Sebagaimana diketahui bahwa sanad itu adalah rawi –rawi hadist yang dijadikan sandaran oleh
pentahrij hadist dalam mengemukakan suatu matan hadist, nilai suatu hadist sangat dipengaruhi oleh: hal
– hal., sifat-sifat, tingkah laku, biografi, mazhab-mazhab yang dianutnya dan cara menerima dan
menyampaikan hadist dari para rawi.
Salah satu cabang ilmu rijalul hadist adalah ilmu tawarihir ruwah yang membahas tentang kapan
dan dimana seorang rawi itu dilahirkan, dari siapa ia menerima hadits, siapa orang yang pernah
mengambil hadist dari padanya, dan akhirnya diterangkan pula kapan dan dimana ia wafat.
Berikut ini sekilas biografi tentang tokoh al kutub al tis'ah yang meliputi : Imam al Bukhori,
Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam at-Tirmidzi, Imam an-Nasa’i, Imam Ibnu Majah, Imam Malik,
imam Hakim, dan Imam al Darimi.
1. Imam Al Bukhari ( 194-252 H/810-870 M )
a. Riwayat Hidup Imam Al Bukhari
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Almughroh bin
Al Bardizbah Al bukhoro, adalah ulama’ hadist yang sangat masyhur, kelahiran Bukhara, suatu kota di
Uzbekistan, wilayah uni soviet, yang merupakan simpang jalan antara rusia, Persi, Hindia, dan
Tiongkok.1[1]
Beliau dilahirkan setelah selesai sholat jum’at pada tanggal 13 syawal 194 h (810 M). seorang
muhaditsin yang jarang tandingannya ini, sangat wara’, sedikit makan, banyak membaca al-Qur’an baik
siang maupun malam, serta gemar berbuat kebajikan kepada murid-muridnya. Ayahnya adalah seorang
ulama’ hadist yang pernah belajar dibawah bimbingan sejumlah tokoh termasyhur sat itu seperti Anas bin
Malik, Hammad ibnu Zaid, dan ibnu Mubarak.2[2]
Imam Al-Bukhori wafat pada malam sabtu selesai sholat isya’, tepatnya pada malam Idul fithri
tahun 252 h (870 M) dan dikebumikan di Khirtank, Samarkand.
b. Karya-karya imam al bukhori
karya-karya beliau banyak sekali, diantaranya :
1) Al Jami’ah Musnad Al Shohih Al Mukhtashar Min Umur Rasulillah Wa Sunanih Wa Ayyamihi yang
biasa di sebut “Shahih Bukhori”. yakni kumpulan hadist – hadist yang beliau persiapkan selama 16 tahun
lamanya. Kitab ini berisikan hadist–hadist shahih secara keseluruhan.
Banyak ulama’ yang membuat syarah dari shohih Bukhori antara lain :3[3]
a) Ibnu hajar ( w. 856 H ) mengarang Fathul Bari
b) Al Ayni Al hanafi (wafat 855 H ) mengarang Umdah al Qari’
c) Qasthalani ( wafat 923 H ) mengarang Irsyad Al syari’
d) Jalaluddin al suyuthi ( wafat 911 H ) mengarang At Tausyih
2) Qadhaya Al Shohabah Wa At Tabi’in. kitab ini disusun ketika berusia 18 tahun, dan sekarang tidak
diketahui keberadaannya.
