Anda di halaman 1dari 2

Pendapat Para Ulama Ulama telah menyepakati bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia

tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau
barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai

Berdasarkan ayat-ayat dan hadis yang dikemukakan di atas sebagai dasar jual beli dapat dinyatakan bahwa jual
beli itu hukumnya mubah (boleh). Namun, menurut Imam al-Syatibi (ahli fikih Mazhab Imam Maliki),
hukumnya bisa berubah menjadi wajib dalam situasi tertentu. Sebagai contoh dikemukakannya, bila suatu
waktu terjadi praktek ihtikar, yaitu penimbunan barang, sehingga persediaan (stok) hilang dari pasar dan harga
melonjak naik.17 Apabila terjadi praktek seperti itu, pemerintah boleh memaksa para pedagang menjual barang-
barang sesuai dengan harga pasar sebelum terjadi pelonjakan harga barang itu. Para pedagang wajib memenuhi
ketentuan pemerintah di dalam menentukan harga pasaran

Al-Baqarah :282 – Ayat tentang perintah mencatat utang piutang


‫ب َك َما َعلَّ َمهُ هّٰللا ُ فَ ْليَ ْكتُ ۚبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه‬ ٓ
َ ُ‫ب َكاتِبٌ اَ ْن يَّ ْكت‬ َ ْ‫\ًمًّى فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم َكاتِ ۢبٌ بِ ْال َع ْد ۖ ِل َواَل يَأ‬C ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن اِ ٰلى اَ َج ٍل ُّم َس‬
‫ض ِع ْيفًا اَوْ اَل يَ ْست َِط ْي ُع اَ ْن يُّ ِم َّل ه َُو فَ ْليُ ْملِلْ َولِيُّهٗ بِ ْال َع ْد ۗ ِل َوا ْستَ ْش ِه ُدوْ ا َش ِه ْي َد ْي ِن‬ َ ْ‫ق َسفِ ْيهًا اَو‬ ُّ ‫ق هّٰللا َ َربَّهٗ َواَل يَ ْب َخسْ ِم ْنهُ َش ْيـًٔ ۗا فَا ِ ْن َكانَ الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه ْال َح‬ ِ َّ‫ق َو ْليَت‬ُّ ‫ْال َح‬
ۗ ‫ب ال ُّشهَ ۤ َدا ُء اِ َذا َما ُد ُعوْ ا‬ َ ْ‫َض َّل اِحْ ٰدىهُ َما فَتُ َذ ِّك َر اِحْ ٰدىهُ َما ااْل ُ ْخ ٰر ۗى َواَل يَأ‬ ِ ‫ضوْ نَ ِمنَ ال ُّشهَ ۤ َدا ِء اَ ْن ت‬ َ ْ‫ِّجالِ ُك ۚ ْم فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُكوْ نَا َر ُجلَ ْي ِن فَ َر ُج ٌل وَّا ْم َراَ ٰت ِن ِم َّم ْن تَر‬ َ ‫ِم ْن ر‬
‫هّٰللا‬ ٓ
َ ‫ض َرةً تُ ِد ْيرُوْ نَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬
‫ْس‬ ِ ‫ارةً َحا‬ َ ‫ص ِغ ْيرًا اَوْ َكبِ ْيرًا اِ ٰلى اَ َجلِ ٖ ۗه ٰذلِ ُك ْم اَ ْق َسطُ ِع ْن َد ِ َواَ ْق َو ُم لِل َّشهَا َد ِة َواَ ْد ٰن ٓى اَاَّل تَرْ تَاب ُْٓوا اِآَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬ َ ُ‫َواَل تَسْـَٔ ُم ْٓوا اَ ْن تَ ْكتُبُوْ ه‬
– ‫ق بِ ُك ْم ۗ َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هّٰللا ُ ۗ َوهّٰللا ُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬ ٌ ۢ ْ‫ُض ۤا َّر َكاتِبٌ َّواَل َش ِه ْي ٌد ەۗ َواِ ْن تَ ْف َعلُوْ ا فَاِنَّهٗ فُسُو‬ َ ‫َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَاَّل تَ ْكتُبُوْ ه َۗا َواَ ْش ِهد ُْٓوا اِ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم ۖ َواَل ي‬
٢٨٢

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya,
maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia
bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang
itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka
hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di
antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan
di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang
seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu
bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil
di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali
jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu
jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit
dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu.
Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َوالَ ِر ْب ُح َما لَ ْم تَضْ َم ْن‬


“Tidak boleh mendapat keuntungan tanpa menanggung resiko kerugian.” (HR. Ahmad 6671, Abu Daud 3506,
Turmudzi 1279 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Anda mungkin juga menyukai