Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PERKEMBANGAN BAHASA

(RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA I)

Disusun Oleh : Kelompok 6

Alde Saputro (14081035) Ajeng Yuni Arso (16082573)

Aprilia Nabella (16081591) Ardi Fenri Purba (16081567)

Braham Firdanasarani (16081721) Deny Dwi Kurniawan (16081605)

Eli Widiawati (16081670) Fausta Arba Adventus (16081551)

Ino Widyatmoko (16081376) Lidya Petrina Willar (16081597)

Leonardus Enrico V.Y (16081568) Lusia Andini (16081130)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

2016
PERKEMBANGAN BAHASA

1. Pengertian

Tahap perkembangan yang paling menakjubkan terjadi pada


masa anak, yaitu saat anak mulai bisa berbicara. Bahasa adalah suatu
sistem komunikasi yang terdiri dari kata-kata dan simbol-simbol dengan
macam-macam variasinya serta aturan-aturan yang berlaku sehingga
menghasilkan sebuah pesan. Sedagkan fungsi bahasa adalah untuk
berinteraksi dengan orang lain, untuk mengkomunikasikan suatu
informasi, untuk mengekspresikan perasaan, keinginan, sudut pandang,
untuk mempengaruhi orang lain, dapat membantu anak
mengorganisasikan, pikirannya, organisasi pola pikir untuk
mengendalikan perilaku anak, dan yang paling penting adalah untuk
mempelajari hal-hal yang baru. Jadi bahasa adalah suatu alat untuk
membangun kompetensi komunikasi anak, yaitu kemampuan untuk
mengekspresikan pikiran, perasaan dan niat anak secara terorganisasi
dan mengikuti pola budaya tertentu. Jika komunikasi yang terjadi dapat
dipahami dan memiliki arti maka akan terjalin suatu interaksi antara
sesama manusia. Arti komunikasi adalah proses pertukaran informasi
yang terjadi secara 2 arah. Ada yang mengirim pesan dan ada yang
menerima pesan. Untuk itu bahasa yang dipakai harus dapat dipahami
oleh yang mengirim dan yang menerima atau biasa diseut bahasa reseptif
dan bahasa ekspresif.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa
dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang
diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak
tubuh, ekspresi wajah pantonim atau seni. Sedangkan bicara adalah
bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk
berkomunikasi, paling penting & paling banyak
dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai
dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sangat bertanggung jawab
alas kesuksesan belajar anak dan seyogyanya selalu berusaha
meningkatkan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal.
Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi
pribadi yang bahagia karena dengan melalui berkomunikasi dengan
lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi
di lingkungannya. Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana
pikiran dan perasaan scseorang disimbolisasikan agar dapat
mcnyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera itu, perkembangan
bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata.

2. Teori Perkembangan Bahasa

Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa yang


diawali dari anak-anak tentunya tidak terlepas dari pandangan, hipotesis,
atau teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah telah mencatat
adanya tiga pandangan atau teori dalam perkembangan bahasa anak.
Teori tersebuat adalah sebagai berikut:

a. Teori Nativist
Pandangan ini diwakili oleh Noam Chomsky (1974). Menurut
pandangan ini, anak lahir sudah memiliki struktur mental yang
memandu mereka untuk membentuk kemampuan bahasa (language
acquisition device). Jadi pada akhirnya anak akan dapat berbicara
dengan sendirinya. Ia berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada
anak-anak bersifat alamiah atau nature. pandangan ini tidak
berpendapat bahwa lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan
bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan
pemberian biologis, sejalan dengan terbukanya kemampuan lingual
yang secara genetis telah di programkan.

Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan


bahasa pertama, anak sedikit demi sedikit membuka
kemampuan lingualnya yang secara genetis telah
diprogramkan. Jadi lingkungan sama sekali tidak punya
pengaruh dalam proses pemerolehan bahasa
pertama(acquisition). Para ahli nativis berpendapat bahwa bahasa
merupakan pembawaan dan bersifat alamiah dan meyakini bahwa
kemampuan berbahasa sebagaimana halnya kemampuan berjalan,
merupakan bagian dari perkembangan manusia yang dipengaruhi
oleh kematangan otak, beberapa bagian neurologis tertentu dari otak
manusia memiliki hubungan dengan perkembangan bahasa, sehingga
kerusakan pada bagian tersebut dapat menyebabkan hambatan
bahasa.

