Anda di halaman 1dari 11

Studi dan Kaidah Qira’at Imam Ya’qub al-Hadramy

Mata Kuliah Ilmu Qira’at

Dosen Pengampu :

Apud Saputra, S.Th.I., S.Pd.I.

Disusun oleh :

Mochamad Dody Al-Fayed


(202031037)

SEMESTER VI – EKSTENSI

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH BOGOR

2023 M / 1444 H
A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diterima oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. di
mana jika kita membacanya akan dinilai sebagai ibadah. Ketika mempelajari al-Qur’an
pasti mengenal disiplin ilmu yang disebut dengan ilmu qira’at atau ilmu yang mempelajari
tentang tata cara membaca al-Qur’an. Dalam praktiknya, ilmu qira’at terpecah menjadi
beberapa bagian dengan imam-imam tertentu. Pada tulisan ini, penulis akan membahas
tentang ilmu qira’at Imam Ya’qub al-Hadramy, terkait dengan biografi imam, kaidah
qira’at, farsy al-huruf, dan lain sebagainya. Imam Ya'qub mempunyai nama lengkap
Muhammad Ya'qub bin Ishaq bin Yazid bin Abdullah bin Abi Ishaq Al-Hadhrami Al-
Bashri.

B. PENDAHULUAN

Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur'an untuk dijadikan sebagai pedoman hidup umat Islam,
yang merupakan mukjizat terbesar yang diterima oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Dalam mempelajari
Al-Qur'an tentu seseorang tidak lepas dari ilmu qira’at, yakni ilmu tentang tata cara membaca Al-
Qur'an. Meski telah banyak kajian tentang ilmu qira’at namun hal ini masih perlu untuk dipahami
lebih lanjut karena mengingat banyaknya ragam cara membaca Al-Qur'an, baik pelafalan huruf,
tanda washal atau waqaf, dan lain sebagainya. Sebagai imam qira’at, Imam Ya'qub mempunyai
banyak kaidah khusus atau yang disebut dengan farsy al-huruf, di antaranya Imam Ya'qub
membaca al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 165 dengan memberi harakat kashrah pada hamzah
inna. Selain itu Imam Ya'qub membaca al-Qur'an surat at-Taubah ayat 40 dengan menashabkan
huruf Ta, yang awalnya ‫ِى ۡالعُ ۡليَا‬ ِ ‫ َو َك ِل َمةُ ه‬menjadi ‫ِى ۡالعُ ۡليَا‬
َ ‫ّٰللا ه‬ ِ ‫و َك ِل َمةَ ه‬.
َ ‫ّٰللا ه‬ َ
Imam Ya'qub sendiri lahir di Bashrah tahun 162 H dan wafat pada usia 88 tahun, tepatnya
pada tahun 250 H. Di antara guru-gurunya adalah Abi al-Mundir Sallam, Syihab bin Syurnafah
al-Majasyi'i, Abi Yahya Mahdi, serta Abi al-Ashab Ja'far. Murid-muridnya adalah Zaid, Ahmad
Umar, Abu Basyar, dan lain-lain. Adapun perawi qira’at Imam Ya'qub Al-Hadhrami yaitu Rauh
dan Ruwais. Mengingat akan pentingnya mempelajari ilmu qira’at, tulisan ini akan mengkaji
cabang ilmu qira’at Imam Ya'qub al-Hadramy dan segala hal yang berkaitan di dalamnya.
C. BIOGRAFI IMAM YA’QUB AL-HADRAMY DAN RAWINYA

Nama lengkap Ya’qub al-Hadhrami adalah Muhammad Ya’qub bin Ishaq bin Yazid bin
Abdullah bin Abi Ishaq al-Hadhrami al-Bashri. Panggilan akrabnya ialah Abu Muhammad.
Beliau lahir pada tahun 162 H di Bashrah dan wafat pada tahun 250 H di usia 88 tahun. Beliau
merupakan seorang ulama di bidang Qira’at al-Qur’an dan merupakan Imam Qira’at kesembilan
dari Imam Qira’at Sepuluh dan berasal dari kalangan tabi’in. Beliau memiliki garis keturunan
sebagai ahli qira’at karena bapak hingga buyutnya adalah para pemuka ahli qira’at.1

