Anda di halaman 1dari 16

ISTILAH-ISTILAH ULUMU AL-HADIS

Oleh : Fakhrurrozi
Pendahuluan

:
Disiplin sebuah Ilmu pasti memiliki ciri khas dan istilah masing-masing. Istilah-istilah
tersebut dirumuskan dengan maksud mempermudah para penulis, peneliti, pendidik dan
lainnya untuk menyampaikan suatu ungkapan dengan kata-kata yang singkat akan tetapi
mengandung makna yang luas dan padat. Mempelajari istilah-istilah dalam bidang ilmu
tertentu akan memberikan pemahaman yang benar, sekaligus solusi atas perselisihan
pemahaman terhadap perkataan-perkataan Ulama dalam bidang tersebut.
Ulumu al-Hadis sebagai salah satu cabang keilmuan, memiliki banyak cabang dan
pembahasan yang begitu luas dan mendalam, serta memiliki berbagai macam istilah yang sulit
untuk dipahami. Karena banyaknya istilah-istilah yang terdapat dalam Ilmu Hadis, maka
tulisan sederhana ini tidak mungkin dapat menutupi kebutuhan tersebut.
Makalah ini hanya menguraikan beberapa pengertian istilah penting yang sering
dipakai di dalam Ulumu al-Hadis, dimulai dari pembahasan istilah-istilah yang berhubungan
dengan generasi periawayatan Hadis, selanjutnya istilah yang berhubungan dengan kegiatan
periwayatan, diikuti dengan istilah-istilah yang berhubungan dengan kepakaran dan jumlah
hadis yang diriwayatkan, dan diakhiri dengan pembahasan istilah-istilah yang berhubungan
dengan sumber pengutipan.
Penulis menyadari akan keterbatasan Ilmu dan kemampuan yang penulis miliki,
kesalahan dan kekurangan, baik teknik penulisan maupun inti pembahasan, pasti akan
ditemukan di sana sini. Oleh karena itu, kritik yang sifatnya membangun, saran dan masukan-
masukan adalah harapan yang penulis ajukan kepada pembaca. Kesalahan dan kekeliruan
serta kekurangannya akan menjadi bahan perbaikan makalah ini di masa-masa mendatang.

Pembahasan
a. Istilah Yang Berhubungan Dengan Generasi Periwayatan
1. Sahabat
a. Pengertian Sahabat

1
Secara bahasa sahabiy berasal dari masdar suhbah yang berarti menyertai atau
menemani. Sahabiy merupakan bentuk tunggal, sedangkan jamaknya adalah sahabah atau
ashab.
Ulama Hadis mendefinisikan sahabat sebagai berikut :
Definisi Ibnu Salah :
.
(Sahabat adalah setiap muslim yang pernah melihat Rasulullah saw,.)1
Dapat dipahami bahwa standar sahabat menurut Ibnu Salah adalah adanya dua kriteria
pada diri seseorang, pertama, beragama Islam kedua, pernah melihat langsung Rasulullah
saw., selama hidupnya walaupun sekali saja.
Menurut definisi di atas dapat dipahami bahwa sahabat yang buta seperti Abdullah Bin
Ummi Maktum tidaklah termasuk kategori sahabat, karena beliau tidak pernah melihat
langsung Rasulullah saw., padahal Ulama sepakat bahwa Abdullah bin Ummi Maktum
termasuk sahabat bahkan salah satu muazzin Nabi pada masa beliau.
Sedangkan menurut Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, sahabat adalah:

.
(Sahabat adalah orang yang bertemu Nabi saw, dalam keadaan Islam dan mati diatas agama
Islam meskipun keislamannya diselang-selangi kemurtadan, menurut pendapat yang paling
benar.)
Batasan pengertian sahabat menurut Imam Ibnu Hajar di atas merupakan pendapat
yang dipegangi oleh mayoritas Ulama Hadis. Dapat dipahami bahwa kriteria sahabat menurut
jumhur ada tiga, yaitu:
1. Pernah bertemu langsung dengan Nabi saw,
2. Beragama Islam
3. Mati dalam keadaan Islam.
Dalam ilmu hadis, pengetahuan tentang sahabat ini merupakan ilmu yang sangat
penting dan bermanfaat. Salah satu manfaatnya adalah agar dapat membedakan Hadis yang
muttasil dan Hadis yang mursal.2
b. Jumlah sahabat

1
Muhammad Siddiq al-Minsyawi, Qamusu Mustalahati al-Hadis an-Nabawiy (Cairo: Dar al-
Fadilah,1996), cet.-,hal.72.
2
Ramli Abul Wahid dan Husnel Anwar Matondang, Kamus Lengkap Ilmu Hadis (Medan: Perdana
Publishing,2011), cet.2, hal.214.
2
Adapun jumlah sahabat secara keseluruhan, menurut Imam Abu Zurah ar-Razi adalah
sebanyak 114.000 orang, beliau juga menjelaskan bahwa seluruh mereka mendengarkan dan
meriwayatkan hadis dari Rasulullah saw.









:

.












