1. PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
1
2
2. PEMBAHASAN
2.1 Expository Learning
2.1.1 Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori
Menurut Roy Killen (1998), strategi pembelajaran eksositori adalah strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi pembelajaran
secara verbal oleh guru kepada peserta didik. Berdasarkan pengertian tersebut,
Roy Killen (1998) menyebut strategi ekspositori ini dengan istilah pembelajaran
langsung (direct instruction). Sebutan lain bagi strategi ini adalah ceramah, dikte,
dialog, dan sejenisnya. Oleh karena itu, strategi ekspositori sering kali
diserupakan (tidak disamakan) dengan metode ceramah. Namun demikian,
ekspositori bukan semata-mata ceramah. Terdapat beberapa perbedaan yang
signifikan antara ceramah dengan ekspositori. Contoh penerapan strategi
pembelajaran ekspositori.
pada suatu ketika, seorang guru SKI mengajarkan materi pelajaran tentang
terjadinya perang Uhud. Guru tersebut becerita bagaimana kegigihan Rasullullah
SAW dan para sahabatnya melawan kaum kafir Quraisy. Kemampuan guru
membawakan cerita dengan suara jelas yang kadang meledak dan kadang
melemah membawa peserta didik seakan-akan mereka bagian dari cerita melawan
angkara murka kaum kafir yang menentang Islam. Suara guru menggelegar ketika
menceritakan bagaimana Hamzah dengan gagah berani memimpin perang diatas
kudanya sambil menghunus pedang. Sesekali tangannya menunjuk peta Jazirah
Saudi Arabia tempat peperangan itu terjadi. Suara guru kemudian melemah ketika
akhirnya sang Singan Paddang Pasir itu gugur syahid. Dengan gaya dan
keterampilan guru bertutur dalam membangkitkan emosi peserta didik. Selesai
guru bercerita, proses pembelajran dilanjutkan dengan tanya jawab, baik
mengenai latar belakang dan urutan kejadian hingga pecahnya perang Uhud,
tempat dan waktu kejadian, ataupun mengenai pendapat peserta didik tentang
peran dan perjuangan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, seperti Hamzah
sang Singa Padang Pasir yang berjuang habis-habisan membela Islam.
Berdasarkan contoh deskripsi diatas, jelas bahwa strategi pembelajaran
ekspositori bukan semata-mata ceramah, melainkan mengkombinasikan gerakan
2
3
tubuh dengan bahasa verbal, semangat belajar yang membara dan gaya
komunikatif yang menantang.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan aplikasi dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach). Melalui
strategi ini, guru atau pendidik menyampaikan materi pembelajaran secara
terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai
peserta didik dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik
(academic achievement) peserta didik. Tetapi strategi pembelajaran ekpositori
hanya bisa dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran,
menerangkan materi, memberikan contoh soal dan sejenisnya. Walaupun
demikian, kegiatan peserta didik tidak hanya mendengarkan, melainkan juga
membuat catatan dan mengerjakan soal-soal latihan. Bahkan peserta didik boleh
mengerjakan semua itu bersama dengan peserta didik yang lain. Misalnya,
seorang peserta didik mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya,
sedangkan seorang peserta didik yang lain diminta mengerjakan di papan tulis
atau di depan kelas.
Ketika peserta didik mengerjakan latihan, guru harus mengoreksi atau
memeriksa pekerjaan peserta didik tersebut dan menjelaskan kembali. Apabila
dpandang masih banyak pekerjaan peserta didik belum sempurna, maka akan
dijelaskan kembali oleh guru, sehingga peserta didik mengerti atau paham
terhadap materi pembelajaran tersebut.
3
4
4
5
2. Prinsip Komunikasi
Pembelajaran strategi ekspositori berpegang teguh pada prinsip komunikasi.
Guru atau pendidik sebagai komunikator, sedangkan peserta didik sebagai
komunikan atau penerima pesan. Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini
adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, kemudian disampaikan melalui komunikasi.
Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan
pemindahan pesan (informasi) dari sumber atau komunikator (dalam hal ini
guru/pendidik) ke penerima pesan, yakni peserta didik. Proses pembelajaran atau
komunikasi dikatakan efektif jika pesan atau materi pelajaran dapat diterima oleh
penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, proses pembelajaran atau sistem
komunikasi dkatakan tidak efektif jika penerima pesan (peserta didik) tidak dapat
menangkap setiap pesan (materi pelajaran) yang disampaikan secara utuh. Prinsip
ini sekaligus menguatkan potensi nilai karakter (komunikatif) yang dapat
ditransformasikan dalam proses belajar mengajar melalui strategi pembelajaran
ekspositori.
3. Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar Koneksionisme, kesiapan merupakan salah satu hukum
belajar. Inti dari hukum belajar tersebut adalah bahwa setiap individu ajan
merespon dengan cepat dari setiap stimulus yang diberikan jika ia telah siap.
Sebaiknya, tidak mungkin setiap peserta didik akan merespon setiap stimulus
yang diberikan guru jika ia belum siap. Dalam konteks pembelajaran, dapat
dimaknai bahwa agar peserta didik dapat menerima informasi atau materi
pelajaran, terlebih dahulu mereka harus siap, baik secara fisik maupun psikis guna
menerima pelajaran. Jangan memulai pelajaran jika peserta didik belum siap
menerimanya.
4. Prinsip Berkelanjutan
Strategi pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong peserta didik untuk
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung
pada saat itu, tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Strategi pembelajarn
5
6
6
7
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi
materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan
tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk
melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa.
Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu
mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan
atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Pengajaran
langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dipihak
guru agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau
isi didefinisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan
direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Menurut Kardi dan Nur, meskipun tujuan pembelajaran dapat langsung
direncanakan bersama oleh guru dan siswa, strategi ini terutama berpusat pada
guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memerhatikan, mendengarkan, dan
resitasi (tanya jawab) yang terencana. Hal ini tidak berarti pembelajaran bersifat
otoriter, dingin, dan tanpa humor. Hal ini berarti bahwa lingkungan berorientasi
pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil beajar dengan
baik.
Landasan penelitian dari strategi pengajaran langsung dan berbagai
komponennya, berasal dari macam-macam bidang. Meskipun demikian, data
penunjuk empirik yang paling jelas terhadap strategi pembelajaran langsung
berasal dari penelitian tentang kefektifan guru yang dilakukan pada tahun 1970-an
dan 1980-an.
Penelitian Stalling dan Kazkowitz, menunjukkan pentingnya waktu yang
dialokasikan pada tugas (time on task). Penelitian ini juga menyumbang dukungan
empirik penggunaan pengajaran langsung. Beberapa guru menggunakan metode-
metode yang sangat terstruktur dan formal, sedangkan guru-guru yang lain
menggunakan metode-metode yang informal. Stalling dan koleganya ingin
mengungkakan, manakah diantara program-program itu yang dapat berfungsi baik
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
7
8
8
9
2) Guru harus selektif dalam memilih konsep yang diajarkan dengan strategi
pembelajaran langsung
c. Melakukan analisis tugas
Dengan menganalisis tugas, akan membantu guru menentukan denhan tepat
apa yang perlu dilakukan siswa untuk melaksanakan ketreampilan yang akan
dipelajari.
d. Merencanakan waktu
Guru harus memperhatikan bahwa kurun waktu yang disediakan sepadan
dengan kemampuan dan bakat siswa, memotivasi siswa agar mengerjakan tugas
dengan perhatian yang optimal.
9
10
10
11
11
12
5. Memberikan kesematan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahp ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau
menggunakan informasi baru secara indovidu atau kelompok.
6. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan
review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik
terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika
diperlukan.
7. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-
tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap
materi yang telah mereka pelajari.
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
bersifat tentative (belum pasti) dan belajar menghargai penjelasan atau solusi
alternatif.
17
18
Lebih lanjut, Wina Sanjaya menjelaskan strategi pembelajaran inkuiri akan efektif
apabila :
18
19
pelajaran, akan tetapi seajuh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan
sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan oleh siswa melalui prose
berfikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti,
oleh sebab itu setiap gagasan yang dikembangkan adalah gagasan yang dapat
ditemukan.
