Anda di halaman 1dari 3

Pemikiran Islam

Imam Daruqutni, Amirul Mukminin Hadits Yang


Tegas Terhadap Syiah
DES 10
Posted by bahrulum2014
Oleh Bahrul Ulum

Salah satu kitab Hadits yang menjadi pegangan umat Islam yaitu Sunan
Daruqutni. Meski kitab ini tidak sepopuler kitab Hadits milik 9 Imam
lainnya, bukan berarti ia tidak memiliki kemampuan hujjah dalam berdalil.
Apa yang shahih dari kitab ini tetap bisa dipergunakan dalam beramal dan
beribadah kepada Allah SWT.

Kitab ini merupakan karya ulama Hadits kenamaan bernama Imam Abul Hasan Ali bin Ahmad
bin Nu’man bin Dinar bin Abdillah ad-Daraqutni.

Gelar ad-Daraqutni yang disandang ulama yang lahir pada tahun 306 H ini dinisbahkan
kepada sebuah perkampungan Daraqutnun di Baghdad, Iraq.

Sebagai seorang ahli Hadits di zamannya, Daruqutni diakui sebagai ulama yang jarang
tandingannya dalam ilmu tersebut karena banyak mengetahui seluk beluk Hadist baik dha’if
ataupun shahih. Juga mengetahui kedudukan perawi sehingga ia dikenal sebagai imam ilmu
jarh wa ta’dil. Para ulama juga sepakat bahwa Daruqutni salah seorang perawi yang tsiqah.

Karena kapasitas dan otoritasnya itu, ia mendapat gelar Amirul Mu’minin dalam bidang
Hadits. Yang memberi gelar tersebut adalah al-Qadhi Abu Thayyib ath-Thabari (Siyar Alamun
Nubala 16/454]. Sedang Tajuddin as-Subki menjulukinya syaikh Ahli Hadits (Thabaqot Al
Kubro 3/462).

Al-Hafidzh Abdul Ghani pernah mengatakan bahwa manusia yang paling bagus
pembicaraannya mengenai Hadits Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam ada tiga orang, yakni
Ibnu al-Madini pada masanya, Musa bin Harun (ibnu al-Hammad) pada masanya, dan ad-
Daraqutni pada masanya.[Siyar Alamun Nubala 16/454].

Selain otoritasnya di bidang Hadits yang membuat namanya mashur, Daruqutni sebanarnya
juga seorang ahli ilmu baca al-Qur’an. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa ia orang
pertama yang menyusun karya tentang bacaan al-Qur’an sehingga mendapat julukan sebagai
ahli tajwid pertama.

Disamping itu, ia juga gigih mengkaji ilmu fiqih, sehingga sangat mahir di bidang
mahdzab-mahdzab fiqih. Ia sendiri menganut mazhab Syafi’i. Untuk memperdalam
wawasannya dalam fiqih madzhab ini, ia berguru kepada Abu Sa’id al-Ashthakhari.

Ilmu lain yang tidak luput dari perhatiannya yaitu ilmu sya’ir dan sastra. Kepiwaiannya
dalam bidang ini pun banyak yang mengakuinya. Menurut Hamzah bin Muhammad Thahir,
ad-Daraquthni mampu menghafal kumpulan sya’ir Sayid al-Humairi.

Dengan penguasaan berbagai ilmu itu Al Khatib Al Baghdadi, seorang ahli sejarah, mengatakan
bahwa ad-Daraqutni adalah imam dan ulama besar yang tiada bandingan pada masanya.

Para ulama juga mengakui bahwa aqidah ad-Daruqutni sesuai dengan aqidah salafus shalih.
Ibnu Jauzi mengatakan, para ulama sepakat aqidah yang dipegang teguh oleh Daruqutni
adalah aqidah yang sahih.

Tegas Terhadap Syiah

Ad-Daruqutni dikenal sebagai salah satu ulama yang tegas terhadap kaum yang senang
mencela para sahabat Nabi. Dalam kitabnya, ia banyak menukil Hadits Rasulullah yang
berkaitan dengan kaum Rafidah yang senang mencela sahabat.

Munculnya kaum Rafidah ini telah ia sadari ketika masyarakat di sekelilingnya mulai
mempersoalkan siapa yang lebih utama antara Ustman bin Affan dan Ali bin ABi Thalib.

Suatu ketika terdapat perselesian di antara penduduk Baghdad. Satu kelompok berpendapat
Usman lebih utama, dan satu kelompok lainnya berpendapat ‘Ali lebih utama. Lalu mereka
meminta keputusan kepadanya. Melihat situasi yang tidak kondusif, Imam Daruqutni tidak
memberikan jawaban. Namun, setelah ia berfikir bahwa persoalan ini adalah persoalan agama
maka ia kemudian memanggil mereka dan mengatakan bahwa Usman lebih utama daripada
Ali berdasarkan kesepakatan sekelompok sahabat Rasulullah. Imam Daruqutni berpendapat
bahwa ini adalah pendapat sunnah, dan ini sebagai simpul pertama yang terurai berkaitan
dengan Rafdh (Paham Rafidah).” (Siyar A’lam an-Nubala’ 16/457,458)

Imam Daruqutni pada masanya dikenal sebagai ulama yang berpegang teguh pada ajaran
Rasulullah dan para sahabat sebagaimana ulama salaf lainnya. Ketika jamannya sudah mulai
berkembang aliran-liran lain seperti Khawarij, Mu’tazilah dan Syiah Rafidah.

Imam Daruqutni sangat menghormati para ulama yang berjuang mempertahankan aqidah
Ahlu Sunnah wal Jamaah. Abul Walid al-Baji dalam kitabnya” Ikhtisar Firaq al-Fuqaha” pada
bagian Qadi bin Baqillani, menceritakan bahwa Syaikh Abu Dzar al Hawari, salah satu perawi
Bukhari tertarik mengikuti mazhab Asya’ari setelah melihat Imam Daruqutni menaruh hormat
kepada Imam Baqillani yang dikenal sebagai ulama penerus Imam Asya’ari.
Tentang iklan-iklan ini

Ketika itu Syaikh Abu Dzar sedang berjalan dengan Hafidh Daraqutni di Baghdad. Di tengah
jalan mereka berdua bertemu dengan Imam Baqillani. Seketika itu Imam Daraqutni memeluk
dan mencium wajah dan kening Imam Baqillani. Tentu saja hal ini mengherankan Syaikh Abu
Dzar. Akhirnya Syaikh Abu Dzar bertanya,”Siapa dia, saya melihat Anda melakukan sesuatu
yang belum Anda lakukan kepada orang lain, sementara Anda seorang Imam?” Mendapat
pertanyaan tersebut Imam Daraqutni menjawab, “Dia adalah Imam kaum Muslimin, yang
membela agama ini, Dia adalah Qadhi Abu Bakar Muhammad bin at-Tayyib (Imam Baqillani)”.

Selain dikenal sebagai seorang yang alim, Imam Daruqutni juga dikenal sebagai orang yang
zuhud, wara’ dan tawadhu’. Salah satu fatwa yang ia keluarkan kepada para pencari ilmu
yaitu agar menuntut ilmu semata-mata karena Allah, bukan untuk lainnya. (Ma’alim fi Thariq
Thalab al-’Ilmi). Imam Daruqutni wafat pada tahun 385 H.

Posted on 10 Desember 2014, in Sejarah and tagged Amirul Hadits, Daruqutni. Bookmark the
permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar

Comments 0

Blog di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai