Anda di halaman 1dari 27

1

1. PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus di penuhi dalam


kehidupan. Tingginya suatu Sumber Daya Manusia di suatu Negara ,di tandai
dengan adanya pendidikan yang berkualitas.Pendidikan yang di maksud adalah
pendidikan formal yaitu adanya interaksi guru dengan peserta didik.Tujuan dari
pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang berilmu,bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,cakap,kreatif dan mandiri.

Guna mewujudkan tujuan dari pembelajaran maka di perlukan strategi


pembelajaran dan mendidik peserta didik.Strategi pembelajaran sangatlah banyak
salah satunya adalah strategi pembelajaran Expository Learning dan Inquiry
Learning.

Expository Learning adalah Menurut, strategi pembelajaran eksositori


adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi
pembelajaran secara verbal oleh guru kepada peserta didik. (Roy
Killen:1998).Sedangkan strategi pembelajaran Inquiry learning adalah strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses mencari dan menemukan.Materi
belajar tidak disampaikan secara langsung akan tetapi peserta didik harus
mencardan menemukan sedndiri materi belajar sedangkan guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing bagi peserta didik.

1
2

2. PEMBAHASAN
2.1 Expository Learning
2.1.1 Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori
Menurut Roy Killen (1998), strategi pembelajaran eksositori adalah strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi pembelajaran
secara verbal oleh guru kepada peserta didik. Berdasarkan pengertian tersebut,
Roy Killen (1998) menyebut strategi ekspositori ini dengan istilah pembelajaran
langsung (direct instruction). Sebutan lain bagi strategi ini adalah ceramah, dikte,
dialog, dan sejenisnya. Oleh karena itu, strategi ekspositori sering kali
diserupakan (tidak disamakan) dengan metode ceramah. Namun demikian,
ekspositori bukan semata-mata ceramah. Terdapat beberapa perbedaan yang
signifikan antara ceramah dengan ekspositori. Contoh penerapan strategi
pembelajaran ekspositori.
pada suatu ketika, seorang guru SKI mengajarkan materi pelajaran tentang
terjadinya perang Uhud. Guru tersebut becerita bagaimana kegigihan Rasullullah
SAW dan para sahabatnya melawan kaum kafir Quraisy. Kemampuan guru
membawakan cerita dengan suara jelas yang kadang meledak dan kadang
melemah membawa peserta didik seakan-akan mereka bagian dari cerita melawan
angkara murka kaum kafir yang menentang Islam. Suara guru menggelegar ketika
menceritakan bagaimana Hamzah dengan gagah berani memimpin perang diatas
kudanya sambil menghunus pedang. Sesekali tangannya menunjuk peta Jazirah
Saudi Arabia tempat peperangan itu terjadi. Suara guru kemudian melemah ketika
akhirnya sang Singan Paddang Pasir itu gugur syahid. Dengan gaya dan
keterampilan guru bertutur dalam membangkitkan emosi peserta didik. Selesai
guru bercerita, proses pembelajran dilanjutkan dengan tanya jawab, baik
mengenai latar belakang dan urutan kejadian hingga pecahnya perang Uhud,
tempat dan waktu kejadian, ataupun mengenai pendapat peserta didik tentang
peran dan perjuangan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, seperti Hamzah
sang Singa Padang Pasir yang berjuang habis-habisan membela Islam.
Berdasarkan contoh deskripsi diatas, jelas bahwa strategi pembelajaran
ekspositori bukan semata-mata ceramah, melainkan mengkombinasikan gerakan

2
3

tubuh dengan bahasa verbal, semangat belajar yang membara dan gaya
komunikatif yang menantang.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan aplikasi dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach). Melalui
strategi ini, guru atau pendidik menyampaikan materi pembelajaran secara
terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai
peserta didik dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik
(academic achievement) peserta didik. Tetapi strategi pembelajaran ekpositori
hanya bisa dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran,
menerangkan materi, memberikan contoh soal dan sejenisnya. Walaupun
demikian, kegiatan peserta didik tidak hanya mendengarkan, melainkan juga
membuat catatan dan mengerjakan soal-soal latihan. Bahkan peserta didik boleh
mengerjakan semua itu bersama dengan peserta didik yang lain. Misalnya,
seorang peserta didik mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya,
sedangkan seorang peserta didik yang lain diminta mengerjakan di papan tulis
atau di depan kelas.
Ketika peserta didik mengerjakan latihan, guru harus mengoreksi atau
memeriksa pekerjaan peserta didik tersebut dan menjelaskan kembali. Apabila
dpandang masih banyak pekerjaan peserta didik belum sempurna, maka akan
dijelaskan kembali oleh guru, sehingga peserta didik mengerti atau paham
terhadap materi pembelajaran tersebut.

2.1.2 Kecocokan Strategi Ekspositori dengan Materi Ajar


Perlu ditegaskan, bahwa tidak semua materi pelajaran dapat disampaikan
melalui strategi pembelajaran ekspositori. Artinya, strategi ini mempersyaratkan
hal-hal tertentu guna menunjang keberhasilan penerapan strategi pembelajaran
ekspositori. Berikut ini adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi guru atau
pendidik dalam menggunakan strategi pembelajaran ekspositori tersebut : 1)
Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi baru yang harus dipelajari
peserta didik. Misalnya, pada awal semester setiap guru pasti menyampaikan
materi baru kepada peserta didik. Dalam moment yang demkian ini, strategi
pembelajaran ekspositori sangat relevan digunakan. Di samping itu, materi baru

3
4

juga dapat dijumpai dalam tugas-tugas khusus, seperti kegiatan pemecahan


masalah atau untuk melakukan proses tertentu. Oleh karena itu, materi yang
disampaikan adalah materi-materi dasar seperti konsep-konsep dasar, prosedur,
atau rangkaian aktifitas, dan yang lainnya. 2) Materi pelajaran harus sesuai untuk
dipresentasikan. Artinya, materi pelajaran baru tersebut dipandang dari sifat dan
jenisnya memang hanya ,ingkin dapat dipahami oleh peserta didik ketika
disampaikan dalam bentuk ceramah atau ekspositori. 3) Penyampaian materi baru
harus mampu membangkitkan keingintahuan peserta didik, sehingga peserta didik
antusias menyimak dan rasa ingin tahunya terpuaskan. 4) Guru atau pendidik
harus mampu memperagakan atau mendemonstrasikan teknik atau prosedur baru
sesuai dengan materi yang disampaikan.
Selanjutnya, untuk menerapkan strategi pembelajran ekspositori dengan baik,
terdapat sejumlah prinsip yang dapat menjadi acuan.

1. Prinsip Berorientasi pada Tujuan


Walaupun strategi pembelajarn didominasi oleh ceramah, namun tidak berarti
proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah yang
harus menjadi pertimbangan utama dalan menggunakan strategi ini. Oleh karena
itu, sebelum strategi ini diterapkan, terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan
pembelajran harus dirumuskan dalam kompetensi yang harus dicapai oleh peserta
didik. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan spesifik
memungkinkan pendidik bisa mengontrol efektifitas penggunaan strategi
pembelajaran.
Terdapat anggapan bahwa strategi pembelajaran ekspositori tidak
memungkinkan peserta didik berpikir kritis, analitis dan sintetis. Hal ini ada
benarnya, namun bukan berarti menutup kemungkinan tersebut sepenuhnya.
Pertanyaan-pertanyaan kritis oleh pendidik kepada peserta didik ketika
menggunakan strategi pembelajaran ekspositori dapat meminimalisir anggapan
tersebut.

4
5

2. Prinsip Komunikasi
Pembelajaran strategi ekspositori berpegang teguh pada prinsip komunikasi.
Guru atau pendidik sebagai komunikator, sedangkan peserta didik sebagai
komunikan atau penerima pesan. Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini
adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, kemudian disampaikan melalui komunikasi.
Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan
pemindahan pesan (informasi) dari sumber atau komunikator (dalam hal ini
guru/pendidik) ke penerima pesan, yakni peserta didik. Proses pembelajaran atau
komunikasi dikatakan efektif jika pesan atau materi pelajaran dapat diterima oleh
penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, proses pembelajaran atau sistem
komunikasi dkatakan tidak efektif jika penerima pesan (peserta didik) tidak dapat
menangkap setiap pesan (materi pelajaran) yang disampaikan secara utuh. Prinsip
ini sekaligus menguatkan potensi nilai karakter (komunikatif) yang dapat
ditransformasikan dalam proses belajar mengajar melalui strategi pembelajaran
ekspositori.

3. Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar Koneksionisme, kesiapan merupakan salah satu hukum
belajar. Inti dari hukum belajar tersebut adalah bahwa setiap individu ajan
merespon dengan cepat dari setiap stimulus yang diberikan jika ia telah siap.
Sebaiknya, tidak mungkin setiap peserta didik akan merespon setiap stimulus
yang diberikan guru jika ia belum siap. Dalam konteks pembelajaran, dapat
dimaknai bahwa agar peserta didik dapat menerima informasi atau materi
pelajaran, terlebih dahulu mereka harus siap, baik secara fisik maupun psikis guna
menerima pelajaran. Jangan memulai pelajaran jika peserta didik belum siap
menerimanya.

