FAKULTAS PSIKOLOGI
2016
PERKEMBANGAN BAHASA
1. Pengertian
a. Teori Nativist
Pandangan ini diwakili oleh Noam Chomsky (1974). Menurut
pandangan ini, anak lahir sudah memiliki struktur mental yang
memandu mereka untuk membentuk kemampuan bahasa (language
acquisition device). Jadi pada akhirnya anak akan dapat berbicara
dengan sendirinya. Ia berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada
anak-anak bersifat alamiah atau nature. pandangan ini tidak
berpendapat bahwa lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan
bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan
pemberian biologis, sejalan dengan terbukanya kemampuan lingual
yang secara genetis telah di programkan.
c. Teori Kognitif
Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri
alamiah yang terpisah, melainkah salah satu di antara beberapa
kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa
distrukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas
pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam
kognisi. Jadi, urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa.
d. Teori Empirist
Dalam teori ini Skinner dan Bandura memiliki pemikirannya masing-
masing. Skinner menyatakan bahwa bahasa bisa berkembang melalui
hadiah / penguatan. Contoh : jika anak mengoceh segera berikan
hadiah agar anak merasa senang dan
terstimulasi untuk terus mengoceh yang kemudian berkembang
menjadi bicara.
Sedangkan Bandura menyatakan bahwa bahasa dan bicara dapat
berkembang jika
anak diberi contoh tentang bagaimana berbicara. Hal ini dapat
meningkatkan kemampuan anak untuk berbicara. Banyak digunakan
untuk anak yang mengalami keterlambatan bicara atau anak autis dan
gangguan bicara.
e. Teori Interaksionist
Pandangan ini beranggapan bahwa memang secara biologis anak
sudah memiliki kemampuan untuk berbicara namun tetap diperlukan
faktor lingkungan (berupa stimulasi) untuk mengembangkan
kemampuan bicara dan bahasa anak agar lebih sempurna.
Lingkungan yang paling berperanan adalah orangtua. Pengenalan
bahasa dimulai sejak bayi lahir, yaitu melalui pengenalan banyak
objek saat bermain dan sambil berbicara. Selain itu, anak juga
dikenalkan dengan berbagai macam situasi atau persitiwa yang dapat
dilihat anak secara langsung. Teknik yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa anak adalah melalui
bermain (non verbal games), bahasa sederhana, mengelaborasi dan
memberikan hadiah saat anak mampu mengucapkan suatu kata atau
saat mengoceh.
Menurut study yang dilakuan sebelum tahun 1960, minat bahasa anak
mulai timbul pada dekade pertama abad ke-20 yang dipelori oleh ilmuan
di bidang psikologi ataupun pedagogi, antara lain W. Stern, W. Preyer,
dan G. Stumpf. Pada umumnya mereka mempelajari buku harian anak-
anaknya kemudian membandingkan hasilnya. Tombullah argumentasi-
argumentasi mengenai perolahan bahasa anak.
Pada periode sesudah tahun 1960 terjadi perubahan yang cukup berarti.
Disamping disebabkan karena munculnya banyak tokoh dengan teori
yang di bawanya, juga dikarenakan oleh kemajuan di bidang teknologi,
seperti adanya tape recorder, alat video, perhatian terhadap
perkembangan bahasa anak semakin meningkat. Dengan suatu alat,
bahasa anakdapat diselidiki, dengan merekam dan kemudian
menganalisisnya. Tokoh-tokoh yang banyak melakukan penyelidikan
berkaitan dengan hal tersebut adalah W. Miller (1964), P. Menyuk (1963),
R. Brown (1964), dan Braine (1963).
b. Intelegensi / Kecerdasan
Anak yang memiki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan
memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang
anak yang tingkat kecerdasannya rendah
c. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa
dengan hal ini menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga
miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya
dibandingkan anak yang berasal dari keluargayang lebih baik. Kondisi
ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan atau kesempatan
belajar (keluarga miskin diduga kurang
memperhatikan)perkembangan bahasa anaknya atau kedua-duanya
(Hetzer & Raindrorf dalam E. Hurlock, 1956).
d. Jenis Kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan vokalisasi antara
laki-laki dan perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak
perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari pada
anak pria. Pada setiap jenjang umur, anak laki-laki lebih pendak dan
kurang betul tatabahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit,
dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan
e. Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan
berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang
tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa
dengan anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak
memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan
yang tidak sehat menakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau
kelambatan dalam perkembangan bahasanya.
