Anda di halaman 1dari 32

TANGGAL TAMPIL :

SELASA, 31 MARET 2020

MAKALAH
METODOLOGI PENELITIAN DAN PUBLIKASI
MODEL – MODEL PENGEMBANGAN PADA DESAIN RESEARCH

KELOMPOK 8
ANGGOTA : 1. DODOKEN AYU (17033009)

2. DONA FITRI AYU (17033010)

3. ANNISA HIDAYATUL ADHA (17033050)

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN FISIKA ( S1 )

KELAS : B 2017

JADWAL : SELASA, 13:20 – 15:50 ( FMA 02211 )

DOSEN : Prof. Dr. FESTIYED, M.S

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
lancar dengan tepat waktu.

Kami selaku pembuat makalah mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing ibu Prof.Dr.Festiyed, M.S, atas arahannya dalam pembuatan makalah model
– model pengembangan desain research, sehingga kami dapat menyusun makalah ini
meskipun dalam pembuatan makalah ini masih masih terdapat beberapa kekurangan-
kekurangan.

Kami selaku pembuat makalah menyadari keterbatasan kemampuan kami


sehingga dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya masukan, saran maupun kritik yang dapat membantu dan
membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat dan dapat membantu kelancaran proses
perkuliahan Metodologi Penelitian dan Publikasi dan juga bemanfaat bagi semua pihak.
Terimakasih.

Padang, 31 Maret 2020

Penulis

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A.Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................3

BAB II MATERI......................................................................................................4

A. Pengertian Desain Research.....................................................................4


B. Fungsi Desain Research...........................................................................4
C. Model – Model Pengembangan Desain Research....................................4

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................20

BAB IV PENUTUP..................................................................................................29

A. Kesimpulan..............................................................................................28
B. Saran.........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Landasan Teoritis

Menurut Barab dan Squire (2004) desain research adalah Serangkaian


pendekatan, dengan maksud untuk menghasilkan teori-teori baru, artefak, dan
model praktis yang menjelaskan dan berpotensi berdampak pada pembelajaran
dengan pengaturan yang alami (naturalistic)’.

2. Landasan Yuridis
Permenristekdikti Nomor 20 Tahun 2018 tentang penelitian menyatakan
bahwa Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode
ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang
berkaitan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu
asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik
kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi.
3. Landasan Religius
a. Surah An Nur Ayat 35

‫اح فِي‬ ِ ٍِ ِ ِ ‫السماو‬


ْ ‫اح ۖ ال ِْم‬
ُ َ‫صب‬ ْ ‫ض ۚ َمثَ ُل نُو ِره َك ِم ْش َكاة ف َيها م‬
ٌ َ‫صب‬ ِ ‫ات َواأْل َْر‬ ُ ُ‫اللَّهُ ن‬
َ َ َّ ‫ور‬
‫ي يُوقَ ُد ِم ْن َش َج َر ٍة ُمبَ َار َك ٍة َز ْيتُونٍَة اَل َش ْرقِيَّ ٍة‬ ٌ ‫اجةُ َكأ ََّن َها َك ْو َك‬
ٌّ ‫ب ُد ِّر‬ ُّ ۖ ‫اج ٍ&ة‬
َ ‫الز َج‬ َ ‫ُز َج‬

ُ‫ور َعلَ ٰى نُو ٍر ۗ َي ْه ِدي اللَّه‬


ٌ ُ‫ار ۚ ن‬
ٌ َ‫س ْسهُ ن‬
ِ &ُ ‫َواَل غَ ْربِيَّ ٍة يَ َك‬
َ ‫اد َز ْي ُت َها يُضيءُ َولَ ْو لَ ْم تَ ْم‬
ِ ٍ ِ ِ ‫ال لِلن‬ َ َ‫لِنُو ِر ِه َم ْن ي‬
ٌ ‫َّاس ۗ َواللَّهُ ب ُك ِّل َش ْيء َعل‬
‫يم‬ َ َ‫ب اللَّهُ اأْل َْمث‬
ُ ‫ض ِر‬
ْ َ‫شاءُ ۚ َوي‬

“ Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya


Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada
pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang

1
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu)
dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-
lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan
Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu “.

b. Surah Yunus Ayat 101

‫&ات َوالنُّ ُذ ُر َع ْن َق& ْ&وٍم اَل‬


ُ &َ‫ض ۚ َو َم&&ا ُتغْنِي اآْل ي‬ ِ ‫س&ماو‬
ِ ‫ات َواأْل َْر‬ ِ
َ َ َّ ‫قُ& ِ&ل انْظُ& ُ&روا َم&&اذَا& في ال‬
‫ُي ْؤ ِمن&ُ & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & & &&و َن‬
“ Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak beriman "

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian desain research?

2. Apa fungsi penelitian desain research ?

3. Apa saja Model-Model desain research ?

4. Bagaimana contoh penelitian model desain reseach (model plomp) tersebut ?

2
C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud penelitian desain research ?

2. Mengetahui fungsi dari desain research ?

3. Mengetahui apa saja model – model pengembangan desaian research ?

4. Mengetahui bagaimana contoh penelitian model desain research (model plomp)


tersebut ?

3
BAB II

MATERI
A. Pengertian Desain Research

Desain penelitian merupakan cetak biru bagi pengumpulan, pengukuran,


dan penganalisaan data. Desain tersebut meliputi variabel-variabel kerja dan
bagaimana variabel tersebut dapat diukur, memilih sampel, mengumpulkan data
yang digunakan untuk uji hipotesis, dan analisis data atau hasilnya. Desain ini
membentu ilmuwan dalam mengalokasi sumber daya yang terbatas dengan
mengemukakan pilihan-pilihan penting (Thyer, 1993).

Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat


sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Desain ini merupakan program menyeluruh dari penelitian. Dalam rencana
tersebut tercakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari membuat
hipotesis dan implikasinya sacara operasional sampai kepada analisis akhir data.
Suatu desain penelitian menyatakan baik struktur masalah penelitian maupun
rencana penyelidikan yang akan dipakai untuk memperoleh bukti empiris
mengenai hubungan dalam masalah (Keringler, 1986).

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa desain penelitian


merupakan sebuah rencana prosedural yang menjadi panduan peneliti untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti secara valid, obyektif, akurat dan
ekonomis. Dengan kata lain desain penelitian sangat diperlukan oleh peneliti
untuk mengarahkan kerja penelitian agar lebih efektif, efisien dan tepat sasaran.
B. Fungsi Desain Research

Untuk merancang/mengembangkan suatu intervensi (seperti program,


strategi dan materi pembelajaran, produk dan sistem) dengan tujuan untuk
memecahkan masalah pendidikan yang kompleks dan untuk mengembangkan
pengetahuan (teori) tentang suatu karakteristik dari intervensi serta proses
prancangan dan pengembangan tersebut.
C. Model-Model Desain Research
1. Model Greivemeijer dan Cobb (2006)
4
Penelitian desain dapat dikarakteristikkan sebagai:
1. Intervensionis: penelitian mengarah pada suatu intervensi pada desain dalam
dunia nyata.
2. Iteratif: penelitian memasukkan suatu pendekatan siklik pada desain, evaluasi,
dan revisi.
3. Berorientasi pada proses: suatu model penelitian yang menghindari
pengukuran masukan dan keluaran, fokus pada pemahaman dan memperbaiki
intervensi.
4. Berorientasi pada kegunaan: manfaat dari desain diukur dengan melihat
kepraktisan desain bagi pengguna dalam kenyataan.
5. Berorientasi pada teori: desain (paling sedikit sebagian) dibuat berdasarkan
teori- teori yang sudah ada, dan pengujian lapangan dari desain memberi
kontribusi pada pembangunan teori.
Menurut Gravemeijer dan ada tiga fase dalam penelitian desain, yaitu

1. Fase pertama: persiapan uji coba desain

Menurut Gravemeijer dan Cobb, persiapan untuk uji coba desain


dimulai dengan mengklarifikasi tujuan- tujuan yang akan dicapai oleh siswa
setelah mereka belajar matematika (endpoints). Setelah selesai menetapkan
tujuan yang akan dicapai siswa, peneliti kemudian harus menentukan titik-
titik awal pembelajaran (starting points). Sesudah tujuan yang akan dicapai
siswa dan titik-titik awal pembelajaran selesai diformulasikan, maka tugas
selanjutnya dari peneliti adalah memformulasikan dugaan teori pembelajaran
lokal (a conjecturer local instruction theory) dari desain yang akan
diujicobakan.
Persiapan untuk uji coba desain di suatu kelas dimulai dengan
mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran matematika. Tujuan-tujuan ini
tidak dapat diambil begitu saja dari kurikulum yang sudah dikembangkan oleh
suatu sekolah, karena peneliti dalam penelitian pengembangan harus mencoba
untuk menemukan cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang sudah dibuat.
Untuk mampu mengembangkan suatu dugaan teori pembelajaran lokal
, peneliti harus mempertimbangkan titik awal (starting points) pembelajaran.
5
Dalam hal ini, literatur-literatur penelitian yang ada dapat berguna. Untuk
melengkapi studi literatur, peneliti harus mengadakan pengujian sebelum
menguji coba desain yang dibuatnya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa yang akan mengalami proses
pembelajaran berdasarkan desain yang dibuat oleh peneliti. Di dalam
melakukan pengujian, peneliti dapat menggunakan instrumen-instrumen
pengujian yang sudah ada. Selain pengujian secara tertulis, peneliti juga perlu
melakukan wawancara untuk mengetahui secara lebih mendalam pengetahuan
awal siswa (preknowledge).
Teori pembelajaran lokal berisi: dugaan bagaimana proses
pembelajaran akan terjadi, dugaan aktivitas pembelajaran yang produktif,
budaya kelas yang diimpikan, dugaan bagaimana guru dapat berperan secara
proaktif dalam pembelajaran, dan dugaan bagaimana siswa berpikir dalam
proses pembelajaran tersebut.
Simon adalah peneliti pertama yang menggunakan istilah hypothetical
learning trajectory (HLT) untuk merepresentasikan proses belajar yang dilalui
oleh siswa mulai dari pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sampai dengan
siswa mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru (Sztajn,
Confrey, Wilson, and Edgington, 2012). Simon (1995) mengatakan bahwa
ada tiga komponen dalam suatu HLT, yaitu: (1) tujuan pembelajaran, (2)
aktivitas pembelajaran, dan
(3) cara berpikir siswa dan proses belajar siswa.. Simon (1995) menamakan
lintasan belajar sebagai HLT karena lintasan belajar siswa yang pasti tidak
dapat diketahui secara pasti sebelum proses pembelajaran dilakukan.
Menurut Romber and Carpenter (1986 dalam Sztajn, Confrey, Wilson,
and Edgington, 2012), proses belajar dan mengajar sering dipandang sebagai
dua sisi dari satu fenomena, tetapi seringkali penelitian-penelitian yang
dilakukan di kedua bidang tersebut tidak dihubungkan satu dengan yang lain.
Salah satu upaya untuk menggabungkan penelitian di kedua bidang muncul
pada tahun 2012 yang dilakukan oleh Paola Sztajn, Jere Confrey, P. Holt
Wilson, and Cynthia Edgington. Upaya yang mereka lakukan untuk
menggabungkan penelitian di kedua bidang adalah dengan mengkonstruksi
yang mereka sebut dengan istilah learning trajectory based instruction (LTBI).
6
Suatu LTBI didefinisikan sebagai suatu lintasan belajar dan mengajar yang
menggunakan HLT untuk membuat keputusan- keputusan pembelajaran yang
diistilahkan dengan instructional decisions (Sztajn, Confrey, Wilson, and
Edgington, 2012).

