Soal ujian
Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan kedalam bentuk re ncana
maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah.
Kurikulum sebagai niat dan rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.
Hamid Hasan (1988). Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa ditinjau dari 4 sudut
yakni : (1) kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan
penelitian ; (2) sebagai suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide, didalamnya berisi tentang tujuan, bahan ajar, aktifitas belajar, alat-
alat atau media, dan waktu pembelajaran ; (3) sebagai suatu kegiatan, merupakan
pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yakni dalam bentuk praktek
pembelajaran ; (4) sebagai suatu hasil, yaitu konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan, melalui ketercapaiannya tujuan kurikulum terhadap peserta didik.
B.Definisi Pembelajaran
Pembelajaran menurut UU Sikdiknas NO. 20 tahun 2013 adalah
interakasi antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar, di dalam
lingkungan belajar tertentu. Di lihat dari pengertian tersebut dapat di fahami
bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bagian -bagian
yang ada dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran seyogyanya menjadikan
peserta didik lebih aktif dan mempunyai peran besar dalam proses belajar
mengajar. Sehingga jika difahami lebih lanjut pembeljaran itu sendiri
menempatkan pendidik menjadi seorang fasilitator sehingga ia memfasilitasi
apa-apa yang dibutuhkan peserta didik dalam memenuhi proses belajar
mengajar. Sehingga dalam pembelajaran akan lebih aktif, efektif dan lebih tepat
sasaran, sebab pembelajaran yang di alami peserta didik adalah proses belajar
yang di lahirkan dari peserta didik itu sendiri. Sehingga dari pembelajaran
seperti itu akan sangat mudah pendidik mendapatkan nilai proses dari sebuah
pembelajaran.
Meier (2002:103) mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia
pada hakikatnya mempunyai empat unsur, yakni (persiapan (prepara tion),
penyampaian (presentation), Pelatihan (practice), penampilan hasil
(performance) . Sehingga dalam proses pembelajaran meliputi: pertama,
kegiatan awal, yaitu: melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan
pembelajaran, dan bila dianggap perlu memberika pre test. Kedua, Kegiatan
Inti, yaitu kegiatan utama yang dilakukan guru dalam meberikan pengalaman
belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang dianggap sesuai dengan
tujuan dan materi yang akan disampaikan.
Ketiga, Kegiatan akhir yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajarandan
pemberian tugas atau pekerjaan rumah bila dianggap perlu.
Lebih lanjut bila pembelajaran di lihat dari beberapa pendekatan makan defenisi
pembelajaran akan mengalami banyak definisi, sebagai berikut:
Pembelajaran di lihat dari pendekatan aliran filsafat pendidikan :
1. Idealisme: pembelajaran adalah Tanya jawab (dealektika) antara guru
dengan siswa, melatih keterampilan berfikir siswa serta pemberian
teladan dalam hal pengetahuan, nilai dan moral dala keyakinan dan
tingkah laku guru, agar siswa dapat “menemukan” jawaban atas masalah
yang dihadapinya sehingga dapat menguasai pengetahuan yang esensial
yang sudah diterima benar dan berlaku sepang zaman, serta dapat
mengembangkan karakter dan bakat-bakanya.
2. Realisme: pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi
lingkungan dengan disiplin tertentu untuk dialami siswa, agar siswa
mengeuasai pengetahuan yang esensial dan terbentuk kebiasan-
kebiasaan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam
dan lingkungan sosialnya, serta mampu menjalankan tanggung jawab
social.
3. Pragmatisme: pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan
membimbing siswa belajar mempecahkan masalah melalui aktifitas atau
kerja (learning by doing), inquiry dan atau discovery sesuai minat, bakat
dan kebutuhan siswa, yang di lakukan secara terpadu dan konteksutal
dengan realitas yang dipandang selalu berubah, agar siswa mampu
memcahkan berbagai masalah hidup pribadi dan social yang
dihadapainya secara demokratis,
4. Kontruktivisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan
membimbing siswa berfikir, agar siswa dapat mengembangkan konsep
dan pengertian tentang sesuatu sebagai hasil konstruksi aktif siswa sediri
melalui pengalaman yang sesuai dengan situasi dunia nyata siswa
(kontekstual)
5. Eksistensialisme: pembelajarna adalah kegiatan guru mendampingi
siswa (belajar) berdasarkan minat bakat dan kebutuhan-kebutuhannya
untuk sampai pada penyadaran diri dan mengembangkan komitmen
yang berhasil mengenai sesuatu yang penting dan bermakna bagi
eksistensinya (keberadaanya)
6. Falsafah Pendidikan Nasional (Pancasila): pembelajaran adalah
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar lainnya pada
suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat di fahami bahwa pembelajaran
merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam
melayani siswa ketika proses belajar mengajar di mulai.
3. Mengapa kurikulum berlandaskan filosofis dan psikologis dan apa impikasinya dalam
pembelajaran, jelaskan berdasarkan reverensi.
Jawab :
Landasan Filosofis
Secara bahasa, Filosofis (Filsafat) dapat diartikan dengan cinta akan
kebijakan. Orang yang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti
dan berbuat secara bijak. Berfilsafat juga sering disebut dengan berpikir
secara radikal, berpikir sampai ke akar. Orang yang bijak harus memiliki
pengetahuan. Pengetahuan akan didapatkan dari berpikir secara mendalam.
Selanjutnya, berpikir secara mendalam ini disebut sebagai pemikiran radikal.
Sebagai induk dari semua pengetahuan (the mother of knowledge),
filsafat dapat dirumuskan sebagai kajian tentang:
a. Metafisika, yakni studi tentang hakikat kenyataan atau realitas
b. Epistemologi, yakni studi tentang hakikat pengetahuan
c. Aksiologi, yakni studi tentang nilai
d. Etika, yakni studi tentang hakikat kebaikan
e. Estetika, yakni studi tentang hakikat keindahan
f. Logika, yakni studi tentang hakikat penalaran
Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia,
termasuk masalah pendidikan. Kemudian muncul Filsafat Pendidikan.
Donald Butler mengungkapkan, filsafat memberikan arah dan metodologi
terhadap praktis pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberiakan
bahan bagi pertimbangan filosofis.
John Dewey mempunyai pandangan yang hampir sama dengan
Donald Butler. Bagi Dewey filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama.
Dalam Filsafat Pendidikan juga dikenal banyak pandangan dan aliran. Setiap
landasan memiliki landasan metafisika, epistemilogi, dan aksiologi tentang
maslah pendidikan yang berbeda.
1. Dasar Filsafat Dewey
Cirri utama filsafat Dewey adalah konsepsinya tentang dunia yang
selalu berubah, mengalir, atau on going-ness. Filsafat Dewey lebih
berkenan dengan epistemologidan tekanannya terhadap proses
berpikir. Proses berpikir merupakan salah satu dengan pemecahan
yang bersifat tentatif, antara ide dan fakta, antara hipotesis dan hasil.
Tujuan perkembangan manusia adalah self realization. Yaitu,
suatu yang kongkret bersifat empiris tidak dapat dipisahkan dari
pengalaman dan lingkungan. Hanya saja dapat diperoleh melalui
pengalaman dan interaksi dengan yang lain.
2. Teori Pendidikan Dewey
Pendidikan menurut John Dewey adalah perkembangan dari sejak
lahir sampai menjelang kematiannya. Sehingga, pendidikan juga
dikatakan kehidupan. Proses pendidikan bersifat kontinu, merupakan
reorganisasi, rekontruksi, dan pengubahan pengalaman hidup.
Pendidikan merupakan reorganisasi dan rekontruksi yang konstan
dari pengalaman. Setiap fase perkembangan kehidupan merupakan
fase pendidikan. Mulai dari masa kanak-kanak, masa muda, dan
dewasa, semuanya adalah fase pendidikan. Pendidikan itu tidak
berakhir, kecuali kalau seseorang itu telah mati.
Syarat menyusun bahan ajaran menurut Dewey adalah:
a. Bahan ajaran hendaknya kongkret, dipilih yang betul-betul
berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara sitematis dan
mendetai.
b. Pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil belajar,
hendaknya ditempatkandalam kedudukan yang berarti,
yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru, dan
kegiatan kegiatan yang lebih menyeluruh.
Bahan pelajaran harus mendorong anak untuk bergiat dan berbuat. Kita
mengharapkan anak-anak yang aktif, yang bekerja, dan bereksperimen. Guru
haru menempatkan dirinya dalam seluruh interaksinya dengan kebutuhan,
kemampuan, dan kegiatan siswa. Guru juga harus memilih bahan-bahan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan.
Al ‘Ainain (1980) menyatakan bahwa Filsafat Pendidikan merupakan
aktivitas yang teratur (sistematis) yang menggunakan filsafat sebagai alat
untuk mengatur dan menyusun pelaksanaan pendidikan, dan menjelaskan
nilai-nilai serta tujuan-tujuan yang mengarahkan berlangsungnya
pelaksanaan pendidikan secara tepat.
Kemudian, sekolah memiliki fungsi khusus sebagai bagian dari
lingkungan manusia. Antara lain:
a. Menyediakan lingkungan yang disederhanakan. Tidak mungkin kita
memasukkan seluruh peradaban manusia yang sangat kompleks ke
sekolah. Begitu pula sebaliknya.
b. Membentuk masyarakat yang akan datang yang lebih baik. Siswa
tidak belajar dari masa lalu, tetapi belajar dari masa sekarang untuk
memperbaiki masa yang akan datang.
c. Mencari keseimbangan dari bermacam-macam unsur yang ada di
dalam lingkungan. Sekolang memberi kesempatan kepada setiap
individu/ siswa untuk memperoleh lingkungan hidupnya.
C. Landasan Psikologis
Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam
setiap proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat fisik maupun lingkungan
sosial. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik
menuju kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik, mental, emosional, moral,
intelektual, maupun sosial.
Harus diingat bahwa walaupun pendidikan dan pembelajaran ada
lah upaya untuk mengubah perilaku manusia, akan tetapi tidak semua
perubahan perilaku manusia/peserta didik mutlak sebagai akibat dari
intervensi program pendidikan.
Perubahan perilaku peserta didik dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan faktor dari luar program pendidikan atau lingkungan.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan/program pendidikan, sudah pasti
berhubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Kurikulum
diharapkan dapat menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan potensial
menjadi kemampuan aktual peserta didik serta kemampuan-
kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang
berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana
perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Kondisi
Psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik seseorang sebagai individu
yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksinya dengan
lingkungan. Prilakunya merupakan cirri dari kehidupannya yang tampak
maupun yang tidak tampak, yakni prilaku kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
Minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari
pengembangan kurikulum yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik didalam merumuskan tujuan,
memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode
pembelajaran serta teknik-teknik penilaian. Psikologi perkembangan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu pribadi anak
didik berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan
yang dalam term tertentu disamakan dengan ilmu Jiwa Perkembangan, di
dalamnya dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan
anak, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta
hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum.
Untuk dijadikan landasan dalam mempertimbangkan bobot belajar
pada masing-masing tingkatan dan jenjang serta beban belajar yang mesti
diselaraskan dengan tingkat perkembangan psikologi dan kejiwaan peserta
didik.
a. Psikologi perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembanga individu yang
dimulai sejak masa konsepsi hingga dewasa. Individu ialah anak
ataupun orang dewasa yang merupakan kesatuan jasmani dan rohani
yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan menunjukkan karakteristik-
karakteristik tertentu yang khas. Individu adalah manusia adalah
sesuatu yang sangat kompleks tetapi unik.ia memiliki banyak aspek
seperti jasmani, intelektual, social, emosional, moral, tetapi
keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang khas.
Dikenal terdapat tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan
individu, yaitu pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan
diferensial (differential approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative
approach). Menurut pendekatan pentahapan, perkembangan invidu
berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Setiap tahap
perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan
tahap yang lainnya. Pendekatan diferensial melihat bahwa individu
memiliki persamaan dan perbedaan. Atas dasar persamaan dan
perbedaan tersebut individu dikatagorikan atas kelompok -kelompok
yang berbeda. Kita mengenal ada kelompok individu berdasarkan
jenis kelamin, ras, agama, status social-ekonomi, dan sebagainya.
Kedua pendekatan tersebut berusaha untuk menarik atau membuat
generalisasi yang berlaku untuk semua individu. Namun dalam
kenyataannya seringkali ditemukan adanya sifat-sifat individual, yang
hanya dimiliki oleh seorang individu dan tidak dimiliki oleh yang
lainnya. Pendekatan yang berusaha melihat karakteristik individu -
individu inilah yang dikelompokkan sebagai pendekatan isaptif.
b. Psikologi belajar
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana
individu belajar. Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Segala
perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun
psikomotor dan terjadi karena proses pengalaman dapat dikatagorikan
sebagai perilaku belajar. Menurut Morris L. Bigge dan Maurice P.
Hunt ada tiga rumpun teori belajar, yaitu teori disiplin mental,
behaviorisme, dan Cognitive Gestalt Field.
Menurut teori disiplin mental dari kelahirannya anak telah
memiliki potensi-potensi tertentu seperti daya untuk mengamati,
menanggap, mengingat, berpikir, memecah masalah, dan sebagainya.
Belajar merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi tersebut.
Pada teori behaviorisme berangkat dari asumsi bahwa anak atau
individu tidak memiliki/membawa potensi apa-apa dari kelahirannya.
Perkembangan anak ditentukan oleh factor-faktor dari lingkungan.
Rumpun ketiga ialah Cognitive Gestalt Field, menurut teori ini
belajar adalah proses mengembangkan insight atau pemahaman baru
atau mengubah pemahaman lama. Pemahaman terjadi apabila individu
menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada
dalam lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri. Gestalt Field
melihat bahwa belajar itu merupakan perbuatan yang bertujuan,
eksploratif, imajinatif, dan kreatif.
4. Jelaskan bagaimana fungsi, peran guru, kedudukan peserta didik dan bahan ajar dalam
model konsep “Subjek akademik dan Humanistik”.
Jawab :
Dalam dunia pendidikan, peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor
yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar
mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam
setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak dapat dilepaskan
dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. 23
Sehubungan dengan hal itu, guru haruslah disiapkan untuk memenuhi
layanan interaksi dengan peserta siswa. Hal ini sebagaimana diamanatkan oleh
UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1).
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”
Sedangkan Agus Nuryatno menjelaskan, bahwasanya guru merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru
harus memiliki kualifikasi minimal dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru yang humanis berarti
memiliki kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mampu mendidik secara
profesional. Guru yang humanis mampu menjadi agen pembelajaran yang
edukatif, yaitu dapat menjadi fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa, dan
inspirator pembelajaran.
Sebagai fasilitator pembelajaran, berarti guru :
a. Membantu memudahkan dan membantu peserta didik dalam belajar
b. Tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, melainkan
berperan sebagai salah satu sumber belajar.
c. Berupaya memberdayakan peserta didik sehingga mereka dapat
berkembang optimal.
Sebagai motivator pembelajaran, berarti guru:
a. Mendorong dan menggerakkan peserta didik agar mereka semakin
giat dalam belajar.
b. Memiliki kemampuan membangkitkan semangat dan kesadaran diri
peserta didik sehingga mereka terbiasa belajar.
c. Dapat menggunakan prinsip-prinsip “ ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun karso, dan tutwuri handayani”.
Sebagai pemacu pembelajaran, berarti guru:
a. Dituntut memiliki kemampuan mengoptimalkan berbagai berbagai
kemampuan belajar peserta didik untuk selalu dalam kondisi dan
semakin giat dalam belajar.
b. Dituntut selalu berada di sekitar peserta didik dan memahami berbagai
kelebihan dan kelemahan peserta didiknya.
c. Mengetahui kapan peserta didik harus belajar dan kapan peserta didik
harus beristirahat.
Sebagai perekayasa, berarti guru:
a. Mampu merancang, mengembangkan, melaksanakan, mengevaluasi,
dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran sesuai kebutuhan
peserta didik dan masyarakat.
b. Tidak memandang kegiatan pembelajaran sebagai kegiatan rutinitas,
tetapi dipandang sebagai kegiatan yang dinamis dan inofatif yang
perlu dikembangkan dan dimutakhirkan secara terus menerus sesuai
kebutuhan peserta didik.
Sebagai inspirator, berarti guru:
a. Dituntut memiliki peranan sebagai pemberi inspirasi pembelajaran
kepada peserta didik.
b. Wajib mengemukakan berbagai gagasan, kegiatan, dan tugas-
tugas pembelajaran yang dapat menyebabkan peserta didik
belajar.
c. Wajib memprakarsai kegiatan belajar peserta didik.
d. Mengetahui kemana dan kegiatan-kegiatan belajar apa saja yang
dilakukan peserta didik.
(1) memiliki rasa simpati yang tinggi, melayani, dan menganggap bahwa siswa
merupakan anak sendiri, (2) ikhlas dalam memberikan ilmu dan tidak meminta balasan dalam
bentuk apapun, (3) memberikan tanggung jawab kepada siswa (tugas) berdasarkan porsi
setiap siswa, (4) memberikan nasehat apabila siswa melakukan pelanggaran, (5) semua ilmu
memiliki kedudukan yang sama, (6) tidak memaksakan siswa untuk mencapai target yang
telah ditentukan, (7) pemberian bahan ajar yang lebih sederhana untuk anak yang belum bisa
memahami pelajaran dengan baik.
Fungsi Penyesuaian.
Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu
mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fi-sik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat
dinamis. Karena itu, siswa pun harus memiliki kemam-puan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi di lingkungan-nya. Fungsi Integrasi. Fungsi Integrasi
mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-didikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan
bagian integral dari masyarakat. Oleh kare-na itu, siswa harus memiliki kepribadian
yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
Fungsi Diferensiasi.
Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan indivi-du siswa.
Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psi-kis, yang harus
dihargai dan dilayani dengan baik.
Fungsi Persiapan.
Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen -
didikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jen -jang
pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mem-persiapkan
siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena se-suatu hal, tidak dapat
melanjutkan pendidikannya.
Fungsi Pemilihan.
Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen -
didikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fung-si pemilihan ini
sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya
perbedaan individual siswa berarti pula diberinya ke-sempatan bagi siswa tersebut
untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan
kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.
Fungsi Diagnostik
Fungsi Diagnosti mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pen-
didikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat mema-hami dan
menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Jika siswa sudah
mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemah-an yang ada pada
dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sen-diri potensi kekuatan yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kele-mahannya. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang
sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan.
Terdapat tiga peranan Kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu:
(1) peranan konservatif,
(2) peranan kreatif, dan
(3) peranan kritis/evaluatif (Oemar Hamalik, 1990).
Peranan Konservatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk mentrans-
misikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa
kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan demikian, peranan
konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa
lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat men-dasar, disesuaikan dengan kenyataan
bahwa pendidikan pada hakikatnya me-rupakan proses sosial. Salah satu tugas
pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang hidup di ling-kungan masyarakatnya. Peranan Kreatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembang-kan
sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebu-tuhan-kebutuhan
masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung
hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengem-bangkan semua potensi yang ada
pada dirinya untuk memperoleh pengetahu-an-pengetahuan baru, kemampuan
kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
Peranan Kritis dan Evaluatif.
Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan
budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, se -hingga
pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesu-aikan dengan
kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada
masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau
menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan
untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan
diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam
kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan
tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-
penyempurnaan.
Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan secara seimbang dan
harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi ketimpangan-
ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum per-sekolahan menjadi tidak
optimal. Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjadi tanggung jawab
semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, di antaranya guru, kepala sekolah,
pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat. Dengan demikian, pihak -pihak yang
terkait tersebut idealnya dapat memahami betul apa yang menjadi tujuan dan isi dari
kurikulum yang diterapkan sesuai dengan bidang tugas masing-masing
Pada tahun 2018 ,Indonesia kedatangan dari negara cina memperkenalkan teknologi
artificial intelligence atau teknologi sensor yang bisa menirukan motorik manusia dari
PT Robotic Explorer disambut dengan baik oleh Menteri Kominfo Rudiantara. Beliau
menyatakan bahwa salah satu yang terpenting agar Indonesia bisa beradaptasi dengan
baik di industri 4.0, ialah menyiapkan sumber daya manusia,dan saat ini SDM
Indonesia belum maksimal dari sisi penguasaan teknologi. Oleh karena itu, melalui PT
Robotic Explorer, Rudiantara ingin bekerjasama mendirikan sekolah robotik, agar
SDM Indonesia memiliki daya saing dengan maju lainnya. Proses revolusioner
dilakukan oleh umat manusia yang terjadi secara berurut dimulai dengan penemuan
mesin uap , penciptaan transportasi kereta api telah memulai Revolusi Industri pertama.
