Anda di halaman 1dari 14

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas Bimbingan dan Konseling

Dalam kamus besar bahasa Indonesia asas berarti “Dasar”. Tetapi asas dalam pengertian disini
adalah bukan dasar tetapi “Rukun”.Jadi asas bimbingan dan konseling berarti “Rukun yang harus
dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing atau konselor dalam menjalankan
pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling”. (hasil diskusi kelas : 25-03-2012).Setiap kegiatan
kadang-kadang ada asas yang dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.Demikian
pula dalam layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling, ada asas yang dijadikan pegangan dalam
menjalankan kegiatan itu.Menurut Prayitno ada dua belas asas yang harus menjadi dasar
pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan koseling.

B. Asas – Asas Bimbingan Konseling

Pelayanan bimbimngan dan konseling adalah pekerjaan profesional sesuai dengan makna
apeksi, dan perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus di laksanakan
dengan mengikuti kaidah –kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses dan lainnya. Kaidah –
kaidah tersebut di dasarkan atas tuntutan keilmuan layanan di satu segi ( antara lain bahwa layanan
harus di dasarkan atas data dan tingkat perkembangan klien ), dan tuntunan oktimalisasi proses
peyelenggaraan pelayanan di segi lain ( yaitu antara lain suasana konseling di tandai oleh adanya
kehangatan, pemahaman, penerimaan, kebebasan, dan keterbukaan, serta sebagai sumber daya
yang perlu di aktifkan.

Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah – kaidah tersebut di kenal
dengan asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan – ketentuan yang harus di terapkan dalam
peyelenggaraan pelayanan itu.

Asas – asas yang di maksud adalah asas kerahasian, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tutwuri
hadayani ( prayitno,1987 )

1. Asas Kerahasiaan

Asas-asas kerahasian yaitu menuntun dirahasiakanya segenap data dan keterangan peserta didik
yang menjadi sasaran layanan , yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak
diketahui oleh orang lain .

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan koseling, kadang-kadang konseli
harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi/ rahasia kepada konselor.Oleh karena itu konselor
harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari konselinya.

Sebgai konselor berkewajiban untuk menjaga rahasia data tersebut, baik data yang diperoleh dari
hasil wawancara atau konseling, karena hubungan menolong dalam bimbingan dan konseling hanya
dapat berlangsung dengan baik jika data informasi yang dipercayakan kepada konselor atau guru
pembimbing dapat dijamin kerahasiaannya. Asas ini bisa dikatakan sebagai “Asas Kunci” dalam
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat
menimbulkan rasa aman dalam diri konseli.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka apa yang terjadi saat pelayanan bimbingan dan
konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli baik itu isi pembicaraan atau pun sikap konseli,
kerahasiaanya perlu dihargai dan dijaga dengan baik. Demikian pula catatan-catatan yang dibuat
sewaktu atau pun sesudah wawancara atau konseling perlu disimpan dengan baik dan
kerahasiaanya dijaga dengan cermat oleh konselor.

Contoh asaa kerahasian :ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa seorang
konseli itu memiliki penyakit HIV yang didapatnya sejak lama maka seorang konselor harus bisa
menjaga kerahasian tersebut agar penyakit konseli itu tidak di ketahui oleh orang banyak .

2. Asas Kesukarelaan

Asas kesukarelaan yaitu assa BK yang menghendaki adanya kesukaaan dan kerelaan peserta didik
mengikuti atau menjalankan layanan atau kegiatan yang di peruntukan baginya . Telah dikemukakan
bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu.

Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan merupakan suatu paksaan,
akan tetapi merupakan suatu binaan. Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan dan konseling
diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor/ guru pembimbing dengan
konselinya. Kerjasama akan terjalin bilamana konseli dapat dengan suka rela menceritakan serta
menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor.

