Anda di halaman 1dari 42

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan berarti suatu bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain, untuk dapat mencapai suatu cita-cita

tertentu. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat

menentukan daya saing bangsa, dengan demikian sektor pendidikan harus

terus- menerus ditingkatkan mutunya. Lembaga pendidikan harus mampu

mengusahakan agar ‘‘pendidikan bermutu’’ (Qualtiy Education)

Secara detail, dalam Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, Pendidikan
didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses belajar, agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.

Pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya

mengembangkan segenap potensi individu sehingga cita-cita membangun

manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.

Pada hakekatnya, tujuan pendidikan ialah menyediakan lingkungan

yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan

kemampuannya secara optimal. Melalui pendidikan pula peserta didik dapat

mewujudkan dirinya berfungsi sepenuhnya dan sesuai dengan kebutuhan

pribadinya serta kebutuhan masyarakatnya.

1
2

Untuk mencapai tujuan pendidikan di atas diperlukan salah satu cara

yang di sebut dengan metode. Metode adalah cara yang didalam fungsinya

merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi

pendidik maupun bagi peserta didik. Semakin baik metode itu, semakin

efektif pula pencapaian tujuan. Seseorang akan lebih mudah menetapkan

metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang dihadapinya.

Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan salah satu mata

pelajaran yang diberikan mulai dari SD/ MI. IPS mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Pada jenjang SD/ MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,

Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik

diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis,

dan bertanggung jawab.

Karakteristik mata pembelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu

lain yang bersifat monolitik. IPS merupakan integrasi dari berbagai disiplin

ilmu-ilmu sosial seperti : Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik,

Hukum, dan Budaya.

Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia

dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh

dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai

permasalahan yang ada dan terjadi dilingkungan sekitarnya.


3

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS ditingkat Sekolah Dasar

adalah sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan maslah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi

dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS di atas, siswa dituntut untuk

berpikir logis dan kritis dalam kehidupan sosial karena pendidikan IPS

berusaha membantu siswa dalam memecahkan pemasalahan yang dihadapi,

sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan

sosial masyarakatnya. Jadi dalam belajar IPS siswa harus belajar dengan

baik dan aktif, agar hasil belajarpun baik. Hasil belajar yang baik harus

diikuti dengan proses belajar yang baik atau metode belajar yang baik.

Tetapi metode pembelajaran yang diterapkan di SDN 1 Waanguangu kurang

tepat dan tidak berfokus pada siswa aktif, sehingga hasil belajarpun kurang

maksimal pada pelajaran IPS khususnya materi kenampakan alam dan

buatan tidak mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah
4

ditentukan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya suatu metode

pembelajaran yang tepat dan dapat mengatasi permasalahan tersebut, salah

satunya yaitu dengan model Make a Match.

Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada

pembelajaran IPS kelas Va di SD Negeri 1 Waanguangu pada materi

Kenampakan alam dan buatan Indonesia. Berdasarkan pengamatan awal

siswa belum menunjukkan adanya respon yang baik dalam mengikuti

pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran siswa terlihat pasif serta hanya

mendengarkan penjelasan guru tanpa mengajukan pertanyaan. Berdasarkan

perolehan dokumen nilai harian dari guru pada ulangan harian semester

1 materi “Kenampakan alam dan buatan Indonesia”, menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM) yang ditentukan yaitu jika 75% siswa mendapatkan nilai ≥ 60

untuk mata pelajaran IPS. Kenyataanya baru 57% siswa yang memenuhi

kriteria tersebut dengan nilai rata-rata lebih dari 60.

Berdasarkan wawancara dengan wali kelas Va SD Negeri 1

Waanguangu tanggal 15 Juli 2016 bahwa masalah yang melatarbelakangi

rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas Va SD Negeri 1 Waanguangu

antara lain; metode pembelajaran ceramah yang diterapkan dalam proses

belajar mengajar yang kurang efektif, sehingga siswa merasa cepat bosan

dan kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran IPS di sekolah, siswa

menjadi sulit memahami materi tentang kenampakan alam dan buatan

Indonesia. Kreatifitas guru kurang menarik perhatian siswa, karena


5

pembelajaran terpusat pada guru. Guru sebagai perancang pembelajaran

sebenarnya dapat memilih model yang sesuai dengan materi serta

strategi pembelajaran yang digunakan untuk mendukung kelengkapan

penyajian materi. Berdasarkan fakta tersebut dapat dikatakan proses

pembelajaran yang dilakukan dengan metode konvensional sudah tidak

efektif lagi pelaksanaannya karena tidak mampu menumbuhkan

motivasi belajar siswa. Sebab dengan model pembelajaran yang menarik

tentu akan membuat siswa antusias dalam mengikuti pelajaran, sehingga

akan berdampak pula pada hasil belajar pada mata pelajaran IPS.

Dalam rangka mengatasi masalah tersebut diatas, perlu diupayakan

suatu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan agar siswa lebih aktif

dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. Salah

satu cara yang ditempuh adalah dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match . model pembelajaran ini dikembangkan oleh

Lorna Curran (1994), tipe make a match ini adalah siswa mencari pasangan

sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang

menyenangkan.

