PENYUSUN :
Syafi’i Al Azami
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Memiliki segala apa yang di langit dan apa yang
di bumi ini, tanpa bantuanNya kami tak mungkin dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat
waktu.
Sholawat dan salam tak lupa kami sanjungkan kepada baginda yang mulia, yang mudah
mudahan kita senantiasa selalu di barisanNya dan sesuai dengan apa yang di ajarkanNya,
sehingga menjadi umat yang menjadi kebanggaanNya dan mendapat syafa’atNya.
Rasa terimakasih tidak lupa juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing, keluarga,
dan teman-teman, karena atas dukungan merekalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik, walaupun dalam pengerjaannya kami mendapat banyak kendala, dari kesulitan
mencari bahan tulisan maupun timbul rasa malas dalam diri kami, karena terbatasnya
pengetahuan kami dalam mengerjakan tugas makalah ini.
Kami berharap makalah ini yang membahas tentang “TA’RIF” dapat memberikan
pemahaman baru kepada pembaca / pendengar, walaupun terdapat banyak sekali kekurangan
dalam segi bahasa maupun tulisan, oleh karna itu kami mohon kritik dan sarannya agar kami
dapat menjadi lebih baik lagi dalam mengerjakannya.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan mudah mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ta’rif .................................................................................. 2
B. Pembagian Ta’rif ................................................................................. 3
1. Had ( Definisi Esensial ) .......................................................... 3
2. Rasm ( Definisi aksidental ) ..................................................... 4
3. Lafdzi ( Definisi nominalis ) .................................................... 4
C. Syarat – Syarat Ta’rif ........................................................................... 5
BAB I
PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang menyeluruh, karena dalam islam terdapat berbagai ilmu
yang belum kita ketahui sebelumnya, salah satunya yaitu ilmu mantiq. Meskipun pertama yang
menemukan ilmu ini adalah ilmuan Yunani yang pada waktu itu belum adanya agama Islam.
Menurut Baihaqi (2012, hlm.1) ilmu mantiq adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang
dapat membimbing manusia ke arah berfikir secara benar yang menghasilkan kesimpulan yang
benar sehingga ia terhindar dari berfikir secara keliru yang menghasilkan kesimpulan salah. Jadi
bisa disimpulkan bahwa manfaat ilmu mantiq secara praktis adalah untuk mencari dalil
kemudian kita dapat menyimpulkannya. Dalam menyimpulkan sesuatu kita haruslah berfikir
terlebih dahulu sebelum kita mengungkapkanya, baik ungkapan secara tulisan maupun sescara
lisan.
Tapi, sebelum kita menyimpulkan terdapat beberapa hal yang harus kita perhatikan dan harus
kita pahami dengan benar. Yang salah satunya harus mengetahui hakikat sesuatu beserta
penjelasannya. Hal ini sejalan dengan salah satu materi ilmu mantiq yakni materi tentang ta’rif.
A. Latar Belakang Masalah
Ta’rif dalam keseharian di sebut juga pengertian atau definisi. Pengertian ta’rif itu sendiri
pengenalan dan pemahaman mengenai pengertian afrad-afrad untuk mendapatkan gambaran
yang jelas terhadap afrad tersebut atau bila di singkat pengertian ta’rif bisa di sebut bahwa ta’rif
adalah memperkenalkan sesuatu sesuai hakikat/mahiyah sebenarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Ta’rif?
2. Bagaimana Pembagian dari Ta’rif ?
3. Bagaimana syarat-syarat dari Ta’rif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ta’rif
Definisi secara etimologi berarti pengertian atau batasan sesuatu. Ta’rif disebut juga al
qaul al-syarih (ungkapan yang menjelaskan). Dengan demikian, ta’rif menyangkut adanya
sesuatu yang dijelaskan, penjelasannya itu sendiri, dan cara menjelaskannya.
Al-Jurzani menjelaskan pengertian ta’rif sebagai berikut:
َ ْرفَةَ َشي ٍْئ
آخَر ِ ِعبَا َرةٌ ع َْن ِذ ْك ِر َشي ٍْئ تَ ْست َْل ِز ُم َمع
ِ ْرفَتَهُ َمع
“Ta’rif adalah penjelasan tentang penuturan sesuatu, yang dengan mengetahuinya akan
melahirkan suatu pengetahuan yang lain.”
Takrif juga disebut al-had, yaitu
قَوْ ٌل دَا ٌّل َعلَى َما ِهيَ ِة ال َّشي ِْئ
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”[1]
Pengertiam logis tentang persoalan objek pikir merupakan upaya memahami maknanya
dalam membentuk sebuah keputusan dan argumentasi ilmiah yang menjadi pokok bahasan
mantiq dan dalam praktiknya mesti menguasai bahan pembentukan ta’rif, yaitu kulliyah al-
Khams.
Sedangkan menurut istilah ahli logika (mantiq), ta’rif atau definisi adalah teknik
menjelaskan sesuatu yang dijelaskan, untuk diperoleh suatu pemahaman secara jelas dan terang,
baik dengan menggunakan tulisan maupun lisan, dan dalam ilmu mantiq dikenal dengan
sebutan (qaul syarih). Dalam bahasa Indonesia, ta’rif tersebut dapat diungkapkan
dengan perbatasan dan definisi.
B. Pembagian Ta’rif
Ta’rif di bagi menjadi 3 macam , yaitu :
1. Had ( Definisi Esensial )
Had secara etimoligi artinya mencegah. Karena Ta’rif model Had mencegah masuknya selain
perkara yang dita’rif-i.
Ta’rif Had ada 2 macam :
A. Had Tam ( sempurna ) , adalah medefinisikan sesuatu dengan menggunakan jenis
qarib dan fashl qarib, karena apabila jenis qorib di akhirkan dari fasl qarib, maka tergolong had
naqis ( tidak sempurna ).
Contoh :
Manusia adalah hewan yang berfikir , ( jenis qarib dan fashl qarib )
B. Had naqis (tidak sempurna), adalah mendefinisikan sesuatu dengan menggunakan jenis
ba’id dan fashl qarib atau hanya jenis qarib[2]
disebut dengan naqis karena ada sebagian perkara yang keluar dari had, dimana had ini dianggap
merupakan salah satu cacat dalam sebuah had.
Contoh penggunaan fashl qarib saja :
Mansia adalah sesuatu yang berfikir ( fashl qarib )
Contoh fashl qarib bersamaan dengan jenis ba’id ;
Manusia adalah materi yang berfikir (jenis ba’id dan fashl qarib )
dua ta’rif tersebut secara substansi bersifat umum, karena mencakup dzat malaikat ,
namun dalam hal ini malaikat bukanlah golongan manusia. Sehingga ta’rif di atas tidak mampu
mencegah keluarnya dzat malaikat.
Termasuk had naqis adalah definisi menggunakan fashl ba’id bersama fashl qarib.
Contoh :
Manusia adalah materi yang berfikir (jenis ba’id dan fashl qarib )
Adalah mendefinisikan sebuah lafadz menggunakan lafadz lain yang semakna dan
menurut pendengar (sami’) dianggap lebih dikenal (masyhur) atau suatu (mu’arraf yang di
definisikan ) dengan menggunakan kata murradif ( sinonim ) yang lebih jelas dari mu’arraf.[3]
Contoh :
Catatan : ta’rif yang menggunakan fashl atau khash saja, tanpa di sertai lafadz lain adalah
menurut pendapat ulama yang memperbolehkan pendefisian sesuatu menggunakan lafadz
mufrod (kata tunggal). Versi lain, sebagaimana imam Az-Zarkasyi, mengatakan bahwa
mendefinisikan sesuatu dengan lafadz menurut tidak di perbolehkan[4]
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah kami paparkan, maka penulis menyimpulkan bahwa
Ta’rif (al-ta’rif) secara etimologi berarti pengertian atau batasan sesuatu. Takrif disebut juga al
qaul al-syarih (ungkapan yang menjelaskan) atau al-had, yaitu
قَوْ ٌل دَا ٌّل َعلَى َما ِهيَ ِة ال َّشي ِْئ
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”
Sedangkan ta’rif secara mantiqi adalah teknik menerangkan baik dengan tulisan maupun
lisan, yang dengannya diperoleh yang jelas tentang sesuatu yang diterangkan / diperkenalkan.
Ta’rif dibagi menjadi 3 macam, yaitu: ta’rif had ( definisi esensial ), rasm ( definisi
aksidental ), dan lafdzi ( definisi nominslis )
Syarat-syarat ta’rif, yaitu harus jami’ mani’, harus lebih jelas dari yang dita’rifkan, harus
sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan, tidak berputar-putar, bebas dari penggunaan
kata majazi dan kata yang mngandung banyak makna.
A. Saran
Sekian makalah tentang ta’rif ysng dapat saya sampaikan. Kami menyadari bahwa
makalah yang saya susun ini jauh dari kata sempurna, oleh karna itu saya memohon saran dari
semua pihak dan pembaca demi kesempurnaan makalah yang telah saya susun ini. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian.
Daftar Pustaka
Al-Hasyimy, Muhammad Ma’shum Zainy. 2008. Zubdatul Mantiqiyah (teori Berfikir
Logis),Jombang: Darul Hikmah
Azka, Darul dan Nailul Huda.
Baihaqi. 2012. Ilmu Matik Teknik Dasar Berfikir Logik. Jakarta: Darul Ulum Press.
Djalil, Basiq.2010. Logika (Ilmu Mantiq). Jakarta. Prenada Media Group.
Hasan, Ali. 1995. Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta : Pedoman Ilmu jaya
Sambas, Syukriadi. 2000. Mantik kaidah berpikir Islam. Bandung: PT Remaja
RusdakaryaZakariya, Aceng. 1999. Ilmu Mantiq.
http://ernysulis5.blogspot.co.id/2014/01/ilmu-mantiq-definisi-tariif.html
http://milatunmina.blogspot.co.id/2017/04/ilmu-mantiq-tarif.html