4. Prinsip Berkelanjutan
Strategi pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong peserta didik untuk
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung
pada saat itu, tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Strategi pembelajarn

5
6

ekspositori yang berhasil adalah bila memalui proses penyampaian dapat


membawa peserta didik pada situasi ketidakseimbangan (disquilibrium), sehingga
mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan
melalui proses belajar mandiri.

Sintaks strategi pengajaran langsung disajikan dalam lima tahap, seperti


ditunjukkan pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Tahapan-tahapan Strategi Pengajaran Langsung

Fase Peran Guru


Fase 1 Guru menjelaskan tujuan
Menyampaikan tujuan dan pembelajaran, informasi latar belakang
mempersiapkan siswa pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2 Guru mendemonstrasikan
Mendemonstrasikan keterampilan dan keterampilan dengan benar, atau
pengetahuan menyajikan informasi tahap demi
tahap
Fase 3 Guru merencanakan dan memberi
Membimbing pelatihan bimbingan pelatihan awal
Fase 4 Mengecek apakah siswa telah berhasil
Mengecek pemahaman dan melakukan tugas dengan baik,
memberikan umpan balik memberi umpan
Fase 5 Guru mempersiapkan kesempatan
Memberikan kesempatan untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan
pelatihan lanjutan dan penerapan perhatian khusus pada penerapan
kepada situasi lebih kompleks dan
kehidupan sehari-hari

6
7

Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi
materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan
tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk
melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa.
Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu
mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan
atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Pengajaran
langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dipihak
guru agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau
isi didefinisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan
direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Menurut Kardi dan Nur, meskipun tujuan pembelajaran dapat langsung
direncanakan bersama oleh guru dan siswa, strategi ini terutama berpusat pada
guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memerhatikan, mendengarkan, dan
resitasi (tanya jawab) yang terencana. Hal ini tidak berarti pembelajaran bersifat
otoriter, dingin, dan tanpa humor. Hal ini berarti bahwa lingkungan berorientasi
pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil beajar dengan
baik.
Landasan penelitian dari strategi pengajaran langsung dan berbagai
komponennya, berasal dari macam-macam bidang. Meskipun demikian, data
penunjuk empirik yang paling jelas terhadap strategi pembelajaran langsung
berasal dari penelitian tentang kefektifan guru yang dilakukan pada tahun 1970-an
dan 1980-an.
Penelitian Stalling dan Kazkowitz, menunjukkan pentingnya waktu yang
dialokasikan pada tugas (time on task). Penelitian ini juga menyumbang dukungan
empirik penggunaan pengajaran langsung. Beberapa guru menggunakan metode-
metode yang sangat terstruktur dan formal, sedangkan guru-guru yang lain
menggunakan metode-metode yang informal. Stalling dan koleganya ingin
mengungkakan, manakah diantara program-program itu yang dapat berfungsi baik
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

7
8

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan rekan-rekannya


pada 1970-an misalnya, menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang
terorganisasikan dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan siswa (Time task
ratios) yang lebih tinggi daripada guru yang menggunakan pendekatan yang
kurang formal dan kurang terstruktur. Observasi terhadap guru-guru yang berhasil
menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menggunakan prosedur pengajaran
langsung.
Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik strategi
pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan
yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan
pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Bebrapa diantara tindakan-tindakan
tersebut dapat dijumpai pada strategi-strategi pengajaran yang lain, langkah-
langkah atau tindakan tertentu mrrupakan ciri khusus pengajaran langsung. Ciri
utama unik yang terlihat dalam melakukan suatu pengajaran langsung adalah
sebagai berikut:
1. Tugas-tugas Perencanaan
Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun strategi
pembelajaran ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang sberorientasi pada
penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, dan pendidikan
jasmani. Di samping itu, pengajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan
komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran sains dan sejarah.
Beberapa hal yang dilakukan berkaitan dengan tugas-tugas perencanaan,
adalah (1) merumuskan tujuan, (2) memilih isi, (3) melakukan analisis tugas, dan
(4) merencanakan waktu dan ruang.
Tugas perencanaan pada strategi pembelajaran langsung meliputi:
a. Merupakan tujuan
Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran yang relevan dengan
kurikulum.
b. Memilih isi
1) Guru harus mempertimbangkan berapa banyak informasi yang akan
diberikan kepada siswa dalam kurun waktu tertentu

