Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teologi Islam atau Ilmu Kalam merupakan disiplin ilmu pengetahuan dalam Islam yang
dikaji dengan menggunakan dasar-dasar berfikir (ijtihad) dan dasar keyakinan individu atau
suatu golongan untuk menjawab persoalan-persoalan tentang eksistensi atau keberadaan tuhan,
bagaimana tuhan, seperti tentang sifat-sifat tuhan dan wujud tuhan, atau sejenis lainnya yang
berhubungan dengan tuhan.

Dalam makalah atau pembahasan ini, akan membahas tentang pengertian ilmu kalam,
dasar-dasar Qur’ani ilmu kalam, serta sejarah timbulnya Ilmu Kalam. Adapun tujuan utama dari
Ilmu Kalam adalah untuk menjelaskan landasan keimanan umat Islam dalam tatanan yang filosofis
dan logis. Bgai orang yang beriman, bukti mengenai eksistensi dan segala hal yang menyangkut
dengan Tuhan yang ada dalam Al-Quran, Hadits, ucapan sahabat, yang mendengar langsung
perkataan Nabi dan lain sebagainya sudah cukup. Namun tatkala masalah ini dihadapkan pada
dunia yang lebih luas dan terbuka, maka dalil-dalil naqli tersebut tidak begitu berperan. Sebab,
tidak semua orang meyakini kebenaran Al-Qur’an dan beriman kepadanya. Karenanya diperlukan
lagi intrepretasi akal terhadap dalil yang sudah ada dalam Al-Quran tersebut untuk
menjelaskannya. Awalnya perbincangan mengenai teologi ini hanyalah debat biasa sebagai diskusi
untuk mempertajam pemahaman keislaman, namun lama-kelamaan ia membentuk sebuah
kelompok pro-kontra yang berjuang pada kebencian, permusuhan dan bahkan peperangan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Ilmu Kalam?


2. Apakah dasar-dasar Qur’ani bagi Ilmu Kalam?
3. Bagaimanakah sejarah timbulnya Ilmu Kalam?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Ilmu Kalam.


2. Mengetahui dasar-dasar Qur’ani bagi Ilmu Kalam.
3. Mengetahui tentang sejarah timbulnya Ilmu Kalam.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam1

Menurut Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905) Ilmu Tauhid yang juga disebut Ilmu
Kalam, memberikan ta’rif sebagai berikut :

“Tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah tentang sifat-sifat yang wajib tetap bagi-
Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali yang
wajib ditiadakan (mustahil) daripada-Nya.Juga membahas tentang Rasul-rasul Allah untuk
menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib pada dirinya, hal-hal yang jaiz dihubungkan
(dinisabkan) pada diri mereka dan hal-hal yang terlarang (mustahil) menghubungkannya kepada
diri mereka.”

Manakala, menurut Sayyid Husein Afandi al-Jisr at Tarabulisi (1845-1909)


menerangkan:

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya Ilmu Tauhid itu ialah ilmu yang membahas padanya tentang
menetapkan (meyakinkan) kepercayaan agama dengan mempergunakan dalil-dalil yang
meyakinkan (nyata). Buah faedahnya ialah mengetahui sifat-sifat Allah Ta’ala dan Rasul-rasul-
Nya dengan bukti-bukti yang pasti, akhirnya mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan yang
abadi. Ilmu tauhid adalah pokok paling utama dari semua agama, karena bertalian erat dengan
Dzat Allah Ta’ala serta Rasul-rasul-Nya. Keadaan sesuatu ilmu itu tergantung pada keutamaan
apa yang dimaklumi. Ilmu Tauhid dibawa oleh sekalian Rasul sejak Nabi Adam hingga Nabi
Muhammad, semoga shalawat dan salam tetap bagi-Nya serta sekalian para Rasul-Nya.”

Menurut Ibnu Khaldun (1333-1406) dalam menerangkan maksud Ilmu Kalam adalah
seperti berikut :

“Ilmu Tauhid adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan


iman, dengan mempergunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan-bantahan terhadap orang-
orang yang menyeleweng dari kepercayaan salaf dan ahli sunnah.”

