TAFSIR TARBAWI
Dosen Pengampu:
M. Imam Bukhori, M.Pd.
Materi:
ILMU PENGETAHUAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Dirangkum oleh:
Kata Pengantar
1
Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
yang berjudul "ILMU PENGETAHUAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN" tepat pada
waktunya. Dan tidak lupa pula kita sanjung pujikan kepada Nabi Besar Muhamad SAW yang
telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang ini.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Terima kasih yang sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk selalu belajar. Islam
mengajarkan umatnya untuk selalu menggunakan akal pikiran yang sudah dikaruniakan Allah
kepada manusia. Allah menciptakan manusia dari tidak tahu apa-apa1. Islam juga agama yang
memposisikan ilmu dalam posisi mulia2. Sebagai tanda keutamaan ilmu dalam Islam adalah
1 QS. An-Nahl: 78
2 Ahmad Satori Ismail, Sepuluh Pilar Da’wah Di Era Globalisasi, (Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003), hlm. 48.
3
sifat ilmu yang menjadi salah satu sifat wajib Allah SWT 3. Bagaimana kalau di dunia ini
tidak ada ilmu? Bayangkan saja, pasti akan kacau dan gelap gulita. Manusia diciptakan oleh
Allah sebagai makhluk yang berfikir. Manusia dianugerahi akal dan pikiran yang menjadikan
dia lebih unggul dari makhluk lain dan dipercaya sebagai khalifah fil ardhi4.
Dalam QS. al-Baqarah ayat 30-33 menunjukkan betapa pentingnya ilmu untuk
manusia, bahkan manusia pertama yang Allah ciptakan, langsung mendapatkan pelajaran
tentang apa-apa yang ada di surga oleh Allah. Ayat tersebut juga menjelaskan kepada kita,
bahwa Islam adalah agama ilmu pengetahuan, di mana kita semua mempunyai potensi untuk
mengembangkan apa yang sudah kita miliki bersama, yaitu akal pikiran kita yang merupakan
anugerah Allah yang luar biasa. Ilmu yang ada membuat manusia lebih baik. Dengan ilmu
manusia dapat mengarahkan perilakunya, dengan perasaannya manusia mendapatkan
kesenangan. Kombinasi keduanya membuat hidup manusia lebih terarah, masuk akal dan
bermanfaat. Tidak dapat disangkal bahwa ilmu sangat berperan dalam kehidupan manusia,
maka bekali diri kita dengan ilmu yang bermanfaat sebanyak-banyaknya.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Ilmu Pengetahuan
2. Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan
3. Cara memperoleh ilmu dalam pandangan al-qur’an
4. Keutamaan ilmu
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
4
(superstitions). Penting diketahui bahwa pengetahuan berbeda dengan buah pikiran (ideas)
karena tidak semua buah pikiran merupakan pengetahuan6.
Dalam konteks ajaran Islam, Ilmu yang dimaksud adalah sebuah disiplin yang disusun
ulang dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam metodologi, strategi, data, masalah,
objek, serta setiap aspirasinya agar sesuai dengan Islam dalam kerangka membentuk tauhid.
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
penggunaan kekuatan pemikiran, di mana pengetahuan tersebut selalu dapat diperiksa dan
ditelaah secara kritis7. Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk lebih mengetahui dan
mendalami segala segi kehidupan. Pada hakikatnya ilmu pengetahuan timbul karena adanya
hasrat rasa ingin tahu dalam diri manusia8.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah (2). Bacalah dn tuhanmulah yg maha pemurah (3) Dia yang mengajar
dengan pena (4) mengajari manusia apa yang tidak dia ketahui} [ Al- Alaq: 1-5 ].
Membaca merupakan awal kunci untuk membuka semua macam ilmu. Allah Swt
mengancam orang yg berbicara tanpa dasar ilmu dengan firman-Nya
ٰۤ ُ
ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسـُٔوْ اًل
َ ول ِٕى ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُكلُّ ا
َ َك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب َ َواَل تَ ْقفُ َما لَي
َ َْس ل
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya." (Al Isra: 36)
Ilmu adalah hal penting yg diperintahkan Allah SWT kepada hamba-Nya para
muslimin. Dengan ilmu seorang muslim tau batas2 agamanya, maksud penciptaan,
dengannya manusia akan mampu memakmurkan dunia. Oleh karena itu para ulama memiliki
tempat khusus dalam hati Allah SWT
وْ ا ِم ْن ُك ۙ ْمiiُع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنi ٰيٓاَيُّها الَّذ ْينَ ٰامنُ ْٓوا ا َذا ق ْيل لَ ُكم تَفَ َّسحُوْ ا فى ْالم ٰجلس فَا ْفسحُوْ ا ي ْفس هّٰللا
ِ iَ ُزوْ ا يَرْ فi ح ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِي َْل ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ِ َ َ َ ِ ِ َ ِ ْ َ ِ ِ َ ِ َ
هّٰللا
ت َو ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر ۗ ْ ْ
ٍ َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ال ِعل َم َد َر ٰج
6 Zeni Lutfiah, dkk, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Karakter Berbasis Agama Islam, (Surakarta: Yuma Pustaka
dan UPT MKU UNS, 2011), hlm. 138.
7 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm.7.
8 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm.7.
5
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Pembahasan tentang ilmu bukan hanya sampai disini, tetapi Rosul SAW, juga
mendorong umatnya untuk senantiasa semangat dalam mencari ilmu dan bersungguh-
sungguh didalamnya.
Yang dimaksud dengan nama-nama pada ayat diatas adalah sifat, ciri dan hukum
sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya9. Manusia menurut al-
Qur`an, memiliki potensi untuk menyiduk ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah.
Karena itu, bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk
mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula al-Qur`an menunjukkan betapa tinggi kedudukan
orang yang berpengetahuan.
6
Pengumpulan Seluruh Ayat Yang Berbicara Tentang Ilmu
Dari wahyu tersebut tersirat bahwa mukjizat Islam yang paling utama adalah
Ilmu. Kata “ilmu” dengan berbagai bentuknya, dalam Al-Qur’an terulang 854 kali yang
digunakan dalam arti proses pencapaian ilmu pengetahuan dan obyek pengetahuan. Dari segi
bahasa ilmu berarti “kejelasan”, karena itu kalimat yang terbentuk dari akar kata “يعلم-”"”علم
mempunyai arti “kejelasan”. Berbeda dengan kata ““يعرف-” ”عرفyang artinya mengetahui,
arif (mengetahui) dan ma’rifah (pengetahuan). Allah swt tidak dinamakan Arif tetapi Alim.
“يعلم-”" ”علمdigunakan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an untuk hal-hal yang diketahui-Nya,
walaupun ghoib, tersembunyi atau dirahasiakan. Hal yang bisa diperhatikan pda beberapa
ayat Al-Qur’an sebagai berikut :
Surat Al-Baqarah ayat 77:
َاَ َواَل يَ ْعلَ ُموْ نَ اَ َّن هّٰللا َ يَ ْعلَ ُم َما يُ ِسرُّ وْ نَ َو َما يُ ْعلِنُوْ ن
77. tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan
dan segala yang mereka nyatakan?
29. Katakanlah: "Jika kamu Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu
melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan
apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
ََما َعلَى ال َّرسُوْ ِل اِاَّل ْالبَ ٰل ُغ ۗ َوهّٰللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تُ ْب ُدوْ نَ َو َما تَ ْكتُ ُموْ ن
99. Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang
kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.