8
9

2) Guru harus selektif dalam memilih konsep yang diajarkan dengan strategi
pembelajaran langsung
c. Melakukan analisis tugas
Dengan menganalisis tugas, akan membantu guru menentukan denhan tepat
apa yang perlu dilakukan siswa untuk melaksanakan ketreampilan yang akan
dipelajari.
d. Merencanakan waktu
Guru harus memperhatikan bahwa kurun waktu yang disediakan sepadan
dengan kemampuan dan bakat siswa, memotivasi siswa agar mengerjakan tugas
dengan perhatian yang optimal.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Strategi Pengajaran Langsung


Langkah-langkah pembelajaran strategi pengajaran langsung pada dasarnya
mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan
sebagai berikut.
a. Menyiapkan dan memotivasi siswa. Tujuan langkah awal ini untuk menarik
dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan
serta dalam pembelajaran itu.
b. Menyampaikan tujuan. Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu
mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan
serta dalam pelajaran.
c. Presentasi dan demonstrasi. Fase ini merupakan fase kedua pengajaran
langsung. Guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan
keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat
kejelasan demonstrasi informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola
demonstrasi yang efektif.
d. Mencapai kejelasan. Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan
bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik
kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar
mengajar.

9
10

e. Melakukan demonstrasi. Pengajaran langsung berpengaruh teguh pada asumsi


bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati
orang lain. belajar dengan meniru tngkah laku orang lain dapat menghemat
waktu, menghindari siswa dari belajar melalui trial and error.
f. Mencapai pemahaman dan penguasaan. Untuk menjamin agar siswa akan
mengamati tingkah laku tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru
perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap
demonstrasi, ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu
yang didemonstrasikan juga benar.
g. Berlatih. Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan
latihan yang intensif dan memerhatikan aspek-aspek penting dari
keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
h. Memberikan latihan terbimbing. Salah satu tahap penting dalam pengajaran
langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan
terbimbing. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan
memungkinkan siswa menetapkan konsep atau keterampilan pada situasi
yang baru. Menurut Kardi dan Nur (dalam buku Pengajaran Langsung. Hal
35-36) ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam
menerapkan dan melakukan pelatihan.
1) Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna.
2) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep
dan keterampilan yang dipelajari.
3) Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan
terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
kejenuhan pada siswa.
4) Mempersiapkan tahap-tahapan awal pelatihan, yang mungkin saja siswa
melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa
disadari.
i. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Tahap ini kadang-
kadang juga disebut tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa
pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberikan respon

10
11

terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini memerlukan aspek penting dalam


pengajaran langsung, karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak dapat
memberikan manfaat bagi pembelajaran.
j. Memberikan kesempatan latihan mandiri. Pada tahap ini, guru memberikan
tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh
secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan secara pribadi di rumah atau di luar
jam pelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
memberikan tugas mandiri adalah sebagai berikut:
1) Tugas yang diberikan bukan merupakan tugas kelanjutan dari proses
pembelajarn, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajarna
berikutnya.
2) Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang
tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di rumah.
3) Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan
kepada siswa di rumah.

Di lain pihak, Slavin dalam buku Educational Psicology mengemukakan


tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut,
1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.
Dalam tahap ini, guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan
kinerja siswa yang diharapkan.
2. Mereview pengetahuan dan keterampilam prasyarat. Dalam tahap ini, guru
mengajukan pertanyaan untuk mengungkapkan pengetahuan dan
keterampilan yang telah dikuasai siswa.
3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materu,
menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemonstrasian
konsep-konsep, dan sebagainya.
4. Melaksanakan bimbingan, bimbingan dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkay pemahaman siswa dan
mengoreksi kesalahan konsep.

11
12

5. Memberikan kesematan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahp ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau
menggunakan informasi baru secara indovidu atau kelompok.
6. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan
review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik
terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika
diperlukan.
7. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-
tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap
materi yang telah mereka pelajari.

Adapun contoh strategi pembelajaran langsung sebagai berikut.