3) Al Tarikhu Al Kabir ( 8 jilid ) yang telah terbit tiga kali
4) Al Tarikhu Al Autsah
5) Al Adabu Al Munfarid, Birru Al Walidain, dan sebagainya.
c. Perhatian beliau terhadap ilmu hadist
Disaat usianya beliau belum mencapai sepuluh tahun, Imam Al Bukhori telah mulai belajar
hadist, sehingga tidak mengherankan ketika berusia 16 tahun telah hafal matan sekaligus rawi dari
beberapa buah kitab karangan ibnu mubarak dan waqi’.4[4] Beliau merantau ke negeri syam, mesir,
jazirah arab sampai dua kali, ke Bashrah empat kali, ke hijaz bermukim enam tahun, dan pergi ke
Baghdad bersama ahli para hadist yang lain sampai 8 kali. Menurut pengakuannya, kitab hadist yang
ditulisnya membutuhkan jumlah guru tidak kurang dari 1.080 orang guru hadist.5[5]
Beliau telah memperoleh hadist dari beberapa hafidh, antara lain: Maky bin Ibrahim, Abdullah
bin Usman Al Mawarzy, Abdullah bin Musa, Abu Ashim Asy syaibani, dan Muhammad bin Abdullah Al
Anshori. Ulama’-. ulama’ besar yang mengambil hadist dari beliau antara lain : Imam Muslim, Abu
Zur’ah, At-Turmudzi, Ibnu Khuzaimah dan An-Nasa’i.
2. Imam Muslim ( 204 – 216 H/820-875 M)
a. Riwayat Hidup Imam Muslim
Nama lengkap beliau adalah Abu Al Husain Muslim bin Al Hajaj bin Muslim bin Kausaz Al
Qusyairi Al Naisaburi. Beliau dinisbatkan kepada Naisaburi karena dilahirkan di Naisabur, Iran. Ia
dilahirkan pada tahun 204 H ( 820 M ) dan wafat pada hari ahad bulan rajab tahun 261 H ( 875 M ) dan
dimakamkan di Naisabur.
b. Perhatian beliau terhadap ilmu hadist
Imam Muslim belajar hadist pada usia kurang lebih 12 tahun yaitu pada tahun 218 H (833 M ).
Beliau pernah pergi ke hijaz, irak, syam, mesir dan tempat-tempat lain untuk memperdalam tentang ilmu
hadist.
Ulama’- ulama’ besar yang pernah berguru kepada beliau seperti : Abu Hatim, Musa bin Haran,
Abu Isa At-Tirmidzi, Yahya ibnu Said, ibnu Khuzaimah, Awwanah, dan Ahmad ibnu Al Mubarak.
c. Karya-karya imam muslim
Diantara karya-karya beliau adalah :
1) Shahih Muslim, kitab ini berisikan sebanyak 7.273 buah hadist, termasuk yang diulang-ulang, kalau
dikurangi yang diulang maka tinggal 4.000 buah hadist. Kitab sahih muslim ini yang paling terkenal.
Diantara sekian kitab yang memberi syarah terhadap kitab itu adalah Imam Nawawi ( wafat 672 H ), yang
diberi judul al manhaj fi syarh shahih muslim ibnu hajaj.
2) Musnadul Kabir, kitab yang menerangkan tentang nama-nama Rijalul hadist
3) al Jami’ul Kabir
4) Kitabul I’lal wa kitabu auhamil muhaditsin
5) Kitabut tamyiz, kitabu man laisa lahu illa rawin wahidun, kitab al thabaqat al thabi’in dan kitab
muhadhoromin.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mengutus bagi umat ini pada setiap seratus tahun seseorang yang akan
memperbarui agamanya” [HR Abu Dawud, dishahihkan Al Hakim dan yang lain]. Diantara mujaddid (pembaru)
dalam Islam adalah Imam Ahmad bin Hanbal (abad ke-3 hijriah), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (akhir abad ke-7),
dan Syaikhul Islam Muhammad bin Abdilwahab (abad ke-12) –rahimahumullah-. Tulisan kali ini akan membahas
secara ringkas biografi Imam Ahmad, sedang biografi untuk kedua syaikhul Islam akan menyusul insyaallah.
Nama beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy Syaibani. Beliau dilahirkan di Baghdad tahun 164 H.
Ayah beliau meninggal saat beliau berumur 3 tahun. Lalu beliau diasuh oleh Ibunya.