(Abu Zurah ar-Razi berkata,Rasulullah saw. wafat meninggalkan sahabat sebanyak 114.000
orang, semuanya meriwayatkan dan mendengarkan hadis dari Rasulullah saw.)3
c. Sahabat yang paling terakhir wafat
Sahabat yang paling terakhir meninggal dunia adalah Abu at-Tufail ibn Amir
Wasilah al-Laisi, meninggal pada tahun 100 H di Mekah al-Mukarramah. Adapun sahabat
yang sebelumnya meninggal dunia adalah Anas Bin Malik, beliau meninggal pada tahun 93 H
di Negeri Basrah.4
d. Karya-karya populer tentang Sahabat
Banyak buku-buku yang telah dikarang oleh Ulama-ulama tentang Sahabat, antara lain
adalah:
1. Al-Isiab Fi Marifati al-Ashab, karya Ibn Abdil Barr ( 368-463 H).
2. Usud al-Gabah Fi Marifati as-Sahabah, karya Ibn al-Asir ( 555-630 H).
3. Al-Isabah Fi Tamyizi as-Sahabah, karya Ibnu Hajar (773-852 H).

2. Mukhadramun
a. Pengertian al-Mukhadramun
Secara bahasa kata al-Mukhadramun berasal dari kata khadrama al-uzun yang
berarti memutuskan telinganya. Al-Mukhadramun adalah isim maful yang berbentuk
jamak, sedangkan bentuk tunggalnya adalah al-mukhadram.5

3
Muhyiddin Ibn Syaraf an-Nawawiy, at-Taqrib wa at-Taisir li marifat Sunani al-Basyir an-Nazir
(Berut: Dar al-Kitabi al-Arabi,1985), cet.1,hal.93; lihat juga Jalaluddin as-Suyuti, Tadrib ar-Rawi fi Syarhi
Taqribi an-Nawawiy(Riyad: Dar al-Asimah,2003 H), jilid.2,cet.1 hal.241.
4
Mahmud Tahhan, Taisir Mustalah al-Hadis, ( Riyadh : Maktabah al-Maarif Li an-Nayri Wa At-
Tauzi, 2004),cet.10,hal. 247; lihat juga as-Suyuti, Tadrib ar-Rawi, hal.691.
5
Muhammad Siddiq, Qamusu Mustalahati al-Hadis,hal.106.
3
Adapun secara istilah, al-mukhadramun adalah orang-orang yang masuk Islam pada
masa hidup Nabi saw., tetapi tidak pernah melihat beliau saw,. Hal ini sebagaimana
dijelaskan oleh Ibnu Kasir di dalam Kitabnya,
. :
(Adapun al-Mukhadramun mereka itu adalah orang-orang yang masuk Islam pada masa
hidup Nabi saw, tetapi tidak pernah melihat beliau.)6
b. Kategori al-mukhadramun
Selanjutnya al-Mukhadramun ini ada dua golongan, yaitu:
1. Ada yang masuk Islam ketika Nabi saw. masih hidup,
2. Ada yang masuk Islam setelah Nabi saw., wafat.

Mukhadram tidak termasuk ke dalam kelompok sahabat, tetapi digolongkan ke dalam


kelompok tabiin. Hal ini didasari dua hal:
1. Mereka tidak pernah melihat Nabi saw.
2. Ada yang pernah melihat Nabi saw., tetapi belum Islam. Setelah masuk Islam mereka
tidak pernah melihat Rasulullah saw., sementara itu sahabat adalah mereka yang
masuk Islam dan melihat Rasulullah saw.,

c. Hukum Riwayat dan contoh al-mukhadramun


Disebabkan mereka dikelompokkan ke dalam tabaqah Tabiin, maka riwayat mereka
yang langsung dari Nabi saw., dianggap mursal (tidak bersambung). Menurut Imam Muslim
jumlah mukhadramun 20 orang.7 Pendapat yang paling benar adalah lebih dari 20 orang.8
Diantaranya adalah: 1. Abu Amar asy-Syaibaniy, 2. Suwaid Ibn Gafalah, 3. Amar Ibn
Maimun, 4. Abu Usman an-Nahdiy, 5. Abu al-Halal al-Atakiy, 6. Abdu Khair Ibn Yazid al-
Khaiwany, 7. Rabiah Ibn Zurarah, 8. Abu Muslim al-Khaulany Abdullah Ibn Suab, 9.
Abdullah Ibn Ukaim, 10. Al-Ahnaf Ibn Qais,9 11. Al-Aswad Ibn Yazid an-Nakhai.10
d. Buku-buku tentang al-mukhadramun
Di antara buku-buku yang dikarang tentang al-mukhadramun adalah:

6
Ibnu Kasir, al-Baisu al-Hasis Syarhu Ikhtisari Ulumi al-Hadis (Riyad: Makatabah al-
Maarif li an-Nasyri wa at-Tauzi, 1996), cet.1,hal.525.
7
Ramli Abul Wahid dan Husnel Anwar Matondang, Kamus Lengkap Ilmu, hal.148.
8
Mahmud Tahhan, Taisir Mustalah al-Hadis, hal. 248.
9
Ibnu Kasir, al-Baisu al-Hasis, hal.525-527.
10
Mahmud Tahhan, Taisir Mustalah al-Hadis, hal. 248.
4
1. Tazkiratu At-Talib Al-Muallim Bi Man Yuqalu Annahu Mukhadram, karya As-
Sabt Ibn Al-Ajmi.
2. Marifatu at-Tabiin, karya Abu al-Mutarrif ibn al-Futais al-Andalusi (402 H).
3. Junnatu an-Nazirin Fi Marifati at-Tabiin, karya Muhammad bin Mahmud al-
Bagdadi (643 H).
3. Tabiin
a. Pengertian Tabiin
Tabiin atau tabiun adalah isim fail dalam bentuk jamak, sementara mufradnya adalah
tabi atau tabiiy yang artinya seorang yang mengikut. Secara terminologi tabiin ialah
seorang muslim yang pernah mendengar dari sahabat atau bertemu langsung dengannya,
meskipun mereka tidak pernah bersahabat sebagaimana biasanya orang bersahabat,
sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Diyau ar-Rahman berikut ini:
. , :
(Seorang tabiin ialah setiap muslim yang mendengarkan dari seorang sahabat atau bertemu
dengannya meskipun diantara keduanya tidak ada persahabatan sebagaimana mestinya.)11

Ada juga yang berpendapat bahwa seorang tabiin harus pernah bersama-sama dengan
sahabat, bukan cuma sekedar bertemu dan melihat saja atau bersama-sama dalam waktu yang
relatif singkat kemudian berpisah . Akan tetapi pendapat pertama lebih kuat dan lebih banyak
diamalkan oleh Ahli Hadis seperti Imam Muslim, Abi Hatim Ibn Hibban, Abi Abdullah al-
Hakim, Abdul Gani Ibn Said dan yang lainnya.

b. Tabaqat at-Tabiin
Pendapat yang paling masyhur tentang pembagian tabaqat(tingkatan) tabiin adalah
tiga tingkatan, yaitu:
Tingkatan pertama: Tabaqah Kibar at-Tabiin
Tabaqah yang pertama ini terdiri dari tokoh-tokoh besar Ulama Tabiin yang berguru
kepada Ulama-ulama besar Sahabat, seperti Said Ibn al-Musayyab dan al-Fuqaha as-Sabah
lainnya, yaitu :
1. Al-Qasim bin Muhammad
2. Urwah bin az-Zubair
11
Muhammad Diyau ar-Rahman, Mujam Mustalahati al-Hadis Wa Lataifu al-Asanid ( Riyad:
Maktabah Adwau as-Salaf, 1999), cet.1,hal.75.
5
3. Kharijah bin Zaid
4. Abu Salamah bin Abd ar-Rahman
5. Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah
6. Sulaiman bin Yasar

Tingkatan kedua : at-Tabaqah al-wusta (tingkatan pertengahan)


Tabaqah wusta ini terdiri dari tabiin yang bertemu dan meriwayatkan hadis dari
pembesar tabiin dan sebagian sahabat, seperti Hasan Basri dan Ibnu Sirin.

Tingkatan ketiga: Tabaqah Sigar at-Tabiin


Tingkatan ketiga ini terdiri dari tabiin yang meriwayatkan hadis dari sigar as-
sahabah yang belakangan wafat. Pada masa kecilnya mereka masih bertemu dengan sigar
as-sahabah yang waktu itu sudah lanjut usia.
Sebagian ahli ilmu berpandangan12 bahwa masa tabiin berakhir sekitar pertengahan
abad kedua Hijriah yaitu tahun 150 H, dan tahun 220 merupakan akhir masa atba at-tabiin.
Selanjutnya al-Bulaiqiy menyebutkan bahwa Tabiin yang pertama meninggal adalah Abu Zaid
Mamar bin Rasyid tahun 30 H, dan yang terakhir meninggal bernama Khalaf bin Khalifah
tahun 181 H.
Dalam kajian Ilmu Hadis, kegunaan mengetahui tabiin pada prinsipnya sama dengan
mengetahui sahabat yaitu agar dapat membedakan hadis mursal dan hadis muttasil. Diantara
buku-buku yang membicarakan tentang tabiin adalah buku Marifatu at-Tabiin karya Abi al-
Misraf al-Andalusi.13

4. Almutaqaddimun
Secara bahasa al-Mutaqaddimun adalah isim fail yang berbentuk jamak, sementara
mufrad-nya adalah al-mutaqaddim yang berarti terdahulu. Dalam kajian Ulumul Hadis
pengertian istilah al-Mutaqaddimun ialah gelar khusus yang diberikan kepada ulama hadis
abad kedua dan ketiga Hijriah.14
Diantara Ulama Hadis yang masuk pada kelompok al-Mutaqaddimun ialah:

12
Berbeda dengan Ajjaj Khatib dalam bukunya Ulumu al-Hadis, beliau mengatakan bahwa Para Imam
sependapat dalam masalah ini. Lihat M. Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta:
Gaya Media Pratama,1998),cet.1,hal.402.
13
Ibid., hal.76-77.
14
Ramli Abul Wahid dan Husnel Anwar Matondang, Kamus Lengkap Ilmu, hal. 171. Lihat juga
Muhammad Abu al-Lais al-Khair Abadi, Mujam Mustalahat al-Hadis Wa Ulumih Wa Asyharu al-
Musannifina Fih(Yordania: Dar an-Nafais li an-Nasyri Wa at-Tauzi, 2009), cet.1.hal.126,130.
6
1. Imam Ahmad Ibn Hanbal ( 164-241 H),
2. Imam al-Bukhari (194-256 H),
3. Imam Muslim (206-261 H),
4. Imam an-NasaI (215-303 H),
5. Imam Abu Daud (202-276 H),
6. Imam at-Tirmizi (209-269 H),
7. Imam Ibnu Majah (209-276 H).15
5. Almutaakhirun
Dalam literatur Ilmu Hadis kata al-Mutaakhirin sering dijumpai. Lafal ini merupakan
sebutan yang diberikan kepada ulama-ulama Hadis pada abad keempat dan seterusnya.
Kebanyakan Hadis yang mereka kumpulkan adalah kutipan atau nukilan dari kitab-kitab
ulama terdahulu (mutaqaddimin), sedikit dari mereka yang mengumpulkan hadis secara
mandiri. 16
Adapun Ulama Hadis yang masuk pada kelompok al-Mutaakhirin di antaranya ialah:
1. Imam al-Hakim (359-405 H),
2. Imam ad-Daruqutniy (w.385 H),
3. Imam Ibnu Hibban (w.354 H),
4. Imam at-Tabraniy (w. 360 H).17

c. Istilah Yang Berhubungan Dengan Kegiatan Periwayatan


1. Al-Muksirun Fi al-Hadis
Yang dimaksud dengan Al-Muksirun fi al-Hadis adalah sahabat-sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis dari Nabi saw,. Mereka berjumlah enam orang sebagaimana disebutkan
oleh Mahmud Tahhan berikut,
, 5374 : ,
, 2286 , 2630 ,
, 1660 , 2210
. 1540
(Sahabat yang terbanyak meriwayatkan Hadis adalah enam orang berikut disebutkan secara
berurut:
1. Abu Hurairah meriwayatkan hadis sebanyak 5374 hadis, dan jumlah perawi yang
meriwayatkan hadis darinya lebih dari 300 orang.
15
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis (PT. MutiaraSumber Widya:2010),cet.1.hal.186.
16
Muhammad Abu al-Lais, Mujam Mustalahat al-Hadis, hal. 127.
17
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, hal. 187.
7
2. Ibnu Umar meriwayatkan sebanyak 2630 Hadis.
3. Anas bin Malik meriwayatkan sebanyak 2286 Hadis.
4. Aisyah ra. meriwayatkan sebanyak 2210 Hadis.
5. Ibnu Abbas meriwayatkan sebanyak 1660 Hadis.
6. Jabir bin Abdillah meriwayatkan sebanyak 1540 Hadis.)18
d. Istilah Yang Berhubungan Dengan Kepakaran Dan Jumlah Hadis Yang
Diriwayatkan
1. Talib al-Hadis
Talib dari segi bahasa adalah isim fail yang berbentuk mufrad,yang artinya penuntut
atau pencari. Bila lafal talib disandarkan kepada al-hadis maka artinya menjadi penuntut
hadis. Menurut istilah Ulumul Hadis, Talibu al-Hadis adalah gelar yang diberikan kepada
penutut ilmu hadis pemula. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh al-Khair Abadi
sebagai berikut:
. :
(Talib al-Hadis: ialah pelajar pemula yang memiliki keinginan untuk mendengar,
mempelajari dan meriwayatkan Hadis.) 19
2. Al-Musnid
Menurut bahasa, Musnid berarti sesuatu yang menyandarkan. Dalam Ilmu Hadis,
Musnid adalah periwayat atau penuntut Hadis dan ilmunya, atau orang yang baru mulai
mempelajari Hadis. Karenanya Musnid derajatnya di bawah Muhaddis.20 Muhammad Diyau ar-
Rahman mendefinisikan al-Musnid sebagai berikut:
:
.
(Musnid ialah orang yang meriwayatkan hadis lengkap dengan sanadnya, sama ada orang
tersebut memiliki pengetahuan tentang Ilmu Hadis atau hanya sekedar meriwayatkan saja,
Musnid ini derajatnya lebih rendah dibandingkan Muhaddis)21

3. Al-Muhaddis
Secara bahasa, al-Muhaddis berarti orang yang menceritakan, yang mengabarkan atau
yang memberitakan. Adapun menurut istilah Ilmu Hadis, pengertiian al-Muhaddis adalah:
:
. , ,
(Muhaddis adalah orang yang sibuk mengumpulkan dan melakukan penelitian terhadap hadis,
banyak melakukan telaah terhadap kondisi para perawi dan riwayat-riwayat mereka. Ia
18
Mahmud Tahhan, Taisir Mustalah al-Hadis, hal. 244.
19
Muhammad Abu al-Lais, Mujam Mustalahat al-Hadis,hal.91.
20
Ramli Abul Wahid dan Husnel Anwar Matondang, Kamus Lengkap Ilmu Hadis, hal. 164
21
Muhammad Diyau ar-Rahman, Mujam Mustalahati al-Hadis Wa Lataifu al-Asanid ( Riyad:
Maktabah Adwau as-Salaf, 1999), cet.1,hal.411.
8
dianggap profesional dibidang tersebut karena ketenarannya dibidang hafalan dan kekuatan
intelektualnya.)22
Imam as-Sakhawi menjelaskan bahwa yang disebut muhaddis adalah orang yang
telah melakukan hal-hal berikut:
1. Menulis karya tulis (yang berkenaan dengan kajian hadis),
2. Membaca,
3. Mendengar,
4. Mengerti apa yang ditulisnya, dibacanya dan didengarnya.
5. Melakukan perjalanan dengan tujuan mencari hadis ke kota-kota maupun ke pelosok-
pelosok.
6. Memiliki buku-buku Induk dalam kajian ilmu hadis.
7. Membuat komentar-komentar terhadap buku-buku Furu seperti Musnad, Ilal dan
Tawarikh dengan jumlah sekitar 1000 buku.
,

.
(Yang disebut muhaddis menurut Ahli Hadis ialah orang yang telah menulis karya tulis (yang
berkenaan dengan kajian hadis), membaca, mendengar,mengerti apa yang ditulisnya,
dibacanya dan didengarnya, melakukan perjalanan dengan tujuan mencari hadis ke kota-kota
maupun ke pelosok-pelosok, memiliki buku-buku induk dalam kajian ilmu hadis, membuat
taliqat (berupa catatan atau komentar-komentar) terhadap buku-buku Furu seperti Musnad,
Ilal dan Tawarikh dengan jumlah hampir 1000 buku.)23

Menurut Nawir Yuslem pada umumnya seorang muhaddis telah menghapal sejumlah
1.000 hadis, baik matan, sanad, maupun seluk beluk perawinya. Sebagai contoh, diantara
ulama hadis yang mencapai gelar muhaddis ini adalah:
1. Ata ibn Abi Rabah (w.105 H) seorang Mufti di kota Mekah,
2. Bakar ibn Muzar ibn Muhammad ibn Hakim (w.188 H),
3. Ibn Jarir ibn Yasir ibn Kasir, Abu Yala at-Tabari (w.305 H).24

4. Al-Hafiz
Lafal al-Hafiz secara bahasa adalah isim fail dari hafiza yang memiliki arti yang
menjaga atau yang menghafal. Adapun menurut istilah ulumul hadis, al-hafiz adalah satu
julukan khusus yang diberikan kepada ahli hadis yang memiliki pengetahuan tentang sunnah-
sunnah Rasulullah, mengetahui jalur-jalur sunnah tersebut, mampu membedakan antara
sanad-sanadnya, menghafal hadis-hadis yang disepakati kesahihannya dan yang

22
Ibid., hal.357.
23
Mahmud Tahhan, Ushul Takhrij, hal. 189.
24
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis,hal.190.
9
diperselisihkan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Diyau ar-Rahman al-Azamiy
berikut:
, :
, , ,
.
(Hafiz adalah julukan khusus yang dimiliki ahli hadis, mengetahui sunnah-sunnah Rasulullah
saw, mengenali seluk-beluk jalannya, mampu membedakan sanad-sanadnya, menghafal hadis-
hadis yang disepakati kesahihannya dan yang diperselisihkan.)25
Menurut M. Ajaj al-Khatib, Al-Hafiz yaitu orang yang memadukan sifat-sifat
muhaddis ditambah dengan banyaknya hafalan dan banyaknya jalur agar dapat disebut
sebagai al-Hafiz. Beliau juga menambahkan bahwa sebagian mutaakhirin membedakan antara
keduanya, bahwa al-Hafiz adalah orang yang menghafal 100.000 hadis baik dari segi matan
maupun sanadnya, meskipun dengan jalur yang beragam, mengetahui yang sahih dan
mengenal berbagai peristilahan yang digunakan.26
Diantara ulama-ulama hadis yang mendapat julukan al-hafiz adalah,
1. Al-Hafiz az-Zahabiy,
2. Al-Hafiz al-Mizziy,
3. Al-Hafiz al-Iraqiy,
4. Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalaniy,
5. Al-Hafiz Ibnu Kasir.

5. Al-Hujjah
Al-Hujjah merupakan julukan yang diberikan kepada ahli hadis yang kepakarannya
lebih tinggi satu derajat dibandingkan al-hafiz. Pada tingkat ini, seseorang telah menghafal
300.000 hadis lengkap dengan sanad dan matannya, serta mengetahui keadaan para perawinya
baik dari segi jarh maupun tadil-nya.27

6. Al-Hakim
Al-Hakim adalah gelar Ulama Hadis yang memiliki tingkat kepakaran lebih tinggi
daripada al-Hujjah. Pada tingkat ini, Ulama hadis benar-benar telah menguasai Hadis-Hadis
yang diriwayatkannya, baik dari segi dan matannya, sifat-sifat para perawinya dari jarh dan
tadil-nya, bahkan dia juga mengenal secara baik mengenai sejarah hidup setiap perawi,
termasuk termasuk sifat-sifatnya dan guru-gurunya. Selain itu, seorang yang telah sampai ke
tingkat ini, telah mampu menghafal dengan baik lebih dari 300.000 hadis Nabi saw., beserta

25
Diyau ar-Rahman, Mujam Mustalahati al-Hadis, hal.128.
26
Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadis,hal.411.
27
Lihat Nawir Yuslem, Ulumul Hadis,hal.192; lihat juga Diyau ar-Rahman, Mujam Mustalahati al-
Hadis, hal.130.
10
urutan sanad nya dan seluk-beluk mengenai perawinya dan sebagainya yang berkaitan dengan
Hadis-Hadis tersebut.28
Di antara Ulama yang bergelar al-Hakim adalah:
1. Sufyan as-sauri (w.161 H),
2. Al-lais ibn Sad (w.175 H),
3. Malik bin Anas ( w.179 H),
4. Muhammad bin Idris asy-Syafii (w.204 H),
5. Ahmad bin Hanbal (w. 241 H). 29

7. Amir al-Mukminin fi al-Hadis


Nawir Yuslem dalam bukunya ulumul hadis menjelaskan bahwa gelar Amir al-
Muminin fi al-Hadis merupakan gelar tertinggi yang dicapai seseorang dalam Ilmu Hadis.
Beliau menegaskan bahwa seseorang yang mencapai tingkat ini benar-benar telah menguasai
kajian Hadis dengan seluk-beluknya. 30
Sejalan dengan keterangan di atas, Muhammad Diyau ar-Rahman al-Azami juga
menjelaskan sebagai berikut:
.
.
(Amir al-Mukminin fi al-Hadis merupakan salah satu julukan ahli hadis yang tertinggi.
Julukan tersebut dapat disandangnya karena keunggulan hafalan, kecakapan dan kedalaman
pengetahuannya di bidang Ilmu Hadis dan Ilmu Ilal, dibandingkan orang-orang sebelumnya,
sehingga ia menjadi rujukan bagi generasi setelahnya.)31
Diantara Ulama Hadis yang telah berhasil menyandang Gelar Amir Al-Mukminin Fi
al-Hadis adalah:
1. Sufyan as-Sauri (w.161 H),
2. Syubah ibn al-Hajjaj (w. H),
3. Malik bin Anas ( w.179 H),
4. Abdullah ibn al-Mubarak (w.181 H)
5. Ahmad bin Hanbal (w. 241 H).
6. Muhammad ibn Ismail al-Bukhari (w 256 H) 32

Diyau ar-Rahman menekankan bahwa ketika sebutan amir al-Mukminin fi al-Hadis


diucapkan secara mutlaq tanpa menjelaskan nama orangnya, maka orang yang dimaksudkan
adalah Imam Al-Bukhari, bukan ahli Hadis yang lainnya 33

28
Ibid., hal.192-193.
29
Ibid., hal. 193.
30
Ibid., hal. 193.
31
Diyau ar-Rahman, Mujam Mustalahati al-Hadis,hal.59.
32
Ibid., hal.59; lihat juga Nawir Yuslem, Ulumul Hadis,hal.194.
33
Diyau ar-Rahman, Mujam Mustalahati al-Hadis,hal.59.
11
e. Istilah Yang Berhubungan Dengan Sumber Pengutipan
Sering didapatkan di ujung redaksi sebuah hadis sebutan akhrajahu as-sabah, as-
sittah, al-khamsah dan seterusnya.
1. Akhrajahu as-Sabah
Imam ibnu Hajar al-Asqalani, di dalam mukaddimah bukunya Bulugu al-Muram
menjelaskan bahwa maksud hadis riwayat as-sabah adalah hadis yang diriwayatkan oleh
tujuh perawi hadis, yaitu Imam Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, an-Nasai, at-Tirmizi
dan ibn Majah, beliau mengatakan:
. :
(Maksud riwayat as-sabah adalah hadis yang diriwayatkan oleh tujuh perawi, yaitu Ahmad,
Bukhari, Muslim, Abu Daud, an-Nasai, at-Tirmizi dan ibn Majah.)34

2. Akhrajahu as-Sittah
Yang dimaksud dengan istilah akhrajahu as-sittah adalah sebuah hadis tertentu
diriwayatkan oleh enam perawi. Mereka itu terdiri dari semua perawi as-sabah yang telah
disebutkan sebelumnya kecuali Imam Ahmad. Jadi, kategori riwayat as-sittah adalah al-
Bukhari, Muslim, Abu Daud, an-Nasai, at-Tirmizi dan ibn Majah. Dalam hal ini Ibnu Hajar
berkata:
:
(Yang dimaksud riwayat as-sittah adalah semua perawi as-sabah melainkan Ahmad.)

3. Akhrajahu al-Khamsah
Pengertian istilah Akhrajahu al-Khamsah adalah bahwa sebuah hadis tertentu
diriwayatkan oleh lima orang perawi yang terdiri dari ar-ruwat as-sabah (perawi yang tujuh
yang telah disebutkan di atas) dikurangi Imam al-Bukhari dan Muslim, atau dengan kata lain
bahwa hadis itu diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, an-Nasai, at-Tirmizi dan ibn
Majah. Ibnu Hajar berkata:
:
(Yang dimaksud riwayat al-khamsah adalah semua perawi as-sabah melainkan Al-Bukhari
dan Muslim.)
Periwayatan dengan istilah akhrajahu al-khamsah ini disebut juga akhrajahu al-
arbaah wa Ahmad, artinya hadis ini diriwayatkan oleh perawi yang empat ditambah dengan
Imam Ahmad.

4. Akhrajahu al-Arbaah
Yang dimaksud dengan istilah akhrajahu al-arbaah ialah bahwa hadis itu
diriwayatkan oleh empat Imam Hadis, yaitu penyusun Kutub as-Sunan. Ibnu Hajar berkata:
:
(Yang dimaksud dengan akhrajahu al-arbaah adalah perawi yang tujuh (di atas) dengan
mengecualikan tiga perawi pertama.)
34
Ibnu Hajar al-Asqalaniy, Bulugu al-Muram(Riyad: Maktabah Dar as-Salam li an-Naysri wa at-
Tawzi,2001), cet.5.hal.10.
12
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa perawi kategori akhrajahu al-arbaah ialah
Abu Daud, an-Nasai, at-Tirmizi dan ibn Majah.

5. Akhrajahu as-Salasah
Pengertian akhrajahu as-Salasah dalam periwayatan hadis adalah bahwa hadis yang
sedang dibawakan itu diriwayatkan oleh tiga Imam Hadis yaitu, Abu Daud, at-Tirmizi dan an-
Nasai. Ketiga perawi dalam kategori ini, selain di luar ketiga perawi pertama yang telah
dikecualikan sebelumnya juga di luar satu perawi yang terakhir yaitu Ibnu Majah.
:
(Yang dimaksud dengan riwayat akhrajahu as-salasah adalah perawi hadis di luar yang
dikecualikan sebelumnya dan selain perawi yang terakhir.)

6. Akhrajahu al-Jamaah
Maksudnya, bahwa matan Hadis tersebut diriwayatkan oleh jemaah ahli Hadis. 35
Sebagian Ulama mengatakan bahwa perawi yang dimaksud dengan al-Jamaah di atas adalah
penyusun Kitab-kitab hadis induk yang enam, yaitu Bukhari, Muslim dan Ashabu as-Sunan,
dengan tidak menyertakan Imam Ahmad. Namun demikian, pendapat ini belum menjadi
kesepakatan semua Ulama Hadis. Untuk lebih pastinya sebaiknya disarankan untuk merujuk
langsung kepada penyusun buku dimana istilah itu ditemukan.
7. Muttafaq alaih
Yang dimaksud dengan riwayat Muttafaq Alaih sebagaimana dijelaskan oleh Nawir
Yuslem ialah, riwayat yang kesahihan hadisnya disepakati dua Imam, yaitu Imam al-Bukhari
dan Muslim dengan ketentuan bahwa sanad terakhirnya, yaitu di tingkat Sahabat, bertemu.36
Beliau juga menegaskan bahwa perbedaan Muttafaq Alaih dengan Akhrajahu al-
Bukhari wa Muslim adalah, bahwa yang disebut terakhir, matan Hadisnya diriwayatkan oleh
al-Bukhari dan Muslim, tetapi sanadnya berbeda pada tingkatan sahabat, yaitu di tingkat
Sahabat kedua sanad tersebut tidak bertemu. Istilah yang terakhir ini sama dengan rawahu
asy-Syaikhani, Akhrajahu asy-Syaikhani atau Rawahu al-Bukhari wa Muslim.
Penutup
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa hasil yang merupakan akhir dari
makalah ini, yaitu:
1. Istilah-istilah Yang Berhubungan Dengan Generasi Periwayatan
Sahabat adalah orang yang bertemu Nabi saw, dalam keadaan Islam dan mati di atas
agama Islam meskipun keislamannya diselang-selangi kemurtadan, sedangkan al-
mukhadramun adalah orang-orang yang masuk Islam pada masa hidup Nabi saw, tetapi tidak

35
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis,hal. 195.
36
Ibid., hal. 195.
13
pernah melihat beliau saw,. adapun pengertian tabii adalah orang bertemu dengan satu
sahabat atau lebih meskipun mereka tidak pernah bersama-sama, sementara al-
Mutaqaddimun ialah gelar khusus yang diberikan kepada ulama hadis yang hidup pada abad
kedua dan ketiga Hijriah, sedangkan al-Mutaakhirin merupakan sebutan yang diberikan
kepada ulama-ulama Hadis pada abad keempat dan seterusnya.
2. Istilah Yang Berhubungan Dengan Kegiatan Periwayatan
Al-Muksirun fi al-Hadis adalah sahabat-sahabat yang banyak meriwayatkan hadis
dari Nabi saw,. Mereka berjumlah enam orang yaitu, Abu Hurairah dengan jumlah sebanyak
5374 hadis, Ibnu Umar dengan jumlah sebanyak 2630 Hadis, Anas bin Malik dengan jumlah
sebanyak 2286 Hadis, Aisyah ra. dengan jumlah sebanyak 2210 Hadis, Ibnu Abbas dengan
jumlah sebanyak 1660 Hadis dan Jabir bin Abdillah dengan jumlah sebanyak 1540 Hadis.

3. Istilah-istilah Yang Berhubungan Dengan Kepakaran Dan Jumlah Hadis Yang


Diriwayatkan
Talibu al-Hadis adalah gelar yang diberikan kepada penutut ilmu Hadis tingkat
pemula, adapun musnid ialah orang yang meriwayatkan hadis lengkap dengan sanadnya, baik
yang sudah mengerti tentang seluk-beluk sanad ataupun tidak, sedangkan muhaddis adalah
orang yang sibuk mengumpulkan dan melakukan penelitian terhadap hadis, banyak
melakukan telaah terhadap kondisi para perawi dan riwayat-riwayat mereka, pada umumnya
mampu menghapal 1.000 hadis, baik matan maupun sanadnya, sementara al-hafiz adalah
julukan khusus yang diberikan kepada ahli hadis yang memiliki pengetahuan tentang Hadis-
hadis Rasulullah, mengetahui jalur-jalur Hadis tersebut, mengenali perbedaan sanad-
sanadnya, hapal 100.000 hadis.
Selanjutnya Al-Hujjah adalah julukan yang diberikan kepada ahli hadis yang
kepakarannya lebih tinggi satu derajat dibandingkan al-Hafiz. Pada tingkat ini, seseorang
telah menghafal 300.000 hadis lengkap dengan sanad dan matannya, serta mengetahui
keadaan para perawinya baik dari segi jarh maupun tadil-nya. Al-Hakim adalah gelar Ulama
Hadis yang memiliki tingkat kepakaran lebih tinggi daripada al-Hujjah. Pada tingkat ini,
Ulama hadis telah mampu menghafal dengan baik lebih dari 300.000 hadis Nabi saw., beserta
urutan sanadnya dan seluk-beluk mengenai perawinya, sementara Amir al-Muminin fi al-
Hadis merupakan gelar paling tinggi yang dicapai seseorang dalam Ilmu Hadis. Seseorang
yang mencapai tingkat ini benar-benar telah menguasai kajian Hadis dengan segala seluk-
beluknya, kepakarannya benar-benar telah teruji dan terakui, bahkan telah menjadi rujukan
para Ulama dalam bidang Hadis.

4. Istilah-istilah Yang Berhubungan Dengan Sumber Pengutipan


14
Hadis riwayat as-Sabah adalah hadis yang diriwayatkan oleh tujuh perawi hadis,
yaitu Imam Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, an-Nasai, at-Tirmizi dan ibn Majah,
sedangkan maksud istilah Akhrajahu as-Sittah adalah sebuah hadis tertentu diriwayatkan oleh
enam perawi, yaitu: al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, an-Nasai, at-Tirmizi dan ibn Majah.
Adapun pengertian istilah Akhrajahu al-Khamsah adalah hadis itu diriwayatkan oleh lima
orang perawi, yaitu: Ahmad, Abu Daud, an-Nasai, at-Tirmizi dan ibn Majah. Sementara
pengertian istilah Akhrajahu al-Arbaah adalah hadis itu diriwayatkan oleh empat Imam
Hadis, yaitu penyusun Kitab-kitab Sunan yang empat.
Selanjutnya pengertian akhrajahu as-Salasah adalah bahwa hadis itu diriwayatkan
oleh tiga Imam Hadis yaitu, Abu Daud, at-Tirmizi dan an-Nasai. Sedangkan maksud istilah
Rawahu al-Jamaah adalah matan Hadis tersebut diriwayatkan oleh jemaah ahli Hadis, dan
yang dimaksud dengan riwayat Muttafaq Alaih ialah riwayat yang kesahihan hadisnya
disepakati dua Imam, yaitu Imam al-Bukhari dan Muslim dengan ketentuan bahwa sanad
terakhirnya, yaitu di tingkat Sahabat, bertemu.

DAFTAR PUSTAKA

Ajjaj al-Khatib, Muhammad, Ushul al-Hadits Pokok-Pokok Ilmu Hadits, Jakarta: Gaya
Media Pratama,1998,cet.1.
Abul Wahid, Ramli dan Matondang, Husnel Anwar, Kamus Lengkap Ilmu Hadis Medan:
Perdana Publishing,2011, cet.2.
al-Asqalaniy, Ibnu Hajar, Bulugu al-Muram, Riyad: Maktabah Dar as-Salam li an-Naysri wa
at-Tawzi,2001, cet.5.
al-Khair Abadi, Muhammad Abu al-Lais, Mujam Mustalahat al-Hadis Wa Ulumih Wa
Asyharu al-Musannifina Fih,Yordania: Dar an-Nafais li an-Nasyri Wa at-Tauzi, 2009,
cet.1.

15
an-Nawawiy, Muhyiddin Ibn Syaraf, at-Taqrib wa at-Taisir li marifat Sunani al-Basyir an-
Nazir Berut: Dar al-Kitabi al-Arabi,1985, cet.1.
as-Suyuti, Jalaluddin, Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqribi an-Nawawiy,Riyad: Dar
al-Asimah,2003 H, jilid.2,cet.1.
Diyau ar-Rahman, Muhammad, Mujam Mustalahati al-Hadis Wa Lataifu al-Asanid, Riyad:
Maktabah Adwau as-Salaf, 1999, cet.1.
Ibnu Kasir, al-Baisu al-Hasis Syarhu Ikhtisari Ulumi al-Hadis,Riyad: Makatabah al-Maarif
li an-Nasyri wa at-Tauzi, 1996, cet.1.
Siddiq al-Minsyawi, Muhammad, Qamusu Mustalahati al-Hadis an-Nabawiy, Cairo: Dar al-
Fadilah,1996.
Tahhan, Mahmud, Taisir Mustalah al-Hadis, Riyadh : Maktabah al-Maarif Li an-Nayri Wa
At-Tauzi, 2004,cet.10.
Yuslem, Nawir, Ulumul Hadis, PT. MutiaraSumber Widya:2010,cet.1.

16

Anda mungkin juga menyukai