Anda di halaman 1dari 9

A.

Biografi Tokoh Al Kutub Al Tis'ah

Sebagaimana diketahui bahwa sanad itu adalah rawi –rawi hadist yang dijadikan sandaran oleh
pentahrij hadist dalam mengemukakan suatu matan hadist, nilai suatu hadist sangat dipengaruhi oleh: hal
– hal., sifat-sifat, tingkah laku, biografi, mazhab-mazhab yang dianutnya dan cara menerima dan
menyampaikan hadist dari para rawi.
Salah satu cabang ilmu rijalul hadist adalah ilmu tawarihir ruwah yang membahas tentang kapan
dan dimana seorang rawi itu dilahirkan, dari siapa ia menerima hadits, siapa orang yang pernah
mengambil hadist dari padanya, dan akhirnya diterangkan pula kapan dan dimana ia wafat.
Berikut ini sekilas biografi tentang tokoh al kutub al tis'ah yang meliputi : Imam al Bukhori,
Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam at-Tirmidzi, Imam an-Nasa’i, Imam Ibnu Majah, Imam Malik,
imam Hakim, dan Imam al Darimi.
1. Imam Al Bukhari ( 194-252 H/810-870 M )
a. Riwayat Hidup Imam Al Bukhari
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Almughroh bin
Al Bardizbah Al bukhoro, adalah ulama’ hadist yang sangat masyhur, kelahiran Bukhara, suatu kota di
Uzbekistan, wilayah uni soviet, yang merupakan simpang jalan antara rusia, Persi, Hindia, dan
Tiongkok.1[1]
Beliau dilahirkan setelah selesai sholat jum’at pada tanggal 13 syawal 194 h (810 M). seorang
muhaditsin yang jarang tandingannya ini, sangat wara’, sedikit makan, banyak membaca al-Qur’an baik
siang maupun malam, serta gemar berbuat kebajikan kepada murid-muridnya. Ayahnya adalah seorang
ulama’ hadist yang pernah belajar dibawah bimbingan sejumlah tokoh termasyhur sat itu seperti Anas bin
Malik, Hammad ibnu Zaid, dan ibnu Mubarak.2[2]
Imam Al-Bukhori wafat pada malam sabtu selesai sholat isya’, tepatnya pada malam Idul fithri
tahun 252 h (870 M) dan dikebumikan di Khirtank, Samarkand.
b. Karya-karya imam al bukhori
karya-karya beliau banyak sekali, diantaranya :
1) Al Jami’ah Musnad Al Shohih Al Mukhtashar Min Umur Rasulillah Wa Sunanih Wa Ayyamihi yang
biasa di sebut “Shahih Bukhori”. yakni kumpulan hadist – hadist yang beliau persiapkan selama 16 tahun
lamanya. Kitab ini berisikan hadist–hadist shahih secara keseluruhan.
Banyak ulama’ yang membuat syarah dari shohih Bukhori antara lain :3[3]
a) Ibnu hajar ( w. 856 H ) mengarang Fathul Bari
b) Al Ayni Al hanafi (wafat 855 H ) mengarang Umdah al Qari’
c) Qasthalani ( wafat 923 H ) mengarang Irsyad Al syari’
d) Jalaluddin al suyuthi ( wafat 911 H ) mengarang At Tausyih
2) Qadhaya Al Shohabah Wa At Tabi’in. kitab ini disusun ketika berusia 18 tahun, dan sekarang tidak
diketahui keberadaannya.
3) Al Tarikhu Al Kabir ( 8 jilid ) yang telah terbit tiga kali
4) Al Tarikhu Al Autsah
5) Al Adabu Al Munfarid, Birru Al Walidain, dan sebagainya.
c. Perhatian beliau terhadap ilmu hadist
Disaat usianya beliau belum mencapai sepuluh tahun, Imam Al Bukhori telah mulai belajar
hadist, sehingga tidak mengherankan ketika berusia 16 tahun telah hafal matan sekaligus rawi dari
beberapa buah kitab karangan ibnu mubarak dan waqi’.4[4] Beliau merantau ke negeri syam, mesir,
jazirah arab sampai dua kali, ke Bashrah empat kali, ke hijaz bermukim enam tahun, dan pergi ke
Baghdad bersama ahli para hadist yang lain sampai 8 kali. Menurut pengakuannya, kitab hadist yang
ditulisnya membutuhkan jumlah guru tidak kurang dari 1.080 orang guru hadist.5[5]
Beliau telah memperoleh hadist dari beberapa hafidh, antara lain: Maky bin Ibrahim, Abdullah
bin Usman Al Mawarzy, Abdullah bin Musa, Abu Ashim Asy syaibani, dan Muhammad bin Abdullah Al
Anshori. Ulama’-. ulama’ besar yang mengambil hadist dari beliau antara lain : Imam Muslim, Abu
Zur’ah, At-Turmudzi, Ibnu Khuzaimah dan An-Nasa’i.
2. Imam Muslim ( 204 – 216 H/820-875 M)
a. Riwayat Hidup Imam Muslim
Nama lengkap beliau adalah Abu Al Husain Muslim bin Al Hajaj bin Muslim bin Kausaz Al
Qusyairi Al Naisaburi. Beliau dinisbatkan kepada Naisaburi karena dilahirkan di Naisabur, Iran. Ia
dilahirkan pada tahun 204 H ( 820 M ) dan wafat pada hari ahad bulan rajab tahun 261 H ( 875 M ) dan
dimakamkan di Naisabur.
b. Perhatian beliau terhadap ilmu hadist
Imam Muslim belajar hadist pada usia kurang lebih 12 tahun yaitu pada tahun 218 H (833 M ).
Beliau pernah pergi ke hijaz, irak, syam, mesir dan tempat-tempat lain untuk memperdalam tentang ilmu
hadist.
Ulama’- ulama’ besar yang pernah berguru kepada beliau seperti : Abu Hatim, Musa bin Haran,
Abu Isa At-Tirmidzi, Yahya ibnu Said, ibnu Khuzaimah, Awwanah, dan Ahmad ibnu Al Mubarak.
c. Karya-karya imam muslim
Diantara karya-karya beliau adalah :
1) Shahih Muslim, kitab ini berisikan sebanyak 7.273 buah hadist, termasuk yang diulang-ulang, kalau
dikurangi yang diulang maka tinggal 4.000 buah hadist. Kitab sahih muslim ini yang paling terkenal.
Diantara sekian kitab yang memberi syarah terhadap kitab itu adalah Imam Nawawi ( wafat 672 H ), yang
diberi judul al manhaj fi syarh shahih muslim ibnu hajaj.
2) Musnadul Kabir, kitab yang menerangkan tentang nama-nama Rijalul hadist
3) al Jami’ul Kabir
4) Kitabul I’lal wa kitabu auhamil muhaditsin
5) Kitabut tamyiz, kitabu man laisa lahu illa rawin wahidun, kitab al thabaqat al thabi’in dan kitab
muhadhoromin.

3. Imam Abu Dawud ( 202-275 H/ 817-889 M)


a. Riwayat Hidup Imam Abu Dawud
Nama lengkap beliau adalah Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq As Sijistany. Beliau
dinisbatkan kepada tempat kelahirannya yaitu di Sijistan ( antara Iran dan Afghanistan ). Beliau
dilahirkan pada tajhun 202 H ( 817 M) dan wafat pada tahun 275 H ( 889 M ) di Bashrah, Irak.
b. perhatian beliau terhadap ilmu hadist
Beliau merantau mengelilingi negeri-negeri tetangga untuk mencari hadist dan ilmu-ilmu hadist
yang lain .kemudian mengumpulkan, menyusun, dan menulis hadist-hadist yang telah diterima dari
ulama’-ulama’ Iraq, Khurasan, Syam, dan mesir.
c. karya-karya imam abu dawud
Diantara karya-karya beliau adalah : sunan Abu Dawud, karyanya yang terbesar dan berfaedah
bagi mujtahid, al Marasil, masail Imam Ahmad, al Zuhd, Tasmiyah al ikhwan, al Bhats wan Nushur,
Ibtida’ al Wahyi dan al Nasikh wal Manksukh.
4. Imam At-Tirmidzi ( 200-279 H/824-892 M)
a. Riwayat hidup imam at-tirmidzi
Nama lengkap beliau adalah abu isa Muhammad ibnu isa Ibnu Tsurah ibn musa ibn Dhahak al
Sulami al Bughi al tirmidzi. Adalah seorang Muhadits yang lahir di kota Turmudz, kota kecil di pinggir
utara sungai Amuderya, sebelah utara Iran.
Beliau dilahirkan di kota Turmudz pada bulab Dzulhijjah 200 H ( 824 M). imam at-tirmidzi dan
imam al bukhori adalah satu daerah ma wara’un nahar. Beliau wafat di Turmudz 13 rajab 279 H ( 829 M).