2. Fase Kedua: uji coba desain

Menurut Gravemeijer dan Cobb, tujuan dari uji coba desain adalah
menguji dan meningkatkan dugaan teori pembelajaran lokal (a conjecture
local instruction theory) yang sudah dikembangkan pada fase pertama, serta
mengembangkan pemahaman bagaimana desain tersebut bekerja. Menurut
Gravemeijer dan Cobb, kunci dari proses pengujian, peningkatan, dan
pemahaman adalah proses siklik yang terintegrasi dari desain dan proses
analisis.
Menurut Gravemeijer dan Cobb (dalam Akker, Gravemeijer,
McKeney, dan Nieveen, 2006), jantung dari penelitian pengembangan terletak
pada proses siklik dari proses pembuatan/pembuatan ulang desain dan
menguji aktivitas pembelajaran dan aspek-aspek lain yang ada dalam desain.
Dalam setiap siklus, tim peneliti membuat suatu eksperimen pikiran antisipasi
(an anticipatory thought experiment) dengan membayangkan bagaimana
aktivitas pembelajaran yang diusulkan dapat direalisasikan dalam interaksi di
dalam kelas, dan apa yang siswa pelajari setelah berpartisipasi dalam aktivitas
pembelajaran yang dirancang oleh peneliti. Selama pembuatan aktivitas
pembelajaran di dalam kelas dan dalam peninjauan kembali, peneliti mencoba
untuk menganalisis proses aktual partisipasi dan belajar siswa. Berdasarkan
hasil analisis ini, peneliti membuat keputusan tentang kevalidan dugaan teori
pembelajaran lokal yang diwujudkan dalam aktivitas pembelajaran,
pembentukan norma-norma tertentu, dan revisi aspek-aspek tertentu dari
desain. Uji coba desain terdiri atas proses-proses siklik dari eksperimen
pikiran (thought experiment) dan eksperimen pembelajaran (instruction
experiment). Proses siklik dari eksperimen pikiran (thought experiment) dan
eksperimen pembelajaran (instruction experiment) digambarkan oleh
Freudenthal seperti tampak dalam gambar 1

7
Gambar 1 Penelitian pengembangan, suatu akumulasi proses-proses siklik
(Gravemeijer, 2006, 25)
Kita dapat membuat hubungan antara siklus-siklus kecil dari
eksperimen pikiran (thought experiment) dan eksperimen pembelajaran
(instruction experiment) dengan siklus pembelajaran matematika yang dibuat
oleh Simon (1995). Menurut ide Simon, seorang guru matematika harus
mencoba mengantisipasi aktivitas mental apa yang terjadi pada diri siswa
ketika siswa berpartisipasi dalam suatu aktivitas pembelajaran. Kemudian
guru akan mencoba untuk menemukan tingkat proses berpikir siswa yang
kemudian dihipotesiskan oleh guru selama proses pembuatan aktivitas
pembelajaran berlangsung yang kemudian direvisi setelah pelaksanaan
aktivitas pembelajaran. Untuk mengkarakteristikan proses berpikir guru,
Simon mengenalkan istilah “hypothetical learning trajectory” yang
dideskripsikan sebagai suatu pertimbangan terhadap tujuan pembelajaran,
aktivitas belajar, dan proses berpikir dan belajar yang dipergunakan oleh
siswa. Siklus pembelajaran matematika dapat digambarkan sebagai menduga,
membuat, dan merevisi hypothetical learning trajectory.
Dalam uji coba desain, siklus kecil dari eksperimen pikiran (thought
experiment) dan eksperimen pembelajaran (instruction experiment)
menyediakan pengembangan teori pembelajaran lokal. Dalam kenyataannya,

8
ada relasi reflektif antara eksperimen pikiran (thought experiment) dan
eksperimen pembelajaran (instruction experiment) dengan teori pembelajaran
lokal yang dikembangkan. Di satu sisi, dugaan teori pembelajaran lokal
mengarahkan eksperimen pikiran (thought experiment) dan eksperimen
pembelajaran (instruction experiment), di lain sisi, eksperimen
pikiran(thought experiment) dan eksperimen pembelajaran
(instruction experiment) mempertajam teori pembelajaran lokal
(seperti digambarkan dalam gambar 2)
Gambar 2 Relasi refletif antara teori dan uji coba (Gravemeijer dan
McKeney. 2006, 28)

3. Fase ketiga : analisis retrospektif

Menurut Gravemeijer dan Cobb, tujuan dari analisis retrospektif


tergantung pada tujuan secara teori penelitian pengembangan dilakukan.
Lebih lanjut diutarakan bahwa salah satu dari tujuan utama diadakan analisis
retrospektif adalah untuk mengembangkan teori pembelajaran lokal (local
instruction theory). Meskipun adanya perbedaan-perbedaan dalam tujuan
secara teori dilakukannya penelitian pengembangan direfleksikan dalam
perbedaan-perbedaan analisis retrospektif, tetapi bentuk analisis perlu
meliputi suatu proses iteratif yang menganalisis sekumpulan data yang masuk.
2. Model Plomp

Menurut Plomp (2001), ada tiga kriteria kualitas produk yang


dihasilkan dari suatu penelitian pengembangan, yaitu:

1. Valid

Menurut Plomp (2001), ada dua macam validitas yang perlu dipenuhi
suatu produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan untuk
dikatakan valid, yaitu validitas isi dan validitas konstruksi. Menurut Plomp
(2001), suatu produk dikatakan memenuhi validitas isi jika produk ini
dibuat dengan menggunakan teori-teori yang kokoh (state-of-the-art
knowledge). Menurut Plomp (2001), suatu produk dikatakan memenuhi
validitas konstruksi jika semua komponen dalam suatu intervensi
terkoneksi secara baik satu sama lain.
9
2. Kebergunaan
3. Efisien

Menurut Plomp (2001), ada dua kriteria kualitas proses yang


dihasilkan dari suatu penelitian pengembangan, yaitu:

1. Pendekatan yang sistematis, artinya ada suatu proses siklik dari analisis,
pengembangan desain, evaluasi, dan revisi dalam implementasi oleh Plomp
disebut konsistensi internal.
2. Pendekatan relasional, mengarah pada persetujuan kegunaan produk di
antara pengguna produk atau dengan kata lain kegunaan produk sering
diuji oleh pengguna oleh Plomp disebut konsistensi eksternal.
3. Model Mc Kenney

Menurut Mc Kenney, ada dua model design research yaitu :


validation study dan developmental study. Kedua jenis model design
research ini memuat kegiatan disain, pengembangan dan evaluasi terhadap
inovasi dalam bidang pendidikan dalam konteknya, tetapi hasil (output)
ilmiah yang dihasilkan berbeda. Validation study lebih berkonstribusi
terhadap pengembangan teori pembelajaran dalam level domain yang
spesifik. Sementara development study menghasilkan prinsip disain (design
principle) yang digunakan untuk memecahkan masalah bidang pendidikan.

Selain validation theory dan development study, ada satu lagi model
penelitian relevan dengan educational design research, yaitu didactical
design research. Istilah model ini memang secara spesifik tidak
dieksplisitkan, tetapi melihat istilah yang digunakan yaitu ‘didactical’,
model penelitian memiliki relevansi dengan design research atau merupakan
model pengembangan dari kedua jenis sebelumnya.

a. Validition Study

Validation study memuat fitur rute pembelajaran (learning


trajectory) untuk mengembangkan, mengelaborasi dan memvalidasi teori
tentang proses pembelajaran serta implikasi dari hasil terhadap rancangan
lingkungan belajar (Nieven, Mc Kenney dan Van den Akker, 2006 : 152).
Dengan tujuan untuk mengembangkan teori pembelajaran, validation study
10
memberikan konstribusi pada beberapa level pengembngan teori, yaitu :
1) microtheories : level aktivitas pembelajaran;
2) local instructional theory : level urutan pembelajaran; serta
3) domain specific instruction theory : level konten pengetahuan
pedagogis.

Mc Kenney memberikan peringatan bahwa design research secara


parsial tidak akan progresif dalam jangka panjang jika dibatasi oleh
dorongan untuk melakukan eksperimen yang hanya menghasilkan teori
pembelajaran untuk domain khusus. Konstribusi praktis dari validation
study adalah terletak pada pengembangan dan pelaksanaan learning
trajectory khusus yang dilaksanakan untuk menguji teori disain.

b. Development Study

Kalau dalam validitas study konstribusi parktis merupakan


keuntungan kedua, sementara dalan development study, mengembangkan
prinsip disain (design principle) untuk kepentingan praktis di lapangan
adalah tujuan utama dari development study. Penelitian dalam development
study didasarkan pada masalah di lapangan dan dalam pelaksanaannya
melibatkan participan, peneliti, ahli dan stakeholder lainnya (Nieven, Mc
Kenney dan Van den Akker, 2006 : 153). Development study
mengintegrasikan teori yang telah dikembangkan dalam prinsip disain
dengan temuan yang dihasilkan dari piloting di lapangan. Menurut van den
Akker (1999, Nieven, Mc Kenney dan Van den Akker, 2006 : 153), prinsip
disain yang dikembangkan meliputi : (1) procedural design principles,
berupa karakteristik pendekatan disain ; dan (2) substantive design
principles, berupa karakteristik disain iutu sendiri. Agar development study
dapat memecahkan masalah-masalah pendidikan dan dapat menghasilkan
prinsip disain, berikut ini adalah tahapan penelitian yang dapat dilakukan,
yaitu :
1) Preliminary research : analisis konteks dan masalah untuk
pengembangan landasan kerangka konseptual melaui review
literatur;
11
2) Prototyping stage : merancang petunjuk disain, mengoptimalkan
prototype

3) melalui daru rancangan, evaluasi formatif dan revisi;

4) Summative evaluation: evaluasi terhadap efektifitas pelaksanaan dan


penggunaan prototype.
5) Systematic reflection and documentation : meluliskan keseluruhan
studi untuk mendukung analisis, kemudian melakukan spesifikasi
prinsip disain dan mengartikulasikan hubungannya dengan kerangka
berpikir yang telah ditetapkan.
Untuk melihat lebih jelas perbandingan antara validation study dengan
development study, berikut ini adalah penjelasan menurut Nieveen et al:

Perbedaan Karakteristik Validation Study dan Development Study

Design Research Efektivitas


Aspek
Validation Study Development Study
Penelitian
Tujuan Untuk merinci dan Untuk memecahkan -
disain memvalidasi teori masalah pendidikan
Fokus Kualitas teori dari Kepraktisan dari Efektivitas
kualitas dari disain intervensi intervensi
disain
Klaim Teori pembelajaran Aplikasi luas dari Bukti dari
pengetahuan domain yang spesifik prinsip-prinsip dampak
/ hasil ilmiah disain intervensi
Proses disain Proses Skala besar,
Penekanan dengan pengembangan percobaan pada
metodologi pengujian dalam dengan evaluasi seting berbeda
skala kecil pada formatif di yang
seting penelitian berbagai diperbandingkan
macam
seting
penelitian
Trajectory Penerapan model Perubahan
Konstribusi pembelajaran yang intervensi pada berbasiskan bukti
praktis spesifik untuk berbagai konteks pada skala besar
12
kelas yang spesifik dan
kelas

c. Didactical Design Research

Model ini sebenarnya merupakan bentuk khusus dari penerapan


design research baik yang mengacu kepada validation study maupun
development study. Hanya saja penggunaan disain didaktis (didactical
design) menunjukan bahwa terdapat penekanan pada aspek didaktik dalam
perancangan pembelajaran yang mengacu kepada teori pembelajaran yang
lebih mikro. Proses pengembangan disain didaktis merupakan bagian dari
proses disain baik pada validation study maupun development study.

Pada tulisan ini akan dijelaskan dua model pengembangan dan


penerapan Didactical Design Research , yiatu yang dikembangkan oleh
Hudson (2008) dan Suryadi (2010).

a) Model Hudson (2008)

Didaktik adalah sesuatu yang menjadi penekanan dalam


pembelajaran sejak tahap perencanaan pembelajaran. Analisis didiaktis
sebelum pembelajaran difokuskan pada hubungan tiga serangkai antara
guru, siswa dan materi sehingga dapat menjadi arahan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hasil analisis didaktis digunakan untuk proses perancangan.
Dalam mengembangkan disain didaktis, aktivitas guru dirancang untuk
berfokus bukan kepada siswa maupun materi pembelajaran tetapi pada
hubungan antara siswa dengan materi pembelajaran.
Proses disain didaktis (didactical design) mengadaptasi dari model
perancangan pembelajaran (instructional design), yaitu yang meliputi tahap :
(1) analisis; (2) perancangan (design); (3) pengembangan, (4) Interaksi dan
(5) evaluasi. Untuk memahami lebih jelas bagaimana implementasi
didactical design research model Hudson (2008), di bawah ini adalah
heuristik penelitian yang dapat dilakukan yang memuat contoh pertanyaan
yang diajukan pada setiap tahapan dari penelitian yang dilakukan Hudson
(2008 : 354-355) tentang penggunaan ICT dalam pembelajaran, yaitu :
Tahap Analisis :
13
 Apa saja yang dapat dijelaskan kepada siswa berkaitan dengan konsep
suatu materi ? Apa fenomena dasar atau prinsip penting, hukum, kriteria,
masalah, metode, teknik atau sikap yang dapat dipelajari oleh siswa
melalui konsep materi yang diajarkan ?
 Hal apakah yang dianggap penting dari pertanyaan atau pengalaman,
pengetahuan, kemampuan atau keterampilan yang diperoleh dalam topik
yang akan disajikan ? Apakah yang dianggap penting dari hal tersebut
dari sudut pandang pedagogis ?
 Apa arti/makna suatu topik bagi masa depan siswa?

Tahap Disain :

 Struktur pertanyaan dari konten seperti apa yang dapat ditempatkan


pada persepektif pedagogis yang khusus berdasarkan pertanyaan tahap
analisis?
 Apakah kasus khusus, fenomena, situasi, percobaan, orang, pengalaman
estetis dan sebagainya, dalam hal struktur dari konten pertanyaan dapat
menarik, merangsang, bisa didekati, dapat dihayalkan, atau membuat
semangat siswa?

Tahap Pengembangan :

 Apa yang menjadi peran penting dari ICT dan media dalam hal
perancangan situasi pembelajaran, aktivitas pedagogis dan lingkungan
belajar ?
 Apa bahan dan sumber yang dikembangkan untuk mendukung
penciptaan situasi pembelajaran, aktivitas pedagogis dan lingkungan
belajar ?
 Apa peran guru dalam pembelajaran ?

Tahap Interaksi :

 Bagaimana siswa akan berinteraksi dengan teknologi, dengan guru dan


siswa yang lain ?
 Bagaimana nantinya para siswa akan mempertunjukkan kemampuan
14
hasil belajarnya ?

Tahap Evaluasi

 Bagaimana nantinya siswa dapat menilai apa yang telah mereka pelajari
secara formatif ? Bagaimana nantinya kegiatan pembelajaran direkam ?
Bagaiman aspek ini berhubungan dengan proses formal dari penilaian
sumatif, ujian akhir dan akreditasi ?
 Bagaimana nantinya kualitas situasi pembelajaran, aktivitas pedagogis
dan lingkungan belajar dapat dinilai ?
 Bagaimana nantinya kualitas dari pengalaman belajar siswa dapat dinilai
?

b) Model Suryadi (2010)

Sebelum menjelaskan model penelitian Didactical Design Research


menurut Suryadi (2010), terlebih dahulu akan dijelaskan teori tentang
pembelajaran matematika yang beliau kembangkan yaitu Metapedadidaktik.
Teori ini sebenarnya dikembangkan tidak khusus untuk pembelajaran
matematika tetapi juga pada pembelajaran bidang studi lainnya.
Dalam proses pembelajaran terjadi hubungan tiga serangkai
(segitiga) antara guru, siswa dan materi. Segitiga didaktis yang
menggambarkan hubungan pedagogis (HP) antara guru dengan siswa serta
hubungan didaktis (HD) antara siswa dengan materi merupakan aspek
penting dalam pembelajaran. Aktivitas guru dalam pembelajaran
difokuskan bukan pada siswa dan matari secara terpisah tetapai difokuskan
terhadap hubungan antara siswa dan materi pada saat pembelajaran
berlangsung.
Menurut Suryadi (2010 : 63), peran guru yang paling penting dalam
konteks segitiga didaktis adalah: Menciptakan suatu siatuasi didaktis
(didactical situation) sehingga terjado proses belajar dalam diri siswa
(learning situation). Ini berarti bahwa seorang guru selain perlu menguasai
materi ajar, juga perlu memiliki pengetahuan lain yang terkait dengan siswa
serta mampu menciptakan situasi didaktis yang dapat mendorong proses
belajar secara optimal.
15
Pada saat guru merancang pembelajaran, ia harus menentukan urutan
aktivitas pembelajaran untuk memprediksi situasi didaktis yang akan terjadi
seperti respon siswa atas situasi tersebut. Guru harus mampu melakukan
antisipasi pada situasi didaktis yang terjadi dalam pembelajaran baik secara
pedagogis maupun didaktis (antisipasi didaktis pedagogis, ADP). Dengan
penjelasan ini, peran guru dalam pembelajaran tidaklah sederhana, karena
harus mampu merancang situasi didaktis, memprediksi serta mengantisipasi
respon- respon siswa dalam pembelajaran. Dalam hal ini, diperlukan guru
berpikir agar mampu menguasai kemampuan tersebut.
Hubungan segitiga didaktis tersebut dijadikan acuan oleh guru dalam
merancang siatuasi pembelajaran baik yang bersifat pedagogis mauapun
didaktis. Untuk dapat melihat lebih jelas hubungan segitiga antara guru,
siswa dan materi pembelajaran, berikut ini adalah ilustrasinya.

