Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam
dunia pendidikan. Tanpa adanya kurikulum, maka proses pendidikan tidak
akan terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu aspek
yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang
berkaitan dengan organisasi kurikulum.
Organisasi merupakan asas yang sangat penting bagi proses
pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan
pembelajaran, karena untuk menentukan isi bahan pembelajaran,
menentukan cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk
pengalaman yang akan disiapkan untuk peserta didik dan menentukan
peran pendidik dalam hubungan atau implementasi kurikulum. Oleh
karena itu, pada makalah ini kita akan membahas mengenai organisasi
kurikulum secara lebih mendalam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian organisasi kurikulum?
2. Bagaimana prosedur pengorganisasian kurikulum?
3. Apa saja jenis-jenis organisasi kurikulum?
4. Bagaimana hubungan antar bentuk organisasi?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian organisasi kurikulum.
2. Untuk mengimplementasikan prosedur pengorganisasian kurikulum.
3. Untuk menguraikan jenis-jenis organisasi kurikulum.
4. Untuk merangkai hubungan antar bentuk organisasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum


Organisasi Kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun
dan disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting
sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program
pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum menentukan bahan
pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada murid-murid.1
Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni
dalam konteks manajemen dan dalam konteks akademik. Pengertian dari kata
itu organisasi sendiri adalah suatu kelompok sosial yang bersifat tertutup atau
terbuka dari pihak luar, yang diatur berdasarkan aturan tertentu. Dalam setiap
jenis organisasi kurikulum terdapat susunan kepengurusan yang telah
ditentukan sesuai dengan struktur organisasi organisasi berikut dengan tugas-
tugas pekerjaannya sekaligus. Adapun bentuk-bentuk kurikulum akan disusun
menurut pola organisasi kurikulum yang dilengkapi struktur, urutan kegiatan
pembelajaran dan ruang lingkup tertentu. Dan secara akademik organisasi
kurikulum dikembangkan dalam berbagai bentuk organisasi.2
Jadi, organisasi kurikulum merupakan suatu kerangka program
pendidikan yang disampaikan untuk mencapai tujuan dari pendidikan yang
disepakati. Pada dasarnya organisasi pendidikan disusun untuk
mempermudah proses pembelajaran kepada siswa agar tujuan pendidikan
dapat tercapai secara maksimal. Oleh karena itu, organisasi kurikulum
berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran dan hal-hal yang berkaitan
dengan mata pelajaran misalnya jadwal pelajaran, alokasi waktu dan lain
sebagainya.

1
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal. 176
Trianto Ibnu Badar At-Taubany, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah,
2

(Depok: Kharisma Putra Kencana, 2017), hal. 54

2
B. Prosedur Pengorganisasian Kurikulum
Organisasi kurikulum memiliki unsur-unsur tersendiri antara lain:3
1. Konsep
Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep
menentukan adanya hubungan empiris. Hampir setiap bentuk organisasi
kurikulum dibangun berdasarkan konsep, seperti peserta didik,
masyarakat, kebudayaan, kuantitas, dan kualitas, ruangan, dan evolusi.
2. Generalisasi
Generalisasi membuat kesimpulan-kesimpulan yang jelas dari
suatu fenomena di sekitarnya.
3. Keterampilan
Keterampilan yaitu kemampuan dalam merencanakan organisasi
kurikulum dan digunakan sebagai dasar untuk menyusun program yang
berkesinambungan. Misalnya, organisasi pengalaman belajar
berhubungan dengan keterampilan komprehensif, keterampilan dasar
untuk mengerjakan matematika, dan keterampilan menginterpretasikan
data.
4. Nilai-Nilai
Nilai-nilai adalah norma atau kepercayaan yang diagungkan,
sesuatu yang bersifat absolut untuk mengendalikan perilaku. Misalnya,
menghargai diri sendiri, menghargai kemuliaan dan kedudukan setiap
orang tanpa memperhatikan ras, agama, kebangsaan, dan status sosial-
ekonomi.

