Anda di halaman 1dari 7

     

Home  Tabi'ut Tabi'in

ALI BIN AL-MADINI*


1  29 Mei 2013

ALI BIN AL-MADINI* Oleh: Anwar Haryono Nama dan Kelahirannya Nama lengkapnya: Ali bin Abdillah bin Ja'far bin Nujaih bin
Bakar ...

 ABU MUHAMMAD BIN HAZM


 Imam Abu Hasan Al-Asy'ari

ALI BIN AL-MADINI*


Oleh: Anwar Haryono
Nama dan Kelahirannya

Nama lengkapnya: Ali bin Abdillah bin Ja'far bin Nujaih bin Bakar bin Sa'ad As-Sa'adi. Tuan kaum As-Sa'di di Bashrah adalah Urwah
bin Athiyyah As-Sa'adi. Nama panggilannya adalah Abul Hasan. Sedang ayah Ali Al-Madini seorang ulama hadits terkenal, hanya
saja hadits riwayatnya layin (lemah).
Kelahirannya: di Bashrah pada tahun 16 Hijriah.
Kedudukan dan Sajungan Para Ulama Terhadapnya 

converted by Web2PDFConvert.com
Guru Ali bin Al-Madini yang bernama Yahya bin Sa'id Al- Qaththan berkata, "Banyak orang yang mencela diriku karena aku duduk
bersama Ali bin Al-Madini. Padahal, dengan duduk bersamannya aku telah mendapatkan pengetahuan lebih banyak daripada
manfaat yang dia peroleh dariku."
Sedang gurunya yang lain yang bernama Sufyan bin 'Uyainah berkata, "sejak 60 tahun, kalau ditempat pengajianku ini tidak ada Ali
bin Al-Madini, maka aku tidak akan datang memberi pengajian."
Abu Qudamah berkata, "Aku mendengar Ali bin Al-Madini berkata, "Aku bermimpi layaknya orang bermimpi, seolah-olah bintang
kartika mendekat sehingga aku dapat meraihnya."
Abu Qudamah berkata, "Allah telah menjadikan mimpinya itu sebagai suatu kebenaran. Ali bin Al-Madini telah sampai pada suatu
tingkatan dalam bidang hadits yang belum ada seorang pun ulama bisa seperti dirinya."
Kepiawaiannya Memahami Berbagai Illat Hadits

Illat adalah suatu sebab tersembunyi dan sulit terdeteksi yang berdampak buruk pada keshahihan hadits walaupun hadits
tersebut dari luar tampak tidak mempunyai illat.
Ma'rifah Ilal Al-Hadits (mengetahui illat-illat pada hadits) termasuk cabang dari ilmu hadits yang sangat mulia, tinggi derajatnya
dan paling rumit tingkatannya. Tidak dapat menguasainya kecuali orang yang sudah hafizh, banyak pengalaman dan mempunyai
pemahaman yang cemerlang.
Abu Abdullah Al-hakim An-Naisaburi berkata, "Mengetahui illat-illat pada hadits adalah puncak pengetahuan yang pada akhirnya
akan menelurkan pengetahuan tentang hadits yang shahih, hadits berillat dan Al-jarh wa at-Ta'dil. Sesungguhnya mengetahui ilat-
ilat pada hadits kedudukannya sangat penting sekali dalam masalah hadits. Orang terdepan pembawa bendera disiplin ilmu ini
adalah Ali bin Al-Madini.
Ya, dialah yang terpandai pada zamannya di antara teman-temannya dalam masalah Illal Al-Hadits sebagai cabang yang paling
rumit dari ilmu Dirayah Al-Hadits. Ketika para ulama menyebut tentang siapa saja yang termasuk tokoh-tokoh yang berkecimpung
dalam Illal Hadits, maka orang pertama dan terdepan yang akan disebut adalah Ali bin Al-Madini.
Imam Ahmad berkata, "Orang terpandai diantara kami dalam masalah illat-illat dalam hadits adalah Ali bin Al-Madini."
Menurut Al-Hafizh, tidak dapat diragukan lagi bahwa Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim adalah orang terdepan sebagai iman di
masa mereka dan masa setelahnya dalam bidang seni hadits dalam mengetahui hadits yang shahih dan hadits yang
berillat.

