Anda di halaman 1dari 53

Pengembangan Kurikulum

Soal ujian

Jurusan Pendidikan Geografi

1. Berikan definisi Pengembangan Kurikulum dari para ahli minimal 3 kemudian


simpulkan.
Jawab :
Menurut Beauchamp

Kurikulum adalah dokumen yang tertulis yang kandungannya berisi mata


pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata
pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah didalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Dr. H. Nana Sudjana

Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan kedalam bentuk re ncana
maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah.
Kurikulum sebagai niat dan rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.

Hamid Hasan (1988). Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa ditinjau dari 4 sudut
yakni : (1) kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan
penelitian ; (2) sebagai suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide, didalamnya berisi tentang tujuan, bahan ajar, aktifitas belajar, alat-
alat atau media, dan waktu pembelajaran ; (3) sebagai suatu kegiatan, merupakan
pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yakni dalam bentuk praktek
pembelajaran ; (4) sebagai suatu hasil, yaitu konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan, melalui ketercapaiannya tujuan kurikulum terhadap peserta didik.

Jadi kasimpulannya adalah pengembangan kurikulum yaitu suatu rencana yang


diajarkan kepada peserta didik yang ditinjau dari sudut ide, rencana tertulis dan suatu
hasil yang dituangkan dalam bentuk program Pendidikan yang dilaksanakan disekolah.

2. Apa perbedaan kurikulum dengan pembelajaran


Jawab :
Perbedaannya yaitu dari segi definisi
A. Definisi Kurikulum

Kurikulum adalah “ seperangkat rencana dan pengaturan mengenahi


tujuan , isi , dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu “ .
Dalam bahasa arab, Istilah “kurikulum” daiartikan dengan manhaj,
yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang di lalui oleh manusia pada
bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan
terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk
meengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai .
Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda tentang
kurikulum. Namun demikian, dalam penafsiran yang berbeda itu, ada juga
kesamaanya. Kesamaan tersebut adalah, bahwa kurikulum berhubungan
erat dengan suaha mengembangkan peserta didik sesudai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Kurikulum memang diperuntukan untuk anak didik,
seperti yang diungkapkan Murry Print (1993) yang mengungkapkan bahwa
kurikulum meliputi
1. Planned learning experiences
2. Offered within an educational instutional/program
3. Represented as a documen
4. Includes experiences resulting from implementing that document
Print memandang bahwa sebuah kurikulum meliputi perencanaan
pengalaman belajar, program sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan
dalam sebuah dokumen serta hasil dai emplementasi dokumen yang telah
disusun.
Dr. Addamardasy Sarrhan dan Dr. Munir Kamil mendefinisakan
kurikulum adalah sejumlah pengalaman-pengalaman pendidikan, budaya,
sosial, olah raga dan seni yang disedikan oleh sekolah bagi murid -muridnya di
dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang
menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkahlaku mereka sesu dengan
tujuan-tujuan pendidikan .
Definisi tersebut mempunyai kesamaan dengan apa yang di definiskan
oleh Zakiah Darajat memandang kurikulum sebagai “suatu program yan
direncanakandalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu . Sehingga dilihat dan di telaah dari
ungkapan di atas bahwa bisa di fahami pendidikan yang diharapakan adalah
pendidikan yang dapat memberikan pengalaman secara menyeluruh kepada
peserta didik baik dalam dan di luar sekolah. Dan selanjutnya pendidikan
bertanggung jawab tidak hanya di sekolah menalainkan mempunyai tanggung
jawab di luar sekolah, hal ini dapt di lakukan dengan cara memasukkan dalam
kurikulum pendidikan itu sendiri. Maka di lihat dari sini kurikulum tidak hanya
menilai dari aspek pengetahuan melain kan kurikulum juga harus menilain dari
sisi prilaku dan sisi sikapa terhadpa apa yang ada di sekitarnya.
Konsep dasar kurikulum tidak hanya sebatas makna kata, akan tetapi
juga hms menekankan menekankan pada aspek fungsinya yang ideal. Dalam
pendapat lain kurikulum dapat di definisikan sebagai “sejumlah kekuatan,
faktor-faktor pada alam sekitar pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh
sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luarnya, dan sejumlah
pengalaman-pengalaman yang lahir dari pad interaksi dengan kekuatan-
kekuatan dan faktor-faktor ini . M. Arifin mendefinisikan kurikulum adalah
seluruh vahan pelajaran yang harus di sajikan pada proses kependidikan dalam
suatu sistem institucional pendidikan.

B.Definisi Pembelajaran
Pembelajaran menurut UU Sikdiknas NO. 20 tahun 2013 adalah
interakasi antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar, di dalam
lingkungan belajar tertentu. Di lihat dari pengertian tersebut dapat di fahami
bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bagian -bagian
yang ada dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran seyogyanya menjadikan
peserta didik lebih aktif dan mempunyai peran besar dalam proses belajar
mengajar. Sehingga jika difahami lebih lanjut pembeljaran itu sendiri
menempatkan pendidik menjadi seorang fasilitator sehingga ia memfasilitasi
apa-apa yang dibutuhkan peserta didik dalam memenuhi proses belajar
mengajar. Sehingga dalam pembelajaran akan lebih aktif, efektif dan lebih tepat
sasaran, sebab pembelajaran yang di alami peserta didik adalah proses belajar
yang di lahirkan dari peserta didik itu sendiri. Sehingga dari pembelajaran
seperti itu akan sangat mudah pendidik mendapatkan nilai proses dari sebuah
pembelajaran.
Meier (2002:103) mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia
pada hakikatnya mempunyai empat unsur, yakni (persiapan (prepara tion),
penyampaian (presentation), Pelatihan (practice), penampilan hasil
(performance) . Sehingga dalam proses pembelajaran meliputi: pertama,
kegiatan awal, yaitu: melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan
pembelajaran, dan bila dianggap perlu memberika pre test. Kedua, Kegiatan
Inti, yaitu kegiatan utama yang dilakukan guru dalam meberikan pengalaman
belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang dianggap sesuai dengan
tujuan dan materi yang akan disampaikan.
Ketiga, Kegiatan akhir yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajarandan
pemberian tugas atau pekerjaan rumah bila dianggap perlu.
Lebih lanjut bila pembelajaran di lihat dari beberapa pendekatan makan defenisi
pembelajaran akan mengalami banyak definisi, sebagai berikut:
Pembelajaran di lihat dari pendekatan aliran filsafat pendidikan :
1. Idealisme: pembelajaran adalah Tanya jawab (dealektika) antara guru
dengan siswa, melatih keterampilan berfikir siswa serta pemberian
teladan dalam hal pengetahuan, nilai dan moral dala keyakinan dan
tingkah laku guru, agar siswa dapat “menemukan” jawaban atas masalah
yang dihadapinya sehingga dapat menguasai pengetahuan yang esensial
yang sudah diterima benar dan berlaku sepang zaman, serta dapat
mengembangkan karakter dan bakat-bakanya.
2. Realisme: pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi
lingkungan dengan disiplin tertentu untuk dialami siswa, agar siswa
mengeuasai pengetahuan yang esensial dan terbentuk kebiasan-
kebiasaan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam
dan lingkungan sosialnya, serta mampu menjalankan tanggung jawab
social.
3. Pragmatisme: pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan
membimbing siswa belajar mempecahkan masalah melalui aktifitas atau
kerja (learning by doing), inquiry dan atau discovery sesuai minat, bakat
dan kebutuhan siswa, yang di lakukan secara terpadu dan konteksutal
dengan realitas yang dipandang selalu berubah, agar siswa mampu
memcahkan berbagai masalah hidup pribadi dan social yang
dihadapainya secara demokratis,
4. Kontruktivisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan
membimbing siswa berfikir, agar siswa dapat mengembangkan konsep
dan pengertian tentang sesuatu sebagai hasil konstruksi aktif siswa sediri
melalui pengalaman yang sesuai dengan situasi dunia nyata siswa
(kontekstual)
5. Eksistensialisme: pembelajarna adalah kegiatan guru mendampingi
siswa (belajar) berdasarkan minat bakat dan kebutuhan-kebutuhannya
untuk sampai pada penyadaran diri dan mengembangkan komitmen
yang berhasil mengenai sesuatu yang penting dan bermakna bagi
eksistensinya (keberadaanya)
6. Falsafah Pendidikan Nasional (Pancasila): pembelajaran adalah
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar lainnya pada
suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat di fahami bahwa pembelajaran
merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam
melayani siswa ketika proses belajar mengajar di mulai.

Hubungan Antara Kurikulum dan Pembelajaran


Kurikulum dan pembelajran merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan
meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor berpendapat bahwa
kurikulum dan pembelajaran bagaikan romeo dan juliet. Artinya bahwa
pembelajaran tanpa kurikulum akan tidak efektif ataupun sebaliknya
kurikulum tanpa pembelajaran akan hampa atau bahkan tidak akan berguna.
Kalau diamati secara seksama antara kurikulum dengan
pembelajaran dengan memperhatikan defenisi di atas maka, kedua
permasalahan tersebut dapat dikatakan, kurikulum dengan pembelajaran
sangat erat hubungannya ibarat pepatah setali mata uang yakni saling
berinterkasi satu dengan lainnya. Hali ini dipertegas dengan pendapatnya
Mac Donald, menurutnya, sistem persekolahan terbentuk atas empat
subsistem , yaitu:
1. mengajar merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang
diberikan oleh guru kepada peserta didik
2. Belajar merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa
sebagai respons terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh
guru
3. Pembelajaran adalah keseluruhan pertautan kegiatan yang
memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinyainterkasi belajar-
mengajar
4. Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau
pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar.

Pendapat serupa yakni Zais, dia menjelaskan bahwa, kebaikan suatu


kurikulum tidak dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja, melainkan harus
dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas. Kurikulum bukan
hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang
fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberikan pedoman dan
mengatur lingkungan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana
tertulis merupakan dokumen kurikulum (curriculum document or inert
curikulum). Sedangkan kurikulum yang diopersional di kelas merupakan
kurikulumfungsional
Perbedaan antara kurikulum, pembelajaran, dan hubungan dari
keduanya merupakan permasalahan yang cukup banyak diperbincangkan.
Namun pada umumnya para ahli lebih senang menyederhanakan perbedaan
definisi kurikulum dan pembelajaran dengan menggunakan istilah “apa” dan
“bagaimana”. Kurikulum lebih menekankan pada “apa” yang diajarkan,
sementara pembelajaran lebih banyak menekankan pada “bagaimana”
mengajarkannya. Untuk itu kurikulum lebih banyak berisikan pembahasan
tentang “program, perencanaan, isi, dan pengalaman belajar. Sementara itu
pembelajaran lebih banyak berisikan pembahasan tentang ”interaksi”
pembelajaran termasuk: metode, gaya mengajar, strategi, implementasi, dan
penampilan mengajar”
D. Model Hubungan Antara Kurikulum dan Pembelajaran

Apabila dilihat berdasarkan hubungan dari keduanya, Oliva. Peter F,


(1992) mengemukakan bahwa hubungan kurikulum dan pembelajaran dapat
dilihat berdasarkan empat katagori, yaitu dualistic model, interlocking
model, concentric model, dan cyclical model.
1. Pada model dualistic, pelaksanaan proses belajar mengajar yang
dikendalikan oleh guru tidak dikaitkan dengan perencanaan program
kurikulum, walaupun mungkin sebenarnya berkaitan. Pembuat
kurikulum mengabaikan para pengajar demikian juga para pengajar
mengabaikan program kurikulum. Pada model dualistic ini, kurikulum
dan proses pembelajaran mungkin berubah tanpa saling mempengaruhi
satu sama lain secara singnifikan.
2. Pada model interlocking, kurikulum dan pembelajaran memiliki possisi
yang sama. Keduanya saling mempengaruhi, pemisahan dari keduanya
dianggap akan membahayakan. Keberhasilan pembelajaran dianggap
dipengaruhi oleh perencanaan kurikulum yang baik, sebaliknya
perencanaan kurikulum yang baik harus mempertimbangkan
pembelajarannya
3. Pada model konsentrik, salah satu dari keduanya merupakan subsistem
dari yang lainnya. Pada model ini satu kubu berpendapat bahwa
kurikulum lebih dominan dan pembelajaran sebagai subordinatnya.
Sementara kubu yang lain mengatakan bahwa pembelajaran lebih
dominan dan kurikulum sebagai subordinatnya
4. Model Cyclical memanfaatkan pentingnya elemen feedback. Kurikulum
dan pembelajaran dipisahkan dalam judul dan lingkupnya namun
memanfaatkan feedbak dari keduanya untuk saling memperbaiki.
Kurikulum secara terus menerus mempengaruhi pembelajaran,
demikian juga sebaliknya: pembelajaran mempengaruhi kurikulum.
Sirkulasi seperti ini terus menerus berlangsung tanpa ada hentinya untuk
saling memberikan feedbak dalam rangka penyempurnaan dari
keduanya. Walaupun hubungan kurikulum dan pembelajaran dipandang
secara berbeda-beda, namun diantara mereka terdapat beberapa
pernyataan yang banyak disepakati (kecuali bagi penganut model
dualistik), yaitu
a. Kurikulum dan pembelajaran merupakan sesuatu yang
berhubungan namun berbeda
b. hubungan kurikulum dan pembelajaran saling memberi
kontribusi dan saling mempengaruhi
c. Kurikulum dan pembelajaran dapat dipelajari dan dianalisis
secara terpisah namun tidak bisa berfungsi secara terpisah

3. Mengapa kurikulum berlandaskan filosofis dan psikologis dan apa impikasinya dalam
pembelajaran, jelaskan berdasarkan reverensi.
Jawab :

