Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Hubungan Antara Sosiolinguistik Dengan Ilmu Lain


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Psikolinguistik
Dosen Pengampu: Bidari M. Pd

Disusun Oleh:

Eli Safitri
Nurul Istiqomah
Semester: V/PBA

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH Al-AMIEN (IDIA) PRENDUAN


SUMENEP MADURA
2019 M.

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hakikat bahasa menurut Harimurti Kridalaksana dalam Kamus
Linguistik edisi ketiga adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Sosiolinguistik ,dibandingkan
dengan ilmu-ilmu sosial lainnya,seperti ilmu ekonomi, sosiologi , atau dengan
linguistik sendiri,merupakan ilmu yang relatif baru. Namun sosiolinguistik
memiliki 3 batasan dalam pembahasanya, yakni : bahasa masyarakat dan hub-
ungan antara bahasa dan masyarakat.1
Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki manu-
sia, tidak hanya dapat dikaji secara internal tetapi juga secara eksternal. Artinya
pengkajian bahasa tidak hanya dapat dilakukan dengan menganalisis struktur
fonologis, morfologis maupun sintaksisnya, melainkan dapat pula dikaji
dengan hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan
dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-
kelompok sosial kemasyarakatan. Pengkajian secara eksternal inilah yang
menghasilkan rumusan-rumusan yang berkaitan dengan kegunaan dan
penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di dalam masyara-
kat. Pengkajian secara eksternal ini tidak hanya melibatkan teori dan
prosedur linguistik saja, tetapi juga melibatkan teori dan prosedur disiplin lain
yang berkaitan dengan penggunaan bahasa itu, sehingga wujudnya berupa ilmu
antardisiplin yang namanya merupakan gabungan dari disiplin ilmu-ilmu yang
bergabung itu, umpamanya sosiolinguistik.
Sosiolinguistik merupakan gabungan antara disiplin sosiologi dan
disiplin linguistik dengan bahasa sebagai objek kajiannya. Namun satu hal
yang harus digaris bawahi bahwasanya bahasa sebagai objek kajian
sosiolinguistik tidak dilihat maupun didekati sebagai bahasa, melainkan dilihat

1
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002) hal. 23

2
dan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat
manusia. Persoalan kita sekarang adalah apakah sosiolinguistik itu sebenarnya;
bagaimana hubungannya dengan disiplin ilmu lain; dan apa kegunaan serta ma-
salah-masalah sosiolinguistik. Atas dasar di atas penyusun kemudian tertarik
untuk membicarakan masalah seputar sosiolinguistik, kegunaan dan ruang
lingkup sosiolinguistik.
B. Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang di atas, adapun rumusan yang menjadi masalah
dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Apakah sosiolinguistik itu?
2. Bagaimana hubungan sosiolinguistik dengan ilmu lain?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan pengertian sosiolinguistik.
2. Menunjukkan hubungan sosiolinguistik dengan ilmu lain.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguis-
tik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Menurut
KBBI Daring, sosiolinguistik adalah ilmu tentang bahasa yang digunakan di
dalam interaksi sosial; cabang linguistik tentang hubungan dan saling pengaruh
antara perilaku bahasa dan perilaku sosial.2 Sosiologi sendiri dapat diartikan
sebagai kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyara-
kat, dan mengenai lembaga-lembaga dan proses sosial yang ada di dalam
masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi,
berlangsung dan tetap ada. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek
kajiannya Menurut Abdul Caher, Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik
yang mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat.
Didalam bukunya Abdul Chaer juga menyatakan bahwa apa yang dibicarakan
dalam sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian
bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak dua bahasa atau
lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu.3 Sosiolinguistik
dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti ekonomi, sosiologi atau
dengan linguistik sendiri ,merupakan ilmu relatif baru. Ditinjau dari nama
sosiolinguistik menyangkut sosiologi dan linguistik, kerena itu sosiolinguistik
mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat,
dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi sosiolinguistik adalah kajian tentang
bahasa yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat. 4
Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan
organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa
saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakai
bahasa. Batasan semacam ini ingin menarik sosiolinguistik ke bidang sosiologi
2
(http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php)
3
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta : Rineka cipta, 1994) hal. 33
4
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002) hal. 24

