Anda di halaman 1dari 9

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kasus di atas kami disini mengutarakan dulu

tentang karakteristik kejiwaan di usia pendidikan dasar


Berbicara tentang kejiwaan, usia peserta didik SMP berkisar antara 13 sampai dengan 15
tahun dan masuk pada kelompok masa remaja awal, seperti yang dijelaskan oleh Rumini &
Sundari (2004). Rumini dan Sundari menyatakan bahwa masaremaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi
untuk memasuki masa dewasa. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas
tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan,
dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Perkembangan psikologi
Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP:
a.Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan
b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder
c. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul,
serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari
orangtua.
d. Senang membandingkan kaedah-kaeadah, nilai-nilai etika atau norma dengankenyataan
yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
e. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan Tuhan.
f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiriyang sesuai
dengan dunia sosial.
h. Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.
Anak usia SMP adalah anak-anak yang memasuki uisa remaja, pada masa tersebut, konsep
diri mereka mengalami perkembangan yang kompleks dan melibatkan sejumlah aspek diri
mereka. Santrock (1998) dalam Desmita (2014) menyebutkan sejumlah karakteristik penting
perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu :
1) Abstract and idealistic.
Pada masa remaja, anak-anak lebih meungkin membuat gambaran tentang diri mereka
dengan kata-kata yang abstrak dan idealistic. Meskipun tidak semua remaja
menggambarkan diri mereka dengan cara yang idealis, namun sebagian besar remaja
membedakan antara diri mereka yang sebenarnya dengan diri yang diidamkan. 123
2) Differentiated
Konsep diri remaja menjadi semakin terdeferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang lebih
muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau
situasi yang semakin terdeferensiasi.
3) Contradiction within them self
Setelah remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam konteks
yang berbeda-beda maka muncullah kontradiksi antara diri-diri yang yang terdeferensiasi.
4) The Fluctuating Self
Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada akhirnya memunculkan fluktuasi diri dalam
berbagai situasi. Diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga masa di mana
remaja berhasil membentuk teori tentang dirinya.
5) Real and Ideal, true and False Selves
Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di samping diri
yang sebenarnya merupakan sesuatu yang membingungkan remaja. Kemampuan
menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata dengan diri yang ideal menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan secara kognitif.
6) Self Conscious
Remaja lebih sadar akan dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan lebih memikirkan
tentang pemahaman diri mereka. Remaja menjadi lebih introspektif dan kadang-kadang
meminta dukungan dan penjelasan dari teman-temannya.
7) Self Protective
Merupakan mekanisme untuk mempertahankan diri , dimana di dalam upaya melindungi
dirinya remaja cenderung menolak adanya karakteristik negatif di dalam dirinya. Gambaran
diri yang positif seperti menarik, suka bersenang-senang, sensitive, penuh kasih saying, dan
ingin tahu lebih sering disebutkan sebagai bagian inti diri remaja yang penting.
Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak dapat dipisahkan dari bermacam
pengaruh, baik itu lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya
serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang
identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri secara efektif.
Berkaitan dengan lingkungan peserta didik, pada saat ini tidak hanya lingkungan sekolah,
rumah atau teman sepermainan namun juga lingkungan secara global dikarenakan
perkembangan teknologi. Fenomena yang perlu diperhatikn guru adalah pengaruh
globalisasi pada semua sektor dapat berdampak positif yang dapat mendukung proses
belajar seperti untuk pencarian artikel, tugas dan sebagainya. Namun, jika teknologi
disalahgunakan maka berdampak buruk terhadap moral peserta didik.
Masa remaja banyak dihabiskan pada aktivitas di sekolah, sehingga apabila sekolah tidak
dapat mewadahiperkembangan remaja maka arahnya akan menjadi negative, misalnya
tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila
berinteraksi dalam lingkungannya.
Pengaruh Media Sosial Terhadap kasus Cyberbullying
Perundungan online atau bisa juga disebut Cyberbullying ini kian hari kian melejit, Cyber
Bullying merupakan sebuah tindakan kekerasan dengan menggunakan media sosial
sebagai alat utama untuk melecehkan,mengancam,memepermalukan, dan mengejek orang
lain. Dalam hal ini tidak perlunya tatap muka atau pun bertemu langsung dengan orang yang
dibully, namun hanya melaui media sosial saja. Tindakan cyberbullying ini bisa menyerang
psikis dan juga depresi sebab korban akan merasa terancam ataupun merasa malu yang
berlebihan sehingga dapat menyerang psikologi korban untuk melakuan tindakan yang
nekad seperti bunuh diri.
Pesatnya kemajuan media sosial saat ini akan sangat memudahkan seseorang untuk
melakukan tindakan ini secara bebas. Hal ini termasuk kedalam kasus yang susah untuk
dihentikan namun bisa dicegah dengan cara melakukan hal-hal positif dalam media sosial
yang kita gunakan, kemudian jangan terpancing oleh konten-konten yang sekiranya bisa
merugikan orang banyak, dan juga memperhatikan interaksi yang kita jalani oleh orang-
orang yang ada di media sosial kita. Hal tersebut dianggap sebagai salah satu cara untuk
mencegah terjadinya cyber Bullying, walaupun susah di hentikan namun bisa dicegah,
semua tergantung dari bagaimana kita menggunakan media sosial dengan bijak.
Pengaruh media sosial terhadap perubahan masyarakat dan budaya dilandaskan pada teori
ketergantungan system media yang berasusmi bahwa semakin seseorang menggantungkan
kebutuhannya untuk dipenuhi oleh penggunaan media semakin penting peran media dalam
hidup orang tersebut sehingga media akan semakin memiliki pengaruh terahadap orang
tersebut. (Baran & Davis, 2010). Dalam hal ini sebagai penguna media seseorang dituntut
untuk pandai-pandai memilih informasi serta menjaga attitude dalam penggunaan sosial
media, karna sudah sama kita ketahui media sosial merupakan media dimana semua orang
bebas berpendapat serta saling bertukar informasi sehingga rentan memunculkan konflik.
Sementara dalam teori yang dikemukakan oleh McLuhan yakni teori determinisme teknologi
menyebutkan bahwa setiap kejadian atau tindakan yang dilakukan oleh manusia itu akibat
pengaruh dari perkembangan teknologi, perkembangan teknologi tersebut tidak jarang
membuat manusia bertindak diluar kemauan sendiri. (Santoso & Setiansah, 2010), maka
dari itu dapat diartikan bahwa teknologi yang dibuat oleh manusia justru mengatur tindakan
manusia sehingga manusia bertindak diluar kemaunnya sendiri. Contohnya, iklan e-market
di sosial media yang beredar membuat manusia memiliki hasrat untuk memuaskan diri
dengan membeli barang – barang yang sebenarnya tidak begitu diperlukan dan sudah
menjadi salah satu tindakan yang berada diluar kemauannya sendiri.
Hanya dengan satu kata tetapi bisa menimbulkan sejuta masalah, seperti halnya kasus yang
di timpa oleh Reemar artis tiktok yang berasal dari filiphina yang dihujat di akun twiternya
oleh netizen perempuan indonesia. Permasalahan ini menjadi viral sampai Reemar
meninggalkan akun resmi nya di berbagai akun sosial media yang dia gunakan. Hal ini
disebabkan karena vidio tiktok yang dipost oleh reemar menimbulkan beberapa kehancuran
hubungan percintaan netizen karena pacarnya sering mengupload vidio-vidio reemar di
berbagai status sosial medianya sehingga menyebabkan kecemburuan dan akhirnya timbul
perpecahan diantara mereka dan reemar dituding sebagai biang masalahnya. Tidak hanya
Reemar yang mengalami cyberbullying melainkan aktor drama korea “The World of The
Married” yaitu Han So Hee yang dihujat oleh nestizen indonesia karena peran pelakor yang
dimainkannya di drama tersebut, sampai kata pelakor pun viral di korea dilihat dari situs
pencarian terbesar di korea selatan.
Dilihat dari kedua permasalahan tersebut sudah sangat jelas bahwa cyberbullying ini masih
berlanjut dan pemicunya cuman hal sepele namun menjadi sebuah permasalahan yang
besar. Apabila dikaitkan dengan sebuat teori cyberbullying ini bisa dikaitkan dengan teori
efek terbatas, sebab adanya opini leader yang akan mempengaruhi kelompok atau
masyarakat lain untuk ikut-ikutan mengolok-olok korban yang dibully. Sehingga
cyberbullying ini membawa pengaruh terhadap perubahan masyarakat sebab, adanya opini
leader ini yang merubah perilaku masyarakat yang awalnya tidak ikut-ikut dalam
berkomentar menjadi suka berkomentar untuk melakukan hal semacam ini.
Maka dari itu, sebaiknya masyrakat saat ini mulai menggunakan media sosial dengan bijak
agar bisa meminimalisirkan kejahatan ataupun tindakan yang merugikan orang banyak,
selain itu juga masyarakat sebaiknya memperhatikan cara berkomunikasi dengan
menggunakan media sosial agar tidak terjdinya kesalah pahaman terhadap orang yang
dikomentar.
Belakangan ini, banyak sekali kasus bullying atau perundungan terjadi di masyarakat. Aksi
bullying cenderung dialami oleh anak-anak sekolah.
Kebanyakan korban dari tindakan intimidasi ini pun tak mampu melawan ketika mendapat
kekerasan dari si pelaku bullying
Melansir bullying.co.uk, perilaku bullying sering ditujukan kepada orang tertentu karena
alasan ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, penampilan dan kondisi fisik seseorang
yang berbeda.
Perilaku bullying dapat dialami oleh siapa saja dan kapan saja. Namun, kebanyakan terjadi
pada anak-anak dan remaja.
Penyebab Perilaku Bullying
Menurut sebuah riset, penyebab bullying dapat berasal dari korban maupun si pelaku bully
itu sendiri.
Adapun penyebab bullying yang berasal dari si korban, di antaranya:
• Penampilan fisik yang dianggap berbeda atau ketinggalan zaman bila dibandingkan
dengan orang-orang lain pada umumnya.
• Berasal dari ras berbeda yang dianggap sebagai minoritas.
• Kecenderungan orientasi seksual yang berbeda memasuki usia remaja, misalnya gay,
lesbian, transgender, dan sebagainya.
• Ketika dianggap lemah dan tidak mampu melawan orang-orang di sekitarnya.
• Terlihat tidak mudah bergaul (kurang pergaulan) dan memiliki sedikit teman.

