Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
SEMESTER VI – EKSTENSI
2023 M / 1444 H
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diterima oleh Nabi Muhammad ﷺ. di
mana jika kita membacanya akan dinilai sebagai ibadah. Ketika mempelajari al-Qur’an
pasti mengenal disiplin ilmu yang disebut dengan ilmu qira’at atau ilmu yang mempelajari
tentang tata cara membaca al-Qur’an. Dalam praktiknya, ilmu qira’at terpecah menjadi
beberapa bagian dengan imam-imam tertentu. Pada tulisan ini, penulis akan membahas
tentang ilmu qira’at Imam Ya’qub al-Hadramy, terkait dengan biografi imam, kaidah
qira’at, farsy al-huruf, dan lain sebagainya. Imam Ya'qub mempunyai nama lengkap
Muhammad Ya'qub bin Ishaq bin Yazid bin Abdullah bin Abi Ishaq Al-Hadhrami Al-
Bashri.
B. PENDAHULUAN
Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur'an untuk dijadikan sebagai pedoman hidup umat Islam,
yang merupakan mukjizat terbesar yang diterima oleh Nabi Muhammad ﷺ. Dalam mempelajari
Al-Qur'an tentu seseorang tidak lepas dari ilmu qira’at, yakni ilmu tentang tata cara membaca Al-
Qur'an. Meski telah banyak kajian tentang ilmu qira’at namun hal ini masih perlu untuk dipahami
lebih lanjut karena mengingat banyaknya ragam cara membaca Al-Qur'an, baik pelafalan huruf,
tanda washal atau waqaf, dan lain sebagainya. Sebagai imam qira’at, Imam Ya'qub mempunyai
banyak kaidah khusus atau yang disebut dengan farsy al-huruf, di antaranya Imam Ya'qub
membaca al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 165 dengan memberi harakat kashrah pada hamzah
inna. Selain itu Imam Ya'qub membaca al-Qur'an surat at-Taubah ayat 40 dengan menashabkan
huruf Ta, yang awalnya ِى ۡالعُ ۡليَا ِ َو َك ِل َمةُ هmenjadi ِى ۡالعُ ۡليَا
َ ّٰللا ه ِ و َك ِل َمةَ ه.
َ ّٰللا ه َ
Imam Ya'qub sendiri lahir di Bashrah tahun 162 H dan wafat pada usia 88 tahun, tepatnya
pada tahun 250 H. Di antara guru-gurunya adalah Abi al-Mundir Sallam, Syihab bin Syurnafah
al-Majasyi'i, Abi Yahya Mahdi, serta Abi al-Ashab Ja'far. Murid-muridnya adalah Zaid, Ahmad
Umar, Abu Basyar, dan lain-lain. Adapun perawi qira’at Imam Ya'qub Al-Hadhrami yaitu Rauh
dan Ruwais. Mengingat akan pentingnya mempelajari ilmu qira’at, tulisan ini akan mengkaji
cabang ilmu qira’at Imam Ya'qub al-Hadramy dan segala hal yang berkaitan di dalamnya.
C. BIOGRAFI IMAM YA’QUB AL-HADRAMY DAN RAWINYA
Nama lengkap Ya’qub al-Hadhrami adalah Muhammad Ya’qub bin Ishaq bin Yazid bin
Abdullah bin Abi Ishaq al-Hadhrami al-Bashri. Panggilan akrabnya ialah Abu Muhammad.
Beliau lahir pada tahun 162 H di Bashrah dan wafat pada tahun 250 H di usia 88 tahun. Beliau
merupakan seorang ulama di bidang Qira’at al-Qur’an dan merupakan Imam Qira’at kesembilan
dari Imam Qira’at Sepuluh dan berasal dari kalangan tabi’in. Beliau memiliki garis keturunan
sebagai ahli qira’at karena bapak hingga buyutnya adalah para pemuka ahli qira’at.1
Sejak kecil hingga beranjak remaja, beliau dibimbing oleh orang tuanya dengan tempaan
ilmu dan pengetahuan yang agamis yang menjadikan beliau menjadi intelektual muda yang
dihormati, terutama dalam bidang Al-Qur’an. Selain dari orang tuanya, beliau juga menempa
ilmu dari para pembesar ulama Bashrah. Imam Ya’qub dalam bidang al-Qur’an dan qira’at belajar
kepada:
1. Abi al-Mundzir Sallam bin Sulaiman al-Thawil al-Muzani (w.171 H). Sallam belajar
kepada empat orang, yaitu Abu Amr al-Bashri, Ashim bin Abi al-Najud, Ashim Abi al-
Shabbah al-Jahdari dan Yunus bin Ubaid bin Dinar al-Bashri. Al-Jahdari dan Yunus
belajar kepada Imam Hasan al-Bashri. Selain itu, Al-Jahdari juga belajar kepada Abdullah
bin Abbas.
