Pendekatan Discovery merupakan pendekatan mengajar yang memanfaatkan proses mental dimana terdapat proses “penemuan” yang dilakukan oleh siswa selama pembelajarannya. Pada kegiatan discovery masalah diberikan dari guru ke siswa. Siswa disuruh memecahkan masalah yang telah diberikan melalui percobaan. Sund (1973) berpendapat bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut adalah mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan lain sebagainya. Amin dalam Mulyasa (2008) menjelaskan bahwa pengajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses-proses discovery Pada pendekatan inquiry, siswa mengajukan masalah sendiri sesuai dengan pengarahan guru. Inquiry dianggap sebagai perluasan dari konsep discovery. Keterampilan mental pada pembelajaran Inquiry dituntut lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran secara discovery, sebagai contoh yaitu: siswa diarahakan untuk mampu merancang dan melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode diskusi dan pemberian tugas (resitasi). Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil siswa (antara 3-5 orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Garton (Nurhaeni. Dkk, 2008) bahwa pembelajaran dengan pendekatan Inquiri memiliki 5 komponen yang umum yaitu: 1. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. 2. Student Engangemen. Dalam pendekatan Inquiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari suatu konsep. 3. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. 4. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. 5. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. Karakteristik Pembelajaran Discovery -Inquiry Pembelajaran discovery-inquiry menekankan pada proses berpikir siswa secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dikemukakan. Ciri utama pembelajaran discovery-inquiry adalah sebagai berikut: 1. Menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Siswa berperan sebagai subyek dalam belajar tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran dari guru. 2. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa secara mandiri diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri (self believe). Dalam hal ini guru tidak berperan sebagai sumber belajar satu-satunya, tetapi lebih sebagai seorang fasilitator dan motivator belajar siswa. 3. Tujuan utama pembelajaran discovery-inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara sistematis, logis, kritis, dan mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari mental. Model pembelajaran discovery-inquiry dapat dilaksanakan secara efektif jika memenuhi beberapa kriteria dianataranya yaitu: 1. Proses belajar merupakan hal yang paling utama dalam proses pembelajaran discovery-inquiry, sehingga penguasaan materi bukanlah tujuan utama dalam pada pembelajaran 2. Bahan pelajaran yang diajarkan bukanlah materi yang berbentuk fakta dan memiliki jawaban yang pasti, akan tetapi sebuah kesimpulan yang membutuhkan pembuktian 3. Proses belajar berangkat dari rasa ingin tahu siswa 4. Siswa memiliki keinginan dan keterampilan berpikir 5. Jumlah siswa tidak terlalu banyak 6. Memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan pembelajaran.
Prinsip Penerapan Pembelajaran Discovery-inquiry
Dalam penggunaan model pembelajaran ini terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip tersebut adalah (Roestiyah, 1998): a) Berorientasi pada pengembangan intelektual Dalam Discovery-Inquiry, siswa dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Maka selain mengacu pada hasil belajar, model pembelajaran ini juga mengacu pada proses belajar itu sendiri. Sesuatu yang ditemukan adalah sesuatu yang ditemukan melalui proses dan bukan sesuatu yang sudah pasti b) Interaksi Dalam pembelajaran tentu harus ada proses interaksi. Pada prinsip ini guru harus mampu mengatur interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan lingkungannya. c) Bertanya Dalam prosesnya, guru bertugas sebagai penanya. Oleh sebab itu dibutuhkan kemampuan dalam menyusun dan mengemukakan pertanyaan dengan baik. Pertanyaan yang diberikan dimaksudkan untuk membimbing siswa dalam menemukan inti dari permasalahan yang diajukan d) Belajar untuk berpikir Proses berpikir adalah proses pengembangan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir melatih untuk memanfaatkan dan menggunakan otak secara maksimal e) Keterbukaan Belajar adalah proses mencoba berbagai kemungkinan. Artinya segaa sesuatu mungkin terjadi. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis secara terbuka untuk membenarkan hipotesis yang diajukan
Sund dan Trow Bridge mengemukakan bahwa terdapat tiga macam metode pembelajaran Discovery-inquiry, sebagai berikut (Mulyasa, 2004): a) Inquiry Terpimpin (Guide Inquiry): Dalam inquiry terpimpin, siswa memperoleh pedoman sesuai yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. b) Inquiry Bebas (Free Inquiry):Pada inquiry bebas ini siswa melakukan penelitian sendiri layaknya seorang ilmuwan. Siswa harus mampu mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topic yang akan diselidiki. c) Inquiry Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry): Pada pembelajaran discovery-inquiry ini, guru memberikan permasalahan atau problem, selanjutnya siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran discovery-inquiry secara garis besar adalah stimulasi (stimulation), perumusan masalah (problem statement), pengumpulan data (data collection), analisis data (data processing), verifikasi (verification), dan generalisasi (generalization). Berikut ini adalah penjelasan langkah- langkah penerapan pembelajaran discovery-inquiry (Djamarah, 2006): a. Stimulasi (Stimulation) : Tahap ini disebut juga sebagai tahap orientasi, dimana guru menyajikan topik melalui simulasi atau ilustrasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih tertarik dalam mempelajari materi tersebut. Pada tahap ini juga guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. b. Merumusan masalah (Problem Statement) : Merumusakan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki untuk dipecahkan. c. Pengumpulan Data (Data Collection): Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkann untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada langkah ini siswa dilatih untuk mengumpulkan data yang merupakan proses dalam pengembangan intelektual. Siswa bisa mengumpulkan data melalui referensi (studi pustaka) atau melalui media lain yang mendukung. Dalam proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, namun juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya a. Analisis Data (processing Data) Pada langkah ini siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan atau memproses data yang didapat dari langkah sebelumnya b. Verifikasi (Verification) Pada langkah ini melatih siswa dalam hal keyakinan dalam menetukan jawaban yang telah dibuktikan. Artinya, siswa dilatih untuk berpikir rasional dengan mampu membuktikan kebenaran jawaban dengan argumentasi dan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan c. Generalisasi (Generilization) Pada langkah ini, siswa membuat kesimpulan yang dihasilkan dari data yang diperoleh. Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis
Metode pembelajaran discovery-inquiry memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan metode pembelajaran discovery-inquiry dapat mengembangkan konsep yang mendasar pada diri siswa, daya ingatan siswa akan lebih baik, dan dapat mengembangkan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajarnya, serta melatih siswa untuk belajar sendiri. Metode pembelajaran discovery-inquiry ini akan dapat membantu tercapainya tujuan pengajaran yang diinginkan oleh pengajar. Kelemahan metode ini bagi para pendidik dituntut benar-benar menguasai konsep-konsep dasar, harus pandai menstimulus siswa, tujuan yang diinginkan harus benar-benar jelas serta pendidik dituntut untuk memberi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengarahkan pada tujuan.