Landasan Filosofis
Secara bahasa, Filosofis (Filsafat) dapat diartikan dengan cinta akan
kebijakan. Orang yang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti
dan berbuat secara bijak. Berfilsafat juga sering disebut dengan berpikir
secara radikal, berpikir sampai ke akar. Orang yang bijak harus memiliki
pengetahuan. Pengetahuan akan didapatkan dari berpikir secara mendalam.
Selanjutnya, berpikir secara mendalam ini disebut sebagai pemikiran radikal.
Sebagai induk dari semua pengetahuan (the mother of knowledge),
filsafat dapat dirumuskan sebagai kajian tentang:
a. Metafisika, yakni studi tentang hakikat kenyataan atau realitas
b. Epistemologi, yakni studi tentang hakikat pengetahuan
c. Aksiologi, yakni studi tentang nilai
d. Etika, yakni studi tentang hakikat kebaikan
e. Estetika, yakni studi tentang hakikat keindahan
f. Logika, yakni studi tentang hakikat penalaran
Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia,
termasuk masalah pendidikan. Kemudian muncul Filsafat Pendidikan.
Donald Butler mengungkapkan, filsafat memberikan arah dan metodologi
terhadap praktis pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberiakan
bahan bagi pertimbangan filosofis.
John Dewey mempunyai pandangan yang hampir sama dengan
Donald Butler. Bagi Dewey filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama.
Dalam Filsafat Pendidikan juga dikenal banyak pandangan dan aliran. Setiap
landasan memiliki landasan metafisika, epistemilogi, dan aksiologi tentang
maslah pendidikan yang berbeda.
1. Dasar Filsafat Dewey
Cirri utama filsafat Dewey adalah konsepsinya tentang dunia yang
selalu berubah, mengalir, atau on going-ness. Filsafat Dewey lebih
berkenan dengan epistemologidan tekanannya terhadap proses
berpikir. Proses berpikir merupakan salah satu dengan pemecahan
yang bersifat tentatif, antara ide dan fakta, antara hipotesis dan hasil.
Tujuan perkembangan manusia adalah self realization. Yaitu,
suatu yang kongkret bersifat empiris tidak dapat dipisahkan dari
pengalaman dan lingkungan. Hanya saja dapat diperoleh melalui
pengalaman dan interaksi dengan yang lain.
2. Teori Pendidikan Dewey
Pendidikan menurut John Dewey adalah perkembangan dari sejak
lahir sampai menjelang kematiannya. Sehingga, pendidikan juga
dikatakan kehidupan. Proses pendidikan bersifat kontinu, merupakan
reorganisasi, rekontruksi, dan pengubahan pengalaman hidup.
Pendidikan merupakan reorganisasi dan rekontruksi yang konstan
dari pengalaman. Setiap fase perkembangan kehidupan merupakan
fase pendidikan. Mulai dari masa kanak-kanak, masa muda, dan
dewasa, semuanya adalah fase pendidikan. Pendidikan itu tidak
berakhir, kecuali kalau seseorang itu telah mati.
Syarat menyusun bahan ajaran menurut Dewey adalah:
a. Bahan ajaran hendaknya kongkret, dipilih yang betul-betul
berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara sitematis dan
mendetai.
b. Pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil belajar,
hendaknya ditempatkandalam kedudukan yang berarti,
yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru, dan
kegiatan kegiatan yang lebih menyeluruh.
Bahan pelajaran harus mendorong anak untuk bergiat dan berbuat. Kita
mengharapkan anak-anak yang aktif, yang bekerja, dan bereksperimen. Guru
haru menempatkan dirinya dalam seluruh interaksinya dengan kebutuhan,
kemampuan, dan kegiatan siswa. Guru juga harus memilih bahan-bahan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan.
Al ‘Ainain (1980) menyatakan bahwa Filsafat Pendidikan merupakan
aktivitas yang teratur (sistematis) yang menggunakan filsafat sebagai alat
untuk mengatur dan menyusun pelaksanaan pendidikan, dan menjelaskan
nilai-nilai serta tujuan-tujuan yang mengarahkan berlangsungnya
pelaksanaan pendidikan secara tepat.
Kemudian, sekolah memiliki fungsi khusus sebagai bagian dari
lingkungan manusia. Antara lain:
a. Menyediakan lingkungan yang disederhanakan. Tidak mungkin kita
memasukkan seluruh peradaban manusia yang sangat kompleks ke
sekolah. Begitu pula sebaliknya.
b. Membentuk masyarakat yang akan datang yang lebih baik. Siswa
tidak belajar dari masa lalu, tetapi belajar dari masa sekarang untuk
memperbaiki masa yang akan datang.
c. Mencari keseimbangan dari bermacam-macam unsur yang ada di
dalam lingkungan. Sekolang memberi kesempatan kepada setiap
individu/ siswa untuk memperoleh lingkungan hidupnya.

C. Landasan Psikologis
Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam
setiap proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat fisik maupun lingkungan
sosial. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik
menuju kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik, mental, emosional, moral,
intelektual, maupun sosial.
Harus diingat bahwa walaupun pendidikan dan pembelajaran ada
lah upaya untuk mengubah perilaku manusia, akan tetapi tidak semua
perubahan perilaku manusia/peserta didik mutlak sebagai akibat dari
intervensi program pendidikan.
Perubahan perilaku peserta didik dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan faktor dari luar program pendidikan atau lingkungan.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan/program pendidikan, sudah pasti
berhubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Kurikulum
diharapkan dapat menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan potensial
menjadi kemampuan aktual peserta didik serta kemampuan-
kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang
berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana
perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Kondisi
Psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik seseorang sebagai individu
yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksinya dengan
lingkungan. Prilakunya merupakan cirri dari kehidupannya yang tampak
maupun yang tidak tampak, yakni prilaku kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
Minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari
pengembangan kurikulum yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik didalam merumuskan tujuan,
memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode
pembelajaran serta teknik-teknik penilaian. Psikologi perkembangan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu pribadi anak
didik berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan
yang dalam term tertentu disamakan dengan ilmu Jiwa Perkembangan, di
dalamnya dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan
anak, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta
hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum.
Untuk dijadikan landasan dalam mempertimbangkan bobot belajar
pada masing-masing tingkatan dan jenjang serta beban belajar yang mesti
diselaraskan dengan tingkat perkembangan psikologi dan kejiwaan peserta
didik.
a. Psikologi perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembanga individu yang
dimulai sejak masa konsepsi hingga dewasa. Individu ialah anak
ataupun orang dewasa yang merupakan kesatuan jasmani dan rohani
yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan menunjukkan karakteristik-
karakteristik tertentu yang khas. Individu adalah manusia adalah
sesuatu yang sangat kompleks tetapi unik.ia memiliki banyak aspek
seperti jasmani, intelektual, social, emosional, moral, tetapi
keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang khas.
Dikenal terdapat tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan
individu, yaitu pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan
diferensial (differential approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative
approach). Menurut pendekatan pentahapan, perkembangan invidu
berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Setiap tahap
perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan
tahap yang lainnya. Pendekatan diferensial melihat bahwa individu
memiliki persamaan dan perbedaan. Atas dasar persamaan dan
perbedaan tersebut individu dikatagorikan atas kelompok -kelompok
yang berbeda. Kita mengenal ada kelompok individu berdasarkan
jenis kelamin, ras, agama, status social-ekonomi, dan sebagainya.
Kedua pendekatan tersebut berusaha untuk menarik atau membuat
generalisasi yang berlaku untuk semua individu. Namun dalam
kenyataannya seringkali ditemukan adanya sifat-sifat individual, yang
hanya dimiliki oleh seorang individu dan tidak dimiliki oleh yang
lainnya. Pendekatan yang berusaha melihat karakteristik individu -
individu inilah yang dikelompokkan sebagai pendekatan isaptif.
b. Psikologi belajar
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana
individu belajar. Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Segala
perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun
psikomotor dan terjadi karena proses pengalaman dapat dikatagorikan
sebagai perilaku belajar. Menurut Morris L. Bigge dan Maurice P.
Hunt ada tiga rumpun teori belajar, yaitu teori disiplin mental,
behaviorisme, dan Cognitive Gestalt Field.
Menurut teori disiplin mental dari kelahirannya anak telah
memiliki potensi-potensi tertentu seperti daya untuk mengamati,
menanggap, mengingat, berpikir, memecah masalah, dan sebagainya.
Belajar merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi tersebut.
Pada teori behaviorisme berangkat dari asumsi bahwa anak atau
individu tidak memiliki/membawa potensi apa-apa dari kelahirannya.
Perkembangan anak ditentukan oleh factor-faktor dari lingkungan.
Rumpun ketiga ialah Cognitive Gestalt Field, menurut teori ini
belajar adalah proses mengembangkan insight atau pemahaman baru
atau mengubah pemahaman lama. Pemahaman terjadi apabila individu
menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada
dalam lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri. Gestalt Field
melihat bahwa belajar itu merupakan perbuatan yang bertujuan,
eksploratif, imajinatif, dan kreatif.

4. Jelaskan bagaimana fungsi, peran guru, kedudukan peserta didik dan bahan ajar dalam
model konsep “Subjek akademik dan Humanistik”.
Jawab :

1. Peran Guru Humanistik

Dalam dunia pendidikan, peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor
yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar
mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam
setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak dapat dilepaskan
dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. 23
Sehubungan dengan hal itu, guru haruslah disiapkan untuk memenuhi
layanan interaksi dengan peserta siswa. Hal ini sebagaimana diamanatkan oleh
UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1).
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”
Sedangkan Agus Nuryatno menjelaskan, bahwasanya guru merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru
harus memiliki kualifikasi minimal dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru yang humanis berarti
memiliki kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mampu mendidik secara
profesional. Guru yang humanis mampu menjadi agen pembelajaran yang
edukatif, yaitu dapat menjadi fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa, dan
inspirator pembelajaran.
Sebagai fasilitator pembelajaran, berarti guru :
a. Membantu memudahkan dan membantu peserta didik dalam belajar
b. Tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, melainkan
berperan sebagai salah satu sumber belajar.
c. Berupaya memberdayakan peserta didik sehingga mereka dapat
berkembang optimal.
Sebagai motivator pembelajaran, berarti guru:
a. Mendorong dan menggerakkan peserta didik agar mereka semakin
giat dalam belajar.
b. Memiliki kemampuan membangkitkan semangat dan kesadaran diri
peserta didik sehingga mereka terbiasa belajar.
c. Dapat menggunakan prinsip-prinsip “ ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun karso, dan tutwuri handayani”.
Sebagai pemacu pembelajaran, berarti guru:
a. Dituntut memiliki kemampuan mengoptimalkan berbagai berbagai
kemampuan belajar peserta didik untuk selalu dalam kondisi dan
semakin giat dalam belajar.
b. Dituntut selalu berada di sekitar peserta didik dan memahami berbagai
kelebihan dan kelemahan peserta didiknya.
c. Mengetahui kapan peserta didik harus belajar dan kapan peserta didik
harus beristirahat.
Sebagai perekayasa, berarti guru:
a. Mampu merancang, mengembangkan, melaksanakan, mengevaluasi,
dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran sesuai kebutuhan
peserta didik dan masyarakat.
b. Tidak memandang kegiatan pembelajaran sebagai kegiatan rutinitas,
tetapi dipandang sebagai kegiatan yang dinamis dan inofatif yang
perlu dikembangkan dan dimutakhirkan secara terus menerus sesuai
kebutuhan peserta didik.
Sebagai inspirator, berarti guru:
a. Dituntut memiliki peranan sebagai pemberi inspirasi pembelajaran
kepada peserta didik.
b. Wajib mengemukakan berbagai gagasan, kegiatan, dan tugas-
tugas pembelajaran yang dapat menyebabkan peserta didik
belajar.
c. Wajib memprakarsai kegiatan belajar peserta didik.
d. Mengetahui kemana dan kegiatan-kegiatan belajar apa saja yang
dilakukan peserta didik.

2. Peran Guru Akademik

Kemampuan akademik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap


hasil belajar siswa. Perubahan terhadap hasil belajar siswa disebut dengan prestasi
akademik siswa. Hal inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi setiap guru untuk
mewujudkan kemampuan akademik siswa secara optimal. Orang tua merasa resah
bila mengetahui hasil belajar anaknya tidak sesuai dengan harapan orang tuanya.
Hal yang biasa dilakukan oleh guru dan orang tua untuk meningkatkan kemampuan
akademik siswa adalah dengan mengundang guru les privat ke rumah, anak
mengikuti bimbingan belajar, tambahan jam belajar di sekolah, meningkatkan
kedispilinan anak, dan meningkatkan motivasi belajar para siswa. Namun bukankah
semua itu, membuktikan seakan-akan para siswa yang salah dalam proses
pembelajaran.
(Musrofi, 2010). Guru terlalu fokus pada perbaikan diri siswa, tetapi ia
melupakan perbaikan terhadap diri sendiri, tugas, tanggung jawab, dan peranannya
dalam pembelajaran. Maka dari itu, dalam meningkatkan kemampuan akademik
siswa bila bertumpu pada anggapan bahwa yang salah dan yang kurang adalah
siswa, itu merupakan anggapan yang salah.Oleh karena itu, sebagai guru profesional
haruslah memperhatika hal tersebut. Dan meluruskan anggapan bahwa siswa yang
salah dengan introspeksi diri dan memperbaiki kinerjanya selama di kelas. Upaya
mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru
dalam membina kemampuan akademik siswa maka perlu diadakannya penilaian.
Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan
kebiasaan (psikomotor), pengetahuan dan pengertian (kognitif), dan sikap dan cita-
cita (afektif) (Sudjana, 2011). Maka dari itu, yang menjadi domain dalam
pembahasan kemampuan akademik siswa ini adalah mencakup 3 (tiga) ranah, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor.