2. Syihab bin Syurnafah al-Majasyi’i wafat pada 162 H. Belajar kepada dua imam, yakni
Abi Abdillah Harun bin Musa al-Atki al’A’war al-Nahwi (198 H), Harun belajar kepada
al-Jahdari, Abi Amr al-Bashri, Abdullah bin Abi Ishaq al-Hadhrami (kakeknya Imam
Ya’qub) dan Yahya bin Ya’mur Nashr bin Ashim. Serta imam yang kedua ialah Al-Ma’la
bin Isa belajar dari Al-Jahdari.
3. Abi Yahya Mahdi bin Maimun wafat pada 171 H, belajar kepada Syuaib bin al-Habhab
al-Bashri (130 H) dan Abi al-Aliyah al-Riyahi.
4. Abi Al-Asyhab Ja’far bin Hayyan al-Atharidi wafat pada 165 H, belajar kepada Abi Raja’
Imran bin Malhan al-Athridi (105 H) dari Abi Musa al-Asy’ari dari Nabi Muhammad ﷺ.
1
https://islam.nu.or.id/ diakses pada 24 Mei pukul 22.00
Selain dari keempat imam di atas, beliau juga sempat belajar langsung tanpa perantara
kepada Imam Abu Amr al-Bashri, yang merupakan imam keempat qira’at sab’ah. Adapun
beberapa murid-murid beliau antara lain: Zaid (putra saudaranya), Ahmad Umar al-Siraj, Abu
Basyar al-Qathtan, Muslim bin Sufyan al-Mufassir, Muhammad bin al-Mutawakkil (Ruwais),
Rauh bin Abdul Mu’min, Abu Hatim al-Sijistani, Ayyub bin al-Mutawakkil, Ahmad bin
Muhammad al-Zajjad, Ahmad Syadzan, serta Abu Umar al-Duri.
1. Ruwais, Nama aslinya Abu Abdillah Muhammad ibn al-Mutawakil al-Lu’lu al-Bashri.
Dikenal dengan panggilan Abu Abdillah dan julukannya Ruwais. Perjalanan
intelektualnya diawali dari satu guru ke guru lainnya yang berada di kampung halaman
beliau. Di antara murid-murid Imam Ya’qub, Ruwais termasuk murid yang cerdas. Imam
al-Zuhri memastikan kebenaran status Imam Ruwais dengan bertanya kepada Abu Hatim
apakah benar Ruwais belajar kepada Imam Ya’qub, dan Abu Hatim menjawab, iya dia
belajar dan membaca bersama kami, bahkan menghatamkan al-Qur’an beberapa kali.
Setelah menempa ilmu kepada Imam Ya’qub, Ruwais kemudian membuka majelis
pengajian di kampung halamannya. Beberapa muridnya, yaitu Muhammad bin Harun al-
Timar, Abu Abdillah al-Zubair bin Ahmad al-Zubairi al-Syafi’i. Beliau tinggal di Bani
Mazin dan wafat di Bashrah pada tahun 205/238 H
2. Rauh, Nama aslinya Abu Hasan Rauh ibn Abdul Mukmin al-Bashri al-Nahwi, dikenal
dengan nama Abu al-Hasan. Termasuk murid senior Imam Ya’qub yang paling tsiqah.
Selain belajar kepada Imam Ya’qub, beliau juga belajar bagaimana meriwayatkan
beberapa bacaan (huruf) kepada Ahmad bin Musa dan Abdullah bin Muadz. Keduanya
belajar langsung dari Abu Amr al-Bashri. Beliau wafat pada tahun 234 H.
2
Misnawati, “Qira’at Al-Qur’an dan Pengaruhnya Terhadap Istimbath Hukum”, Jurnal Mudarrisuna, Vol. 4 No. 1,
2014, hlm. 95
3
Al-Qur'an Surat Al-Fatihah (Terjemahan Indonesia) - SINDOnews Kalam
b) Ha’ Dhamir
Setiap ha’ dhamir pada qiraat Ya’qub dibaca dhommah (baik mudzakkar maupun
muannats), Membaca dengan men-dhamahkan-kan Ha' ( )هـDhamir Jama' Mudzakkar, bila terjadi
setelah Ya ( )يsukun (mati), seperti فِي ِهمdan َعلَ ۡي ِه ۡم, (dibaca فِي ُهمdan ) َعلَ ۡي ُهم, men-dhammah-kan setiap
Ha' ( )هـDhamir Jama' Muannats, bila terjadi setelah Ya' ( )يsukun seperti َعلَ ۡي ِهنdan فِي ِهن, (dibaca
َعلَ ۡي ُهنdan )فِي ُهن, mendhammahkan setiap Ha' ( )هـDhamir Mutsanna, bila terjadi setelah Ya' ( )يsukun
seperti فِي ِه َما, (dibaca )فِي ُه َما, dan bagi riwayat Ruwais membaca dengan men-dhammah-kan Ha' ()هـ
dhamir Jama', bila terjadi setelah Ya' ( )يsukun, tetapi Ya' ( )يnya dibuang, karena 'Aridl Jazem atau
bina', seperti أ َ َولَم َيك ِف ِهم، َفاست َف ِت ِهم
c) Basmalah
Imam Ya’qub membaca Basmalah dalam 3 cara, yaitu :4
a. Menyambung basmalah dengan ayat sebelumnya
b. Saktah tanpa basmalah
c. Washal tanpa basmalah
Antara surat al-Anfal dan at-Taubah imam Ya’qub juga membaca 3 wajah, yaitu waqaf,
washal dan saktah.
d) Mim Jamak
Mim Jamak dibaca mengikuti harakat huruf ha’ sebelumnya. Jika harakat sebelumnya
dhommah maka mim dibaca dhommah, begitu juga dengan kasroh.
f) Idgham Kabir
Dalam bab Idgham kabir ada ikhtilaf antara riwayat imam Ruwais dan Imam Rauh
a. Menurut riwayat imam Ruwais
4
www.islamweb.net Ushul Qira’at Ruh dan Ruwais dari Ya’qub
1. Membaca Idgham kabir ketika بbertemu ب
g) Ikhtilash
Bagi rawayat Ruwais, membaca ikhtilash pada Ha' ( )هـAl-Kinayah, yakni dengan membaca
Ha' ( )هـMaksurah dengan kasrah yang sempurna tanpa isyba', dalam lafazh ِب َي ِد ِۦهkapan saja
terjadi;
i) Tashil
a. Bagi riwayat Ruwais, membaca dengan men-tashil-kan Hamzah ( )ءyang kedua yang
berkumpul dalam satu kalimat, tanpa memasukkan Alif (;)ا
b. Bagi riwayat Ruwais, membaca dengan men-tasbilkan Hamzah ( )ءyang kedua yang
berkumpul dalam dua kalimat yang sama-sama harakatnya. Adapun yang berbeda
harakatnya, beliau membacanya dengan merubah yang keduanya sebagaimana yang dibaca
oleh Abu Amr;
j) Waqaf
بِ َم، ل َِم، مِ م، لَدَي، علَي ِهن َ َ يَا أ، يَا َحس َرت َى، فِي َم، عم
َ َوه، َوه َُو، سفَى إِلَي
َ ، ِي َ
k) Ya' ()ي
Membaca,
نَرفَ ُع دَ َر َجات َمن نَشَا ُء
Pada Ya' ( )يpada نَرفَ ُعdan َمن نَشَاءpada tempat Nun ( )نyang ada pada keduanya;
l) Ya' Idhafat
m) Ya' Zaidah
Menetapkan Ya' ( )ي- Ya' ( )يzaidah yang ada pada pangkal ayat ketika washal atau waqaf,
َ فَ ََل ت َف، فَ ََل ت َست َع ِجلُو ِن.
seperti ض ُحو ِن
َ فَ ََل ت َف, )فَ ََل تَستَع ِجلُونِيsebagaimana menetapkan pada yang lainnya dari apa yang tidak
(dibaca ض ُحونِي
ada pada pangkal ayat;
n) Inna
Membaca,
َ َّلِل َجمِ يعًا َوأَن ّٰللا
ِ ش ِديدُ العَذَا
ب ِ ِ َ أَن القُوة
Dengan meng-kasrah-kan إِنdalam dua tempat, (dibaca َ ب إِن القُوة
ِ شدِيدُ العَذَا
َ َ)ّلِل َجمِ يعًا َوإِن هللا.