16
Untuk memahami gambaran masing-masing hubungan antar komponen,
dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan, yaitu :

Hubungan Pedagogis (HP)

Model situasi didaktis apa yang dikembangkan? Situasi belajar seperti apa yang
terjadi? Apakah siswa berhasil/kesulitan? Apakah terjadi perubahan situasi
didaktis? Apa dasarnya? Situasi pedagogis apa yang dikembangkan? Mengapa
situasi didaktis dikembangkan seperti itu? Mengapa situasi belajar berkembang
seperti itu? Mengapa ada Siswa yang berhasil/tidak berhasil? Mengapa situasi
pedagogis Yang dikembangkan seperti itu? Mengapa berdampak/tidak
Berdampak? Bagaimana situasi didaktis/pedagogis berkembang? Bagaimana
situasi belajar diintervensi? Bagaimana dampaknya terhadap Perubahan situasi
didaktis/ pedagogis?
Hubungan Didaktis (HD)

Apakah siswa merespon situasi didaktis yang berkembang? Apakah respon


siswa relevan? Apakah situasi belajar terjadi? Pada tahap apa (aktual atau
potensial)? Mengapa siswa memberikan respon terhadap situasi didaktis?
Mangapa ada yang tidak memberikan respon? Mengapa respon siswa
bervariasi/tunggal? Bagaimana siswa memulai situasi belajar? Bagaimana siswa
Mencapai keberhasilan? Bagaimana siswa mengatasi kesulitan? Bagaimana
siswa mengkomunikasikan pikiran?
Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP)

Apa hakekat materi ajar ditinjau dari: matematika, kurikulum (tujuan,


keterkaitan, pengalaman), obstacles ? Mengapa diajarkan ditinjau dari:
matematika, siswa (individu, Masa depan), ilmu pengetahuan secara umum ?
Bagaimana materi ajar disampaikan: model situasi didaktis, Kemungkinan
situasi belajar, kemungkinan kesulitan, Kemungkinan bantuan ?
Menurut Suryadi (2010), suatu kemampuan penting yang harus dikuasai
guru adalah disebut metapedadidaktik, yaitu suatu kemampuan guru untuk :
a) Memandang komponen-komponen segitiga didaktis yang dimodifikasi yaitu
ADP, HD, dan HP sebagai suatu kesatuan utuh
b)Mengembangkan tindakan sehingga tercipta situasi didaktis dan pedagogis
yang sesuai dengan kebutuhan siswa,

17
c) Mengidentifikasi serta menganalisis respon siswa sebagai akibat tindakan
didaktis maupun pedagogis yang dilakukan,
d)Melakukan tindakan didaktis maupun pedagogis lanjutan berdasarkan hasil
analisis respon siswa menuju pencapaian target pembelajaran.
Metapedadidaktik meliputi tiga kompenen yang terintegrasi, yaitu
kesatuan fleksibilitas dan koherensi. Komponen kesatuan berkenaan dengan
kemamuan guru dalam memandang modifikasi segitiga didaktis sebagai suatu
kesatuan yang utuh. Komponen felksibilitas berkenaan dengan bahwa skenario
pembelajaran hanyalah prediksi, karena dalam proses pembelajaran situsi bisa
berubah, di sinilah peran guru untuk mempu melakukan antisipasi. Sementara
komponen kohorensi berkenaan dengan situasi didaktis pedagogis yang selalu
dinamis selama prores pembelajaran mendorong guru untuk melakukan
intervensi baik bersifat pedagogis maupun didaktis dengan tetap menjaga
koherensi antar komponen tersebut.
Rangkaian aktivitas dalam kerangka berpikir metapedadidaktik meliputi
sebelum, selama dan sesudah pembelajaran. Aktivitas berpikir guru sebelum
pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas guru dalam merancang situasi
didaktis yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran meliputi
rekontestualisasi, repesonalisasi dan prediksi respon. Aktivitas berpikir guru
selama proses pembelajaran lebih menekankan kepada analisis
metapedadidaktik terhadap siatuasi didaktis, respon siswa serta analisis interaksi
yang berdampak pada perubahan situasi didaktis selama pembelajaran.
Semantara pada tahap sesudah pembelajaran, aktivitas guru lebih menekankan
pada refleksi guru terhadap proses pembelajaran dikaitkan dengan apa yang
telah direncakanan. Menurut Suryadi (2010 : 74), tiga langkah berpikir guru
tersebut dapat dirangkai dalam suatu kegiatan penelitian yang disebut Didactical
Design Research. Didactical Design Research terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a) Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran (prospective analysis)
yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP,
b) Analisis metapedadidaktif,
c) Analisis restrosfektif (restrospective analysis) yakni analisis yang
mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis
metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Design
Didaktis Empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk terus
18
disempurnakan melalui tiga tahapan Didactical Design Research.

Melihat model yang dikembangkan oleh Suryadi (2010), proses


penelitian yang dilakukan mengacu kepada model penelitian design research
yang telah dibahas sebelumnya baik dalam bentuk model validation study
maupun development study. Hanya saja, Suryadi (2010) lebih menekankan
kepada tahapan kedua yang berkaitan dengan analisis metapedadidaktik yang
menyangkut teori pembelajaran yang telah ia kembangkan. Model penelitian
Didactical Design Research yang telah dikembangkan oleh Suryadi (2010) lebih
memperkaya model design research yang dapat diterapkan dalam penelitian
pendidikan.

19
BAB III

PEMBAHASAN
CONTOH PENELITIAN : PENERAPAN DESAIN MODEL PLOMP PADA
PENGEMBANGAN BUKU TEKS BERBASIS GUIDED INQUIRI DI SMA
NEGERI 2 PAYAKUMBUH

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan model plomp. Penelitian ini diperlukan untuk
pengembangan buku teks pelajaran sesuai kurikulum 2013 dengan tujuan memperhatikan
kelayakan materi, kelayakan bahasa, dan kelayakan grafis dengan menggunakan desain
model pengembangan yang sesuai.

B. Rencana Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 2 PAYAKUMBUH.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah buku - buku teks yang digunakan siswa di SMA.