1
Pemikiran Kalam (Teologi Islam): Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, Prof. Dr. K.H. Sahilun A. Nasir, M.Pd.I
(Jakarta, 2010), hlm. 1-3

2
Ilmu Kalam dikenal sebagai ilmu keislaman yang berdiri sendiri, yakni pada masa khalifah
Al-Makmun (813-833) dari Bani A’basiyah. Sebelum itu pembahasan terhadap kepercayaan Islam
disebut Al-Fiqhu Fiddin sebagai lawan dari Al-Fiqhu Fil ‘Ilmi.

Diterangkan oleh Asy-Syahrastani bahwa :

“Sesudah itu kemudian ulama-ulama Mu’tazilah mempelajari buku-buku filsafat pada masa
pemerintahan khalifah Al-Makmun, maka mereka mempertemukan system ilmu kalam, dan
menjadikannya ilmu yang berdiri sendiri di antara ilmu-ilmu keislaman yang ada, serta
menamakannya dengan ilmu kalam. Ada kalanya masalah yang paling penting yang mereka
bicarakan dan berperang-perangan (berselisih pendapat) adalah masalah Al-Kalam (firman
Alla). Maka ilmu ini dinamakan dengan namanya. Ada kalanya karena persesuaian mereka
dengan ahli-ahli filsafat di dalam memberi nama ilmu mantiq (ilmu logika) di antara ilmu-ilmu
mereka. Sedangkan mantiq dan kalam adalah sinonim.”

B. Nama Lain Bagi Ilmu Kalam

Ilmu Kalam bisa disebut dengan beberapa nama, antara lain ilmu ushuluddin, ilmu tauhid,
Al Fiqh Al-Akbar, dan teologi Islam. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini membahas pokok-
pokok agama (ushuluddin). Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah SWT.
Di dalamnya dikaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatan-perbuatan) Allah yang
wajib, mustahil, dan ja’iz, juga sifat yang wajib, mustahil dan ja’iz bagi Rasul-Nya.

Ilmu Tauhid sebenarnya ilmu yang yang membahas tentang keesaan Allah SWT dan hal-
hal yang berkaitan dengan-Nya. Secara objektif, ilmu kalamsama dengan ilmu tauhid, tetapi
argumentasinya lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika. Oleh karena itu, sebagian teolog
menganggap bahwa ilmu kalam berbeda dengan ilmu tauhid.

Al-Fiqh-Al-Akbar merupakan istilah bagi Abu Hanifah (80-150H) dalam memberikan


nama ilmu ini. Menurut persepsinya, hukum Islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas
dua bagian. Pertama, Al-Fiqh Al-Akbar, di dalamnya dibahas tentang hal-hal yang berkaitan
dengan istilah keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu tauhid. Kedua,Al-Fiqh Al-Ashghar,
di dalamnya dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah mu’amalah, bukan pokok-
pokok agama, tetapi hanya cabang.

3
Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam. Istilah ini berasal dari bahasa Inggris,
theology. William L. Reese (1. 1921 M) mendefinisikannya dengan “discourse or reason
concerning God” (diskursus atau pemikiran tentang Tuhan). Dengan mengutip kata-kata William
Ockham (1287-1347), Reese lebih jauh mengatakan, “Theology to be a discipline resting on
revealed truth and independent of both philosophy and science” (Teologi merupakan disiplin ilmu
yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independasi filsafat dan ilmu pengetahuan).
Sementara itu, Gove menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan, perbuatan,
dan pengalaman agama secara rasional2.