Contoh asas kesukarelaan : ada seorang peserta didik yang selalu tidak masuk dikarenakan tidak
suka pada pada salah satu mata pelajaran di sekolahnya , sebagai guru konselor seharusnya kita
harus mengubah sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata pelajaran tersebut
dengan selalu membina dan mengembangkanya.

3. Asas Keterbukaan

Asas keterbukaan yaitu asas BK yang menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan
atau kegiataan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya .

Asas keterbukaan merupakan asas yang sangat penting bagi konselor/ guru pembimbing, karena
hubungan tatap muka antara konselor dan konseli merupakan pertemuan bathin tanpa tedeng aling-
aling.Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecenderungan pada konseli untuk
membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan
psikisnya.Konselor yang sukses adalah konselor yang bisa memudahkan konseli untuk membuka
dirinya dan berusaha memahami lebih jauh tentang dirinya sendiri.Truax dan Carkhuff
menyimpulkan bahwa “ada hubungan yang erat antara keterbukaan konselor dan kemampuan klien
membuka diri (self exploration).”

Asas ini menghendaki agar konseli bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan
keterangan maupun informasi.Dalam hal ini konselor/ guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan konseli.Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu
harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Hal demikian akan mendorong konseli
mengekspresikan pengalaman pribadinya.

Keterusterangan dan kejujuran si terbimbing akan terjadi jika si terbimbing tidak lagi
mempersoalkan asas kerahasiaan dan kesuka relaan ; maksudnya , si terbimbing telah betul-betul
telah mempercayai konselornya lebih jauh, keterbukaan akan semakin berkembang apabila klien
tahu bahwa kinselornya terbuka.

Keterbukaan di sini di tinjau dari dua arah. Dari pihak klien di harapkan pertama-tama mau
membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat di ketahui oleh orang lain, dan
kedunya mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan masukan lain lainya dari
pihak luar.

Contoh asas keterbukaan : ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup sebagai konselor kita
harus dapat mengubah konseli untuk bicara secara terbuka dan tidak berpura-pura dalam
menceritakan maslah pribadinya sendiri ,sehingga konseli dapat berbicara jujur dan merasa nyaman
dalam menyampaikan masalahhnya.

4. Asas Kekinian

Asas kekinian yaitu asas bimbingan yang mengkehendaki agar obyek sasaran layanan BK ialah
permasalahan peserta didik dalam kondisi masa sekarang. Layanan yang berkenan dengan masa
depan atau masa lamoau dilihat dampak atau kaitan dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat
diperbuat sekarang .Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah
yang dirasakan konseli saat kini atau sekarang, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan
konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang, dan masa
yang akan datang.

Permasalahan yang dihadapi oleh konseli sering bersumber dari rasa penyesalannya terhadap apa
yang terjadi pada masa lalu, dan kekhawatiran dalam menghadapi apa yang akan terjadi pada masa
yang akan datang, sehingga ia lupa dengan apa yang harus dan dapat dikerjakannya pada saat ini.

Sesuai apa yang terkemukan di atas, maka diharapkan konselor dapat mengarahkan konseli untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Sebagaimana firman Allah SWT

Artinya :

“Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.Kecuali orang-orang yang


beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr : 1-3).

Contoh asaa kekinian ; konselor tidak banyak fokus pada masalah yang telah di hadapi , tetapi
konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan psikisnya.

5. Asas Kemandirian

Asas kemandirian yaitu asas BK yang menunjuk pada tujuan umum BK,yaitu : peserta didik sebagai
sasaran layanan BK diharapkan menjadi individu –individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal
dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan ,mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri.
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor berusaha
menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli.Ciri-ciri kemandirian tersebut yaitu mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan
bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli. Agar
dapat tumbuh sikap kemandirian tersebut, maka konselor harus memberikan respon yang cermat
terhadap konseli atas keluhan-keluhan yang diungkapkan.Individu yang terbimbing setelah dibantu
diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:

(a).mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana mestinya.

(b).menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.

(c).mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.

(d).mengarahkan diri sesui dengan keputusan itu.

(e).mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi,minat dan kemampuan- kemampuan
yang di miliki.

Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuikan dengan tingkat perkembangan dan
peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandiran sebagai hasil konseling menjadi arah dari
keseluruhan proses konseling, dan hal itu didasari baik oleh konselor maupun klien.

Contoh asaa kemandirian : ada seorang konseli yang cacat fisik datang pada kita dia
menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meluruskan hidupnya, sebagai konselo yang
profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa semangat hidup dengan cara memberikan
pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan menerima dirinya dan lingkungan ,dan mampu
mengambil sebuah keputusan agar konseli tersebut menjadi diri yang mandiri .

6. Asas Kegiatan

Asas kegiatan yaitu asa BK yang mengkehendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan
berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan atau kegiatan BK.

Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor memberikan beberapa
tugas dan kegiatan pada konslinya. Dalam hal ini konseli harus mampu melaksanakan sendiri
kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang telah
ditetapkan.Asas ini menghendaki agar konseli bisa berpartisipasi secara aktif atas kegiatan yang
diselenggarakan oleh konselor. Di pihak lain konselor harus berusaha/ mendorong agar konseli
mampu melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut.

Asas ini merujuk pada pola konseling”multidimensional” yang tidak hanya mengandalkan transaksi
perbal antara klien dan konselor. Dalam selenggara, yaitu klien aktif menjalani proses konseling dan
aktif pula melaksanakan/menerapkan hasil-hasil konseling.

Contoh asas kegiatan : seorang konselor harus bisa membuat suatu program kegiatan seperti
ospek maupun MOS (siswa baru ) agar konseli /peserta didik dapat mengenali lingkungan yang baru
serta mampu untuk mnyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru.
7. Asas Kedinamisan

Asas kedinamisan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan yang
sama kehendaknya selalu bergerak maju,tidak monoton,dan terus berkembang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembanganya dari waktu ke waktu .

Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya perubahan sikap
dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik.

Untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan
waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi konseli. Isi layanan
bimbingan dan konseling dari asas ini adalah selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu
ke waktu.Konselor dan pihak-pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama sepenuhnya agar
pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan
dalam sikap dan tingkah laku konseli.Asas kedinamisan mengacuh pada hal-hal baru yang hendaknya
terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasil nya.

Contoh asas kedinamisan :seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan zaman , agar
konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahn yang pada seorang konseli yang semakin
kompleks misalnya keluarga broken serta pergaulan bebas dikalangan pemuda ..

8. Asas Keterpaduan

Asas keterpaduan yaitu asas BK yang mengkenhendaki agar berbagai layanan dan kegiatan BK , baik
yang di lakuakn oleh guru BK/konselor maupun pihak lain ,saling menunjang ,harmonis dan
terpaduan .

Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu
yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat
membantu penanggulangan masalah yang dihadapi konseli. Dalam hal ini peranan guru, orang tua,
dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin kerja sama
yang saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya konseli yang mengalami masalah.

Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang
perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan
untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan serasi dan saling
menunjang dalam upaya bimbingan dan konseling .

Contoh asas keterpaduan : seorang konseli melakuakn kerjasama dengan seorang psikologi
seks mupun dokter kandungan ,dan mengundang kesekolah untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik di sekolah agar konseli/peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
lebih jelas tentang seks, upayah mereka tidak terjerat dalam pergaulan besar.

