1
PEMBAHASAN
2
(ini/itu), terbukti dengan masih adanya beberapa bahasa isyarat yang
masih ada sampai sekarang dan dipahami secara alami oleh semua
manusia di seluruh dunia, seperti isyarat tangan untuk menunjuk
sesuatu, isyarat mata untuk kode tertentu, isyarat kepala untuk
mengiyakan sesuatu dan isyarat-isyarat lain yang menunjukkan
terhadap kalimat-kalimat tertentu yang lain. Karena hakikat bahasa
dalam pandangan Heidegger bukan hanya terfokus pada kata-kata yang
dilafalkan (al-manthûq [Arab]/spoken [Inggris]), tapi juga yang diam
(al-lamanthûq [Arab]/unspoken [Inggris]).2
3 https://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis
3
1. Hipotesis Nurani Setiap bahasawan (penutur asli bahasa) tentu
mampu memahami dan membuat (menghasilkan, menerbitkan)
kalimat-kalimat dalam bahasanya karena dia telah “menuranikan” atau
“menyimpan dalam nuraninya” akan tata bahasanya itu menjadi
kompetensi (kecakapan) bahasanya, juga telah menguasai
kemampuan-kemampuan performasi (pelaksanaan) bahasa itu. Jadi,
dalam pemerolehan bahasa, jelas yang diperoleh oleh kanak-kanak
adalah kompetensi dan performasi bahasa pertamanya itu. Kemudian
karena tata bahasa itu terdiri dari komponen sintaksis, semantik, dan
fonologi, dan setiap komponen itu berupa rumus-rumus (kaidah-
kaidah), maka ketiga macam rumus inilah yang terlebih dahulu
dikuasai kanak-kanak dalam pemerolehan bahasa. Selain dari rumus-
rumus ketiga komponen tata bahasa itu, untuk bisa memahami dan
membuat kalimat-kalimat, perlu juga terlebih dahulu dikuasai atau
dimiliki rumus-rumus yang mengubah bentuk-bentuk dalam (struktur
dalam) menjadi bentuk luar (struktur luar). Hipotesis nurani
mengatakan bahwa setiap manusia yang berbahasa mampu memahami
dan membuat kalimat dalam bahasanya karena telah “menuranikan”
tata bahasanya menjadi kompetensi bahasanya dan juga menguasai
kemampuan performansi bahasanya. Anak-anak memperoleh
kompetensi dan performansi bahasanya dalam bahasa pertama mereka,
dan karena tata bahasa setiap bahasa terdiri dari komponen sintaksis,
semantik dan fonologi maka ketiga komponen inilah yang pertama
dikuasai anak.
Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan
para pakar terhadap pemerolehan bahasa anak-anak (Lenneberg, 1967,
Chomsky 1970)[2]. Di antara hasil pengamatan tersebut adalah sebagai
berikut: Semua anak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya
apabila ‘diperkenalkan’ dengan bahasa ibunya dan tidak diasingkan
dari kehidupan bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa tidak ada
hubungannya dengan kecerdasan. Pemerolehan bahasa terjadi secara
4
merata baik untuk anak cerdas maupun tidak cerdas. Kalimat yang
didengar anak seringkali tidak gramatikal, tidak lengkap dan sedikit
jumlahnya. Bahasa tidak bisa diajarkan terhadap makhluk lain Proses
pemerolehan bahasa anak-anak erat kaitannya dengan proses
pematangan jiwa anak. Struktur bahasa yang rumit, kompleks, dan
bersifat universal mampu dikuasai anak-anak dalam waktu singkat
yaitu dalam waktu tiga atau empat tahun saja.
2. Hipotesis Tabularasa
5
orang-orang disekitarnya. Urutan pemerolehan tersebut secara garis
besar adalah sebagai berikut : Antara usia 0 sampai 1,5 tahun kanak-
kanak mengembangkan pola-pola aksi dengan cara bereaksi terhadap
alam sekitarnya; Setelah struktur aksi dinuranikan, maka kanak-kanak
memaski tahap representasi kecerdasan, yang terjadi antara usia 2
tahun sampai 7 tahun; Setelah tahap represntasi kecerdasan, dengan
represntasi simboliknya, berakhir, maka bahasa anak-anak semakin
berkembang.
6
teori dalam perkembangan bahasa anak. Dua pandangan yang
kontroversial dikemukakan oleh para pakar dari Amerika, yaitu pandangan
NATIVISME yang berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada kanak-
kanak bersifat alamiah (nature), dan pandangan BEHAVIORISME yang
berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada kanak-kanak bersifat
“suapan” (nurture). Pandanan ketiga muncul di Eropa dari Jean Piaget
yang berpendapat bahwa pengusaan bahasa adalah kemampuan yang
berasal dari pematangan kognitif, sehingga pandangannya disebut
KOGNITIVISME. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat ketiga
pandangan tersebut.
1. Teori Nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa
hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat
menguasai bahasa manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada
beberapa asumsi. Pertama,perilaku berbahasa adalah sesuatu yang
diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang
sama (merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki
peran kecil di dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat
dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa
anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata
bahasa yang rumit dari orang dewasa
2. Teori Behavioristik
8
Teori behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia
merupakan perilaku yang dapat dipelajari dan diamati secara nyata,
dan terbentuk karena dipengaruhi oleh factor eksternal (diluar diri
manusia). Teori ini kemudian diaplikasikan dalam konsep belajar.
Menrut aliran ini, belajar merupakan proses response karena adanya
stimulus/rangsangan yang mendorong adanya perubahan perilaku.
Stimulus belajar dapat berupa motivasi, ganjaran(reward), hukuman
(punishment), dan lingkungan yang kondusif.[3]
9
memiliki perana yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku
verbalanya. Kaum behavioris bukan hanya tidak mengakui peranan
akatif si anak dalam proses pemerolehan bahasa, malah juga tidak
mengakui kematangan si anak itu. Proses perkemabangan bahasa
terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh
lingkungannya.
10
tidak diberikan penjelasan maupun membentuk bagian dari
penjelasan.
- Pembelajaran itu terdiri dari pemerolehan kebiasaan, yang
diawali dengan peniruan.
- Respon yang dianggap baik menghasilkan imbalan yang
baik pula.Kebiasaan diperkuat dengan cara mengulang-ulang
stimuli dengan begitu sering sehingga respon yang diberikan pun
menjadi sesuatu yang bersifat otomatis.[6]
3. Teori Kognitivisme
11
timbulnyatak terelakan, maka struktur itu tidak perlu tersediakan
secara alamiah.
12
dan baru sesudah itu pengetahuan itu dapat keluar dalam bentuk
ketrampilan berbahasa.[7]
Bayi baru lahir sampai usia satu tahun lazim disebut dengan istilah
infant artinya tidak mampu berbicara; istilah ini memang tepat kalau
dikaitkan dengan kemampuan berbicara atau berbahasa.namun kurang
tepat atau tidak tepat kalau dikaitkan dengan kemampuan berkomunikasi,
13
b. Bunyi berdekut
c. bunyi berleter
14
Tahap ini dilalui si anak sewaktu berusia antara enam sampai
sepuluh bulan. Menjelang usia enam bulan si anak dapat
memonyongkan bibir dan menariknya kedalam tampa
menggerakkan rahang. Dua bulan berikutnya dia dapat
mengatupkan bibirnya rapat-rapat selama mengunyah dan menelan
makanan yang agak cair.
Kalau bunyi berdekut yang terjadi pada usia antara dua sampai
tiga bulan. Muncul saat anak berinteraksi dengan orang lain, maka
bunyi berleter terjadi atau banyak dilakukan ketika si anak sedang
sendirian, tidak ada orang lain (nakazima, 1975; strak, 1981). Jadi,
pada masa ini si anak memperdengarkan suaranya sendiri. Hal ini
memang penting bagi perkembangan penguasa bahasa selanjutnya.
Bunyi yang terlahir tidak dapat mendengar (tuli), sampai
dengan masa bermain-main dengan bunyi, masih melakukan
kegiatan yang sama dengan bayi yang normal.namun karna dia
tidak dapat mendengar suaranya sendiri maka kegiatan
mengeluarkan bunyi-bunyi bahasa mulai menurun. Kegiatanya
tidak sampai ketahap mencoba mengucapkan bunyi-bunyi
konsonan (oller ddk., 1986 dalam purwo, 1989).
2. Tahap Perkembangan Kata dan Kalimat
a. Kata Pertama
Menurut Francescato (1968, dalam Purwo 1989), anak belajar
mengucapkan kata sebagai suatu keseluruhan, tanpa
memperhatikan fonem kata-kata itu satu persatu. Sedangkan
menurut Waterson, 1971 dalam Purwo 1989, anak hanya dapat
menangkap ciri-ciri tertentu dari kata yang diucapkan oleh orang
15
dewasa, dan pengucapannya terbatas pada kemampuan
artikulasinya.
b. Kalimat Satu kata
Kata pertama yang berhasil diucapkan anak akan di susul oleh
kata kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Keistimewaan kata-
kata yang di ucapkan anak biasanya dapat ditafsirkan sebagai
sebuah kalimat yang bermakna. Jadi, bicara anak yang pertama
kalinya mengandung makna adalah terdiri atas kalimat satu kata.
Yang pertama kali muncul adalah ujaran yang sering diucapkan
oleh orang dewasa dan yang didengarnya atau yang sudah
diakrabinya seperti main, orang, binatang piaraan, makanan dan
pakaian.
c. Kalimat Dua Kata
16
di jawab sendri oleh si ibu, sehingga menjelang usia tiga tahun
anak sudah menganal pola dialog.
17
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan makalah diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Linguistik adalah ilmu tentang Bahasa atau penyelidikan
Bahasa secara ilmiah.
2. Keilmiahan Linguistik melalui tiga tahap: Spekulasi,
Obseravasi dan Klasifikasi, Perumusan Teori
3. Manfaat Linguistik diantaranya ialah sebagaimana
penggunaannya baik oleh Linguis, Penerjemah, Guru Bahasa,
Penyusun Teks, Penerjemah, dan Penyusun Kamus.
18
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Kholison, Pengantar Linguistic Bahasa Arab ( Lisan Arabi, Malang: 2017)
hal: 1
19
Anak – anak memperoleh komponen bahasa utama dari ibu
mereka dalam waktu yang relatif singkat. Ketika mulai bersekolah
mereka mempelajari bahasa formal, mereka sudah mengetahui cara
berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Mereka sudah
mulai mengu capkan sebagian besar kata. Perkembangan bahasa
tindak berhenti ketika anak sekolah atau dewasa, proses
perkembangan bahasa trus berkembang terus sepanjang hayat. Laura
E Berk (Ahli Psikologi Perkembangan dari Illinois State University )
“Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang
paling kompleks dan mengangumkan, walaupun bahasa itu kompleks
umumnya berkembang pada individu dengan kecepatan yang luar
biasa pada awal masa kanak-kanak.
20
ini perkembangan yang mencolok adalah perkembangan
comprehension (komprehensi) artinya penggunaan bahasa secara pasif
(Marat: 1983). Komprehensi merupakan elemen bahasa yang dikuasai
terlebih dahulu oleh anak sebelum anak bisa memproduksi apapun
yang bermakna.Menurut Altmann (dalam Dardjowidjojo, 2000) bahwa
sejak bayi berumur 7 bulan dalam kandungan, seorang bayi telah
memiliki sistem pendengaran yang telah berfungsi. Pada hakikatnya
komprehensi adalah proses interaktif yang melibatkan berbagai koalisi
antara 5 faktor, yakni: sintetik, konteks lingkungan, konteks sosial,
informasi leksikal dan prosodi. Walaupun bahasa itu tidak diturunkan
manusia tetapi manusia memiliki kemampuan kognitif dan kapasitas
linguistik tertentu dan juga kapasitas untuk belajar (Marat: 1983).
Dalam hal ini sekali lagi peran orang tua, eluarga, lingkungan, bahkan
pengasuh anak sangat diperlukan dalam proses pengembangan bahasa
secara optimal. 1. Tahap Meraban Kedua (0,5-1,0) Tahap ini anak
mulai aktif artinya tidak sepasif sewaktu ia berada pada tahap meraban
pertama. Secara fisik ia sudah dapat melakukan gerakan-gerakan
seperti memegang dan mengangkat benda atau menunjuk.
Berkomunikasi dengan mereka mulai mengasyikan karena mereka
mulai aktif memulai komunikasi, kita lihat apa saja yang dapat mereka
lakukan pada tahap ini. 5-6 bulan Dari segi komprehensi kemampuan
bahasa anak semakin baik dan luas, anak semakin mengerti beberapa
makna kata, misal: nama, larangan, perintah dan ajakan. Hal ini
menunjukkan bahwa bayi sudah dapat memahami ujaran orang
dewasa. Disamping itu bayi sudah dapat melakukan gerakan
21