Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

Didalam memahmi makna matan suatu hadist, terkadang kita jumpai susunan kalimat yang sukar untuk dipahami maksutnya dengan segera. Kesukaran memahami kata kata atau susunanya kalimat tersebut bukan disebabkan karena tidak keteraturanya susunan sebuah kalimatatau tidak fasih bahasanya. Namun yang demikiabn itu itu merupakan keindahan seni sastranya dalam menggunakan ungkapan kalimat yang mengandung beberapa maksut dan memilih kata kata yang tinggi nilainya, yang tidak sembrang orang bisa atau sanggup memahaminya, selain orang yang mempunyai keahlian dalam bidang ilmu tersebut. Agar susunan kata kata tersebut mudah difahamkan kandungannya yang dimaksut, dan agar seseorang terhindar dari menafsirkan matan hadist secara prasangka, terutama penafsiran yang didorong oleh kemauan pribadi maka bangkitlah beberapa ulama yang kemudian menyusun suatu ilmu tersendiri sebagai cabang dari ilmu hadist dalam bidang per-matan-an. Ilmu itu di sebut dengan ilmu gharibil hadist Dalam makalah yang singkat ini kiranya akan dapat memberikan pencerahan dalam khazanah keilmuan islam yang terkait dengan sebuah cabang ilmu hadist. Dimana dalam kajian makalah yang singkat ini kami bagi menjadi beberapa bab pembahasan diantaranya adalah 1. BAB I (pendahuluan) 2. BAB II (pembahasan) 3. BAB III (kesimpulan)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertianya Ilmu ini membahas dan menjelaskan tentang hadist rasulullah saw.yang sukar diketahui dan dipahami orang banyak karena telah berbaur dengan bahasa lisan atau bahasa arab pasar.1 Seperti halnya yang disampaikan oleh ibnu shalah yang menterjemahkan dengan


ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafazd lafadz dalam matan hadist yang sulit lagi sukar difahamkan, karena jrang sekali digunakanya. Mak jelaslah kiranya bahwa yang menjadi objek kajian ilmu ghoribil hadis ialah kata kata yang musykil dean susunan kalimat yang sukar dipahami maksutnya. Dan tentunya ilmu yang hendak dicapai dalam ilmu gharibil hadis ini ialah melarang seseorang menafsirkan secara menduga duga dan mentaqlidi pendapat pendapat seseorang yang bukan ahlinya. Sebagian ulam sendiri ketika diminta untuk menjelaskan tentang suatu matan hadis ayang kebetulan beliau sendiri tidak sanggup menerangkannya, maka kemudian hal tersebut diserahkan kepada orang yang lebih ahli dan lebih mengetahui. Imam ahmad pernah ketika ditanya oleh seseorang tentang arti suatu lafadz gharib yang terdapat dalam sebuah matan hadist, namun karena beliau merasa tidak mampu untuk menjawab mak beliau kemudian berujar. 1Subhi As Shalih, Membahas Ilmu Ilmu Hadist, Terj (Jakarta: Pustaka Firdaus,1995) ,115


tanyakanlah kepada seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang gharabil hadist, karena aku tak suka memperkatakan sabda rasulullah SAW dengan berprasangka. Begitu juga ketioka al ashmuiy dikala ditanya oleh seseorang terkait arti sebuah hadis yang berbunyi


tetangga itu lebih berhak untuk didekati Beliaupun tidak menjawab sebab sangat berhati hati dengan mengatakan saya enggan menafsirkan sabda rasulullah ini, tetapi orang orang arab menyangka, bahwa lafadz sabqi itu artinya al laziq (jambun = dekat).2 Penulis kitab pertama tentang ilmu gharibil hadist ialah abu ubaidah muammar bin al matsna al bashri (210h) tetapi kitabnya tipis dan sangad singkat sekali. Penulis kitab lebih tebal ialah abul hasan an nadhr bin syumail al mazini (204h) kemudian abu ubaidah al qasim bin salam (223h) yang menghabiskan usianya untuk menulis kitab terkait dengan ilmu ini. Kemudia selanjutnya disusul oleh qutaibah (276h) kemudian al zhamahsary yang kemudian menghasilkan kitab yang berjudul al faqiq fi gharibi al hadits. Berikutnya adalah majduddin yang terkenal sebagaiu ibn al atsir (606h) yang menulis kitab al nihayat fi gharibil hadist wal atsar. Kitab ini kemudian diringkas oleh as suyuthi dalam kitab yang berjudul al dar al natsir, talkhis nihayah ibnal atsir.3