Sementara itu, faktor penyebab bully dari sisi pelaku bullying itu sendiri, antara lain:
• Pelaku bully memiliki masalah pribadi hingga membuatnya tidak berdaya dengan
kehidupannya sendiri.
• Si pelaku adalah korban bully di lingkungan keluarga. Ia kemudian membalasnya dengan
cara mem-bully orang lain yang lebih lemah darinya.
• Rasa iri si pelaku kepada korban karena ia tidak memiliki keistimewaan yang sama dengan
orang tersebut.
• Tak jarang, pelaku sengaja melakukan penindasan ke orang lain hanya untuk mencari
perhatian.
• Kesulitan mengendalikan emosi ketika marah dan frustasi, sehingga dilampiaskan dengan
tindakan intimidasi ke orang lain.

Dampak atau Efek Samping Tindakan Bullying


Dari perilaku bullying yang dialami seseorang, tentu akan menimbulkan dampak atau efek
samping pada fisik maupun mental.
Beberapa dampak jangka panjang maupun pendek akibat bullying, meliputi:
• Rasa takut, stres, cemas, hingga depresi berlebihan oleh si korban.
• Timbul keinginan untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri.
• Kesulitan tidur, nafsu makan menurun, suasana hati tidak stabil, dan tidak berdaya.
• Rendahnya rasa percaya diri.
• Merasa kesepian dan terisolasi dari lingkungan sekitarnya.
• Korban bullying cenderung sulit terbuka apalagi percaya pada orang lain.