Hal ini sebagaimana para ulama tidak berbeda pendapat


bahwa Ali bin Al-Madini adalah orang terpandai pada zamannya dalam masalah Illal Al-Hadits. Dari Ali bin Al-Madini inilah Imam Al-
Bukhari menuntu ilmu tersebut."
Ahmad Syakir berkata, "Ma'rifah Illal Al-Hadits merupakan cabang ilmu dalam hadits yang paling rumit, bahkan ilmu ini merupakan
pokok yang paling agung dalam mempelajari hadits. Orang tidak akan mampu menguasainya kecuali yang telah berpredikat
sebagai hafizh, berpengalaman dan mempunyai pemahaman lebih. Mereka yang menguasai jumlahnya sangat sedikit sekali,
diantaranya adalah Ali bin Al-Madini, Imam Ahmad, Imam Al-Bukhari, Ibnu Syaibah, Abi Hatim, Abu Zur'ah dan Ad-Daruquthni."
Hafalannya

Abdurrahman bin Abi Hatim pernah bertanya kepada ayahnya tentang siapakah yang paling hafizh antara Imam Ahmad dan Ali bin
Al-Madini? Ayahnya menjawab, "Keduanya sama-sama hafizh, tetapi Imam Ahmad lebih pandai dalam bidang fikih."
Abdurrahman memberitahukan bahwa ketika Muhammad bin Muslim ditanya tentang siapakah yang paling banyak hafalan
haditsnya antara Ali bin Al-Madini dan Yahya bin Ma'in, maka dia menjawab, "Ali bin Al-Madini lebih bagus memaparkan dan lebih
mutqin. Sementara, Yahya bin Ma'in lebih memahami hadits yang shahih dari hadits yang mempunyai illat."
Imam Ahmad berkata, "Ali bin Al-Madini adalah orang yang paling banyak hafalannya terhadap hadits-hadits yang panjang."
Ketika Adz-Dzahabi ingin memuji Imam Ahmad bin Hanbal, maka dia berkata, "Demi Allah, dalam ilmu fiqih dia setara dengan Al-
Laits, Malik, Asy-Syafi'I dan Abu Yusuf; dalam zuhud dan wira'I, dia sederajat dengan Al-Fudhail bin 'Iyadh dan Ibrahim bin Adham;
dalam derajat kehafidzan, dia setara dengan Syu'bah, Yahya Al-Qaththan dan Ali bin Al-Madini."
Dari sini, maka dapat dipahami bahwa Adz-Dzahabi telah menyandingkan posisi Ali bin Al-Madini dengan Syu'bah dan Yahya bin
Said Al-Qaththan dalam taraf kehafidzan. Kemudian Adz-Dzahabi menyetarakan derajat kehafidzan Imam Ahmad bin Hanbal
dengan mereka.
Sikapnya Terhadap Fitnah

converted by Web2PDFConvert.com
Dalam kisah mihnah (ujian) Al-Quran adalah makluk, Ali bin Al-Madini mengalami sebagaimana yang dialami para ulama yang
lain.dia menerima intimidasi, teror, dituduh pembangkang, dan mendapat tekanan berat dari pemerintah Bani Abbasiyah.
Sejak awal, sikapnya sudah jelas dan tetap kukuh sebagaimana para ulama yang lain meskipun deraan datang bertubi-tubi.
Namun, bencana semakin kian menghebat, mulai dari ancaman, isolasi, siksaan berikut terali besi penjara sudah bukan hal asing
lagi.
Akhirnya, dia terpaksa berbicarakepada penguasa sebagai otak pemicu munculnya fitnah bagi para ulama. Akibatnya, banyak
orang berprasangka bahwa dirinya tunduk pada statemen pemerintah tersebut. Padahal realitanya dia melakukan iu semua
karena terpaksa dan hanya zhahirnya saja, sedangkan hatinya sendiri tidak menerima.
Oleh karena itu, pada akhirnya dia menyesali sikapnya tersebut dan bertaubat. Dia nyatakan dengan jelas bahwa dirinya tetap
beriman sebagaimana yang diimani kelompok Ahlu sunnah wal jama'ah dan mengkafirkan orang-orang yang berkata bahwa Al-
Quran adalah makluk."
Ali bin Al-Madini telah memberikan isyarat pada hal tersebut sebagiamana disebutkan Abu Yusuf Al-Qalusi. Abu Yusuf berkata,
"Aku berbicara kepada Ali bin Al-Madini, "Ilmuan seperi dirimu menerima ajakan pemerintah untuk mengatakan bahwa Al-Quran itu
makluk?" Dia menjawab, "Wahai Abu yusuf, apakah kamu menganggap ringan siksaan pedang itu?"
Al-Abbas bin Abdil 'Azhim Al-Ambari berkata, "Ketika Ali bin Al-Madini berkata sambil menceritakan seseorang, maka aku berkata
kepadanya, "Sesungguhnya manusia tidak respek terhadap sikapmu, tetapi mereka hanya respek terhadap sikap Ahmad bin
Hanbal." Dia lalu berkata, "Ahmad bin Hanbal tabah dan tahan terhadap cambukan, sedangkan aku tidak."
As-Subki menambahkan dengan berkata, "Menurutku, yang benar adalah sesungguhnya dia terpaksa menerimanya karena takut
dibunuh."
Dari Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah, dia berkata, "Dua bulan sebelum meninggalnya Ali bin Al-Madini, akau telah
mendengar dia berkata, "Al-Quran adalah firman Allah dan ia bukanlah makluk. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengatakan
bahwa Al-Quran itu makluk, maka ia telah kafir."
Menurut Al-Hafizh, Imam Ahmad dan para pengikutnya telah membicarakan sikap Ali bin Al-Madini dalam kasus Al-Quran adalah
makluk' yang dipaksakan oleh pemerintah. Sementara Ali bin Al-Madini sendiri telah menyatakan bahwa dirinya terpaksa
melakukannya dan akhirnya dia bertaubat dan kembali lagi sebagaimana keyakinannya semula."
Guru dan Murid-Muridnya

Guru-gurunya: Sebagaimana disebutkan Adz-Dzahabi adalah: ayahnya sendiri, Hammad bin Zaid, Ja'far bin Sulaiman, Yazid bin
Zurai, Abdul Warits, Husyaim bin Busyair, Abdul Aziz Ad-Darawadi, Mu'tamar bin Sulaiman, Sufyan bin 'Uyainah, Jarir bin Abdil
Hamid, Al-Walid bin Muslim, Ghundar, Yahya bin Said bin Qaththan, Khalid bin Al-Harits, Muadz bin Muadz, Ibnu Wahb, Abdul A'la
As-Sami, Umar bin Thalhah bin Alqamah bin Waqqas Al-Laitsi, Muhammad bin Thalhah At-Taimi, Muawiyah bin Abdil Karim, Yusuf
bin Al-Majisun, Abdul Wahab Ats-saqafi, Hisyam bin Yusuf dan guru-guru yang lain.
Murid-muridnya: Ahmad bin Hambal, Abu Yahya Sha'iqah, Az-Za'farani, Abu Bakar Ash-Shaghani, Abu Abdilah Al-Bukhari, Hambal
bin Ishaq, Muhammad bin Yahya, Muhammad bin Ahmad bin Al-Barra', Al-Hasan bin Syubaib Al-Ma'mari, anak Ali bin Ali bin Al-
Madini yang bernama Abdullah bin Ali bin Ali Al-Madini, Hamid bin Zanjawiyah.
Juga tercatat sebagai muridnya; Shaleh bin Muhammad, Hilal bin Al-Ala', Al-Hasan Al-Bazzar, Abu Dawud Al-Harani, Ismail Al-
Qadhi, Abu Ya'la Al-Maushili, Muhammad bin Muhammad Al-Baghandi, Abul Qasim Al-Baghawi dan Abdullah bin Muhammad bin
Ayyub Al-Khatib sebagai orang yang terakhir yang meriwayatkan hadits darinya.
Karya-karyanya