2Fathur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadist, (Bandung, Pt Al MaArif, 1987) ,282 3 Subhi as shalih, membahas ilmu ilmu, 116

B. Cara cara menafsirkan ke gharib an al hadist Para muhadditsin mengemukakan terkait dengan hala hal yang dapat digunakan untuk menafsirkan ke gharib an matan hadist. Diantara hal hal yang dipandang baik untuk menafsirkan ke ghariban hadist ialah 1. hadist yang sanadnya berlainan dengan hadist yang bermatan gharib tersebut 2. penjelasan dari sahabatyang meriwayatkan hadist atau dari sahabat lain yang tidak meriwayatkannya. 3. penjelasan dari rawy selain sahabat. Contoh matan hadist yang gharib yang ditafsirkan dengan hadisrt yang bersanad lain, seperti sebuah hadist muttafaqun alai yang diriwayatkan oleh ibnu umar Ra tentamng ibnu shayyad, ia berkata

: : ( ! : ! )
Nabi muhammad saw bersabdasaya menyimpan sesuatu untukmu, apa itu? Sahut ibnu shayyad yaitu asap salah! Kata nabi saw kamu tidak akan lepas secepat perkiraanmu Lafazd ad dukhkhu dalam hadist tersebut adalah lafazd yang gharib. Menurut uraian yang diokemukan oleh al jauhary, lafazd dukhkhu tersebut berarti asap (menurut pengertian bahasa), tetapi menurut pendapat sebagian lain berarti tumbuh tumbuhan, bahkan sebagian orang mengartiaknya dengan jima. Untuk mendapatkan penafsiran yang tepat, kita berusaha mencari sanad selain sanad bukhary muslim. Mak akan kita dapati didalam pen-takhrij-an abu daud dan at turmuidzy yang bersanadkan az zuhri, salim dan ibnu umar Ra memberikan penafsiran terhadap ke-gharib-an nya. Kata ibnu umar

suatu ketika nabi saw menembunyikan untuk ibu shayyad , ayat tunggulah samapi langit mengepulkan asap nay yang nyata lalu ibnu shayyad mendapatkan suatau alat yang biasa dipakai tukang tukang tenung untuk mendapati sesuatu dengan perantaraan setan setan dan tanpa berfikir panjang lagi ia menjwab itulah asap.! Dengan bantuan dari hadist abu daud da n at tuurmudzi tersebut, maka lafadz ad dukhkhuitu dapat diketahui artuinya yaitu asap. Lebih jelas lagi kiranya kalau kita mengambil hadist yang di takhrijkan ibnu jarir dari sahabat khudzalifah Ra. Tentang alamat alamat hari kiamat, yang antara lain disebutkan ad dukhkhu. Ibnu khuzaifah menanyakan kepada nabi saw apakah yang dimaksut dengan dukhan? Lantas rasulullah membacakan ayat 10 dan 11 surat ad dukhan.

C. Perintis Ilmu Gharibil Hadist Kebanyakan para muhadditsin menganggab bahwa perintis ilmu gharil hadsit itu adalah abu ubaidah mamar bin mutsanna at taimy, salah seorang ulama hadist yang berasal dari kota basrah. Beliau meninggal pada tahun pada tahun 210h. sebagian ulama hadits yang lain berpendapat bahwa promotor ilmu tersebut ialah abu l hasan an naddlr bin syamil al maziny, seorang ulama ilmu nahwu yang meninggal pada tahun 204h. beliau adalah salah seorang guru dari imam ishaq bin rahawaih, guru imam bukhary. Ilmu yang telah dirintis oleh kedua ulama tersebut disempurnakan dan dikembangkan oleh ulama ulama kemudian hingga melahirkan beberapa kitab kitab diantaranya adalah. 1. gharbil hadist oleh abu ubaid al qasim bin salam (157-224h) tidak sedikit para ahli ilmu yang memuji kitab itu sebagai kitab yang kaya akan faidah dan berharga.

2.

al faiqu fi gharibil hadist karya abuqasm jarullah mahmud bin umar az zumakhsyary (468-538) kitab yang mencakup seluruh ilmu gharibil hadist yang telah ditulis oleh ulama ulama yang mendahuluinya itu telah dicetak berulang kali di hayderabad dan mesir.

3. an nihayah fi gharabil hadsit wal atsar, karya imam majdudin abis saadat al mubarak bin muhammad (ibnu l atsir) al jazary (544-606h). buku ini merupakan buah daripada hasil karya ulama ulama sebelumnya yang diperbaiki susunanyamenurut al fabetis dri lafad lafad yang gharaib. Hadist hadost yang ada hubunganya dengan hadist gharib itu dikemukakan pula serta ditafsirkanlah kalimat demi kalimat hingga hilang kegharibanya. Kitab yang terdiri dari 4 jilid itu dicetak berulang ulang kali di mesir. Pada cetakan yang terakhir ia dijadikan 5 jilid dengan diberi tahqiq (interpretasi ringkas) oleh kedua ulama besar. Yaitu thahir ahmad az zawy. Dan mhmud muhammad at thanahy dan dicetak oleh daru ihya l kutubi arabiyah (mesir) pada tahun 1383h = 1963m kemudian disusul oleh abu hafs umar bin muhammad bin rajaI al ukbury (380-458h) ia adalah salah seorang guru abu yahya muhammad bin al husain al farra al hambaly dan salah seorang murit dari abdullah bin ahmad bin hambal.4

D. Kitab-Kitab Gharibil Hadits Sejak dimulainya pembukuan (secara sistematis) hadits pada akhir abad kedua dan awal abad ketiga, para ulama sudah menyusun buku-buku tentang gharibul-hadits. Orang yang pertama kali menyusun dalam masalah gharibul-

4 Fathur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul, 285

hadits adalah Abu Ubaidah Muammar bin Al-Mutsanna At-Taimi (wafat tahun 210 H). Buku-Buku yang Terkenal dalam Masalah Ini

Kitab Gharibul-Hadits, karya Abul-Hasan An-Nadlr bin Syumail Al-Mazini (wafat 203 H), salah satu guru Ishaq bin Rahawaih, guru Imam Bukhari.

Kitab Gharibul-Atsar, karya Muhammad bin Al-Mustanir (wafat 206 H). Kitab Gharibul-Hadits, karya Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam (wafat 224 H). Kitab Al-Musytabah minal-Hadits wal-Quran, karya Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Ad-Dainuri (wafat 276 H).

Kitab Gharibul-Hadits, karya Qasim bin Tsabit bin Hazm Sirqisthi (wafat 302 H).

Kitab Gharibul-Hadits, karya Abu Bakar Muhammad bin Al-Qasim AlAnbari (wafat 328 H).

Kitab Gharibul-Quran wal-Hadits, karya Abu Ubaid Al-Harawi Ahmad bin Muhammad (wafat 401 H).

Kitab Smathuts-Tsurayya fii Maani Ghariibil-Hadits, karya Abul-Qasim Ismail bin Hasan bin At-Tazi Al-Baihaqi (wafat 402 H).

Kitab Majma Gharaaib fii Gharibil-Hadits, karya Abul-Hasan Abdul-Ghafir bin Ismail bin Abdul-Ghafir Al-Farisi (wafat 529 H).

Kitab Al-Faiq fii Gharibil-Hadits, karya Abul-Qasim Jarullah Mahmud bin Umar bin Muhammad Az-Zamakhsyari (wafat 538 H).

Kitab Al-Mughits fii Gharibil-Quran wal-Hadits, karya Abu Musa Muhammad bin Abi Bakar Al-Madini Al-Asfahani (wafat 581 H).