Mengorganisasi unsur-unsur kurikulum bahwa mampu memilih tujuan


yang jelas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik minat maupun
bakat peserta didik. Jika tujuan kurikulum berkaitan dengan domain moral
dan etika sebagai fungsi dan integratif, maka nilai-nilai merupakan unsur
organisasi yang tepat

3
Aset Sugiana, Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum dalam Meningkatkan
Pendidikan di Indonesia, Jurnal Pedagogik, Vol. V, No. 2, 2018, hal.260

3
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum, yaitu:4

1. Ruang Lingkup (Scope)


Ruang lingkup kurikulum menunjukkan keseluruhan, keluasan atau
kedalaman, dan batas-batas bahan pelajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik. Bahan pelajaran tersebut merupakan bahan yang
terseleksi karena dianggap penting dan sesuai dengan tugas-tugas
perkembangan peserta didik. Ruang lingkup kurikulum tidak dapat
dipisahkan dari kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara. Ruang lingkup bahan pelajaran juga
harus sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional, standar
kompetensi lulusan, dan standar kompetensi mata pelajaran yang telah
ditetapkan.
2. Urutan (Sequence)
Urutan bahan pelajaran menunjukkan keteraturan bahan yang akan
disampaikan kepada peserta didik, kapan bahan tersebut sebaiknya
disampaikan, mana bahan yang harus disampaikan terlebih dahulu dan
mana bahan yang akan dipelajari kemudian. Hal ini sangat erat
hubungannya dengan tingkat kematangan peserta didik, latar belakang
pengalaman atau pengetahuan, tingkat kecerdasan, minat dan kebutuhan
peserta didik, kegunaan bahan, dan tingkat kesulitan bahan. Urutan
tersebut dapat dilakukan dengan cara, antara lain mulai dari yang kecil
hingga yang terbesar, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
3. Kesinambungan (Continuity)
Sering kali kita mendengar kritikan dari pihak perguruan tinggi
bahwa kurikulum di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas tidak relevan
atau masih dangkal karena mahasiswa sulit memahami mata kuliah.
Sebenarnya, inti persoalannya adalah adanya kesenjangan (gap) antara
apa yang ada (das Sein) dengan apa yang seharusnya (das Sollen),

4
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,
2012), hal.104-108

4
tumpang tindah (overlapping) antara mata pelajaran yang satu dengan
mata pelajaran yang lain bahkan antara topik yang satu dengan topik
yang lain, dan ketidaksinambungan bahan pelajaran dan pengalaman
belajar.
Berkesinambungan adanya pengulangan kembali unsur-unsur
utama kurikulum secara fartical. Sebagai contoh, jika dalam pelajarang
IPS pengembangan keterampilan membaca dipandang sebagai sesuatu
yang sangat penting, maka latihan membaca perlu dilakukan secara terus-
menerus atau berkesinambungan. Dengan keterampilan siswa dalam
membeca dapat berkembang pelajaran lain yang efektif.5
4. Terpadu (Integrated)
Faktor ini berangkat dari asumsi bahwa bidang-bidang kehidupan
memerlukan pemecahan secara multidisiplin. Untuk itu, perlu adanya
fokus bahan pelajaran yang terpadu, baik berupa konsep, prinsip maupun
masalah-masalah yang perlu dipecahkan sehingga memungkinkan
penggunaan multidisiplin secara fungsional. Keterpaduan ini dapat
dilakukan dalam bentuk kurikulum korelasi, kurikulum bidang studi, atau
kurikulum terpadu berdasarkan bidang-bidang kehidupan.
5. Keseimbangan (Balance)
Faktor keseimbangan yang dimaksudkan di sini adalah
keseimbangan isi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik dan keseimbangan proses pembelajaran. Keseimbangan isi
berkaitan dengan seberapa besar pentingnya suatu bahan pelajaran bagi
kehidupan peserta didik. Begitu juga keseimbangan proses pembelajaran.
Peserta didik tidak hanya sekadar belajar pasif dan impresi atau
menerima pelajaran melalui membaca dan mendengarkan saja, tetapi
juga perlu belajar aktif dan melakukan ekspresi atau menyatakan buah
pikirannya melalui diskusi, tanya jawab, eksperimen, pemecahan
masalah, inkuiri. dan sebagainya.