ِ ِ
o) Surat Al-An’am
Membaca,
عد ًوا
َ ّٰللا ُ فَ َي
َ سبُّوا ه
Dalam surat Al-An'am, dengan men-dhammah-kan Ain ( )عdan Dal () د, dan men-tasydid-kan
Wau ( ) وyang dibaca fathah, (dibaca عد ًُّوا
ُ );
p) Surat Thaha
Membaca,
َ أَن يُق
ُضى ِإ َليكَ َوحيَه
Dalam surat Thaha, dengan (mengganti) Nun ( )نyang berharakat fathah pada tempat Ya’ ()ي
yang berharakat dhammah, dengan meng-kasrah-kan Dhad ( )ضdan me-nashab-kan pada Ya’
( )يpada ضى َ (dibaca ُي ِإ َليكَ َوحيَه
َ يُقdan me-nashab-kan Ya’ ( )يpada ُوحيَه, ِ )مِ ن أَن نَق.
َ ض
q) Surat At-Taubah
Membaca,
ِي العُليَا ِ َو َك ِل َمةُ ه
َ ّٰللا ه
r) Naql
Di dalam surat an-Najm pada ayat { }عادا األولىimam Ya’qub membaca naql, yaitu dengan
mengganti harakat hamzah yang di dhommah-kan pada huruf lam dan meng-idhom-kan tanwin
sebelum lam kepada lam.
Ketika berhenti pada lafadz { }عاداdan memulai pada lafadz { }األولىmaka boleh mengawali
dan mengganti beserta tetapnya hamzah washol atau meninggalkan hamzah washol, boleh juga
mengawali dengan yang asal tanpa memindah, dan itu adalah yang lebih utama.
Dalam bab naql imam Rauh dan Ruwais membaca sama, namun (ada sedikit tambahan) pada
bacaan imam ruwais yaitu, beliau membaca khusus pada ayat { }من استبرقdalam surat Ar-
Rahman dengan mengganti hamzah dengan nun dan menjatuhkan hamzah.
s) Saktah
Imam Ya’qub tidak membaca saktah seperti imam Hafs pada lafadz { }عوجاقيماdalam surat
al-Kahfi, { }ممر قدنا هذاdalam surat Yasiin, { }من راقdalam surat al-Qiyamah, { }بل رانpada surat
al-Muthoffifin.
Namun imam Ya’qub meng-idgham-kan nun nya lafadz { }منdan lam nya lafadz { }بلpada
huruf ra’ sesudahnya.
t) Imalah
Imam Rauh meng-imalah-kan lafadz { }عمىpada surah al-Isro’ dan meng-imalah-kan alif
nya lafadz { }الكافرينpada ayat { }من قوم كافرينsurat an-Naml, seperti imam Ruwais yang meng-
imalah-kan semua alif nya lafadz { }الكافرينyang ada didalam al-Qur’an. Dan imam Rauh tidak
meng-imalah-kan alif nya lafadz { }مجراهاpada surat Hud berbeda dengan qira’atnya imam Hafs.
Contoh : [ أت مدون ن بمالsurat an-Naml]
E. BACAAN FARSY AL-HURUF DALAM QIRA’AT IMAM YA’QUB AL-
HADRAMY
Farsy al-Huruf atau yang biasa disebut dengan kaidah khusus merupakan sebuah rumusan
atau aturan bacaan suatu lafadz oleh Imam Qira’at yang hanya dapat diberlakukan pada surat
atau ayat tertentu di dalam al-Qur’an.5 Berbeda dengan kaidah umum atau kaidah ushuliyyah
yang menjelaskan bacaan Imam Qira’at pada suatu hukum bacaan yang dapat diberlakukan di
mana saja dalam al-Qur’an.
Adapun kaidah khusus atau Farsy al-Huruf dalam qira’at Imam Ya’qub al-Hadramy ialah
sebagai berikut:
1. Pada lafadz الصراطbaik dalam isim ma’rifah atau isim nakirah yang terdapat dalam surah
al-Fatihah cara membaca Imam Ya’qub dari riwayat Ruwaisy dibaca dengan mengganti
huruf ( صshad) menggunakan huruf ( سsin). 6
ِ شد ِۡيدُ ۡالعَذَا
2. Pada lafadz ب ِ اَن ۡالقُوة َ ِ هyang terdapat dalam surah al-Baqarah ayat
َ ّلِل َجمِ ۡيعًا ۙ واَن ه
َ ّٰللا
165, Imam Ya’qub membacanya dengan memberi harakat kasrah pada hamzah inna
dalam kedua tempat tersebut. Sehingga membacanya menjadi ُشد ِۡيد ِ اِن ۡالقُوة َ ِ ه
َ ّلِل َجمِ ۡيعًا ۙ واِن ه
َ ّٰللا
ۡ 7
ِ ال َعذَا.