Menurut Chomsky , Howe, Maratsos (dalam miller, 1981)


berpandangan bahwa ada keterkaitan antara faktor biologis yang
menekankan membentuk individu menjadi makhluk linguistik dan
perkembangan bahasa. Chomsky (dalam dworetzky, 1984)
mengembangkan teori yang komplek tentang bahasa yang
disebut transformation grammer theory. Menurut Chomsky, arti dari
kalimat atau kandungan semantik dalam kalimat berkaitan dengan
struktur yang lebih dalam yang merupakan bagian alat penguasaan
bahasa.
Chomsky (1974) mengatakan bahwa individu dilahirkan dengan alat
penguasaan bahasa (Language Acquisition Device) LAD dan
menemukan sendiri cara kerja bahasa tersebut. Dalam belajar
bahasa, individu memiliki kemampuan tata bahasa bawaan untuk
mendeteksi kategori bahasa tertentu seperti fonologi, sintaksis dan
sematik. Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu
kompleks dan rumit, sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu
singkat melalui metode seperti peniruan atau imitation. Alat ini yang
merupakan pemberian biologis yang sudah di programkan untuk
merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD
dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk
memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kemampuan
kognitif lainnya. Dan juga bahasa pertama itu penuhdengan
kesalahan dan penyimpangan kaidah ketika pengucapan
atau pelaksanaan bahasa (performance). Manusia tidak mungkin
belajar bahasa pertama dari orang lain seperti klaim skinner menurut
chomsky bahasa hanya dapat diuasai oleh manusia, karena:
 Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan
(genetik), pola perkembangan bahasa berlaku
universal, dan lingkungan hanyam e m i l i k i peran
kecil dalam proses pematangan bahasa
 B a h a s a dapat dikuasai dalam waktu singkat , tidak
bergantung pada lamanya latihan seperti pendapat
kaum behaviorisme
Lenneberg (1967) memiliki pendapat yang senada dengan ahli lain
bahwa belajar bahasa adalah berdasarkan pengetahuan awal yang
diperoleh secara biologis. Para ahli nativis menjelaskan bahwa anak
dilahirkan dengan mekanisme atau kapasitas internal sehingga dapat
mengorganisasi lingkingannya dan mampu mempelajari bahasa.
Para ahli nativis menjelaskan bahwa kemampuan berbahasa
dipengaruhi oleh kematangan seiring dengan pertumbuhan anak.
Pandangan para ahli nativis yang memisahkan antara belajar bahasa
dengan perkembangan kognitif dikritik berkenaan dengan kenyataan
bahwa anak belajar bahasa dari ligkungan sekitarnya dan memiliki
kemampuan untuk mengubah bahasanya jika lingkungannya
berubah.
b. Teori Behavioristik
Pandangan ini diwakili oleh B.F Skinner, yang menekankan bahwa
proses pemerolahan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si
anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah
bahasa bagi kaum behavioris dianggap kurang tepat karena istilah
bahasa itu menyiratlan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki atau
digunakan, dan sesuatu yang di lakukan. Padahal bahasa itu
merupakan salah satu perilaku-perilaku manusia lainnya. Oleh karena
itu, mereka lebih suka menggunakan istilah perilaku verbal (verbal
behavior), agar tampak lebih mirip dengan perilaku kain yang harus
dipelajari.

Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami


bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya.
Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya,
tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan
perilaku verbalnya. Kaum behavioris bukan hanya tidak mengakui
peran aktif si anak dalam proses penerolehan bahasa, malah juga
tidak mengakui kematangan anak. Proses perkembangan bahasa
terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh
lingkungannya. Dan kemampuan yang sebenarnya dalam
berkomunikasi adalah dengan prinsip pertalian S-R (stimuls-respons)
dan proses peniruan-peniruan.

Para ahli behavioristik berpendapat bahwa anak dilahirkan tanpa


membawa kemampuan apapun. Dengan demikian anak harus belajar
melalui pengondisian daqri lingkungan, proses imitasi, dan
diberikan reiforcement (penguat).
Para ahli perilaku menjelaskan beberapa faktor penting dalam
mempelajari bahasa yaitu imitasi, rewart, reinforcement dan frekuensi
suatu perilaku. Skinner, (1957) memandang perkembangan bahsa
dari sudut stimulus-respon, yang memandang berpikir sebagai proses
internal bahasa mulai diperoleh dari interaksi dalam lingkungan.
Bandura, (1997) memandang perkembangan bahasa dari sudut teori
belajar sosial. Hergenhahn, (1982) Ia berpendapat bahwa anak
belajar bahasa dengan melakukan imitasi atau menirukan suatu
model yang berarti tidak harus menerima penguatan dari orang lain.