Hubungan yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang
keras\kasar, kurang kasih sayang dan kurang perhatian untuk
memberikan latihan dan contohdalam berbahasa yang baik kepada
anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami
stagnasi atau kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas
dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk
mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan
f. Keinginan Berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain,
semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin
bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk
belajar.
g. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara, dengan
mengajaknya bicara dan didorong menanggapainya, akan semakin
awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
h. Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih
awaldan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar. Karena orang
tua dapat menyisahkan waktu yang lebih banyak untuk mengajarkan
anaknya berbicara
i. Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang
anak yang lahir kemudian. Hal ini karena orang dapat menyisihkan
waktunya lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang
lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang
lahir kemudian.
j. Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa
”anak harus dilihat dan didengar” merupakan hambatan belajar.
Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasan dan demokratis
akan mendorong anak untuk belajar.
k. Kelahiran Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembanga
bicaranya terutamakarena mereka lebih banyak bergaul dengan
saudara kembarnya dan hanya memahamilogat khusus yang mereka
miliki. Hal ini melamahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara
agar orang lain dapat memahami mereka.
l. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya, dan
semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggauta
kelompok sebayanya akan semakin kuat motivasi mereka untuk
belajar berbicara.
m. Keperibadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik
cenderungkemampuan bernicaranya lebih baik , baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif.
5. Gangguan dalam Perkembangan Bicara
Disamping faktor tersebut terdapat beberapa gangguan yang harus
diatasi oleh anak dalam rangka belajar berbicara, antara lain:
a. Tangisan yang berlebihan
Tangisan yang berlebuhan dapat menimbulkan gangguan pada fisik,
antara lain berupa kurangnya energi, sehingga secara otomatis dapat
menyebabkan kondisi anak tidak fit. Dan gangguan psikis anak yaitu
berupa perasaan ditolak atau tidak dicintai
b. Anak sulit memahami pembicaraan orang lain
Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan. Hal ini
disebabkan kurangnya perbendaharaan kata pada anak dan orang
tua yang sering kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan
kata-kata yang belum dikenal oleh anak. Bagi keluarga yang
menggunakan dua bahasa, anak akan lebih banyak mengalami
kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau
saudaranya yang tinggal dalam satu rumah. Orang tua hendaknya
selalu berusaha mencari sebab kesulitan bahasa anak dalam
memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau
membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah
mengartikan suatu pembicaraan.
A. Penatalaksanaan
1. Oral peripheral Mechanism Examiniation (Pemeriksaan
Mekanisme Mulut dan Sekitarnya)
a) Pada bentuk:
Warna yang tidak normal pada lidah, palatal atau pharynx.
Ketinggian atau kelebaran yang tidak normal pada palatal
arch (lengkung palatal).
Kesimetrisan pada wajah atau palatal. Biasanya
berhubungan dengan adanya gangguan neurologi atau
kelemahan pada otot.
Deviasi dari lidah dan/ atau uvula ke kanan atau kekiri.
Indikasi dari gangguan neurologi biasanya kearah sisi yang
lebih lemah.
Pembesaran dari tonsil.
Gigi yang hilang/ ompong Tergantung pada gigi yang
hilang, artikulasi dapat terganggu.
b) Pada kekuatan:
Kelemahan pada tekanan Indra-oral.
Lingual frenum yang pendek. Dapat mengakibatkan
gangguan pada artikulasi.
Kelemahan atau tidak adanya gag reflex. Biasanya
menandakan adanya kelemahan pada otot.
Kelemahan pada bibir, lidah dan atau rahang.
c) Pada pergerakan:
Secara informal, terapis dapat mengobservasi terhadap
penggunaan organ bicara tersebut yang digunakan untuk
hal lainnya seperti makan dan minum (pergerakan untuk
mengisap, mengunyah, menelan dan lainnya).
Secara formal dengan pengambilan Diadochokinetik Rate
(evaluasi kemampuan untuk secara cepat melakukan
gerakan bicara yang berganti-ganti): Misalnya:
mengulang/papapapa/; /tatatata/; /kakakaka/ dan
/patakapatakapataka/ dalam hitungan 1 (satu) menit.