Anda di halaman 1dari 11

Kaidah Kaidah Hukum

Islam.
Anggota kelompok:
‫مرحبا‬
Aldo Rayhan(20120099)
Putri Evta Chairunnisa(20120120)
‫مرحبا‬
Cindi Rana Elfista(20120061)
PEMBAHASAN

-Pengertian kaidah kaidah fiqhiyah


-macam macam kaidah fiqhiyah
-perbedaan antara kaidah fiqhiyah dan
kaidah ushuliyah
Latar Belakang
Qawaidul fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqh) adalah suatu
kebutuhan bagi kita semua. Banyak dari kita yang kurang
mengerti bahkan ada yang belum mengerti sama sekali apa
itu Qawaidul fiqhiyah Dengan menguasai kaidah-kaidah
fiqh kita akan mengetahui benang merah yang menguasai
fiqh, karena kaidah fiqh itu menjadi titik temu dari
masalah-masalah fiqh, dan lebih arif di dalam menerapkan
fiqh dalam waktu dan tempat yang berbeda untuk kasus,
adat kebiasaan, keadaan yang berlainan.
Pengertian kaidah fiqhiyah
Kata Qai’dah fiqhiyah terdiri dari dua kata yakni qa’idah dan
fiqhiyyah.Qa’idah kata mufrad yang jama’nya qawa’id menurut bahasa berarti
dasar atau asas. Dan kata fiqhiyyah berasal dari kata fiqh, yang berarti faham,
yang menurut istilah berarti kumpulan hukum-hukum syara’ yang berkaitan
dengan perbuatan mukalaf, yang dikeluarkan dari dalil-dalil yang terperinci.
Qawaid merupakan bentuk jamak dari qaidah, yang kemudian dalam
bahasa indonesia disebut dengan istilah kaidah yang berarti aturan atau patokan

Secara etimologi kaidah-kaidah fikih adalah dasar-dasar atau asas-asas yang


berkaitan dengan masalah-masalah atau jenis-jenis fikih
Macam Macam Kaidah Fiqhiyah
Kaidah pertama: (Perkara tergantung pada tujuannya)

Dalam hal ini, amalan tergantung kepada niat dalam hal:


1) diterima tidaknya amalan oleh Allah tergantung pada niatnya, apakah ikhlas karena
Allah ataukah tidak,
2) amalan mubah bernilai ibadah ataukah tidak,
3) untuk membedakan perbuatan biasa (adat) dengan ibadah,

Contoh penerapan kaidah ini untuk membedakan perbuatan biasa dengan ibadah:
1) Duduk di masjid bisa jadi sekadar untuk beristirahat atau dengan tujuan untuk i'tikaf,
tergantung niatnya.
2) Memberi harta kepada orang lain bisa jadi untuk zakat, atau kafarah, atau sekadar
sedekah biasa, tergantung niatnya.
3) Menyembelih binatang bisa jadi untuk ibadah kurban, atau aqiqah, atau sekadar untuk
makan-makan biasa, tergantung niatnya.
Contoh penerapan kaidah ini untuk membedakan ibadah yang satu dengan ibadah yang
lainnya:
1) Sholat empat rakaat bisa jadi sholat zhuhur atau sholat asar, tergantung niatnya.
2) Sholat dua rakaat di waktu shubuh bisa jadi sholat shubuh atau sholat sunnah sebelum
shubuh, tergantung niatnya.
3) Puasa bisa jadi puasa qadha' atau puasa sunnah, tergantung niatnya.

Kaidah kedua : (Keyakinan tidak hilang oleh keraguan, atau: keyakinan tidak bisa
dihilangkan oleh keraguan)

Contoh penerapan kaidah ini adalah : Terjadi perselisihan penjual dan pembeli, pembeli
ingin mengembalikan barangnya dan berkata bahwa barang tersebut seharga 15 ribu,
sedang penjual berkata harga tersebut adalah 20 ribu. Maka yang dianggap yakin adalah
harga penjual
Kaidah ketiga: (Kesempitan mendatangkan kemudahan)

Contoh dari kaidah ini adalah berbagai macam rukhshah (kemudahan) dalam ibadah bagi mereka yang
memiliki kesempitan atau kesulitan, seperti sholat qashar bagi musafir, sholat dengan duduk atau
berbaring bagi orang yang sakit, qadha' puasa bagi musafir dan yang sakit, dan membayar fidyah bagi
orang yang sudah tidak lagi sanggup berpuasa.

Kaidah keempat: (Kemudharatan hendaknya dihilangkan)

contoh penerapan kaidah ini adalah: Larangan menimbun barang-barang kebutuhan pokok masyarakat
karena perbuatan tersebut mengakibatkan kemudharatan bagi rakyat.

Kaidah kelima: (Adat/kebiasaan bisa dijadikan landasan hukum)

Contoh penerapan kaidah ini adalah penetapan masa haidh, kadar nafkah, kualitas bahan makanan
untuk kafarah, dan sahnya akad jual beli tanpa ucapan eksplisit "aku jual" dan "aku beli" dalam sistem
jual beli modern.
Perbedaan Kaidah Ushuliyah Dan Kaidah Fiqhiyah
Kaidah ushul pada hakikatnya adalah qa’idah istidlaliyah yang menjadi
wasilah para mujtahid dalam istinbath (pengambilan) sebuah hukum syar’iyah
amaliah. Kaidah ini menjadi alat yang membantu para mujtahid dalam
menentukan suatu hukum. Dengan kata lain, kita bisa memahami, bahwa
kaidah ushul bukanlah suatu hukum, ia hanyalah sebuah alat atau wasilah
kepada kesimpulan suatu hukum syar’i. Sedangkan, kaidah fiqih adalah suatu
susunanlafadz yang mengandung makna hukum syar’iyyah aghlabiyyah yang
mencakup di bawahnya banyak furu’. Sehingga kita bisa memahami bahwa
kaidah fiqih adalah hukum syar’i. Dan kaidah ini digunakan sebagai
istihdhar(menghadirkan) hukum bukan istinbath (mengambil) hukum (layaknya
kaidah ushul).
Kaidah ushul dalam teksnya tidak mengandung asrarus syar’i (rahasia–
rahasia syar’i) tidak pula mengandung hikmah syar’i. Sedangkan kaidah fiqih
dari teksnya terkandung kedua hal tersebut.

Kaidah ushul kaidah yang menyeluruh (kaidah kulliyah) dan mencakup


seluruh furu’ di bawahnya. Sehingga istitsna’iyyah (pengecualian) hanya ada
sedikit sekali atau bahkan tidak ada sama sekali. Berbeda dengan kaidah fiqih
yang banyak terdapat istitsna’iyyah, karena itu kaidahnya kaidah aghlabiyyah
(kaidah umum

Perbedaan antara kaidah ushul dan kaidah fiqih pun bisa dilihat dari
maudhu’nya (objek). Jika Kaidah ushul maudhu’nya dalil-dalil
sam’iyyah.Sedangkan kaidah fiqih maudhu’nya perbuatan mukallaf, baik itu
pekerjaanatau perkataan.
Kaidah-kaidah ushul jauh lebih sedikit dari kaidah-kaidah fiqh.

Kaidah-kaidah ushul lebih kuat dari kaidah-kaidah fiqh. Seluruh ulama


sepakat bahwa kaidah-kaidah ushul adalah hujjah dan mayoritas dibangun diatas
dalil yang qot’i. Adapun kaidah-kaidah fiqh ulama berbeda pendapat. Sebagian
mengatakan bahwa kaidah-kaidah fiqh bukan hujjah secara mutlaq, sebagian
mengatakan hujjah bagi mujtahid ‘alim dan bukan hujjah bagi selainnya

Kaidah-kaidah ushul lebih umum dari kaidah-kaidah fiqh.

Kaidah Ushuliyah diperoleh secara deduktif, sedangkan fiqhiyah secara


induktif. Kaidah ushuliyah merupakan mediator untuk meng-istinbath-kan
hukum syara’ amaliyah, sedangkan kaidah fiqhiyah adalah kumpulan hukum-
hukum yang serupa diikat oleh kesamaan ‘illat
Kesimpulan
Qawaidul fiqhiyah adalah suatu perkara kulli (kaidah-kaidah umum)
yang berlaku pada semua bagian-bagian atau cabang-cabangnya yang
banyak yangdengannya diketahui hukum-hukum cabang itu.
Qawaid ushuliyah adalah hukum kulliyah (umum) yang dibentuk
dengan bentuk yang akurat yang menjadi perantara dalam pengambilan
kesimpulan fiqhdari dalil-dalil, dan cara penggunaan dalil serta kondisi
pengguna dalil.
Dengan berpegang kepada kaidah-kaidah fiqhiyah, para mujtahid
merasalebih mudah dalam menginstinbathkan hukum bagi suatu
masalah, yakni denganmenggolongkan masalah yang serupa di bawah
lingkup satu kaidah.

Anda mungkin juga menyukai