5. Bagaimana seharusnya kurikulum dalam menghadapi perkembangan dan perubahan


masyarakat, sains teknologi pada era industri 4.0.
Jawab :
Guru memberikan peranan penting dalam pendidikan di Era Revolusi Industri
4.0. Ada tiga hal penting yang harus dilakukan guru (Sukartono , 2018), yaitu
menyiapkan siswa untuk mampu menciptakan pekerjaan yang saat ini belum ada,
menyiapkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang belum ada, dan menyiapkan
anak untuk mampu menggunakan teknologi. Untuk mempersiapkan siswa menghadapi
Era Revolusi Industri 4.0 bukanlah hal yang mudah. Guru memerlukan strategi
pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk berkembang. Strategi
pembelajaran berpengarauh terhadap pola pikir dan apa yang akan dihasilkan siswa
kelak nanti. Pemilihan strategi pembelajaran mempunyai peranan penting dalam
menyiapkan siswa menghadapi Era Revolusi Industri 4.0.
Adapun lima strategi yang bisa digunakan guru dalam pembelajaran (Guru
Produktif, 2019), yaitu:
 Membantu siswa dalam belajar Proses pembelajaran yang terjadi ad alah
teacher center. Guru sebagai sumber informasi satu-satunya di dalam kelas. Guru
menjelaskan pembelajaran, siswa diberikan waktu untuk menyalin catatan di papan
tulis, siswa mengerjakan latihan soal, pembahasan, dan dilanjutkan dengan penilaian.
Untuk anak yang memperoleh nilai yang baik, mendapatkan apresiasi dari guru. Namun
untuk siswa yang belum mendapat nilai baik, belum ada tindakan khusus/ remedial dari
guru. Adapun empat pilar pendidikan menurut Unesco (Rahmat, 2004) adalah:
1) Learning to do Diharapkan siswa memahami pembelajaran, bukan hanya
mengetahui.
2) Learning to know Siswa diharapkan tidak hanya sebagai pendengar, namun
juga mengimplementasikan informasi yang diperoleh dengan praktik.
3) Learning to be Setiap manusia diberikan bakat dan minat berbeda dengan
orang lain. Siswa diharapkan mampu menjadi diri sendiri. Mengucap syukur atas segala
kelebihan dan kekurangan diri.
4) Learning to live together Diharapkan hasil dari pembelajaran, siswa mampu
hidup bersama dengan orang lain, mampu menempatkan diri, saling menghormati, dan
menghargai. Untuk membangun empat pilar pendidikan tersebut, guru harus
meningkatkan kualitasnya dengan memperkaya pengetahuan tentang metode
pembelajaran yang tepat. Pembelajaran teacher center belum memberikan ko nstribusi
yang besar.
 Adanya kesempatan untuk berkembang dan berprestasi Ukuran keberhasilan
siswa biasa hanya dipandang dari angka yang diperoleh. Peringkat di kelas menandakan
prestasi yang didapatkan siswa. Tanpa disadari, manusia diciptakan Tuhan me miliki
kecerdasan yang berbeda. Howard Garner (Tobeli, 2009) mengungkapkan ada
sembilan kecerdasan majemuk, meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis,
kecerdasan ruang, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan
eksistensial. Guru bisa mengembangkan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa saat
pembelajaran di kelas. Pemberian stimulus dan pengarahan guru mampu merangsang
kecerdasan siswa akan meningkat sehingga siswa diberikan kesempatan uktuk
berkembang dan berprestasi sesuai kecerdasan yang dimilikinya.
 Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pendidikan karakter harus
dikembangkan sedini mungkin. Penanaman karakter tidaklah mudah dan membutuhkan
waktu yang lama. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kelanjutan dan
revitalisasi dari pendidikan karakter dari tahun 2010. PPK dinilai penting
dikembangkan di dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan, bahwa PPK memiliki
peranan penting seperti ancaman keutuhan dan masa depan bangsa, menghadapi
tantangan global, dan membentuk etika pada siswa (Kemendikbud, 2017). Kunci
penerapan PPK terletak pada pembiasaan (habit) di sekolah. Guru memiliki peranan
besar dalam penanaman pendidikan karakter.
 Melek teknologi Era Revolusi Industri 4.0 menuntut sebagian besar orang
memahami akan arti pentingnya teknologi. Teknologi yang ada memberikan banyak
pengaruh yang baik dalam kehidupan. Pemanfaatan teknologi yang tepat dalam
pembelajaran memberikan tambahan pengetahuan yang baik kepada guru untuk
ditransfer ke siswa. Sebaiknya guru mampu memanfaatkan fasilitas teknologi seperti
dengan pencarian bahan ajar yang lebih menarik sehingga siswa bersemangat
mengikuti pembelajaran. Selain untuk pencarian bahan ajar, guru bisa memanfaatkan
kecanggihan teknologi untuk mendukung pembelajaran dengan cara menjadi blogger.
Hal ini akan membantu siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan. Selain itu,
siswa mampu mengulang materi yang diberikan guru dimana saja siswa berada dan
kapanpun siswa mau. Tentunya didukung dengan fasilitas yang memadai. Guru harus
memberikan pengertian kepada siswa untuk menggunakan teknologi untuk hal yang
baik.
 Menjadi guru efektif Guru efektif adalah guru yang selalu berpikir bagaimana
cara menjadi lebih baik (Henson & Eller dalam Fatimaningrum, 2011). Guru efektif
bukan hanya mengetahui pelajaran, namun bagaimana guru mampu menyampaikan
kepada siswa dengan baik. Dengan cara pikir guru mau menjadi lebih baik, guru akan
mencari solusi apabila dalam pembelajaran, ilmu yang ditransfer ke siswa belum
sepenuhnya dipahami. Adapun karakteristik guru efektif (Dzulkifli & Sari, 2015) yaitu

(1) memiliki rasa simpati yang tinggi, melayani, dan menganggap bahwa siswa
merupakan anak sendiri, (2) ikhlas dalam memberikan ilmu dan tidak meminta balasan dalam
bentuk apapun, (3) memberikan tanggung jawab kepada siswa (tugas) berdasarkan porsi
setiap siswa, (4) memberikan nasehat apabila siswa melakukan pelanggaran, (5) semua ilmu
memiliki kedudukan yang sama, (6) tidak memaksakan siswa untuk mencapai target yang
telah ditentukan, (7) pemberian bahan ajar yang lebih sederhana untuk anak yang belum bisa
memahami pelajaran dengan baik.

6. Jelaskan bagaiman peran kurikulum dan fungsinya dalam perspektif pembentukan


karakter peserta didik “peduli lingkungan dan peduli sosial”.
Jawab :
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum itu berfungsi sebagai pe-doman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi
sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa sebagai subjek didik,
terdapat enam fungsi kurikulum sebagai berikut:
(a) fungsi penyesuaian,
(b) fungsi integrasi,
(c) fungsi diferensiasi,
(d) fungsi persiapan,
(e) fungsi pemilihan, dan
(f) fungsi diagnostik.

Fungsi Penyesuaian.
Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu
mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fi-sik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat
dinamis. Karena itu, siswa pun harus memiliki kemam-puan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi di lingkungan-nya. Fungsi Integrasi. Fungsi Integrasi
mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-didikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan
bagian integral dari masyarakat. Oleh kare-na itu, siswa harus memiliki kepribadian
yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.

Fungsi Diferensiasi.
Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan indivi-du siswa.
Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psi-kis, yang harus
dihargai dan dilayani dengan baik.
Fungsi Persiapan.
Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen -
didikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jen -jang
pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mem-persiapkan
siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena se-suatu hal, tidak dapat
melanjutkan pendidikannya.
Fungsi Pemilihan.
Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen -
didikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fung-si pemilihan ini
sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya
perbedaan individual siswa berarti pula diberinya ke-sempatan bagi siswa tersebut
untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan
kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.

Fungsi Diagnostik
Fungsi Diagnosti mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-
didikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat mema-hami dan
menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Jika siswa sudah
mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemah-an yang ada pada
dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sen-diri potensi kekuatan yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kele-mahannya. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang
sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan.
Terdapat tiga peranan Kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu:
(1) peranan konservatif,
(2) peranan kreatif, dan
(3) peranan kritis/evaluatif (Oemar Hamalik, 1990).

Peranan Konservatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk mentrans-
misikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa
kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan demikian, peranan
konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa
lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat men-dasar, disesuaikan dengan kenyataan
bahwa pendidikan pada hakikatnya me-rupakan proses sosial. Salah satu tugas
pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang hidup di ling-kungan masyarakatnya. Peranan Kreatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembang-kan
sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebu-tuhan-kebutuhan
masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung
hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengem-bangkan semua potensi yang ada
pada dirinya untuk memperoleh pengetahu-an-pengetahuan baru, kemampuan
kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
Peranan Kritis dan Evaluatif.
Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan
budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, se -hingga
pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesu-aikan dengan
kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada
masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau
menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan
untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan
diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam
kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan
tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-
penyempurnaan.
Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan secara seimbang dan
harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi ketimpangan-
ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum per-sekolahan menjadi tidak
optimal. Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjadi tanggung jawab
semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, di antaranya guru, kepala sekolah,
pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat. Dengan demikian, pihak -pihak yang
terkait tersebut idealnya dapat memahami betul apa yang menjadi tujuan dan isi dari
kurikulum yang diterapkan sesuai dengan bidang tugas masing-masing

7. Bagaimana seharusnya kurikulum dalam menghadapi perkembangan dan perubahan


masyarakat dan sains teknologi.
Jawab : Kita saat ini masuk kepada era revolusi industry 4.0,era serba digital dalam
segala hal,mulai dari urusan dapur sampai urusan pendidikan dan pelayanan dalam
segala hal,di bidang transformasi yang serba online,tidak ada lagi yang dinamakan
susah dan sulit semua teknologi menawarkan fasilitas yang serba mudah dan
memungkinkan. Begitu juga penulis kedudukan sebagai narasumber,sebagai fasilitator
dan sebagai penulis,dimudahkan dengan hadirnya teknologi, juga sebagai arsiteknya di
bidang pendidikan harus cepat beradaptasi dan cepat menguasai ilmu pengetahuan yang
sudah berubah situasi dan kondisinya, widyaiswara tidak lagi menunggu jadwal
mengajar secara klasikal tapi di tuntut untuk lebih pro aktif dalam beraktifitas dan
berperan,harus mampu merubah mindset,pola pikiran kita yang klasik menjadi digital.
Misalnya tahun tahun sebelumnya widyaiswara keahliannya dalam mentransfer sikap
,pengetahuan dan keahlian di kelas secara klasikal,bertatap muka secara langsung
dengan para peserta,menyampaikan materi dalam bentuk slide ,bisa bersalaman secara
langsung,bertanya secara langsung dan memberikan senyuman dan tawa serta canda
secara alami,jangan harap kondisi seperti ini akan bertahan lama dan berlangsung
lama,karena peralihan kebisaaan sudah beralih secara nyata ,dimana alat berinteraksi
dan berkomunikasi antar individu dan antar kelompok sudah dengan menggunakan
sebuah alat super canggih dengan menggunakan handphone,menggunakan
gadget,menggunakan laptop dan peralatan lainnya yg serba canggih dan terhubung
dengan jaringan internet yang memungkinkan terakses secara global.Dengan adanya
kecanggihan teknologi di bidang segala hal telah merubah sistem dan pola
berkomunikasi antar manusia hanya dengan mengklik nomor handphone dimana lawan
bicara kita yang bisa saja dekat ataupun jauh dapat dihubungi dengan begitu mudahnya
dan berkomunikasi dengan suara yang jelas. Perkembangan alat komunikasi yang
begitu anggih dan cepat telah merubah sistem dalam proses pengajaran di dunia
pendiidkan. Proses pembelajaran sudah tidak lagi di dominasi dengan pertemuan secara
langsung,tapi sudah bisa berkomunikasi bertatap muka secara langsung dengan
menggunakan sebuah media teknologi dengan pemanfaatan aplikasi virtual
meeting,komunikasi antara tutor dan peserta sudah tidak lagi di kelas, tapi di dunia
maya, dunia maya adalah dunia yang aktifitasnya dengan menggunakan serba
onlinedan serba internet. Kita saat ini dipaksakan untuk beralih kebisaaan dalam dunia
pendidikan dikarenakan adanya pandemik menyebarnya virus covid -19 yang
menyebar ke penjuru dunia, menyebar begitu cepat dan dahsyat mengguncang dunia
dalam waktu yang singkat. Kejadian ini memaksakan seluruh umat manusia untuk tidak
beraktifitas alias lockdown. Saat itu secara psikologi seluruh Negara sangat
menegangkan karena hadirnya virus yang mematikan yang muncul dari Negara
cina,wuhan. Kondisi dunia terasa mati, tidak ada aktifitas,mulai dari kegiatan di urusaan
makan sampai urusan kepemerintahan,urusan pendidikan ,urusan perjalanan darat laut
an udara semuanya berhenti, umat manusia menahan diri untuk keluar rumah dan
berdiam diri di dalam rumah selama beberapa bulan di tahun 2020 ini. Sungguh sangat
menegangkan dan sangat menyedihkan kondisi saat itu sebelum pemerintah
memberlakukan new normal kepada seluruh wilayah Indonesia mulai dari sabang
sampai merauke. Kita tidak bisa berdiam diri dalam menghadapi kondisi ini,kita harus
beradaptasi cepat dan menyesuaikan dengan peradaban baru yang begitu dahsyat.
Ledakan teknologi yang hadir di muka bumi ini untuk memberikan kemudahan dalam
segala hal. Kita saat ini suka tidak suka harus menerima kenyataan,dan kita tidak bisa
menghindar dengan adanya perubahan yang merubah dan sistem di bidang pengajaran.
Penulis adalah berprofesi sebagai pendidik dan pelatih para guru pegawai negeri yang
sudah cukup lama menggelutinya, saat ini kegiatan yang kami lakukan sudah berubah
dari cara klasikal menjadi digital,pertemuan di kelas sudah berubah dengan
menggunakan virtual meeting. Perubahan saat ini sistem rapat dan sistem pembelajaran
serta sistem-sistem lainnya telah berupaya untuk menggunakan teknologi online. Dunia
klasikal telah beralih pada dunia virtual, aplikasi zoom virtual meeting yang heboh
digunakan untuk berbagai pertemuan untuk kepentingan rapat,seminar,dan pengajaran
telah di buru dan di manfaatkan untuk upaya tetap eksis dalam beraktifitas bertatap
muka tanpa kita harus bertemu secara langsung dan tidak saling bersentuhan. Mulai
dari anak – anak ,ibu rumah tangga,para pekerja baik di pabrik pabrik maupun di
perkantoran ,serta pertemuan kenegaraan dan aktifitas perkuliahan,para widyaiswara
dan para guru,para pebisnis yang biasanya bertransaksi secara langsung, maka sekarang
sudah berubah sistem pola penawarannya. Di bidang pendidikan dalam proses
pengajaran di kelas semuanya sudah beralih dengan menggunakan pertemua n secara
virtual meeting.

