Anda di halaman 1dari 6

A.

Perspektif Kurikulum
Definisi dari kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang berbeda. Jika disimpulkan, maka
secara sederhana kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat perencanaan yang berkaitan
dengan berbagai hal yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Terdapat
beberapa perspektif (image) kurikulum, yaitu sebagai berikut :

1. Curriculum as content or subject matter


 Perspektif pertama menggambarkan bahwa kurikulum menjadi wadah yang
menampung kerangka isi materi atau content yang akan dipelajari siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan. Atau dapat juga diartikan sebagai mata
ajaran(subject matter) yang akan diajarkan pada siswa.
 Content atau isi materi kurikulum bersifat dinamis yang artinya akan berubah
mengikuti arus perkembangan zaman.
 Menekankan pengajaran pada mata ajaran yang diberikan, dimana aspek lainnya
selain bidang pengembagan kognitif dan afektif siswa akan diabaikan.

2. Curriculum as a program of planned activities


 Perspektif kedua menggambarkan bahwa kurikulum sebagai suatu program
terencana. Dimana, suatu rencana biasanya akan dibuat dalam bentuk dokumen
tertulis.
 Dalam hal ini kurikulum menjadi program terencana yang disediakan untuk
mengedukasi siswa. Melalui program inilah siswa akan berkembang sesuai
dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
 Kurikulum digambarkan sebagai rencana berarti di dalam kurikulum tersebut
terdapat tujuan yang ingin dicapai, sasaran yang ditargetkan, dan evaluasinya.

3. Curriculum as intended learning outcomes


 Perspektif ketiga adalah kurikulum sebagai hasil belajar yang diharapkan.
Dimana, dalam hal ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
pandangan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum yang pada awalnya dianggap
sebagai alat atau aktifitas, berubah menjadi tujuan akhir yang harus dicapai.
 Dalam konsep ini perlu ditekankan bahwa antara hasil belajar dan kurikulum itu
tidak sama. Dimana, hasil belajar adalah bagian dari kurikulum, sedangkan
kurikulum tidak hanya hasil belajar.
 Dalam hal ini tujuan pembelajaran disusun menjadi serangkaian hasil belajar
yang terstruktur. Maksudnya adalah setiap kegiatan yang dilakukan difungsikan
sedemikian rupa sehingga saling berkaitan dan mendukung untuk mencapai
tujuan.
 Hasil belajar terdiri atas ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, yang hasilnya
akan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti; guru, lingkungan, sumber belajar,
dll.

4. Curriculum as cultural reproduction


 Perspektif keempat menggambarkan kurikulum sebagai pengembangan budaya.
Dalam hal ini berarti menganalogikan kurikulum sebagai cerminan budaya yang
berkembang di masyarakat tertentu. Tujuannya adalah untuk meneruskan budaya
serta nilai-nilai kultural yang telah ada kepada generasi selanjutnya. Sedangkan
sekolah menjadi lembaga yang menaungi terlaksananya kegiatan tersebut harus
mempersiapkan dan menghasilkan pengetahuan dan nilai-nilai penting bagi
generasi penerus.

5. Curriculum as experience
 Perspektif kelima menggambarkan kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dalam
pengertian ini dianggap bahwa seluruh pengalaman belajar yang diperoleh siswa
adalah bagian kurikulum.
 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli, disimpulkan bahwa esensi dari
belajar bukanlah mengumpulkan sejumlah pengetahuan, melainkan proses
perubahan perilaku. Perubahan perilaku itu terjadi ketika siswa telah memiliki
pengalaman belajar. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dari mempelajari hal
baru atau kegiatan lainnya yang bermanfaat. Hal ini menegaskan bahwa untuk
mempelajari hal baru dan memperoleh pengalaman tidak sebatas di dalam kelas
saja, namun mencakup kegiatan diluar juga.
 Untuk memahami konsep kurikulum sebagai pengalaman belajar ini tidak cukup
hanya dengan melihat kurikulum sebagai dokumen tertulis, akan tetapi juga
mengamati proses pembelajaran yang terjadi. Hal ini sangat penting karena proses
pembelajaran tersebut akan mempengari hasil evaluasi kurikulum. Tercapai
tidaknya tujuan yang telah diterapkan sebelumnya, tidak hanya semata bergantung
dari kemampuan siswa menguasi materi yang diajarkan tetapi juga harus
diperhatikan prosesnya dalam memperoleh pengalaman belajar.

6. Curriculum as discrate task and concepts


 Perspektif keenam menggambarkan kurikulum sebagai kumpulan tugas dan
konsep diskrit. Dalam hal ini kumpulan tugas dan konsep tersebut harus dikuasi
siswa.
 Pandangan ini mengasumsikan bahwa tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dapat terwujud melalui penguasaan tugas-tugas tersebut yang saling
bersifat diskrit atau berdiri sendiri.
 Tujuan-tujuan tersebut biasanya memiliki interpretasi behavioral yang spesifik.
Maksudya adalah mempelajari suatu tugas baru atau dapat melakukan sesuatu
yang lebih baik.
 Pendekatan ini berkembang dari program-program training dalam bisnis, industri,
dan kemiliteran