Pandangan behavioristik dikritik berkenaan dengan kenyataan bahwa


anak pada suatu saat dapat membuat suara-suara baru dalam awal
perkembangan bahasannya, dan dapat membentuk kalimat-kalimat
baru yang berbeda dari yang pernah diajarkan padanya.

c. Teori Kognitif
Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri
alamiah yang terpisah, melainkah salah satu di antara beberapa
kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa
distrukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas
pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam
kognisi. Jadi, urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa.

Piaget menegaskan bahwa stuktur yang kompleks dari bahasa


bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam, dan bukan pula sesuatu
yang dipelajari dari lingkungan. Struktur bahasa itu timbul sebagai
akibat dari interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif
anak dengan lingkungan kenahsaannya (juga lingkungan yang lain).

Para ahli kognitif berpendapat bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh


beberapa fator seperti peran aktif anak terhadap lingkungan, cara
anak memproses suatu informasi, dan menyimpulkan struktur bahasa.
Menurut Piaget (Hergenhahn, 1982), berpikir sebagai prasyarat
berbahasa, terus berkembang secara progresif dan terjadi pada
setiap tahap perkembangan sebagai hasil dari pengalaman dan
penalaran. Perkembangan anak secara umum dan perkembangan
bahasa awal anak berkaitan erat dengan berbagai kegiatan anak ,
objek, dan kejadian yang mereka alami dan menyentuh, mendengar,
melihat, merasa, dan membau.
Menurut piaget struktur yang kompleks itu bukan pemberian
alam dan bukan sesuatu yang dipelajari dari lingkungan melainkan
struktur itu timbul secara tak terelakkan sebagai akibat dari
interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognisi anak
dengan lingkungan kebahasaannya.
Vygotsky (1986), mengemukakan bahwa perkembangan kognitif dan
bahasa anak berkaitan erat dengan kebudayaan dan masyarakat
tempat anak dibesarkan. Vygotsky menggunakan istilah zona
perkembangan proximal (ZPD) untuk tugas-tugas yang sulit untuk
dipahami sendiri oleh anak. ZPD juga memiliki batas yang lebih
rendah merupakan tingkat masalah yang dipecahkan anak dan batas
yang lebih tinggi merupakan tingkat tanggung jawab ekstra yang
dapatditerima anak dengan bantuan orang dewasa.
Teori kognitif dikritik berkenaan dengan pandangan bahwa bahasa
memiliki pengaruh yang kecil terhadap perkembangan kognisi .
pendapat ini bertentangan dengan penelitian yang membuktikan
bahwa pengetahuan baru dapat diperoleh seseorang melalui
berbicara dan menulis.
Jika Chomsky berpendapat bahwa lingkungan tidak besar
pengaruhnya pada proses pematangan bahasa, maka Piaget
berpendapat bahwa lingkungan juga tidak besar pengaruhnya
terhadap perkembangan intelaktual anak. Perubahan atau
perkembangan intelaktual anak sangat tergantung pada keterlibatan
anak secara aktif dengan lingkungannya.

d. Teori Empirist
Dalam teori ini Skinner dan Bandura memiliki pemikirannya masing-
masing. Skinner menyatakan bahwa bahasa bisa berkembang melalui
hadiah / penguatan. Contoh : jika anak mengoceh segera berikan
hadiah agar anak merasa senang dan
terstimulasi untuk terus mengoceh yang kemudian berkembang
menjadi bicara.
Sedangkan Bandura menyatakan bahwa bahasa dan bicara dapat
berkembang jika
anak diberi contoh tentang bagaimana berbicara. Hal ini dapat
meningkatkan kemampuan anak untuk berbicara. Banyak digunakan
untuk anak yang mengalami keterlambatan bicara atau anak autis dan
gangguan bicara.

e. Teori Interaksionist
Pandangan ini beranggapan bahwa memang secara biologis anak
sudah memiliki kemampuan untuk berbicara namun tetap diperlukan
faktor lingkungan (berupa stimulasi) untuk mengembangkan
kemampuan bicara dan bahasa anak agar lebih sempurna.
Lingkungan yang paling berperanan adalah orangtua. Pengenalan
bahasa dimulai sejak bayi lahir, yaitu melalui pengenalan banyak
objek saat bermain dan sambil berbicara. Selain itu, anak juga
dikenalkan dengan berbagai macam situasi atau persitiwa yang dapat
dilihat anak secara langsung. Teknik yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa anak adalah melalui
bermain (non verbal games), bahasa sederhana, mengelaborasi dan
memberikan hadiah saat anak mampu mengucapkan suatu kata atau
saat mengoceh.