4
daripada ke linguistik. Dalam kajian sosiolinguistik memang ada kemungkinan
orang memulai dari masalah kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan
bahasa, tetapi bisa pula berlaku sebaliknya, memulai dari bahasa kemudian
mengaitkan dengan gejala-gejala kemasyarakatan.5
B. Hubungan Sosiolinguistik dengan Ilmu lain
1. Sosiolinguistik dengan Sosiologi
Sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi
kemasyarakatan, hubungan antar anggota masyarakat, tingkah laku
masyarakat. Secara kongkret, sosiologi mempelajari kelompok-kelompok
dalam masyarakat, seperti keluarga, clan(subsuku), suku, bangsa. Di dalam
masyarakat ada semacam lapisan, seperti lapisan penguasa dan lapisan
rakyat jelata, atau kasta-kasta yang berjenjang, juga dipelajari sosiologi.
Tentu saja untuk mempelajari hal semacam itu harus mempunyai data yang
memadai ,yang banyak melibatkan banyak orang atau anggota masyarakat.
Jadi, sosiologi paling tidak berhadapan dengan dua individu dalam
masyarakat. Sosiolinguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan
dengan masyarakat, memiliki persamaan dengan sosiologi, dalam arti
sosiolinguistik memerlukan data atau subyek lebih dari satu orang individu.
Dalam kajian, keduanya menggunakan metode kuantitatif.
Sosiolinguistik juga menggunakan metode sampling (random atau
acak), karena kadang-kadang tidak mungkin seluruh anggota masyarakat
dilibatkan atau dijadikan subjek atau informan. Dalam kaitan kedua metode
itu tidak mustahil sosiolinguistik juga menggunakan statistik, seperti halnya
sosiologi. Dalam mengumpulkan data,baik sosiologi maupun sosiolinguistik
menggunakan metode wawancara, rekaman, mengumpulkan dokumen dan
sebagainya. Sedangkan dalam pengolahan data menggunakan metode
deskriptif. Namun harus dilihat juga perbedaan antara kedua studi tersebut.
Sampai tahap tertentu sosiologi memang menyentuh bahasa, misalnya kalau
dia berbicara tentang hubungan antara anggota masyarakat yang satu dengan
anggota yang lain, atau mengidentifikasikan ciri-ciri sebuah kelompok

5
Ibid, hal 25

5
masyarakat yang merupakan suku atau bangsa. Tetapi, tentu saja sosiologi
tidak sampai berbicara tentang bahasa itu sampai pada hal yang sekecil-
kecilnya, misalnya tentang struktur kalimat. Sosiologi juga tidak akan
berbicara tentang ragam atau variasi bahasa yang dipakai oleh seorang
pemimpin, misalnya, ketika dia berbicara dengan istri dirumah, dengan
tukang sapu di kantor, dengan anggota kelompoknya didalam rapat. Se-
baliknya, justru ragam bahasa itu yang menjadikan salah satu obyek
sosiolinguistik. Jadi, obyek utama sosiologi bukan bahasa, melainkan
masyarakat, dan dengan tujuan mendeskripsikan masyarakat dan tingka
laku. Dan obyek utama sosiolinguistik adalah variasi bahasa bukan
masyarakat.6
2. Sosiolinguistik dengan Linguistik Umum
Linguistik umum (General Linguistic) sering kali disebut Linguistik
saja, mencakup fonologi, morfologi dan sintaksis. Linguistik disini hanya
berbicara tentang struktur bahasa, mencakup bidang struktur bunyi, struktur
morfologi dan struktur kalimat, dan akhir ini juga struktur wacana. Linguis-
tik yang demikian itu menitikberatkan pembicaraan pada bunyi-bunyi baha-
sa, karena atas dasar anggapan, bahasa itu berupa bunyi yang berstruktur
dan bersistem. Semua bahasa seperti itu, meski tidak ada dua bahasa yang
memiliki struktur yang persis sama. Jadi, linguistik mempunyai pandangan
monolitik terhadap bahasa. Artinya, bahasa dianggap sebagai satu sistem
yang tunggal, linguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem tertutup, suatu
sistem yang berdiri sendiri terlepas dari kaitanya dengan struktur
masyarakat. Bahasa dianggap sebagai sistem yang komponen-komponenya
bersifat homogen. Dalam penelitian, seorang linguis memakai satu atau dua
orang subyek sebagai informan. Tutur informan itu kemudian di analisis,
dan dari satu dua orang itu si linguis kemudian menyusun tata bahasa atau
memberikan struktur bahasa yang diteliti. Tentu saja infoman itu terpilih
dari orang-orang yang bertutur dalam satu ragam tertentu, yaitu ragam baku.

6
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002) hal. 26

6
Fokus pemerian linguistik itu struktur atau bunyi bahasa sebagai
sitem, wajar kalau data yang dipakai adalah data tutur verbal, dan satuan
terbesar yang digarap umumnya hanya pada tataran kalimat. Sebaliknya,
seorang sosiolinguis, yang fokusnya fungsi bahasa, data yang dicari dan di-
analisis adalah data verbal plus nonverbal. Sosiolinguistik memperhatikan
fonologi, morfologi, dan sintaksis, tetapi satuan terbesar yang menjadi
obyeknya adalah wacana, setidaknya sosiolinguis memulai dari wacana, ba-
ru turun ke tataran yang lebih kecil. Karena masalah Sosiolinguistik itu
fungsi bahasa, pendekatanya tidak cukup eka/tunggal disiplin (seperti lin-
guistik) melainkan harus anekadisiplin (multidisipliner), meliputi sosiologi,
antropologi, psikologi sosial. Uraian cukup lengkap tentang perbedaan
Sosiolinguistik dan linguistik dapat dibaca.7
3. Sosiolinguistik dengan Dialektologi
Dialektologi adalah kajian tentang variasi bahasa. Dia mempelajari
berbagai dialek dalam suatu bahasa yang tersebar di berbagai wilayah.
Tujuannya untuk mencari hubungan kekeluargaan di antara dialek-dialek
itu, juga menetukan sejarah perubahan bunyi atau bentuk kata, berikut mak-
nanya dari masa ke masa dan dari suatu tempat ke tempat lain. Titik berat
kajian terletak pada kata.8
Metode yang dipakai dialektologi adalah metode komparatif dan
metode historis-diakronis. Artinya ,dia membanding-bandingkan dan di da-
lam membandingkan itu dialektologi menunjukkan sejarah dari bentuk se-
buah kata, karena itu dia menjangkau lebih dari satu masa, yaitu masa kini
dan lampau.Disamping itu jelas pula bagi penglihatan kita, dialektologi
meneliti katakata pada dialek regional yaitu dialek yang didasarkan atas ba-
tas-batas wilayah alam. Sosiolinguistik menggunakan juga metode
komparatif,tetapi biasanya bukan historis diakronis. Yang dibandingkan ju-
ga bukan hanya kata-kata. Sosiolinguistik kadang-kadang meneliti persoalan
seperti “kapan si A menggunakan kata X, dan kapan Z?” tetapi

7
Ibid hal 27
8
Ibid hal 28

7
perbandingan itu masih dalam batas waktu dimana si A itu hidup. Dengan
kata lain Sosiolinguistik menggunakan metode deskriptif-sinkronis, yaitu
melihat obyek sebagiamana adanya pada suatu saat tertentu. Kajian
Sosiolinguistik yang bersifat kesejarahan tampak pada kajian tentang
pergeseran atau kepunahan bahasa. Perbedaan lain yang cukup mendasar
adalah Sosiolinguistik lebih banyak meniik beratkan kajiannya atas variasi
bahasa bukan atas dasar batas-batas regional atau batas-batas
alam,melainkan pada batasbatas kemasyarakatan seperti perbedaan usia,
jenis kelamin, status sosial, lapisan sosial, dan sebagainya. Tentu saja masih
da kemungkinan, Sosiolinguistik berhadapan dengan dialek regional.9
4. Sosiolinguistik dengan Retorika
Retorika dimaksudkan sebagai kajian tentang tutur terpilih (selected
speech). Salah satu cabangnya adalah kajian tentang gaya bahasa (style).
Seseorang yang akan bertutur mempunyai kesempatan untuk menggunakan
berbagai variasi, dan untuk itu bahasa menyediakan bahan-bahannya.
Seseorang yang menyuruh orang lain didepannya untuk pergi dapat
menggunakan berbagai cara atau ungkapan, bisa menggunakan sebuah kata
saja “pergi” dengan suara keras. Bisa pula menggunakan kalimat perintah
yang lebih halus “silahkan anda pergi”, tetapi bisa pula menggunakan
kalimat tanya “Apa lagi yang anda tunggu disini?”. Untuk memilih bentuk
atau kalimat yang di ucapkan, bisa mempertimbangkan yang paling efektif
untuk situasi dan kondisi pada waktu itu. Bagaimana si penutur
menggunakan suatu bentuk ujaran, situasi dan kondisi yang mendukung
pemilihan bentuk itu, dan kekuatan yang terkandung dalam ucapan,
sehingga orang yang disuruh pergi misalnya, betul-betul mau pergi,
merupakan persoalan retorika.
Retorika mempunyai kesejajaran dengan Sosiolinguistik, yaitu variasi
bahasa sebagai obyek studi keduanya. Tetapi tidak seperti retorika,
Sosiolinguistik tidak hanya memperhatikan bentuk-bentuk bahasa yang
terpilih saja. Sosiolinguistik mempelajari semua variasi yang ada, kemudian

9
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002) hal. 28

8
dikaitkan dengan dasar atau faktor yang memunculkan variasi itu. Retorika
cenderung ke arah kajian tutur individu, seperti munculnya kajian tentang
“gaya bahasa” si A atau si B. Ini tentu tidak menjadi objek Sosiolinguistik.10
5. Sosiolinguistik dengan Psikologi Sosial
Psikologi sosial merupakan paduan antara kajian sosiologi dengan
psikologi, tetapi merupakan bagian dari kajian psikologi. Psikologi
mengurusi masalah proses mentalindividu, seperti inteligensi, minat, sikap,
kepribadian, dan semacamnya. Manakala masalah semacam itu menyangkut
sekelompok manusia, analisinya ditangani oleh psikologi sosial. Dan karena
Sosiolinguistik itu berkaitan dengan bahasa masyarakat, hubungan antara
Sosiolinguistik dengan psikologi sosial tentu ada.
Sosiologi dapat mendekati suatu masalah Sosiolinguistik seperti
pilihan bahasa (language choice), yaitu bahasa atau ragam bahasa yang
dipilih oleh seseorang penutur ketika ia melakukan interaksi verbal dengan
cara mengamati (mensurvai) terlebih dahulu sempel yang akan diteliti dalam
kaitanya dengan struktur sosial, dan melakukan analisis statistik terhadap
hasil survai itu. Jika kita memakai metode atau pendekatan psikologi sosial,
perhatian kita lebih tertuju kepada proses psikologis daripada kategosi sosial
yang luas. Kita bisa juga melakukan hal-hal sebagaimana sosiologi, seperti
melakukan survai, menentukan sampel, dan memakai analisis statistik,
tetapi yang kita cari lebih mengarah kepada motivasimotivasi individual
daripada struktur sosial. Dengan kata lain, psikologi sosial lebih
berwawasan perorangan (personal oriented) daripada berwawasan sosial
(social oriented). Tentu saja “perorangan” itu masih dalam kaitan dengan
kedudukannya sebagai warga masyarakat. Pendekatan psikologi sosial ini
bisa pulakita pakai dalam menganalisis misalnya sikap bahasa (language at-
titude) yaitu sikap sekelompok masyarakat terhadap sesuatu bahasa.11
6. Sosiolinguistik dengan Antropologi

10
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002) hal. 29
11
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002) hal. 30

9
Antropologi adalah kajian tentang masyarakat dari sudut kebudayaan
dalam arti luas. Kebudayaan dalam arti luas bisa mencakup hal-hal seperti
kebiasaan, adat, hukum, nilai, lembaga sosial, religi, teknologi, bahasa. Bagi
atropologi, bahasa sering kali dianggap sebagai ciri penting bagi jati diri
(identitas) bagi sekelompok orang berdasarkan etnik. Masyarakat jakarta
dapat dipilah-pilah berdasarkan etnik mereka, menjadi kelompok cina, Arab,
Batak, Jawa, Sunda, Betawi dan sebagainya, dan ciri atau jati diri tiap ke-
lompok itu adalah bahasa. Bagaimana seorang warga Jakarta berhubungan
dengan warga lain, bahasa apa yang dipakai, merupakan kajian
Sosiolinguistik. Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data dapat
berupa wawancara, kuesioner, atau pengamatan.12
7. Sosiolinguistik Makro dengan Sosiolinguistik Mikro
Kedua istilah ini, mikro dan makro, mengacu pada luas dan sempit
cakupan. Jika Sosiolinguistik membicarakan masalah-masalah “besar dan
luas”, ia masuk Sosiolinguistik makro, sebaliknya, jika yang dibicarakan
adalah masalah-masalah “kecil dan sempit” ia masuk Sosiolinguistik mikro.
Sudah diketahui berdasarkan sensur penduduk, 1980, jumlah penduduk In-
donesia 170 juta. Jumlah itu dapat dipilah-pilah berdasarkan tempat tinggal,
jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, mata pencaharian. Ini merupakan
gejala sosial. Jika kemudian faktor sosial ini dihubungkan dengan bahasa,
memasuki bidang Sosiolinguistik, bisa berbicara tentang jumlah pendukung
atau penutur bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan sebagainya. Dari dua kali
sensus, yang berjarak 10 tahun, maka dapat bertanya tentang orang yang
mampu berbahasa Indonesia, menurun atau bertambah; tentang sejumlah
orang yang dalam kehidupan sehari-hari dirumah beralih dari bahasa daerah
ke bahada Indonesia. Maka juga bisa berbicara tentang perencanaan tau
pembinaan bahasa. Semua ini masuk cakupan Sosiolinguistik makro.
Jika berbicara tentang peristiwa tutur dalam sebuah pesta adat pada
suku A, misalnya pesta pinangan, bisa disebut sebagai objek Sosiolinguistik
mikro. Maka dapat teliti urutan peristiw tutur itu, siapa yang mulai membu-