7. Curriculum as agenda for social reconstruction


 Perspektif ketujuh menggambarkan kurikulum dalam hal ini menjadi rencana
pembangunan masyarakat. Dimana, sekolah menjadi tempat yang tepat untuk
meningkatkan kualitas masyarakat. Siswa memiliki peran di sekolah maupun di
kelas yang mana hal tersebut dapat mengembangkannya menjadi generasi yang
lebih baik. Oleh sebab itu sekolah selaku lembaga yang memfasilitasi siswa harus
membuat agenda pengetahuan dan nilai-nilai yang diyakini dapat menuntun siswa
memperbaiki masyarakat dan institusi kebudayaan.
 Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dari konsep kurikulum lainnya, karena
kurikulum ini lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah yang sedang
terjadi di masyarakat. Hal ini sejalan dengan tujuannya yaitu untuk membiasakan
siswa dalam menghadapi tantangan dan hambatan-hambatan yang ada.
 Kurikulum ini menerapkan pendidikan interaksional yang artinya siswa
berinteraksi dan bekerja sama dalam rangka memecahkan masalah yang ada. Hal
ini sesuai dengan pandangan para ahli rekonstruksi social yang mengemukan
bahwa belajar bukanlah kegiatan individual, tetapi merupakan kegiatan bersama
yang melibatkan interaksi dan kerja sama, baik antara guru-siswa maupun siswa-
siswa. Dari dua kegiatan tersebutlah akan terbentuk masyarakat yang lebih baik.

8. Curriculum as currere
 Perspektif kedelapan yaitu kurikulum sebagai currere. Dalam pengertian ini
kurikulum menjadi pengganti dari kata asal kurikulum itu sendiri yang secara
etimologi adalah curree atau arena pacu. Namun, kurikulum tidak
diinterpretasikan sebagai recourse atau arena pacu, tapi sebagai running on the
race yang fokus pada jalannya lomba dan menekankan bahwa masing-masing
individu berpartisipasi dan mengkonsep kembali pengalaman hidup seseorang.
Esensinya, karakteristik ini menekankan pada perspektif pengalaman dan akibat
terdapat kurikulum adalah interpretasi terhadap pengalaman hidup.
 Dalam proses kurikulum itu seseorang merefleksikan terhadap karakteristik-
karakteristik di atas dan melihat apakah karakteristik-karakteristik itu membentuk
dengan jernih pikiran seseorang.

B. Level Kurikulum dan Tipe-tipe Representasikurikulum


a. level kurikulum
1. SUPRA
Merupakan pengembangan kurikulum pada tingkat internasional yang khususnya
terfokus pada tujuan dan kualitas pendidikan. Hal ini biasanya disebabkan oleh hasil studi
komparatif internasional.
2. MAKRO
Makro adalah perencanaan pengembangan kurikulum ditingkat nasonal. Dalam hal ini
kurikulumnya bersifat sentralisasi atau menyeluruh meliputi seluruh wilayah. Kurikulum
ini disusun oleh tim khusus dan guru tidak memiliki wewenang dan juga peran dalam
perancangan kurikulum. Misalnya mengenai silabus nasional dan tujuan inti

3. MESO
Meso adalah pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah. Misalnya
seperti membuat kurikulum khusus untuk sekolah.

4. MIKRO
Mikro adalah penjabaran dari perencanaan tingkat meso. Mikro merupakan perencanaan
yang bersifat institusional yang berfokus pada pengajaran di kelas. Guru memiliki peran
yang lebih besar dalam tingkatan ini. Pengembangan ini dapat berupa buku yang
digunakan, bahan ajar, dan lain-lain.

5. Nano Kurikulum
Nano kurikulum adalah pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh masing-masing
individu atau secara pribadi.

b. Tipe-tipe representasikurikulum
1. Ideal
Kurikulum ideal adalah segala hal yang dipertimbangkan penting untuk dimasukkan ke
dalam kurikulum atau hal-hal ideal yang dicita-citakan dapat tercapai. Tanggung jawab
yang dimiliki kurikulum ideal sangat besar karena memiliki cakupan ruang lingkup yang
sangat luas. Hal ini terjadi karena kurikulum ideal terlampau banyak memasukkan hal
yang dianggap perlu untuk subjek mata pelajaran sehingga keefisienan kurikulum
berkurang. Kurikulum ideal menjadi gambaran aspirasi yang perlu untuk dipelajari lebih
lanjut lagi dengan tujuan agar kurikulum kelak dapat digunakan oleh seluruh anggota
yang bertanggung jawab di bidang pendidikan formal dalam rangka pengembangan
lanjutan kurikulum.
2. Formal/written
Kurikulum formal adalah rancangan umum yang memuat tentang program pembelajaran
dan aktivitas pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan maksud dapat memenuhi
maklamat pendidikan. Dikatakan tertulis (written) dikarenakan bentuknya yang berupa
dokumen resmi berisi tentang program pembelajaran yang dikeluarkan oleh pihak
berwenang.

3. Perceived
Kurikulum perceived atau disebut juga sebagai kurikulum bayangan merupakan
representasi dari yang diinginkan oleh orang tua dan tenaga pendidik.

4. Operational
Kurikulum operasinal adalah bentuk interaksi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
atau dapat juga didefinisikan sebagai kurikulum yang dilaksanakan di dalam kelas.

5. Experiential
Kurikulum eksperensial adalah kurikulum yang dialami oleh siswa atau berbasis pada
pengalaman. Dimana, pengalaman ini diperoleh dari mengikuti proses pembelajaran.

6. Learned kurikulum
Kurikulum yang dipelajari adalah jenis kurikulum yang sering disebut sebagai hasil
belajar. Hasil belajar dapat berupa perubahan persepsi, tingkah laku, dan lainnya.
Kurikulum ini merupakan hal-hal apa saja yang telah dipelajari oleh siswa baik dari
kurikulum yang diinginkan maupun dari kurikulum yang tersembunyi.

Anda mungkin juga menyukai