B.Prinsip Interaksi
C.Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru
sebgai penanya. Sebab, kemampuan siswa unuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir. Oleh sebab itu,
kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
Berbagai jeis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu
bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak,
bertanya untuk mengembagnkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berfikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak imbik,
19
20
E. Prinsip Keterbukaan
20
21
B. Merumuskan Masalah
Ketika rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh guru bekerja dengan
baik, maka dalam pemikiran siswa akan muncul pertanyaan-pertanyaan dan
permasalahan-permasalahan yang akan menjadi basis dan tujuan pembelajaran
tersebut. Jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa belum memenuhi
harapan guru, maka gurupun dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan
mengarahkan siswa pada "pertanyaan besar dan penting" yang seharusnya
menjadi tujuan pembelajaran itu. Memang tidaklah mudah bagi siswa untuk
merumuskan permasalahan secara baik jika mereka belum terbiasa dan terlatih.
Tetapi, memang seharusnyalah guru berusaha membuat mereka untuk memiliki
kemampuan ini. Kemampuan merumuskan masalah dalam pembelajaran inkuiri
sangat penting sebagai titik awal pembelajaran siswa. Pertanyaan dan
permasalahan yang baik akan membuat siswa benar-benar belajar, sehingga
mereka akan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang
sedang dipelajari.
C. Mengajukan Hipotesis
Selanjutnya, setelah siswa merumuskan masalah yang ingin dipelajari,
mereka kemudian diajak untuk bersama-sama merumuskan hipotesis. Perumusan
hipotesis didasarkan pada informasi-informasi yang selama ini telah mereka
miliki. Hipotesis ini nantinya harus diuji kebenarannya. Untuk melanjutkan
sampai tahap ini, tentunya terlebih dahulu siswa harus mengumpulkan data atau
informasi-informasi yang dibutuhkan dan relevan.
D. Mengumpulkan Informasi (Data)
Langkah ke-4 ini juga merupakan tahapan yang sangat penting. Pada tahap
keempat model pembelajaran inkuiri ini, siswa bersama kelompoknya harus
mengumpulkan sebanyak dan selengkap mungkin data dan informasi yang
dibutuhkan. Siswa dan kelompoknya juga harus memilah-milah informasi dan
data mana yang relevan dengan tujuan atau pemecahan masalah mereka.
Informasi dan data dikumpulkan dengan beragam metode dan sumber data yang
mungkin. Guru bukanlah sumber informasi utama, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitator sehingga semua kebutuhan siswa dan kelompoknya untuk
mengumpulkan data dan informasi yang lengkap dapat berjalan dengan baik.
21
22
22
23
Menurut Bruce Joyce dalam Wina Sanjaya (2006 : 205) inkuiri sosial
merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial subkelompok konsep
masyarakat. Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan
dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itulah siswa
harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan
persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu
akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.
23
24
sifat kehidupan sosial, terutama untuk melatih siswa agar hidup mandiri dalam
masyarakatnya.
24
25
b. Strategi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
c. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain adalah strategi ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.
2.2.6 Kekurangan
25
26
3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari data diatas menyimpulkan bahwa:
1. Menurut Roy Killen (1998), strategi pembelajaran eksositori adalah
strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi
pembelajaran secara verbal oleh guru kepada peserta didik. Berdasarkan
pengertian tersebut, Roy Killen (1998) menyebut strategi ekspositori ini
dengan istilah pembelajaran langsung (direct instruction). Yang memiliki
salahsatu kelebihan yaitu Dengan pembelajaran langsung, guru
mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa
sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai
oleh siswa. Disamping kelebihan, ada kelemahannya yaitu Dalam strategi
pembelajran ekspositori, sulit mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran, dan pemahaman, gaya belajar,
atau ketertarikan siswa.
2. Inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau
rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan
logis (Schmidt, 2003). Startegi pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi
oleh teori belajar kognitif dan konstruktivistik. Yang mana teori kognitif
adalah proses yang melibatkan mental dan pikiran dengan memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki, sedangkan teori konstruktivistik menegaskan
bahwa pengetahuan akan mempunyai makna jika dicari dan diselidiki
secara mandiri oleh siswa
3.2. SARAN
26
27
DAFTAR RUJUKAN
27