Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN HASIL OBSERVASI PENGELOLAAN KELAS DI

KELAS III A SD N DEMANGAN

Mata Kuliah: Pengelolaan Kelas

Dosen Pengampu: Suyantiningsih, S. Pd., M. Pd.

Oleh
Yunita Dzikrina Istighfarani
NIM 17105241006

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan observasi pengelolaan kelas di kelas III A SD N Demangan telah


selesai dan disahkan pada tanggal 2 Desember 2019.

Mengetahui,

Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Kelas

Suyantiningsih, S. Pd., M. Ed.


NIP. 197803072001122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga tim penulis dapat menyalesaikan laporan sesuai dengan waktu yang
di tetapkan. Selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik materi maupun moral. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Sujarwo M.Pd. selaku Dekan FIP UNY yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis dalam hal penulisan laporan ini.
2. Bapak Dr. Pujiriyanto, S. Pd., M. Pd., sebagai ketua jurusan Kurikulum
dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan kelancaran pelayanan
dalam urusan akademik.
3. Ibu Suyantiningsih, S. Pd., M. Pd., selaku dosen mata kuliah Pengelolaan
Kelas yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.
4. Kepala Sekolah SD N Demangan yang telah memberikan ijin untuk
melakukan observasi di SD N Demangan.
5. Ibu Rehulina S. Pd., selaku wali kelas III A serta narasumber yang telah
menyempatkan waktunya untuk diwawancarai.
6. Serta kepada teman-teman yang telah bekerja sama atas penyusunan
makalah ini.
Segala usaha telah dilakukan untuk mewujudkan laporan ini agar menjadi
sempurna, namun kemungkinan adanya kekurangan dalam penyusunan tidak
dapat di hindari. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan komentar
sebagai masukan yang berharga dalam penyempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi pengelolaan kelas.

Yogyakarta, 2 Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 2
C. Pembatasan Masalah .......................................................................................... 2
D. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
E. Tujuan................................................................................................................. 3
BAB II HASIL OBSERVASI ................................................................................4
A. Pengelolaan Kelas di Kelas III A SD N Demangan ........................................... 4
B. Masalah Pengelolaan Kelas di Kelas III A SD N Demangan Error! Bookmark
not defined.
BAB III PENUTUP ............................................ Error! Bookmark not defined.7
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 17
B. Rekomendasi .................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................188
LAMPIRAN ........................................................................................................189

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era yang semakin berkembang ini, salah satu hal yang menjadi
hal penting dalam suatu proses belajar mengajar di sekolah adalah
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh penangung jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu
dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan (Arikunto, 1986: 67-
68).
Pengelolaan kelas harus dilakukan agar dalam proses belajar
mengajar hal-hal yang akan terjadi dalam pembelajaran tersebut bisa
dilakukan secara terstruktur dan dipikirkan secara matang. Membentuk
kelas yang ideal tentunya juga membutuhkan pengelolaan kelas yang baik.
Melakukan pengelolaan kelas harus menerapkan beberapa prinsip yang
harus diperhatikan antara lain pendidik harus bersikap hangat dan antusias
saat sedang mengajar, pendidik harus menggunakan metode dan strategi
belajar yang bisa meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar,
dalam proses belajar mengajar pendidik harus bisa bervariasi dan kreatif,
pendidik juga harus luwes dan selalu menekankan kepada peserta didik
mengenai hal-hal yang positif, serta pendidik melalui pengelolaan kelas
harus bisa menanamkan sikap disiplin diri pada peserta didik.
Terdapat banyak hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan
kelas, antara lain hubungan peserta didik dengan pendidik atau peserta
didik yang satu dengan yang lainnya, penggunaan teknologi dalam
pengelolaan kelas, menciptakan ruang kelas yang kondusif untuk belajar,
pembinaan disiplin kepada peserta didik, penerapan reward dan
punishment, penciptaan iklim yang positif yang dapat mengembangkan
keterlibatan aktif peserta didik, dan pengaturan tempat duduk.
Membentuk kelas yang baik harus memperhatikan beberapa hal
diatas, namun pada kenyataannya seringkali masih didapati masalah yang

1
terjadi dalam pengelolaan kelas yang terdapat di sekolah-sekolah. Banyak
pendidik yang masih belum menerapkan pengaturan tempat duduk yang
baik dan benar untuk kenyamanan peserta didik. Seringkali didapati jika
model pengaturan tempat duduk yang digunakan di kelas masih monoton
yaitu dengan model formasi tradisional.
Terdapat banyak sekali formasi pengaturan tempat duduk yang dapat
digunakan pendidik untuk diterapkan di kelas. Beberapa formasi
pengaturan tempat duduk selain formasi tradisional adalah formasi
chevron, formasi berbentuk U, formasi lingkaran, dan masih banyak lagi
(Wiyani, 2013: 133-144). Pengaturan tempat duduk yang monoton akan
membuat peserta didik menjadi bosan sehingga mengakibatkan motivasi
belajar peserta didik menjadi turun. Sehingga perlu dilakukan pengaturan
tempat duduk yang sesuai dan baik untuk peserta didik.
Masalah mengenai kelas yang kurang kondusif atau ramai saat
sedang dalam proses belajar mengajar juga menjadi masalah serius dalam
pengelolaan pembelajaran. Dalam hasil pengamatan saya di SD N
Demangan juga masih ditemui beberapa masalah dalam pengelolaan kelas
yang akan saya jelaskan dalam laporan ini.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Masih banyak masalah dalam pengelolaan kelas di Indonesia.
2. Masalah pengaturan tempat duduk peserta didik.
3. Kelas yang kurang kondusif saat proses belajar mengajar.
4. Pengelolaan Kelas di SD N Demangan masih ditemui beberapa
masalah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak
seluruhnya dikaji dalam hasil laporan ini. Mengingat adanya keterbatasan
waktu, kemampuan dan dana. Agar laporan ini lebih mendalam, maka
laporan ini dibatasi pada pengelolaan kelas di kelas III A SD N Demangan
dan masalah pengelolaan kelas dikelas III A SD N Demangan.

2
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat dirumuskan secara operasional permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan kelas di kelas III A SD N Demangan?
2. Masalah apa saja yang ditemui saat pengelolaan kelas di kelas III A SD
N Demangan?
E. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana pengelolaan kelas di kelas III A SD N
Demangan.
2. Mengetahui masalah apa saja yang ditemui saat pengelolaan kelas di
kelas III A SD N Demangan.

3
BAB II
HASIL OBSERVASI

A. Pengelolaan Kelas di Kelas III A SD N Demangan


1. Kelas III A SD N Demangan
SD N Demangan memiliki 12 kelas, karena masing-masing
rombongan belajar terdapat 2 yaitu A dan B. Kelas III juga dibagi
menjadi rombel III A dan rombel III B. Kelas III A memiliki 27
peserta didik yang dimana 13 peserta didik berjenis kelamin
perempuan dan 14 peserta didik berjenis kelamin laki-laki. Wali kelas
di kelas III A SD N Demangan adalah Ibu Rehulina, S. Pd yang sudah
menjadi pendidik sejak tahun 2002.
Kelas III A SD N Demangan memiliki sebuah yel-yel yang
biasanya mereka gunakan untuk menambah semangat dan motivasi
mereka dalam belajar. Yel-yel tersebut biasanya di pimpin oleh Ibu
Rehulina, S. Pd. Selaku wali kelas di kelas III A. Yel-yel kelas III A
berbunyi “kelas III A.... Hebat.....kelas III A.....pintar.....kelas III
A....Keren..... Yess...Yess...Yesss..... Prokk...Prokk.....Prokkk”. Yel-yel
yang dinyanyikan oleh peserta didik kelas III A SD N Demangan itu
pun dibersamai dengan gerakan tangan juga.
2. Fasilitas di Kelas III A SD N Demangan
Terdapat berbagai macam fasilitas yang ada di kelas III A SD N
Demangan. Di dalam kelas III A sudah ada dispenser yang berisi air
minum untuk peserta didik. Peserta didik dapat mengambil minum dari
dispenser tersebut. Selain itu terdapat papan untuk memajang karya-
karya peserta didik kelas III A, karya-karya tersebut berupa gambar,
lukisan, ataupun hasil mewarnai peserta didik. Terdapat pula dua kipas
yang berada di samping kanan dan samping kiri kelas.
Fasilitas lain yang terdapat di kelas III A SD N Demangan adalah
terdapat beberapa alat peraga yang digunakan oleh pendidik untuk
mendukung proses belajar mengajar di kelas. Salah satu contohnya
adalah media pembelajaran yang digunakan untuk mata pelajaran

