Anda di halaman 1dari 4

Resume 6 : Pembelajaran Discovery-Inquiry

Hakikat Pembelajaran Discovery-inquiry


Pendekatan Discovery merupakan pendekatan mengajar yang memanfaatkan
proses mental dimana terdapat proses “penemuan” yang dilakukan oleh siswa selama
pembelajarannya. Pada kegiatan discovery masalah diberikan dari guru ke siswa. Siswa
disuruh memecahkan masalah yang telah diberikan melalui percobaan. Sund (1973)
berpendapat bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi
sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut adalah mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan lain sebagainya. Amin dalam Mulyasa (2008) menjelaskan bahwa
pengajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin
siswa dapat mengembangkan proses-proses discovery
Pada pendekatan inquiry, siswa mengajukan masalah sendiri sesuai dengan
pengarahan guru. Inquiry dianggap sebagai perluasan dari konsep discovery.
Keterampilan mental pada pembelajaran Inquiry dituntut lebih tinggi dibandingkan
dengan pembelajaran secara discovery, sebagai contoh yaitu: siswa diarahakan untuk
mampu merancang dan melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data,
dan mengambil kesimpulan. Metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam
pendekatan ini antara lain metode diskusi dan pemberian tugas (resitasi). Diskusi untuk
memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil siswa (antara 3-5 orang)
dengan arahan dan bimbingan guru. Garton (Nurhaeni. Dkk, 2008) bahwa pembelajaran
dengan pendekatan Inquiri memiliki 5 komponen yang umum yaitu:
1. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka
yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu
fenomena.
2. Student Engangemen. Dalam pendekatan Inquiri, keterlibatan aktif siswa
merupakan suatu keharusan dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari
suatu konsep.
3. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan
atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan.
4. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta
untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya
mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Melalui produk-produk ini guru
melakukan evaluasi.
5. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber
belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan
ahli, dan lain sebagainya.
Karakteristik Pembelajaran Discovery -Inquiry
Pembelajaran discovery-inquiry menekankan pada proses berpikir siswa secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dikemukakan. Ciri utama pembelajaran discovery-inquiry adalah sebagai berikut:
1. Menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
Siswa berperan sebagai subyek dalam belajar tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran dari guru.
2. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa secara mandiri diharapkan dapat
menumbuhkan rasa percaya diri (self believe). Dalam hal ini guru tidak berperan
sebagai sumber belajar satu-satunya, tetapi lebih sebagai seorang fasilitator dan
motivator belajar siswa.
3. Tujuan utama pembelajaran discovery-inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir siswa secara sistematis, logis, kritis, dan mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari mental.
Model pembelajaran discovery-inquiry dapat dilaksanakan secara efektif jika
memenuhi beberapa kriteria dianataranya yaitu:
1. Proses belajar merupakan hal yang paling utama dalam proses pembelajaran
discovery-inquiry, sehingga penguasaan materi bukanlah tujuan utama dalam
pada pembelajaran
2. Bahan pelajaran yang diajarkan bukanlah materi yang berbentuk fakta dan
memiliki jawaban yang pasti, akan tetapi sebuah kesimpulan yang membutuhkan
pembuktian
3. Proses belajar berangkat dari rasa ingin tahu siswa
4. Siswa memiliki keinginan dan keterampilan berpikir
5. Jumlah siswa tidak terlalu banyak
6. Memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan pembelajaran.