Penemuan listrik pada jalur produksi mengantarkan manusia ke generasi kedua.
Fasilitas produksi, dilengkapi dengan kemungkinan produksi massal dan serial,
memberikan akselerasi besar-besaran ke industrialisasi. Revolusi industri ketiga, dari
tahun 1960 hingga akhir abad ke-20, menyatukan komputer dan lokasi pabrik.
Penggunaan material semi konduktif, komputer pribadi, dan internet adalah produk
yang sangat penting di era generasi revolusi industry 4.0 .Teknologi terbaru dan
perkembangannya, berkat revolusi industri ketiga, menampilkan kenyataan bagi kami,
ada revolusi industri baru. Seperti yang dinamai revolusi industri keempat, era ini
adalah masa internet seluler, serta sensor kecil, mudah diakses, dan mahir, kecerdasan
buatan, mesin pintar dan pembelajaran, data besar, manufaktur aditif, bioteknologi,
nanoteknologi, dan robot. Revolusi 4.0 Industri asal-usulnya terletak di Jerman, 2011
dan bernama Industrie 4.0, revolusi ini membawa kita ke pabrik-pabrik pintar dan
sistem pintar yang bekerja dengan menggunakan akses internet untuk menghubungkan
antar sistem antara robot dan pabrik serta operator,semuanya bekerja secara sistematis
dan outomatis dan terintegrasi dengan aplikasi berbasis digital. Pengertian Smart
manufacturing menurut wikipedia adalah kategori luas dari manufaktur yang
menggunakan manufaktur yang terintegrasi dengan komputer, tingkat adaptasi yang
tinggi dan perubahan desain yang cepat, teknologi informasi digital, dan p elatihan
tenaga kerja teknis yang lebih fleksibel.1)Sasaran lain terkadang mencakup perubahan
cepat dalam tingkat produksi berdasarkan permintaan, 2) optimalisasi rantai pasokan,
2) produksi yang efisien dan daur ulang. 3) Dalam konsep ini, pabrik pintar m emiliki
sistem yang dapat dioperasikan, pemodelan dan simulasi dinamis multi-skala,
otomatisasi cerdas, keamanan cyber yang kuat, dan sensor jaringan. Menurut para ahli
di berbagai bidang, bahwa manusia adalah makhluk yang sangat kompleks dan
memiliki kemampuan untuk belajar dengan mengamati orang lain dan berinteraksi
antar manusia , memiliki budaya. Kevin Laland dan Will Hoppitt mengatakan bahwa
sebuah “ Budaya didasarkan pada informasi yang dipelajari dan ditransmisikan secara
sosial." Kemajuan teknologi memungkinkan robot untuk bergabung dengan makhluk
yang namanya manusia dengan kemampuan untuk belajar bersosialisasi dengan
manusia sebenarnya pada masyarakat sosial yang berbudaya dan memiliki nilai -nilai
kehidupan dan aturan bermasyarakat yang tentu sangat beragam dan berbeda beda dari
setiap tatanan kehidupan bermasyarakat yang sangat majemuk dan heterogen. Pada
2017, seorang spesialis dalam robotika dan ilmu komputer di CSAIL, mengembangkan
sistem yang disebut C-LEARN ,dimana robot diprogram dengan basis pengetahuan
yang memungkinkan berinteraksi dengan objek yang berbeda. Basis pengetahuan ini
membantunya menavigasi melalui keterbatasan lingkungannya, seperti kebutuhan
untuk memutar kenop untuk membuka pintu. Dan begitu robot tahu bagaimana
berinteraksi secara fisik dengan objek, ia dapat mulai mempelajari tugas yang lebih
kompleks,belajar untuk berinteraksi dengan manusia sekitarnya.
8. Apa perbedaan dan persamaan model pengembangan kurikulum Beaucham dan model
Terbalik Taba.
Jawaban:
Beauchamp’s System Model
Ada lima langkah kritis dalam pengambila keputusan pengembangan kurikulum menurut
Beauchamp (1975 dalam Arifin 2011: 140), yaitu (a) menentukan arena pengembangan
kurikulum (bisa berupa kelas, sekolah, system persekolahan regional atau system
pendidikan nasional, (b) memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum nyang
terdiri atas spesialis kurikulum, perwakilan kelompok-kelompok profesional dan guru-
guru kelas yang terpilih, semua tenaga profesional yang ada dalam system sekolah
tersebut, dan kelompok masyarakat yang representatif, (c) pengorganisasian dan
penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang meliputi menetapkan tujuan kurikulum,
memilih materi pelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran, dan mengembangkan
desain, (d) pelaksanaan kurikulum secara sistematis, dan (e) evaluasi kurikulum.
Model pengembangan ini dikemukan oleh seorang ahli yang bernama Beauchamp.
Model ini, yang dikutip dari Nana Syaodih Sukmadinata terdiri dari lima tahap, yaitu:
Pengambil kebijakasaan menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup.
Menetapkan personalia yang terlibat dalam pengembangan kuirkulum. Orang yang telibat
terdiri dari empat kategori yaitu:
1) Para ahli pendidikan /kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kuirkulum, dan
para ahli dari bidang ilmu luar.
2) Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih.
3) Para profesional dalam sistem pendidikan.
4) Profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Pada langkah ini ditetapkan
prosedur dalam penyusunan rumusan tujuan umum dan khusus, memilih isi dan
pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi dan menentukan keseluruhan desain
kurikulum. Pada tahap ini terdiri dari lima langkah yaitu:
1) Membentuk tim pengembang kurikulum
2) Mengadakan peniliaan atau penelitian terhadap kurikulum yang ada dan yang sedang
digunakan
3) Studi penjagaan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru
4) merumuskan kreteris-kreteria bagi penetuan kuirkulum baru; dan
5) Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh GA. Beucamp, yaitu
mengemukakan lima langkah penting dalam pengambilan keputusan pengambangan
kurikulum, yaitu:
1) Menentukan arena pengembangan kurikulum yang dilakukan, yaitu berupa kelas,
sekolah, sistem persekolahan regional atau nasional.
2) Memilih dan kemudian mengikutsertakan pengembang kurikulum yang terdiri atas
spesialis kurikulum, kelompok profesional, penyuluh pendidikan dan orang awam.
3) Mengorganisasikan dan menentukan perencanaan kurikulum yang m eliputi
penentuan tujuan, materi dan kegiatan belajar.
4) Merapatkan atau melaksanakan kurikulum secara sistematis di sekolah.
5) Melakukan penilaian. (Beucamp dalam Ahmad;56)
Ketiga, tujuan nilai-nilai, sikap, emosi dan perasaan di dalam rincian tujuan
pendidikan Islam perlu dikembangan dengan mengintegrasikannya dalam kurikulum
pendidikan Islam. Di dalam kurikulum pendidikan Islam penanaman aspek -aspek normatif
yang tertuang dalam ajaran Islam rahmatan lil „alamien perlu ditanamkan dengan kuat
kepada peserta didik. Sehingga, diharapkan peserta didik dengan bekal dasar yang kuat
yaitu dasar Islam rahmatan lil „alamien dapat menjadi social agent of change terhadap
problematika aktual yang berada di lingkungan peserta didik.
Keempat, tujuan ketrampilan. Ketrampilan peserta didik juga perlu untuk diasah
sebagai bekal untuk menjalani kehidupannya. Ketrampilan tersebut bukan hanya
ketrampilan akademik misalnya membaca, menulis, memahami, mengembangkan, dan
ataupun menemukan pengetahuan. Tetapi juga, ketrampilan non akademik misalnya dalam
bidang seni suara, tari, olah raga, menganyam (kerajinan), bertani, pidato dan lain
sebagainya.
Menurut Taba pengembangan model ini lebih mendorong inovasi dan kreativitas
guru-guru, karena bersifat induktif, yang merupakan inverse atau arah terbalik dari model
tradisional. Model ini terdiri dari lima langkah yaitu:
• Menyusun unit-unit kurikulum yang ada dan diujicobakan oleh staf pen gajar.
Adapun caranya dengan jalan: mendiagnosa kebutuhan, memformulasikan isi,
memilih isi, mengorganisasi isi, memilih pengalaman belajar, menilai, mengecek
perimbangan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
• Mengujicobakan untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan kegiatan belajar
mengajar.
• Menganalisis dan merevisi hasil ujicoba, serta mengkonsolidasikannya.
• Menyususn kerangka teroritis.
• Menyususn kurikulum yang dikembangkan secara menyeluruh dan
mengumumkannya.
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara
jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.Tujuan pendidikan nasional
yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan
institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah
atau satuan pendidikan tertentu. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada
tujuan umum pendidikan berikut :
Tujuan-tujuan pendidikan mulai dari pendidikan nasional sampai dengan tujuan mata
pelajaran masih bersifat abstrak dan konseptual, oleh karena itu perlu dioperasionalkan dan
dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan
pendidikan yang lebih operasional, yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari
setiap mata pelajaran.
Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan lebih bersifat spesifik dan
lebih menggambarkan tentang “what will the student be able to do as result of the teaching that he
was unable to do before” (Rowntree dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 1997). Dengan kata lain,
tujuan pendidikan tingkat operasional ini lebih menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa
yang hendak dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran. Merujuk pada pemikiran Bloom,
maka perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
STANDAR KOMPETENSI
Standar Kompetensi (SK) merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada
setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Bisa juga dikatakan SK adalah deskripsi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata
pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula.
Pada setiap mata pelajaran SK sudah ditentukan oleh para pengembang kurikulum, yang dapat kita
lihat dari Standar Isi. Jika sekolah memandang perlu mengembangkan mata pelajaran tertentu,
misalnya mengembangkan kurikulum muatan lokal, maka perlu dirumuskan SKnya sesuai dengan
nama mata pelajaran dalam muatan lokal tersebut.
KOMPETENSI DASAR
Kompetensi Dasar (KD) merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih
sempit dibanding dengan SK peserta didik. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
ketrampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal
ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan
pembelajaran itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian
tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam
proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan indikator
keberhasilan.
Sesuai aspek diatas maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum yang
bersifat kompleks artinya kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai tanggung jawab. Dengan demikian tujuan yang ingin
dicapai dalam kompetensi ini bukanlah hanya sekedar pemahaman akan materi pelajaran, akan
tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga Kompetensi Dasar adalah pengetahuan,
ketrampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi
pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga merupakan perincian
atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi. Adapun penempatan komponen Kompetensi
Dasar dalam silabus sangat penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh
tuntutan target kompetensi yang harus dicapainya. Adapun dalam mengkaji kompetensi dasar mata
pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
berikut ini:
• Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak
harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi.
• Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
• Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
10. Uraikan peran guru, dosen, instruktur, siswa, administrator, spesialis kurikulum, orang
tua, pemegang keputusan, dunia usaha dan industry dan pemerhati pendidikan dalam
pengembangan kurikulum pada situasi “pandemi covid-19. Jelaskan secara terpisah/
masing-masing.
Jawab :
- Peran guru dalam pengembangan kurikulum:
• Pelaksana, Sebagai pelaksana,guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah
ada. Dalam melaksanakan guru menerima berbagai kebijakaan perumus kurikulum. Guru
tidak memiliki ruang baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target
kurikulum. Pada fase sebagai implementator kurikulum, peran guru dalam pengembangan
kurikulum sebatas menjalankan kurikulum yang disusun. Manakala kita, sampai sebelum
terjadinya reformasi di Indonesia, guru-guru kita dalam penegmbangan kurikulum hanya
terbatas sebagaai implementator berbagai kurikulum kurikulum yang dirancang secara tepat,
yankni Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Dalam GBPP yang berbentiuk telah
ditentukan dari mulai tujuan yang harus dicapai, materi pelajaran yang harus disampaikan,
cara yang harus dilakukan termasuk penggunaan media dan susmber belajar serta bentuk
evaluasi yang harus dilakukan serta sampai pada waktu kapan materi pelajaran harus
disampaikan. Dalam pengembnagan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga tekni yang
hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Hasil
kurikulum adalah seragam, apa yang dilakukan oleh guru-guru di bagian timur Indonesia,
sama yang dilakukan oleh guru-guru yang berada di bagian barat Indonesia. Oleh karena
guru hanya sekedar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreativitas dan inovasi guru dalam
merekayasa pembelajaran pelatihan lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai
pembaru. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas
rutin atau tugas keseharian.
• Adaptor, Peran guru sebagai adaptor, lebih dari sekadar sebagai penyelaras
kurikulum dengan karaketristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Dalam
fase ini guru diberi tugas untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan
karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Dalam kebijakan tentang tingkat satuan
pendidikan (KTSP), misalnya para perancang kurikulum hanya menentukan standar
sebagai standar minimal yang dicapai, bagaimana implementasinya, kapan harus,
dan hal-hal teknis lainnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru
sebagai adaptor lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai pelaksana.