5
Ali Sudin, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: UPI Press, 2014), hal. 14

5
Tujuan keseimbangan proses adalah agar guru dan peserta didik
tidak cepat jenuh dan bosan serta dapat mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal.
6. Waktu (Times)
Alokasi waktu harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum.
Sering kali terjadi perbedaan pendapat tentang alokasi waktu, antara
pengembang kurikulum di tingkat pusat dengan guru mata pelajaran di
sekolah. Hal ini biasanya masing-masing menggunakan kriteria yang
berbeda. Untuk sekadar pegangan bersama, distribusi waktu dapat
ditentukan berdasarkan kriteria, antara lain tradisi pengalaman,
pertimbangan para pengembang kurikulum, nilai atau manfaat, tingkat
kesulitan setiap mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran

Setiap organisasi kurikulum tidak banyak cirinya, tetapi bersifat asasi


yang dapat membedakan dari organisasi lain. Disamping adanya ciri yang
membedakan setiap organisasi, terdapat ciri lain yang bersifat esensial, tetapi
ciri tersebut tidak terikat kepada satu jenis organisasi lainnya. Sebagai contoh
ciri esensial kurikulum activity, ialah bahwa setiap aktifitas direncanakan
secara kooperatif, ciri ini juga berlaku bagi organisasi core curriculum,
bahkan ada pada spurated subject curriculum. Oleh karena itu ciri esensial
bukan untuk membedakan jenis-jenis organisasi kurikulum. Setiap organisasi
kurikulum memiliki kekhasan sendiri, memiliki tuntutan sendiri seperti
tuntutan terhadap guru, alat pelajaran, administrasi sekolah dan tuntutan lain
untuk melaksanakan kurikulum tersebut.6

Pelaksanaan kurikulum dipengaruhi dan bergantung kepada banyak


faktor terutama sarana belajar, guru, pimpinan pendidikan dan orang tua
murid. Oleh kerena itu dalam prakteknya sukar diteliti bahwa praktek
pengajaran di sekolah merupakan refleksi dari suatu organisasi kurikulum
yang murni. Bentuk organisasi kurikulum murni hanya dapat dikritik kalau
teori yang mendasarinya tidak tepat atau tidak mungkin menerjemahkan teori

6
M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998),hal. 124

6
tersebut dalam kondisi praktek pengajaran. Sudah barang tentu cara
melaksanakan kurikulum itu perlu dikritik bila pelaksanaannya menyimpang
dari teorinya.7

Pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur yang meliputi:8

1. Prosedur buku pelajaran


Pemilihan isi kurikulum didasarkan atas materi yang terkandung
didalam buku pelajaran atau sejumlah buku pelajaran yang telah dipilih
oleh sebuah panitia tertentu
2. Prosedur survei pendapat
Pemilihan dan pengorganisasian isi kurikulum dilakukan dengan
jalan mengadakan survei atau penelitian terhadap pendapat berbagai
pihak.
3. Prosedur studi kesalahan
Prosedur ini dilaksanakan dengan jalan mengadakan analisis
terhadap kesalahan, kekeliruan, kelemahan atau kebaikan atas hasil-hasil
atau pengalaman kurikuler.
4. Prosedur rosedur mempelajari kurikulum lainnya
Prosedur ini dapat disamakan dengan metode tambal sulam dengan
mempelajari metode sekolah lain. guru atau sekolah dapat menetapkan
dan menentukan isi kurikulum untuk sekolahnya sesuai dengan tujuan.
5. Analisis kegiatan orang dewasa
Melalui prosedur ini terlebih dahulu diadakan studi terhadap
kegiatan-kegiatan dalam kehidupan untuk menemukan sejumlah kegiatan
yang diperkirakan berguna untuk dipelajari oleh para siswa di sekolah.
Kegiatan yang dianalisis adalah yang berkenaan dengan pekerjaan atau
jabatan.
6. Prosedur fungsi sosial

7
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar
Baru Algensido, 2008), hal. 51-52
8
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,
(Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 63-64

7
Prosedur ini bertalian dengan prosedur analisis kegiatan
masyarakat. Masyarakat melakukan banyak fungsi sosial dalam
kehidupannya yang bermacam ragam dan bentuknya. dan berada dalam
daerah kehidupan tertentu, fungsi yang telah ditentukan, diklasifikasikan
menjadi sejumlah area of living.
7. Prosedur minat kebutuhan.
Menurut prosedur ini, minat dan kebutuhan juga melibatkan
persistent problem, tetapi scope dan squence-nya didasarkan atas siswa
dan berkenaan dengan fungsi-fungsi personal dan sosial.

Terdapat prosedur lain dalam pemilihan dan reorganisasi kurikulum


yang dijelaskan oleh Oemar Hamalik yaitu prosedur Employee. Prosedur
Employee ini bersifat sangat umum. Dalam prosedur ini, peran guru sangat
penting karena pemilihan dan pengorganisasian isi kurikulum ditentukan
berdasarkan penguasaan isi kurikulum tersebut di kalangan guru, baik secara
perorangan maupun kelompok. Lagi pula, harus dipertimbangkan faktor
kepercayaan guru terhadap materi tersebut dalam manfaatnya bagi para siswa.
Dalam kenyataannya prosedur ini diterapkan juga ke dalam prosedur lainnya.9

Setiap pengembang kurikulum survey dan menganaliss serta


menyimpulkan sehingga materi pelajaran yang disampaikan mampu bersaing
dengan dunia yang semakin maju. Materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru memberikan pengetahuan terkini, yang di dalamnya terdapat berbagai
bidang kehidupan sosial, baik dalam keluarga, masyarakat, hidup sebagai
warga negara.10

Prosedur pengorganisasian kurikulum dilaksanakan dengan


memperhatikan unsur-unsur, faktor-faktor dan hal-hal yang mempengaruhi
tujuan pendidikan. Pemilihan dan pengorganisasian kurikulum sesungguhnya
tidak mungkin hanya menggunakan salah satu prosedur saja, karena ternyata
di antara satu prosedur dengan prosedur lainnya saling berkaitan. Pada
9
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), hal. 162
10
Sugiana, Proses Pengembangan..., hal. 264

8
akhirnya sasaran yang terpenting adalah perkembangan para siswa di dalam
masyarakatnya, maka semua prosedur tersebut dapat dikembangkan sekaligus
saling melihat beberapa aspek yang dianggap perlu mendapat penekanan
tertentu, yang semuanya mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan.

C. Jenis-Jenis Organisasi Kurikulum


Kurikulum memiliki bermacam-macam bentuk dan jenis organisasinya.
Bentuk yang paling dikenal dan sangat meluas yang telah diakui para ahli,
baik di Indonesia, Mesir, di Amerika maupun di seluruh dunia yaitu
saparated subject curriculum yang berarti kurikulum yang terdiri atas
sejumlah mata pelajaran yang secara umum diajarkan terpisah-pisah.
Kurikulum ini mempunyai banyak kelebihan dan kelemahan. Sedangkan
kurikulum yang didasarkan atas analisis masyarakat dan kebutuhannya serta
analisis anak dengan minat serta kebutuhannya, maka kurikulum yang serasi
adalah bercorak integrated curriculum.11
Ada tiga jenis organisasi kurikulum yaitu kurikulum terpisah-pisah
(separated curriculum) dimana bahan ajar disajikan secara terpisah-pisah
seolah-olah ada batasan antara bidang studi yang sama dikelas yang berbeda.
Kurikulum berhubungan (correlated curriculum) yaitu kurikulum yang
menunjukkan adanya hubunngan antara kurikulum satu dengan yang lain.
Kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu kurikulum yang
meniadakan batas-batas antara bidang studi dan menyajikan bahan ajar yang
unik.12
1. Separated Subject Curriculum (Mata Pelajaran Terpisah)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai
macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, terlepas dan
tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata
pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.13
11
Zaini, Pengembangan Kurikulum..., hal. 65
12
Taufik Rizki Sista, Implementasi Manajemen Kurikulum Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, Jurnal Educan, Vol. I, No. 1, 2017, hal. 31
13
Lismina, Pengembangan Kurikulum, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2017), hal. 79