Prinsip Penerapan Pembelajaran Discovery-inquiry


Dalam penggunaan model pembelajaran ini terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip tersebut adalah (Roestiyah, 1998):
a) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Dalam Discovery-Inquiry, siswa dituntut untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Maka selain mengacu pada hasil belajar, model pembelajaran ini
juga mengacu pada proses belajar itu sendiri. Sesuatu yang ditemukan adalah
sesuatu yang ditemukan melalui proses dan bukan sesuatu yang sudah pasti
b) Interaksi
Dalam pembelajaran tentu harus ada proses interaksi. Pada prinsip ini guru harus
mampu mengatur interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, maupun
siswa dengan lingkungannya.
c) Bertanya
Dalam prosesnya, guru bertugas sebagai penanya. Oleh sebab itu dibutuhkan
kemampuan dalam menyusun dan mengemukakan pertanyaan dengan baik.
Pertanyaan yang diberikan dimaksudkan untuk membimbing siswa dalam
menemukan inti dari permasalahan yang diajukan
d) Belajar untuk berpikir
Proses berpikir adalah proses pengembangan potensi seluruh otak, baik otak kiri
maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir melatih untuk memanfaatkan dan
menggunakan otak secara maksimal
e) Keterbukaan
Belajar adalah proses mencoba berbagai kemungkinan. Artinya segaa sesuatu
mungkin terjadi. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis secara terbuka untuk
membenarkan hipotesis yang diajukan

Macam-macam Penerapan Pembelajaran Discovery-inquiry


Sund dan Trow Bridge mengemukakan bahwa terdapat tiga macam metode
pembelajaran Discovery-inquiry, sebagai berikut (Mulyasa, 2004):
a) Inquiry Terpimpin (Guide Inquiry): Dalam inquiry terpimpin, siswa memperoleh
pedoman sesuai yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
b) Inquiry Bebas (Free Inquiry):Pada inquiry bebas ini siswa melakukan penelitian
sendiri layaknya seorang ilmuwan. Siswa harus mampu mengidentifikasi dan
merumuskan berbagai topic yang akan diselidiki.
c) Inquiry Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry): Pada pembelajaran
discovery-inquiry ini, guru memberikan permasalahan atau problem, selanjutnya
siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi dan prosedur penelitian

Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Discovery-inquiry


Langkah-langkah penerapan model pembelajaran discovery-inquiry secara garis
besar adalah stimulasi (stimulation), perumusan masalah (problem statement),
pengumpulan data (data collection), analisis data (data processing), verifikasi
(verification), dan generalisasi (generalization). Berikut ini adalah penjelasan langkah-
langkah penerapan pembelajaran discovery-inquiry (Djamarah, 2006):
a. Stimulasi (Stimulation) : Tahap ini disebut juga sebagai tahap orientasi, dimana
guru menyajikan topik melalui simulasi atau ilustrasi yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih tertarik dalam mempelajari materi
tersebut. Pada tahap ini juga guru melakukan langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang kondusif.
b. Merumusan masalah (Problem Statement) : Merumusakan masalah merupakan
langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki untuk
dipecahkan.
c. Pengumpulan Data (Data Collection): Mengumpulkan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkann untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada
langkah ini siswa dilatih untuk mengumpulkan data yang merupakan proses dalam
pengembangan intelektual. Siswa bisa mengumpulkan data melalui referensi (studi
pustaka) atau melalui media lain yang mendukung. Dalam proses pengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, namun juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya
a. Analisis Data (processing Data)
Pada langkah ini siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan atau
memproses data yang didapat dari langkah sebelumnya
b. Verifikasi (Verification)
Pada langkah ini melatih siswa dalam hal keyakinan dalam menetukan
jawaban yang telah dibuktikan. Artinya, siswa dilatih untuk berpikir rasional
dengan mampu membuktikan kebenaran jawaban dengan argumentasi dan
bukti yang dapat dipertanggungjawabkan
c. Generalisasi (Generilization)
Pada langkah ini, siswa membuat kesimpulan yang dihasilkan dari data yang
diperoleh. Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis

Metode pembelajaran discovery-inquiry memiliki kelebihan dan kelemahan.


Kelebihan metode pembelajaran discovery-inquiry dapat mengembangkan konsep yang
mendasar pada diri siswa, daya ingatan siswa akan lebih baik, dan dapat
mengembangkan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajarnya, serta melatih siswa untuk
belajar sendiri. Metode pembelajaran discovery-inquiry ini akan dapat membantu
tercapainya tujuan pengajaran yang diinginkan oleh pengajar. Kelemahan metode ini
bagi para pendidik dituntut benar-benar menguasai konsep-konsep dasar, harus pandai
menstimulus siswa, tujuan yang diinginkan harus benar-benar jelas serta pendidik
dituntut untuk memberi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengarahkan pada tujuan.

Anda mungkin juga menyukai