b. Perhatian terhadap ilmu hadist


Beliau mengambil hadist dari ulama hadist kenamaan, seperti qutaibah ibn sa’id, ishaq ibn musa,
dan al bukhori. Mayoritas ulama’ sepakat bahwa pada akhir hayatnya al tirmidzi mengalami kebutaan,
akan tetapi apakah kebutaannya itu sejak lahir masih menjadi perselisihan diantara ulama hadist.6[6]
c. Karya-karyanya: Sunan At-Tirmidzi, penulisannya selesai pada tanggal 10 Dzulhijah 270 H. salah satu
syarah yang mengomentarinya adalah karangan Abdurrahman Mubarakpuri dengan judul Tuhfat Al
Ahwadzi ( 4 jilid ). Tawarih, al I’lal, syamail, al asma’ wal kuna, al atsar al mauqufah,dan al I’lalul
kabir.
5. Imam an-Nasa’i ( 215-303 H/839-915 M)
a. Riwayat hidup an-Nasa’i
Nama lengkapnya adalah abu Abdirrahman Ahmad bin syu’aib Binbahr. Beliau dilahirkan pada
tahun 215 H (839 M) di kota nasa’ yang termasuk wilayah kota khurasan, Iran. Tempat kelahiran beliau
inilah namanya dinisbatkan. Di kota Nasa’ inilah beliau tumbuh dan memulai aktifitas pendidikannya
dengan memulai menghafal al qur’an dan menerima berbagai disiplin keilmuan dari guru-gurunya.
Beliau wafat pada hari senin, 13 Shaffar 303 H ( 915 M) di ar Ramlah, palestina. setahun
sebelum wafatnya, ia pindah dari mesir ke Damaskus, Suriah. Di kota ini ia menulis kitab al Khasais Ali
ibn Abi Tholib yang berisi keistimewaan ali bin Abi Thalib.7[7]
b. Perhatian beliau terhadap ilmu hadist
Ketika berusia 15 tahun beliau mengadakan perjalanan ke daerah Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan
daerah-daerah jazirah Arab lainnya untuk mendengarkan dan mempelajari hadist-hadist dari ulama’-
ulama’ yang beliau kunjungi.
Setelah menjadi ulama’ hadist, beliau memilih mesir sebagai tempat untuk menyiarkan dan
mengajarkan hadist-hadist kepada masyarakat. Menurut sebagian muhaditsin, beliau lebih hafizd daripada
imam muslim.
c. Karya-karyanya
Karya beliau yang utama adalah Sunanul Kubro, yang akhirnya terkenal dengan nama sunan an-
nasa’i merupakan kitab yang muncul setelah shohihain yang paling sedikit hadist dhoifnya, tetapi paling
banyak perulangannya. Bahkan, hadist tentang niat diulangnya 16 kali. Karya-karyanya yang lain: sunan
mujtaba, kitab tamyiz, kitab ad dhuafa, khasais ali, musnad ali, musnad malik, manasik haj, dan tafsir.
6. Imam Ibnu Majah ( 207-273 H/824-887 M)
a. Riwayat hidup ibnu majah
Ibnu majah adalah nama yang popular dikalangan umat islam setidaknya setelah beliau menulis
hadist dalam kitabnya sunan ibnu majah. Ibnu majah adalah nama nenek moyang yang berasal dari
Qazwin, Iran. Nama lengkap beliau adalah abu Abdillah Muhamad ibn Yazid ibn Majah al Rubai’iy al
Qazwiny al Hafidz dengan nama Kuniyah Abu Abdillah. Beliau lahir pada tahun 207 H ( 824 M ) dan
wafat dalam usia 74 tahun pada tanggal 22 ramadhan 273 H/887 M.
b. Perhatian beliau terhadap ilmu hadist
Pada usia 15 tahun ia amat senang dengan ilmu hadist. Ibnu majah sempat berguru kepada ali bi
Muhammad al Tanafi ( wafat 233 H ) adalah gurunya yang pertama. Ibnu majah adalah seorang petualang
keilmuan terbukti dengan banyaknya daerah yang dikunjunginya. Diantaranya : Khurasan, Naisabur, al
Ray, dan di kota Baghdad, Kufah, Bashrah, Wasith, Hijaz, Makkah dan madinah, syam : Damaskus dan
Hims.
Dari tempat perantauan itu, beliau bertemu dengan murid-murid Imam Malik dan al Laist, dari
sinilah beliau banyak memperoleh banyak hadits.
c. Karya-karyanya
Tidak kurang dari 32 karya ilmiah yang ditelurkan dari ulama’ yang berdedikasi keilmuan ibnu
majah. Adapun karya – karyanya adalah : tafsir al Quran karim, al tarikh, yang sampai saat ini tidak ada
kabarnya, tampaknya telah hilang. Kemudian sunan ibnu majah berisikan 4.341 hadist, sebanyak 3.002
telah dibukukan oleh pengarang Al Kitab Al Sittah lainnya, dan 1.339 hadits diriwayatkan oleh beliau
sendiri dengan rincian berikut :8[8]
a) 428 buah hadist adalah shahih
b) 199 buah hadist adalah hasan
c) 613 buah hadist adalah lemah isnad
d) 99 buah hadits adalah munkar dan makhduzb

7. Imam Malik Bin Anas ( 93 – 179 H/712-792 M )


a. Riwayat hidup Imam Malik
Beliau dilahirkan pada tahun 93 H ( 712 M ). Nama lengkapnya abu Abdillah Malik bin Anas bin
Malik bin abu amir bin ‘Amr bin al Harits adalah seorang Imam Darul hijrah dan seorang faqih, pemuka
madzhab Malikiyah.
Imam malik dilahirkan di kota madinah, dari pasangan Anas bin Malik dan Aliyah binti Surauk,
bangsa arab yaman. Ayah beliau bukan Anas bin Malik sahabat nabi, tetapi seorang tabi’in yang tinggal
di Zulmarwah, sebelah utara madinah dan bekerja sebagai pembuat panah.9[9]
Imam Malik menikah dengan seorang hamba yang dikaruniai 3 anak laki-laki ( Muhammad,
Hammad, dan Yahya ) dan seorang anak perempuan ( Fatimah ). Imam Malik wafat pada hari ahad 14
Rabiul awal 179 H (798 M ) di madinah dan dimakamkan di Haqi’.
b. Perhatian beliau terhadap ilmu hadist
Beliau adalah seorang muhadist yang menjunjung tinggi hadist Rasullullah Saw. Jika hendak
memberikan hadist, ia berwudhu’ terlebih dahulu, kemudian duduk di alas sholat dengan tenang dan
tawadhu’. Selain ahli hadist, beliau juga ahli fikih. Sehingga seluruh warga hijaz menyebutnya dengan
“Sayyidi fuqaha al hijaz “.
c. Karya-karyanya : Al muwatha’ merupakan karyanya yang sangat gemilang dalam ilmu hadist. Beliau
menulisnya pada tahun 144 H atas anjuran Kholifah Ja’far Manshur sewaktu menunaikan ibadah haji.
Ulama’-ulama’ yang mensyarah Muwatho’ antara lain :10[10]
1) Ibnu abdil baar, menyusun 2 syarah dengan nama al Tamhid dan al Istidzkar
2) Abu al walid dengan al Mau’ib
3) Al Zarqany dan ad Dahlawy dengan nama al musawwa
4) Al baji, sulaiman ibn Kholaf ( wafat 473 H ) menyusun 2 syarah: Istifa dan Muntaqa berjumlah 7 jilid.
5) Al Kandahlawy, Muh. Zakaria (1315 H ) menulis Awjaz Al Masalik Syarh Muwatha’ Li Imam Malik.
Adapun karya lainya : Risalah ila ibn wahb fi al qadr, kitab an nujum, risalah fi aqdhiyah,
risalah ila abu ghassan, kitab al syiar dan kitab al manasik.
8. Imam Hakim ( 321 – 405 H )
a. Sekilas tentang biografi al hakim
Nama lengkap beliau adalah Abdullah Muhammad bin Abdullah bin muhammad bin Hamdun bin
Hakam bin Nu’aim bin al Bayyi’ al Dabbi al Tahmani al Naisaburi yang lahir di Naisabur pada hari senin
12 Rabiul Awwal 321 H. ayahnya Abdullah Muhammad bin Hamdun adalah seorang pejuang yang
dermawan dan ahli ibadah serta sangat loyal terhadap bani Saman yang menguasai daerah Samaniyah.
Dalam catatan sejarah, daerah Samaniyah pada abad ke-3 H telah melahirkan tokoh-tokoh hadist
kenamaan semisal al bukhori, imam muslim, Abu Dawud, al Tirmidzi, al Nasa’i, serta Ibnu Majah.11[11]
b. Perhatiannya dan pemikiran al hakim terhadap ilmu hadist
Dalam perjalanan hidupnya selama 84 tahun, al hakim telah melakukan kiprah yang memberi
kontribusi cukup besar dalam bidang hadits melalui karya monumentalnya, al Mustadrak ‘ala al
shohihaini. Dalam catatan sejarah, al hakim telah berguru kepada 1000 orang ahli hadist lebih. Ibnu
Hiban, al Daruqutni, dan abu ali an Nasaiburi merupakan guru beliau yang amat ia segani dan
mempunyai kedudukan tersendiri di mata beliau disamping karena intensitas pertemuannya dengan al
hakim namun karena mereka cukup handal.
Berbeda dengan ulama’-ulama’ sebelumnya ( pasca at-turmudzi ), al hakim tidak mengklasifikasi
hadist menjadi sahih, hasan, dan dhoif. Ia justru membagi hadist menjadi 2, yakni hadist shahih dan dhoif,
dalam pandangan beliau hadist hasan masuk dalam kategori sahih.12[12]
c. Karya-karyanya
Al hakim merupakan tokoh intelektual muslim abad ke-4 H yang memegang komitmen
keilmuannya. Diantara karya-karyanya: Tahrij al sahihaini, tarikh an nasaibur, fadhail imam Syafi’i,
fadhail syuyukh, al mustadrak ‘ala al sahihaini, al madhal ila iklil dan sebagainya. diantara karyanya
yang terkenal dihadapan kita adalah Al Mustadrak ala al shahihain, al madkhal ila iklil dan ma’rifah fi
‘ulum al hadist

9. Imam al Darimi ( 181- 225 H )


a. Biografi Imam Al Darimi
Beliau bernama lengkap Abdurrahman ibn Abdirrahman ibn al Fadhl ibn Bahram ibn Abdish
Shamad, kuniyahnya abu Muhammad. Ia juga dinisbatkan kepada Tamimi, yaitu qabilah dimana ia
bernaung, juga dinisbatkan dengan al Darimi, yaitu nisbat kepada Darim ibn Malik dari bani Tamim.
Beliau dilahirkan pada tahun 181 H di kota Samarkand, irak. Sejak kecil beliau dikaruniai
kecerdasan otak sehingga mudah paham dan hafal setiap apa yang ia dengar.
Beliau wafat pada hari Tarwiyah tahun 255 H, setelah shalat ashar. Ia dikubur pada hari jum’at
yang bertepatan dengan hari arafah. Ketika wafat berusia 75 tahun.
b. Perhatian dan pemikirannya terhadap ilmu hadits
Al Darimi adalah sosok yang gigih dalam mencari hadist dan diakui oleh kebanyakan ulama’
hadist. Salah satu kitabnya yang berjudul “al hadist al musnad al marfu’ wa al mauquf wa al maqthu’
yang beliau susun dengan sistematika bab-bab fikih, sehingga kitab ini popular dengan sebutan “sunan al
darimi “.
c. karya-karyanya
Karya beliau yang popular adalah kitab hadist yang diberi judul “al hadist al musnad al marfu’
wa al mauquf wa al maqthu’ atau yang terkenal dengan sunan al Darimi. Disamping itu al Darimi juga
menyusun kitab tafsir dan kitab ensiklopedi (al Jami’). Namun, pada masa kini tidak bisa kita temukan
lagi keberadaannya.

Imam Ahmad bin Hanbal

Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam atas Rasululullah.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mengutus bagi umat ini pada setiap seratus tahun seseorang yang akan
memperbarui agamanya” [HR Abu Dawud, dishahihkan Al Hakim dan yang lain]. Diantara mujaddid (pembaru)
dalam Islam adalah Imam Ahmad bin Hanbal (abad ke-3 hijriah), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (akhir abad ke-7),
dan Syaikhul Islam Muhammad bin Abdilwahab (abad ke-12) –rahimahumullah-. Tulisan kali ini akan membahas
secara ringkas biografi Imam Ahmad, sedang biografi untuk kedua syaikhul Islam akan menyusul insyaallah.

Nama dan Kelahiran

Nama beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy Syaibani. Beliau dilahirkan di Baghdad tahun 164 H.
Ayah beliau meninggal saat beliau berumur 3 tahun. Lalu beliau diasuh oleh Ibunya.

Perjalanan Menuntut Ilmu

Saat masih belia, beliau menghadiri majelis qadhi Abu Yusuf. Kemudian beliau fokus belajar hadits. Saat itu umur
beliau sekitar 16 tahun. Kemudian beliau haji beberapa kali, kemudian tinggal di Makah dua kali. Kemudian beliau
safar menemui Abdurrozaq di Yaman dan belajar darinya. Beliau telah berkelana ke negeri-negeri dan penjuru
dunia. Beliau mendengar hadits dari ulama-ulama besar saat itu. Mereka (para ulama) bangga dan memuliakan
beliau. [Lihat bidayah wa nihayah, hal 14/381-383]

Ibnu Jauzi berkata, “Ahmad (bin Hanbal) –semoga Allah meridhoinya- mulai menuntut ilmu dari para masyayikh di
Baghdad. Lalu beliau pergi ke Kufah, Bashroh, Makah, Madinah, Yaman, Syam dan Jazirah. Beliau menulis dari
para ulama setiap negeri” [Manaqib Imam Ahmad hal.46]

Keilmuan Beliau

Imam Ahmad memiliki ilmu yang sangat luas. Berikut ini beberapa perkataan ulama tentangnya. Ibrahim al Harbiy
rahimahullah berkata, “Saya melihat Ahmad bin Hanbal seolah-olah Allah mengumpulkan pada dirinya ilmu orang
yang terdahulu dan yang terakhir pada setiap bidang ilmu. Dia berkata sesuai yang dikehendakinya dan menahan
yang dikehendakinya”
Ahmad bin Sa’id Ar Roziy berkata, “Saya belum pernah melihat orang yang lebih hafal hadits Rasulullah dan lebih
memahami fikih dan maknanya dari Abi Abdillah Ahmad bin Hanbal” [Manaqib Imam Ahmad hal.90]

Abu Zur’ah berkata, “Ahmad bin Hanbal hafal satu juta hadits”. Lalu dikatakan kepadanya, “Bagaimana Anda
mengetahui?” Dia (Abu Zur’ah) menjawab, “Saya belajar padanya, saya mengambil darinya beberapa bab”

Amal dan Akhlaq beliau

Dahulu para salafus salih belajar ilmu dan amal secara bersamaan. Mereka belajar sekaligus mengamalkan ilmu
mereka. Dikatakan dalam sebuah perkataan hikmah ‘Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah’. Allah berfirman,
“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Baqoroh:
282). Begitu pula Imam Ahmad. Beliau dikenal dengan ilmu yang luas, amal salih dan akhlaq yang utama.

Ibnu Jauzi menyembutkan, Abdullah bin Ahmad (bin Hanbal) berkata, “Sesungguhnya bapakku adalah orang yang
paling sabar diatas tauhid. Tidak melihatnya seorang pun kecuali dia di masjid atau menghadiri jenazah atau
mengunjungi orang yang sakit. Beliau tidak suka berjalan di pasar”

Beliau juga mengatakan “Dahulu bapakku sholat dalam sehari semalam sebanyak 300 rekaat, setelah beliau sakit
karena cambukan (saat dipenjara-pentj) maka hal itu melemahkannya. Beliau sholat sehari semalam sebanyak 150
rekaat. Saat itu umur beliau mendekati 80 tahun. Beliau membaca tiap hari sepertujuh dari al Qur’an, sehingga
katam dalam tiap tujuh hari. Beliau memiliki kataman (dalam sholat malam) setiap tujuh malam, selain (yang
dibaca) pada sholat siang. Setelah sholat Isya’ beliau tidur sebentar lalu berdiri sholat sampai subuh dan berdo’a.”

Hal luar biasa yang menunjukkan keistiqomahan beliau adalah saat terjadi fitnah khalqul qur’an. Yaitu fitnah
dimana beliau dan para ulama’ yang lainnya dipaksa untuk mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Padahal
al Qur’an adalah kalamullah (firman Allah), bukan makhluq. Beliau tetap istiqomah dan sabar meski dipenjara dan
dicambuk. Fitnah ini berlangsung dalam 3 masa kekhalifahan secara berturut-turut: Al Ma’mun, Al Mu’tashim dan
Al Watsiq. Alhamdulillah Allah menolong beliau dan menunjukkan beliaulah yang diatas kebenaran.

Madzab beliau dan Ushulnya

Madzab-madzab ahlussunnah seluruhnya adalah madzab yang haq, terutama madzab imam yang empat: Abu
Hanifah, Malik, Asy Syafi’I dan Ahmad. Setiap madzab ini memiliki ciri khas. Adapun ciri khas yang membedakan
madzab imam Ahmad dari yang lainnya adalah dekatnya dengan nash (dalil) dan fatwa-fatwa para sahabat
Rasulullah.

Ushul (pokok) madzhab beliau ada lima:

1. Nash (dalil Al Qur’an maupun As Sunnah). Jika ada nash maka beliau berfatwa sesuai nash tersebut. Beliau
tidak menghiraukan apapun dan siapapun yang menyelisihinya.
2. Fatwa sahabat. Yaitu jika terdapat fatwa/pendapat salah seorang sahabat Rasulullah dan tidak diketahui ada
sahabat lain yang menyelisihi pada hal tersebut.
3. Jika fatwa sahabat berbeda satu dengan yang lainnya maka diambil yang paling mendekati Al Qur’an dan
As Sunnah dan tidak keluar dari perdapat mereka. Tidak belum jelas bagi beliau mana pendapat yang
sesuai dengan dalil maka beliau mengatakan ada khilaf dan tidak menjazm (memastikan) qoul/pendapat
beliau.
4. Mengambil marasil dan hadits yang lemah jika tidak ada yang menentangnya, dan mengedepankan hal ini
atas qiyas. Tetapi yang dimaksud hadits lemah oleh beliau adalah (lemah yang masih) bagian dari hadits
yang sahih atau hasan, bukan hadits batil, mungkar atau hadits yang riwayatnya tertuduh.
5. Qiyas. Qiyas digunakan saat darurat yaitu jika tidak terdapat hal diatas.

Karangan beliau

Ibnu Qoyyim mengatakan, “Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah sangat tidak menyukai menyusun kitab. Beliau
menyukai menulis hadits. Beliau sangat tidak suka perkataannya ditulis. Allah mengetahui baiknya niat dan maksud
beliau. Perkataan dan fatwa-fatwa beliau ditulis mencapai lebih dari 30 kitab. Allah menganugerahi kita dari
kebanyakannya dan tidak hilang (tulisan-tulisan tersebut) kecuali sedikit. Dan dikumpulkan nash-nash beliau di Al
Jami’ al Kabir sehingga sampai sekitar 20 kitab atau lebih. Diriwayatkan pula fatwa-fatwa dan masa’il beliau dan
dibicarakan (dibahas) dari generasi ke generasi. Beliau pun menjadi imam dan qudwah ahlussunnah…” [I’lamul
Muwaqi’in, 1/28]

Diantara karangan beliau:

– Al Musnad dalam hadits. Imam Ahmad berkata pada anaknya, “Hafalkanlah karena sesungguhnya dia akan
menjadi imam bagi manusia”
– At Tafsir, tediri dari sekitar 120 ribu hadits dan atsar.

– An Nasikh wa Al Mansukh

– At Tarikh

– Al Muqoddam wa Al Muawwal fil Qur’an

– Jawabaati Al Qur’aniyah

– Al Manasik Al Kabir wa Al Shaghir.

– Az Zuhd

– Ar Rad ‘ala Al Jahmiyah

Wafat

Beliau meninggal malam Jum’at, malam ke-12 bulan Rabi’ul Awwal 241H. Jenazah beliau dihadiri dan disholatkan
oleh manusia yang begitu banyak jumlahnya. Dikatakan dalam sebuat riwayat yang mensholati beliau sekitar 1 juta,
dalam riwayat yang lain bahkan sampai 1.6 juta. Semoga Allah merahmati beliau dan memberi balasan yang sebaik-
baiknya.

Anda mungkin juga menyukai