
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran.
Media merupakan perantara untuk menjabarkan isi
kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
Oleh karena itu, pemanfaatan dan pemakaian media dalam
pengajaran secara tepat terhadap pokok bahasan yang
disajikan pada peserta didik akan mempermudah peserta
didik dalam menanggapi, memahami isi sajian guru dalam
pengajaran.
b. Komponen strategi pembelajaran
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta
peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran,
tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya
terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran
tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi
pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam
melaksanakan pengajaran, mengadakan penilaian,
pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang
secara umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam
pengajaran. Strategi/metode/model pembelajaran sangat
ditentukan oleh karakteristik substansi yang akan diajarkan
dan karakteristik siswanya. Tidak ada satu pun
strategi/metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengajarkan semua substansi pelajaran secara sama
baiknya. Substansi (isi) pelajaran tertentu memiliki
karakteristik tertentu, sehingga hanya cocok untuk
diajarkan dengan cara tertentu pula.
Tujuan-tujuan pelajaran yang bersifat prosedural,
psikomotorik serta terstruktur dengan baik, diajarkan setahap
demi setahap, sangat baik kalau guru menggunakan
pembelajaran langsung. Sementara itu, keterampilan sosial
yang mencakup bagaimana berinteraksi dengan orang lain,
bekerja sama, mengutarakan ide, akan sangat cocok bila
diajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif.
Begitu pula kemampuan pemecahan masalah, hanya dapat
dilatihkan secara baik bila siswa diberi kesempatan untuk
melakukan praktik pemecahan masalah. Kesempatan
semacam itu dapat diperoleh siswa jika pembelajaran
dilakukan melalui pembelajaran berbasis masalah seperti
inkuiri, diskoveri dan yang sejenis dengan itu.
Menurut Undang-undang Nomor 20/2003, strategi
pembelajaran di kelas hendaknya dilakukan dengan cara olah
hati, olah raga, olah rasa, dan olah otak. Strategi pembelajaran
yang demikian menyiratkan bahwa strategi yang digunakan
harus mampu melakukan pemberdayaan terhadap seluruh
potensi siswa.
c. Komponen proses belajar mengajar
Komponen ini sangat penting dalam sistem pembelajaran, sebab
diharapkan melalui proses belajar mengajar akan terjadi perubahan-
perubahan tingkah laku pada diri peserta didik. Keberhasilan
pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan indikator keberhasilan
pelaksanaan kurikulum.
Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif, merupakan indikator kreativitas dan efektivitas guru dalam
mengajar. Kecenderungan proses pembelajaran adalah terjadi
perubahan paradigma dan mengajar ke pembelajaran. Perubahan yang
dimaksud ditandai dengan terjadi perubahan sebagai berikut.
1) Berpusat pada guru beralih ke pembelajaran yang berpusat pada siswa
2) Berorientasi disiplin (mapel tertentu) beralih ke pembelajaran
yang integratif.
3) Berorientasi topik tertentu beralih ke pembelajaran berorientasi
masalah.
4) Pembelajaran mengikuti alur tertentu (standardized) beralih ke
pembelajaran dengan alternatif-alternatif.
d. Komponen evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam
pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa
tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan
melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh
Wright dalam (Sudrajat, 2010) bahwa: “curriculum evaluation may be
defined as the estimation of growth and progress of students toward
objectives or values of the curriculum”
Sementara itu, dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi
kurikulum dimaksudkan sebagai evaluasi program, untuk mengakses
kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.
Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas
saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program.
Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah
berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa. Evaluasi kurikulum
juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang akan
dievaluasi. Dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi
kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi
dimensi kuantitatif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen
yang instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat
digunakan, questionnare, inventori, interview, dan catatan anekdot.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk
penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk
pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para
pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum
dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem
pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru,
kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami
dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran,
memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta
fasilitas pendidikan lainnya (Sukmadinata, 1997).
Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga
pendekatan dalam evaluasi kurikulum, yaitu: (1) pendekatan
penelitian (analisis komparatif); (2) pendekatan obyektif; dan
(3) pendekatan campuran multivariasi. Di samping itu, terdapat
beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah Model
CIPP (Context, Input, Process, dan Product) yang bertitik tolak
pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta
didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang
digunakan prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu
sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja
(performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah
kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan
judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang
dievaluasi sebagai berikut.
1) Context; yaitu situasi atau latar belakang yang
mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang
akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan,
seperti: kebijakan departemen atau unit kerja yang
bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam
kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam
unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
2) Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk
keperluan pendidikan, seperti: dokumen kurikulum, dan
materi pembelajaran yang dikembangkan, staf pengajar,
sarana, dan prasarana, media pendidikan yang digunakan dan
sebagainya,
digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes
standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain
3) Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut,
meliputi : pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan
evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar, pengelolaan
program, dan lain-lain.
4) Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh progra m
pendidikan, mencakup: jangka pendek dan jangka lebih
panjang.
TAGIHAN TUGAS 2 :
1) Jelaskan pengertian kurikulum! Berikan pendapat anda tentang
kurikulum saat ini.
2) Jelaskan fungsi kurikulum bagi siswa! Berikan contoh nyata menurut
anda.
3) Jelaskan fungsi kurikulum bagi guru! Berikan contoh nyata menurut
anda.
4) Sebutkan komponen-komponen utama kurikulum! Berikan contoh nyata
menurut anda.