Pembelajaran micro teaching pada awalnya dilakukan di Stanford University, USA pada
tahun 1963. Micro teaching dilakukan sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan kualitas guru
profesional. Di Indonesia micro teaching mulai diperkenalkan oleh beberapa lembaga pendidikan
tinggi, antara lain IKIP Yogyakarta, IKIP Bandung, IKIP Ujung Pandang, FKIP Universitas Kristen
Satyawacana. Pada Mei 1977 diadakan seminar untuk merekomendasikan pembelajaran mikro
dimasukkan dalam silabus dan kurikulum pada lembaga pendidikan guru (Asril, 2011).
Micro teaching adalah suatu metode latihan yang dirancang sedemikian rupa untuk
memperbaiki keterampilan mengajar calon guru dan mengembangkan pengalaman profesional guru
khususnya keterampilan mengajar dengan cara menyederhanakan atau memperkecil aspek
pembelajaran seperti jumlah murid, waktu, fokus bahan ajar dan membatasi penerapan keterampilan
mengajar tertentu, sehingga guru dapat diketahui keunggulan dan kelemahan pada diri guru secara
akurat.
Berikut definisi dan pengertian micro teaching dari beberapa sumber buku:
Menurut Sukirman (2012), micro teaching adalah sebuah pembelajaran dengan salah satu
pendekatan atau cara untuk melatih penampilan mengajar yang dilakukan secara micro atau
disederhanakan. Penyederhanaan disini terkait dengan setiap komponen pembelajaran, misalnya
dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan,
penggunaan metode dan media pembelajaran, dan unsur-unsur pembelajaran lainnya.
Menurut Barnawi dan Arifin (2016), micro teaching adalah metode yang digunakan di lingkungan
pendidikan guru dan lingkungan belajar mengajar lainnya. Dalam micro teaching sekelompok
calon guru berlatih untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar mengajar, mempraktikan
kegiatan mengajar, dan berdiskusi untuk membahas tentang masalah-masalah yang ditemukan.
Proses belajar mengajar direkam dalam sebuah video dengan pantauan dosen pembimbing. Calon
guru saling bertukar peran, ada suatu saat menjadi guru dan ada pula yang suatu saat menjadi
siswa. Cara seperti ini telah digunakan di banyak lembaga pendidikan guru.
Menurut Asril (2011), micro teaching adalah sebuah model pengajaran yang dikecilkan atau
disebut juga dengan real teaching. Jumlah pesertanya berkisar antara 5 - 10 orang, ruang kelasnya
terbatas, waktu pelaksanaannya berkisar antara 10 dan 15 menit, terfokus kepada keterampilan
mengajar tertentu, dan pokok bahasannya disederhanakan.
Menurut Helmiati (2013), micro teaching adalah penguasaan ketrampilan dasar mengajar, guru
perlu berlatih secara parsial artinya tiap-tiap komponen keterampilan dasar mengajar perlu
dikuasai secara terpisah-pisah. Adapun yang dikecilkan dan disederhanakan adalah jumlah siswa 5
- 10 orang, waktu mengajar 5 - 10 menit, bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua hal yang
sederhana dan ketrampilan mengajar difokuskan beberapa ketrampilan khusus saja.
Menurut Hasibuan, Ibrahim dan Toemial (2014), micro teaching adalah metode latihan
penampilan dasar mengajar yang dirancang secara jelas mengisolasi bagian-bagian komponen dan
proses mengajar sehingga guru atau calon guru dapat menguasai satu persatu ketrampilan dasar
mengajar dalam situasi yang disederhanakan.
b. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan adalah suatu keterampilan menyajikan bahan belajar yang
diorganisasikan secara sistematis sebagai suatu kesatuan yang berarti, sehingga mudah dipahami para
peserta didik. Kegiatan menjelaskan memiliki tiga komponen, yaitu penyampaian pesan (sender),
pihak yang dituju (receiver), dan pesan (message). Tujuan menjelaskan tidak untuk membuat siswa
hafal, tetapi membuat siswa menjadi memahami apa yang sedang dipelajari. Penjelasan itu harus
berkesan dan bermakna bagi siswa. Sebelumnya perlu dilakukan perencanaan dengan baik dan
memerhatikan isi materi serta kondisi siswa, kemudian isi materi perlu disajikan dengan teknik yang
tepat agar mudah dipahami. Bisa dengan pengarahan, bahasa yang sederhana, ataupun ilustrasi.
e. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban atau
balikan dari orang lain. Setiap pengajaran, evaluasi, pengukuran, dan penilaian dilakukan dengan
pertanyaan. Pertanyaan yang baik akan menuntun jawaban yang sesungguhnya dan pertanyaan yang
buruk akan menjauhkan kita dari jawaban yang memuaskan. Tujuan keterampilan bertanya agar
peserta didik bisa termotivasi untuk terlibat dalam interaksi belajar, berani mengutarakan pendapat,
dan mampu meningkatkan pola berfikir peserta didik.
a. Tahap I (kognitif)
Tahap pertama, mahasiswa calon guru atau praktikan dibimbing untuk memahami dan mendalami
serta memiliki gambaran secara umum konsep dan makna keterampilan dasar mengajar dalam proses
belajar mengajar, menggunakan secara tepat, menyinergikan keterampilan satu dan lainnya serta
ketepatan kapan dan dalam kondisi yang bagaimana keterampilan satu dan lainnya digunakan pada
tahap ini idealnya para calon guru selain diperkenalkan pada konsep-konsep secara teoritis juga harus
melihat contoh-contoh penerapan teori tersebut secara praktis melalui tayangan video aplikasi teori
tersebut. Dengan demikian, para mahasiswa calon guru atau praktekkan dapat menyinergikan
pengetahuan mereka untuk digunakan pada realita pengajaran yang dipadukan dengan keterampilan
dasar mengajar.
b. Tahap II (pelaksanaan)
Tahap kedua ini, para mahasiswa calon guru atau praktekkan secara nyata mempraktekkan
keterampilan dasar mengajar secara berulang, dengan harapan jika praktekkan sudah berulang kali
melakukan praktik akan mengetahui kekurangannya pada keterampilan yang mereka pelajari untuk
dikuasai dan terampil untuk menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Pada tahapan ini
praktekkan sudah dapat mempersiapkan perangkat pembelajaran mulai dari RPP, media yang akan
digunakan dan segala sesuatu yang dipersyaratkan bagi guru yang profesional dimasa mendatang.
c. Tahapan III (balikan)
Tahap ketiga ini merupakan kilas balik praktekkan dengan mempelajari hasil dari observasi teman
sejawat yang akan memberikan informasi setelah melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan
praktik mengajar. Para rekan sejawat dan dosen pembimbing atau dosen luar biasa akan memberikan
penilaian berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan praktekkan yang selanjutnya akan didiskusikan
dan sebagai bahan untuk memperbaiki kinerja sebagai calon guru yang profesional.
Daftar Pustaka
Asril, Zainal. 2011. Micro Teaching. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukirman, Dadang. 2012. Pembelajaran Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Kementrian Agama.
Helmiati. 2013. Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.
Barnawi dan Arifin, M. 2016. Micro Teaching: Teori dan Pengajaran yang Efektif dan
Kreatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hasibuan, Ibrahim dan Toemial. 2014. Praktek Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Halimah, Leli. 2017. Keterampilan Mengajar sebagai Inspiransi untuk Menjadi Guru yang
Excellent di Abad Ke-21. Bandung: Rafika Aditama.