Anda di halaman 1dari 20

1.

Pendekatan Saintifik
A. Pengertian Pendekatan Saintifik 

Pendekatan saintifik (scientific approach) adalah model pembelajaran yang menggunakan


kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui
observasi, menanya, eksperimen, mengolah informasi atau data, kemudian mengkomunikasikan
(Kemendikbud, 2014). Pendekatan saintifik telah dipergunakan dalam pendidikan di Amerika
akhir abad ke-19 di mana pada saat itu pembelajaran sains menekankan pada metode
laboratorium formalistik yang kemudian diarahkan pada fakta-fakta ilmiah. Pendekatan saintifik
sebenarnya sudah digunakan dalam kurikulum di Indonesia dengan istilah learning by doing
yang dikenal dengan cara belajar siswa aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
secara formal diadopsi dalam Kurikulum 1975.

Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa, bukan pada
guru. Guru hanya sebagai fasilitator. Pendekatan saintifk berisikan proses pembelajaran yang
didesain agar siswa mengalami belajar secara aktif melalui suatu tahapan-tahapan. Pendekatan
saintifik dilahirkan atas munculnya kurikulum 2013. Pendekatan saintifik disebut juga
pendekatan ilmiah yang berati konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi
perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristk yang ilmiah. Pendekatan
saintifik( scientifict approach) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan
pembelajaran.

Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatanm saintifik akan menyentuh


tiga ranah, yaitu; sikap(afektif), pengetahuan(kogniti), dan keterampilan(psikomotor). Dengan
proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang
produktif, kreatiif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi.  Perhatikan diagram berikut.          

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah.


Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam
proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan  menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya
adalah  peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang
baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara
layak (hard skills)dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan..

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diarahkan agar peserta


didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan
masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih
berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir
mekanistis (rutin dengan haya mendengarkan dan menghafal semata (Majid, 2014).

Berikut definisi dan pengertian pendekatan saintifik dari beberapa sumber buku:

 Menurut Rusman (2015), pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang


memberikan kesempatan pada siswa secara luas untuk melakukan eksplorasi dan
elaborasi materi yang dipelajari, di samping itu memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mengaktualisasikan kemampuan melalui kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru.

 Menurut Hosnan (2014), pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang
dirancang supaya peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip
melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan/merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan.

 Menurut Karar dan Yenice (2012), pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar pembelajar secara aktif mengonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan..
B. Karakteristik Pendekatan Saintifik

Dalam Kurinasih (2014)  disebut pembelajaran dengan pendekatan saintifik memilik


karakteristik sebagai berikut.

 berpusat pada siswa;

 melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum, dan prinsip;

 melibatkan proses-prose kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan


intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa;

 dapat mengembangkan karakter siswa.

Menurut Hosnan (2014) pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1)


Berpusat pada siswa; 2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip; 3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, dan; 4) Dapat
mengembangkan karakter siswa.

C. Tujuan dan Prinsip Pendekatan Saintifik 

Tujuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara lain untuk meningkatkan


kemampuan berpikir peserta didik, membentuk kemampuan dalam menyelesaikan masalah
secara sistematik, menciptakan kondisi pembelajaran supaya peserta didik merasa bahwa belajar
merupakan suatu kebutuhan, melatih peserta didik dalam mengemukakan ide-ide, meningkatkan
hasil belajar peserta didik, dan mengembangkan karakter peserta didik sehingga siswa memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dan memiliki hasil belajar
yang tinggi.

Menurut Hosnan (2014), tujuan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik adalah


sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi


siswa. 
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan
suatu kebutuhan. 

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel
ilmiah.

6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

Beberapa prinsip pendekatan Saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut
(Hosnan, 2014):

1. Pembelajaran berpusat pada siswa.

2. Pembelajaran membentuk students self concept. 

3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan


mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.

6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. 

8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa
dalam struktur kognitifnya.

D. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik 

Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi mengamati


(observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), mengolah data atau informasi
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar (associating), dan menyimpulkan, menyajikan data
atau informasi (mengomunikasikan), dan menciptakan serta membentuk jaringan (networking).
Menurut Daryanto (2014), langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut:

a. Mengamati (observasi) 

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull


learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik,
sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi
peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan obyek secara nyata, peserta
didik senang dan tertanyang, dan mudah pelaksanaannya. Sehingga proses pembelajaran
memeiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan
dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menentukan obyek yang akan diobservasi

2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup obyek yang diobservasi

3. Menentukan secara jelas data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

4. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi.

5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data
agar berjalan dengan mudah dan lancar.

6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan
buku catatan, kamera, tape recorder, perekam video, dan alat tulis lainnya.

b. Menanya 

Pada kurikulum 2013 kegiatan menanya diharapkan muncul dari siswa. Kegiatan belajar
menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami
dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati.

Guru yang efektif mampu menginspirasi siswa peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan , dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada
saat itu pula guru membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru
menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula guru mendorong peserta didik untuk
menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan
tindakan nyata, pertanyaan dimaksudakn untuk ememperoleh tanggapan verbal. Istilah
“pertanyaan” tidak selalu dalam kalimat tanya, melainkan juga dapat pernyataan, asalkan
keduanya menginginkan tanggapan verbal. Kegiatan menanya memiliki fungsi sebagai berikut.

1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, perhatian peserta diidk tentang suatu tema atau
topik pembelajaran.

2. Mendorong dan mengisnpirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didiks eklaigus menyampian rancangan untuk


mencari solusinya.

4. Menstruktur tugas-tugas dan emmberikan kesempatan pada peserta didik untuk


menunjukkan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan.

5. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalm berbicara, mengajukan pertanyaan, dan


memberikan jawaban logis, sistemastis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

6. Mendorong peserta didik dalam berdiskudi, berargumen, megembangkan berpikir, dan


menarik simpulan.

7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memeperkaya kosa kata, serta mengemabngkan toleransu sosial dalam hidup
berkelompok.
8. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, seta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul.

9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu


sama lain.

c. Mengumpulkan informasi 

Kegiatan mengumpulkan informasi adalah tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai
cara. Peserta didik dapat membaca berbagai sumber, memperhatikan fenomena atau objek yang
lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.

. Dalam permendikbud No. 81aTahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan


melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas
wawancara dengan narasumber, dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuanmemngumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, dan mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d. Mengasosiasikan/mengolah informasi 

Dalam kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi terdapat kegiatan menalar dalam


kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013
untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Kegiatan mengasosiasi dalam pembelajaraaan   sebagaimana disampaikan dalam


Permendikbud No. 81a tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupum hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan
dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasiyang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang ebrbeda sampai
kepada yang bertentangan. Kegaiatan ini dilakukan menemukan keterkaitan satu informasi
dengan informasi lainnya dan menyimpulkan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuanmenerapkan prosedur, dan kemampuan induktif serta deduktif dalam
menyimpulkan.

e. Mengkomunikasikan 

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengkomunikasikan apa yang telah peserta didik pelajari. Kegiatan ini dilakukan melalui
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh
guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegaiatan
mengkomunikasikan daalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud No.
81a tahun 2013 adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya.Adapun kompetensi yang diharapkan dari kegiatan ini
adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa
yang baik dan benar.

E. Kelebihan dan kekurangan pendekatan saintifik

Menurut Abidin (2014) Dengan karakteristik yang terdapat dalam langkah-langkah


pembelajarannya, pendekatan saintifik memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang,
pengumpulan data, analisis data untuk menghasilkan kesimpulan.

2. menuntun siswa berpikir sistematis, kritis, kreatif, melakukan aktivitas penelitian dan
membangun konseptualisasi pengetahuan.

3. membina kepekaan siswa terhadap problematika yang terjadi di lingkungannya.


4. membiasakan siswa menanggung resiko pembelajaran.

5. membina kemampuan siswa dalam berargumentasi dan komunikasi.

6. mengembangkan karakter siswa.

Namun demikian, di samping kelebihan-kelebihan di atas pendekatan saintifik juga memiliki


kekurangan atau kelemahan. Menurut Hosnan (2014) kelemahan pendekatan saintifik antara lain
sebagai berikut :

1. dapat menghambat laju pembelajaran yang menyita waktu.

2. kegagalan dan kesalahan dalam melakukan eksperimen akan berakibat pada kesalahan
penyimpulan.

3. apabila terdapat siswa yang kurang berminat terhadap materi yang dipelajari, dapat
menyebabkan pembelajaran menjadi tidak efektif.
2. Model Inquiry
A. Pengertian Model Inquiry

Menurut Lefudin ( 2017: 224), inquiry yang dalam bahasa inggris , inquiry, berarti
pertanyaan ,pemeriksaan, penyelidikan. Strategi inkuiri ini banyak dipengaruhi oleh aliran belajar
kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir
dengan memanfaatakan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal, belajar bukan
hanya sekedar proses menghapal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana
pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir. Seperti
yang telah dikemukakan di atas, aliran belajar kognitif selanjutnya melahirkan beberapa teori
belajar Gestalt, teori medan, dan teori belajar kontruktivistik. Menurut teori-teori belajar yang
beraliran kognitif, belajar pada hakikatnya bukan merupakan peristiwa behavioral yang dapat
diamati, tetapi proses mental seseorang untuk memaknai lingkungannya sendiri.

Menurut Mulyasa (2003:234) dalam Chodijah et al. (2012: 6),“Inquiry adalah suatu proses
untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen
untuk mencarijawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah
dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis”. Inquiry sebenarnya merupakan
prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi
dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam
kehidupan seharihari. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif .

Menurut Sanjaya (2006: 194) dalam Maulana et al. (2015: 46), Model inkuiri merupakan
model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Menurut Joyce dan well (2000) dalam Usdalifah et al. (2016: 9) Berdasarkan
Kemendikbud tahun 2014, mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran inkuiri adalah
melibatkan peserta didik dalam masalah penyelidikan nyata dengan menghadapkan mereka
dengan cara penyelidikan (investigasi), membantu mereka mengidentifikasi masalah konseptual
atau metodologis dalam wilayah investigasi, dan meminta mereka merancang cara mengatasi
masalah. Melalui inkuiri peserta didik belajar menjadi seorang ilmuwan dalam menyusun
pengetahuan. Selaim itu peserta didik elajar menghargai ilmu dan mengetahui keterbatasan
pengetahuan dan ketergantungan satu dengan yang lain.

Menurut Lahadisi (2014: 95-96), beberapa macam model pembelajaran inquiri yang
dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge dalam Hamruni, diantaranya:

1.        Guide Inquiry

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam
pelaksanaanya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada guru.

2.        Modified inquiry

Model ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan permasalahantersebut melalui
pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitianuntuk memperoleh jawaban

3.        Free inquiry

Pada model ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang
dipelajari dan dipecahkan

4.        Inquiry Role Approach

Model pembelajaran inkuiri pendekatan peranan ini melibatkan siswa dalam tim-tim yang
masing-masing terdiri atas empat orang untuk memecahkan masalah yang diberikan.

5.        Invitation Into Inquiry

Model inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dengan cara-cara
yang ditempuh para ilmuwan.

6.        Pictorial Riddle

Pada model ini merupakan metode mengajar yang dapat mengembangkan motivasi dan
minat siswa dalam diskusi kelompok kecil tau besar, gambar, peragaan, atau situasi sesungguhnya
dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif para siswa.
7.        Synectics Lesson

Model ini lebih memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk
kiasan supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya.

8.        Value Clarification

Pada model ini siswa lebih difokuskan pada pemberian kejelasan tentang suatu tata aturan
atau nilai-nilai pada suatu proses pembelajaran.

B. Karakteristik Atau Ciri-ciri Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Sanjaya (2006: 194) dalam Maulana et al. (2015: 46), Ada beberapa hal yang
menjadi ciri utama model inkuiri, yaitu:

1. Inkuiri menekankan kepada aktivitas secara maksimal untuk mencari dan menemukan,
artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,
tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief). Dengan demikian model pembelajaran inkuiri menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
3. Dapat mengembangkan kemampuan berpikri secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian
dalam model inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Menurut Minner et al. (2010: 478), instruksi ilmu inquiry memiliki tiga karakteristik yaitu:
1)      Keberadaan konten sains,
2)      Keterlibatan siswa dengan konten sains, dan
3)      Tanggung jawab siswa untuk belajar, pemikiran aktif siswa, atau motivasi siswa dalam
setidaknya satu komponen pertanyaan instruksi, desain, data, kesimpulan, atau komunikasi.
C. Tujuan Model Inquiry
Tujuan utama model inquiry adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan
disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Model inquiry merupakan bentuk
pembelajaran yang beorientasi kepada siswa (student centered approach), sebab siswa
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran (Maulana et al., 2015: 47).
Menurut Setiawan (2006) dalam Maulana et al. (2015: 48), Adapun tujuan model inkuiri,
adalah:
a.       Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah
atau memutuskan sesuatu secara tepat (objektif).
b.      Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat, dan nalar
(kritis, analitis, dan logis).
c.       Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curiousity).
d.      Mengungkapkan aspek pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif).
Jadi, tujuan inkuiri pada dasarnya  melatih siswa untuk  belajar  bagaimana menemukan
sendiri  pemecahan  masalah yang sedang dihadapi. Juga melatih siswa memahami  materi
pembelajaran dari pengalaman yang ditemukan melalui proses inkuiri tersebut.

D. Prinsip Model Inquiry

Prinsip Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Mariyaningsih et al. (2018: 61), terdapat beberapa prinsip pembelajaran inkuiri
meliputi:

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual

Pembelajaran inkuiri berorientasi kepada hasil dan proses belajar karena tujuan utama pada
model pembelajaran inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa

2) Prinsip Interaksi

Guru bukanlah satu-satunya sumber belajr siswa,karena pada dasarnya prosees pembelajaran
terjadi manakala ada proses interaksi baik antarsiswa, antara siswa dengan guru bahkan antara
siswa dengan lingkungan. Jadi dalam hal ini perean guru adalah mengatur lngkungan belajar
dan interaksi yang diharapkan terjadi.

3) Prinsip bertanya

Kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap mlangkah inkuiri sangat diperlukan, selalu
dikembangkan pula sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertnyakan berbagai
fenomena yang dipelajari

4) Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan sekedar mengingat sejumlah fakta, melainkan sejumlah proses berpikir, yang
dimaksud berpikir disini adalah proses mengembangkan potensi seluruh otak. Berpikir adalah
menggunaan dan pemanfaatan otak secara maksimal.

5) Prinsip keterbukaan

Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan
sehingga pelajaran yang dipelajari menjadi bermakna, pembelajaran yang bermakna merupakan
pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya oleh siswa sendiri.

Menurut Chodijah et al. (2012: 9), menjelaskan prinsip model inquiry yaitu:

a. Peserta didik akan bertanya jika mereka dihadapkan pada masalah yang membingungkan

b. Peserta didik dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berfikir mereka.

c. Strategi berfikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang
telah mereka miliki.

d. Inquiry dalam kelompok dapat memperkaya khazanah pikiran dan membantu peserta didik
belajar mengenai sifat pengetahuan yang sementara dan menghargai pendapat orang lain.
E. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry

Menurut  Cahyani (2016:142), proses pembelajaran inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan


sebagai berikut:

1)      Orientasi

2)      Merumuskan Masalah

3)      Mengajukan hipotesis

4)      Mengumpulkan data

5)      Menguji hipotesis

6)      Merumuskan kesimpulan

Pengajaran guru yang melibatkan ke enam – enam fasa ini menggambarkan aplikasi model
inkuiri. Model ini boleh digunakan sama ada di peringkat rendah atau pun menengah, bagi
memastikan pengajaran secara inkuiri ini berjaya, guru hendak lah memahirkan diri dengan
langkah atau fasa inkuri serta yakin dalam menggunakan model ini terlebih dahulu, selain itu
guru hendaklah merancang pengajaran dengan teliti.

Menurut Majid (2016: 224-226), secara umum proses pembelajaran dengan


menggunakanstrategi dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

a.       Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasanaatau iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini, gurumengkondjsikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran.Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkanmasalah.
Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting.Keberhasilan startegi ini sangat
tergantung pada. kemauan siswauntuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkanmasalah. Tanpa kemauan dan kemampuan tersebut tak mungkinproses
pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b.      Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah melibatkan siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
berpikir memecahkan teka-teki tersebut karena masalah tersebut pasti ada jawabannya sehingga
siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat
panting dalam strategi inkuiri. Oleh sebab itu, melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
belajar.

c.       Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawabansementarahipotesis perludiuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan
sembarangperkiraantetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokohsehinggahipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat
dipengaruhioleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan
pengalaman.Dengandemikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasanakan sulit
mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.

d.      Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasiyang dibutuhkan untuk menguji


hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan
prosesmental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Prosespengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuatdalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan
dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peranguru dalam
tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaanyang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yangdibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah
manakalasiswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatifitu biasanya
ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalambelajar. Manakala guru menemukan
gejala-gejala semacam ini, guruhendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan
kepadasiswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaansecara merata kepada
seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e.       Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yangdianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperolehberdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis
yangterpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawabanyang diberikan. Di samping
itu, menguji hipotesis juga berartimengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaranjawabanyang diberikanbukan hanya berdasarkanargumentasiakan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapatdipertanggungjawabkan.

f.       Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuanyang diperoleh berdasarkan


hasil pengujian hipotesis. Merumuskankesimpulan merupakan gong-nya dalam proses
pembelajaran.Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkankesimpulan
yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yanghendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk
mencapai kesimpulanyang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa datamana
yang relevan.

F. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Mediawati ( 2014 :8), Model pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan yaitu:

a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan

b) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inkuiri

c) Mendukung kemampuan problem solving siswa

d) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun guru dengan siswa. Dengan demikian
siswa terlatih untuk enggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar

e) Materi yang dipelajari akan mencapai tingkat kemampuan yang lebih lama membekas
dalam ingatan karena sisiwa dilibatkan dalam proses menemukannya.

  Menurut Mariyaningsih et al. (2018:64), Pembelajaran inkuiri memiliki kelemahan


sebagai berikut:
1)      Memerlukan waktu yang relatif lebih panjang

2)      Diperlukan usaha ekstra keras dari guru untuk mengubah kebiasaan belajar siswa yang lebih
banyak mengandalkan informasi dari guru

3)      Kadang sulit dalam menentukan indicator keberhasilan pembelajaran

4)      Sistem pendidikan di Indonesia yang dominan menyatakan kriteria keberhasilan belajar


adalah menguasa materi, maka strategi ini akan mengalami tantangan dalam
pengimplementasiannya.
Daftar Pustaka

 Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya. 

 Rusman. 2015. Pemebelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

 Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.


Bogor: Ghalia Indonesia.

 Karar, E. E. dan Yenice, N. 2012. The investigation of scientific process skill level of


elementary education 8th grade students in view of demographic features. Procedia
Social and Behavioral Sciences.

 Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:


Penerbit Gava Media.

 Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku Teks
Pelajaran Sesuai dengan Kurikulum 2013. Surabaya : Kata Pena

 Pengaruh Perangkat Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang


dilengkapi Penilaian Portofolio pada Materi Gerakan Melingkar Hamruni. 2012.
Strategi Pembelaaran. Jogjakarta: Iinsan Madani,

 Lubis, Maulana Arafat.2018. PembelajaranTematik di SD/MI Pengembangan


Kurikulum 2013, yogyakarta: Samudra Biru.

 Abidin, Y. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bandung: GI 

 Lefudin, 2017. Belajar dan Pembelajaran di Lengkapi dengan Model Pembelajaran,


Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran, dan Metode Pembelajaran.
Cetakan Kedua. Yogyakarta: Deepublish.

 Maulana, et al. 2015. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Cetakan


Peertama. Sumedang: UPI Sumedang Press.
 Chodijah, S., A. Fauzi., dan R. Wulan. 2014. Pengaruh Perangkat Pembelajaran Fisika
Menggunakan Model Guided Inquiry yang dilengkapi Penilaian Portofolio pada
Materi Gerakan Melingkar..ISSN:2252-3014.

 Usdalifah sri,dkk. 2016. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap


kemampuanberpikir kritis dan keterampilan proses siswa pada mata pelajaran
biologikelas VII SMP NEGERI 19 PALU.Volume.5.Nomor.3.ISSN : 2089-8630

 Lahadisi. 2014. Inkuiri: Sebuah Strategi Menuju Pembelajaran Bermakna. Jurnal Al-
Ta’dib Vol. 7 No. 2

 Minner, D. D., A. J. Levy., dan J. Century. 2010. Inquiry-Based Science Instruction—


What Is It and Does It Matter?. Journal of Research in Science Teaching vol 47(4):
474–496.

 Mariyaningsih, N., dan M. Hidayati. 2018. Teori dan Praktik Berbagai Model dan
Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-kelas Inspiratif.
Cetakan Pertama. Surakarta: Kekata Group.

 Cahyani E.D,2016.Pembelajaran matematika berbasis masalah dengan strategi inkuiri


terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi ditinjau dari kemampuan siswa dari
mts.Vol.28.No.2.ISSN : 0852-0976.

 Majid, Abdul. 2016. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

 Mediawati yenny,2014. pengaruh pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing


terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP.
Vol.1.No.2.ISSN:2356-3915.

Anda mungkin juga menyukai