C. Dasar-dasar Qura’ni Ilmu Kalam3

1. Surah Al-Ikhlas (112) : 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak
diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar) dengan-
Nya.
‫} َولَ ْم َي ُكن لَّهُ ُكفُ ًوا أ َ َحد‬3{ ْ‫لَ ْم َي ِلدْ َولَ ْم يُولَد‬
Artinya : “(3) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia(4)”
2. Surah Asy-Syura (42) ; 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun
di dunia ini. Ia Maha Mendengar Dan Mengrtahui.
َ ْ ‫ك ق ُ ْر آ ن ً ا ع َ َر ب ِ ي ًّا ل ِ ت ُن ْ ِذ َر أ ُمَّ ال ْ ق ُ َر َٰى َو َم ْن َح ْو ل َ هَ ا َو ت ُن ْ ِذ َر ي َ ْو م َ ال‬
َ ْ ‫ج ْم ع ِ ََل َر ي‬
ۚ ِ‫ب ف ِ ي ه‬ َ ِ ‫َو ك َ ذ َٰ َ ل‬
َ ْ ‫ك أ َ ْو َح ي ْ ن َا إ ِ ل َ ي‬
ِ ‫ج ن َّ ةِ َو ف َ ِر يق ف ِ ي ال س َّ ِع‬
‫ير‬ َ ْ ‫ف َ ِر يق ف ِ ي ال‬
Artinya : “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab,
supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk
(negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul
(kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan
masuk Jahannam.”
3. Surah Al-Furqan (25) : 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Penyayang
bertahta di atas “Arsy”. Ia Pencipta langit, bumi, dan semua yang ada di antara keduanya.
‫س ت َّ ةِ أ َي َّا ٍم ث ُمَّ ا سْ ت ََو َٰى عَ ل َ ى ال ْ ع َ ْر ِش ۚ ال َّر ْح َٰ َم ُن‬ َ ‫اْل َ ْر‬
ِ ‫ض َو َم ا ب َ ي ْ ن َ هُ َم ا ف ِ ي‬ ْ ‫ت َو‬
ِ ‫او ا‬ َ َ ‫ا ل َّ ِذ ي َخ ل‬
َ ‫ق ال س َّ َم‬
‫ف َ ا سْ أ َ ْل ب ِ هِ َخ ب ِ ي ًر ا‬

2
Ilmu Kalam (Edisi Revisi), Prof. Dr.H. Abdul Razak, M. Ag. , Prof Dr. H. Rosihon Anwar, M. Ag. (Bandung,2012),
hlm. 19-20.
3
Ilmu Kalam, Prof. Dr.H. Abdul Razak, M. Ag. , Prof Dr. H. Rosihon Anwar, M. Ag. (Bandung, 2001), hlm. 15-17

4
Artinya: “Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam
enam masa, kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka
tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.”
4. Surah Al-Fath (48): 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai “tangan yang selalu
berada di atas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh
dengan ajaran Allah.
ِ ْ ‫ث ع َ ل َ َٰى ن َ ف‬
ۖ ِ‫س ه‬ َ َ ‫ق أ َي ْ دِ ي ِه مْ ۚ ف َ َم ْن ن َ ك‬
ُ ُ ‫ث ف َ إ ِن َّ َم ا ي َ ن ْ ك‬ َ َ ‫إ ِ َّن ا ل َّ ذِ ي َن ي ُ ب َ ا ي ِ ع ُ و ن‬
َ ‫ك إ ِ ن َّ َم ا ي ُ ب َ ا ي ِ ع ُ و َن َّللاَّ َ ي َ د ُ َّللاَّ ِ ف َ ْو‬
‫ظ ي ًم ا‬ ِ َ ‫َو َم ْن أ َ ْو ف َ َٰى ب ِ َم ا ع َ ا ه َ د َ ع َ ل َ ي ْ ه ُ َّللاَّ َ ف َ س َ ي ُ ْؤ ت ِ ي هِ أ َ ْج ًر ا ع‬
Artinya : “ Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar
janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati
janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.”
5. Surah Ar-Rahman (55) : 27. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “wajah”
yang tidak akan rusak selama-lamanya.
‫اْلِ كْ َر ا ِم‬ َ ْ ‫ك ذ ُو ال‬
ْ ‫ج ََل ِل َو‬ َ ِ ‫َو ي َ ب ْ ق َ َٰى َو ْج ه ُ َر ب‬
Artinya: “ Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
6. Surah An-Nisa’ (4): 125. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan berupa
agama. Seseorang akan dikatakan telah melaksanakan aturan agama apabila
melaksanakannya dengan ikhlas karena Allah.
َ َ‫س ن َو ا ت َّب َ َع ِم ل َّ ة َ إ ِ ب ْ َر ا هِ يم‬
َ َّ ‫ح ن ِ ي ف ً ا ۗ َو ا ت‬
َ‫خ ذ َ َّللاَّ ُ إ ِ ب ْ َر ا هِ يم‬ َّ ِ ُ ‫َو َم ْن أ َ ْح س َ ُن ِد ي ن ً ا ِم َّم ْن أ َسْ ل َ م َ َو ْج هَ ه‬
ِ ‫ّلِل ِ َو ه َُو ُم ْح‬
ً ِ‫خ ل‬
‫يَل‬ َ
Artinya: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya.”
7. Surah Luqman (31): 22. Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah menyerahkan
dirinya kepada Allah disebut sebagai orang muhsin.
ِ ‫اْل ُ ُم‬
‫ور‬ ْ ُ ‫ك ب ِ ال ْ ع ُ ْر َو ة ِ ال ْ ُو ث ْ ق َ َٰى ۗ َو إ ِ ل َ ى َّللاَّ ِ عَ ا ق ِ ب َ ة‬ ِ ‫َو َم ْن ي ُ سْ ل ِ ْم َو ْج هَ ه ُ إ ِ ل َ ى َّللاَّ ِ َو ه َُو ُم ْح‬
َ َ ‫س ن ف َ ق َ ِد ا سْ ت َ ْم س‬
Artinya: “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.”

5
8. Surah Al Imran (3): 83. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah tempat kembali segala
sesuatu, baik secara terpaksa maupun secara sadar.

ِ ‫اْل َ ْر‬
َ ‫ض ط َ ْو ع ًا َو كَ ْر ه ًا َو إ ِ ل َ ي ْ هِ ي ُ ْر‬
‫ج ع ُ ون‬ ْ ‫ت َو‬ َ ‫َ أ َ ف َ غ َ ي ْ َر ِد ي ِن َّللاَّ ِ ي َ ب ْ غ ُ و َن َو ل َ ه ُ أ َسْ ل َ مَ َم ْن ف ِ ي ال س َّ َم‬
ِ ‫او ا‬ َ
Artinya: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan
suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”
9. Surah Al Imran (3): 84-85. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah yang
menurunkan penunjuk jalan kepada para nabi.
ِ ‫اْل َسْ ب َ ا‬
‫ط‬ ْ ‫ب َو‬ َ ‫ق َو ي َ ع ْ ق ُ و‬ َ ‫َو َم ا أ ُن ْ ِز َل ع َ ل َ ي ْ ن َا َو َم ا أ ُن ْ ِز َل ع َ ل َ َٰى إ ِ ب ْ َر ا هِ يمَ َو إ ِ سْ َم ا ِع ي َل َو إ ِ سْ َح ا‬
ِ َّ‫ق ُ ْل آ َم ن َّ ا ب ِ اّلِل‬
‫ي‬ ُ
‫ق ب َ ي ْ َن أ َ َح ٍد ِم ن ْ هُ مْ َو ن َ ْح ُن ل َ ه ُ ُم سْ ل ِ ُم و َن‬
ُ ‫ُم و س َ َٰى َو ِع ي س َ َٰى َو ال ن َّ ب ِ ي ُّو َن ِم ْن َر ب ِ ِه ْم ََل ن ُ ف َ ِر‬
َ ِ ‫َو َم ا أ و ت‬
Artinya : “Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-
anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka.
Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah
kami menyerahkan diri.”
‫س ِر ي َن‬ َ ْ ‫اْل ِخ َر ة ِ ِم َن ال‬
ِ ‫خا‬ ْ ‫اْلِ سْ ََل ِم ِد ي ن ً ا ف َ ل َ ْن ي ُ ق ْ ب َ َل ِم ن ْ ه ُ َو ه َُو ف ِ ي‬
ْ ‫َو َم ْن ي َ ب ْ ت َغ ِ غ َ ي ْ َر‬
Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.”
10. Surah Al-Anbiya (21): 92. Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dalam
berbagai etnis, suku, ras, atau etnis, dan agama apapun adalah umat Tuhan yang
satu. Oleh sebab itu, semua umat, dalam kondisi dan situasi apapun, harus
mengarahkan pengabdiannya hanya kepada -Nya.
ِ ‫إ ِ َّن َٰه َ ِذ ه ِ أ ُ َّم ت ُك ُ مْ أ ُ َّم ة ً َو‬
‫اح د َ ة ً َو أ َن َا َر ب ُّ ك ُ مْ ف َ ا عْ ب ُ د ُو ِن‬
Artinya: “ Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu
dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.”
11. Surah Al-Hajj (22): 78. Ayat ini menunjukkan bahwa seseoran g yang ingin
melakukan kegiatan yang sungguh -sungguh akan dikatakan sebagai “jihad”
kalau dilakukannya hanya karena Allah semata.
ْ‫ج ع َ َل ع َ ل َ ي ْ ك ُ مْ ف ِ ي الد ِ ي ِن ِم ْن َح َر ج ٍ ۚ ِم ل َّ ة َ أ َ ب ِ ي ك ُ م‬َ ‫ق ِج هَ ا ِد ه ِ ۚ ه َُو ا ْج ت َب َ ا ك ُ مْ َو َم ا‬ َّ ‫ح‬َ ِ َّ‫َو َج ا هِ د ُوا ف ِ ي َّللا‬
‫إ ِ ب ْ َر ا هِ يمَ ۚ ه َُو س َ َّم ا ك ُ م ُ ال ْ ُم سْ ل ِ ِم ي َن ِم ْن ق َ ب ْ ُل َو ف ِ ي َٰه َ ذ َ ا ل ِ ي َ ك ُ و َن ال َّر س ُ و ُل ش َ ِه ي د ًا ع َ ل َ ي ْ ك ُ ْم َو ت َ ك ُ و ن ُ وا ش ُ هَ د َ ا َء‬

6
َ ‫َص ُم وا ب ِ اّلِلَّ ِ ه َُو َم ْو ََل ك ُ مْ ۖ ف َ ن ِ ع ْ مَ ال ْ َم ْو ل َ َٰى َو ن ِ ع ْ م‬
ِ ‫اس ۚ ف َ أ َق ِ ي ُم وا ال صَّ ََل ة َ َو آ ت ُوا ال َّز ك َا ة َ َو ا عْ ت‬
ِ َّ ‫ع َ ل َ ى ال ن‬
ِ َّ ‫ال ن‬
‫ص ي ُر‬
Artinya: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini,
supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah
kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan
sebaik-baik Penolong.”

Ayat-ayat di atas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntutan, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya
tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam
mengintrepretasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
ketuhanan itu disistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang
dikenal dengan istilah Ilmu Kalam.

D. Sejarah Kemunculan Ilmu Kalam

Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan Ilmu Kalam dipicu oleh


persoalan politik yang menyangkut peristwia pembunuhan ‘Utsman bin Affan yang
berbuntut pada penolakan Mu’awiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
Ketegangan antara Mu’awiyah dan Ali bin Abi Thalib mengkristal menjadi Perang
Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase). Sikap Ali yang menerima
tipu muslihat ‘Amr Al’Ash, utusan daripihak Mu’awiyah dalam tahkim, sunnguhpun
dalam kedaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendapat
bahwa persoalan yang terjadi saat itu tidak dapat diputuskan melalui tahkim. Putusan
hanya datang dari Allah dengan kembali pada hukum -hukum yang ada dalam Al-
Quran. La hukma illa illah (tidak ada hukum selain dari hukum Allah) atau la hukma
illa Allah (tidak ada pengantara selain Allah) menjadi semboyan mereka. Mereka
memandang ‘Ali bin Abi Talib telah berbuat salah. Oleh karena itu, mereka

7
meninggalkan barisannya. Dalam sejarah Islam, mereka terkenal dengan nama
Khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri atau secerdes.

Di luar pasukan yang membelot ‘Ali terdapat sebagian besar yang tetap
mendukung ‘Ali. Merekalah yang kemudian memunculkan kelompok Syi’ah. Watt
menyatakan bahwa Syi’ah muncul ketika berlangsung peprangan antara Ali dan
Muawiyah yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam peperangan ini sebagai respons
atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Mu’awiyah, pasukan Ali
diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung Ali, kelak disebut
Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali kelak disebut Khawarij.

Harun lebih lanjut melihat bahwa persoalan kalam yang pertama muncul adala h
persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir, dalam arti siapa yang telah
keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Khawarij sebagaimana
telah disebutkan, memandang bahwa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa
tahkim, yaitu, ‘Ali, Mu’awiyah, Amr bin Al ‘Ash, Abu Musa Al -Asy’ari adalah kafir
berdasarkan firman Allah pada Quran Surat Al -Mai’dah ayat 44.

Persoalan di atas telah menimbulkan tiga aliran teologi dala m Islam, yaitu
sebagai berikut:

1. Aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah
kafir, dalam arti keluar dari Islam, atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh.
2. Aliran Murji’ah yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap
mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya terserah kepada
Allah untuk mengampuni atau tidak mengampuninya.
3. Aliran Mu’tazilah yang tidak menerima pendapat -pendapat di atas. Bagi
mereka, orang yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula mukmin.
Orang yang serupa ini mengambil posisi d i antara kedua posisi mukmin dan
kafir, yang dalam bahasa Arabnya terkenal dengan istilah al-manzilah bain al
manzilatain (posisi di antara dua posisi).

Dalam Islam, timbul pula dua aliran teologi yang terkenal dengan nama
Qadariah dan Jabariah. Menurut Qadariah, manusia mempunyai kemerdekaan

8
dalam kehendak dan perbuatannya. Sebalinya, Jabariah berpendapat bahwa
manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.

Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional me ndapat tantangan keras dari


golongan tradisional Islam, terutama golongan Hanbali, yaitu pengikut -pengikut
mazhab Ibn Hanbal. Tantangan keras ini kemudian mengambil bentuk aliran
teologi tradisional yang dipelopori Abu Al -Hassan Al-Asy’ari (935 M). Di
samping aliran Asya’ariah, timbul pula di Samarkand suatu aliran yang bermaksud
menentang aliran Mu’tazilah dan didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Al -
Maturidi (w. 944 M). Aliran ini kemudian terkenal dengan nama teologi Al -
Maturidiah.

Aliran-aliran Khawarij, Mu’tazilah, dan Murji’ah tdak mempunyai wujud lagi


kecuali dalam sejarah yang masih ada sampai sekarang adalah aliran -aliran
Asya’ariah dan Maturidiah dan keduanya disebut Ahlussunnah wal-Jama’ah 4.

E. Faktor-faktor Pendorong Lahirnya Ilmu Kalam

Kita tidak akan memahami ilmu kalam secara utuh, kalau tidak mempelajari
faktor-faktor yang dapat mendorong kemunculannya. Sebab ilmu kalam sebagai ilmu
yang berdiri sendiri, belum dikenal pula pada masa Nabi sendiri maupun pada masa
sahabat. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari
dalam (intern) dan faktor dari luar (extern) 5

1. Faktor Intern
a) Al-Quran
Sebagai kitab suci kaum Muslim, Al -Quran mempunyai kedudukan yang
tinggi di tengah mereka. Ia menjadi referensi awal dalam semua urusan
kehidupan mereka, termasuk di dalamnya adalah masalah ketuhanan dan
keyakinan. Pengaruh Al-Quran terhadap ilmu kalam Islam sangat besar,
baik menyangkut tema-tema kalam maupun argumentas-argumentasi

4
Ilmu Kalam (Edisi Revisi), Prof. Dr.H. Abdul Razak, M. Ag. , Prof Dr. H. Rosihon Anwar, M. Ag. (Bandung,2012),
hlm. 34-36.
5
http://ikmalonline.com/ilmu-kalam-sejarah-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhinya/.

9
yang dibangun untuknya. Pengaruh ini dapat dilihat dengan jelas dalam
tulisan-tulisan dan buku-buku para ahli kalam (mutakallimin) maupun
para ulama lainnya.
b) Sunnah Nabi saw.
Kedudukan Nabi Muhammad saw. Berada pada posisi kedua setelah Al -
Quran. Sebagaimana Al-Quran, Sunnah juga menjelaskan segala hal
yang dibutuhkan dan ditanyakan oleh umat manusia, baik yang
menyangkut urusan keyakinan maupun urusan sosial. Dalam
menyampaikan ajaran Islam, beliau sering menjelaskan masalah
ketuhanan dan keyakinan atau berdialog tent angnya dengan kaum
Musyrik di Mekkah dan Ahlul Kitab di Madinah. Keterangan beliau
tentang masalah-masalah kalam telah menjadi bahan dan dalil yang
dipegang para mutakallimin untuk memperkuat bukti -bukti tentang
keberadaan Allah swt dan hari akhirat.
c) Ucapan Ahlul Bait as.
Bagi para pengikut Ahlul Bait as, para Imam Ahlul Bait merupakan
sumber yang sangat penting dalam memahami ajaran -ajaran Islam.
Mereka adalah orang-orang yang paling referensentatif dalam
menyampaikan ilmu-ilmu Rasulullah saw., khususnya Imam Ali bin
Thalib as.
Dalam banyak kesempatan, Imam Ali bin Abi Thalib as sering
menjelaskan masalah ketuhanan dan masalah -masalah keyakinan
melalui khutbah-khutbahnya. Kecuali itu, beliau juga dianggap sebagai
orang Islam (Arab) yang pertama kali membahas masalah-masalah kalam
secara sistematis dan tersusun. Berkaitan dengan ini, Ibnu Abdul Hadid
berkata;
“Kajian tentang maslah hikmah dan masalah -masalah ketuhanan belum
pernah dibahas di tengah bangsa Arab. Orang Arab yang pertama kali
mendalami kajian ini adalah Ali bin Abi Thalib as. Oleh karena itu, para
ahli ilmu kalam yang mendalami samudra ilmu -ilmu logika selalu
dikaitkan dengan beliau sebagai guru dan pemimpin mereka. Setiap

10
golongan dari mereka mengaku bahwa beliau adalah bagian dari
mereka.”
Dia juga mengatakan bahwa Mu’tazilah yang dikenal sebagai kelompok
yang pertama kali membahas masalah tauhid dan keadilan, dan dari
merekalah banyak manusia yang belajar. Tokoh utama mereka adalah
Washil bin Atha’. Dia murid Abu Hasyim Abdullah b in Muhammad bin
Al Hanafiyah, dan Abu Hasyim berguru kepada ayahnya yang
merupakan putra Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Al -Asya’riah pengikut
Abu al Hassan al Asya’ri murid dari Abu Ali al Juba’I seorang tokoh
utama Mu’tazilah. Ringkasnya semua mutakallimin , baik Mu’tazilah
maupun Asya’riyyah secara tidak langsung berguru kepada Ali bin Abi
Thalib.
2. Faktor Eksternal
1. Akulturasi
Setelah terjadinya pembebasan yang dilakukan oleh kaum Muslim terhadap
beberapa wilayah di luar jazirah Arabia hingga wilayah Persia dan beberapa
kota kekuasaan Romawi, maka muncullah akulturasi antara mereka dengan
bangsa-bangsa yang telah mempunyai peradaban dan kebuda yaan yang
berbeda dalam bidang ontology, epistomologi, dan aksiologi. Sebagai
akibat dari akulturasi ini, tidak sedikit ajaran mereka yang masuk ke dunia
Islam dan menimbulkan pro dan kontra terhadap pandangan -pandangan
mereka, khusunya menyangkut masalah ketuhanan.
Pandangan-pandangan mereka, secara langsung maupun tidak, menjadi
bahan perdebatan dalam majlis-majlis ilmu para ulama, dan pada gilirannya,
telah memperkaya tema-tema kalam, seperti pembahasan tentang materi
(jisim), gerakan dan lainnya.
2. Transliterasi
Selain adanya akulturasi setelah pembebasan wilayah -wilayah tersebut, ada
upaya dari beberapa pihak berkuasa untuk menterjemahkan buku -buku
karya para cendekiawan non Muslim ke bahasa Arab. Ibnu Nadim
menyebutkan :