9. Asas Kenormatifan

Asas kenormatifan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar segenap layanan dan kegiatan BK
didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang ada, yaitu
norma agama, hukum dan peraturan ,adat istiadat ilmu pengetahuan ,dan kebiasaan yang berlaku .
Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak bertentangan dengan norma-
norma yang berlaku di dalam masyarakat dan lingkungannya. Dalam kegiatan bimbingan dan
konseling,

konselor tentu akan menyertakan norma-norma yang dianutnya ke dalam hubungan konseling, baik
secara langsung atau tidak langsung. Tetapi harus diingat bahwa konselor tidak boleh memaksakan
nilai atau norma yang dianutnya itu kepada konselinya. Seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling ini adalah didasarkan pada norma-norma yang berlaku yaitu norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan

kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, layanan/ kegiatan bimbingan dan
konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan siswa/ konseli dalam memahami, menghayati,
dan mengamalkan norma-norma tersebut.

Contoh asas kenormatifan : seorang konselor dalam menjalankan tugasnya , harus sesui
dengan norma, hukum , adat istiadat sehingga terciptanya suasana yang harmonis diantara konseli
dan konselor karena seorang konselor yang profesional harus bisa menciptakan suasana yang
nyaman bagi seorang konseli.

10. Asas Keahlian

Asas keahlian yaitu asas BK yang mengkehendaki agar layanan dan kegiatan BK diselenggarakan atas
dasar kaidah-kaidah profesional .

Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan
pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian yang
ditampilkan oleh konselor/ guru pembimbing akan menunjang hasil konseling. Pendek kata bahwa
para pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini harus benar-benar ahli dibidang bimbingan dan
konseling, atau dalam istilah lain adalah profesional.

Contoh asas keahlian : apabila ada seorang peserta didik/konselor yang datang pada seorang
konselor , seorang harus bersikap seprti konselor bukan bersikap seprti dokter maupun yang lainya
yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli .

11. Asas Alih Tangan

Asas alih tangan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar pihak –pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan BK secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik
mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani masalah-masalah yang
cukup pelik. Berhubung hakekat masalah yang dihadapi konseli adalah unik (kedalamannya,
keluasannya, dan kedinamisannya), disamping pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
konselor adalah terbatas, maka ada kemungkinan suatu masalah belum dapat diatasi setelah proses
konseling berlangsung. Dalam hal ini konselor perlu mengalih tangankan (referal) konseli pada pihak
lain (konselor) yang lebih ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi oleh konseli tersebut.

Contoh asas alih tangan :ada seorang peserta didik/konseli yang mengalami tidak lulus sekolah ,
seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini ,seorang konselor harus melakuakn
kerjasama dengan pihak yang lebih kompeten dalam kasus ini seperti membawa konseli tersebut
pada seorang psikiater maupun dokter.

12. Asas Tut Wuri Handayani

Asas tutwuri handayani yaitu asas BK yang mengkehendaki agar pelayanan BK secara keseluruhan
dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberi rasa aman),mengembangkan keteladanan ,
memberikan ransangan dan dorongan serta kesempataan yang seluas-luasnya kepada peserta didik
untuk maju

Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan konseling bahwa bimbingan dan
konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis, sengaja, berencana, terus
menerus, dan terarah kepada suatu tujuan.Oleh karena itu kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling tidak hanya dirasakan adanya pada saat konseli mengalami masalah dan
menghadapkannya kepada konselor/ guru pembimbing saja.Kegiatan bimbingan dan konseling harus
senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana konseli telah berhasil
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Asas ini menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan

dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.(Anas Salahudin.

Contoh asas tut wuri handayani : seorang konselor harus menjadi guru teladan ,dan menyenangkan
agar peserta didik/ konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita dan mampu
mengayomi pasaerta didik.

Daftar Pustaka

A, Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.

Luddin, Abu Bakar. 2010. Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik.Bandung

:Citapustaka Media Perintis.