12
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002) hal. 31

10
ka, siapa melanjutkan, bagaimana gilirannya, ragam bahasa apa yang dipa-
kai? Ada orang mengatakan, Sosiolinguistik mikro itu menelaah tentang
“siapa berbicara dalam (ragam) bahasa apa, kepada siapa, tentang apa atau
siapa,dalam situasi apa, dengan maksud apa, dan sebagainya “.
Sosiolinguistik mikro, menurut Roger Bell (1976), lebih menekankan
perhatian pada interaksi bahasa antar penutur didalam suatu kelompok
guyup tutur (intragroup interection), sedang Sosiolinguistik makro menitik
beratkan perhatian pada interaksi antar penutur dalam konteks antar ke-
lompok (intergroup interection). Analisis atau deskripsi Sosiolinguistik
mikro relativ lebih dekat dengan arientasi linguistik, tetapi dengan cakupan
tetap lebih luas dari analisis linguistik (fishman, 1968). Sebalinya,
Sosiolinguistik makro, yang mempunyai objek dengan skala lebih luas dan
lebih besar, memperhatikan komunikasi antar kelompok dalam suatu
masyarakat bahasa, bahkan sampai tingkatan bangsa dalam sebuah negara :
memperhatikan kontak bahasa antara kelompok mayoritas dengan kelompok
minoritas, pemertahanan bahasa minoritas, dan hal-hal lain yang
menyangkut kelompok penutur yang jumlahnya banyak. Pada umumnya
dapat dikatakan, manakala suatu pemecahan masalah kebahasaan itu orien-
tasinya mendekati orientasi sosial, pendekatanya cenderung ke
Sosiolinguistik makro, tetapi kalau ia mendekati orientasi linguistik, pen-
dekatannya mendekati Sosiolinguistik mikro.13

BAB III
13
Ibid hal 32

11
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut Abdul Caher, Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang
mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat.
Didalam bukunya Abdul Chaer juga menyatakan bahwa apa yang dibicara-
kan dalam sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian bahasa, tempat
pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak
dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu.
Sosiolinguistik dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti
ekonomi, sosiologi atau dengan linguistik sendiri, merupakan ilmu relatif
baru. Ditinjau dari nama, Sosiolinguistik menyangkut sosiologi dan linguis-
tik, kerena itu Sosiolinguistik mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian
tersebut. Sosio adalah masyarakat,dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi
Sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaikan dengan kondisi
masyarakat.
2. Sosiolinguistik memiliki hubungan dengan beberapa disiplin ilmu lainnya
yaitu:
1. Sosiolinguistik dengan Sosiologi
2. Sosiolinguistik dengan Linguistik Umum
3. Sosiolinguistik dengan Dialektologi
4. Sosiolinguistik dengan Retorika
5. Sosiolinguistik dengan Psikologi Sosial
6. Sosiolinguistik dengan Antropologi
7. Sosiolinguistik Makro dengan Sosiolinguistik Mikro
4. Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis sangat banyak, dalam
penggunaannya sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara
menggunakan bahasa dalam aspek atau segi sosial tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Agustina. 2010. Sosiolinguistik: PerkenalanAwal. Jakarta: RinekaCipta.
Chaer , Abdul . 1994 : Linguistik Umum . Jakarta : Rineka cipta
Sumarsono .2002 : Sosiolinguistik . Yogyakarta : Pustaka Pelajar

12
13

Anda mungkin juga menyukai