11
“Adalah Khalid bin Yazid bin Muawiyah seorang yang mencintai ilmu
pengetahuan telah memerintahkan supaya didatangkan sejumlah filusuf
dari Yunani yang berada di kota Mesir. Mereka diminta untuk
menterjemahkan buku-buku berbahasa Yunani yang berada di kota Mesir.
Mereka diminta untuk menterjemahkan buku-buku berbahasa Yunani dan
Koptik (Mesir Kuno) ke bahasa Arab. Itulah pertama kali penerjemahan
buku ke bahasa Arab. Kemudain pada masa al Hajjaj muncul juga
penerjemahan dari bahasa Persia ke bahasa Arab. Penerjemahan pada saat
itu masih dianggap lambat sampai masa kekuasaan al Ma’mun al Abbasi.
Beliau meminta kepada kaisar Romawi agar diberi akses untuk mempelajari
ilmu-ilmu klasik yang tersimpan di perpustakaan wilayah -wilayah Romawi.
Akhilnya al Ma’mun mengutus sejumlah cendekiawan untuk pergi seperti,
al Hajjaj bin Mathar, Ibnu Petrik, Muhammad bin Ahmad dan Husain Bani
Syakir. Kemudain mereka kembali dengan membawa buku -buku tentang
filsafat, arsitektur dan lainnya.”
Buku-buku terjemahan itu terkadang mengandung pandangan-pandangan
yang mengganggu keyakinan kaum Muslim, dan sebagai akibatnya muncul
reaksi yang beragam di tengan mereka. Secara umum ada tiga kelompok
yang muncul sebagai respon atas buku -buku itu;
 Pertama, menolak ajaran-ajaran yang dianggap menyimpang dari
Islam karena tidak bersumber dari Al -Quran dan Sunnah. Mereka
secara tegas mensesatkan dan mengkafirkannya demi menjaga
kemurnian ajaran Islam.
 Kedua, menerima ajaran-ajaran itukarena pemahaman mereka yang
lemah tentang ajaran Islam. Mereka tidak berdaya dalam membantah
ajaran-ajaran itu.
 Ketiga, mengkaji dan menelaah secara mendalam serta menakarnya
dengan dasar-dasar yang kuat. Mereka menerima ajaran yang sejalan
dengan ajaran Islam dan menolak ajaran -ajaran yang menyimpang
dari Islam dengan argumentasi yang kuat.

12
BAB 3

PENUTUP

13
A. Kesimpulan

Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas soal-spal keimanan, yang sering disebut juga
sebagai ilmu Tauhid Aqaid atau Ushuluddin. Disebut ilmu kalam karna didalamnya banya
dibacakan Kalamullah. Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid. Namun argumentasi
ilmu kalam lebih dikosentrasikan kepada penguasaan logika. Oleh sebab itu, sebagian teolog
membedakan antara ilmu kalam dan ilmu tauhid.

Ilmu kalam ini didasari dengan ayat-ayat yang bersumber dari Al-Quran yang
menerangkan tentang tentang wujudnya Allah, sifat-sifatnya dan persoalan aqidah Islam lainnya.
Sedangkan sejarah timbulnya persoalan ilmu kalam merupakan kelanjutan peristiwa pembunuhan
Utsman bin Affan hingga sampai pada persoalan Muawiyah dan Ali yang disebut sebagai peristiwa
tahkim, persoalan yang pertama muncul adalah tentang siapakah orang kafir dan siapakah orang
yang bukan kafir.

DAFTAR PUSTAKA

14
1. Ilmu Kalam (Edisi Revisi) Prof. Dr.H. Abdul Razak, M. Ag. , Prof Dr. H. Rosihon Anwar, M. Ag.
(Bandung,2012).

2. Ilmu Kalam , Prof. Dr.H. Abdul Razak, M. Ag. , Prof Dr. H. Rosihon Anwar, M. Ag. (Bandung,2001).

3. Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, Prof.Dr. K.H. Sahilun A.
Nasir, M.Pd. I.

4. http://ikmalonline.com/ilmu-kalam-sejarah-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhinya/

15

Anda mungkin juga menyukai