1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus, informasi latar belakang
pelajaran, pentingnya pelajaran, (memotivasi siswa) dan mempersiapkan
siswa untuk belajar
2. Guru mendemonstrasikan pelajaran dengan benar, atau menyajikan informasi
setahap demi setahap.
3. Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Dalam memberi
pelatihan bimbingan guru perlu :
a. Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna
b. Memberikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep atau
keterampilan yang dipelajari
c. Memperhatikan tahap-tahap pelatihan
4. Guru mengecek kemampuan siswa seperti memberi kuis terkini dan memberi
umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa
5. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan
perhatian khusus pada penerapan situasi yang lebih kompleks dan dalam
kehidupan sehari-hari

12
13

2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori


Strategi pembelajaran ekspositori memiliki keunggulan, diantaranya adalah
sebagi berikut.
1. Dengan pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan
urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil
3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehinggga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan
4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur
5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi
rendah
6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam
waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh
siswa.
7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai
mata pelajaran (melalui prestasi yang antusias) yang dapat merangsang
ketertarikan dan antusiasme siswa.
8. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan
informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak
memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi
9. Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk
menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stress bagi
siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak
memilikipengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa, berpartisipasi,
dan dipermalukan.
10. Strategi pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun
strategi pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat

13
14

menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana


informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
11. Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan cara-cara disipliner
dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-
perspektif alternatif yang menyadarkan siswa akan keterbatasan
perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari
12. Strategi pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar
(misalnya, ceramah) dan mengamati (misalnya, demonstrasi) dapat
membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
13. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak
tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan
dan hasil-hasil penelitian terkini
14. Strategi pembelajaran ekspositori (terutama demonstrasi) dapat
memberikan siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang
terdapat diantara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan
yang mereka lihat)
15. Domonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil
dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini
penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau
keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
16. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi
apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
17. Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru
sehingga guru dapat terus-menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

Disamping memiliki kelebihan, strategi pembelajaran ekspositori juga tidak lepas


dari kelemahan. Beberapa kelemahan strategi pembelajaran ekspositori sebagai
berikut.
1. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati,
dan mencatat. Oleh karena tidak semua siswa memiliki keterampilan
dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa

14
15

2. Dalam strategi pembelajran ekspositori, sulit mengatasi perbedaan dalam


hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran, dan
pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
3. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara
aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka.
4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi
pembelajaran ini bergantung pada citra guru. Jika guru tidak tampak siap,
berpengatahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur siswa dapat menjadi
bosan, teralihkan perhatiannya dan pembelajaran mereka akan terhambat
5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali
guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik
dalam strategi pembelajaran langsung , dapat berdampak negatif terhadap
kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
6. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi
guru. Kmunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang
buruk pula dan strategi pembelajaran langsung membatasi kesempatan
guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif
7. Jika materi yang disampaikan bersikap kompleks, rinci, atau abstrak,
model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa
kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang
disampaikan
8. Strategi pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru
mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat
dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan
untuk mendebat cara pandang ini.
9. Jika strategi pembelajaran ekspositori tidak banyak melibatkan siswa,
siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan
mengingat sedikit isi materi yang disampaikan
10. Jika terlalu sering digunakan, strategi pembelajaran ekspositori akan
membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua

15
16

yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa


tanggungjawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
11. Karena strategi pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi
satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai
pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah
paham.
12. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa.
Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat
melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

2.2. STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI BERMUATAN


KARAKTER

2.2.1 Pengertian strategi pembelajaran inkuiri


Istilah Inquiry berasal dari kata inkuiri yang berarti pertanyaan atau
penyelidikan (Wina Sanjaya 2007). Pembelajaran Inkuiri adalah pembelajaran
yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga
peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Strategi pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama
Suchman. Dia meyakini bahwa anakanak merupakan individu yang penuh rasa
ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan
secara langsung kepada mereka. Berikut ini adalah postulat yang diajukan oleh
Suchman untuk mendukung teori pembelajaran ini yaitu:

a. Secara ilmiah manusia mempunyai kecendrungan untuk selalu mencari tahu


akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya.
b. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan
akan belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya.
c. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan
ditambahkan/digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa.
d. Penelitian kooperatif (cooveratif inquiry) dapat memperkaya kemampuan
berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa

16
17

bersifat tentative (belum pasti) dan belajar menghargai penjelasan atau solusi
alternatif.