Ikramullah berkata, "Sebagian besar kitab-kitab karya Ali bin Al-Madini banyak yang hilang. Hal ini sebagaimana kenyataan yang
terjadi pada karya-karya para ulama yang lain. Kitab karya Ali bin Al-Madini yang dapat ditemukan lebih sedikit jika dikomparasikan
dengan yang hilang.'
Di antara kitab-kitab karyanya adalah sebagai berikut:
1. Illal Al-Hadits wa Ma'rifat Ar-Rijal
2. Kitab tentang nama-nama para perawi dari anak sepuluh sahabat yang mendapatkan kabar gembira ditanggung masuk
jannah dan sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam yang lain.
3. Su'alat Ibnul Madini Li Yahya bin Said Al-Qaththan.
4. Abwab As-Sajdah.
5. Ikhtilaf Al-Hadits.
6. Al-Ukhuwwah Wa Al-Ukhuwwat
7. Asbab An-Nuzul

converted by Web2PDFConvert.com
8. Al-Asma' Wa Al-Kuna
9. Al-Usama Asy-Syadz
10. At-Tarikh

Meninggalnya

Para ulama berbeda pendapat tentang tanggal meninggalnya Ali bin Al-Madini. Adapun pendapat yang rajih adalah pendapat Al-
Bukhari yang mengatakan bahwa dia meninggal pada hari senin, lebih tepatnya dua hari terakhir dari bulan Dzulqa'dah pada tahun
234 Hijriyah. Keterangan iTu sebagaimana disebutkan dalam kitab At-Tabaqat Al-Kubra karya Ibnu Saad.
Tanggal meninggalnya itu sesuai dengan usia yang telah disebutkan para ahli sejarah bahwa ketika Ali bin Al-Madini meninggal,
dia berusia 73 tahun, dia meninggal di daerah Al-Askar di kota Sarra Man Ra'a.
Semoga Allah mmberikan rahmat yang luas kepadanya dan menempakan di tempat orang-orang yang dekat kepada-Nya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, keluarga dan para sahabatnya.

Like 54K people like this. Sign Up to see what your friends like.

Iklan Konten

 LABEL: Tabi'ut Tabi'in 13

 SHARE:

http://www.jurnalmuslim.com/2013/05/ali-bin-al-madini.html

RECOMMENDED FOR YOU 

Biografi IBNU RAJAB AL-HANBALI Penghulu Ulama` Madzhab Hanabilah

converted by Web2PDFConvert.com
ABU MUHAMMAD BIN HAZM

 COMMENTS
FACEBOOK: 0

0 Comments Sort by Newest

Add a comment...

Facebook Comments Plugin

Artikel Terbaru VIEW ALL 

Jurnal Muslim
54,086 likes

Like Page Share

Be the first of your friends to like this

 T e r p o p u l e r M i n g g u I n i

Kasus Penistaan Al-Qur'an oleh Ahok Mendunia, Ikatan Ulama Internasional Minta Ahok Segera Diadili 

Persatuan Tionghoa Ancam Datangkan Ratusan Ribu Personil Hadang Demo 4 November 

Tak Cukup Minta Maaf, Dahulu Ahok Keluarkan Mahasiswa UI Karena Dianggap "Menghina" Ahok 

Bela Al Quran yang Dinistai Ahok, Syaikh Ali Jaber: Saya Siap Mati di Indonesia 
converted by Web2PDFConvert.com
Syekh Ali Jaber: Berbanggalah Membela Al-Quran, Kelak Ia Menjadi Pembela Kita di Hari Kiamat 

Ingin beriklan? klik infonya disini

© 2016 Jurnalmuslim.com
All rights reserved.
Design By : Tien Ng

converted by Web2PDFConvert.com
Iklan Kirim Artikel

Contact About

Copyright Disclaimer

Sitemap Donation

   

Subscribe Newsletter
Email address... Submit

converted by Web2PDFConvert.com

Anda mungkin juga menyukai