9
Organisasi separated subject curriculum dianggap berasal dari
zaman Yunani kuno. Orang Yunani telah mengajarkan berbagai bidang
studi seperti kesusateraan, matematika, filsafat dan ilmu pengetahuan
ditambah dengan musik. Mereka mengadakan dua trivium (gramatika,
retorika dan logika) dan kuadrivium (arithmetika, geometri, astronomi,
dan musik) yang kemudian dikenal sebagai “the seven liberal arts” yang
diberikan pada pendidikan umum. Pada abad pertengahan tujuan
pendidikan praktis menjadi vokasional. Di universitas misalnya dipelajari
tiga bidang utama, yakni teknologi, kedokteran dan hukum. Baru pada
abad ke 19 mulai berkembang berbagai mata pelajaran dengan pesatnya.
Setiap mata pelajaran harus lebih dulu berjuang sebelum diakuinya dan
diterima sebagai mata pelajaran di sekolah seperti bahasa ibu, bahasa
asing, fisika, biologi dan sebagainya.14
Dahulu kita pernah menyajikan mata pelajaran untuk “Sekolah
Rakyat VI Tahun” (sekarang Sekolah Dasar) terdiri atas ilmu-ilmu
tumbuhan, ilmu hewan, ilmu tubuh manusia, ilmu kesehatan dan masih
ada juga ilmu alam. Untuk sekarang semua mata pelajaran tersebut diatas
diintregasikan diberikan predikat sebagai ilmu pengetahuan alam. Tentu
saja konsep dasar tujuannya sangat berbeda dengan ilmu mata pelajaran
yang terdahulu.15
Ciri-ciri organisasi separated subject curriculum dilihat dari
berbagai segi akan tertera sebagai berikut:16
a) Dilihat dari segi tujuan. Keuntungannya:
1) Dapat mencapai pengetahuan secara mendalam.
2) Dapat menstandarkan pengetahuan peserta didik yang terbesar
di banyak tempat.
3) Dapat menyeragamkan fasilitas yang digunakan.
Kekurangannya:
14
Sulaiman, Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum, Jurnal Ilmiah Didaktika,
Vol. XIV, No. 1, 2013, hal. 62
15
B. Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal. 2
16
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 38-
40

10
1) Pengetahuan yang didapatkan berkurang.
2) Sarana pendidikan jadi kaku.
3) Kurikulum kurang fleksibel dll.
b) Dilihat dari sumber bahan. Keuntungannya:
1) Disediakan dari pusat
2) Luas bahan terbatas.
3) GBPP dari pusat.
4) Bahan mudah diatur secara sistematis.
Kekurangannya:
1) Buku acuan kurang diperhatikan.
2) Bahan disusun urutannya oleh penulis buku, kadang-kadang
kurang bersifat psikologis.
c) Dilihat dari sudut metode mengajar. Keuntungannya:
1) Bentuk pengajaran secara progresif linier.
2) Tidak banyak menggunakan metode bervariasi.
Kekurangannya:
1) Metode yang digunakan bersifat teacher centered.
2) Banyak metode yang digunakan bersifat tradisional.
3) Metode drill, ceramah dan hafalan kurang dapat membentuk
kepribadaian.
4) Kegiatan belajar bersifat ekspositorik
d) Dilihat dari segi guru. Keuntungannya:
1) Persiapan bahan relatif mudah.
2) Bahan sudah siap dipakai.
3) Tak perlu mengadakan bahan banding
Kekurangannya:
1) Kurang kreatif.
2) Kalau ketinggalan buku, guru tidak dapat mengajar.
3) Dibatasi waktu penyampaiannya.
4) Tunduk pada aturan yang dibuat, artinya tidak boleh
menyimpang dari kurikulum.

11
e) Dilihat dari segi peserta didik. Keuntungannya:
1) Beban tugas tidak terlalu banyak.
2) Dapat belajar secara sistematis.
Kekurangannya:
1) Tidak membedakan perbedaan individual
2) Anak dianggap tong kosong yang akan ada kotak-kotak ilmu
pengetahuan yang perlu diisi.
3) Tidak bernisiatif.
4) CBSA tidak berlaku.

Kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated


subject curriculum) antara lain:17

a) Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis


b) Organisasi kurikulum ini sederhana, mudah dilaksanakan dan
direncanakan
c) Kurikulum ini mudah dinilai
d) Kurikulum ini juga dipakai diperguruan tinggi
e) Kurikulum ini telah dipakai berabad-abad lamanya dan sudah
menjadi tradsi
f) Kurikulum ini lebih memudahkan guru dalam mendesain,
membentuk sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.
g) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
h) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai dan budaya terdahulu.
Kekurangan dari separated subject curriculum) antara lain :18
a) Bahan pelajaran diberikan secara terpisah-pisah tidak
menggambarkan hubungan antara materi yang satu dengan yang lain.
b) Bahan pelajaran yang diberikan atau dipelajari siswa tidak bersifat
aktual.
c) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa
cenderung pasif.
17
At-Taubany, Desain Pengembangan..., hal. 56
18
Ibid, hal. 57

12
d) Bahan pelelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan masa
lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan masa depan.
e) Bahan pelajaran tidak berdasarkan aspek permasalahan sosial yang
dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
f) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat,
minat dan kebutuhan siswa.
2. Correlated Curriculum (Mata Pelajaran Gabungan)
Yang dimaksud dengan corelated curriculum ialah kurikulum yang
menekankan perlunya hubungan di antara dua atau lebih mata pelajaran
tanpa menghilangkan batas-batas setiap mata pelajaran. Gagasan ini
muncul bersumber dari konsep pedagogis dan psikologis yang dipelopori
oleh Herbart dengan teori asosiasinya pada permulaan abad ke-19.19
Kurikulum ini sebagai organisasi kurikulum yang mengorelasikan
berbagai mata pelajaran yang mempunyai kesamaan, antara mata
pelajaran satu dengan mata pelajaran lain, tanpa menghilangkan esensi
dari tiap-tiap mata pelajaran.20 Misalnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan gabungan dari biologi, fisika dan kimia sedangkan sejarah,
ekonomi, geografi merupakan mata pelajaran yang mempunyai
kesamaan, sehingga digabungkan menjadi mata pelajara Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :21
a) Berbagai mata pelajaran dikorelasikan satu dengan yang lainnya.
b) Sudah dimulai adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan
permasalahan kehidupan sehari-hari.
c) Sudah mulai mengusahakan penyesuasian pelajaran dengan minat
dan kemampuan para siswa.
d) Merode penyampain menggunakan merode korelasi.
e) Meski guru masih memegang peran aktif, namun aktifitas siswa
sudah mulai dikembangkan.
19
Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan..., hal. 58
20
A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, (Surabaya: Bina Ilmu, 1998), hal. 59
21
Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan..., hal. 157

13
Kelebihan correlated curriculum yaitu:22
a) Dapat menambah interes dan menet siswa terhadap adanya
hubungan antara berbagai bidang studi.
b) Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada siswa, dimana
dalam pelajaran yang disajikan disoroti dari berbagai bidang dan
disiplin ilmu.
c) Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip dari
pada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.
d) Pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih mendalam dengan
penguraian dan penjelasan dari berbagai bidang studi.
Kekurangan correlated curriculum abtara lain:23
a) Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan
sistematis.
b) Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam
c) Kebanyakan diantara para guru kurang menguasai antar disiplin
ilmu, sehingga dapat mengaburkan pemahaman siswa.
d) Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan
kebutuhan siswa, demikian juga, masalah-masalah yang
dikemukakan tidak berkenaan secara langsung dengan kehidupan
sehari-hari yang dialami siswa.
3. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)
Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau
keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu
membentuk kepribadian murid yang integral, selaras dengan kehidupan
disekitarnya, apa yang diajarkan disekolah disesuaikan dengan kehidupan
anak di luar sekolah.24

22
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), hal. 46-47
23
Ibid
24
Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum..., hal. 5

14
Intregrated curriculum memilki beberapa kelebihan dan manfaat,
antara lain:25
a) Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian
serat.
b) Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar-
mengajar.
c) Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat.
d) Sesuai dengan ide demokrasi, dimana siswa dirangsang untuk berfikir
sendiri, bekerja sendiri dan bekerja sama dengan kelompok.
e) Penyajian bahan disesuaikan dengan kesanggupan individu, minat dan
kematangan siswa.

Kelemahan-kelemahan dari integrated curriculum sendiri yaitu :26

a) Guru tidak dilatih untuk melakukan kurikulum semacam ini.


b) Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis.
c) Terlalu memberatkan tugas-tugas guru.
d) Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum.
e) Siswa dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum.
f) Sarana dan prasarana yang kurang memadai yang dapat menunjang
pelaaksanaan kurikulum tersebut.

Integrated curriculum dapat dibedakan dalam beberapa bentuk


antara lain:27

a) The Child Centered Curriculum

Dalam perencanaan kurikulum ini, faktor kebutuhan anak


menjadi perhatian utama, sehingga pembelajaran yang dilakukan
mempunyai arti penting dalam rangka memecahkan masalah yang
dihadapi anak didik. Kebutuhan-kebutuhan tersebut misalnya

25
At-Taubany, Desain Pengembangan..., hal. 60
26
Ibid
27
Zaini, Pengembangan Kurikulum..., hal. 73-74

15
kebutuhan yang berhubungan dengan pribadi, kebutuhan hubungan
sosial dan kebutuhan ekonomi.

b) The Social Function Curriculum

Dalam pengembangan kurikulum ini didasarkan pada


lingkungan sosial anak didik, sehingga pelajaran yang diperoleh
memiliki fungsi dan makna bagi kehidupan sehari-hari dan tidak
terpisah dengan kondisi masyarakat.

c) Activity/Experience Curriculum

Kurikulum ini didasarkan pada pemikiran bahwa anak didik


hanya dapat belajar dari pengalaman yang diperoleh melalui kegiatan
atau aktifitas riil. Belajar hanya terjadi pada proses interaksi yang
aktif. Berpikir hanya dapat dikembangkan melalui problem solving.
Masalah akan dimunculkan dan akan ditentukan oleh anak didik
sendiri, sehingga kurikulum ini tidak dapat direncanakan sebelumnya,
karena masalah akan muncul dari buah pikiran dan aktifitas anak didik
secara'spontan. Dari proses pemecahan masalah itulah anak didik akan
memperoleh pengetahuan berbagai disiplin ilmu, dalam bentuk
terintegrasi.

d) Core Curriculum

Artinya kurikulum inti atau pendidikan umum yaitu semua


program pendidikan yang penting, esensial, dan fundamental.
Kurikulum ini merujuk pada pengalaman belajar yang fundamental
bagi peserta didik. Pengalaman belajar itu berasal dari kebutuhan
individual maupun kelompok dan kebutuhan sosial sebagai warga
masyarakat dan negara. Kurikulum ini pada awalnya merupakan
bahan atau materi pelajaran yang harus diketahui oleh semua anak
didik pada semua tingkatan. Kurikulum ini bisa disajikan dalam
bentuk separated-subject curriculum, Correlated Curriculum, broad
field curriculum maupun Integrated Curriculum. Misalnya di

16
perguruan tinggi Islam semua mahasiswa dari seluruh program studi,
wajib mengambil mata kuliah 'Ulumul-Qur'an dan 'Ulumul Hadits. Di
sekolah menengah atas, semua siswa dari semua jurusan wajib
mengikuti pelajaran Bahasa Inggris.

Bentuk kurikulum yang lain juga dijelaskan oleh Muhammad Zaini


yaitu Broad Field Curriculum. Broad field curriculum adalah bentuk
kurikulum yang menghilangkan atau menghapus batas masing-masing mata
pelajaran, kemudian menyatukan atau menggabungkan mata pelajaran yang
berhubungan erat itu. Beberapa kelebihan broad field curriculum antara lain:28

1. Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada siswa.


2. Dapat menambah interest dan minat siswa terhadap adanya hubungan
antara berbagai bidang studi.
3. Pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih luas, karena mendapatkan
penjelasan dari berbagai keilmuan.
4. Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih
fungsional dalam memecahkan suatu masalah kehidupan.
5. Lebih mengutamakan poia pemahaman atau pengertian dan prinsip-
prinsip dari pada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta
Kelemahan dari Broad field curriculum antara lain:29
1. Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan
kebutuhan dan minat siswa.
2. Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada
berbagai mata pelajaran.
3. Urusan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan
sistematis.
4. Kebanyakan di antara para guru kurang menguasai antardisiplin ilmu.

D. Hubungan Antar Bentuk Kurikulum

28
Ibid, hal. 69-70
29
At -Taubany, Desain Pengembangan..., hal. 59

17
Ketiga macam kurikulum ini tidak usah dipandang bertentangan yang
satu dengan yang lain. Yang satu dapat membantu yang lain. Apa yang
dikatakan mengenai separate subject juga berlaku bagi broad fileds yakni
paduan antara beberapa mata pelajaran seperti IPA, IPS, Bahasa, Matematika
dan Kesenian. Ketiga macam kurikulum dapat berjalan berdampingan dan
bantu membantu.30
Berbeda dengan pendapat Hamid Hasan. yang menghendaki
penghapusan mata pelajaran di tingkat dasar, karena untuk sekolah tingkat
awal itu terlalu dini berbicara spesialisasi mata pelajaran tertentu, yang
mengarah pada pekerjaan tertentu. Basis filosofi dan pendekatannya harus
dirubah dari subyek akademis menuju rekonstruksi sosial. Gagalnya
pendidikan moral bangsa ini karena pendidikan selama ini mengesampingkan
aspek afektif dan moral anak didik. Guru hanya mempunyai tarjet kelulusan
para siswanya dalam ujian nasional, sehingga melupakan aspek lain yang
lebih berhubungan pada pembentukan kepribadian anak bangsa.31
Diantara bentuk-bentuk kurikulum itu tidak perlu dipandang
bertentangan dan dipertentangkan karena pada kenyataannya semua bentuk
tersebut mempunyai kelebihan disamping memiliki kekurangan masing-
masing. Apabila hanya memilih salah satu bentuk kurikulum itu tentu akan
menimbulkan masalah, karena kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa
paling tidak ada tiga aspek yaitu cognitiv, afektif dan psikomotorik. Jika
semua sekolah saat ini semua harus mengadopsi bentuk integrated curriculum
belum tentu akan berhasil dengan gemilang seperti yang diharapkan banyak
pihak, apalagi dalam waktu singkat. Karena implementasi bentuk sparated
subjects curriculum yang sudah berjalan puluhan tahun saja, dianggap tidak
berhasil.32
Dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin
pesat serta tuntutan dunia usaha berkenaan mutu dan kompetensi, dewasa ini
tidak dimungkinkan lagi mengembangkan kurikulum berdasarkan konsep
30
Nasution, Asas-Asas..., hal. 218-219
31
Zaini, Pengembangan Kurikulum..., hal. 76
32
Ibid, hal. 76-77