Model pembelajaran ini sangat disenangi siswa karena tidak

menjemukan dan meningkatkan hasil belajar siswa, serta memancing

kreativitas guru yang menggunakan media dan siswa diberikan kesempatan

untuk berinteraksi dengan siswa lain. Model pembelajaran kooperatif tipe

make a match adalah permainan mencari pasangan menggunakan kartu-

kartu dimana kartu pertama berisikan soal dan kartu kedua berisikan kartu
6

jawaban. Siswa mencoba menemukan jawaban dari soal dalam kartunya

yang terdapat dalam kartunya yang terdapat pada kartu yang dipegang siswa

lain.

Dalam pembelajaran ini peserta didik aktif bekerja sama mencari

pasangan materi yang telah tersaji, sementara guru bertugas sebagai

pembimbing dan pengawas agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar

sesuai dengan target waktu yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai secara maksimal.

Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Make a

match diharapkan dapat memberikan pengaruh positif pada pembelajaran

IPS materi kenampakan alam dan buatan Indonesia. Peneliti mengangkat

masalah ini menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul Upaya

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang

kenampakan alam dan buatan Indonesia dengan model Make a Match

kelas Va SDN 1 Waanguangu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah

dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model Make a Match dapat

meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas Va SD Negeri 1

Waanguangu materi Kenampakan alam dan buatan Indonesia ?


7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar IPS pada materi Kenampakan alam dan buatan Indonesia dengan

model Make a Match pada siswa kelas Va SD Negeri 1 Waanguangu.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa

a. Meningkatnya aktivitas, kecakapan dan hasil belajar siswa

khususnya mata pelajaran IPS.

b. Meningkatnya kemampuan siswa dalam berpikir cepat, kreatif dan

memecahkan masalah.

2. Guru

a. Meningkatnya pengetahuan dan informasi para guru dalam upaya

meningkatkan mutu pembelajaran melalui model Make a Match.

b. Meningkatnya motivasi guru menciptakan pembelajaran IPS yang

inovatif.

c. Meningkatnya performansi guru melalui model Make a Match

dalam pembelajaran IPS materi Kenampakan Alam dan Buatan

Indonesia.

3. Sekolah

a. Memberikan kontribusi yang positif untuk perbaikan sistem

pembelajaran IPS.
8

b. Menambah inovasi dalam proses pembelajaran sehingga mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah

4. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pemahaman pengembangan keilmuan

dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.


9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Belajar

Belajar merupakan aktivitas atau usaha perubahan tingkah laku yang

terjadi pada diri seseorang berupa pengalaman – pengalaman baru, seperti

kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Hilgard dalam Tanlain (2007:6)

merumuskan bahwa belajar adalah proses dalamnya terbentuknya tingkah

laku atau terjadinya perubahan tingkah laku melalui praktek dan latihan.

Menurut Winkel (1996:53) belajar adalah Suatu aktivitas mental atau

psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap. Menurut Skiner yang dikutip oleh Barlow

(1985) dalam Syah Muhibbin (2002:90) bahwa berpendapat bahwa belajar

adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlansung

secara progresif.

Sedangkan menurut Chaplin dalam Syah Muhibbin belajar adalah

perolehan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan

pengalaman. Menurut Hintzman belajar adalah suatu perubahan yang terjadi

dari diri manusia yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat

mempengaruhi tingkah lakunya.

9
10

a. Jenis-jenis Belajar

Menurut Muhibbin Syah (1997:122) belajar dibedakan menjadi

delapan jenis. Kedelapan jenis tersebut muncul dalam dunia pendidikan

sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang beragam. Kedelapan

jenis tersebut adalah :

1) Belajar Abstrak

Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir

abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan

pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.

2) Belajar Keterampilan

Belajar keterampilan adalahbelajar dengan menggunakan gerakan-

gerakan motorik dengan tujuan memperoleh dan menguasai

keterampilan jasmaniah tertentu misalnya belajar menari, melukis,

belajar olahraga.

3) Belajar Sosial

Belajar sosial adalah belajar memehami masalah-masalah dan

teknik-teknik dan memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah

untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan

masalah-masalah sosial misalnya masalah keluarga, masalah

kelompok, dan masalah masyarakat.


11

4) Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode-

metode ilmiah secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya

untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk

memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.

5) Belajar Rasional

Belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan

rasional dengan tujuan memperoleh kecakapan menggunakan

prinsip-prinsip dan konsep-konsep.

6) Belajar kebiasaan

Belajar kebisaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan

baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.Belajar

kebiasaan dapat menggunakan perintah, teladan, pengalaman

khusus dan hukuman. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-

sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif

sesuai kebutuhan.