Pembelajaran inkuiri dibangun dengan asumsi bahwa sejak lahir manusia


memiliki dorongan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Rasa tersebut merupakan
kodrat sejak lahir ke dunia. Keingintahuan manusia tersebut terus menerus
berkembang hingga dewasa seiring berkembangnya otak atau pemikiran.
Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong peserta didik untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tau
mereka. Strategi inkuiri pada prinsipnya tidak hanya mengajarkan siswa untuk
memahami dan mendalami materi, tetapi juga ingin mengembangkan kemampuan
menguasai materi melalui proses berpikir yang baik. Strategi ini berasumsi bahwa
manusia pada dasarnya mempunyai kodrat rasa ingin tahu yang besar tentang
alam dan lingkungan sekitarnya. Dari sini lah strategi pembelajaran inkuiri itu
dikembangkan. Startegi pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh teori
belajar kognitif dan konstruktivistik. Yang mana teori kognitif adalah proses yang
melibatkan mental dan pikiran dengan memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki, sedangkan teori konstruktivistik menegaskan bahwa pengetahuan akan
mempunyai makna jika dicari dan diselidiki secara mandiri oleh siswa.

Bagi Piaget, perkembangan mental intelektual dipengaruhi empat faktor.


Pertama, maturation atau yang disebut dengan kematangan yang mana berkaitan
dengan proses perkembangan fisiologis anak, lebih-lebih proses perkembangan
struktur otak manusia. Kedua, tindakan-tindakan fisik yang melibatkan aktivitas
pikiran, seperti pengalaman yang bisa diolah menjadi pengetahuan. Ketiga,
aktivitas yang berhubungan dengan orang lain. Ini berpengaruh bagi
perkembangan mental anak. Anak akan berhadapan dengan bentuk baru yang
berbeda dengan dirinya dalam berbagai aspek, dan juga dapat memperkaya
perbendaharaan bahasa dan mengurangi egosentrisnya yang mana ego akan
menghilang setelah mengetahui bahwa begitu banyak orang yang mempunyai

17
18

prinsip berbeda dengan dirinya. Keempat, proses penyesuaian antara pengetahuan


yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang baru didapatkan.

Lebih lanjut, Wina Sanjaya menjelaskan strategi pembelajaran inkuiri akan efektif
apabila :

Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu


permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi
pembelajaran inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama
pembelajaran, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
Jika bahan pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemauan dan kemampuan berfikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil
diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemamapuan untuk berfikir.
Jika jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan
oleh guru.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.

2.2.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri

A.Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan


berfikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada
hasil belajar juga berorientasi pada proses pembelajaran dengan menggunakan
strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi

18
19

pelajaran, akan tetapi seajuh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan
sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan oleh siswa melalui prose
berfikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti,
oleh sebab itu setiap gagasan yang dikembangkan adalah gagasan yang dapat
ditemukan.

B.Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi


antra siswa meupun interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa mengembangkan kemampau
berfikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi
pekerjaanmudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat oleh kondisi
interaksi itu sendiri. Misalnya interaksi hanya berlangsung pada siswa yang hanya
berlangsung antar siswa yang mempunyai kemampuan berbicara saja walaupun
pada kenyataan pemahaman siswa tentang substansi permasalahan yang diberikan
sangat kurang; atau guru justru menanggalkan peran sebagai pengatur interaksi itu
sendiri.

C.Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru
sebgai penanya. Sebab, kemampuan siswa unuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir. Oleh sebab itu,
kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
Berbagai jeis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu
bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak,
bertanya untuk mengembagnkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.

D. Prinsip Belajar untuk Berfikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berfikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak imbik,

19
20

maupun otak neokortek. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan


pengunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan
otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berfikir logis dan rasional, akan
membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Oleh karena itu, belajar berfikir
logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan
memasukkan unsur-unsur yang dapat memerangi emosi, yaitu unsur estetika
melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

E. Prinsip Keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala


sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan
untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika nalarnya.
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran
hipotesis yang diajukannya.

2.2.3 Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran Inkuiri

Selama melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri, guru dapat menerapkan


langkah-langkah berikut sebagai bentuk model pembelajaran yang disebut model
pembelajaraninkuiri.
A. Orientasi terhadap Masalah
Beragam cara dan variasi dapat dilakukan guru agar dapat
mengorientasikan siswa kepada suatu permasalahan.Seringkali siswa tidak
menyadari pada suatu keadaan atau fenomena sesungguhnya terdapat suatu
permasalahan, atau sesuatu yang dapat dijadikan pertanyaan untuk dipelajari
secara lebih mendalam.Untuk mengorientasikan siswa terhadap masalah ini, guru
harus memiliki kreativitas sehingga stimulus atau rangsangan yang diberikan
benar-benar menarik bagi siswa.Rasa ingin tahu akan suatu hal akan membimbing
siswa terhadap suatu permasalahan untuk dipelajari bersama-sama di kelas atau
kelompoknya.