Salahudin, Anas. 2010. BimbingandanKonseling. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Prayetno.dasar-dasar bimbingan konseling.jakarta:Rineka Cipta

Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling disekolah hendaknya


selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling dan diterapkan sesuai dengan asas-
asas bimbingan dan konseling.
Menurut Sukardi (2010:46) untuk mendapatkan wawasan yang memadai mengenai
asas-asas pokok bimbingan dan konseling diatas sebagai berikut:
1. Asas kerahasiaan
Secara khusus layanan bimbingan adalah melayani individu-individu yang bermasalah.
Masih banyak yang beranggapan bahawa mengalami masalah merupakan aib yang harus
ditutup-tutupi sehinggan tidak boleh seorang pun boleh tahu akan adanya masalah itu.
Keadaan sepereti ini sangat menghambat pemanfaatan layanan bimbingan oleh masyarakat
(khususnya siswa di sekolah). Jika perlu mengetahui bahwa layanan bimbingan harus
menerapkan asas-asas kerahasiaan secara penuh. Dalam hal ini masalah yang dihadapi oleh
seorang siswa tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Segala
sesuatu yang disampaikan siswa kepada konselor misalnya akan dijaga kerahasiaannya.
Demikian juga hal-hal tertentu yang dialami oleh siswa (khususnya hal-hal yang bersifat
negatif) tidak akan menjadi bahan gunjingan. Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada
konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan
yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya bimbingan dan konseling. Jika
asas ini benar-benar dijalankan maka penyelenggaraa bimbingan dan konseling akan
mendapat kepercayaan dari para siswa dan layanan bimbingan dan konseling akan
dimanfaatkan secara baik oleh siswa, dan jika sebaliknya para penyelenggara bimbingan dan
konseling tidak memperhatikan asas tersebut, layanan bimbingan dan konseling (khususnya
yang benar-benar menyangkut kehidupan siswa) tidak mempunyai arti lagi bahkan mungkin
dijauhli para siswa.

2. Asas Kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah tertanam pada diri (calon)
terbimbing/siswa atau klien, sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami
masalah akan dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta
bimbingan. Bagaimana halnya dengan klien kiriman, apakah dalam hal ini asas kesukarelaan
dilanggar? Dalam hal ini pembimbing berkewajiban mengembangkan sikap sukarela pada
diri klien itu sehingga klien itu mampi menghilangkan rasa keterpaksaannya saat memberikan
data dirinya kepada pembimbing. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri (calon)
terbimbing/siswa atau klien saja, tetapi hendaknya berkembang pada diri penyelenggara. Para
penyelenggara bimbingan hendaknya mampu menghilangkan rasa bahwa tugas ke-BK-annya
itu merupakan suatu yang memaksa diri mereka. Lebih disukai lagi apabila para petugas itu
merasa terpanggil utnuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

3. Asas Keterbukaan
Bimbingan dan Konseling yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan.
Baik yang dibimbing/dikonsel maupun pembimbing/konselor bersifat terbuka. Keterbukaan
ini bukan hanya sekadar berarti “bersedia menerima saran-saran dari luar” tetapi dan hal ini
lebih penting masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan
pemecahan masalah yang dimaksud. Dalam konseling misalnya, diharapkan dapat berbicara
sejujur mungkin dan terbuka tentang dirinya sendiri. Dengan keterbukaan ini penelaahan
masalah serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan klien menjadi mungkin. Perlu
diperhatikan bahwa keterbukaan hanya akan terjadi bila klien tidak lagi mempersoalkan asas
kerahasiaan yang semestinya diterapkan oleh konselor. Untuk keterbukaan klien harus terus
menerus membina suasana hubungan konseling sedemikian rupa, sehingga klien yakin bahwa
konselor juga bersikap terbuka dan yakin bahwa asas kerahasiaan memang terselenggarakan.
kesukarelaan klien tentu saja menjadi dasar bagi keterbukaannya.
4. Asas Kekinian
Masalah klien yang langsung ditanggulangi melalui upaya bimbingan dan konseling
ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang), bukan masalah yang sudah
lampau, dan juga masalah yang mungkin yang akan dialami di masa mendatang. Bila ada hal-
hal tertentu yang menyangkut masa lampau, dan/atau , masa yang akan datang perlu dibahas
dalam upaya bimbingan dan konseling yang sedang diselenggarakan, pembahasan hal itu
hanyalah merupakan latar belakang/latar depan dari masalah yang akan dihadapi sekarang
sehingga masalah yang dihadapi itu teratasi. Dalam usaha yang bersifat pencegahan punpada
dasarnya pertanyaan yang perlu dijawab adalah apa yang perlu dilakukan sekarang, sehingga
kemungkinan yang kurang baik dimasa yang akan mendatang dapat terhindari.
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-
nunda pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klein atau jelas terlihat misalnya adanya
siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan.
konselor tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan berbagai dalih. Dia
harus mendahulukan kepentingan klien daripada yang lain-lain. Jika dia benar-benar
memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberikan bantuannya kini, maka dia harus dapat
mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang dilakukan itu justru untuk kepentingan
klien.