Kitab An-Nihayah fii Gharibil-Hadits wal-Atsar, karya Imam Majdudin Abu Saadat Al-Mubarak bin Muhammad Al-Jazari Ibnul-Atsir (wafat 606 H). Upaya baik para ulama dalam pembukuan dan penjelasan gharibul-hadits

ini berakhir pada Ibnul-Atsir. Dalam menyusun buku, dia berpedoman pada kitab Gharibul-Quran wal-Hadits karya Al-Harawi dan kitab Al-Mughits fii GhariibilQuran wal-Hadits karya Abu Musa Muhammad bin Abi Bakar Al-Madini. Dan belum diketahui ada orang yang melakukan upaya penyusunan gharibul-hadits setelah ibnul-Atsir kecuali Ibnu Hajib (wafat 646 H). Setelah itu, upaya para ulama hanya sebatas pada memberi lampiran dan ikhtishar, atau meringkas terhadap kitan An-Nihayah. Di antara ulama yang memberi lampiran pada kitab tersebut adalah Shafiyyuddin Mahmud bin Abi Bakar Al-Armawi (wafat 723 H). Dan diantara yang melakukan ikhtishar adalah : Syaikh Ali bin Husamuddin Al-Hindi, yang dikenal dengan nama Al-Muttaqi (wafat 975 H), Isa bin Muhammad AshShafawi (wafat 953 H) kira-kira mendekati setengah ukuran kitab, dan Jalaluddin As-Suyuthi (wafat 911 H) yang mukhtasharnya dinamakan Ad-Durrun-Natsir Talkhis Nihayah Ibnul-Atsir. Pada mulanya kitab Ad-Durrun-Natsir dicetak sebagai hamisy atau catatan pinggir pada kitab An-Nihayah. Namun kemudian As-Suyuthi mempunyai inisiatif untuk memisahkan tambahan terhadap kitab tersebut, dan diberi nama AtTadzyil alaa Nihayah Al-Gharib.

Kitab Nihayah juga disusun dalam bentuk syair oleh Imaduddin AbulFida Ismail bin Muhammad Al-Balabaki Al-Hanbali (wafat 785 H) dengan nama Al-Kifayah fii Nudhum An-Nihayah. Ibnul-Atsir telah mengatur kitabnya An-Nihayah berdasarkan urutan huruf hijaiyyah, dan dicetak terakhir kalinya dengan diteliti dan diperiksa oleh Thahir Ahmad Az-Zawi danMahmud Muhammad Ath-Thanahi sebanyak lima jilid, dan diterbitkan oleh Pustaka Daar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyyah, Isa Al-Babi AlHalabi dan rekannya di Mesir. Ibnul-Atsir menyusun kitabnya An-Nihayah berpedoman pada kitab AlHarawi dan Abu Musa Al-Madini, yaitu dengan memberi tanda atau rumus (ha ) jika mengambil dari kitab Al-Harawi, dan tanda atau rumus huruf (sin) jika mengambil dari kitab Abu Musa. Adapun selain dari kedua kitab tersebut dibiarkan tanpa tanda apapun, untuk membedakan mana yang dari kedua kitab tersebut dan mana yang dari kitab yang lain.

BAB III KESIMPUALAN

1. Ilmu gahrabil hadis adalah ilmu yang membahas tentang matan hadis yang sulit dan sukar untuk difahami sehingga membutuhkan keahlian yang khusus untuk memahaminya 2. Objek dari ilmu gharbil hdist adalah kata kata yang musykil dsan susunanan kalimat yang sukar dipahami maksutnya. 3. Sebagian ulama berbeda pendapat terkait siapa promotor atau perintis pertama ilmu gahraibil hadist. Golongan poara muhaditsin mengangagab bahywa perintis ilmu gharibil hadis adalah abu ubaidah mamar bin mutsana at taimy. Sementara sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa perintis pertama ilmu ini adalah abu hasan an nadrl bin syamil al maziny

10

DAFTAR PUSTAKA Fathur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadist, Bandung, Pt Al MaArif, 1987 Subhi As Shalih, Membahas Ilmu Ilmu Hadist, Terj Jakarta, Pustaka Firdaus,1995.

11

Anda mungkin juga menyukai