Sejak kecil hingga beranjak remaja, beliau dibimbing oleh orang tuanya dengan tempaan
ilmu dan pengetahuan yang agamis yang menjadikan beliau menjadi intelektual muda yang
dihormati, terutama dalam bidang Al-Qur’an. Selain dari orang tuanya, beliau juga menempa
ilmu dari para pembesar ulama Bashrah. Imam Ya’qub dalam bidang al-Qur’an dan qira’at belajar
kepada:

1. Abi al-Mundzir Sallam bin Sulaiman al-Thawil al-Muzani (w.171 H). Sallam belajar
kepada empat orang, yaitu Abu Amr al-Bashri, Ashim bin Abi al-Najud, Ashim Abi al-
Shabbah al-Jahdari dan Yunus bin Ubaid bin Dinar al-Bashri. Al-Jahdari dan Yunus
belajar kepada Imam Hasan al-Bashri. Selain itu, Al-Jahdari juga belajar kepada Abdullah
bin Abbas.
2. Syihab bin Syurnafah al-Majasyi’i wafat pada 162 H. Belajar kepada dua imam, yakni
Abi Abdillah Harun bin Musa al-Atki al’A’war al-Nahwi (198 H), Harun belajar kepada
al-Jahdari, Abi Amr al-Bashri, Abdullah bin Abi Ishaq al-Hadhrami (kakeknya Imam
Ya’qub) dan Yahya bin Ya’mur Nashr bin Ashim. Serta imam yang kedua ialah Al-Ma’la
bin Isa belajar dari Al-Jahdari.
3. Abi Yahya Mahdi bin Maimun wafat pada 171 H, belajar kepada Syuaib bin al-Habhab
al-Bashri (130 H) dan Abi al-Aliyah al-Riyahi.
4. Abi Al-Asyhab Ja’far bin Hayyan al-Atharidi wafat pada 165 H, belajar kepada Abi Raja’
Imran bin Malhan al-Athridi (105 H) dari Abi Musa al-Asy’ari dari Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

1
https://islam.nu.or.id/ diakses pada 24 Mei pukul 22.00
Selain dari keempat imam di atas, beliau juga sempat belajar langsung tanpa perantara
kepada Imam Abu Amr al-Bashri, yang merupakan imam keempat qira’at sab’ah. Adapun
beberapa murid-murid beliau antara lain: Zaid (putra saudaranya), Ahmad Umar al-Siraj, Abu
Basyar al-Qathtan, Muslim bin Sufyan al-Mufassir, Muhammad bin al-Mutawakkil (Ruwais),
Rauh bin Abdul Mu’min, Abu Hatim al-Sijistani, Ayyub bin al-Mutawakkil, Ahmad bin
Muhammad al-Zajjad, Ahmad Syadzan, serta Abu Umar al-Duri.

Imam Ya’qub al-Hadhrami meriwayatkan qira’atnya kepada dua orang2, yakni:

1. Ruwais, Nama aslinya Abu Abdillah Muhammad ibn al-Mutawakil al-Lu’lu al-Bashri.
Dikenal dengan panggilan Abu Abdillah dan julukannya Ruwais. Perjalanan
intelektualnya diawali dari satu guru ke guru lainnya yang berada di kampung halaman
beliau. Di antara murid-murid Imam Ya’qub, Ruwais termasuk murid yang cerdas. Imam
al-Zuhri memastikan kebenaran status Imam Ruwais dengan bertanya kepada Abu Hatim
apakah benar Ruwais belajar kepada Imam Ya’qub, dan Abu Hatim menjawab, iya dia
belajar dan membaca bersama kami, bahkan menghatamkan al-Qur’an beberapa kali.
Setelah menempa ilmu kepada Imam Ya’qub, Ruwais kemudian membuka majelis
pengajian di kampung halamannya. Beberapa muridnya, yaitu Muhammad bin Harun al-
Timar, Abu Abdillah al-Zubair bin Ahmad al-Zubairi al-Syafi’i. Beliau tinggal di Bani
Mazin dan wafat di Bashrah pada tahun 205/238 H
2. Rauh, Nama aslinya Abu Hasan Rauh ibn Abdul Mukmin al-Bashri al-Nahwi, dikenal
dengan nama Abu al-Hasan. Termasuk murid senior Imam Ya’qub yang paling tsiqah.
Selain belajar kepada Imam Ya’qub, beliau juga belajar bagaimana meriwayatkan
beberapa bacaan (huruf) kepada Ahmad bin Musa dan Abdullah bin Muadz. Keduanya
belajar langsung dari Abu Amr al-Bashri. Beliau wafat pada tahun 234 H.

D. KAIDAH USHUL QIRA’AT IMAM YA’QUB AL-HADRAMY


Beliau mempunyai cara membaca pada setiap dua surat seperti apa yang dibaca
oleh Abi 'Amr dari cara-caranya;
a) Al fatihah
a. Basmallah tidak termasuk fatihah
b. Harakat Ha' pada 3‫ عليهم‬dibaca dhommah jadi (‘alaihum)

2
Misnawati, “Qira’at Al-Qur’an dan Pengaruhnya Terhadap Istimbath Hukum”, Jurnal Mudarrisuna, Vol. 4 No. 1,
2014, hlm. 95
3
Al-Qur'an Surat Al-Fatihah (Terjemahan Indonesia) - SINDOnews Kalam
b) Ha’ Dhamir
Setiap ha’ dhamir pada qiraat Ya’qub dibaca dhommah (baik mudzakkar maupun
muannats), Membaca dengan men-dhamahkan-kan Ha' ( ‫ )هـ‬Dhamir Jama' Mudzakkar, bila terjadi
setelah Ya (‫ )ي‬sukun (mati), seperti ‫ فِي ِهم‬dan ‫ َعلَ ۡي ِه ۡم‬, (dibaca ‫ فِي ُهم‬dan ‫) َعلَ ۡي ُهم‬, men-dhammah-kan setiap
Ha' ( ‫ )هـ‬Dhamir Jama' Muannats, bila terjadi setelah Ya' (‫ )ي‬sukun seperti ‫ َعلَ ۡي ِهن‬dan ‫ فِي ِهن‬, (dibaca
‫ َعلَ ۡي ُهن‬dan ‫)فِي ُهن‬, mendhammahkan setiap Ha' (‫ )هـ‬Dhamir Mutsanna, bila terjadi setelah Ya' (‫ )ي‬sukun
seperti ‫ فِي ِه َما‬, (dibaca ‫)فِي ُه َما‬, dan bagi riwayat Ruwais membaca dengan men-dhammah-kan Ha' (‫)هـ‬
dhamir Jama', bila terjadi setelah Ya' (‫ )ي‬sukun, tetapi Ya' (‫ )ي‬nya dibuang, karena 'Aridl Jazem atau
bina', seperti ‫ أ َ َولَم َيك ِف ِهم‬، ‫َفاست َف ِت ِهم‬

c) Basmalah
Imam Ya’qub membaca Basmalah dalam 3 cara, yaitu :4
a. Menyambung basmalah dengan ayat sebelumnya
b. Saktah tanpa basmalah
c. Washal tanpa basmalah
Antara surat al-Anfal dan at-Taubah imam Ya’qub juga membaca 3 wajah, yaitu waqaf,
washal dan saktah.

d) Mim Jamak
Mim Jamak dibaca mengikuti harakat huruf ha’ sebelumnya. Jika harakat sebelumnya
dhommah maka mim dibaca dhommah, begitu juga dengan kasroh.