ب
َ ن َۡرفَ ُع دَ َرجٰ ت م ۡن نyang terdapat dalam surah Yusuf ayat 76, Imam Ya’qub
3. Pada lafadz شا ٓ ُء
membacanya dengan mengganti huruf ( نnun) dengan huruf ( يya’) pada lafadz ن َۡرفَ ُع
(narfa’u) menjadi ( يَ ۡرفَ ُعyarfa’u) dan pada lafadz شا ٓ ُء
َ ( نnasya’u) menjadi شا ٓ ُء
َ ( يyasya’u)
َ يَ ۡرفَ ُع دَ َرجٰ ت م ۡن ي.8
sehingga menjadi شا ٓ ُء
4. Pada lafadz ع ۡد ًوا
َ ّٰللا ُ َ فَيyang terdapat dalam surah al-An’am ayat 108, Imam Ya’qub
َ سبُّوا ه
membacanya dengan memberi harakat dhammah pada huruf ‘( عain) dan ( دdal), serta
memberi tasydid terhadap huruf ( وwaw) yang di-fathah-kan, sehingga menjadi ّٰللا ُ فَ َي
َ سبُّوا ه
عد ًُّوا
ُ .9
5. Pada lafadz ۖ مِ ۡن قَ ۡب ِل اَ ۡن ي ُّۡقضٰ ٓ ى اِلَ ۡيكَ َو ۡحيُهyang terdapat dalam surah Thaha ayat 114, Imam
Ya’qub membacanya dengan menempatkan huruf ( نnun) yang di-fathah-kan pada huruf
( يya’) yang di-dhammah-kan, juga dengan memberikan harakat kasrah pada huruf ض
5
Ahmad Fathoni, Mengenal Kaidah dan Istilah dalam Ilmu Qira’at, Sosio-Religia, Vol. 8, No. 4, Agustus 2009, hlm.
1063.
6
Abdul Fattah Al-Qodli, Tarikh Al-Qurra' al-‘Asyrah wa Ruwwatuhum wa Tawaturu Qira’atihim wa Manhaju Kullin
fi al-Qira'ah, al-Azhar: Rais lajnah tashhih al-mashahifi, 1419 H/1998, hlm. 45
7
Ibid., hlm. 45
8
Ibid., hlm. 46
9
Ibid., hlm. 46
(dhad), dan me-nashab-kan huruf ( يya’) sehingga jadilah lafadz ى ِ ( ن َۡقnaqdhiya), dan
َ ض
me-nashab-kan huruf ( يya’) di dalam lafadz ( َوحۡ َيهwahyah), sehingga menjadi مِ ۡن قَ ۡب ِل ا َ ۡن
ى اِلَ ۡيكَ َو ۡحيَه ِ ن َۡق.10
َ ض
6. Pada lafadz ِى ۡالعُ ۡليَا ِ َو َك ِل َمةُ هyang terdapat dalam surah al-Taubah ayat 40, Imam Ya’qub
َ ّٰللا ه
membacanya dengan me-nashab-kan huruf ( تta’) sehingga menjadi ِى ۡالعُ ۡليَا ِ و َك ِل َمةَ ه.
َ ّٰللا ه َ
11
F. KESIMPULAN
Sejauh kajian kami mengenai ilmu qiraat Imam Ya’qub al-Hadhrami dapat ditarik
kesimpulan bahwa beliau mempunyai nama lengkap Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq bin
Yazid bin Abdullah bin Abi Ishaq al-Hadhrami al-Bashri. Beliau lahir di Bashrah ada tahun 162
H dan wafat pada tahun 250 H. Tentang studinya di bidang al-Qur’an dan ilmu qiraat beliau
belajar kepasa Abi al-Mundzir bin Sallam, Syihab bin Syurnafah, Abi Yahya Mahdi bin
Maimun, Abi al-Asyhab Ja’far bin Hayyan, dan Imam Abu Amr al-Bashri. Setelah itu beliau
punyai beberapa murid, diantaranya adalah Zaid, Ahmad Umar al-Siraj, Abu Basyar al Qathan,
dan lain sebagainya.
Dalam qiraat Imam Ya’qub al-Hadhrami terdapat beberapa kaidah umum dan kaidah
khusus. Kaidah umumnya yakni pembahasan tentang Q.S al-Fatihah, lafal basmalah, dan
idgham kabir. Sedangkan kaidah khususnya terdiri dari 6 pokok pembahasan sebagaimana
tertera di atas. Untuk perawi qiraatnya yaitu Ruwais dan Rauh, Wallahu A’lam.
10
Ibid., hlm. 46
11
Ibid., hlm. 46
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, Ahmad. Mengenal Kaidah dan Istilah dalam Ilmu Qira’at. Sosio-Religia, Vol.
8, No. 4, Agustus 2009.