3. Periode Perkembangan Bahasa


Perkembangan bahasa dapat terbentuk melalui interaksi sosial.
Perkembangan bahasa bisa terjadi tidak melalui kata per kata namun bisa
juga terjadi melalui suara, gerakan, senyuman, dan ekspresi wajah. Jika
anak tidak memberikan respon maka orangtua dapat memberikan
stimulasi dengan menggukan suara, gerakan ataupun ekspresi wajah.

Tahapan perkembangan bahasa pada awalnya yang dilalui anak adalah


bahasa reseptif, yaitu anak akan menerima dan memahami pesan verbal
yang datang padanya. Seiring dengan bertambahnya usia, bahasa yang
dipelajari anak adalah bahasa ekspresif, yaitu anak mulai belajar untuk
mengucapkan kata-kata secara verbal yang sifatnya dapat untuk
dipahami orang lain.

Para pakar perilaku memandang bahasa sama seperti perilaku lainnya,


misalnya duduk, berjalan, atau berlari. Mereka berpendapat bahwa
bahasa hanya merupakan urutan respons (Skinner,1957) atau sebuah
imitasi (Bandura, 1977). Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan
adalah baru, kita tidak mendengarnya atau membicarakannya
sebelumnya.
Kita tidak mempelajari bahasa di dalam suatu ”ruang hampa sosial”
(social vacuum). Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang
sangat muda. Kita memerlukan pengenalan kepada bahasa yang lebih
dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik (Adamson,1992;
Schegloff,1989). Dewasa ini, kebanyakan peneliti penguasaan bahasa
yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas
menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus dan dalam
beberapa kasus tanpa penguatan yang jelas ( Rice,1993).
Dengan demikian aspek yang penting dalam mempelajari suatu bahasa
tampaknya tidaklah banyak. Walaupun begitu, proses pembelajaran
bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan
dari pengasuh dan guru. Suatu peran lingkungan yang membangkitkan
rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak kecil disebut
motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi
dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas dari pada normal, dan
dengan kalimat-kalimat yang sederhana.
Bahasa dipahami dalam suatu urutan tertentu. Pada setiap tahap di
dalam tahap perkembangan, interaksi linguistik anak dengan orang tua
dan orang lain pada dasarnya mengikuti suatu prinsip tertentu ( Conti-
Ramsden & Snow, 1991; Maratsos, 1991). Perkembangan pemahaman
bahasa pada anak bukan saja sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis
anak, tetapi lingkungan bahasa di sekitar anak sejak usia dini jauh lebih
penting dibandingkan dengan apa yang diperkirakan di masa lalu ( Von
Tetzchner & Siegel, 1989).
Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan
kognitif daripada Piaget. Bagi Piaget, bahasa baru tampil ketika anak
sudah mencapai tahap perkembangan yang cukup maju. Pengalaman
berbahasa anak tergantung pada tahap perkembangan kognitif saat itu.
Namun, bagi Vygotsky, bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan
orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi.
Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak
mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk
membantu memecahkan masalah.
Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa
untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari
menyelesaikan masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional
konkret, percakapan batiniah tidak terdengar lagi.

Menurut study yang dilakuan sebelum tahun 1960, minat bahasa anak
mulai timbul pada dekade pertama abad ke-20 yang dipelori oleh ilmuan
di bidang psikologi ataupun pedagogi, antara lain W. Stern, W. Preyer,
dan G. Stumpf. Pada umumnya mereka mempelajari buku harian anak-
anaknya kemudian membandingkan hasilnya. Tombullah argumentasi-
argumentasi mengenai perolahan bahasa anak.

Pada periode sesudah tahun 1960 terjadi perubahan yang cukup berarti.
Disamping disebabkan karena munculnya banyak tokoh dengan teori
yang di bawanya, juga dikarenakan oleh kemajuan di bidang teknologi,
seperti adanya tape recorder, alat video, perhatian terhadap
perkembangan bahasa anak semakin meningkat. Dengan suatu alat,
bahasa anakdapat diselidiki, dengan merekam dan kemudian
menganalisisnya. Tokoh-tokoh yang banyak melakukan penyelidikan
berkaitan dengan hal tersebut adalah W. Miller (1964), P. Menyuk (1963),
R. Brown (1964), dan Braine (1963).

M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan bahasa


anak dalam empat periode. Perbedaan fase-fase ini berdasrkana pada
cirri-ciri tertentu yang khas pada setiap periode. Adapun periode-periode
tersebut sebagai berikut:
a. Periode Prelingual (usia 0 - 1 tahun)
Disebut demikian karena anak belum dapat mengucapkan
‘bahasa ucapan’ seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti
belum mengikuti aturan-aturan bahasa yang berlaku. Pada
periode ini anak mempunyai bahasa sendiri, misalnya mengoceh
sebagai ganti komunikasi dengan orang lain. Contohnya
baba,mama, tata, ayng mungkin merupakan reaksi terhadap
situasi tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi
karena kematangan proses mental pada usia 9-10 bulan.

Pada periode ini, perkembangan yang menyolok adalah


perkembangan comprehension, artinya penggunaan bahasa
secara pasif. Misalnya anak mulai bereaksi terhadap pembicaraan
orang dengan melihat kepada pembicara dan memberikan reaksi
yang berbeda terhadap suara yang ramah, yang lembut, dan yang
kasar.

b. Periode Lingual Dini (1 - 2,5 tahun)


Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang
pertama, meskipun belum lengkap. Misalnya: atia (sakit), agi
(lagi), itut (ikut), atoh (jatuh). Pada masa ini beberapa kombinasi
huruf masih sukar diucapkan, juga beberapa huruf masih sukar
untuk diucapkan seperti r, s, k, j, dan t. pertambahan kemahiran
berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat dibagi dalam
tiga periode, yaitu:

 Periode kalimat satu kata ( holophrare)


Menurut aturan tata bahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu
kalimat, karena hanya terdiri dari satu kata, tetapi para ahli peneliti
perkembangan bahasa anak beranggapan bahwa kata-kata
pertama yang diucapkan oleh anak itu mempunyai arti lebih dari
hanya sekedar suatu ‘kata’ karena kata itu merupakan ekspresi
dari ide-ide yang kompleks, yang pada orang deawasa akan
dinyatakan dalam kalimat yang lengkap.
Contohnya: ucapan “ibu” dapat berarti:
Ibu kesini! Ibu kemana? Ibu tolong saya!
Itu baju ibu, Ibu saya lapar, dst.

Pada umunya, kata pertama ini dipergunakan untuk member


komentar terhadap obyek atau kejadian di dalam lingkungannya.
Dapa berupa perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dll.
Bagaimana menginterpretasikan kata pertama ini tergantung pada
konteks waktubkata tersebut di ucapkan, sehingga untuk dapat
mengerti apa maksud si anak dengan kata tersebut kita harus
melohat atau mengobservasi apa yang sedang dikerjakan anak
pada waktu itu. Intonasi juga sangat membantu untuk
mempermudah menginterpretasikan apakah si anak bertana,
member tahu, atau memerintah.

 Periode kalimat dua kata


Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang diperolah dari
lingkungan dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi-
fungsi lain pada anak, maka terbentuklah pada periode ini kalimat
yang terdiri dari dua kata.
Pada umunya, kalimat kedua muncul pertama kali tatkala seorang
anak mulai mengerti suatu tema dan mencoba untuk
mengekspresikannya. Hal ini terjadi pada sekitar usia 18 bulan,
dimana anak menentukan bahwa kombinasi dua kata tersebut
mempunyai hubungan tertentu yang mempunya makna berbeda-
beda, misalnya makna kepunyaan (baju ibu), makna sifat (hidung
pesek), dan lain sebagainya.