3. Waktu penelitian

Penelitian ini sejalan dengan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan
Plomp. Menurut Rochmad model Plomp dinilai sesuai digunakan oleh mahasiswa
S1, S2, maupun S3 yang melakukan penelitian pengembangan. Model Plomp
dipandang lebih luwes dan fleksibel disbanding model pengembangan lain,
dikarenakan pada setiap fase kegiatannya dapat disesuaikan dengan karakteristik
penelitiannya. Penerapan model Plomp menggunakan lima fase, tetapi dengan
melihat kondisi penelitian dapat diterapkan hanya empat fase saja, yakni :
(1) Fase investigasi awal dilakukan dengan menganalisis masalah atau
menganalisis kebutuhan seperti mengumpulkan dan menganalisis invormasi,
definisi masalah, dan rencana lanjutan dari projek.

20
(2) Fase Desain bertujuan untuk mendesain pemecahan masalah dengan
hasil rencana kerja atau rencana tertulis yang akan direalisasikan pada fase
realisasi.
(3) Fase realisasi/konstruksi dilakukan dengan kegiatan produksi seperti
pengembangan buku teks.
(4) Fase tes, evaluasi, dan revisi dilakukan dengan proses pengumpulan,
memproses, dan menganalisis informasi secara sistematik guna memperoleh
hasil dari pemecahan masalah (Rochmad, 2012).

Penilaian pengembangan buku teks guru maupun buku teks siswa mengacu
pada BSNP dengan penilaian kelayakan materi, kelayakan bahasa, dan kelayakan
grafis (BSNP, 2014). Teknik analisis data untuk intepretasi skor kelayakan buku teks
menggunakan skala likert dengan lima indikator. Berikut ini tebel intepretasi skor
kelayakan buku teks baik buku teks guru maupun buku teks peserta didik/
Tabel 1
Kriteria Interpretasi Skor Kelayakan Buku Teks

Presentase Kriteria Interpretasi

Sangat valid, atau dapat digunakan


81% - 100%
tanpa revisi.
Valid, atau dapat digunakan namun
61% - 80%
perlu direvisi kecil.
Kurang valid, disarankan tidak
41% - 60% dipergunakan karena perlu revisi
besar.
Tidak valid atau tidak boleh
21% - 40%
dipergunakan.
Sangat tidak valid – tidak boleh
0% - 20%
dipergunakan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembaran observasi

Lembaran observasi digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu selama
proses pembelajaran berlangsung.

2. Catatan lapangan.
21
Catatan lapangan berkaitan dengan kejadian-kejadian yang dianggap penting selama
proses pembelajaran berlangsung. Kejadian-kejadian tersebut akan dianalisa untuk
menentukan buku buku teks yang akan digunakan untuk berikutnya.

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan lembaran


observasi atau lembaran pengamatan. Lembar observasi di isi oleh seorang rekan
sejawat yang bertindak sebagai observer.

2. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
deskriptif, yaitu untuk melihat gambaran isi buku teks pelajaran sehingga dapat
dibedakan menjadi dua jenis yakni buku guru dan buku peserta didik. Pengembangan
kedua buku teks tersebut tidak terlepas dari penilaian kelayakan oleh beberapa ahli.
Penelitian ini menggunakan tiga penilaian kelayakan, yakni kelayakan materi,
kelayakan bahasa, dan kelayakan grafis.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Penerapan
Desain Model Plomp Pada Pengembangan Buku Teks Berbasis Guided Inquiry.

G. Penjelasan Istilah

1. Model plomp pada pengembangan buku teks berbasis guided inquiri merupakan
proses untuk pengembangan buku teks pelajaran sesuai kurikulum 2013 dengan
memperhatikan kelayakan materi, kelayakan bahasa, dan kelayakan grafis dengan
menggunakan desain model pengembangan yang sesuai.

2. Aktivitas Belajar merupakan aktivitas siswa dalam mempelajari fisika untuk


menyelesaikan soal-soal, menganalisa soal dan melakukan perhitungan sesuai dengan
materi yang dipelajari pada buku teks pelajaran.

3. Prestasi belajar fisika merupakan hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan penelitian
pada buku teks dengan menerapkan model plomp.

H. Hasil Penelitian
1. Fase Investigasi Awal

Fase investigasi awal dalam model Plomp dikenal juga dengan istilah

22
analisis masalah atau analisis kebutuhan. Dalam fase ini dilakukan
pengumpulan dan menganalisis informasi mengenai ketersediaan buku
literatur di pasaran. Survei pasar menunjukkan terdapat tiga buku, yakni buku
fisika sma kelas X,XI,XII karya marthen kanginan dengan penerbit erlangga.
Sehingga ditemukan kurangnya ketersediaan buku fisika SMA kelas X,XI,XII
oleh pemerintah.
2. Fase Desain
Fase desain bertujuan untuk mendesain pemecahan masalah yang
telah teridentifikasi pada fase investigasi awal. Desain pemecahan masalah
nantinya akan menghasilkan rencana kerja atau rencana tertulis, yang akan
direalisasi pada fase realisasi/konstruksi. Fase desain pada penelitian ini
adalah mendesain format buku teks guru dan buku teks peserta didik.
Evalusi format pada buku teks peserta didik ditambahkan :
(1) Panduan penggunaan buku
(2) Deskripsi KI dan KD, pada bagian pendahuluan;
(3) Kompetensi Dasar
(4) Tujuan pembelajaran
(5) Kata motivasi (quote)
(6) Soal latihan
(7) Fitur berselancar internet
(8) Fitur kegiatan literasi
(9) Fitur tugas projek
(10) Soal evaluasi pada bagian isi
(11) Profil penulis pada bagian akhir

Evaluasi format pada buku guru ditambahkan :


(1) Petunjuk umum pada bagian awal
(2) Deskripsi KI KD
(3) Strategi Pembelajaran
(4) Media Pembelajaran,
(5) Indikator pembelajaran
(6) Rubrik penilaian tugas projek
(7) Rubrik penilaian soal evaluasi

23
(8) Pengayaan
(9) Remidial pada bagian isi
3. Fase Realisasi/Konstruksi

Fase realisasi/konstruksi dalam model Plomp yakni membuat


pengembangan buku teks fisika SMA sesuai format pada fase desain.
Pembuatan buku teks dimulai dari bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir
pada setiap buku.

4. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi


Fase tes, evaluasi, dan revisi bertujuan mengevaluasi prototipe
dengan diuji kelayakannya oleh materi, bahasa, dan grafis. Sebelum
dilakukan penilaian kelayakan, dilakukan telaah oleh para ahli tersebut, dan
menghasilkan saran-saran perbaikan sehingga menciptakan buku teks fisika
SMA lebih baik lagi. Berikut hasil penilaian kelayakan oleh beberapa ahli:
Kelayakan Materi Buku Peserta Didik

Gambar 1

Skor Kelayakan Materi Oleh Dosen Buku Peserta Didik

Gambar 2

Skor Kelayakan Materi Oleh Dosen Buku Peserta Didik

Hasil kelayakan materi oleh dosen diperoleh presentase 95,88% dan


hasil kelayakan materi oleh guru diperoleh presentase 96,47%. Berdasarkan
hasil presentase tersebut maka penilaian ahli memiliki “Sangat Valid” yang

24
berarti dapat digunakan tanpa revisi.

Kelayakan Bahasa Buku Peserta Didik

Gambar 3

Skor Kelayakan bahasa Oleh Dosen Buku Peserta Didik

Hasil kelayakan bahasa diperoleh presentase 95,71%. Berdasarkan


hasil presentase tersebut maka penilaian ahli memiliki “Sangat Valid” yang
berarti dapat digunakan tanpa revisi.
Kelayakan Grafis Buku Peserta Didik

Gambar 4

Skor Kelayakan Grafis Buku Peserta Didik

Hasil kelayakan grafis diperoleh presentase 90,87%. Berdasarkan hasil


presentase tersebut maka penilaian ahli memiliki “Sangat Valid” yang berarti
dapat digunakan tanpa revisi.
Kelayakan Materi Buku Guru

25
Gambar 5

Skor Kelayakan Materi Oleh Dosen Buku Guru

Gambar 6

Skor Kelayakan Materi Oleh Guru Buku Guru

Hasil kelayakan materi oleh dosen diperoleh presentase 90,00% dan


hasil kelayakan materi oleh guru diperoleh presentase 98,33%. Berdasarkan
hasil presentase tersebut maka penilaian ahli memiliki “Sangat Valid” yang
berarti dapat digunakan tanpa revisi.
Kelayakan Bahasa Buku Guru

Gambar 7

Skor Kelayakan Bahasa Buku Guru

Hasil kelayakan bahasa diperoleh presentase 96,36%. Berdasarkan


hasil presentase tersebut maka penilaian ahli memiliki “Sangat Valid” yang
berarti dapat digunakan tanpa revisi.
Kelayakan Grafis Buku guru

Gambar 8

26
Skor Kelayakan Grafis Buku guru

Hasil kelayakan grafis diperoleh presentase 90,87%. Berdasarkan hasil


presentase tersebut maka penilaian ahli memiliki “Sangat Valid” yang berarti
dapat digunakan tanpa revisi.

I. Penutup

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan pengembangan bahan
ajar dapat menggunakan model Plomp dikarenakan model tersebut lebih fleksibel
dan luwes. Hasil penilaian kelayakan materi, bahasa, dan grafis buku teks peserta
didik ditemukan rata-rata skor 95% dengan kriteria “Sangat Valid” sehingga buku
teks peserta didik LAYAK digunakan dalam pembelajaran. Hasil penilaian
kelayakan materi, bahasa, dan grafis buku teks guru ditemukan rata-rata skor 94%
dengan kriteria “Sangat Valid” sehingga buku guru LAYAK digunakan dalam
pembelajaran

2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah untuk
peneliti selanjutnya, dapat mengembangan bahan ajar fisika SMA kelas X,XI,XII.

27
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa desain penelitian
merupakan sebuah rencana prosedural yang menjadi panduan peneliti untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti secara valid, obyektif, akurat dan ekonomis.
Dengan kata lain desain penelitian sangat diperlukan oleh peneliti untuk mengarahkan
kerja penelitian agar lebih efektif, efisien dan tepat sasaran. Fungsi desain reseach ini
untuk merancang/mengembangkan suatu intervensi (seperti program, strategi dan
materi pembelajaran, produk dan sistem) dengan tujuan untuk memecahkan masalah
pendidikan yang kompleks dan untuk mengembangkan pengetahuan (teori) tentang
suatu karakteristik dari intervensi serta proses prancangan dan pengembangan
tersebut.

Sedangkan model model pengembangan desain reseach ini terbagi menjadi


Model greivemeijer, model plomp, Model Mc Kenney, Didactical Design Research.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini, yang tentunya jauh dari kesempuranaan,
dapat menambah wawasan bagi pembacanya, serta penulis  juga berharap agar kita
mengetahui, dan memahami teori penelitian, dengan kita mengetahui teori penelitian
serta penerapan tentu saja kita akan lebih mengetahui alam itu sendiri, karna pada
dasarnya manusia bergantung pada alam. Dan rekomendasi dari penulis agar kita
lebih banyak membaca karna dengan banyak membaca kita telah membuka jendela
dunia.

28
DAFTAR PUSTAKA

Gravemeijer dan Cobb (2006). “Design Research from a Learning Perspective, dalam
Educational Design Research. New York : Routledge

Hudson, B. (2008). “Didactical Design Research for Teaching as a Design Profession”,


dalam Teacher Education Policy in Europe : a Voice of Higher Education
Institutions. Umeå, Swedia : University of Umea

Plomp (2007). “Educational Design Research : An Introduction”, dalam An Introduction


to Educational Research. Enschede, Netherland : National Institute for Curriculum
Development

Suryadi, D. (2010). Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR) : Sintesis


Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study. Bandung : FPMIPA

UPI

29

Anda mungkin juga menyukai