5. Asas Kemandirian
Seperti dikemukan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha layanan
bimbingan dan konseling. Dalam memberika layanan para petugas hendaklah selalu berusaha
menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan hendaknya orang yang
dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya para pembimbing/konselor.
Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri
pokok mampu:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
d. Mengarahkan diris esuai dengan keputusan.
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan yang
dimilikinya.

Kemandirian dengan ciri-ciri umum diatas haruslah disesuaikan dengan tingkat


perkembangan dan peranan klien dalam kehidupannya sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil
konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu baik oleh konselor
maupaun klien.

6. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti, bila
individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan.
Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu
yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan konseling hendaknya menimbulkan
suasana individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.

7. Asas Kedinamisan
Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri
individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan
tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan
yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju.
8. Asas Keterpaduan
Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai asoek individu yang
dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau
keadaanya tidak saling serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di samping
keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses
layanan yang diberikan. Hendaknya, jangan aspek layanan yang satu tidak serasi atau bahkan
bertentangan dengan aspek layanan yang lain.

9. Asas Kenormatifan
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha “layanan bimbingan dan konseling tidak
boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama,
norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas
kenormatifan ini diterapkan tehadap isis maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula
proses, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang
dimaksudkan.
Ditilik dari permasalahan klien, barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan
konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah
melanggar norma-norma tertentu), namun justru dengan pelayanan bimbingan dan
konselinglah tingkahlaku yang melanggar norma itu diarahkan kepada yang lebih bersesuaian
dengan norma.

10. Asas Keahlian


Usaha layanan bimbingan dan konseling secara teratur, sistematis, dan dengan
mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Untuk itu para para konselor perlu
mendapat latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha
pemberian layanan. Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan profesional yang
diselenggarakan oleh tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan itu. Asas keahlian
selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana bidnag bimbingan
dan konseling) , juga kepada pengalaman. Teori dan praktik bimbingan dan konsleing perlu
dipadukan. Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus benar-benar menguasai teori dan
praktik konselig secara baik.

11. Asas Alih Tangan


Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas bimbingan dan konseling sudah
mengerahkan segenap kemampuaanya untuk membantu klien belum dapat terbantu
sebagaimana yang diharapkan, maka petugas itu mengalihtangankan klien tersebut, kepada
petugas atau badan lain yang lebih ahli. Disamping itu, asas ini juga menasihatkan petugas
bimbingan dan konseling hanya menangani masalah-masalah klien sesuai dengan
kewenangan petugas yang bersangkutan, setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang
berwenang untuk itu.

12. Asas Tut Wuri Handayani


Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing. Lebih-lebih dilingkungan
sekolah, asas ini makin dirasakan manfaatnya, dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa”.Asas ini menuntut agar layanan bimbingan
dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada waktu siswa mengalami masalah dan
menghadap pembimbing saja, namun dilaur hubungan kerja kepembimbingan dan konseling
pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya.

B. PERAN GURU MATA PELAJARAN DALAM PENERAPAN ASAS BK


1. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling.
2. Melakukan kerja sama dengan guru.
3. Mengalihtangankan siswa.
4. Mengadakan upaya tindaklanjut layanan bimbingan
5. Memberikan kesempatan pada siswa memperoleh layanan bimbingan dan konseling.
6. Membantu mengumpulkan informasi.
7. Berpartisipasi kegiatan pendukung seperti konferensi kasus.
8. Berpartisipasi upaya pencegahan masalah pengembangan potensi.

C. KODE ETIK BIMBINGAN DAN KONSELING


Adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh siapa saja
yang ingin berkicimpung dalam bidang bimbingan dan konseling demi untuk kebaikan. Kode
etik dalam satu jabatan bukan merupakan hal yang baru. Tiap-tiap jabatan pada umumnya
mempunyai kode etik sendiri-sendiri, sekalipun tetap ada kemungkinan bahwa kode etik itu
tidak secara formal diadakan.
Kode etik dalam bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan konseling
tetap dalam keadaan baik, serta diharapkan akan menjadi semakin baik, lebih-lebih di
Indonesia dimana bimbingan dan konseling masih relatif baru. Kode etik ini mengandung
ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa membawa kaibat yang
menyenangkan.
Menurut Walgito (2010:37) ada beberapa kode etik bimbingan dan konseling tersebut,
antara lain:
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan
konseling harus memegah teguh prinsip bimbingan dan konseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang baik-
baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Oleh karena itu,
pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang dan tanggungjawab yang bukan
wewenang atau tanggung jawabnya.
3. Karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi orang maka
seorang pembing harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat pada klien.
c. Menghargai bermacam-macam klien. Jadi, dalam menghadapi klien, pembimbing harus
menghadapi klien dalam derajat yang sama.
4. Pembimbing tidak diperkenankan:
a. Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
b. Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik
bagi klien.
d. Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain diluar kemampuan dan keahliannya atau di
luar keahlian staffnya yang diperlukan dalam bimbingan dan konseling.
6. Pembimbing harus selalu menyadari tanggungjawabnya yang berat, yang memerlukan
pengabdian sepenuhnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam bimbingan dan konseling terdapat 12 asas diantaranya:
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas Kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Kekinian
5. Asas Kemandirian
6. Asas Kegiatan
7. Asas Kedinamisan
8. Asas Keterpaduan
9. Asas Kenormatifan
10. Asas Keahlian
11. Asas Ahli Tangan
12. Asas Tut Wuri Handayani

Di sekolah guru mata pelajaran pun sangat berperan penting dalam proses bimbingan dan
konseling karena siswa yang mempunyai masalah yang terlebih dahulu mengetahuinya ialah
guru mata pelajan tersebut. Untuk itu bk bekerjasama dengan guru mata pelajaran dalam
membimbing siswa yang mempunyai masalah sesuai dengan kode etik yang ada dalam
bimbingan dan konseling tersebut.
B. SARAN
Asas-asas serta kode etik bimbingan dan konseling haruslah sejalan karena tanpa mengetahui
atau memahami hal-hal tersebut seorang pembimbing belumlah disebut sebagai konselor
yang ahli dalam bidangnya.

DAFTAR PUSTAKA
Hikmawati, Fenti.2011.Bimbingan Konseling edisi Revisi.Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada.
Sukardi, Dewa Ketut.2010.Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah.Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Walgito, Bimo.2010.bimbingan + Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta:ANDI Yogyakarta.
12

Diposting oleh Pareza Nasari di 02.50

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest

1 komentar:

SAHRUL PARAWIE3 Oktober 2017 05.44

Ijin copas cantik, thanks udah berbagi sangat bermanfaat

Balas

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Foto saya
Pareza Nasari

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

▼ 2015 (4)

▼ Januari (4)

MAKALAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ZAMAN MODERN

KEJALA KEMAUAN

MAKALAH ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING

TEORI DASAR PENELITIAN KUALITATIF

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai