Disusun oleh :
Fitri anggeli (17005114)
Hernwan erfan prasetya (17005116)
Yolanda rismawati (17005106)
Dosen pembimbing :
Dr. Tasril Bartin, M.Pd
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum
Acara Peradilan Agama dengan judul “Prosedur Pengajuan Gugatan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka penulis
bertujuan memberikan pemahaman mengenai :
1. Mengetahui teori-teori kepemimpinan.
2. Mengetahui fungsi manajemen pendidikan luar sekolah.
BAB II
PEBAHASAN
A. Teori Kepemimpinan
Ada beberapa teori kepemimpinan yang dikemukakan anatara lain:
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas
dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin
yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat. Ciri-ciri ideal
yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
a. pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.
b. sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif.
c. kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu
bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul
dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno,
namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung
didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru
sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang
individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian
tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan
memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela,
mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh
penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada
pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan
dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada
produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.1[4]
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada
dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan
berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur
melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap
bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan
dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443).
3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan
faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
3. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
4. Norma yang dianut kelompok
5. Rentang kendali
6. Ancaman dari luar organisasi
7. Tingkat stress
8. Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca"
situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan
dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan
dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu
karena tuntutan situasi tertentu.
4. Teori orang-orang terkemuka
Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan
berkenaan dengan sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
5. Teori lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan
keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan
tertekan, perubahan dan adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan
tidak terletak dalam dari individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
6. Teori personal situasional
Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga
faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta
peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
7. Teori interaksi harapan
Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam
kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok
yang berhasil diajak berinteraksi.
8. Teori humanistik
Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang
saling berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-
harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam
interaksi yang berlangsung.
9. Teori pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati
status yang cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin
cenderung akan kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati
melaksanakan segala kewajibannya.
1. Perencanaan
Perencaanan bertujuan untuk merancang tujuan yang ditetapkan baik tujuan
umum dan tujuan khusus dalam suatu organisasi atau lembaga penyelenggara
pendidikan nonformal. Setelah tujuan ditetapkan perencanaan berkaitan dengan
penyusunan pola, rangkaian, dan proses kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapat tujuan tersebut.
2. Pengorganisasian
Merupakan upaya melibatkan semua sumber manusia dan non manusia
kedalam kegiatan yang terpadu untuk menciptakan tujuan lembaga atau organisasi
penyelenggara pendidikan nonormal.
3. Penggerakan
Fungsi penggerakan adalah mewujudkan tingkat penampilan dan partisipasi
yang tinggi dari setiap pelaksanaan yang terlibat dalam kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
4. Pembinaan
Upaya untuk memelihara efisiensi dan efektivitas kegiatan sesuai dengan
yang telah direncanakan dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Penilaian
Penilaian berperan untuk menghimpun, mengolah, dan menyajikan informasi
untuk pengambilan keputusan yang menyangkut upaya justifikasi, perbaikan,
penyesuaian, pelaksanaan, dan pengembangan pendidikan non formal.
6. Pengembangan
Pelaksanaan kembali program pendidikan non formal melalui fungsi-fungsi
manajemen dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan,
penilaian, dan pengembangan. Dengan demikian pengembangan berperan untuk
menjembatani siklus kegiantan pendidikan non formal dalam mata rantai peningkatan
kegiatan secara berkelanjutan.
Manajemen pendidikan luar sekolah terdiri atas fungsi-fungsi yang berurutan
dan berdaur, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan,
penilaian dan pengembangan. Program pendidikan luar sekolah disusun secara
terencana sesuai dengan satuan, jenis, dan lingkup pendidikan luar sekolah.
DAFTAR PUSTKA