 Kalimat lebih dari dua kata


Kalau ada lebih dari dua kata di bidang morfologi belum terlihat
perkembangan yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari
dua kata sudah terlihat kemampuan anak di bidang morfologi.
Keterampilan membentuk kalimat bertambah, terlihat dari
panjangnay kalimat, kalimat tiga kata, kalaimat empat kata, dan
seterusnya. Pada periode ini penggunaan nahasa tidak bersifat
egosentris lagi, melainkan anak sudah mempergunakan untuk
komunikasi dengan orang lain, sehingga mulailah terjadi suatu
hubungan yang sesungguhnya antara anak dengan orang dewasa
c. Periode Diferensiasi (usia 2,5 - 5 tahun)
Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam
mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan
kalimat-kalimat. Secara garis besar ciri umum perkembangan
bahasa pada periode ini adalah sebagai berikut:
 Pada akhir periode secara garis besar anak telah
menguasai bahasa ibunya, artinya hukum-hukum
tatabahasa yang pokok dari orang dewasa telah dikuasai
 Perkembangan fonologi boleh dikatakan telah berakhir.
Mungkin masih ada kesukaran pengucapan konsonan
yang majemuk dan sedikit kompleks.
 Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai
berkembang.Kata benda dan karta kerja mulai lebih
terdiferensiasi dalam pemakaiannya, hal ini ditandai
dengan penggunaan kata depan, kata ganti dan atau kerja
bantu.
 Fungsi bahasa untuk komunikasi benar-benar mulai
berfungsi. Persepsi anak dan pengalamannya tentang
dunia luar mulai ingin dibaginya dengan orang lain, dengan
cara memberikan kritik, bertanya, menyuruh, membri tahu
dan lain-lain
 Mulai terjadi perkembangan di bidang morfologi, ditandai
dengan munculnya kata jamak, perubahan akhiran,
perubahan kata karja, dan lain-lain.

d. Perkembangan bahas sesudah usia 5 tahun


Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur
sintaksis dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat
kalimat lengkap. Jadi sudah tidak terlalu banyak masalah. Menurut
Piaget, pada periode ini perkembangan anak di bidang kognisi
masih berkembang terus sampai usia 14 tahun, sedangkan
peranan kognisi sanga t besar dalam penggunaan bahasa.
Dengan masih terus berkembangnya kognisi, dengan sendirinya
perkembangan bahasa juga masih berkembang.

Ada beberapa penelitian tentang perkembangan bahasa sesudan


usia 5 tahun, antara lain penelitian yang dilakukan oleh A.
Karmiloff Smith yang menyelidiki bahasa anak-anak sekolah
(1979) yang menyatakan bahwa antara usia 5 – 8 tahun muncul
cirri-ciri baru yang khas pada bahasa anak, yaitu kemampuan
untuk mengerti hal-hal yang abstrak pada taraf yang lebih tinggi.
Baru kemudian sesudah anak usia 8 tahun bahasa menjadi alat
yang betul-betuk penting baginya untuk melukiskan dan
menyampaikan pikiran.

Dalam bidang semantic terlihat kemajuan-kemajuan yang


tercermin pada penambahan kosa kata, dan penggunaan kata
sambung secara tepat. Tetapi aturan sintaksis khusus untuk
pembuatan kalimat konteks baru dikuasai secara bertahap antara
usia 5 – 10 tahun. Selanjutnya pada usia 7 tahun baru dapat
menggunakan kalimat pasif, maksudnya mengerti aturan-aturan
tatabahasa mengenai prinsip-prinsip khusus, bertidak ekonomis
dalam mengungkapkan sesuatu serta menghindari hal-hal yang
berlebihan. Sampai SMP keterampilan bicara lebih meningkat,
sintaksis lebih lengkap dengan variasi-variasi struktur dan variasi-
variasi kata, baik kekomplekan kalimat tulis maupun lisan.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa:


a. Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang
tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta
kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggauta kelompok
tersebut. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit
terus menerus, maka anak tersebut cenderungakan mengalami
kelambatan atau kesulitan dala perkembangan bahasannya.