Cara Pencegahan atau Mengatasi Bullying


Lantas pertanyaannya, apakah bullying dapat dicegah? Jika iya, bagaimana cara
pencegahan bullying?
Berikut adalah beberapa cara mencegah bullying yang dapat kamu lakukan:
• Berusaha tetap bersikap tenang. Ambil nafas dalam-dalam sekitar satu menit, lalu
hembuskan perlahan keluar.
• Sebisa mungkin tidak menunjukkan amarah atau sedih di depan pelaku bullying.
• Berdiri tegak, angkat kepala, dan pandang si pelaku bullying dengan tegas. Hadapi dan
tidak perlu takut.
• Jika pelaku memintamu untuk melakukan perilaku yang merugikan, tolak hal itu dengan
sopan dan tegas.
• Langsung menghindar bila ada kemungkinan kamu dalam bahaya.
• Jika sulit menghadapi si pelaku bullying secara sendirian, cobalah cari bantuan dari orang
di sekitar.
• Blokir semua akun media sosial si pelaku bully. Ini terjadi bila kamu mengalami cyber-
bullying di internet.
• Simpan perilaku bullying dari si pelaku sebagai barang bukti untuk dilaporkan pada pihak-
pihak berwenang.

Apabila kamu sebagai orang tua dan tidak ingin anak menjadi korban ataupun pelaku
perundungan, inilah cara pencegahan bullying yang dapat dilakukan:
• Tanamkan nilai-nilai moral dan positif sejak dini kepada anak.
• Bangunlah komunikasi yang baik dengan anak, lalu dampingi ia dalam proses tumbuh
kembangnya.
• Seringlah mengajak anak berdikusi untuk mencari tahu tindakan apa saja yang mungkin ia
dapatkan dari orang-orang sekitar.
• Dukunglah minat dan bakat si anak pada kegiatan positif.
• Bangunlah rasa empati pada diri anak terhadap lingkungan dan orang-orang di
sekelilingnya.
• Bila anak cenderung terlihat sebagai pelaku bullying, ajak anak berdiskusi dan jelaskan
bahwa itu bukanlah perilaku terpuji.

Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2)
menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Peraturan perundang -undangan yang terkait dengan anak telah banyak diterbitkan, namun
dalam implementasinya di lapangan masih menunjukkan adanya berbagai kekerasan yang
menimpa pada anak antara lain adalah bullying.

Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan segala


bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau
sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk
menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.

Terdapat banyak definisi mengenai bullying, terutama yang terjadi dalam konteks lain seperti
di rumah, tempat kerja, masyarakat, komunitas virtual. Namun dalam hal ini dibatasi dalam
konteks school bullying atau bullying di sekolah. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005)
mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang
lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Kasus bullying yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia kian memprihatinkan.
Hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014
menyebutkan, hampir setiap sekolah di Indonesia ada kasus bullying, meski hanya bullying
verbal dan psikologis/mental. Kasus-kasus senior menggencet junior terus bermunculan.
Statistik kasus pengaduan anak di sektor pendidikan dari Januari 2011 hingga Agustus 2014
tergambar sbb: Tahun 2011 terdapat 61, tahun 2012 terdapat 130 kasus, tahun 2013
terdapat 91 kasus, tahun 2014 terdapat 87 kasus.
Bullying dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori:

• Kontak fisik langsung.


Tindakan memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang
dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang yang
dimiliki orang lain.

• Kontak verbal langsung.

Tindakan mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan


nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/mengejek,
mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.
• Perilaku non-verbal langsung.
Tindakan melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang
merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.

• Perilaku non-verbal tidak langsung.


Tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak,
sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng.

• Cyber Bullying
Tindakan menyakiti orang lain dengan sarana media elektronik (rekaman video intimidasi,
pencemaran nama baik lewat media social)
• Pelecehan seksual.
Kadang tindakan pelecehan dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.

Dampak

Dampak bullying dapat mengancam setiap pihak yang terlibat, baik anak-anak yang di-bully,
anak-anak yang mem-bully, anak-anak yang menyaksikan bullying, bahkan sekolah dengan
isu bullying secara keseluruhan. Bullying dapat membawa pengaruh buruk terhadap
kesehatan fisik maupun mental anak. Pada kasus yang berat, bullying dapat menjadi pemicu
tindakan yang fatal, seperti bunuh diri dan sebagainya. Dampak dari bullying adalah:

a. Dampak bagi korban.


- Depresi dan marah
- rendahnya tingkat kehadiran dan rendahnya prestasi akademik siswa,
- Menurunnya skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa.
b. Dampak bagi pelaku.
Pelaku memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung
bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras,
mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Memiliki kebutuhan kuat
untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati terhadap targetnya. Dengan
melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan terhadap
keadaan. Jika dibiarkan terus menerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat
menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku
kriminal lainnya.
c. Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying (bystanders).

Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi penonton
dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi
ini, beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi
sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa melakukan
apapun dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.

Permasalahan
1) Anak yang memiliki kontrol diri yang rendah, berpotensi menjadi :
a) Pembully karena sebelumnya menjadi korban kekerasan dan menganggap dirinya selalu
terancam dan biasanya bertindak menyerang sebelum diserang, tidak memiliki perasaan
bertanggungjawab terhadap tindakan yang telah dilakukan, serta selalu ingin mengontrol
dan mendominasi dan tidak menghargai orang lain. Mereka melakukan bullying sebagai
bentuk balas dendam.
b) Korban bully berkaitan dengan ketidakmampuan atau kekurangan korban dari aspek fisik,
psikologi sehingga merasa dikucilkan.
2) Keluarga permisif terhadap perilaku kekerasan, yang ditunjukkan dengan orangtua yang
sering bertengkar dan melakukan tindakan yang agresif, serta tidak mampu memberikan
pengasuhan yang baik.
3) Teman sebaya yang menjadi supporter/penonton yang secara tidak langsung membantu
pembully memperoleh dukungan kuasa, popularitas dan status.
4) Sekolah, lingkungan sekolah dan kebijakan sekolah mempengaruhi aktifitas, tingkah laku
serta interaksi pelajar di sekolah. Rasa aman dan dihargai merupakan dasar pencapaian
akademik yang tinggi di sekolah, jika hal ini tidak dipenuhi maka pelajar akan bertindak
mengontrol lingkungan dengan melakukan tingkah laku anti social seperti melakukan bully.
Manajemen dan pengawasan disiplin sekolah yang lemah juga mengakibatkan munculnya
bullying di sekolah.
5) Media massa sering menampilkan adegan kekerasan yang juga mempengaruhi tingkah
laku kekerasan anak dan remaja.
Solusi mengatasi permasalahan:
Upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi bullying meliputi program pencegahan dan
penanganan menggunakan intervensi pemulihan sosial (rehabilitasi).

A. Pencegahan
Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, dimulai dari anak, keluarga, sekolah dan
masyarakat.
1) Pencegahan melalui anak dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar :
a. Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying
b. Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya
c. Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying terjadi (melerai/mendamaikan,
mendukung teman dengan mengembalikan kepercayaan, melaporkan kepada pihak
sekolah, orang tua, tokoh masyarakat)
2) Pencegahan melalui keluarga, dengan meningkatkan ketahanan keluarga dan
memperkuat pola pengasuhan. Antara lain :
a. Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antar sesama
b. Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini dengan memperlihatkan cara
beinterakasi antar anggota keluarga.
c. Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian dan ketegasan anak serta
mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialiasi
d. Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan kepedulian dan sikap menghargai),
berikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan
e. Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televisi, internet dan
media elektronik lainnya.
3) Pencegahan melalui sekolah
a. Merancang dan membuat desain program pencegahan yang berisikan pesan kepada
murid bahwa perilaku bully tidak diterima di sekolah dan membuat kebijakan “anti bullying”.
b. Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid
c. Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah
d. Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.
e. Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.
f. Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah
4) Pencegahan melalui masyarakat dengan membangun kelompok masyarakat yang peduli
terhadap perlindungan anak dimulai dari tingkat desa/kampung (Perlindungan Anak
Terintegrasi Berbasis MAsyarakat : PATBM).