4
matematika yang disebut dengan papan selisih. Selain itu terdapat pula
rak buku yang berada di bagian belakang kelas. Rak buku tersebut
merupakan rak buku milik peserta didik yang didalamnya terdapat
buku paket peserta didik, buku mengambar peserta didik, dan alat
mewarnai milik peserta didik.
Di dekat rak buku terdapat meja yang berisi dispenser, dan
dibawah kolong meja diisi dengan bola dan alat untuk peserta didik
berolahraga. Lalu di dekat meja dispenser atau dibagian pojok kiri
belakang terdapat alat-alat kebersihan yang biasanya digunakan untuk
membersihkan kelas dan terdapat beberapa tongkat untuk pramuka.
Terdapat juga pojok baca yang memiliki beberapa buku yang bisa
dibaca oleh peserta didik. Pojok baca itu disertai tikar untuk peserta
didik duduk, biasanya peserta didik membaca di pojok baca saat
sedang istirahat.
3. Proses Belajar Mengajar di Kelas III A SD N Demangan
Proses belajar mengajar di Kelas III A SD N Demangan sama
seperti pembelajaran seperti di sekolah dasar biasanya yaitu satu jam
pelajaran 35 menit. SD N Demangan sudah menggunakan kurikulum
2013 setelah sebelumnya menggunakan KTSP. Pembelajaran di kelas
III A SD N Demangan berorientasi pada student center yang mengajak
peserta didik untuk turut aktif dalam pembelajaran. Pendidik mengajak
peserta didik untuk aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari
pendidik. Contohnya saja saat pembelajaran matematika, peserta didik
banyak yang menawarkan diri untuk maju ke depan mengerjakan soal
di depan. Walaupun peserta didik belum benar dalam menjawab soal
yang di depan, pendidik tidak pernah menyalahkan peserta didik.
Sebelum pembelajaran berlangsung biasanya pendidik
mengkaitkan materi atau mengulang materi yang sudah di pelajari
sebelumnya. Proses belajar mengajar di kelas III A SD N Demangan
memang lebih banyak berada di ruangan kelas. Namun terdapat pula
pembelajaran yang dilakukan di luar lingkungan kelas seperti
pembelajaran IPA memanfaatkan lingkungan sekitar untuk melakukan

5
observasi terhadap tumbuhan. Selain itu juga pembelajaran yang
dilakukan di tempat wisata seperti outbond, dan sebagainya. Sumber
belajar yang digunakan pun bermacam-macam, namun yang paling
sering digunakan adalah sumber belajar LKS dan buku paket.
Pembagian kelompok yang ada di kelas III A SD N Demangan
jika terdapat mata pelajaran yang membutuhkan kelompok, maka
pendidik akan membagi secara rata. Jadi, beberapa peserta didik yang
dianggap sudah bisa dibagi sama rata agar bisa mengajari temannya
saat pembelajaran kelompok. Namun pembuatan kelompok ataupun
tugas kelompok hanya berlaku di kelas saja. Karena jauhnya rumah
antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
B. Masalah Pengelolaan Kelas di Kelas III A SD N Demangan
1. Pengaturan Model Tempat Duduk
Dalam kegiatan belajar, peserta didik pasti memerlukan tempat
duduk. Tempat duduk juga dapat mempengaruhi peserta didik dalam
mencapai keberhasilan belajarnya. Pengaturan tempat duduk peserta didik
pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi empat tujuan:
a. Aksesibilitas yang membuat peserta didik mudah menjangkau
alat dan sumber belajar yang tersedia.
b. Mobilitas yang membuat peserta didik dan pendidik mudah
bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam sebuah kelas.
c. Memudahkan terjadinya interaksi dan komunikasi antara
pendidik dan peserta didik maupun antarpeserta didik.
d. Memungkinkan para peserta didik untuk dapat berkelompok
dan bekerja sama.
Pengaturan atau penataan tempat duduk adalah salah satu upaya
yang dilakukan oleh pendidik dalam mengelola kelas. Dengan penataan
tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi
belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi peserta didik
(Fadhilah, 2015). Pengaturan tempat duduk di kelas III A SD N Demangan
setiap minggunya selalu dilakukan rolling atau pergantian per-satu peserta
didik. Hal ini merupakan hal yang baik, karena masing-masing peserta

6
didik bisa lebih saling mengenal dengan peserta didik yang lainnya. Hal
ini sama seperti yang diungkapkan oleh Ibu Lina selaku wali kelas III A
SD N Demangan:
“Jadi setiap minggu itu peserta didik berpindah tempat satu
persatu, biar mereka bisa mengenal teman-teman yang lainnya”.

Namun, formasi pengaturan tempat duduk di kelas III A SD N


Demangan masih menggunakan formasi tradisiomal. Padahal saat ini
sudah banyak sekali formasi-formasi pengaturan tempat duduk yang
bisa digunakan untuk menunjang pembelajaran di kelas. Jadi
pembelajaran di kelas III A masih semuanya menghadap ke pendidik
dan terfokus ke papan tulis dan pendidik. Menurut Wiyani (2013:133-
144), terdapat 11 formasi pengaturan tempat duduk yang harus
diketahui oleh pendidik sebagai manajer kelas:
a. Formasi Tradisional
Formasi tradisional merupakan formasi yang umum digunakan
hampir di setiap kelas pada sekolah-sekolah di Indonesia. Formasi ini
dikatakan tradisional karena memang penggunaan formasi ini sudah
menjadi tradisi dari masa ke masa. Pada formasi tradisional peserta
didik duduk berpasang-pasangan dalam satu meja dengan satu kursi
panjang atau dua kursi.Tempat duduk pada formasi ini berderet
memanjang ke belakang. Formasi tradisional ini sangat tepat sekali
dibentuk jika pendidik hendak menggunakan metode ceramah pada
saat mengajar. Formasi tradisional dapat digambarkan sebagai berikut.

7
b. Formasi Auditorium
Formasi auditorium hampir sama dengan formasi tradisional,
tetapi pada formasi ini posisi tempat duduk peserta didik berderet
memanjang ke samping bukan ke belakang seperti pada formasi
tradisional. Formasi ini memungkinkan semua peserta didik untuk
mudah melihat pergerakan pendidik. Sehingga pendidik akan menjadi
orang yang menjadi pusat perhatian peserta didik. Formasi auditorium
sangat tepat jika digunakan pendidik saat menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab yang sifatnya interaktif. Formasi ini sering
digunakan di negara-negara barat. Formasi auditorium dapat
digambarkan sebagai berikut.

c. Formasi Chevron
Formasi chevron merupakan formasi yang membuat jarak
antarpeserta didik dan jarak peserta didik dengan pendidik dapat
terkurangi. Formasi ini menjadikan pendidik dan peserta didik
mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan
dapat berperan secara aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Formasi
chevron juga membuat interaksi pendidik dengan peserta didik dan
antarpeserta didik lebih intensif sehingga peserta didik dapat menjalani
kegiatan belajar-mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan
terfokus. Formasi ini cocok digunakan pendidik saat menggunakan
metode ceramah interaktif, tanya jawab, dan diskusi kelompok. Berikut
bentuk formasi chevron.

8
d. Formasi Kelas Bentuk U
Formasi kelas bentuk U sangat menarik dan mampu mengaktifkan
para peserta didik sehingga mampu membuat peserta didik antusias
dalam belajar. Dalam formasi ini pendidik merupakan orang yang
paling aktif bergerak dinamis ke segala arah serta langsung
berinteraksi secara berhadap-hadapan dengan peserta didiknya.
Formasi kelas bentuk U sangat tepat digunakan dalam kegiatan belajar
dengan metode diskusi, presentasi, dan kerja tim. Formasi ini dapat
digambarkan sebagai berikut.

e. Formasi Meja Pertemuan


Formasi ini umumnya digunakan di tempat-tempat pertemuan dan
seminar. Formasi ini dapat digunakan dengan cara membagi peserta
didik menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok mempunyai
meja pertemuannya masing-masing. Formasi meja pertemuan ini
sangat baik jika digunakan dalam kegiatan belajar secara berkelompok
di dalam kelas. Pada pelaksanaan formasi ini sebuah kelompok bisa
terdiri dari 4 sampai 5 peserta didik yang dibentuk menjadi 5 sampai 6
kelompok, tergantung dari banyaknya jumlah peserta didik. Berikut
bentuk formasi meja pertemuan.

9
f. Formasi Konferensi
Formasi konferensi dapat membuat para peserta didik menjadi
lebih aktif di dalam kelas karena peserta didik akan menguasai
jalannya kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan pendidik hanya
menjelaskan tema yang harus dibahas kemudian mengawasi dan
sesekali mengarahkan peserta didik untuk bisa menjalankan kegiatan
belajar. Formasi ini sangat baik digunakan ketika pendidik hendak
menggunakan metode diskusi, debat aktif, dan tim kuis. Untuk
membentuk formasi konferensi, meja yang harus digunakan adalah
meja panjang yang didekatkan satu per satu dalam bentuk memanjang
sehingga terbentuk kumpulan meja berbentuk persegi panjang.
Kemudian peserta didik duduk di kursi yang mengelilingi meja-meja
persegi panjang tersebut. Formasi ini digambarkan sebagai berikut.

g. Formasi Pengelompokan Terpisah (Breakout Groupings)


Jika ruang kelas memungkinkan atau cukup besar, pendidik dapat
meletakkan meja-meja dan kursi, dimana kelompok kecil dapat
melakukan aktivitas belajar yang dipecah menjadi beberapa tim.
pendidik dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok
tersebut secara berjauhan sehingga kelompok yang satu tidak
mengganggu kelompok yang lain. Tetapi, pendidik hendaknya
menghindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil yang
terlalu jauh dari ruang kelas agar mudah diawasi.

10
h. Formasi Tempat Kerja
Formasi tempat kerja sangat tepat jika dilakukan di dalam
laboratorium dimana peserta didik duduk pada satu tempat untuk
mengerjakan tugas, seperti mengoperasikan computer, mesin, atau
melakukan praktik. Mejanya dibedakan menurut bagian masing-
masing. Berikut bentuk formasi dari tempat kerja sebagai berikut

i. Formasi Kelompok untuk Kelompok


Formasi kelompok untuk kelompok ini merupakan formasi yang
mana terdapat beberapa kelompok yang duduk dalam satu meja persegi
berukuran besar, sehingga setiap kelompok duduk saling berhadapan.
Susunan formasi ini sangat memungkinkan pendidik untuk melakukan
diskusi atau menyusun permainan peran, berdebat, atau observasi pada
kegiatan kelompok. Bentuk formasi ini sebagai berikut.

j. Formasi Lingkaran
Formasi lingkaran merupakan pengaturan tempat duduk yang
disusun melingkar tanpa menggunakan meja dan kursi. Formasi ini
biasanya digunakan untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar dalam
satu kelompok yang mana pendidik sebagai seorang manajer kelas
memiliki peran untuk membimbing dan mengarahkan jalannya
kegiatan belajar-mengajar tersebut. Formasi ini efektif digunakan

11
untuk sebuah kelompok karena peserta didik akan dapat berinteraksi
secara langsung dengan pendidik dan peserta didik lainnya untuk
membahas atau mengkaji materi pelajaran yang disampaikan
pendidik. Bentuk formasi lingkaran ini sebagai berikut.

k. Formasi Peripheral
Jika pendidik menginginkan peserta didiknya memiliki tempat
untuk menulis, pendidik dapat menggunakan formasi tempat duduk
peripheral, yaitu meja ditempatkan di belakang peserta didik. pendidik
dapat menyuruh peserta didik memutar kursi-kursinya secara
melingkar saat pendidik menginginkan diskusi kelompok. Berikut
gambar formasi peripheral.

Mungkin untuk kedepannya pendidik bisa menggunakan formasi


tempat duduk yang lainnya juga. Agar peserta didik di kelas dapat
duduk dengan formasi yang berbeda-beda yang dapat menarik minat
peserta didik untuk belajar. Anak akan merasa senang belajar apabila
berada dalam lingkungan yang menyenangkan. Lingkungan belajar
perlu diorganisasikan agar memberi kesempatan kepada anak untuk
berpartisipasi dalam berbagai pengalaman (Masitoh dkk, 2005: 72).

12
2. Iklim Kelas yang Kurang Kondusif dan Misbehave
Charles (dalam Reed, Daisy F.; Kirkpatrick, Caroline, 1998: 12)
menggunakan istilah "misbehavior" (perilaku buruk) yang ia
definisikan sebagai perilaku yang dianggap tidak pantas untuk
pengaturan atau situasi di mana itu terjadi. Levin dan Nolan (1996)
membahas "disruptive student" ( peserta didik pengganggu) dan
menawarkan empat definisi, di antaranya adalah:
a. Peserta didik yang mengganggu melanggar ekspektasi sekolah
dengan mengganggu tertibnya pengajaran. Definisi ini penting
karena itu memberikan pendidik dengan pedoman untuk
memantau perilaku peserta didik. Apa saja perilaku yang
membuat pendidik tidak bisa mengajar adalah masalah
disiplin.
b. Perilaku peserta didik mengganggu jika serius mengganggu
kegiatan pendidik atau beberapa peserta didik selama lebih
dari waktu yang singkat. Definisi ini mengakui hak setiap
peserta didik untuk belajar, dan sebagian besar waktu
dibutuhkan dari kelompok harus mengesampingkan kebutuhan
seorang peserta didik.
c. Perilaku apa pun yang mengganggu tindakan mengajar atau
secara psikologis atau secara fisik tidak aman merupakan
perilaku yang mengganggu. Definisi ini termasuk perilaku
seperti berlari di laboratorium sains, penggunaan alat yang
tidak aman, ancaman terhadap peserta didik lain, dan terus-
menerus menggoda dan melecehkan teman sekelas.
d. Perilaku mengganggu adalah perilaku yang (a) mengganggu
tindakan mengajar; (b) mengganggu hak orang lain untuk
belajar; (c) secara psikologis atau secara fisik tidak aman; dan
(d) menghancurkan properti. Definisi ini tidak mencakup hanya
peserta didik yang memanggil, merusak properti, atau
mengganggu peserta didik lain, tetapi juga perilaku umum
yang dihadapi pendidik setiap hari. Definisi ini juga

13
memperluas tanggung jawab untuk perilaku yang sesuai
termasuk pendidik.
Iklim di kelas III A SD N Demangan sedikit ramai saat sedang
dalam proses belajar mengajar. Namun iklim kelas yang ramai itu
didasari oleh ke-aktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Keramaian yang ada di dalam kelas III A SD N Demangan sebenarnya
hanya keramaian yang diciptakan dari beberapa peserta didik namun
berbuntut kepada peserta didik lainnya. Seperti yang telah
diungkapkan oleh Ibu Lina selaku wali kelas III A SD N Demangan:
“....sebenarnya yang membuat ramai itu hanya beberapa anak
saja, itu yang perempuan ada 3 terus yang laki-laki ada satu.
Tapi ya temen lainnya jadi ikut ramai. Kalau mereka engga
berangkat ya ga ramai”.
Namun suasana kelas yang ramai itu merupakan simbol dari ke
aktifan peserta didik dalam pembelajaran tersebut. Selain itu peserta
didik kelas III A SD N Demangan juga merupakan peserta didik yang
memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Ada kelebihan dan
kekurangannya di kelas III A ini, karena peserta didik yang memiliki
keercayaan diri tinggi banyak yang senang untuk menawarkan diri
maju mengerjakan tugas. Namun terdapat beberapa anak yang jalan-
jalan saat proses belajar mengajar berlangsung. Pendidik pun sudah
menegur anak tersebut dengan memanggil namanya dan meminta
peserta didik tersebut untuk kembali ke tempatnya.
Jika dirasa keramaian yang dilakukan oleh peserta didik sudah
melampai batas atau sudah sangat ramai, biasanya Ibu Lina
memvideonya dan berkata kepada peserta didik jika tidak berhenti
ramai maka file videonya akan di kirimkan ke grup whattsapp yang
terdapat orangtua mereka. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Lina
yaitu,
“biasanya saya suka ngevideo mereka pas lagi ramai, terus nanti
kalo ga berhenti-berhenti saya suka bilang kalo videonya mau
saya kirim ke grup WA yang ada nomor orangtua mereka. Itu
bisa membuat mereka langsung diam”.
Ramainya peserta didik yang dapat menganggu ketenangan dikelas
bisa terjadi karena kurang disiplinnya peserta didik di dalam kelas.

14
Untuk itu pendidik dapat menggunakan beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk membina dan menerapkan disiplin di kelas menurut
Wiyani (2013) yaitu:
a. Teknik external control
Teknik external control merupakan teknik dimana disiplin
haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Peserta didik
didalam kelas harus terus diawasi dan dikontrol agar tidak
terbawa dalam kegiatan yang destruktif dan tidak produktif.
Menurut teknik ini peserta didalam kelas harus terus menerus
didisiplinkan dan jika perlu diberikan hukuman bagi yang tidak
disiplin dan hadiah bagi yang disiplin di kelas.
b. Teknik internal control
Teknik internal control merupakan teknik yang mengusahakan
agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri di kelas.
Kunci dari penerapan ini adalah ada pada keteladanan pendidik
dalam mendisiplinkan, mulai dari disiplin waktu, disiplin
mengajar, disiplin berkendara, dan lain-lain. pendidik sebagai
manajer di kelas tidak akan bias mendisiplinkan peserta didik
jika pendidik sendiri tidak berperilaku disiplin.
c. Teknik cooperative control
Teknik cooperative control merupakan teknik dimana pendidik
dan peserta didik harus bekerjasama dengan baik dalam
menegakkan disiplin di dalam kelas. pendidik dan peserta didik
membuat semacam kontrak kesepakatan perjanjian yang berisi
tentang aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama serta
sanksi atas indisipliner.
Selain itu, solusi untuk peserta didik yang misbehave atau
troublemaker kelas dapat dengan beberapa pendekatan dan juga
inovasi yang dilakukan oleh pendidik. Diantara pendekatan itu adalah
pendekatan humanistik, yaitu bagi pendidik yang menerapkan
pendekatan humanistik, seorang peserta didik mengganggu adalah
sebuah indikasi bahwa peserta didik tersebut tidak senang atau

15
mengalami pertentangan. Pendidik seharusnya memperlakukan
peserta didik tersebut dengan empati. Cara ini dapat mendorong
peserta didik agar mau berbicara dan berbagi tentang perasaannya.
Dengan ditemukannya pemecahan masalah peserta didik, perilaku
mengganggu tidak akan ditunjukkan lagi (Zimmerman, 1995: 14).

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi pengelolaan kelas di SD N Demangan, tepatnya di
kelas III A masih terdapat sedikit kendala. Kendala tersebut ada dibagian
formasi pengelolaan tempat duduk yang masih menggunakan formasi
tradisional yang masih menghadap ke guru dan papan tulis. Padahal masih
banyak formasi tempat duduk lainnya yang dapat di terapkan di kelas
tersebut. Selain itu, kelas yang kurang kondusif karena terdapat beberapa
anak yang misbehave juga menjadi kendala dalam pengelolaan kelas di
kelas III A. Guru dapat mengajari siswa untuk bersikap disiplin di kelas
dan dapat menggunakan beberapa pendekatan untuk merubah kelas
menjadi kondusif.
B. Rekomendasi
1. Pendidik sebaiknya menggunkan lebih banyak macam formasi tempat
duduk di kelas seperti formasi auditorium, formasi U, dan sebagainya.
2. Pendidik sebaiknya melakukan pendisiplinan dan penerapan disiplin
pada peserta didik dengan menggunakan beberapa teknik, diantaranya
teknik external control, teknik internal control, dan teknik cooperative
control.
3. Pendidik sebaiknya menggunakan pendekatan humanistik dan
melakukan inovasi di kelas untuk merubah peserta didik yang
misbehave.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1986). Pengelolaan Kelas dan Peserta didik: Sebuah Pendekatan


Evaluatif. Jakarta: CV. Rajawali.

Fadhilah, L. (2015). BAB II Landasan Teori. Diperoleh dari


http://eprints.ums.ac.id/36721/6/BAB%20II.pdf pada tanggal 30 November
2019 pukul 13.30 WIB.

Levin, J., & Nolan, J. (1996). Principals of Classroom Management (2nd ed).
Needham Heights, MA: Allyn and Bacon.

Masitoh, dkk. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:


Depdiknas Ditjet Dikti Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
ketenagaan Per pendidikan Tinggi.

Reed, Daisy F. Kirkpatrick, Caroline. (1998). Disruptive Students in the


Classroom: A Review of the Literature. Metropolitan Educational Research
Consortium, Richmond, VA. 1-90.
https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED443911.pdf.

Wiyani, N. A. (2013). Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan


Kelas yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Zimmerman. (1995). The Nature and Consequences of the Classroom Disruption.


Dissertation. State University of New York

18
LAMPIRAN

Foto bersama Ibu Lina selaku wali kelas III A SD N Demangan dan foto bersama
salah satu peserta didik kelas III A.

Foto peserta didik yang aktif ingin maju kedepan untuk menuliskan jawabannya

19
Foto papan pajangan milik peserta didik kelas III A SD N Demangan

Foto dikelas saat proses belajar mengajar

20
Pojok Baca dikelas III A SD N Demangan

Tempat barang-barang peserta didik

21

Anda mungkin juga menyukai