b. Intelegensi / Kecerdasan
Anak yang memiki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan
memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang
anak yang tingkat kecerdasannya rendah
c. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa
dengan hal ini menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga
miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya
dibandingkan anak yang berasal dari keluargayang lebih baik. Kondisi
ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan atau kesempatan
belajar (keluarga miskin diduga kurang
memperhatikan)perkembangan bahasa anaknya atau kedua-duanya
(Hetzer & Raindrorf dalam E. Hurlock, 1956).
d. Jenis Kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan vokalisasi antara
laki-laki dan perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak
perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari pada
anak pria. Pada setiap jenjang umur, anak laki-laki lebih pendak dan
kurang betul tatabahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit,
dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan
e. Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan
berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang
tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa
dengan anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak
memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan
yang tidak sehat menakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau
kelambatan dalam perkembangan bahasanya.
Hubungan yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang
keras\kasar, kurang kasih sayang dan kurang perhatian untuk
memberikan latihan dan contohdalam berbahasa yang baik kepada
anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami
stagnasi atau kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas
dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk
mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan
f. Keinginan Berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain,
semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin
bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk
belajar.
g. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara, dengan
mengajaknya bicara dan didorong menanggapainya, akan semakin
awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
h. Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih
awaldan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar. Karena orang
tua dapat menyisahkan waktu yang lebih banyak untuk mengajarkan
anaknya berbicara
i. Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang
anak yang lahir kemudian. Hal ini karena orang dapat menyisihkan
waktunya lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang
lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang
lahir kemudian.
j. Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa
”anak harus dilihat dan didengar” merupakan hambatan belajar.
Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasan dan demokratis
akan mendorong anak untuk belajar.
k. Kelahiran Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembanga
bicaranya terutamakarena mereka lebih banyak bergaul dengan
saudara kembarnya dan hanya memahamilogat khusus yang mereka
miliki. Hal ini melamahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara
agar orang lain dapat memahami mereka.
l. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya, dan
semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggauta
kelompok sebayanya akan semakin kuat motivasi mereka untuk
belajar berbicara.
m. Keperibadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik
cenderungkemampuan bernicaranya lebih baik , baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif.
5. Gangguan dalam Perkembangan Bicara
Disamping faktor tersebut terdapat beberapa gangguan yang harus
diatasi oleh anak dalam rangka belajar berbicara, antara lain:
a. Tangisan yang berlebihan
Tangisan yang berlebuhan dapat menimbulkan gangguan pada fisik,
antara lain berupa kurangnya energi, sehingga secara otomatis dapat
menyebabkan kondisi anak tidak fit. Dan gangguan psikis anak yaitu
berupa perasaan ditolak atau tidak dicintai
b. Anak sulit memahami pembicaraan orang lain
Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan. Hal ini
disebabkan kurangnya perbendaharaan kata pada anak dan orang
tua yang sering kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan
kata-kata yang belum dikenal oleh anak. Bagi keluarga yang
menggunakan dua bahasa, anak akan lebih banyak mengalami
kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau
saudaranya yang tinggal dalam satu rumah. Orang tua hendaknya
selalu berusaha mencari sebab kesulitan bahasa anak dalam
memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau
membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah
mengartikan suatu pembicaraan.

6. Penanganan dalam Perkembangan bahasa dan Bicara

A. Penatalaksanaan
1. Oral peripheral Mechanism Examiniation (Pemeriksaan
Mekanisme Mulut dan Sekitarnya)
a) Pada bentuk:
 Warna yang tidak normal pada lidah, palatal atau pharynx.
 Ketinggian atau kelebaran yang tidak normal pada palatal
arch (lengkung palatal).
 Kesimetrisan pada wajah atau palatal. Biasanya
berhubungan dengan adanya gangguan neurologi atau
kelemahan pada otot.
 Deviasi dari lidah dan/ atau uvula ke kanan atau kekiri.
Indikasi dari gangguan neurologi biasanya kearah sisi yang
lebih lemah.
 Pembesaran dari tonsil.
 Gigi yang hilang/ ompong Tergantung pada gigi yang
hilang, artikulasi dapat terganggu.
b) Pada kekuatan:
 Kelemahan pada tekanan Indra-oral.
 Lingual frenum yang pendek. Dapat mengakibatkan
gangguan pada artikulasi.
 Kelemahan atau tidak adanya gag reflex. Biasanya
menandakan adanya kelemahan pada otot.
 Kelemahan pada bibir, lidah dan atau rahang.
c) Pada pergerakan:
 Secara informal, terapis dapat mengobservasi terhadap
penggunaan organ bicara tersebut yang digunakan untuk
hal lainnya seperti makan dan minum (pergerakan untuk
mengisap, mengunyah, menelan dan lainnya).
 Secara formal dengan pengambilan Diadochokinetik Rate
(evaluasi kemampuan untuk secara cepat melakukan
gerakan bicara yang berganti-ganti): Misalnya:
mengulang/papapapa/; /tatatata/; /kakakaka/ dan
/patakapatakapataka/ dalam hitungan 1 (satu) menit.

2. Artikulasi atau pengucapan


Terapi yang diberikan:
1. Latihan dengan tahap:
 Isolasi (isolation): Latihan pengucapan konsonan itu sendiri
tanpa huruf hidupnya (Konsonan tunggal);
 Suku Kata (CV Combination): Latihan pengucapan
konsonan dengan kombinasi Konsonan Vocal: KV;
 VCV; VK (Posisi: Awal-Pertengahan-Akhir). Aktifitas yang
dapat diberikan antara lain dengan menirukan atau
Menggunakan kartu suku kata;
 Kata: Latihan pengucapan konsonan untuk tingkat kata
(Posisi: Awal-Pertengahan-Akhir). Aktifitas yang dapat
diberikan antara lain dengan menamakan benda atau
gambar sesuai dengan konsonan yang mengalami
kesulitan. Misalnya: /r/ awal:rumah,rambut,robot,roti, dan
lainnya;
 Kalimat: Latihan menggunakan konsonan yang mengalami
kesulitan dalam kalimat atau bacaan (bila anak sudah
dapat membaca). Misalnya: konsonan /r/: ruri memberi ira
sebutir beras.
 Tentunya untuk latihan pemakaian secara fungsional atau
sehari-hari dalam berbicara (carry over).

3. Bahasa dan Bicara (Reseptif dan Eksprosif)


Bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif/
pemahaman dan ekspretif atau pengungkapan secara verbal.
Terapi yang dapat diberikan:
 Phonology (bahasa bunyi);
 Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;
 Morphology (perubahan pada kata),
 Syatax (kalimat), termasuk tatabahasa;
 Discourse (Pemakaian bahasa dalam konteks yang lebih luas),
 Metalinguistics (Bagaimana cara bekerjanya suatu Bahasa) dan
 Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).
4. Suara
Terapi yang dapat diberikan:
 Terapi Suara (VoiceTherapy): Permasalahan pada Nada, volume,
kualitas yang dapat dibantu dengan Facilitation Technique.
5. Pendengaran
Bantuan dan Terapi yang dapat diberikan:
 Alat bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada
dokter yang terkait. Terapi penggunaan sensori lainnya untuk
membantu komunikasi.
Kesimpulan

 Setiap manusia mengawali komunikasi dengan dunia sekitarnya


melalui bahasa tangis. Sejalan dengan perkembangan
kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian
dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan
meluas. Dilhat dari fungsinya, bahasa merupakan kemampuan
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
 Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak
tentunya tidak terlepas dari pandangan, hipotesis, atau teori
psikologi yang dianut. Mengenai hal ini terdapat beberapa toeri
tantang perkembangan Bahasa, diantaranya toeri natavisme,
kognitivisme, dan behaviorisme.
 Perkembangan bahasa terbagi atas tiga periode, yaitu periode
prelingual, periode lingual dini dan periode diferensiasi. Mulai
periode linguistik dini inilah anak mulai mengucaokan kata-kata
yang pertama yang merupakan saat paling menakjubkan bagi
orang tua.
 Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
antara lain kesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis
kelamin, keinginan berkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga,
urutan kelahiran, metode pelatihan anak, kelahiran kembar,
hubungan dengan teman sebaya, dan kepribadian.
 Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak
dalam belajar berbicara, antara lain disebabkan karena tangisan
yang berlebihan dan kesulitan dalam memahami isi pembicaraan
orang lain bagi anak.
DAFTAR PUSTAKA

Berk, Laura E. (2012). Development Through Lifespan - Dari Prenatal


Sampai Remaja (Transisi Menjelang Dewasa (Edisi Kelima). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Remaja Rosdakarya:


Bandung.

Reber, Arthur S. & Reber, Emily S. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta:


Penerbit
Pustaka Pelajar.

Santrock, John W. (2002). Lifespan Development – Perkembangan Masa


Hidup (Edisi Kelima). Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, J. W. (2012). Lifespan Development – Perkembangan Masa


Hidup (Edisi Ketigabelas). Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Soetjiningsih, Christiana Hari. (2012). (Seri Psikologi Perkembangan)


Perkembangan anak Sejak Pembuahan Sampai Dengan Kanak-kanak
Akhir. Jakarta: Penerbit Prenada Media Grup.

Anda mungkin juga menyukai