7) Belajar Apresiasi

Belajar Apresiasi adalah belajar mempertimbagkan arti penting

suatu objek. Tujuannya agar memperoleh dan mampu

mengembangkan kecakapan ranah rasa, dalam hal ini yang penulis

maksud adalah kemampuan menghargai sesuatu misalnya apresiasi

musik, apresiasi sastra.


12

8) Belajar Pengetahuan

Belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap

objek pengetahuan tertentu. Belajar pengetahuan bertujuan agar

siswa memperoleh informasi dan pemahaman terhadap

pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan

kiat khusus dalam mempelajarinya khususnya penelitian lapangan.

b. Empat Pilar Belajar

Untuk melakukan penyesuaian diri dengan tuntutan

perkembangan zaman yang sangat pesat, Unesco merumuskan empat

pilar belajar dalam Sukmadinata (2009:201) sebagai berikut :

1) Belajar mengetahui (learning top know)

Belajar mengetahui dengan penguasaan dan pemanfaatan

pengetahuan yang lebih banyak.

2) Belajar berkarya (learning to do)

belajar atau berlatih menguasai suatu keterampilan atau

kompetensi tertentu.

3) Belajar hidup bersama (learning to live together)

Belajar untuk berinteraksi dengan berbagai kelompok etnik, ras,

dan agama agar bisa bekerja sama dan hidup rukun dengan orang

lain.

4) Belajar berkembang (learning to be)

Belajar untuk mengembangkan diri menjadi manusia secara utuh.


13

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan atau nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk

pemikiran Gagne yang di kutip oleh Agus Suprijino, hasil belajar berupa :

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun teertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan

konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari

mengategorisasi, kemampuan analitas-sintesis fakta-konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktifitas kognitifnya sendiri.kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi,sehingga terwujud

otositisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Nana Sudjana sebagaimana yang dikutip oleh Kunandar hasil

belajar adalah suatu akibat dari proses dengan menggunakan alat

pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes

tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution


14

sebagaimana yang dikutip oleh Kunandar hasil belajar adalah suatu

perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan,

tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dari dalam diri

individu yang belajar.

Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijino, hasil

belajar mencangkup kognitif, afektif dan psikomotorik, sementara menuru

Lindgren hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan

sikap.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai ulangan harian (formatif), nilai

ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester

(sumatif).

b. Tipe hasil belajar

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat di ketegorikan

menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual),

bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang

psikomotor (kemampuan bertindak / berperilaku). Ketiganya tidak berdiri

sendiri tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sebagai

tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus Nampak sebagai hasil

belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek terdsebut harus

dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran.

Berikut ini dikemukakan yang terdapat dalam ketiga aspek hasil

belajar tersebut.
15

1) Tipe hasil belajar bidang kognitif

Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar

yang termasuk dalam aspek kognitif menjadi enam yaitu :

a) Tipe hasil belajar hafalan (knowledge)

b) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention)

c) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

d) Tipe hasil belajar analisis

e) Tipe hasil belajar sintesis

f) Tipe hasil belajar evaluasi

2) Tipe hasil belajar bidang afektif

Tipe hasil belajar afektif tampak siswa dalam berbagai

tingkah laku seperti atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi belajar, menghargai guru dan teman satu kelas, kebiasaan

belajar dan lain-lain.

3) Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk

Keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang).

Ada 6 tingkatan Keterampilan yakni:

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yagn tidak sadar).

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Keterampilan perseptual termasuk didalamnya membedakan

visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.


16

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan

dan ketepatan.

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai

pada keterampilan yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan non dercusive komunikasi

seperti gerakan ekspresif, interpretatif.

c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama

yakni faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar

siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama

kemampuan yang dimilikinya, faktor kemampuan siawa besar sekali

pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan

oleh Clark yang di kutip oleh Nana sudjana bahwa hasil belajar siswa

disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi

oleh lingkungan.

Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa ada juga faktor

lain , seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan

belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan faktor psikis.

3. Model Pembelajaran Make a Match

a. Pengertian Model Make a Match

Model pembelajaran Make a Match adalah sistem pembelajaran

yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan

bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir


17

cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab,

2007:59).

Model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu

alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini

dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasanagan kartu yang

merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya. Siswa yang dapat

mencocokan kartunya diberi poin. Teknik model pembelajaran Make a

Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).

Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang

menyenamgkan.

Suyatno (2009 : 72) mengungkapkan bahwa model make a match

adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi

soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa

mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran make a match

merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran

kooperatif didasarkan oleh falsaah homo homini socius, falsafah ini

menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Lie, 2003:27). Model

make a match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan

melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama, disamping melatih

kecakapan berfikir siswa.


18

b. Prinsip Model Make a Match

Model pembelajaran make a match adalah salah satu model

pembelajaran yang berorintasi pada permainan. Menurut Suyatno

(2009:102) prinsip-prinsip model make a match antara lain:

1) Anak belajar melalui berbuat

2) Anak belajar melalui panca indera

3) Anak belajar bahasa

4) Anak belajar melalui bergerak

c. Tujuan Model Make a Match

Tujuan dari pembelajaran model make a match adalah untuk

melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamanya

terhadap suatu materi pokok (Fachrudin, 2009:168). Siswa dilatih berpikir

cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.

Menurut Benny (2009:1001), sebelum guru menggunakan model

make a match guru harus mempertimbangkan:

1) Indikator yang ingin dicapai.

2) Kondisi kelas yang meliputi jumlah siswa dan efektifitas ruangan

3) Alokasi waktu yangn akan digunakan dan waktu persiapann

Pertimbangan di atas sangat diperlukan karena model make a

match tidak efektif apabila digunakan pada kelas yang jumlah siswanya

diatas 40 dengan kondisi ruang yang sempit. Sebab dalam pelaksanaan

pembelajaran make a match kelas akan menjadi gaduh dan ramai, hal ini

wajar asalkan guru dapat mengendalikanya.


19

d. Langkah-langkah Model Make a Match

Langkah- langkah penerapan model make a match adalah sebagai

berikut :

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep

atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal

dan bagian lainnya kartu jawaban

2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan

soal/jawaban

3) Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang

4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan

kartunya.misalnya : satu siswa memegang kartu soal yang

berisikan pertanyaan apa yang dimaksud dengan pegunungan

dan dia harus mencari kecocokan jawabanya tadi pada temannya

dan seterusnya.

5) Setiap siswa dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu

diberi poin

6) Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya dengan kartu

temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu

jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati

bersama.

7) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa

mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian

seterusnya.
20

8) Siswa juga bisa bergabung dengan dua atau tiga siswa lainnya

yang memegang kartu yang cocok.

9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan

terhadap materi pelajaran.

e. Kelebihan Model Make a Match

Kelebihan yang dimiliki dalam melakukan pembelajaran dengan

cara make a match diantaranya yaitu :

1) Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan

kepadanya melalui kartu.

2) Meningkatkan kreatifitas belajar para siswa.

3) Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti belajar dan

mengajar.

4) Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media

pembelajaran yang dibuat oleh guru.

f. Kekurangan Model Make a Match

Selain kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajran diatas, ada

juga kekurangan yang dirasakan saat melakukan prosesnya. Yaitu sebagai

berikut :

1) Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus

sesuai dengan materi pelajaran .

2) Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pelajaran

3) Sulit membantu siswa berkosentrasi karena lebih menggunakan

aktifitas yang lebih.


21

4. Pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Istialah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari

Social studies yang dapat diartikan dengan penelaahan atau kajian tentang

masyarakat.

Adapun pengertian IPS di Indonesia dikemukakan oleh beberapa

ahli pendidikan dan IPS diantaranya :

1) Moeljono Cokrodikardjo sebagaimana yang dikutip oleh Irfan

Tamwifi mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu

pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi

dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi

budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan

ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional

dengan materi dengan tujuan yang disederhanakan agar mudah

dipelajari.

2) Nu’man somantri sebagaimana yang dikutip oleh Irfan tamwifi

mengemukakan bahwa IPS mempunyai arti sebagai pelajaran ilmu-

ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD,

SLTP, dan SLTA. Penyederhanaanya menagadung arti:

a) Menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang

biasanya di pelajari di Universitas, menjadi pelajaran yang

sesuai dengan kematangan berfikir para siswa-siswi sekolah

dasar dan lajutan.


22

b) Mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-

ilmu sosial dan kehidupan masyarakat, sehingga menjadi

pelajaran yang mudah dicerna.

3) Adapun S. Nasution, sebagaiman yang dikutip oleh Irfan Tamwifi

mengemukakan bahwa IPS adalah pelajaran yang merupakan suatu

paduan dari sejumlah mata pelajran sosial atau dapat dinyatakan

bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubugan

dengan peranan manusia di dalam masyarakat yang terdiri atas

berbagai subjek: sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi

pemerintahan dan psikologi sosial.

b. Ruang Lingkup kajian Ilmu Pengetahuan Sosial

Secara mendasar, pelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan

manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.

Pengajaran IPS ditiap jenjang pendidikan harus dibuat batasan –batasan

sesuai dengan kemampuan peserta didik pada tingkat masing-masing

jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan

dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah, dan juga dengan

pendidikan tinggi.

c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial memiliki beberapa tujuan diantaranya:

1) Membekali peserta didik dengan pengetahun sosial yang berguna

dalam kehidupan masyarakat.


23

2) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi,

menganalisa dan menyusun alternatif dan pemecahan masalah

sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

3) Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi

dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang

keilmuan serta berbagai keahlian

4) Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang

positif dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi

bagian dari kehidupannya yang tidak terpisahkan

5) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan

pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan

kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan

teknologi

6) Membentuk kecakapan partisipatif warga yang bermutu dan

bertanggung jawab dalam kehidupan bangsa Indonesia

7) Menjadikan warga Negara Indonesia yang cerdas, aktif dan kritis

serta demokratis, namun memiliki komitmen menjaga persatuan

dan integritas bangsa

8) Mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban yaitu

kebebasan, persamaan, toleransi dan tanggungjawab.


24

5. Materi Kenampakan Alam dan Buatan Indonesia

a. Pengertian Kenampakan Alam

Kenampakan alam ialah segala sesuatu yang berada di alam atau

bumi yang menampakkan diri. Kenampakan alam ada dengan sendirinya.

Pada dasarnya kenampakan alam dibagi menjadi dua bagian yaitu

kenampakan alam wilayah daratan dan kenampakan alam wilayah

peraairan.

1. Kenampakan Alam Wilayah Daratan

Wilayah daratan ialah bagian dari permukaan bumi yang tidak

digenangi air dan berbentuk padat. Kenampakan alam daratan

secara umum terbagi atas empat bagian, yaitu dataran rendah,

dataran tinggi, pantai, gunung, dan pegunungan.

a) Dataran Rendah

Dataran rendah adalah bentangan tanah datar yang sangat luas

pada ketinggian kurang dari 200 m diatas permukaan laut.

b) Dataran Tinggi

Dataran tinggi adalah dataran yang ketinggiannya di atas 600 m

diatas permukaan laut. Dataran ini terletak di daerah

pegunungan atau dikelilingi oleh perbukitan sehingga udaranya

sejuk dan segar.


25

c) Pantai

Pantai adalah perbatasan antara daratan dan lautan. Panjang

garis pantai wilayah Indonesia lebih dari 81.497 km dan

termasuk salah satu garis terpanjang di dunia.

d) Gunung

Gunung merupakan bukit yang sangat besar dan tinggi. Tinggi

gunung biasanya lebih dari 600 meter diatas permukaan laut.

e) Pegunungan

Pegunungan adalah rangkaian gunung atau daerah yang

bergunung-gunung. Tinggi pegunungan lebih dari 600 meter di

atas permukaan laut.

2. Kenampakan Alam Wilayah Perairan

Wilayah perairan merupakan bagian dari permukaan bumi yang

tergenangi air. Wilayah perairan ini terdidi atas sungai, danau, laut,

selat, dan rawa.

a) Sungai

Sunagi merupakan bagian dari permukaan bumi yang rendah

dan dialiri oleh air. Air mengalir dari dataran tinggi (hulu

sungai) menuju datan rendah dan bermuara dilaut.

b) Danau

Danau adalah permukaan bumi berupa cekungan yang sanat

luas dan digenangi air. Terbentuknya danau ada yang berasal

dari letusan gunung berapi yang disebut danau vulkanik, seperti


26

danau kerinci dan Danau kaelimutu di Flores, dan lain-lain.

Adapun danaubuatan , yaitu danau yang sengaja dibuat

manusia, diantaranya di Jawa Barat.

c) Laut

Laut adalah bagian permukaan bumi paling rendah dan luas

yang digenangi air asin. Laut sebagai penghubung antar pulau.

Kedalaman laut Indonesia berbeda- beda, ada yang dangkal dan

ada uyang dalam.

d) Selat

Selat adalah laut yang sempit diantara dua pulau. Negara kita

dikenal sebagai Negara maritim karena memiliki wilayah laut

yang luas. Letak Indonesia yang dibatasi oleh lautan luas

menjadikan jarak antara satu pulau dengan lainnya. Oleh karena

itu, kita memisliki banyak selat.

e) Rawa

Rawa merupakan tanah yang digenangi air. Umumnya terdapat

di daerah dekat sungai atau pantai. Di sebuah rawa banyak

terdapat tumbuhan air. Daerah rawa-rawa banyak dijumpai di

daerah pesisir timur pulau Sumatera, Kalimantan Selatan

bagian Barat, serta Papua bagian barat dan selatan.


27

b. Pengertian Kenampakan Buatan

Kenampakan buatan ialah kenampakan yang sengaja dibuat

manusia untuk kepentingan tertentu. Macam kenampakan buatan

diantaranya:

1) Waduk/Bendungan

Waduk atau bendungan merupakan kenampakan buatan yang

diciptakan manusia dengan cara membendung aliran sungai.

2) Perkebunan

Perkebunan merupakan daerah hutan yang disengaja dibuat oleh

manusia untuk dimanfaatkan hasilnya. Tanaman perkebunan

merupakan tunbuhan yang dibudidayakan serta memiliki nilai

ekonomi tinggi. Tanaman perkebunan ini menjadi salah satu

sumber pendapatan Rakyat Indonesia.

3) Kawasan Industri

Dikatakan sebagai kawasan industri karena merupakan daerah yang

digunakan khusus untuk kegiatan industri. Oleh karena itu,

didaerah ini terdapat banyak pabrik.

4) Pemukiman

Pemukiman dibangun karena memiliki beberapa manfaat,

diataranya sebagai tempat tinggal penduduk, karena semakiun

bertambahnya jumlah penduduk semakin dibutuhkan pula

pemukiman.
28

5) Sarana Transportasi

Sarana transportasi sangat diperlukan karena banyak memberi

manfaat dan kemudahan, misalnya untuk mempersingkat waktu

serta mengurangi kemacetan lalu lintas. Sarana transportasi darat

yang diperlukan, yaitu kereta api, jembatan dan jalan layang (fly

over). Sedangkan untuk sarana transportasi laut diperlukan adanya

pelabuhan. Dan sarana transportasi udara memerlukan Bandar

udara.

c. Kegunaan Mempelajari Materi Kenampakan Alam dan Buatan

Mempelajari materi kenampakan alam dan buatan mempunyai

kegunaan yaitu:

1) Dengan adanya kenampakan alam, kita dapat mengetahui

kebesaran sang pencipta yaitu Allah SWT, bahwa Allah

menciptakan alam semesta ini dengan berbagai manfaat dan rezeki

bagi proses kehidupan manusia. Hal ini akan mengajari kita untuk

menjadi makhluk yang senantiasa bersyukur atas segala ciptaan

Allah SWT, dan agar tidak menjadikan kita takabur kepada-Nya.

2) Dengan adanya kenampakan buatan disekitar kita, kita akan

mendapatkan ilmu baru, salah satunya yaitu kemajuan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya

kenampakan buatan dibidang transportasi jalur udara yaitu seperti

Bandar udara. Sebelum ada kemajuan dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, transportasi melalui belum ada, yang


29

ada hanya jalur laut dan darat saja. Dengan adanya perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dapat menciptakan untuk

proses dan kelancaran hidup manusia yang lain.

B. Kerangka Pikir

Pada masa kini pembelajaran IPS sangat diperlukan harus

dikembangkan oleh siswa sejak dini karena dengan pembelajaran IPS siswa

mempunyai pengetahuan tentang hidup bermasyarakat, masalah-masalah

sosial terutama perjuangan bangsa Indonsia dalam memperoleh kemerdekaan.

Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I bahwa banyak ditemukan

masalah dalam proses pembelajaran IPS yang peneliti lihat di SDN I

Waanguangu penggunaan model pembelajaran ceramah dikelas berdampak

pada siswa yang cenderung pasif, diam dan kurang inisiatif. Siswa yang

mengajukan diri dengan tunjuk jari dalam mengawab pertanyaan guru dan

yang berani mengemukakan pendapat serta mengajukan pertanyaan pada guru

masih sangat kurang. Sehingga diindikasikan dapat berimbas pada hasil

belajar yang rendah. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, diketahui bahwa

karakter siswa SDN I Waanguangu kelas V lebih menyukai pembelajaran

dengan menggunakan media berupa kartu bergambar.

Salah satu untuk meningkatkan hasil belajar diperlukan model

pembelajaran yang inovatif, menarik, dan interaktif. Model pembelajaran

yang dapat digunakan adalah Model Make a Match (teknik mencari

pasangan) sebagai teknik yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pembelajaran IPS.


30

Model pembelajaran Make a Match (teknik mencari pasangan)

sebagai teknik yang diterapkan dalam pembelajaran IPS diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa seperti pada penelitian sebelumnya.

Adapun kerangka pikir penelitian tindakan kelas digambarkan pada

bagan berikut ini.

- Belum adanya media


Kondisi pembelajaran, seperti kartu.
awal - Tidak ada niat untuk belajar dari
dalam diri siswa
- Siswa malas jika disuruh untuk
mengerjakan latihan.
- Mengguanakan metode ceramah

Tindakan - Menggunakan model Make a


Match
- Menggunakan media, berupa
kartu
- Siswa aktif dalam proses
pembelajaran

Kondisi Hasil belajar meningkat pada


akhir penerapan model Make a Match pada
pembelajaran IPS

Gambar 2.1 Alur Pikir Penelitian Tindakan Kelas

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, hipotesis

dalam penelitian ini adalah penerapan model Make a Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Kenampakan Alam dan Buatan

Indonesia di kelas Va Sekolah Dasar Negeri 1 Waanguangu.


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pendekatan penelitian tindakan kelas

melalui rancangan penilaian sebagai berikut :

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas Va SDN 1

Waanguangu untuk mata pelajaran IPS pada materi Kenampakan Alam dan

Buatan Indonesia.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran

2016/2017 sebanyak 2 siklus dan mengacu pada kalender pendidikan.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas Va SD Negeri 1 Waanguangu

kabupaten Buton tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 21 siswa yang

terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian tindakan kelas berbentuk 2 siklus merupakan model

PTK dari Kemmis dan M. Taggart (1993). Setiap siklus terdiri dari empat

tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan

(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

31
32

Reaksi Awal

Perencanaan

Pelaksanaan
Refleksi Siklus I

pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

pengamatan

Gambar 3.1 Desain Siklus PTK Model Kemmis S dan Mc. Taggart

Keterangan:

1) Planning (Perencanaan Tindakan)

Perencanaan tindakan dimulai dari proses identifikasi masalah yang

akan diteliti, termaksud hasil prapenelitian. Kemudian merencanakan

tindakan yang akan dilakukan, termaksud menyusun perangkat

pembelajaran yang diperlukan dan lain-lain.


33

2) Acting (Pelaksanaan Tindakan)

Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaran dikelas dengan

menggunakan perangkat pembelajaran mulai dari kegiatan awal,

kegiatan inti, hingga kegiatan akhir sesuai dengan RPP.

3) Observing (Observasi)

Observasi adalah pengamatan selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran yang yang dilakukan oleh kolaborator dan/atau observer

secara simulant (bersamaan pada saat pembelajaran berlangsung),

4) Reflecting (Refleksi)

Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil analisis data bersama

kolaborator yang akan direkomendasikan tentang hasil suatu tindakan

yang dlakukan demi mencapai keberhasilan penelitian dari seluruh

aspek/indikator yang ditentukan.

Para ahli mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan

bagan yang berbeda-beda, Zainal Abidin dalam metodologi penelitian

pendidikan secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui

yaitu Perencanaan (planning), Tindakan (Acting), Pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian Tindakan Kelas ini dipilih

dengan menggunakan model spriral dari Kemmis dan Mc. Taggart

dikarenakan setiap siklusnya mempunyai empat tahapan yakni tahap

perencanaan, pelaksanaan,dan observasi serta refleksi diharapkan bisa

meningkatkan hasil belajar siswa di SDN 1 Waanguangu.


34

C. Rencana Tindakan

1. Observasi Awal

Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah

yang dihadapi oleh siswa kelas Va yang berkaitan dengan hasil belajar.

Kegiatan tersebut diantaranya:

a) Observasi terhadap model pembelajaran yang digunakan dikelas V,

serta buku-buku yang dipakai.

b) Meneliti siswa secara individual dan mencatat semua masalaj yang

dihadapi selama dalam proses belajar mengajar.

c) Melakukan diskusi dengan para pengamat bahwa pembelajaran yang

akan digunakan adalah model Make a Match

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2) Menentukan materi pembelajaran

3) Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.

4) Membuat soal-soal dan jawaban dengan menggunakan kartu.

b. Tahap Pelaksanaan

Secara garis besar pada tahap pelaksanaan adalah :

1) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok, kelompok A,

kelompok B, kelompok C, dan kelompok D.

2) Guru menyampaikan indikator yang hendak dicapai dalam

pembelajaran.
35

3) Guru memberi kartu soal kepada kelompok A dan kelompok C dan

kartu jawaban kepada kelompok B dan kelompok D.

4) Kelompok A berpasangan dengan kelompok B, dan kelompok C

berpasangan dengan kelompok D.

5) Kelompok siswa yang mendapat kartu soal mencari/mencocokan

dengan kelompok jawaban dan sebaliknya.

6) Mempersentasikan hasil diskusi didepan kelas bagi siswa yang

sudah menemukan pasangan.

7) Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan

tersebut.

8) Guru memberikan pekerjaan rumah.

c. Tahap Pengamatan

Dalam kegiatan pengamatan observer mengumpulkan serta menyusun

data yang diperoleh dari proses pembelajaran yaitu :

1) Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

2) Respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan model pembelajaran Make a Match.

d. Tahap refleksi

Hasil observasi yang telah dilaksanakan kemudian dianalisis. Adapun

kegiatan yang dilaksanakan pada refleksi adalah :

1) Merefleksi proses pembelajaran yang telah terlaksana.

2) Mencatat kendala-kendala yang dihadapi selama proses

pembelajaran.
36

3) Mengadakan dialog dengan siswa yang mengalami keterlambatan

belajar yang dikarenakan kurang respon serta kurang aktifnya

dalam pembelajaran.

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakuan oleh peneliti dalam tahap perencanaan

pada siklus II ini adalah :

1) Menyusun rencana pembelajaran.

2) Menentukan materi pembelajaran.

3) Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.

4) Membuat lembar angket siswa.

5) Membuat soal-soal dan jawaban dengan menggunakan kartu.

b. Tahap Pelaksanaan

Guru melaksanakan RPP sesuai dengan hasil pada siklus I yaitu :

1) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok, kelompok A,

kelompok B, kelompok C, kelompok D dan setiap kelompok

beranggotakan 5 siswa.

2) Guru menyampaikan indikator yang hendak dicapai dalam

pembelajaran.

3) Guru memberikan kartu soal kepada kelompok A dan kelompok

C kepada kelompok B dan kelompok D.

4) Kelompok A berpasangan dengan kelompok B dan kelompok C

berpasangan dengan kelompok D.


37

5) Kelompok siswa yang mendapat kartu soal mencari/mencocokan

dengan kelompok jawaban dan sebaliknya.

6) Mempersentasikan hasil diskusi didepan kelas bagi siswa yang

sudah menemukan pasangannya.

7) Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran tersebut.

8) Guru memberikan pekerjaan rumah.

c. Tahap Pengamatan

Dalam tahap pengamatan observer mengumpulkan serta menyusun

data yang diperoleh dari proses pembelajaran. Adapun yang dilakukan

oleh observer adalah untuk mengetahui :

1) Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

2) Respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan model pembelajaran Make a Match.

d. Tahap Refleksi

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua

seperti pada siklus pertama, serta menganalisis untuk membuat

kesimpulan atas pelaksanaan model pembalajaran Make a Match dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kenampakan alam dan

buatan Indonesia di SDN 1 Waanguangu.


38

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data

Menurut Juliansyah Noor (2011:138) teknik pengumpulan data

merupakan cara pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian.

Pada pengumpulan data dilakukan setiap siklus dimulai dari awal

sampai akhir pembelajaran. Dalam pengumpulan data penelitian

menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang

dilakukan secara sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau

obyek lain yang diseliiki.

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati

dan mencatat secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa pada

saat pembelajaran berlangsung. Misalnya sebanyak 16 siswa dengan cara

dibagi menjadi empat kelompok tiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Dalam

hal ini peneliti menggunakan observasi partisipatif, dimana peneliti ikut serta

mengamati aktifitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung

melalui lembar observasi siswa. Berikut lembar observasi aktivitas guru dan

siswa di SDN 1 Waanguangu.


39

Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Observer aktivitas siswa proses belajar mengajar duduk di tempat

yang strategis, yang memudahkan observasi dan tidak mengganggu

jalannya pembelajaran. Observer mengisi kolom penskoran sesuai

pedoman penskoran yang diberikan di bawah tabel dengan memberi tanda

cek (√)

alternatif pilihan
jawaban
No Hal-hal yang diamati
SB B C K SK
5 4 3 2 1
Aktivitas siswa
Memperhatikan penjelasan guru terkait
materi pelajaran kenampakan alam dan
buatan Indonesia pada sesi awal
1. pembelajaran.
Mengerjakan latihan soal yang
diberikan oleh guru pada sesi awal
2. pembelajaran IPS.
Terampil menyelesaikan soal-soal yang
3. diberikan.
Bekerja dalam kelompok untuk
menyelesaikan soal / masalah yang
4. diajukan oleh kelompok lain
Aktivitas Guru
Guru mempersiapkan media
1. pembelajaran
Guru mempersiapkan seting kelas untuk
2. pembelajaran
Guru mempersiapkan siswa secara fisik
3. dan mental

Pedoman Penskoran:
1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik
40

2. Wawancara

Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data

dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya

adalah dengan bercakap – cakap secara tatap muka.

Teknik wawancara ditujukan kepada guru dan siswa yang bertujuan

untuk menggali informasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Wawancara juga digunakan untuk mengetahui lebih mendalam tentang proses

pembelajaran yang dilaksanakan.

3. Angket

Adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab atau dikerjakan oleh siswa yang ingin diselediki. Angket ini

digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Make a Match pada materi kenampakan

alam dan buatan Indonesia.

Metode angket menurut Arikunto (2006:151) Angket adalah

pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi  dari

responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui.

4. Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono, (2009:240) merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto,

gambar, serta data-data siswa.

Dokumentasi digunakan sebagai data pendukung dalam proses

pembelajaran. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto-


41

foto pada saat kegiatan pembelajaran, catatan hasil observasi, rekapitulasi

hasil angket siswa, rekapitulasi hasil prestasi belajar siswa serta rekaman

video pada saat kegiatan pembelajaran.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan untuk mengetahui keefektifan strategi dalam

pembelajaran. Data yang dikumpul akan dianalisis secara deskriptif.

Analisis Data Aktifitas Siswa

Analisis data hasil observasi aktivitas siswa dilakukan secara

deskriptif menggunakan data persentase dengan analisis tingkat keaktifan

siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan rumus peneliti.

Jumlah jawaban benar


skor= x 100
Jumlah soal

Dibawah ini tabel konversi/interval nilai yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Interval Nilai Kategori Makna


81-100 A Sangat baik
61-80 B Baik
41-60 C Cukup baik
21-40 D Kurang baik
0-20 E Jelek/sangat tidak baik
42

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan kelas diasumsikan bila dilakukan tindakan

perbaikan kualitas pembelajaran, sehingga akan berdampak terhadap

perbaikan hasil belajar. Urutan indikator secara logika ilmiah disusun kembali

menjadi:

1. Indikator keberhasilan kualitas proses pembelajaran minimal “baik”

(indikator ini untuk tujuan umum dari tujuan penelitian).

2. Indikator keberhasilan hasil belajar secara klasikal minimal 75% dari

jumlah siswa mencapai KKM = 65

G. .Jadwal Penelitian

Bulan
No Tahap kegiatan Juli Agustus September Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
 1. Observasi awal
 2. Penyusunan proposal
 3. Konsultasi pembimbing
 4. Ujian proposal
 5. Mengadakan penelitian

 6. Mengadakan penelitian


 7. Mengadakan penelitian
 8. Analisis data
 9. Konsultasi laporan
 10
. Ujian hasil

Anda mungkin juga menyukai