B. Penanganan menggunakan intervensi pemulihan sosial (rehabilitasi)

Merupakan proses intervensi yang memberikan gambaran yang jelas kepada pembully
bahwa tingkah laku bully adalah tingkah laku yang tidak bisa dibiarkan berlaku di sekolah.
Pendekatan pemulihan dilakukan dengan mengintegrasikan kembali murid yang menjadi
korban bullying dan murid yang telah melakukan tindakan agresif (bullying) bersama dengan
komunitas murid lainnya ke dalam komunitas sekolah supaya menjadi murid yang
mempunyai daya tahan dan menjadi anggota komunitas sekolah yang patuh dan berpegang
teguh pada peraturan dan nilai-nilai yang berlaku.
Program pendekatan pemulihan sosial ini mempunyai nilai utama yaitu penghormatan,
pertimbangan dan partisipasi. Prinsip yang digunakan adalah :

1) Mengharapkan yang terbaik dari orang lain


2) Bertanggungjawab terhadap tingkah laku dan menghargai perasaan orang lain
3) Bertanggungjawab atas apa yang telah dilakukan
4) Peduli kepada orang lain
Kasus tersebut diatas jika kita tilik dari prinsip dasar pendidikan dasar yang terkait dengan
dengan filosofi, anthropologi dan sosiologi. Seseorang yang melakukan pembullian bisa jadi
karena merasa tertekan, dendam, karena berasal dari lingkungan yang membentuk
kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu menahan emosinya. Lingkungan
sekolah juga bisa menjadi faktor penyebab anak melakukan
perudungan/pembulliyan, misalnya guru yang berbuat kasar dan berkata kasar kepada
siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi kejiwaan siswa baik dalam sosial ekonomi
maupun dalam lingkungan keluarganya.
Terkait dengan psikologi dan pedagogi, kasus bullying terjadi bisa dari faktor orang tua yang
terlalu memanjakan anaknya, atau orang tua yang terlalu keras didikan kannya terhadap
anaknya atau dari keluarga yang berantakan ayah dan ibunya berpisah Broken home .
Kasus bullying bisa juga terjadi karena anak terlalu berlebihan terhadap penggunaan media
sosial
Apabila kita sebagai orang tua dan tidak ingin anak menjadi korban ataupun pelaku
perundungan, inilah cara pencegahan bullying yang dapat dilakukan:
• Tanamkan nilai-nilai moral dan positif sejak dini kepada anak.
• Bangunlah komunikasi yang baik dengan anak, lalu dampingi ia dalam proses tumbuh
kembangnya.
• Seringlah mengajak anak berdikusi untuk mencari tahu tindakan apa saja yang mungkin ia
dapatkan dari orang-orang sekitar.
• Dukunglah minat dan bakat si anak pada kegiatan positif.
• Bangunlah rasa empati pada diri anak terhadap lingkungan dan orang-orang di
sekelilingnya.
• Bila anak cenderung terlihat sebagai pelaku bullying, ajak anak berdiskusi dan jelaskan
bahwa itu bukanlah perilaku terpuji.

Sumber Belajar:
1. Modul MPDR5101
2.https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8e022-januari-ratas-bullying-kpp-pa.pdf
3.https://tekno.kompas.com/read/2021/03/29/07164137/instagram-media-sosial-pemicu-
cyberbullying-tertinggi
4.https://kumparan.com/rahmat-saputra-1590665206189960886/pengaruh-media-sosial-
terhadap-kasus-cyberbullying-1tYoaUZ9fxQ

Anda mungkin juga menyukai