• Pengembang, Peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki keahlian dalam
mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi
pelajaran yang akan disampaikan, tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang
harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai
pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan
karakteristik, misi dan visi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang
dibutuhkan siswa. Pelaksanaan peran ini dapat kita lihat dalam pengembangan
kurikulum muatan lokal (mulok) sebagai bagian dari sturktur kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Pengembangan kurikulum muatan lokal, sepenuhnya
diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan. Oleh karena itu, biasa terjadi
kurikulum mulok antar sekolah bisa berbeda.
• Peneliti, Sebagai fase terakhir adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (
Curriculum Researcher)peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional
guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
Dalam pelaksanaan peran sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk
menguji sebagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum,
menguji efektivitas program, menguji strategi dan model pembelajaran, dan lain
sebagainya, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai
kurikulum target. Salah satu metode yang diajurkan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian tindakan kelas (PTK) yakni metode penelitian yang berangkat dari
masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. PTK, guru berinisiatif
melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dengan demikian,
- Peran Dosen
Sejak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global dan BNPB menetapkan
status darurat nasional, bahkan ditetapkan sebagai KLB di Kalbar, membuat Untan
juga memberlakukan Bekerja dari Rumah (BDR) sejak Maret lalu. Hal tersebut
membuat iklim pembelajaran yang semula didominasi klasikal menjadi non-klasikal
atau dengan Pembelajaran Jarak Jauh.
Sebagaimana visi Rektor menjadikan Untan Cyber University, ternyata
dengan adanya wabah ini mampu mempercepat proses perubahan iklim pembelajaran
termasuk di universitas dan semua pihak dipaksa beradaptasi dengan cepat termasuk
metode dan cara perkuliahan maupun praktikum. Semula rapat mesti tatap muka
sekarangpun menjadi teleconference.
Faktanya tidak semua dosen berkesempatan mengikuti pelatihan e-learning
yang diselenggarakan sebelumnya karena jumlah peserta yang mengikuti pelatihan
terbatas. Kegiatan lanjut Untan sempat menyelenggarakan pelatihan TOT e-learning.
Dimana para dosen yang menjadi peserta TOT diharapkan mampu menularkan kepada
dosen lain diunitnya untuk melaksanakan dan menerapkan metode pembelajaran e-
learning minimal 2 kali dari 14 – 16 kali jumlah tatap muka di kelas regular.
Namun ternyata kondisi pandemic membuat percepatan semua pihak untuk
mengenal sistem perkuliahan daring yang sebelumnya cukup asing bagi semua pihak.
Termasuk presensi digital yang belum diterapkan maksimal namun sejak terjadi BDR
ini menjadi hal yang biasa dan mesti dilakukan sebagai pengganti Daftar Hadir Kuliah
manual (DHK).
Kini pembelajaran yang biasanya on-site menjadi online. Biasanya tatap muka
menjadi tatap layar. Semua interaksi menjadi serba digital. Jaringan internet dan
tentunya keberadaan kuota menjadi tulang punggung semua proses tersebut. Kondisi
Work from Home dan Study from Home memaksa semua pihak untuk berupaya
memaksimalkan proses pembelajaran. Karena UFN alias menungggu sampai batas
waktu yang tidak dapat ditentukan dengan pasti kapan akan berakhir. Maka semua
pihak harus memutar otak mancari cara menggunakan alternatif proses kegiatan
belajar-mengajar yang dirasa terkesan “mendadak” serba digital. Siap tidak siap harus
dihadapi. Waluapun di dunia pendidikan semestinya hal ini bukan hal baru, mungkin
hanya saja kita yang terlambat mengetahui dan mengaplikasikan.
Pendidik meyakini bahwa mahasiswa milenial tak asing dengan kehidupan
serba digital bahkan sejak lahir sudah terpapar dengan teknologi digital ini, ternyata
peserta didik sangat mudah beradaptasi. Bahkan dengan sendirinya mereka mampu
menyelesaikan segala tugas dari gawai cerdas digenggaman. Justru tantangan ada para
pendidik yang mesti segera beradaptasi dengan era digital.
Selaku pendidik ternyata kita harus menyadari bahwa kalaulah hanya ilmu
yang ingin kita berikan kepada peserta didik, ternyata semua hal mereka bisa dapatkan
dari genggaman tangan mereka dengan cepat. Semua informasi bisa mereka peroleh
dari berselancar di mesin pencarian bahkan tutorial dan penjelasan materi, informasi
dan gudang ilmu sangat terbuka luas di media social seperti youtube dan sebagainya.
Dahulu peserta didik mencatat di papan tulis lalu semua teman sekelas
menyalin ke dalam buku catatan mereka. Catat Buku Sampai Habis. Guru ceramah
panjang lebar, peserta mendengar sampai mengantuk. Zaman sudah berubah, maka
cara mendidik perlu disesuaikan dengan era dan zamannya. Gap zaman pembelajaran
antara peserta didik yang milenial dan pendidik yang merupakan imigran teknologi
digital harus diminimalisir.
- Peran Instruktur
BP Jamsostek telah menetapkan sebagai learning organization dimana
menerapkan seluruh karyawannya untuk meningkatkan kemampuannya untuk
mencapai kinerja yang diharapkan. Sebagai organisasi yang pembelajar dimana
pemikiran baru senantiasa dihargai dan ditumbuhkembangkan, secara individu diberi
kebebasan untuk belajar dan secara berkelanjutan sepanjang hayat dengan mengiktui
perkembangan zaman, termasuk pada saat pandemic Covid-19.
Era globalisasi dan teknologi telah mempengaruhi organisasi dan memaksa
organisasi untuk berubah agar dapat bertahan dan berkompetisi guna menciptakan
sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing dalam segala bidang.
Dalam mengikuti perkembangan zaman, BP Jamsostek mampu mengambil
peran dengan segera yakni adaptive dalam mengambil langkah pada saat pandemic
Covid-19. Salah satu langkah yang dilakukan BP Jamsostek adalah dengan
melaksanakan program pelatihan dan pengembangan dengan metode constructive
learning dengan metode panyampaian berbasis digital (virtual learning) pada modul
time management.
Desain pelatihan menyesuaikan dengan kondisi pandemic Covid -19 dimana
selama pandemic berlangsung diwajibkan untuk bekerja di rumah dan melakukan
physical distancing. Pelatihan dirancang dengan mempertimbangkan protokol
pencegahan penyebaran Covid-19. Hal ini dilakukan guna mendukung pemerintah
untuk mencegah penyebaran Covid-19 serta program pembelajaran dapat terlaksana
dengan efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi pembelajar tercapai dengan
mewujudkan karyawan yang unggul dan berdaya saing.
Desain penyampaian pelatihan dengan memanfaatkan aplikasi zoom cloud
merupakan pilihan yang tepat saat ini, pada saat pandemic Covid-19 berlangsung.
Seluruh peserta, instruktur, panitia serta observer bisa berkomunikasi langsung secara
dua arah tanpa harus bertemu secara fisik. Penggunaan aplikasi ini dinilai ekonomis
dan bisa menjadi media yang proper dalam penyampaian pembelajaran sehingga
tujuan dan sasaran dari desain pelatihan yang telah ditentukan tercapai dengan baik.
Kemampuan mengoperasikan teknologi menjadi issue terpenting dalam proses
pembelajaran ini. Dengan kondisi peserta yang mayoritas adalah generasi milenial, hal
ini dapat teratasi dengan mudah.
Berdasarkan pada keberhasilan pelaksananan program pelatihan dan
pengembangan ini, BP Jamsostek harus konsisten dalam penggunaan media digital
pada penyelenggaraan program pelatihan.. Dengan menginvestasikan program
pengembangan pelatihan kepada karyawan merupakan salah satu metode dalam
mewujudkan organisasi pembelajar dengan mampu mengembangkan asset perusahaan
yang unggul dan berdaya saing.
- Peran Siswa
• Menyiapkan perangkat pembelajaran (buku, alat tulis dan media lainnya)
• Mengajak orang tua untuk mendukung proses pembelajaran
• Menyiapkan tempat di rumah yang cukup nyaman untuk belajar
• Memahami jadwal dan tujuan pembelajaran
• Aktif dalam diskusi dengan guru/tutor Paket B
• Menyelesaikan tugas dari guru/tutor Paket B, ajak diskusi orang tua
• Mengumpulkan tugas dan foto pembelajaran (jika ada)
• Menyampaikan kesulitan saat kegiatan belajar ke guru/tutor Paket B atau orang
tua
• Menuliskan rencana kegiatan sesudah belajar
- Peran administrator
• Mendayagunakan seluruh komponen pendidikan dalam rangka menjamin
terlaksananya pembelajaran dengan suasana yang berbeda
• Memberikan semangat dan apresiasi kepada guru, siswa dan orangtua
• Melakukan pelatihan daring secara singkat mengenal platform pembelajaran
jarak jauh (PJJ)
• Mentransformasikan laporan tugas ke dalam bentuk daring untuk Dinas
Pendidikan.
• Melakukan komunikasi multi arah dalam upaya sterilisasi satuan pendidikan
- Peran Orang Tua
• Menyepakati cara untuk berkomunikasi dengan sekolah
• Mendiskusikan rencana pembelajaran yang inklusif bersama guru/tutor Paket B
sesuai kondisi siswa
• Menyiapkan perangkat pembelajaran
• Memastikan siswa siap mengikuti pembelajaran
• Menyiapkan waktu untuk mendukung proses pembelajaran daring
• Mendorong siswa agar aktif selama proses pembelajaran
• Orang tua/wali memastikan anak mengisi lembar aktivitas sebagai bahan
pemantauan belajar harian
• Mengumpulkan foto lembar aktivitas dan penugasan setiap hari
• Secara aktif berdiskusi dengan guru/tutor Paket B terkait tantangan dan kendala
yang dihadapi selama proses pembelajaran daring
• Memastikan tempat dan fasilitas belajar nyaman
- Peran pemegang keputusan
Berbagai pihak sempat menyuarakan agar Kemendikbud membuat kurikulum
darurat selama pandemi. Ini karena banyak aduan siswa tak senang belajar di rumah
karena tugas menumpuk, dan kebingungan guru melakukan PJJ.
Selang dua bulan sekolah dirumahkan, Kemendikbud baru mengeluarkan
Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbud No. 15 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar dari Rumah Dalam Masa Penyebaran Covid-19.
Sedangkan metode belajar menggunakan televisi dengan Program Belajar di
Rumah melalui TVRI lahir pada 9 April. Namun ini dinilai belum termasuk solusi
belajar untuk sekolah tanpa jaringan listrik.
Ubaid mengingatkan tugas pemerintah pusat tak berhenti setelah menerbitkan
panduan berupa peraturan maupun edaran. Ia mengatakan Nadiem seharusnya
memastikan instruksi tersebut dijalankan dan mencari jalan keluar jika panduan tak
bekerja.
Secara terpisah pengamat pendidikan dari Center of Education Regulations
and Development Analysis (Cerdas) Indra Charismiadji menilai sosok Nadiem masih
terlalu lekat dengan perannya sebagai pengusaha swasta.
"Kalau kita jujur menilai beliau, gayanya masih bukan gaya menteri, bukan
pejabat publik. Tapi masih CEO Go-jek, perusahaan swasta," tuturnya kepada
CNNIndonesia.com.
Menurut pengamatannya, penerapan komunikasi yang baik dengan internal
kementerian maupun publik perlu diperbaiki di lingkungan Kemendikbud. Terlebih
ketika pandemi.
Ia menilai Nadiem jarang berinteraksi dengan masyarakat di bawah
naungannya, mulai dari guru, siswa dan orang tua. Padahal menurutnya hal ini
diperlukan untuk membangun koneksi dan pengertian situasi masyarakat
sesungguhnya.
"Seorang pejabat publik harus selalu melaporkan kepada publik. Berarti kalau
beliau membatasi diri ke publik, kan berarti beliau masih menempatkan diri bukan
sebagai pejabat publik," ujarnya.
Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia sebelumnya juga
menyuarakan keinginan bertemu langsung dengan Nadiem. Salah satunya mereka
ingin mendiskusikan tuntutan keringanan uang kuliah tunggal (UKT) secara serentak.
Melalui surat terbuka kepada Nadiem, Aliansi BEM SI menyatakan sudah
mengirimkan surat permohonan audiensi kepada Nadiem dan Sekretaris Jenderal
Kemendikbud Ainun Naim pada 29 April 2020.
Permohonan ini diberikan melalui pos, email sampai jejaring WhatsApp.
Permintaan audiensi juga kembali disuarakan saat Hari Pendidikan Nasional pada 2
Mei lewat aksi media.
"Namun hingga rilis ini dikeluarkan, belum ada tanggapan terkait surat
permohonan audiensi dari pihak Kemendikbud RI," ungkap surat tersebut.
Indra mengingatkan kiprah Nadiem di Go-jek yang terbilang cemerlang. Ia
menilai seharusnya Nadiem punya potensi membuat kiprah b aik di pendidikan
Indonesia dengan dukungan negara.
"Artinya beliau mampu dengan kemampuan sendiri. Kenapa dengan
kemampuan negara justru seperti kebingungan enggak tahu harus ngapain, tidak ada
komunikasi?" tambahnya.
Hingga kini Nadiem belum berbicara banyak soal berbagai persoalan
pendidikan di tengah pandemi. Mulai dari wacana pembukaan sekolah, protes
mahasiswa terkait UKT maupun kendala pembelajaran jarak jauh.
- Peran dunia usaha dan industry
Semua yang kita lakukan dalam Merdeka Belajar merupakan prinsip
terjadinya untuk mencapai massa kritis (batas minimum) sekitar 20 persen sehingga
memastikan kondisi yang baik bagi sistem pendidikan agar dapat beroperasi secara
mandiri dan tidak diputarbalikkan," disampaikan Mendikbud dalam telekonferensi
Kerja dengan Komisi X DPR RI di Jakarta, Kamis (02/07).
Prinsip tersebut dicapai antara lain dengan melakukan revisi peraturan
peraturan, salah satunya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Kemendikbud juga merevisi berbagai peraturan teknis yang bertujuan untuk
menyelesaikan proses administratif dan memperluas jangkauan penerima manfaat.
Contoh, penyederhanaan mekanisme membuka dana Bantuan Operasional Sekolah di
setiap perluasannya hingga ke sekolah swasta.
Selain itu, transformasi kepemimpinan internal, baik di dalam faktor
kementerian maupun di tingkat pemerintah daerah menjadi penting. Secara paralel,
Kemendikbud juga terus berupaya mengintegrasikan peran pihak ketiga dalam sistem
pendidikan nasional.
Mendikbud mencontohkan, peran aktif dunia usaha dan dunia industri dalam
pendidikan vokasi maupun pendidikan tinggi. Selama ini, kiprah relawan dan
komunitas pendidikan turut menyokong program Organisasi Penggerak dan Sekolah
Penggerak. Dunia usaha maupun relawan dari masyarakat juga terbukti mampu
menyokong proses pembelajaran jarak jauh di tengah situasi sulit akibat pandemi
COVID-19. "Apapun yang terjadi di pemerintahan, grup-grup penggerak yang
terbentuk dapat terus berjalan," ujar Nadiem.
Mendikbud menjelaskan, terdapat 11 target yang menjadi fokus utama
Merdeka Belajar tahun 2030-2035. Total enam target berada di kategori pendidikan
dasar dan menengah, dua target di kategori tata kelola, dan tiga target di kategori
pendidikan vokasi dan pendidikan tinggi. target masing-masing kategori adalah
sebagai berikut:
- Peran pemerhati pendidikan
Pemerhati pendidikan dari Center for Education Regulations and Development
Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji mengatakan pembelajaran daring idealnya
memadukan metode asinkronus dan sinkronus.
“Seharusnya pembelajaran daring memadukan sinkronus dan asinkronous,
tetapi kalau kita lihat pembelajaran jarak jauh (PJJ) saat ini masih sinkronous semua,”
ujar Indra dalam peluncuran sekolah daring Bina Bangsa Online School yang dipantau
di Jakarta, Sabtu.
Sinkronus merupakan interaksi pembelajaran antara guru dan siswa yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan, menggunakan teknologi telekonferensi seperti
Zoom, Google Meet, dan lainnya. Sementara asinkronus, yakni guru dapat menyiapkan
materi lebih dulu dan interaksi pembelajaran dilakukan secara fleksibel dan tidak harus
dalam waktu yang sama.
Indra menjelaskan yang saat ini terjadi justru lebih banyak dilakukan
sinkronus. Akibatnya, siswa menjadi bosan dan mematikan video, padahal
pembelajaran dilakukan selama dua menit.
“Idealnya memadukan materi dengan menggunakan sistem manajemen
pembelajaran. Siswa dapat mengakses kapanpun dan dimana pun, juga ada panduan
bagaimana menyelesaikan pembelajaran,” ujarnya.
Dia menambahkan dalam pembelajaran daring, guru hendaknya menjadi
fasilitator yang membantu siswa jika mengalami kendala dalam pembelajaran. Dalam
hal ini, guru juga memberikan motivasi pada anak agar dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya.
Kepala Sekolah Bina Bangsa Online School, Lee Ting Jian men gatakan
pandemi COVID-19 telah banyak menimbulkan disrupsi dan perubahan yang sangat
signifikan di bidang pendidikan.
Sekolah dipaksa untuk beradaptasi sekaligus berlomba dalam menghadirkan
kelas maya bagi para siswanya. Tidak semua sekolah berhasil melalui tahapan itu.
“Untuk itu, kami mencoba mengambil peran aktif dalam memajukan kualitas
pendidikan di Indonesia, sekaligus mengambil langkah ke depan mempersiapkan kelas
maya di masa mendatang,” kata Lee.
Dalam sekolah daring, para siswa akan belajar tiga mata pelajaran yang akan
diujikan di A Level, seperti Matematika, Fisika, dan Computer Science. Di bidang
bahasa, para siswa akan secara aktif mempelajari Bahasa Inggris dan Bahasa
Mandarin. Kedua bahasa itu akan dipakai dalam seluruh kegiatan pembelajaran
Selain itu, untuk siswa Indonesia pelajaran seperti Bahasa Indonesia dan
Pendidikan Kewarganegaraan akan tetap diajarkan sebagai bentuk penanaman rasa
cinta terhadap Indonesia dan budaya Indonesia.
Pihaknya menerapkan konsep Triple E Framework yang dicetuskan oleh
Profesor Pendidikan Liz Kolb. Triple E Framework itu membantu siswa untuk berpikir
kritis dan memiliki “rate retensi” yang tinggi. Artinya, jika Triple E Framework
diterapkan, siswa tetap akan mendapat fasilitas yang sama dengan siswa yang berada
di sekolah secara fisik, terlebih dalam hal berpikir kritis
Sumber E-Book
Hamalik, Oemar 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakrya
Sudarminto, P. (n.d.). Guru di Era Revolusi Industri 4.0: Tantangan dan Strategi dalam
Memajukan Pendidikan Indonesia.
Tim Penyusun. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum .
dan Perbukuan
Uno, Hamzah B. 2014. Profesi Kependidikan: Problema Solusi, Reformasi Pendidikan
di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sumber HTTP
http://pai.ftk.uin-alauddin.ac.id/artikel/detail_artikel/240
https://www.untan.ac.id/peran-pendidik-transformasi-adaptasi-dan-metamorfosis-dunia-
pendidikan-di-masa-pandemi-covid-19/
https://jurnal.syntax-idea.co.id/index.php/syntax-idea/article/view/371/410
https://www.passakanawang.com/2020/09/peran-guru-orangtua-dan-siswa-dalam-
pembelajaran-daring.html?m=1
https://www.pintar.tanotofoundation.org/peran-kepala-sekolah-di-saat-pandemi-covid-
19/
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/07/tekankan-prinsip-keberlanjutan-
mendikbud-sampaikan-target-merdeka-belajar-15-tahun-ke-depan
https://m.antaranews.com/berita/2119882/pemerhati-pembelajaran-daring-idealnya-
asinkronus-dan-sinkronus
Dosen Pengampuh
***Selamat bekerja***