Contoh : - Mim dibaca dhommah : ‫ ويؤتيهم هللا‬،‫عليهم القتال‬


-Mim dibaca kasroh :‫ بهم االسباب‬،‫في قلوبهم العجل‬
e) Idgham
Membaca dengan meng-idgham-kan seperti As-Susi dalam sebagian huruf-huruf yang sama
(Mutamatsilain), seperti (‫ب‬
ِ ‫ب بِال َجن‬ َ kemudian dalam surat An-Nisa' (‫)ال قِبَ َل لَ ُهم بِ َها‬
ِ ِ‫)والصاح‬ َ dan dalam
surat An-Naml (‫)أتُمِ دُّون َِن بِ َمال‬.

f) Idgham Kabir
Dalam bab Idgham kabir ada ikhtilaf antara riwayat imam Ruwais dan Imam Rauh
a. Menurut riwayat imam Ruwais

4
www.islamweb.net Ushul Qira’at Ruh dan Ruwais dari Ya’qub
1. Membaca Idgham kabir ketika ‫ ب‬bertemu ‫ب‬

Contoh : ‫[ ؤالصاحب بالجنب‬surat an-Nisa’]

2. Membaca Idgham kabir ketika ‫ ك‬bertemu ‫ك‬

Contoh : ‫ إنك كنت‬، ‫ ونذ كرك كثيرا‬، ‫[ كي نسبحك كثيرا‬surat Taaha]

b. Menurut riwayat imam Rauh

1. Membaca Idgham kabir ketika ‫ ب‬bertemu ‫ب‬

Contoh : ‫[ ؤالصاحب بالجنب‬surat an-Nisa’]

2. . Membaca Idgham kabir ketika ‫ ت‬bertemu ‫ت‬

Contoh : ‫[ فبايءاالءربك تتمارا‬surat an-Najm]

3. Membaca Idgham kabir ketika ‫ ن‬bertemu ‫ن‬

Contoh : ‫[ تمدؤنن بمال‬surat an naml]

g) Ikhtilash

Bagi rawayat Ruwais, membaca ikhtilash pada Ha' (‫ )هـ‬Al-Kinayah, yakni dengan membaca
Ha' (‫ )هـ‬Maksurah dengan kasrah yang sempurna tanpa isyba', dalam lafazh ‫ ِب َي ِد ِۦه‬kapan saja
terjadi;

h) Qashar dan Tawassuth

Membaca dengan meng-qashar-kan Madd Jaiz Munfashil dan men-tawassuth-kan Madd


Wajib Muttashil, dengan ukuran panjang 4 harakat;

i) Tashil

a. Bagi riwayat Ruwais, membaca dengan men-tashil-kan Hamzah (‫ )ء‬yang kedua yang
berkumpul dalam satu kalimat, tanpa memasukkan Alif (‫;)ا‬
b. Bagi riwayat Ruwais, membaca dengan men-tasbilkan Hamzah (‫ )ء‬yang kedua yang
berkumpul dalam dua kalimat yang sama-sama harakatnya. Adapun yang berbeda
harakatnya, beliau membacanya dengan merubah yang keduanya sebagaimana yang dibaca
oleh Abu Amr;
j) Waqaf

Waqaf pada lafadz-lafadz ini dengan Ha' (‫ )هـ‬saktah

‫ بِ َم‬، ‫ ل َِم‬، ‫ مِ م‬، ‫ لَدَي‬، ‫علَي ِهن‬ َ َ ‫ يَا أ‬، ‫ يَا َحس َرت َى‬، ‫ فِي َم‬، ‫عم‬
َ ‫ َوه‬،‫ َوه َُو‬، ‫سفَى إِلَي‬
َ ، ‫ِي‬ َ

k) Ya' (‫)ي‬

Membaca,
‫نَرفَ ُع دَ َر َجات َمن نَشَا ُء‬

Pada Ya' (‫ )ي‬pada ‫ نَرفَ ُع‬dan ‫ َمن نَشَاء‬pada tempat Nun (‫ )ن‬yang ada pada keduanya;

l) Ya' Idhafat

Men-sukun-kan sebagian Ya' (‫ )ي‬idhafat dan mem-fathah-kan sebagian yang lainnya;

m) Ya' Zaidah

Menetapkan Ya' (‫ )ي‬- Ya' (‫ )ي‬zaidah yang ada pada pangkal ayat ketika washal atau waqaf,
َ ‫ فَ ََل ت َف‬، ‫ فَ ََل ت َست َع ِجلُو ِن‬.
seperti ‫ض ُحو ِن‬

َ ‫ فَ ََل ت َف‬,‫ )فَ ََل تَستَع ِجلُونِي‬sebagaimana menetapkan pada yang lainnya dari apa yang tidak
(dibaca ‫ض ُحونِي‬
ada pada pangkal ayat;

n) Inna

Membaca,
َ َ‫ّلِل َجمِ يعًا َوأَن ّٰللا‬
ِ ‫ش ِديدُ العَذَا‬
‫ب‬ ِ ِ َ ‫أَن القُوة‬
Dengan meng-kasrah-kan ‫ إِن‬dalam dua tempat, (dibaca َ ‫ب إِن القُوة‬
ِ ‫شدِيدُ العَذَا‬
َ َ‫)ّلِل َجمِ يعًا َوإِن هللا‬.
ِ ِ

o) Surat Al-An’am

Membaca,
‫عد ًوا‬
َ ‫ّٰللا‬ ُ ‫فَ َي‬
َ ‫سبُّوا ه‬
Dalam surat Al-An'am, dengan men-dhammah-kan Ain (‫ )ع‬dan Dal (‫) د‬, dan men-tasydid-kan
Wau (‫ ) و‬yang dibaca fathah, (dibaca ‫عد ًُّوا‬
ُ );

p) Surat Thaha

Membaca,
َ ‫أَن يُق‬
ُ‫ضى ِإ َليكَ َوحيَه‬
Dalam surat Thaha, dengan (mengganti) Nun (‫ )ن‬yang berharakat fathah pada tempat Ya’ (‫)ي‬
yang berharakat dhammah, dengan meng-kasrah-kan Dhad (‫ )ض‬dan me-nashab-kan pada Ya’
(‫ )ي‬pada ‫ضى‬ َ (dibaca ُ‫ي ِإ َليكَ َوحيَه‬
َ ‫ يُق‬dan me-nashab-kan Ya’ (‫ )ي‬pada ُ‫وحيَه‬, ِ ‫)مِ ن أَن نَق‬.
َ ‫ض‬

q) Surat At-Taubah

Membaca,
‫ِي العُليَا‬ ِ ‫َو َك ِل َمةُ ه‬
َ ‫ّٰللا ه‬

َ ‫)و َك ِل َمةَ هللاِ ه‬


Dalam surat At-Taubah, dengan me-nashab-kan Ta' (‫)ت‬, (dibaca ‫ِي العُليَا‬ َ

r) Naql

Di dalam surat an-Najm pada ayat {‫ }عادا األولى‬imam Ya’qub membaca naql, yaitu dengan
mengganti harakat hamzah yang di dhommah-kan pada huruf lam dan meng-idhom-kan tanwin
sebelum lam kepada lam.

Ketika berhenti pada lafadz {‫ }عادا‬dan memulai pada lafadz {‫ }األولى‬maka boleh mengawali
dan mengganti beserta tetapnya hamzah washol atau meninggalkan hamzah washol, boleh juga
mengawali dengan yang asal tanpa memindah, dan itu adalah yang lebih utama.

Dalam bab naql imam Rauh dan Ruwais membaca sama, namun (ada sedikit tambahan) pada
bacaan imam ruwais yaitu, beliau membaca khusus pada ayat {‫ }من استبرق‬dalam surat Ar-
Rahman dengan mengganti hamzah dengan nun dan menjatuhkan hamzah.

s) Saktah

Imam Ya’qub tidak membaca saktah seperti imam Hafs pada lafadz {‫ }عوجاقيما‬dalam surat
al-Kahfi, {‫ }ممر قدنا هذا‬dalam surat Yasiin, {‫ }من راق‬dalam surat al-Qiyamah, {‫ }بل ران‬pada surat
al-Muthoffifin.

Namun imam Ya’qub meng-idgham-kan nun nya lafadz {‫ }من‬dan lam nya lafadz {‫ }بل‬pada
huruf ra’ sesudahnya.

t) Imalah

Imam Rauh meng-imalah-kan lafadz {‫ }عمى‬pada surah al-Isro’ dan meng-imalah-kan alif
nya lafadz {‫ }الكافرين‬pada ayat {‫ }من قوم كافرين‬surat an-Naml, seperti imam Ruwais yang meng-
imalah-kan semua alif nya lafadz {‫ }الكافرين‬yang ada didalam al-Qur’an. Dan imam Rauh tidak
meng-imalah-kan alif nya lafadz {‫ }مجراها‬pada surat Hud berbeda dengan qira’atnya imam Hafs.
Contoh : ‫[ أت مدون ن بمال‬surat an-Naml]
E. BACAAN FARSY AL-HURUF DALAM QIRA’AT IMAM YA’QUB AL-
HADRAMY

Farsy al-Huruf atau yang biasa disebut dengan kaidah khusus merupakan sebuah rumusan
atau aturan bacaan suatu lafadz oleh Imam Qira’at yang hanya dapat diberlakukan pada surat
atau ayat tertentu di dalam al-Qur’an.5 Berbeda dengan kaidah umum atau kaidah ushuliyyah
yang menjelaskan bacaan Imam Qira’at pada suatu hukum bacaan yang dapat diberlakukan di
mana saja dalam al-Qur’an.

Adapun kaidah khusus atau Farsy al-Huruf dalam qira’at Imam Ya’qub al-Hadramy ialah
sebagai berikut:

1. Pada lafadz ‫ الصراط‬baik dalam isim ma’rifah atau isim nakirah yang terdapat dalam surah
al-Fatihah cara membaca Imam Ya’qub dari riwayat Ruwaisy dibaca dengan mengganti
huruf ‫( ص‬shad) menggunakan huruf ‫( س‬sin). 6
ِ ‫شد ِۡيدُ ۡالعَذَا‬
2. Pada lafadz ‫ب‬ ِ ‫ اَن ۡالقُوة َ ِ ه‬yang terdapat dalam surah al-Baqarah ayat
َ ‫ّلِل َجمِ ۡيعًا ۙ واَن ه‬
َ ‫ّٰللا‬
165, Imam Ya’qub membacanya dengan memberi harakat kasrah pada hamzah inna
dalam kedua tempat tersebut. Sehingga membacanya menjadi ُ‫شد ِۡيد‬ ِ ‫اِن ۡالقُوة َ ِ ه‬
َ ‫ّلِل َجمِ ۡيعًا ۙ واِن ه‬
َ ‫ّٰللا‬
ۡ 7
ِ ‫ال َعذَا‬.
‫ب‬
َ ‫ ن َۡرفَ ُع دَ َرجٰ ت م ۡن ن‬yang terdapat dalam surah Yusuf ayat 76, Imam Ya’qub
3. Pada lafadz ‫شا ٓ ُء‬
membacanya dengan mengganti huruf ‫( ن‬nun) dengan huruf ‫( ي‬ya’) pada lafadz ‫ن َۡرفَ ُع‬
(narfa’u) menjadi ‫( يَ ۡرفَ ُع‬yarfa’u) dan pada lafadz ‫شا ٓ ُء‬
َ ‫( ن‬nasya’u) menjadi ‫شا ٓ ُء‬
َ ‫( ي‬yasya’u)
َ ‫يَ ۡرفَ ُع دَ َرجٰ ت م ۡن ي‬.8
sehingga menjadi ‫شا ٓ ُء‬
4. Pada lafadz ‫ع ۡد ًوا‬
َ ‫ّٰللا‬ ُ َ‫ فَي‬yang terdapat dalam surah al-An’am ayat 108, Imam Ya’qub
َ ‫سبُّوا ه‬
membacanya dengan memberi harakat dhammah pada huruf ‫‘( ع‬ain) dan ‫( د‬dal), serta
memberi tasydid terhadap huruf ‫( و‬waw) yang di-fathah-kan, sehingga menjadi ‫ّٰللا‬ ُ ‫فَ َي‬
َ ‫سبُّوا ه‬
‫عد ًُّوا‬
ُ .9
5. Pada lafadz ۖ‫ مِ ۡن قَ ۡب ِل اَ ۡن ي ُّۡقضٰ ٓ ى اِلَ ۡيكَ َو ۡحيُه‬yang terdapat dalam surah Thaha ayat 114, Imam
Ya’qub membacanya dengan menempatkan huruf ‫( ن‬nun) yang di-fathah-kan pada huruf
‫( ي‬ya’) yang di-dhammah-kan, juga dengan memberikan harakat kasrah pada huruf ‫ض‬