Keutamaan Ilmu
Di dalam al-Quran al-Karim sendiri terdapat banyak sekali ayat-ayat yang
menjelaskan tentang keutamaan ilmu. Di antaranya adalah :
ۤ
َش ِه َد هّٰللا ُ اَنَّهٗ ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل هُ ۙ َو َو ْال َم ٰل ِٕى َكةُ َواُولُوا ْال ِع ْل ِم قَ ۤا ِٕى ًم ۢا بِ ْالقِ ْس ِۗط ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل هُ َو ْال َع ِز ْي ُز ْال َح ِك ْي ُم
“Allah telah menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Dia jua, begitu pula para
Malaikat dan para ahli ilmu turut menyaksikan sama, iaitu Tuhan yang berdiri di atas
keadilan.” (ali-Imran: 18)
7
Perhatikanlah bagaimana Allah s.w.t. telah memulakan (penyaksian) dengan diriNya
sendiri, kemudian dengan para Malaikat dan sesudah itu dengan para ahli ilmu. Hal tersebut
membuktikan, betapa tingginya keutamaan dan kelebihannya.ilmu
ٍ يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا
ۚت
“Allah telah mengangkat orang-orang yang beriman dari golongan kamu, dan begitu pula
orang-orang yang dikurniai ilmu beberapa darajat.” (al-Mujadalah: 11)
i َنi وi ُمiَ لi ْعiَ اَل يiنiَ i يi ِذiَّلi اi َوiنiَ i وi ُمiَ لi ْعiَ يiنiَ i يi ِذiَّلi اi يi ِوiَ تi ْسiَ يiلiْ iَ هiلiْ iُ ق
“Katakanlah: Tiada serupa orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang
yang tiada berilmu pengetahuan.” (az-Zumar: 9)
dan surat Fatiir ayat 9
i ُءi اi َمiَ لi ُعi ْلi اi ِهi ِدi اiَ بiعiِ iنiْ i ِمiَ هَّللاi ىi َشiخiْ iَ يi اi َمiَِّإ ن
„ i ْمiُ هi ْنi ِمiُ هiَنi وiُ طiِ بi ْنiَ تi ْسiَ يiنiَ i يi ِذiَّلi اiُ هi َمiِ لi َعiَ لi ْمiُ هi ْنi ِمi ِرiَأْل ْمi اi يiِلi ُأ وiىiٰ iَ ِإ لi َوiلiِ i وi ُسiَّiرiلi اi ىiَ ِإ لiُهi وi ُّدi َرiوiْ iَ لiوiَ
dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(Rasul dan ulil Amri)
Jadi hukum mengenai perkara-perkara yang berlaku itu harus dikembalikan kepada
kebijaksanaan orang-orang yang berilmu pengetahuan, kerana martabat mereka ditingkatkan
dengan martabat para Nabi dalam menyingkap hukum-hukum Allah s.w.t.
“Siapa yang dikehendaki baik oleh Allah s.w.t., maka Allah akan meluaskan pengetahuannya
dalam hukum-hukum agama dan akan diilhamkan-Nya petunjuk di dalamnya”
Telah kita ketahui bahwa tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan kenabian,
dan tidak ada kemuliaan diatas kemuliaan kedudukan tersebut.
“Apabila datang kepadaku satu hari, sedang pada hari itu aku tiada bertambah ilmu untuk
mendekatkan diriku kepada Allah azzawajalia, maka tiada akan diberkati bagiku terbitnya
matahari hari itu.”
8
Rasulullah s.a.w bersabda tentang kelebihan ilmu atas ibadat dan persaksian :
“Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang banyak ibadahnya, laksana
keutamaanku ke atas serendah-rendah orang dari golongan sahabatku.”
“Kelebihan seorang alim atas seorang ‘abid, laksana kelebihan bulan purnama ke atas
seluruh bintang-gemintang.”
Wahai anakku! Pergaulilah para alim-ulama dan rapatilah mereka dengan kedua lututmu,
sebab Allah s.w.t. menghidupkan hati dengan nur (cahaya) hikmat, sebagaimana Dia
menghidupkan bumi dengan hujan lebat dari langit
Perspektif islam tentang ilmu, dapat diketahui dari wahyu pertama yang diturunkan.
Allha SWT berfirman:
Dalam perspektif islam, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul
dari makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan seperti yang dijelaskan
dalan Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 31-32. Yang menceritakan tentang kisah penciptaan
dan kejadian manusia pertama di dunia.
Manusia menurut Al-Qur’an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan
mengembangkannya, sehingga banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist-hadist nabi yang
memrintahkan manusia untuk mencari ilmu. dan berkali-kali pula menunjukan betapa tinggi
kedudukan orang mukmin yang berilmu pengetahuan seperti yang telah dijelaskan di surat
Al-Mujadalah ayat 11, yang mana Allah swt meninggikan derajat orang-orang yang beriman
dan yang berilmu, sehingga Allah swt menjadikanya sebagai tugas yang di emban oleh
Rasulullah saw yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 164.
9
Secara singkat dapat dikatakan bahwa islam melalui pesan yang tersirat dalam al-
qur’an dan hadist secara doktrinal sangat mendukung pengembangan ilmu. Al-Qur’an dan
Al-Hadist merupakan sumber bagi ilmu dalam arti seluas-luasnya. Kedua sumber pokok
islam ini memainkan peranan ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu. Pertama,
prinsip-prinsip seluruh ilmu dipandang kaum muslim terdapat dalam Al-Qur’an. Kedua, Al-
Qur’an dan Al-Hadist menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan
menekankan kebajikan dan keutamaan. Karenanya, seluruh metafisika dan kosmologi yang
terbit dari kandungan Al-Qur’an dan Hadist merupakan dasar pembangunan dan
pengembangan ilmu islam11. Dengan demikian kedua sumber pokok ini menciptakan
atmosfer khas yang mendorong aktivitas intelektual muslim.
Wahyu pertama merupakan modal utama untuk mengemban tugas kekhalifahan.
Dalam wahyu tersebut tidak dijelaskan “apa yang harus dibaca”, karena Al-Quran
menghendaki umatnya “membaca apa saja selama bacaan tersebut bismirabbik (dengan
menyebut nama Allah). Kata Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuailah cirri-ciri
sesuatu. Dengan demikian, obyek pertama iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkaunya12.
Menurut pandangan Al-Quran dimana diisyaratkan oleh wahyu pertama, bahwa ilmu
terdiri dari 2 macam, yaitu ilmu yang diperoleh karena usaha manusia “Ilmu Kasby” dan ilmu
yang diperoleh tanpa upaya manusia “Ilmu Ladunni”. Ayat tentang ilmu kasby lebih banyak
dari pada ilmu ladunni. Pembagian in dikerenakan dalam pandangan al-quran terdapat hal-hal
yang “ada” tapi tidak diketahui melaui manusia itu sendiri. Ada wujud yang tidak tampak.
Dengan demikian objek ilmu meliputi materi dan non materi, fenomena dan non
fenomena, bahkan ada wujud yang jangan kan dilihat, diketahui oleh manusia saja tidak
seperti yang ditegaskan dalam surat An-Nahl ayat 8:
ُ ُو َّْال َخ ْي َل َو ْالبِغَا َل َو ْال َح ِمي َْر لِتَرْ َكبُوْ هَا َو ِز ْينَ ۗةً َويَ ْخل
َق َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن
Dari sini jelas bahwasannya pengetahuan manusia amat terbatas dan wajar Allah
mengaskan bahwa manusia hanya diberi sedikit pengetahuan:
ح قُ ِل الرُّ وْ ُح ِم ْن اَ ْم ِر َرب ِّْي َو َمٓا اُوْ تِ ْيتُ ْم ِّمنَ ْال ِع ْل ِم اِاَّل قَلِ ْياًل َ ََويَ ْسـَٔلُوْ ن
ِ ۗ ْك َع ِن الرُّ و
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit"
Apabila diperhatikan dari wahyu pertama, akan diperoleh isyarat bahwa ada 2 cara
perolehan dan pengembangan ilmu. Pertama, mengejarkannya dengan pena dengan apa yang
diketahui manusia sebelumnya. Kedua, Allah mengajar manusia (tanpa pena) apa yang belum
diketahuinya
11 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi Menuju Millenium Baru (Jakarta: penerbit
Kalimah, 2001),13.
12 M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudlu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan,
1999, cet IX), 435-436.
10
Cara pertama adalah mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia sedangkan
cara kedua adalah mengajar tanpa alat atau tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda
keduanya berasal dari satu sumber yaitu Allah swt. Menurut ilmuwan obyek ilmu mencakup
alam materi dan non materi maka utuk meraih imlu menggunakan tatacara dan sarana
tertentu. Al-Quran telah mengisyaratkan ada 4 sarana untuk meraih ilmu, yaitu pendengaran,
penglihatan dakal dan hati. Sepeti yan tertulis dalam al-Quran surat An-Nahl ayat 78 yang
temaktub diatas.
Dalam pendidikan islam dapat dibuktikan bahwa perintah Al-Quran tentang menuntut
ilmu tidaklah terbatas pada ajaran-ajaran syariah tertentu akan tetapi juga mencakup setiap
ilmu yang berguna bagi manusia. Untuk melakukan hal itu harus ditunjukan dan didefinisikan
kewajiban dan tujuan seorang muslim dalam kehidupan di dunia. Allah melalui kitabnya Al-
Quran telah mengaskan bahwa semuanya akan kembali pada penciptanya.
هّٰللا هّٰللا
َص ْي ُر ااْل ُ ُموْ ُر ِ ص َرا ِط ِ الَّ ِذيْ لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو
ِ ۗ ْت َو َما فِى ااْل َر
ِ ض آَاَل اِلَى ِ ت ِ
" (yaitu) jalan Allah yang Kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan." (QS As-Syura ; 53)
Tujuan penciptaan semua makhluknya termasuk jin dan manusia adalah agar mereka
menyembah dan mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.
Dengan demikian tujuan utama manusia adalah mendekatkan diri kepada Allah dan
memperoleh ridhonya. Segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada tuhannya dan petunjuk-
petunjuknya pada arah tersebut adalah terpuji. Ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk
medekatkan diri kepada Allah, jika tidak maka ilmu akan mejadi penghalang besar.
Ibadah kepada Allah tidak hanya melalui shalat, puasa dan sebagainya. Akan tetapi
setiap gerakan (aktifitas) menuju Taqaa\rrub (mendekatkan) diri kepada Allah merupakan
ibadah. Salah satu saran untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan menggunakan
ilmu. Cara dan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah diantaranya adalah meningkatkan
pengetahuan tentang kebesaran Allah, membantu mengembangkan masyarakat muslim dan
merealisasikan tujuan-tujuannya. Membimbing orang lain membantu memecahkan berbagai
problem masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap ilmu yang tidak
menolong manusia dijalan menuju Allah diumpamakan keledai yang membawa mautan buku
diatas yang tebal.
وْ َمiَ ِدى ْالقiت هّٰللا ِ َۗوهّٰللا ُ اَل يَ ْه َ ار يَحْ ِم ُل اَ ْسفَار ًۗا بِْئ
ِ ا ٰيiٰ ِ َّذبُوْ ا بiس َمثَ ُل ْالقَوْ ِم الَّ ِذ ْينَ َك ِ َمثَ ُل الَّ ِذ ْينَ ُح ِّملُوا التَّوْ ٰرىةَ ثُ َّم لَ ْم يَحْ ِملُوْ هَا َك َمثَ ِل ْال ِح َم
ٰ
َالظّلِ ِم ْين
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, Kemudian mereka tiada
memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya
perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang zalim." (QS Al-Jum’ah : 5)
11
Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Dzilalil Quran mengatakan bahwa dalam wahyu
pertama bentuk atau pokok masalah ilmu tidak disebutkan sebab ia melihat ilmu secara
umum. Lebih dari itu ayat ini mengisyaratkan seluruh ilmu adalah pemberian Allah.
Menuasia terdidik harus menyadari hal itu dan menghadapkan wajahnya untuk meraih ridha
Allah swt. Karena itu ilmu tidak boleh menghalangi hubungan antara manusia dan tuhannya.
Ilmu yang memisahkan hati menusia dan penciptanya tidak berarti kecuali penyimpangan dan
penyelewengan dari asalnya dan melupakan tujuannya. Ilmu tidak memberikan kebahagiaan
kepada pemiliknya meupun kepada orang lain dan menjadi sebab terjadinya kekejaman,
ketakutan, kecemasan dan kehancuran. Hal ini dikarenakan telah sesat arah, terasing dan
kehilangan jalan menuju Allah.
Kesimpulan
12
Daftar Pustaka
As’ad, Aliy. terjemahan Ta’limul Muta’allim Thariqal Ta’alimmu. Kudus: Menara Kudus.
1978.
Lutfiah, Zeni dkk. Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Karakter Berbasis Agama Islam.
Surakarta:
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 1982.
13
Kraar, Louis. “The New Power of Asia” dalam Reader Digest (edisi Asia), Vol.I.52. No.309.
l988.
14