18
desain yang murni. Untuk menyesuaikan dengan tuntutan tersebut muncullah
berbagai berbagai desain alternatif. Sebagai contoh pemberlakukan
pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi.33
Bentuk organisasi satu dengan bentuk yang lain memilki kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Apabila kekurangan dan kelebihan tersebut dapat
dikelola dengan baik, maka akan menambah keunggulan dari bentuk
organisasi tersebut. Kelemahan tersebut dapat ditutupi dengan kelebihan yang
dimiliki bentuk organsisasi yang lain. Dari kelemahan bentuk organisasi
tersebut muncullah model alternatif kurikulum yang membantu dalam
mengurangi atau melengkapi kekurangan tersebut. Salah satu bentuk desain
alternatif yang digunakan adalah desain kurikulum humanistik. Desain
kurikulum ini dikembangkan dengan mengutamakan peran siswa dengan
menciptakan suasana belajar yang memungkinkan siswa mengaktualisasikan
dirinya.

33
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 89

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Organisasi kurikulum merupakan suatu rancangan desain pembelajaran
yang disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik agar
mempermudah dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
2. Prosedur pengorganisasian kurikulum antara lain prosedur buku
pelajaran, prosedur survei pendapat, prosedur studi kesalahan, prosedur
rosedur mempelajari kurikulum lainnya, analisis kegiatan orang dewasa,
prosedur fungsi sosial, prosedur minat kebutuhan dan prosedur
employee.
3. Jenis-jenis organisasi kurikulum sebagai berikut separated subject
curriculum, correlated curriculum, integrated curriculum, the child
centered curriculum, the social function curriculum, activity/experience
curriculum, core curriculum dan broad field curriculum.
4. Bentuk-bentuk kurikulum memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan
antara bentuk yang satu dengan bentuk yang lain, meskipun tiap bentuk
mengandung ciri khas tersendiri. Tiap bentuk kurikulum mempunyai
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Jadi, tiap bentuk kurikulum
memiliki hubungan yang melengkapi antara satu bentuk ke bentuk lain.

B. Saran
Makalah diatas masih banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah di atas agar kedepannya bisa diperbaiki dan akan menjadi lebih baik
lagi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia.

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Remaja


Rosdakarya.

At-Taubany, Trianto Ibnu Badar. 2017. Desain Pengembangan Kurikulum 2013


di Madrasah. Depok: Kharisma Putra Kencana.

Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Lismina. 2017. Pengembangan Kurikulum. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Nasution, S. 2014. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurdin, Syafruddin. 2015. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.


Jakarta: Quantum Teaching.

Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Teknologi dan Kejuruan. Bandung: Refika Aditama.

Sista, Taufik Rizki. 2017. Implementasi Manajemen Kurikulum Dalam


Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Educan. Vol. I. No. 1.

Sudin, Ali. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI Press.

Sudjana, Nana. 2018. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.


Bandung: Sinar Baru Algensido.

Sugiana, Aset. 2018. Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum dalam


Meningkatkan Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pedagogik. Vol. V. No. 2.

Sulaiman. 2013. Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum. Jurnal


Ilmiah Didaktika. Vol. XIV. No. 1.

Suryosubroto, B. 2015. Tatalaksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Syarief, A. Hamid. 1998. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu.

Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi


Evaluasi dan Inovasi. Yogyakarta: Teras.

21

Anda mungkin juga menyukai