5
Ahmad Fathoni, Mengenal Kaidah dan Istilah dalam Ilmu Qira’at, Sosio-Religia, Vol. 8, No. 4, Agustus 2009, hlm.
1063.
6
Abdul Fattah Al-Qodli, Tarikh Al-Qurra' al-‘Asyrah wa Ruwwatuhum wa Tawaturu Qira’atihim wa Manhaju Kullin
fi al-Qira'ah, al-Azhar: Rais lajnah tashhih al-mashahifi, 1419 H/1998, hlm. 45
7
Ibid., hlm. 45
8
Ibid., hlm. 46
9
Ibid., hlm. 46
(dhad), dan me-nashab-kan huruf ‫( ي‬ya’) sehingga jadilah lafadz ‫ى‬ ِ ‫( ن َۡق‬naqdhiya), dan
َ ‫ض‬
me-nashab-kan huruf ‫( ي‬ya’) di dalam lafadz ‫( َوحۡ َيه‬wahyah), sehingga menjadi ‫مِ ۡن قَ ۡب ِل ا َ ۡن‬
‫ى اِلَ ۡيكَ َو ۡحيَه‬ ِ ‫ن َۡق‬.10
َ ‫ض‬
6. Pada lafadz ‫ِى ۡالعُ ۡليَا‬ ِ ‫ َو َك ِل َمةُ ه‬yang terdapat dalam surah al-Taubah ayat 40, Imam Ya’qub
َ ‫ّٰللا ه‬
membacanya dengan me-nashab-kan huruf ‫( ت‬ta’) sehingga menjadi ‫ِى ۡالعُ ۡليَا‬ ِ ‫و َك ِل َمةَ ه‬.
َ ‫ّٰللا ه‬ َ
11

F. KESIMPULAN

Sejauh kajian kami mengenai ilmu qiraat Imam Ya’qub al-Hadhrami dapat ditarik
kesimpulan bahwa beliau mempunyai nama lengkap Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq bin
Yazid bin Abdullah bin Abi Ishaq al-Hadhrami al-Bashri. Beliau lahir di Bashrah ada tahun 162
H dan wafat pada tahun 250 H. Tentang studinya di bidang al-Qur’an dan ilmu qiraat beliau
belajar kepasa Abi al-Mundzir bin Sallam, Syihab bin Syurnafah, Abi Yahya Mahdi bin
Maimun, Abi al-Asyhab Ja’far bin Hayyan, dan Imam Abu Amr al-Bashri. Setelah itu beliau
punyai beberapa murid, diantaranya adalah Zaid, Ahmad Umar al-Siraj, Abu Basyar al Qathan,
dan lain sebagainya.

Dalam qiraat Imam Ya’qub al-Hadhrami terdapat beberapa kaidah umum dan kaidah
khusus. Kaidah umumnya yakni pembahasan tentang Q.S al-Fatihah, lafal basmalah, dan
idgham kabir. Sedangkan kaidah khususnya terdiri dari 6 pokok pembahasan sebagaimana
tertera di atas. Untuk perawi qiraatnya yaitu Ruwais dan Rauh, Wallahu A’lam.

10
Ibid., hlm. 46
11
Ibid., hlm. 46
DAFTAR PUSTAKA

Fathoni, Ahmad. Mengenal Kaidah dan Istilah dalam Ilmu Qira’at. Sosio-Religia, Vol.
8, No. 4, Agustus 2009.

Al-Qodli, Abdul Fattah. Tarikh al-Qurra' al-‘Asyrah wa Ruwwatuhum wa Tawaturu


Qira’atihim wa Manhaju Kullin fi al-Qira'ah. al-Azhar: Rais lajnah
tashhih al-mashahifi, 1419 H/1998.

Misnawati. Qira’at Al-Qur’an dan Pengaruhnya Terhadap Istimbath Hukum, Jurnal


Mudarrisuna, Vol. 4, No. 1, 2014.

Anda mungkin juga menyukai