20
21

B. Merumuskan Masalah
Ketika rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh guru bekerja dengan
baik, maka dalam pemikiran siswa akan muncul pertanyaan-pertanyaan dan
permasalahan-permasalahan yang akan menjadi basis dan tujuan pembelajaran
tersebut. Jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa belum memenuhi
harapan guru, maka gurupun dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan
mengarahkan siswa pada "pertanyaan besar dan penting" yang seharusnya
menjadi tujuan pembelajaran itu. Memang tidaklah mudah bagi siswa untuk
merumuskan permasalahan secara baik jika mereka belum terbiasa dan terlatih.
Tetapi, memang seharusnyalah guru berusaha membuat mereka untuk memiliki
kemampuan ini. Kemampuan merumuskan masalah dalam pembelajaran inkuiri
sangat penting sebagai titik awal pembelajaran siswa. Pertanyaan dan
permasalahan yang baik akan membuat siswa benar-benar belajar, sehingga
mereka akan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang
sedang dipelajari.
C. Mengajukan Hipotesis
Selanjutnya, setelah siswa merumuskan masalah yang ingin dipelajari,
mereka kemudian diajak untuk bersama-sama merumuskan hipotesis. Perumusan
hipotesis didasarkan pada informasi-informasi yang selama ini telah mereka
miliki. Hipotesis ini nantinya harus diuji kebenarannya. Untuk melanjutkan
sampai tahap ini, tentunya terlebih dahulu siswa harus mengumpulkan data atau
informasi-informasi yang dibutuhkan dan relevan.
D. Mengumpulkan Informasi (Data)
Langkah ke-4 ini juga merupakan tahapan yang sangat penting. Pada tahap
keempat model pembelajaran inkuiri ini, siswa bersama kelompoknya harus
mengumpulkan sebanyak dan selengkap mungkin data dan informasi yang
dibutuhkan. Siswa dan kelompoknya juga harus memilah-milah informasi dan
data mana yang relevan dengan tujuan atau pemecahan masalah mereka.
Informasi dan data dikumpulkan dengan beragam metode dan sumber data yang
mungkin. Guru bukanlah sumber informasi utama, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitator sehingga semua kebutuhan siswa dan kelompoknya untuk
mengumpulkan data dan informasi yang lengkap dapat berjalan dengan baik.

21
22

Siswa akan lebih banyak membaca secara mandiri, mengumpulkan bahan-bahan


yang dibutuhkan dari internet, melakukan eksperimen-eksperimen kecil dan
sebagainya.
E. Menguji Hipotesis
Setelah berkutat dengan beragam sumber belajar (sumber informasi) yang
tersedia dan sumber data yang ada, siswa kemudian akan diajak untuk memproses
data dan informasi yang diperoleh. Mereka dapat belajar mengorganisasikan data
ke dalam tabel-tabel, daftar-daftar, atau ringkasan yang akan mempermudah
mereka dalam menguji kebenaran hipotesis yang telah mereka susun dilangkah
sebelumnya. Di sini mungkin saja terjadi semacam perbedaan antara informasi
yang baru mereka peroleh dengan informasi yang telah mereka miliki
sebelumnya. Proses berpikir kreatif, kritis, dan analitis akan dibutuhkan di tahap
ini, sehingga mereka dapat menguji hipotesis.
F. Menyimpulkan
Pada akhir langkah model pembelajaran inkuiri, siswa kemudian akan
dapat membuat kesimpulan mereka masing-masing tentang hasil pengujian
hipotesis yang telah dilakukan. Bisa saja dari pembelajaran yang baru mereka
lakukan mereka ternyata mendapati bahwa informasi lama yang telah mereka
sebenarnya informasi yang keliru, atau dapat pula sebaliknya, di mana informasi
baru yang mereka peroleh semakin memperkuat informasi yang telah mereka
miliki itu. Atau dengan kata lain, mereka dapat lebih dalam memahami hal
tersebut dibanding sebelumnya.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini


memungkinkan siswa mempunyai kedalaman pemahaman akan suatu hal yang
mereka pelajari, dan ini terjadi secara kontruktif di mana mereka membangun
sendiri pengetahuan baru di atas fondasi pengetahuan yang sebelumnya telah
mereka punyai.

22
23

2.2.4 Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial

Pada awalnya strategi pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu


alam. Namun para ahli pendidikan ilmu sosial mengadopsi strategi inkuiri yang
kemudian dinamakan inkuiri sosial. Hal ini didasarkan pada asumsi pentingnya
pembelajaran IPS pada masyarakat yang semakin cepat berubah, seperti yang
dikemukakan oelh Robert A. Wilkinds dalam Wina Sanjaya (2006: 205) yang
menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus mengalami
perubaha, pengajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berpikir.
Terjadinya ledakan pengetahuan menuntut perubahan pola mengajar dari yang
hanya sekedar mengingat fakta yang biasanya dilakukan melalui strategi
pembelajaran dengan metode kuliah (lecture) atau dengan metode latihan (drill)
dalam pola tradisional, menjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis.
Strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir itu
adalah strategi inkuiri sosial.

Menurut Bruce Joyce dalam Wina Sanjaya (2006 : 205) inkuiri sosial
merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial subkelompok konsep
masyarakat. Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan
dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itulah siswa
harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan
persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu
akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.

Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang


berorientasi kepada pengalaman siswa. Menurut Joyce, lebih dari satu abad istilah
inkuiri mengandung makna sebagai salah satu usaha ke arah pembaharuan
pendidikan. Namun demikian, istilah inkuiri sering digunakan dalam bermacam-
macam arti. Ada yang menggunakannya berhubungan dengan strategi mengajar
yang berpusat pada siswa, ada juga yang menghubungkan istilah inkuiri dengan
mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan dan merefleksikan sifat-

23
24

sifat kehidupan sosial, terutama untuk melatih siswa agar hidup mandiri dalam
masyarakatnya.

Selanjutnya adaa tiga karekteristik pengembangan strategi inkuiri sosial.


Pertama, adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan
dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya rumusan hipitesis
sebagai fokus untuk inkuiri. Ketiga, penggunaan fakta sebagai pengujian
hipotesis.
2.2.5. Kelebihan
Beberapa keunggulan metode inkuiri yaitu:
a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif.
b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat
dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.
c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar
lebih giat lagi.
d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan
dan minat masingmasing.
e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan
peran guru yang terbatas.
Strategi pembelajaran ini tidak hanya mengandalkan hasil, tetapi juga melibatkan
proses. Strategi ini juga mengedepankan pengasahan potensi yang sesuai dengan
bakat dan minat anak. Strategi ini menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dan juga sangat memperhatikan gaya belajar tiap-tiap siswa saat
mampu melayani siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata.
Dalam sumber lain, ada beberapa kelebihan dari strategi pembelajaran inkuiri ini,
ialah:
a. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor
secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna.

24
25

b. Strategi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
c. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain adalah strategi ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.

2.2.6 Kekurangan

Beberapa kelemahan metode inkuiri yaitu:


a. Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani
dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
b. Keadaan kelas di kita kenyataannya banyak jumlah siswanya, maka strategi
ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.
c. Guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan PBM gaya lama maka metode
inkuiri ini akan mengecewakan.
d. Ada kritik, bahwa proses dalam metode inkuiri terlalu mementingkan proses
pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan
keterampilan bagi siswa.
Di samping itu, dalam sumber lain, terdapat kekurangan lain, yaitu:
a. Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikan memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan
oleh setiap guru.

25
26

3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari data diatas menyimpulkan bahwa:
1. Menurut Roy Killen (1998), strategi pembelajaran eksositori adalah
strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi
pembelajaran secara verbal oleh guru kepada peserta didik. Berdasarkan
pengertian tersebut, Roy Killen (1998) menyebut strategi ekspositori ini
dengan istilah pembelajaran langsung (direct instruction). Yang memiliki
salahsatu kelebihan yaitu Dengan pembelajaran langsung, guru
mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa
sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai
oleh siswa. Disamping kelebihan, ada kelemahannya yaitu Dalam strategi
pembelajran ekspositori, sulit mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran, dan pemahaman, gaya belajar,
atau ketertarikan siswa.
2. Inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau
rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan
logis (Schmidt, 2003). Startegi pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi
oleh teori belajar kognitif dan konstruktivistik. Yang mana teori kognitif
adalah proses yang melibatkan mental dan pikiran dengan memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki, sedangkan teori konstruktivistik menegaskan
bahwa pengetahuan akan mempunyai makna jika dicari dan diselidiki
secara mandiri oleh siswa
3.2. SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

26
27

DAFTAR RUJUKAN

Darmawan Deni, 2013, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung:


Remaja Rosdakarya Offset

Fathurrohman Muhammad, Model-model Pembelajaran Inovatif, Jogjakarta: Ar-


Ruz Media

27

Anda mungkin juga menyukai