Saat masih belia, beliau menghadiri majelis qadhi Abu Yusuf. Kemudian beliau fokus belajar hadits. Saat itu umur
beliau sekitar 16 tahun. Kemudian beliau haji beberapa kali, kemudian tinggal di Makah dua kali. Kemudian beliau
safar menemui Abdurrozaq di Yaman dan belajar darinya. Beliau telah berkelana ke negeri-negeri dan penjuru
dunia. Beliau mendengar hadits dari ulama-ulama besar saat itu. Mereka (para ulama) bangga dan memuliakan
beliau. [Lihat bidayah wa nihayah, hal 14/381-383]
Ibnu Jauzi berkata, “Ahmad (bin Hanbal) –semoga Allah meridhoinya- mulai menuntut ilmu dari para masyayikh di
Baghdad. Lalu beliau pergi ke Kufah, Bashroh, Makah, Madinah, Yaman, Syam dan Jazirah. Beliau menulis dari
para ulama setiap negeri” [Manaqib Imam Ahmad hal.46]
Keilmuan Beliau
Imam Ahmad memiliki ilmu yang sangat luas. Berikut ini beberapa perkataan ulama tentangnya. Ibrahim al Harbiy
rahimahullah berkata, “Saya melihat Ahmad bin Hanbal seolah-olah Allah mengumpulkan pada dirinya ilmu orang
yang terdahulu dan yang terakhir pada setiap bidang ilmu. Dia berkata sesuai yang dikehendakinya dan menahan
yang dikehendakinya”
Ahmad bin Sa’id Ar Roziy berkata, “Saya belum pernah melihat orang yang lebih hafal hadits Rasulullah dan lebih
memahami fikih dan maknanya dari Abi Abdillah Ahmad bin Hanbal” [Manaqib Imam Ahmad hal.90]
Abu Zur’ah berkata, “Ahmad bin Hanbal hafal satu juta hadits”. Lalu dikatakan kepadanya, “Bagaimana Anda
mengetahui?” Dia (Abu Zur’ah) menjawab, “Saya belajar padanya, saya mengambil darinya beberapa bab”
Dahulu para salafus salih belajar ilmu dan amal secara bersamaan. Mereka belajar sekaligus mengamalkan ilmu
mereka. Dikatakan dalam sebuah perkataan hikmah ‘Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah’. Allah berfirman,
“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Baqoroh:
282). Begitu pula Imam Ahmad. Beliau dikenal dengan ilmu yang luas, amal salih dan akhlaq yang utama.
Ibnu Jauzi menyembutkan, Abdullah bin Ahmad (bin Hanbal) berkata, “Sesungguhnya bapakku adalah orang yang
paling sabar diatas tauhid. Tidak melihatnya seorang pun kecuali dia di masjid atau menghadiri jenazah atau
mengunjungi orang yang sakit. Beliau tidak suka berjalan di pasar”
Beliau juga mengatakan “Dahulu bapakku sholat dalam sehari semalam sebanyak 300 rekaat, setelah beliau sakit
karena cambukan (saat dipenjara-pentj) maka hal itu melemahkannya. Beliau sholat sehari semalam sebanyak 150
rekaat. Saat itu umur beliau mendekati 80 tahun. Beliau membaca tiap hari sepertujuh dari al Qur’an, sehingga
katam dalam tiap tujuh hari. Beliau memiliki kataman (dalam sholat malam) setiap tujuh malam, selain (yang
dibaca) pada sholat siang. Setelah sholat Isya’ beliau tidur sebentar lalu berdiri sholat sampai subuh dan berdo’a.”
Hal luar biasa yang menunjukkan keistiqomahan beliau adalah saat terjadi fitnah khalqul qur’an. Yaitu fitnah
dimana beliau dan para ulama’ yang lainnya dipaksa untuk mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Padahal
al Qur’an adalah kalamullah (firman Allah), bukan makhluq. Beliau tetap istiqomah dan sabar meski dipenjara dan
dicambuk. Fitnah ini berlangsung dalam 3 masa kekhalifahan secara berturut-turut: Al Ma’mun, Al Mu’tashim dan
Al Watsiq. Alhamdulillah Allah menolong beliau dan menunjukkan beliaulah yang diatas kebenaran.
Madzab-madzab ahlussunnah seluruhnya adalah madzab yang haq, terutama madzab imam yang empat: Abu
Hanifah, Malik, Asy Syafi’I dan Ahmad. Setiap madzab ini memiliki ciri khas. Adapun ciri khas yang membedakan
madzab imam Ahmad dari yang lainnya adalah dekatnya dengan nash (dalil) dan fatwa-fatwa para sahabat
Rasulullah.
1. Nash (dalil Al Qur’an maupun As Sunnah). Jika ada nash maka beliau berfatwa sesuai nash tersebut. Beliau
tidak menghiraukan apapun dan siapapun yang menyelisihinya.
2. Fatwa sahabat. Yaitu jika terdapat fatwa/pendapat salah seorang sahabat Rasulullah dan tidak diketahui ada
sahabat lain yang menyelisihi pada hal tersebut.
3. Jika fatwa sahabat berbeda satu dengan yang lainnya maka diambil yang paling mendekati Al Qur’an dan
As Sunnah dan tidak keluar dari perdapat mereka. Tidak belum jelas bagi beliau mana pendapat yang
sesuai dengan dalil maka beliau mengatakan ada khilaf dan tidak menjazm (memastikan) qoul/pendapat
beliau.
4. Mengambil marasil dan hadits yang lemah jika tidak ada yang menentangnya, dan mengedepankan hal ini
atas qiyas. Tetapi yang dimaksud hadits lemah oleh beliau adalah (lemah yang masih) bagian dari hadits
yang sahih atau hasan, bukan hadits batil, mungkar atau hadits yang riwayatnya tertuduh.
5. Qiyas. Qiyas digunakan saat darurat yaitu jika tidak terdapat hal diatas.
Karangan beliau
Ibnu Qoyyim mengatakan, “Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah sangat tidak menyukai menyusun kitab. Beliau
menyukai menulis hadits. Beliau sangat tidak suka perkataannya ditulis. Allah mengetahui baiknya niat dan maksud
beliau. Perkataan dan fatwa-fatwa beliau ditulis mencapai lebih dari 30 kitab. Allah menganugerahi kita dari
kebanyakannya dan tidak hilang (tulisan-tulisan tersebut) kecuali sedikit. Dan dikumpulkan nash-nash beliau di Al
Jami’ al Kabir sehingga sampai sekitar 20 kitab atau lebih. Diriwayatkan pula fatwa-fatwa dan masa’il beliau dan
dibicarakan (dibahas) dari generasi ke generasi. Beliau pun menjadi imam dan qudwah ahlussunnah…” [I’lamul
Muwaqi’in, 1/28]
– Al Musnad dalam hadits. Imam Ahmad berkata pada anaknya, “Hafalkanlah karena sesungguhnya dia akan
menjadi imam bagi manusia”
– At Tafsir, tediri dari sekitar 120 ribu hadits dan atsar.
– An Nasikh wa Al Mansukh
– At Tarikh
– Jawabaati Al Qur’aniyah
– Az Zuhd
Wafat
Beliau meninggal malam Jum’at, malam ke-12 bulan Rabi’ul Awwal 241H. Jenazah beliau dihadiri dan disholatkan
oleh manusia yang begitu banyak jumlahnya. Dikatakan dalam sebuat riwayat yang mensholati beliau sekitar 1 juta,
dalam riwayat yang lain bahkan sampai 1.6 juta. Semoga Allah merahmati beliau dan memberi balasan yang sebaik-
baiknya.