VIRTUAL MEETING SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN ERA INDUSTRI 4.0


Saat ini kita di Indonesia dan beberapa Negara berkembang lainnya masuk pada
peradaban era revolusi industry 4.0, dimana era tersebut telah menggantikan sarana dan
prasarana yang nota bene berbasis internet. Dalam dunia pendidikan ,khususnya pada
dunia pelatihan di lingkungan kementerian agama,para personil jajaran di kementerian
agama telah merubah sistem berkomunikasi dan bertatap muka dengan menggunakan
sebuah aplikasi yang berbasis berbasis online. Misalnya saja contoh yang sedang
penulis alami adalah awal bulan april tahun 2020,mendapatkan tugas sebagai
narasumber untuk memberikan materi kepada para guru di wilayah kabupatan
mempawah dengan menggunakan aplikasi zoom cloud meeting. Apliasi zoom virtual
meeting ini sungguh luar bisaa,salah satu aplikasi yang mengajak kepada penggunanya
bisa bertatap muka secara bersamaan pada forum pelatihan secara online. Tutor sendiri
posisi di Jakarta dan para pesertanya sejumlah empat puluh orang berada di wilayah
kabupaten mempawah,Kalimantan barat, dapat bertatap muka,saling berdiskusi dan
saling menyapa pada chanel yang sama, seperti layaknya di sebuah ruangan kelas yang
sama.Aplikasi ini membuat sistem pengajaran di balai diklat keagamaan menjadi
berubah dari pelatihan secara klasikal menjadi virtual. Awal perdana tayang memang
dari kami masih awam dalam menggunakan fitur-fitur yang terdapat pada aplikasi
tersebut,begitu juga dari para peserta yang merupakan para guru gabungan da ri
kemendikbud dan kementerian agama. Proses pelatihan antar tutor dan para peserta
yang tidak biasanya di lakukan dengan virtual meeting,dan saat sekarang masih
menggunakan dan memanfaatkan pertemuan secara online,terasa banyak manfaat dan
kemudahan yang ditemukan oleh penulis dan para guru yang sedang mengikuti
program pelatihan model model pembelajaran melalui e-learning berjalan lancar dan
justru para pesertanya sangat antusias dan sangat kreatif,ditunjukan dengan
terbangunnya kebersamaan diantara peserta dengan saling menyapa dalam virtual
meeting. Dengan hadirnya aplikasi zoom dan beberapa aplikasi lainnya yang sekarang
adalah google telah berhasil menggantikan aplikasi google hang-out menjadi google
meet, dimana aplikasi tersebut hampir sama dalam penggunaannya.Balai diklat
keagamaan Jakarta sudah sekitar delapan tahun telahmemfaatkan pembelajaran secara
online,seperti memberikan materinya berupa bahan ajar dan slide juga video yang yang
serba berbasis eletronik dan tersimpan pada web learning manajemen sistem atau LMS
nya balai diklat keagamaan Jakarta,dan saat program pelatihan resmi
berjalan,panitia,tutor dan para peserta berkomunikasi dengan menggunakan internet.
Pemanfaatan aplikasi zoom virtual meeting yang di gunakan dalam pelatihan di
lingkungan balai diklat keagamaan khususnya Jakarta,telah berhasil dan sudah akan
terselenggara pada kelombang yang kedua, awal agustus tahun 2020 dengan dukungan
dari jajaran pejabat struktural yang handal dan para tutor serta para staf administrasi
dalam mengelola pelatihan berbasis e-learning,tantangan yang berat adalah
menghadapi signal para peserta yang jauh dari perkotaan yang sangat berpengaruh pada
kondisi signal yang lemah,hal ini sangat mengganggu proses pembelajaran secara
online. Dampaknya pada para peserta ada yang tertinggal materi dan informasi dari
tutornya,sehingga akan berpengaruh pada output yang diharapkan sukses seratus
persen. Dari hasil pembelajaran pelatihan secara e-learning di lingkungan balai diklat
keagamaan Jakarta berdasarkan data yang di pantau oleh panitia output peserta
diperkirakan sekitar diatas Sembilan puluh lima persen tingkat kelulusannya dengan
hasil sangat memuaskan. Berita yang sangat mengembirakan ini membuat jajaran
pejabat di lingkungan balai diklat bekerja dengan lebih prof essional dan lebih
bersemangat serta bekerja dengan perencanaan yang matang. Tidak menutup
kemungkinan pelatihan pelatihan selanjutnya semuanya berbasis online,ini terjadi
karena era revolusi indistri 4.0 memacu untuk meningkatkan kemudahan dan jangkauan
yang lebih luas dan efektif serta dengan anggaran yang terjangkau. Dan ini merupakan
penghematan yang luar bisaa dana yang lebih tersebut bisa di gunakan untuk
penambahan kegiatan pelatihan yang lebih banyak lagi dan sangat jauh sekali bila di
bandingkan penggunaan anggaran untuk membiayai pelatihan secara klasaik. Pelatihan
klasik untuk tahun kedepan akan menjadi sebuah program yang aneh bila masih di
konsumsi oleh balai diklat keagamaan Jakarta,karena eranya sudah berubah dan harus
berubah untuk memprogramkan seluruh kegiatannya secara online dan virtual meeting.

MIGRASI GENERASI KLASIKAL MENUJU PERADABAN MILENIUM. Pada


tanggal 29 November 2019 Komite Tetap bertindak atas nama Majelis di uni Europa
melaporkan bahwa Komite Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Media
seperti yang dilaporkan oleh Tuan Constantinos Efstathiou. Ada dua belas hal perlu kita
pahami dan persiapkan bersama dalam menghadapi era globalisasi revolusi industry 4.0
sebagai berikut: Abad ke-21 membutuhkan sistem pendidikan yang berbasis
keterampilan dan kompetensi berbasis kompetensi globalisasi, lebih kreativitas,
memiliki pemikiran yang kritis, mampu kolaborasi dan komunikasi dengan
komunitasnya, dan dapat menanggapi tuntutan Eropa untuk berinovasi pada bidang
ekonomi bertaraf dunia, mempu mengatasi pertumbuhan ekonomi globalisasi dan cepat
beradaptasi dengan pasar dunia tenaga kerja yang sangat kompetitif, dan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat pada tingkat internasional. Dengan hadirnya
Teknologi digital berbasis revolusi industry 4.0 maka memberiakn keuntungan banyak
dan menawarkan banyak peluang yang kita akan dapatkan pada dunia tanpa batas yang
belum pernah ada sebelumnya, memperkaya, dan dengan hadirnya banyak fasilitas
aplikasi yang tercipta mengubah dunia pada sistem manajemen,sistem pembelajaran
dan sistem multi media yang dapat menunjang perubahan sistem pendidikan yang
klasik menjadi sebuah pembelajaran berbasis online dengan sistem pola pembelajaran
e-learning dan virtual meeting, dan ini merupakan tantangan super baru dalam kancah
di dunia pendidikan yang untuk memenuhi tantangan baru ini. Selain itu, teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) adalah alat utama untuk memfasilitasi akses yang adil
dan inklusif ke pendidikan, menjembatani perbedaan pembelajaran, membuka
perspektif baru bagi guru dan untuk profesinya, meningkatkan kualitas dan makna
pembelajaran, dan meningkatkan administrasi pendidikan dan tata kelola. Diluar
dugaan bahwa menurut Majelis di uni eropa bahwa sistem pendidikan di seluruh Eropa
mengalami keterlambatan dalam proses beradaptasi dengan situasi dan kondisi
globalisasi dengan banyaknya hal-hal baru dalam dinamika pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang begitu cepat seiring perkembangan peradaban manusia
yang sudah berubah baik dalam pola gaya hidup dan pemanfaatan teknologi yang serba
online dan terakses pada antar sistem baik secara lokal,nasional maupun secara global.
Menurut laporan Majlis masyarakat Europe bahwa , diperkirakan sekitar 44% orang
dewasa di negara-negara anggota Uni Eropa (UE) keterampilan digital yang dimiliki
masyarakat uni Europa belum memadai dan hampir 20% masyarakat uni Europa
keterampilan digital dikatakan masih awam.Dalam menghadapi persaingan global
maka mualai saat ini siswa-siswa di sekolah dilengkapi dengan fasilitas pembelajaran
berbasis digital dan jumlahnya sekitar 20% sampai dengan 25% dan diajarkan oleh para
gurunya dengan menggunakan teknologi pembelajaran di kelas. Kegelisahan para
petinggi dewan eropa terhadap Kesenjangan harus cepat diatasi dan bila tidak cepat
diatasi akan menjadi masalah baru dan bahkan akan lebih luas merambah ke wilayah
Dewan Eropa yang lebih besar lagi. Penduduk asli digital adalah para Milenial yang
berjumlah sekitar 50% hingga 80% yang didominasi oleh anak-anak sekolah merupaka
generasi Y, tidak lagi menggunakan buku teks digital, perangkat pembelajaran berbasis
lunak, atau game yang berkonten pembelajaran di sekolah. Meskipun demikian mereka
sangat mahir dalam pemanfaatan dan penggunaan sarana pembelajaran yang
berteknologi tinggi dan aplikasi media sosial yang sudah digunakan sebagai sarana
berkomunikasi dengan dunia luar secara local maupun secara global, dan pada
umumnya mereka para siswa-siswi ini sudah tidak perlu lagi belajar secara sistematis,
karena pada umumnya merekas sudah sangat familiar dengan peralatan canggih ini dan
menggunakan TIK ini sudah menjadi hal makan keseharian pada lingkungan akademik
dimana mereka menimba ilmu. Proyek Pendidikan di europa yaitu menyiapkan sumber
daya manusianya dimulai dari zona sekolah, harapannya dapat dukungan secara
finansial untuk menyiapkan sarana dan prasarana teknologi yang berbasis digital dan
berteknologi tinggi, proyek ini dipastikan sebagai persiapan dari sisi sdm yang
dipersiapkan mampu bersaing secara global dan untuk memastikan bahwa pada tahun
2025 semua sekolah di Uni Eropa terakses secara pasti dengan jaringan broadband
berkapasitas tinggi, dan harapan ini dapat dukungan sepenuhnya secara keuangan dari
kepemerintahan Europa dan para petingginya. Anggota Dewan Eropa menyatakan tidak
mendapatkan dukungan dari sumber daya dan struktur pendukung yang serupa. Majelis
Parlemen prihatin bahwa kesenjangan yang substansial seperti itu berisiko terciptanya
kesenjangan sosial baru di dalam dan di antara negara-negara Eropa sekitarnya. Di
Eropa sudah banyak Negara yang menginvestasikan dananya untuk menyiapkan
perangkat teknologi informasi dan komunikasi di setiap sekolah di Europa secara pasti.
Majelis mengingatkan, bagaimanapun, bahwa investasi teknologi yang dilakukan tanpa
mengintegrasikan TIK secara bermakna ke dalam proses belajar mengajar tidak akan
menghasilkan transformasi yang diinginkan dalam pendidikan. Pergeseran paradigma
utama diperlukan untuk memfokuskan kembali pendidikan dari transmisi pengetahuan
ke penciptaan pengetahuan dan dari proses pengajaran guru ke proses belajar siswa.
Pergeseran paradigma ini harus disertai dengan tujuan strategis yang didefinisikan
dengan baik; peningkatan otonomi sekolah dan guru; pengenalan bentuk -bentuk
pembelajaran hibrid baru di mana ruang belajar seluler, digital, virtual, sosial dan fisik
bergabung; dan reformasi substansial dalam penilaian siswa. Dalam proses ini, kaum
muda perlu dilengkapi dengan keterampilan dan kompetensi yang tepat untuk menjadi
aktor yang efisien dan bertanggung jawab di dunia yang semakin digital. Majelis
memuji lembaga-lembaga Uni Eropa untuk pekerjaan mereka dalam domain ini, dan
khususnya untuk adopsi Rencana Aksi Pendidikan Digital Komisi Eropa pada tahun
2018 dan karena telah menyusun Kerangka Kerja Kompetensi Digital yang
komprehensif untuk Warga dan Pendidik, yang bersamasama menawarkan Model
referensi-kedalaman untuk secara sistematis mempromosikan kompetensi digital.
Penguasaan keterampilan digital harus dimulai dari usia paling awal dan berlanjut
sepanjang hidup. Belajar tentang robot, coding, cybersecurity, blockchain dan
kecerdasan buatan akan membentuk tulang punggung skema pendidikan dan pelatihan
di masa depan. Pembelajaran aktif berbasis masalah yang mencakup berbagai bidang
studi akan menguntungkan kreativitas dan inovasi. Majelis menekankan urgensi untuk
menetapkan tingkat minimum kompetensi digital yang harus diperoleh siswa selama
studi mereka dan kriteria untuk menilai mereka. Dalam hal ini, Majelis memuji
Pedoman Dewan Eropa untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak anak
di lingkungan digital, yang memberikan panduan komprehensif di bidang ini, terutama
mengenai promosi dan pengembangan literasi digital, termasuk literasi di media. dan
informasi, dan pendidikan kewarganegaraan digital.Majelis menyesalkan bahwa,
sementara bagian yang sama antara wanita muda dan pria muda merasa cukup terampil
untuk menggunakan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari mereka, masih ada
kesenjangan gender yang cukup besar dalam hal keterwakilan perempuan muda dalam
TIK dan sains, teknologi, studi teknik dan matematika (STEM) dan karir. Majelis
mengingat Resolusi 2235 (2018) "Memberdayakan perempuan dalam ekonomi", yang
menekankan bahwa upaya yang lebih besar harus dilakukan untuk meningkatkan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh anak perempuan, dan
memotivasi perempuan muda untuk mengejar profesi teknis, yang terakhir diperlukan
untuk melepaskan potensi digital Eropa dan memastikan bahwa perempuan mengambil
bagian yang sama dalam membentuk dunia digital. Transformasi digital menciptakan
banyak tantangan untuk keamanan online dan kebersihan dunia maya. Penduduk asli
digital sangat rentan terhadap berbagai bahaya; mereka terekspos khususnya tetapi
tidak secara eksklusif, terhadap risiko bahaya dari eksploitasi dan pelecehan seksual,
penindasan dan pelecehan dunia maya, indoktrinasi, ancaman keamanan siber, dan
penipuan. Mereka perlu dilatih dalam pemikiran kritis dan literasi media. Adalah peran
sistem pendidikan, media, dan pemangku kepentingan lainnya untuk membantu mereka
menjadi warga digital yang kompeten dan bertanggung jawab baik dalam ekonomi
digital maupun masyarakat digital. Dalam konteks ini, Majelis membayar upeti kepada
proyek Pendidikan Warga Digital Digital Dewan Eropa, yang memberikan kompetensi
yang membantu penduduk asli digital untuk terlibat secara positif dan kritis dalam
lingkungan digital. Majelis sadar bahwa penggunaan berlebihan peralatan TIK dapat
menyebabkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan, term asuk
kurang tidur, gaya hidup dan kecanduan yang menetap. Oleh karena itu sangat penting,
dalam desain kurikulum, untuk menyeimbangkan penggunaan ruang kelas sehari-hari
dari peralatan teknologi dan TIK dengan latihan fisik dan pelatihan yang memadai. Ini
juga penting dalam pendekatan yang berfokus pada peserta didik untuk pendidikan
untuk mendorong kerja tiem, kontak pribadi antara siswa dan guru, dan untuk
memprioritaskan kesejahteraan dan perkembangan anak-anak dan remaja yang sehat.
Agar transformasi pendidikan dapat berhasil, guru, pendidik, dan pemimpin sekolah
perlu dibantu dan dilatih dengan baik. Pelatihan mereka harus dilakukan pada dua
tingkatan: pelatihan dalam TIK, sehingga keterampilan digital dapat ditransmisikan
kepada siswa secara efektif, dan pelatihan dalam integrasi TIK ke dalam metode
pengajaran sehingga teknologi digital tidak hanya menjadi tujuan tetapi juga vektor
pengajaran di seluruh semua mata pelajaran. Pemerintah harus menemukan cara untuk
melakukan investasi yang tepat dan berkelanjutan baik dalam pelatihan guru awal dan
pengembangan dalam jabatan. Guru yang kompeten, percaya diri secara digital dan
termotivasi dalam lingkungan yang mendukung reformasi adalah penjamin terbaik dari
lingkungan belajar yang inovatif dan menarik. Untuk ini, guru harus dilibatkan secara
efektif dalam desain dan pengembangan kurikulum dan mereka harus diberdayakan
untuk menikmati otonomi untuk memilih dan beragam metode pengajaran, pendekatan
pedagogis, pemilihan bahan ajar dan metode evaluasi.

DILEMA PENDIDIKAN DUNIA DI ERA DIGITAL. Kepala Ekonom WCC Christos


Cabolis memberikan arahan bahwa awal tahun akademik untuk sebagian besar belahan
bumi utara saatnya untuk mengambil sebuah keputusan mengambil sebuah mata
pelajaran yang berkaitan dengan dunia kerja berbasis ketrampilan tingkat tinggi terkait
dengan teknologi dan digital. Dengan menjamurnya dinamika teknologi yang berbasis
digital memaksakan dan merubah pangsa pasar bursa tenaga kerja menjadi baik dan
cepat dalam hal pekerjaan tradisional maupun pekerjaan baru yang tersedia.Disiplin
STEM: sains, teknologi, teknik, dan matematika memastikan pangsa bursa tenaga kerja
untuk mampu beradaptasi dengan dinamika kebutuhan umat manusia yang serba
canggih dan serba modern . Ilmu yang sangat membantu salah satunya adalah Jurusan
'Techies,' yaitu sebuah disiplin ilmu yang sangat diperlukan saat ini untuk mengelola
dan memperluas ekonomi digital, begitu argumennya dan menyatakan bahwa ekonomi
digital akan sangat membutuhkan kolaborasi 'Techies' dengan jurusan hum aniora.
Darmawan Wawan, Winarti Murdiyah dalam Seminar Nasional mengkaji apakah
Humaniora di era globalisasi masih relevan ? yang disampaikan di seminar terbuka di
Universitas Pendidikan Indonesia di Jakarta dan Wallerstein dikutip pendapat dari
Gardner(2000:528) bahwa globalisasi telah menempatkan sebagian besar masyarakat
Indonesia, bersama dengan negara-negara berkembang lainnya di Afrika, ke dalam
posisi periphery. Menyatakan bahwa Negara-negara industri baru seperti Korea,
Taiwan, Singapura dan Brazil sebagaisemi-periphery. Sementara itu negara-negara di
Eropa, Amerika, dan Jepang (di Asia) menjadi negara-negara inti yang miskin dari segi
sumber daya alam tapi kuat dari segi sumber daya manusia telah mampu menghadapi
era globalisasi. Derasnya arus globalisasi dan kuatnya kebutuhan manusia secara fisik,
beberapa negara inti mulai mengendorkan peran humaniora dalam kehidupan
masyarakat.Hal ini terasa dengan hadirnya pasilitas tatap muka digantikan dengan
pertemuan virtual meeting,dampak dari virual meeting dapat menurunkan minat umat
manusia untuk bertemu dan bersosialisasi secara langsung, perubahan sikap dan
kebisaaan ini dapat menurunkan peran humaniora dalam kehidupan peradaban manusia
pada era globalisasi yang cenderung memanfaatkan kemudahan untuk berselancar di
dunia maya secara online dan virtual meeting yang dari sisi humaniora telah menggeser
nilai nilai budaya klasik dan berubah menjadi peradaban berbasis teknologi digital dan
masukk pada era robotic.

DAMPAK GELOMBANG GLOBALISASI TERHADAP TATANAN BANGSA


DAN NEGARA INDONESIA.
Kita sadari bahwa pengaruh globalisasi terhadap berbagai aspek kehidupan umat
manusia mendapatkan banyak manfaatnya,terkait pada bidang kesehatan,
trasfortasi,pendidikan,komunikasi dan informasi serta bidang bidang lainnya y ang
merubah segalanya dengan hadirnya internet yang menghubungkan
perangkatperangkat kerja dan teknologi yang canggih dan menggerakkannya cukup
dengan mengklik tombol perintah,maka apa yang kita inginkan dan harapkan dalam
pekerjaan kita sehari hari dapat dikerjakan dengan mudahnya dan banyak menyimpan
energy manusia secara fisik. contoh lainnya yang hal nggak mungkin daulu jaman
klasik seperti kita melakukan absen mulai dari tanda tangan secara manual,sampai
dengan mesin absen dengan sidik jari dan sekarang dapat di lakukan dengan di rumah
saja absen dengan terkoneksi aplikasi ke sistem manajemen kantor dimana kita bekerja
dan ,kitapun bisa bekerja di rumah saja, tanpa kita hadir ke kantor, dan kita bisa
melakukannya dengan begitu mudah dan diluar nalar manusia.Dampak yang sangat
mengkhawatirkan pada bangsa dan Negara Indonesia adalah semakin terbukanya
pergaualan dan komunikasi dengan dunia luar,sudah tidak ada lagi pembatas dan filter
di antara umat manusia,semuanya sudah menyatu dan ini dampatnya sangat riskan pada
ketahanan dan keamanan bangsa dan Negara Indonesia yang dengan mudahnya akan
mengikis budaya Indonesia dan nilai nilai luhur bangsa Indonesia. Idealisme terhadap
kewarganegaraan Indonesia terancam semakin menurun dan bisa jadi akan timbulnya
dekadensi moral pada tatanan generasi bangsa Indonesia yang sudah menuju pada
generasi milenium yang condong pada kepentingan masing masing individu secara
emosional.Perlunya sedini mungkin untuk memberikan pembekalan pada generasi
muda bangsa Indonesia untuk lebih cinta pada Negara dan budaya Indonesia dengan
cara memberikan pelatihan dan seminar dalm dunia pendidikan mulai dari level dasar
sampai perguruan tinggi. Menumbuhkan jiwa nasionalisme dan menanamkan nilai nilai
asli budaya Indonesia dengan memilih duta duta budaya pada para pemuda pemudi di
setiap kegiatan pendidikan dan perlu adanya dukungan sepenuhnya dari berbagai
kalangan jajaran kenegaraan dan pendidik serta para tokoh budayawan dan para tokoh
agama mulai dari sabang sampai merauke. Perlunya penanaman karakter dan nilai nilai
kewarganegaraan Indonesia pada semua warga Negara Indonesia,sehingga di era
globalisasi mental kita sudah tertanam dan terbentuk karakter yang mendarah daging
sebagai warga Negara Indonesia yang siap membangun bangsa Indonesia dan siap
mempertahankan keamanan dan pertahan Indonesia secara secara kuat dan
bertanggungjawab untuk selamanya mempertahankan samapai titik darah terakhir
untuk Indonesia. Darmawan Wawan, Winarti Murdiyah dalam Seminar Nasional di
univeristas pendidikan Indonesia telah mengkaji tentang pertumbuhan nilai-nilai
kemanusian atau karakter bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah
mengkhawatirkan. Berdasarkan kebijakan pendidikan yang diberlakukan oleh
Pemerintah Indonesia, lembaga pendidikan yang ada harus mengembangkan
“pendidikan karakter dan revolusi mental”. Persoalan krisis moral (krisis kemanusiaan)
itu antara lain peredaran narkoba, kekerasan, pencurian, perampokan, kejahatan seksual
(lihat kasus terbaru terhadap prostitusi online), perkelahian massa (antar para pelajar,
pemuda antara kampung/desa ) sudah meraja lela merambah pada segala aspek
kehidupan warga Negara Indonesia mulai dari usia anak dini,remaja,dewasa bahkan
sampai pada kaum orang tua dan manula. Kondisi ini harus secepatnya d i tanggulang
dan diperbaiki secara berkesinambungan,dan harus melibatkan para praktisi di bidang
pembinaan mental dan karakter,dan melibatkan para tokoh agama yang kompeten dan
berkeinginan untuk membantu bangsa dan umat secara hakiki.

PERADABAN ERA ROBOTIC DAN SMART FACTORIES.

Pada tahun 2018 ,Indonesia kedatangan dari negara cina memperkenalkan teknologi
artificial intelligence atau teknologi sensor yang bisa menirukan motorik manusia dari
PT Robotic Explorer disambut dengan baik oleh Menteri Kominfo Rudiantara. Beliau
menyatakan bahwa salah satu yang terpenting agar Indonesia bisa beradaptasi dengan
baik di industri 4.0, ialah menyiapkan sumber daya manusia,dan saat ini SDM
Indonesia belum maksimal dari sisi penguasaan teknologi. Oleh karena itu, melalui PT
Robotic Explorer, Rudiantara ingin bekerjasama mendirikan sekolah robotik, agar
SDM Indonesia memiliki daya saing dengan maju lainnya. Proses revolusioner
dilakukan oleh umat manusia yang terjadi secara berurut dimulai dengan penemuan
mesin uap , penciptaan transportasi kereta api telah memulai Revolusi Industri pertama.
Penemuan listrik pada jalur produksi mengantarkan manusia ke generasi kedua.
Fasilitas produksi, dilengkapi dengan kemungkinan produksi massal dan serial,
memberikan akselerasi besar-besaran ke industrialisasi. Revolusi industri ketiga, dari
tahun 1960 hingga akhir abad ke-20, menyatukan komputer dan lokasi pabrik.
Penggunaan material semi konduktif, komputer pribadi, dan internet adalah produk
yang sangat penting di era generasi revolusi industry 4.0 .Teknologi terbaru dan
perkembangannya, berkat revolusi industri ketiga, menampilkan kenyataan bagi kami,
ada revolusi industri baru. Seperti yang dinamai revolusi industri keempat, era ini
adalah masa internet seluler, serta sensor kecil, mudah diakses, dan mahir, kecerdasan
buatan, mesin pintar dan pembelajaran, data besar, manufaktur aditif, bioteknologi,
nanoteknologi, dan robot. Revolusi 4.0 Industri asal-usulnya terletak di Jerman, 2011
dan bernama Industrie 4.0, revolusi ini membawa kita ke pabrik-pabrik pintar dan
sistem pintar yang bekerja dengan menggunakan akses internet untuk menghubungkan
antar sistem antara robot dan pabrik serta operator,semuanya bekerja secara sistematis
dan outomatis dan terintegrasi dengan aplikasi berbasis digital. Pengertian Smart
manufacturing menurut wikipedia adalah kategori luas dari manufaktur yang
menggunakan manufaktur yang terintegrasi dengan komputer, tingkat adaptasi yang
tinggi dan perubahan desain yang cepat, teknologi informasi digital, dan p elatihan
tenaga kerja teknis yang lebih fleksibel.1)Sasaran lain terkadang mencakup perubahan
cepat dalam tingkat produksi berdasarkan permintaan, 2) optimalisasi rantai pasokan,
2) produksi yang efisien dan daur ulang. 3) Dalam konsep ini, pabrik pintar m emiliki
sistem yang dapat dioperasikan, pemodelan dan simulasi dinamis multi-skala,
otomatisasi cerdas, keamanan cyber yang kuat, dan sensor jaringan. Menurut para ahli
di berbagai bidang, bahwa manusia adalah makhluk yang sangat kompleks dan
memiliki kemampuan untuk belajar dengan mengamati orang lain dan berinteraksi
antar manusia , memiliki budaya. Kevin Laland dan Will Hoppitt mengatakan bahwa
sebuah “ Budaya didasarkan pada informasi yang dipelajari dan ditransmisikan secara
sosial." Kemajuan teknologi memungkinkan robot untuk bergabung dengan makhluk
yang namanya manusia dengan kemampuan untuk belajar bersosialisasi dengan
manusia sebenarnya pada masyarakat sosial yang berbudaya dan memiliki nilai -nilai
kehidupan dan aturan bermasyarakat yang tentu sangat beragam dan berbeda beda dari
setiap tatanan kehidupan bermasyarakat yang sangat majemuk dan heterogen. Pada
2017, seorang spesialis dalam robotika dan ilmu komputer di CSAIL, mengembangkan
sistem yang disebut C-LEARN ,dimana robot diprogram dengan basis pengetahuan
yang memungkinkan berinteraksi dengan objek yang berbeda. Basis pengetahuan ini
membantunya menavigasi melalui keterbatasan lingkungannya, seperti kebutuhan
untuk memutar kenop untuk membuka pintu. Dan begitu robot tahu bagaimana
berinteraksi secara fisik dengan objek, ia dapat mulai mempelajari tugas yang lebih
kompleks,belajar untuk berinteraksi dengan manusia sekitarnya.

MEMPROGRAM ROBOTIC KE DALAM KURIKULUM SEKOLAH MADRASAH.


Untuk mengikuti dan mengimbangi persaingan global dalam bidang robotic saatnya di
sekolah unggulan di Indonesia memasukan dan memilih Kurikulum Robotika yang
Tepat untuk Sekolahnya. Kurikulum sekolah dengan mata pelajaran "Pengantar
Robotika" adalah upaya untuk menstimulus para siswa Indonesia mengeksplorasi
teknologi dan robotika, dengan memberikan pengetahuan dan membangun pemahaman
yang mendalam tentang robotika dunia nyata, dan pengantar pemrograma n "gaya
tradisional", bisa diterapkan pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Sekolah
Menengah, dan Universitas.Kurikulum Robotics dirancang untuk memaksimalkan
keterlibatan siswa dan menumbuhkan semangat berkelanjutan untuk robotika,
pemrograman, dan pendidikan STEM. Di Amerika Serikat, sekolah sebagian besar
dipandang sangat berperan dalam menentukan masa depan para siswanya, di mana
siswa semakin progresif mempelajari keterampilan yang dibutuhkan untuk masa
depannya setelah lepas dari pendidikan dan dapat berkarya dan menjadi orang Sukses
dan menjadi orang yang produktif bagi dirinya dan tempat kerjanya di mana dia bekerja
dan berkarya. Pada sekolah menengah di amerika diberi tantangan dalam menghadapi
persaingan Abad 21.Dan para siswa-siswi belajar ilmu teknologi, ilmu teknik dan ilmu
matematika (STEM) di luar batas mandat pemerintah federal Tes. Di sekolah Negara
Virginia mengharuskan sekolah menengah untuk menawarkan kelas sains dan
matematika inti tetapi bukan mendalami teknologi atau kelas teknik. Kurikulum kelas
NXT Robotics pilihan mencakup semua aspek pendidikan sains, teknologi, teknik, dan
matematika (STEM). Bagaimana sikap dan minat siswa sekolah terhadap sains ? Dalam
upaya meningkatkan kreativitas sains langsung untuk siswa sekolah menengah,
pedesaan Divisi sekolah menerapkan kelas NXT Robotics pilihan untuk siswa di kelas
9 hingga 12 di Departemen Pendidikan Karir dan Teknis. Siswa memasukkan sains,
teknologi, pelajaran teknik dan matematika ke dalam jadwal harian mereka melalui
kelas ini. Pelajaran ini menggunakan pendekatan penelitian survei dan membandingkan
sikap dan minat dalam ilmu siswa yang menyelesaikan kelas pilihan NXT Robotics
khusus dibandingkan siswa yang tidak mengambil NXT Robotics elektif. Selain itu,
analisis literatur dilakukan untuk mengeksplorasi lebih lanjut afiliasi dari efek
pengujian berisiko tinggi di sekolah. Sastra yang terkait dengan kelas robotika elektif
SMA selama satu semester menggabungkan Robot Mindstorm NXT ke dalam
kurikulum terbatas. NXT sebenarnya sangat mirip dengan robot yang digunakan di
dunia nyata. Robot digunakan secara luas untuk membuat mobil, pesawat terbang,
kapal laut, dan kendaraan tak berawak yang bisa digunakan untuk menjelajah sulit dan
berbahaya lingkungan, seperti dasar laut atau gua. Robot dun ia nyata tidak hanya
memiliki pusat komputer, motor, dan sensor, dan alat komunikasi untuk berbicara
dengan perangkat lain, sangat mirip robot NXT, tetapi mereka juga dikendalikan
menggunakan perangkat lunak pemrograman.Kelas NXT Robotics dirancang untuk
memberikan siswa kesempatan untuk menerapkan apa mereka telah belajar di kelas
matematika, teknologi, dan sains. Robotika NXT kelas dimasukkan ke dalam program
Pendidikan Karir dan Teknologi (CTE) karena diperlukan sertifikasi guru. Kursus ini
terdaftar di bawah Robotics Workcell Technology I (8557) dan memiliki batas 20 siswa
di kelas karena Carl Perkins mengabulkan sekolah tersebut divisi menerima setiap
tahun. Deskripsi kelas untuk DOE adalah sebagai berikut: “Kursus ini memberikan
instruksi dalam pemrograman komputer dasar, elektronik, kontrol motor, dan umpan
balik sistem yang digunakan dalam pengaturan perakitan dan manufaktur. Selain itu,
siswa belajar bagaimana caranya program mikro kontroler untuk manipulasi robotika
”(Karir dan Teknologi Pendidikan, 2010). Kerangka kerja instruksional untuk kursus
CTE berbasis kompetensi Robotics Workcell Teknologi dirancang untuk digunakan
oleh guru untuk membantu siswa mencapai validasi, tugas khusus dan / atau kompetensi
yang dianggap penting untuk bekerja dalam pekerjaan sains, teknologi, teknik, dan
matematika (CTE Resource Center, 2010). Itu aplikasi dan penilaian program robotik
adalah melalui demonstrasi pengetahuan oleh siswa. Para siswa diberi tugas untuk
diselesaikan; misalnya, mereka akan diberitahu bahwa robot harus memindahkan blok
Lego merah kecil dari satu lokasi dan menyimpannya di dalam kotak di tempat lain
lokasi. Para siswa kemudian mengerjakan situasi mundur; mereka tahu apa yang harus
terjadi tercapai, dan mereka sekarang harus mencari cara untuk mencapainya.Mereka
tahu final hasil penugasan dan memiliki rubrik yang memberi tahu mereka tentang
berapa banyak poin yang mereka terima untuk setiap langkah yang mereka selesaikan
dengan benar. Para siswa harus mengetahui dimensi untuk yang mereka butuhka n untuk
membangun robot untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Mereka perlu mengukur
jarak yang harus ditempuh robot; kecepatan yang dibutuhkan robot untuk bepergian
dengan waktu yang ditentukan; dan pelengkap yang perlu dibangun pada robot untuk
mengambil, mendorong, atau menarik blok Lego merah kecil ke robotnya lokasi akhir.
Para siswa kemudian memutuskan bagaimana robot akan mendapatkan blok Lego
merah ke dalam kotak dan pastikan mereka membangun pelengkap ke robot untuk
menyelesaikan tugas ini. Semua murid memiliki NXT Robotic Mindstorm kit mereka
sendiri dan akan membangun robot mereka sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
dari tugas yang dihadapi.

MEMBANGUN GENERASI EMAS INDONESIA DAN BERKARAKTER.


Indonesia Emas 2045 adalah sebuah impian besar tentang Indonesia yang unggul, maju
bersaing dengan bangsa-bangsa lain, dan telah cukup dewasa untuk mengatasi isu-isu
persoalan klasik bangsa, seperti korupsi, isu disintegrasi, dan kemiskinan. Untuk
mewujudkan impian tersebut, kunci utamanya bukan kekuatan ekonomi, politik, atau
militer, melainkan manusianya. Sesederhana yang diungkapkan oleh Anies Baswedan,
"Pola pikir yang menganggap bahwa potensi utama sebuah bangsa adalah lautnya,
tanahnya, tambangnya, adalah pola pikir para penjajah." Dengan demik ian maka
kualitas sumber daya manusia menjadi dasar dari impian menjadi Indonesia emas tahun
2045 mendatang. Pemimpin bangsa Indonesia tahun 2045 adalah mereka yang saat ini
sedang duduk dibangku sekolah pendidikan dasar yang termasuk ke dalam penduduk
tidak produktif(usia 14 tahun kebawah) dan pendidikan menengah dan pemuda -pemudi
yang termasuk kedalam penduduk berusia produktif (usia 15 tahun keatas). Pemuda-
pemudi merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu dan menjadi harapan dalam
setiap kemajuan di dalam suatu bangsa termasuk generasi untuk menghadapi Indonesia
tahun 2045. Pemudalah menjadi tumpuan untuk mengembangkan suatu bangsa dengan
ide-ide ataupun gagasan yang berilmu, wawasan luas, serta berdasarkan kepada nilai-
nilai dan normal yang berlaku di masyarakat.Yang paling penting nasib bangsa
Indonesia baik buruknya ke depan akan sangat bergantung pada generasi penerusnya
yaitu generasi muda. Oleh sebab itu tema dalam makalah ini yaitu bagaimana peran
generasi penerus ini dalam menyiapkan Indonesia tahun 2045. Pendidikan Karakter
penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi dasar dalam
pembentukan karakter bangsa, yang tidak mengabaikan nilai sosial seperti toleransi,
kebersamaan, gotong royong, saling menghormati, dan sebagainya. Pendidikan
karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan
kognitif saja tetapi memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Kedepannya pendidikan karakter diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang
bertakwa kepada Tuhan YME serta memiliki kemampuan yang bisa bermanfaat untuk
masyarakat dan Negara.

8. Apa perbedaan dan persamaan model pengembangan kurikulum Beaucham dan model
Terbalik Taba.
Jawaban:
Beauchamp’s System Model
Ada lima langkah kritis dalam pengambila keputusan pengembangan kurikulum menurut
Beauchamp (1975 dalam Arifin 2011: 140), yaitu (a) menentukan arena pengembangan
kurikulum (bisa berupa kelas, sekolah, system persekolahan regional atau system
pendidikan nasional, (b) memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum nyang
terdiri atas spesialis kurikulum, perwakilan kelompok-kelompok profesional dan guru-
guru kelas yang terpilih, semua tenaga profesional yang ada dalam system sekolah
tersebut, dan kelompok masyarakat yang representatif, (c) pengorganisasian dan
penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang meliputi menetapkan tujuan kurikulum,
memilih materi pelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran, dan mengembangkan
desain, (d) pelaksanaan kurikulum secara sistematis, dan (e) evaluasi kurikulum.
Model pengembangan ini dikemukan oleh seorang ahli yang bernama Beauchamp.
Model ini, yang dikutip dari Nana Syaodih Sukmadinata terdiri dari lima tahap, yaitu:
Pengambil kebijakasaan menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup.
Menetapkan personalia yang terlibat dalam pengembangan kuirkulum. Orang yang telibat
terdiri dari empat kategori yaitu:
1) Para ahli pendidikan /kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kuirkulum, dan
para ahli dari bidang ilmu luar.
2) Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih.
3) Para profesional dalam sistem pendidikan.
4) Profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Pada langkah ini ditetapkan
prosedur dalam penyusunan rumusan tujuan umum dan khusus, memilih isi dan
pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi dan menentukan keseluruhan desain
kurikulum. Pada tahap ini terdiri dari lima langkah yaitu:
1) Membentuk tim pengembang kurikulum
2) Mengadakan peniliaan atau penelitian terhadap kurikulum yang ada dan yang sedang
digunakan
3) Studi penjagaan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru
4) merumuskan kreteris-kreteria bagi penetuan kuirkulum baru; dan
5) Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh GA. Beucamp, yaitu
mengemukakan lima langkah penting dalam pengambilan keputusan pengambangan
kurikulum, yaitu:
1) Menentukan arena pengembangan kurikulum yang dilakukan, yaitu berupa kelas,
sekolah, sistem persekolahan regional atau nasional.
2) Memilih dan kemudian mengikutsertakan pengembang kurikulum yang terdiri atas
spesialis kurikulum, kelompok profesional, penyuluh pendidikan dan orang awam.
3) Mengorganisasikan dan menentukan perencanaan kurikulum yang m eliputi
penentuan tujuan, materi dan kegiatan belajar.
4) Merapatkan atau melaksanakan kurikulum secara sistematis di sekolah.
5) Melakukan penilaian. (Beucamp dalam Ahmad;56)

Taba’s Inverted Model

Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian


diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktik, serta
menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum sebagaimana sering terjadi
apabila dilakukan tanpa kegiatan eksperimental.

Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Hilda Taba, yaitu :

1) kelompok guru terlebih dahulu menghasilkan unit-unit kurikulum untuk


dieksperimenkan,
2) uji coba unit-unit eksperimen untuk menemukan validitas dan kelayakan
pembelajaran,
3) merevisi hasil uji coba dan mengonsolidasikan unit-unit kurikulum,
4) mengembangkan kerangka kerja teoretis, dan
5) pengasemblingan dan deseminasi hasil yang telah diperoleh.

Langkah pengembangan kurikulum menurut Hilda Taba khususnya dalam aspek


tujuan pendidikan sebagian sudah teraplikasi dalam tujuan pendidikan Islam. Baik itu pada
tujuan umum, tujuan khusus dan mengklasifikasi tujuan -tujuan. Bahkan dalam tujuan
pendidikan Islam terdapat tujuan tertinggi/ terakhir yang tidak disinggung oleh Hilda Taba,
karena perbedaan paradigma yang dimiliki. Namun, usulan Taba tentang rincian tujuan-
tujuan berupa pengetahuan (fakta ide, konsep), berpikir, nilai-nilai, sikap, emosi dan
perasaan, keterampilan belum begitu jelas dalam tujuan kurikulum pendidikan Islam. Oleh
sebab itu, usulan Taba yang termaktub di dalam rincian tujuan-tujuan tersebut bisa
dikembangkan dalam model pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Pertama, rincian
tujuan berupa pengetahuan (fakta, ide, konsep) dalam pendidikan Islam seharusnya tidak
hanya membicarakan materi saja, melainkan metodologi dalam menghasilkan materi
keilmuan Islam. Selain itu, pengetahuan dalam kurikulum pendidikan Islam sudah saatnya
untuk menggunakan model integrasi baik itu ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.
Sehingga, menghasilkan peserta didik yang kritis, sophisticated, dan mampu menjawab
problem-problem aktual kekinian.

Kedua, tujuan berpikir. Di dalam kurikulum pendidikan Islam hendaknya dapat


memproduk peserta didik yang kritis baik kritis terhadap materi pembelajarandan kritis
terhadap lingkungan peserta didik baik itu di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dalam
ranah akademik, peserta didik dapat mengembangkan model berpikir kritis ini dengan
mempelajari, memahami, mempertanyakan dan mengembangkan keilmuan. Sedangkan
kritis di lingkungannya, berarti peserta didik dapat peduli dan memahami realitas yang
tidak sesuai dan diharapkan peserta didik dapatbersikap dan bertindak sebagai problem
solver atau emancipator di dalam lingkungannya.

Ketiga, tujuan nilai-nilai, sikap, emosi dan perasaan di dalam rincian tujuan
pendidikan Islam perlu dikembangan dengan mengintegrasikannya dalam kurikulum
pendidikan Islam. Di dalam kurikulum pendidikan Islam penanaman aspek -aspek normatif
yang tertuang dalam ajaran Islam rahmatan lil „alamien perlu ditanamkan dengan kuat
kepada peserta didik. Sehingga, diharapkan peserta didik dengan bekal dasar yang kuat
yaitu dasar Islam rahmatan lil „alamien dapat menjadi social agent of change terhadap
problematika aktual yang berada di lingkungan peserta didik.

Keempat, tujuan ketrampilan. Ketrampilan peserta didik juga perlu untuk diasah
sebagai bekal untuk menjalani kehidupannya. Ketrampilan tersebut bukan hanya
ketrampilan akademik misalnya membaca, menulis, memahami, mengembangkan, dan
ataupun menemukan pengetahuan. Tetapi juga, ketrampilan non akademik misalnya dalam
bidang seni suara, tari, olah raga, menganyam (kerajinan), bertani, pidato dan lain
sebagainya.

Menurut Taba pengembangan model ini lebih mendorong inovasi dan kreativitas
guru-guru, karena bersifat induktif, yang merupakan inverse atau arah terbalik dari model
tradisional. Model ini terdiri dari lima langkah yaitu:

• Mengadakan unit-unit eksprimen bersama guru-guru, unit yang dieksprimen


meliputi: mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan-tujuan khusus, memilih isi,
mengorganisasi isi, memilih pengalaman belajar, mengorganisasi pengalaman
belajar, mengevaluasi dan melihat sekuens dan keseimbangan.
• Menguji unit eksprimen, yang bertujuan untuk mengetahui validitas, keperaktisan
serta serta kelayakan penggunaannya.
• Mengadakan revisi dan konsolidasi (tahap perbaikan dan penyempurnaan serta
penarikan kesimpulan).

Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum yang dilakukan untuk


mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai sudah
masuk atau sesuai Implementasi dan disemenasi.

Model Pengembangan Kurikulum Terbalik Hilda Taba, Model yang dikemukakan


Hilda ini berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya bersifat
induktif. Itulah sebabnya ini dinamakan model terbalik. Model ini diawali justru dengan
percobaan, kemudian baru penyusunan dan kemudian penerapan. Hal ini dimaksudkan
untuk menemukan antara teori dan praktek. Pengembangan model ini dilakukan dengan
lima tahap, yaitu:

• Menyusun unit-unit kurikulum yang ada dan diujicobakan oleh staf pen gajar.
Adapun caranya dengan jalan: mendiagnosa kebutuhan, memformulasikan isi,
memilih isi, mengorganisasi isi, memilih pengalaman belajar, menilai, mengecek
perimbangan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
• Mengujicobakan untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan kegiatan belajar
mengajar.
• Menganalisis dan merevisi hasil ujicoba, serta mengkonsolidasikannya.
• Menyususn kerangka teroritis.
• Menyususn kurikulum yang dikembangkan secara menyeluruh dan
mengumumkannya.

9. Jelaskan bagaimana keterkaitan tujuan kurikulum pendidikan geografi dengan tujuan


pendidikan nasional.
Jawaban:
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para
warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam teknis
penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan
sumber daya dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal
menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Seperti yang
disampaikan oleh Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa tujuan pendidikan secara universal akan
menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:
1) Autonomy; gives individuals and groups the maximum awarenes, knowledge, and ability so
that they can manage their personal and collective life to the greatest possible extent.
2) Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life by coverring them an
equal basic education.
3) Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the generation
but also guide education towards mutual understanding and towards what has become a
worldwide realization of common destiny.)

Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara
jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.Tujuan pendidikan nasional
yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan
institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah
atau satuan pendidikan tertentu. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada
tujuan umum pendidikan berikut :

1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,


akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan


kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang
dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.

Tujuan-tujuan pendidikan mulai dari pendidikan nasional sampai dengan tujuan mata
pelajaran masih bersifat abstrak dan konseptual, oleh karena itu perlu dioperasionalkan dan
dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan
pendidikan yang lebih operasional, yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari
setiap mata pelajaran.

Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan lebih bersifat spesifik dan
lebih menggambarkan tentang “what will the student be able to do as result of the teaching that he
was unable to do before” (Rowntree dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 1997). Dengan kata lain,
tujuan pendidikan tingkat operasional ini lebih menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa
yang hendak dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran. Merujuk pada pemikiran Bloom,
maka perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.

STANDAR KOMPETENSI

Standar Kompetensi (SK) merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada
setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Bisa juga dikatakan SK adalah deskripsi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata
pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula.

Pada setiap mata pelajaran SK sudah ditentukan oleh para pengembang kurikulum, yang dapat kita
lihat dari Standar Isi. Jika sekolah memandang perlu mengembangkan mata pelajaran tertentu,
misalnya mengembangkan kurikulum muatan lokal, maka perlu dirumuskan SKnya sesuai dengan
nama mata pelajaran dalam muatan lokal tersebut.

KOMPETENSI DASAR

Kompetensi Dasar (KD) merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih
sempit dibanding dengan SK peserta didik. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
ketrampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal
ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan
pembelajaran itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian
tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam
proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan indikator
keberhasilan.

Ada beberapa aspek didalam kompetensi sebagai tujuan, antara lain:

• Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif


• Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu
• Kemahiran (skill)
• Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas yang
dibebankan kepadanya
• Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
• Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu perbuatan.

Sesuai aspek diatas maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum yang
bersifat kompleks artinya kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai tanggung jawab. Dengan demikian tujuan yang ingin
dicapai dalam kompetensi ini bukanlah hanya sekedar pemahaman akan materi pelajaran, akan
tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga Kompetensi Dasar adalah pengetahuan,
ketrampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi
pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga merupakan perincian
atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi. Adapun penempatan komponen Kompetensi
Dasar dalam silabus sangat penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh
tuntutan target kompetensi yang harus dicapainya. Adapun dalam mengkaji kompetensi dasar mata
pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
berikut ini:

• Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak
harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi.
• Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
• Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

Langkah-langkah untuk menyusun kompetensi dasar adalah sebagai berikut:


• Menjabarkan Kompetensi Dasar yang dimaksud.
• Tulislah rumusan Kompetensi Dasarnya.
• Mengkaji KD tersebut untuk mengidentifikasi indikatornya dan rumuskan indikatornya
yang dianggap relevan tanpa memikirkan urutannya lebih dahulu juga tentukan indikator-
indikator yang relevan dan tuliskan sesuai urutannya.
• Kajilah apakah semua indikator tersebut telah mempresentasikan KD nya, apabila belum
lakukanlah analisis lanjut untuk menemukan indikator-indikator lain yang kemungkinan
belum teridentifikasi.
• Tambahkan indikator lain sebelum dan sesudah indikator yang teridentifikasi sebelumnya
dan rubahlah rumusan yang kurang tepat dengan lebih akurat dan pertimbangkan urutannya.

10. Uraikan peran guru, dosen, instruktur, siswa, administrator, spesialis kurikulum, orang
tua, pemegang keputusan, dunia usaha dan industry dan pemerhati pendidikan dalam
pengembangan kurikulum pada situasi “pandemi covid-19. Jelaskan secara terpisah/
masing-masing.
Jawab :
- Peran guru dalam pengembangan kurikulum:
• Pelaksana, Sebagai pelaksana,guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah
ada. Dalam melaksanakan guru menerima berbagai kebijakaan perumus kurikulum. Guru
tidak memiliki ruang baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target
kurikulum. Pada fase sebagai implementator kurikulum, peran guru dalam pengembangan
kurikulum sebatas menjalankan kurikulum yang disusun. Manakala kita, sampai sebelum
terjadinya reformasi di Indonesia, guru-guru kita dalam penegmbangan kurikulum hanya
terbatas sebagaai implementator berbagai kurikulum kurikulum yang dirancang secara tepat,
yankni Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Dalam GBPP yang berbentiuk telah
ditentukan dari mulai tujuan yang harus dicapai, materi pelajaran yang harus disampaikan,
cara yang harus dilakukan termasuk penggunaan media dan susmber belajar serta bentuk
evaluasi yang harus dilakukan serta sampai pada waktu kapan materi pelajaran harus
disampaikan. Dalam pengembnagan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga tekni yang
hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Hasil
kurikulum adalah seragam, apa yang dilakukan oleh guru-guru di bagian timur Indonesia,
sama yang dilakukan oleh guru-guru yang berada di bagian barat Indonesia. Oleh karena
guru hanya sekedar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreativitas dan inovasi guru dalam
merekayasa pembelajaran pelatihan lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai
pembaru. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas
rutin atau tugas keseharian.
• Adaptor, Peran guru sebagai adaptor, lebih dari sekadar sebagai penyelaras
kurikulum dengan karaketristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Dalam
fase ini guru diberi tugas untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan
karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Dalam kebijakan tentang tingkat satuan
pendidikan (KTSP), misalnya para perancang kurikulum hanya menentukan standar
sebagai standar minimal yang dicapai, bagaimana implementasinya, kapan harus,
dan hal-hal teknis lainnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru
sebagai adaptor lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai pelaksana.
• Pengembang, Peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki keahlian dalam
mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi
pelajaran yang akan disampaikan, tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang
harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai
pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan
karakteristik, misi dan visi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang
dibutuhkan siswa. Pelaksanaan peran ini dapat kita lihat dalam pengembangan
kurikulum muatan lokal (mulok) sebagai bagian dari sturktur kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Pengembangan kurikulum muatan lokal, sepenuhnya
diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan. Oleh karena itu, biasa terjadi
kurikulum mulok antar sekolah bisa berbeda.
• Peneliti, Sebagai fase terakhir adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (
Curriculum Researcher)peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional
guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
Dalam pelaksanaan peran sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk
menguji sebagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum,
menguji efektivitas program, menguji strategi dan model pembelajaran, dan lain
sebagainya, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai
kurikulum target. Salah satu metode yang diajurkan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian tindakan kelas (PTK) yakni metode penelitian yang berangkat dari
masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. PTK, guru berinisiatif
melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dengan demikian,
- Peran Dosen
Sejak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global dan BNPB menetapkan
status darurat nasional, bahkan ditetapkan sebagai KLB di Kalbar, membuat Untan
juga memberlakukan Bekerja dari Rumah (BDR) sejak Maret lalu. Hal tersebut
membuat iklim pembelajaran yang semula didominasi klasikal menjadi non-klasikal
atau dengan Pembelajaran Jarak Jauh.
Sebagaimana visi Rektor menjadikan Untan Cyber University, ternyata
dengan adanya wabah ini mampu mempercepat proses perubahan iklim pembelajaran
termasuk di universitas dan semua pihak dipaksa beradaptasi dengan cepat termasuk
metode dan cara perkuliahan maupun praktikum. Semula rapat mesti tatap muka
sekarangpun menjadi teleconference.
Faktanya tidak semua dosen berkesempatan mengikuti pelatihan e-learning
yang diselenggarakan sebelumnya karena jumlah peserta yang mengikuti pelatihan
terbatas. Kegiatan lanjut Untan sempat menyelenggarakan pelatihan TOT e-learning.
Dimana para dosen yang menjadi peserta TOT diharapkan mampu menularkan kepada
dosen lain diunitnya untuk melaksanakan dan menerapkan metode pembelajaran e-
learning minimal 2 kali dari 14 – 16 kali jumlah tatap muka di kelas regular.
Namun ternyata kondisi pandemic membuat percepatan semua pihak untuk
mengenal sistem perkuliahan daring yang sebelumnya cukup asing bagi semua pihak.
Termasuk presensi digital yang belum diterapkan maksimal namun sejak terjadi BDR
ini menjadi hal yang biasa dan mesti dilakukan sebagai pengganti Daftar Hadir Kuliah
manual (DHK).
Kini pembelajaran yang biasanya on-site menjadi online. Biasanya tatap muka
menjadi tatap layar. Semua interaksi menjadi serba digital. Jaringan internet dan
tentunya keberadaan kuota menjadi tulang punggung semua proses tersebut. Kondisi
Work from Home dan Study from Home memaksa semua pihak untuk berupaya
memaksimalkan proses pembelajaran. Karena UFN alias menungggu sampai batas
waktu yang tidak dapat ditentukan dengan pasti kapan akan berakhir. Maka semua
pihak harus memutar otak mancari cara menggunakan alternatif proses kegiatan
belajar-mengajar yang dirasa terkesan “mendadak” serba digital. Siap tidak siap harus
dihadapi. Waluapun di dunia pendidikan semestinya hal ini bukan hal baru, mungkin
hanya saja kita yang terlambat mengetahui dan mengaplikasikan.
Pendidik meyakini bahwa mahasiswa milenial tak asing dengan kehidupan
serba digital bahkan sejak lahir sudah terpapar dengan teknologi digital ini, ternyata
peserta didik sangat mudah beradaptasi. Bahkan dengan sendirinya mereka mampu
menyelesaikan segala tugas dari gawai cerdas digenggaman. Justru tantangan ada para
pendidik yang mesti segera beradaptasi dengan era digital.
Selaku pendidik ternyata kita harus menyadari bahwa kalaulah hanya ilmu
yang ingin kita berikan kepada peserta didik, ternyata semua hal mereka bisa dapatkan
dari genggaman tangan mereka dengan cepat. Semua informasi bisa mereka peroleh
dari berselancar di mesin pencarian bahkan tutorial dan penjelasan materi, informasi
dan gudang ilmu sangat terbuka luas di media social seperti youtube dan sebagainya.
Dahulu peserta didik mencatat di papan tulis lalu semua teman sekelas
menyalin ke dalam buku catatan mereka. Catat Buku Sampai Habis. Guru ceramah
panjang lebar, peserta mendengar sampai mengantuk. Zaman sudah berubah, maka
cara mendidik perlu disesuaikan dengan era dan zamannya. Gap zaman pembelajaran
antara peserta didik yang milenial dan pendidik yang merupakan imigran teknologi
digital harus diminimalisir.
- Peran Instruktur
BP Jamsostek telah menetapkan sebagai learning organization dimana
menerapkan seluruh karyawannya untuk meningkatkan kemampuannya untuk
mencapai kinerja yang diharapkan. Sebagai organisasi yang pembelajar dimana
pemikiran baru senantiasa dihargai dan ditumbuhkembangkan, secara individu diberi
kebebasan untuk belajar dan secara berkelanjutan sepanjang hayat dengan mengiktui
perkembangan zaman, termasuk pada saat pandemic Covid-19.
Era globalisasi dan teknologi telah mempengaruhi organisasi dan memaksa
organisasi untuk berubah agar dapat bertahan dan berkompetisi guna menciptakan
sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing dalam segala bidang.
Dalam mengikuti perkembangan zaman, BP Jamsostek mampu mengambil
peran dengan segera yakni adaptive dalam mengambil langkah pada saat pandemic
Covid-19. Salah satu langkah yang dilakukan BP Jamsostek adalah dengan
melaksanakan program pelatihan dan pengembangan dengan metode constructive
learning dengan metode panyampaian berbasis digital (virtual learning) pada modul
time management.
Desain pelatihan menyesuaikan dengan kondisi pandemic Covid -19 dimana
selama pandemic berlangsung diwajibkan untuk bekerja di rumah dan melakukan
physical distancing. Pelatihan dirancang dengan mempertimbangkan protokol
pencegahan penyebaran Covid-19. Hal ini dilakukan guna mendukung pemerintah
untuk mencegah penyebaran Covid-19 serta program pembelajaran dapat terlaksana
dengan efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi pembelajar tercapai dengan
mewujudkan karyawan yang unggul dan berdaya saing.
Desain penyampaian pelatihan dengan memanfaatkan aplikasi zoom cloud
merupakan pilihan yang tepat saat ini, pada saat pandemic Covid-19 berlangsung.
Seluruh peserta, instruktur, panitia serta observer bisa berkomunikasi langsung secara
dua arah tanpa harus bertemu secara fisik. Penggunaan aplikasi ini dinilai ekonomis
dan bisa menjadi media yang proper dalam penyampaian pembelajaran sehingga
tujuan dan sasaran dari desain pelatihan yang telah ditentukan tercapai dengan baik.
Kemampuan mengoperasikan teknologi menjadi issue terpenting dalam proses
pembelajaran ini. Dengan kondisi peserta yang mayoritas adalah generasi milenial, hal
ini dapat teratasi dengan mudah.
Berdasarkan pada keberhasilan pelaksananan program pelatihan dan
pengembangan ini, BP Jamsostek harus konsisten dalam penggunaan media digital
pada penyelenggaraan program pelatihan.. Dengan menginvestasikan program
pengembangan pelatihan kepada karyawan merupakan salah satu metode dalam
mewujudkan organisasi pembelajar dengan mampu mengembangkan asset perusahaan
yang unggul dan berdaya saing.
- Peran Siswa
• Menyiapkan perangkat pembelajaran (buku, alat tulis dan media lainnya)
• Mengajak orang tua untuk mendukung proses pembelajaran
• Menyiapkan tempat di rumah yang cukup nyaman untuk belajar
• Memahami jadwal dan tujuan pembelajaran
• Aktif dalam diskusi dengan guru/tutor Paket B
• Menyelesaikan tugas dari guru/tutor Paket B, ajak diskusi orang tua
• Mengumpulkan tugas dan foto pembelajaran (jika ada)
• Menyampaikan kesulitan saat kegiatan belajar ke guru/tutor Paket B atau orang
tua
• Menuliskan rencana kegiatan sesudah belajar
- Peran administrator
• Mendayagunakan seluruh komponen pendidikan dalam rangka menjamin
terlaksananya pembelajaran dengan suasana yang berbeda
• Memberikan semangat dan apresiasi kepada guru, siswa dan orangtua
• Melakukan pelatihan daring secara singkat mengenal platform pembelajaran
jarak jauh (PJJ)
• Mentransformasikan laporan tugas ke dalam bentuk daring untuk Dinas
Pendidikan.
• Melakukan komunikasi multi arah dalam upaya sterilisasi satuan pendidikan
- Peran Orang Tua
• Menyepakati cara untuk berkomunikasi dengan sekolah
• Mendiskusikan rencana pembelajaran yang inklusif bersama guru/tutor Paket B
sesuai kondisi siswa
• Menyiapkan perangkat pembelajaran
• Memastikan siswa siap mengikuti pembelajaran
• Menyiapkan waktu untuk mendukung proses pembelajaran daring
• Mendorong siswa agar aktif selama proses pembelajaran
• Orang tua/wali memastikan anak mengisi lembar aktivitas sebagai bahan
pemantauan belajar harian
• Mengumpulkan foto lembar aktivitas dan penugasan setiap hari
• Secara aktif berdiskusi dengan guru/tutor Paket B terkait tantangan dan kendala
yang dihadapi selama proses pembelajaran daring
• Memastikan tempat dan fasilitas belajar nyaman
- Peran pemegang keputusan
Berbagai pihak sempat menyuarakan agar Kemendikbud membuat kurikulum
darurat selama pandemi. Ini karena banyak aduan siswa tak senang belajar di rumah
karena tugas menumpuk, dan kebingungan guru melakukan PJJ.
Selang dua bulan sekolah dirumahkan, Kemendikbud baru mengeluarkan
Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbud No. 15 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar dari Rumah Dalam Masa Penyebaran Covid-19.
Sedangkan metode belajar menggunakan televisi dengan Program Belajar di
Rumah melalui TVRI lahir pada 9 April. Namun ini dinilai belum termasuk solusi
belajar untuk sekolah tanpa jaringan listrik.
Ubaid mengingatkan tugas pemerintah pusat tak berhenti setelah menerbitkan
panduan berupa peraturan maupun edaran. Ia mengatakan Nadiem seharusnya
memastikan instruksi tersebut dijalankan dan mencari jalan keluar jika panduan tak
bekerja.
Secara terpisah pengamat pendidikan dari Center of Education Regulations
and Development Analysis (Cerdas) Indra Charismiadji menilai sosok Nadiem masih
terlalu lekat dengan perannya sebagai pengusaha swasta.
"Kalau kita jujur menilai beliau, gayanya masih bukan gaya menteri, bukan
pejabat publik. Tapi masih CEO Go-jek, perusahaan swasta," tuturnya kepada
CNNIndonesia.com.
Menurut pengamatannya, penerapan komunikasi yang baik dengan internal
kementerian maupun publik perlu diperbaiki di lingkungan Kemendikbud. Terlebih
ketika pandemi.
Ia menilai Nadiem jarang berinteraksi dengan masyarakat di bawah
naungannya, mulai dari guru, siswa dan orang tua. Padahal menurutnya hal ini
diperlukan untuk membangun koneksi dan pengertian situasi masyarakat
sesungguhnya.
"Seorang pejabat publik harus selalu melaporkan kepada publik. Berarti kalau
beliau membatasi diri ke publik, kan berarti beliau masih menempatkan diri bukan
sebagai pejabat publik," ujarnya.
Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia sebelumnya juga
menyuarakan keinginan bertemu langsung dengan Nadiem. Salah satunya mereka
ingin mendiskusikan tuntutan keringanan uang kuliah tunggal (UKT) secara serentak.
Melalui surat terbuka kepada Nadiem, Aliansi BEM SI menyatakan sudah
mengirimkan surat permohonan audiensi kepada Nadiem dan Sekretaris Jenderal
Kemendikbud Ainun Naim pada 29 April 2020.
Permohonan ini diberikan melalui pos, email sampai jejaring WhatsApp.
Permintaan audiensi juga kembali disuarakan saat Hari Pendidikan Nasional pada 2
Mei lewat aksi media.
"Namun hingga rilis ini dikeluarkan, belum ada tanggapan terkait surat
permohonan audiensi dari pihak Kemendikbud RI," ungkap surat tersebut.
Indra mengingatkan kiprah Nadiem di Go-jek yang terbilang cemerlang. Ia
menilai seharusnya Nadiem punya potensi membuat kiprah b aik di pendidikan
Indonesia dengan dukungan negara.
"Artinya beliau mampu dengan kemampuan sendiri. Kenapa dengan
kemampuan negara justru seperti kebingungan enggak tahu harus ngapain, tidak ada
komunikasi?" tambahnya.
Hingga kini Nadiem belum berbicara banyak soal berbagai persoalan
pendidikan di tengah pandemi. Mulai dari wacana pembukaan sekolah, protes
mahasiswa terkait UKT maupun kendala pembelajaran jarak jauh.
- Peran dunia usaha dan industry
Semua yang kita lakukan dalam Merdeka Belajar merupakan prinsip
terjadinya untuk mencapai massa kritis (batas minimum) sekitar 20 persen sehingga
memastikan kondisi yang baik bagi sistem pendidikan agar dapat beroperasi secara
mandiri dan tidak diputarbalikkan," disampaikan Mendikbud dalam telekonferensi
Kerja dengan Komisi X DPR RI di Jakarta, Kamis (02/07).
Prinsip tersebut dicapai antara lain dengan melakukan revisi peraturan
peraturan, salah satunya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Kemendikbud juga merevisi berbagai peraturan teknis yang bertujuan untuk
menyelesaikan proses administratif dan memperluas jangkauan penerima manfaat.
Contoh, penyederhanaan mekanisme membuka dana Bantuan Operasional Sekolah di
setiap perluasannya hingga ke sekolah swasta.
Selain itu, transformasi kepemimpinan internal, baik di dalam faktor
kementerian maupun di tingkat pemerintah daerah menjadi penting. Secara paralel,
Kemendikbud juga terus berupaya mengintegrasikan peran pihak ketiga dalam sistem
pendidikan nasional.
Mendikbud mencontohkan, peran aktif dunia usaha dan dunia industri dalam
pendidikan vokasi maupun pendidikan tinggi. Selama ini, kiprah relawan dan
komunitas pendidikan turut menyokong program Organisasi Penggerak dan Sekolah
Penggerak. Dunia usaha maupun relawan dari masyarakat juga terbukti mampu
menyokong proses pembelajaran jarak jauh di tengah situasi sulit akibat pandemi
COVID-19. "Apapun yang terjadi di pemerintahan, grup-grup penggerak yang
terbentuk dapat terus berjalan," ujar Nadiem.
Mendikbud menjelaskan, terdapat 11 target yang menjadi fokus utama
Merdeka Belajar tahun 2030-2035. Total enam target berada di kategori pendidikan
dasar dan menengah, dua target di kategori tata kelola, dan tiga target di kategori
pendidikan vokasi dan pendidikan tinggi. target masing-masing kategori adalah
sebagai berikut:
- Peran pemerhati pendidikan
Pemerhati pendidikan dari Center for Education Regulations and Development
Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji mengatakan pembelajaran daring idealnya
memadukan metode asinkronus dan sinkronus.
“Seharusnya pembelajaran daring memadukan sinkronus dan asinkronous,
tetapi kalau kita lihat pembelajaran jarak jauh (PJJ) saat ini masih sinkronous semua,”
ujar Indra dalam peluncuran sekolah daring Bina Bangsa Online School yang dipantau
di Jakarta, Sabtu.
Sinkronus merupakan interaksi pembelajaran antara guru dan siswa yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan, menggunakan teknologi telekonferensi seperti
Zoom, Google Meet, dan lainnya. Sementara asinkronus, yakni guru dapat menyiapkan
materi lebih dulu dan interaksi pembelajaran dilakukan secara fleksibel dan tidak harus
dalam waktu yang sama.
Indra menjelaskan yang saat ini terjadi justru lebih banyak dilakukan
sinkronus. Akibatnya, siswa menjadi bosan dan mematikan video, padahal
pembelajaran dilakukan selama dua menit.
“Idealnya memadukan materi dengan menggunakan sistem manajemen
pembelajaran. Siswa dapat mengakses kapanpun dan dimana pun, juga ada panduan
bagaimana menyelesaikan pembelajaran,” ujarnya.
Dia menambahkan dalam pembelajaran daring, guru hendaknya menjadi
fasilitator yang membantu siswa jika mengalami kendala dalam pembelajaran. Dalam
hal ini, guru juga memberikan motivasi pada anak agar dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya.
Kepala Sekolah Bina Bangsa Online School, Lee Ting Jian men gatakan
pandemi COVID-19 telah banyak menimbulkan disrupsi dan perubahan yang sangat
signifikan di bidang pendidikan.
Sekolah dipaksa untuk beradaptasi sekaligus berlomba dalam menghadirkan
kelas maya bagi para siswanya. Tidak semua sekolah berhasil melalui tahapan itu.
“Untuk itu, kami mencoba mengambil peran aktif dalam memajukan kualitas
pendidikan di Indonesia, sekaligus mengambil langkah ke depan mempersiapkan kelas
maya di masa mendatang,” kata Lee.
Dalam sekolah daring, para siswa akan belajar tiga mata pelajaran yang akan
diujikan di A Level, seperti Matematika, Fisika, dan Computer Science. Di bidang
bahasa, para siswa akan secara aktif mempelajari Bahasa Inggris dan Bahasa
Mandarin. Kedua bahasa itu akan dipakai dalam seluruh kegiatan pembelajaran
Selain itu, untuk siswa Indonesia pelajaran seperti Bahasa Indonesia dan
Pendidikan Kewarganegaraan akan tetap diajarkan sebagai bentuk penanaman rasa
cinta terhadap Indonesia dan budaya Indonesia.
Pihaknya menerapkan konsep Triple E Framework yang dicetuskan oleh
Profesor Pendidikan Liz Kolb. Triple E Framework itu membantu siswa untuk berpikir
kritis dan memiliki “rate retensi” yang tinggi. Artinya, jika Triple E Framework
diterapkan, siswa tetap akan mendapat fasilitas yang sama dengan siswa yang berada
di sekolah secara fisik, terlebih dalam hal berpikir kritis

Sumber E-Book
Hamalik, Oemar 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakrya
Sudarminto, P. (n.d.). Guru di Era Revolusi Industri 4.0: Tantangan dan Strategi dalam
Memajukan Pendidikan Indonesia.
Tim Penyusun. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum .
dan Perbukuan
Uno, Hamzah B. 2014. Profesi Kependidikan: Problema Solusi, Reformasi Pendidikan
di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sumber HTTP

http://pai.ftk.uin-alauddin.ac.id/artikel/detail_artikel/240

https://www.untan.ac.id/peran-pendidik-transformasi-adaptasi-dan-metamorfosis-dunia-
pendidikan-di-masa-pandemi-covid-19/
https://jurnal.syntax-idea.co.id/index.php/syntax-idea/article/view/371/410

https://www.passakanawang.com/2020/09/peran-guru-orangtua-dan-siswa-dalam-
pembelajaran-daring.html?m=1

https://www.pintar.tanotofoundation.org/peran-kepala-sekolah-di-saat-pandemi-covid-
19/

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/07/tekankan-prinsip-keberlanjutan-
mendikbud-sampaikan-target-merdeka-belajar-15-tahun-ke-depan

https://m.antaranews.com/berita/2119882/pemerhati-pembelajaran-daring-idealnya-
asinkronus-dan-sinkronus

Dosen Pengampuh

Catatan: Dr. Andi Murniati, M.Pd.

*Jawaban disertai dengan reverensi

**Jawaban setiap soal minimal 4 halaman

*** Jawaban diserahkan/dikirim paling lambat tgl 1 Juli / Kamis 2021

***Selamat bekerja***

Anda mungkin juga menyukai