b. Belajar bahasa dilakukan secara alami dan langsung dalam konteks yang otentik.
d. Belajar bahasa dilakukan melalui strategi uji coba (Trial-Error) dan strategi lainnya.
c. Teori pemerolehan bahasa itu antara lain: teori behaviorisme, teori nativisme, dan
kognitivisme.
1) Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme dipelopori oleh B.F.Skinner (1957). Pandangan ini
menekankan bahwa proses penguasaan bahasa (pertama) dikendalikan dari luar,
yaitu oleh stimulus melalui lingkungan (Chaer, 2009:223). Teori behaviorisme
menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong
yang nanti akan ditulisi atau diisi dengan pengalaman-pengalaman.
Dalam hal ini, semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam
perilaku berbahasa merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik
yang dialami dan diamati oleh manusia itu. Sejalan dengan hipotesis ini, aliran
behaviorisme menganggap bahwa pengetahuan linguistik terdiri hanya dari
hubungan-hubungan yang dibentuk dengan cara pembelajaran C-R (stimulus-
respon) (Chaer, 2009:172-173).
Dalam pandangan Vygotsky (Syaodih, 2005), struktur mental atau kognitif anak
terbentuk dari hubungan diantara fungsi-fungsi mental. Hubungan antara bahasa
dan pemikiran diyakini sangat penting dalam kaitan ini. Vygotsky bahkan
menegaskan bahwa bahasa dan pemikiran pada mulanya berkembang sendiri-
sendiri tetapi pada akhirnya bersatu. Dengan demikian, teori kognitivisme
beranggapan bahwa anak dilahirkan dengan kemampuan berpikir dan di dalamnya
termasuk kemampuan berbahasa. Menurut pandangan ini, lingkungan tidak besar
pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak. Perkembangan anak
tergantung pada keterlibatannya secara aktif dengan lingkungannya. Jadi, yang
penting ialah interaksi antara anak dengan lingkungannya.
1) Faktor Biologis
Setiap anak telah dilengkapi dengan kemampuan kodrati atau potensi bawaan yang
memungkinkannya mampu berbahasa. Perangkat biologis yang menentuan penguasaan
bahasa anak adalah otak (sistem syaraf), alat dengar dan alat ucap. Dalam proses
berbahasa seorang anak dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang berada di otak. Pda
belahan otak sebelah kiri terdapat wilayah broca yang mempengaruhi dan mengontrol
produksi bahasa seperti bahasa. Smentara itu, pada belahan otak kana terdapat
wilayah wernicke yang mempengaruhi dan mengendalikan penerimaan atau pemahaman
biasa seperti, menyimak.
2) Faktor Lingkungan Sosial
Setiap anak memiliki kemampuan bawaan dan kelengkapan berbahasa. Namun demikian,
untuk menumbuhkembangkan kemampuan berbahasanya, seorang anak memerlukan
lingkungan sosial sebagai contoh atau model berbahasa, memberikan rangsangan dan
tanggapan serta melakukan latihan dan uji coba berbahasa dalam konteks yang
sesungguhnys.
3) Faktor Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir atau bernalar, termasuk
memecahkan suatu masalah. Intelegensi bersifat abstrak dan tak dapat diamati langsung,
kecuali melalui perilkaku.Dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa, anak-anak yang
bernalar tinggi tingkat pencapaian nya cenderung lebih cepat, lebih kaya dan lebih
bervariasi kemampuan bahasanya, dari anak yang bernalar sedang atau redah.
4) Faktor Motivasi
Motivasi itu bersumber dari dalam dan luar diri anak. Dalam belajar bahasa, anak tidak
melakukannya demi bahasa ituendiri. Anak belajar bahasa karena adanya kebutuhan
dasar yang bersifat praktis, seperti lapar, haus, sakit serta perhatian dan kasih sayang.
Inilah yang disebut dengan motivasi intrinsik yang berasal dari diri anak itu sendiri.
Bunda, pemberian motivasi dari lingkungan sosial sangat berarti bagi anak untuk
membuatnya kian bergairah belajar bahasa. Anak yang dibesarkan dengan motivasi
belajar bahasa yang tinggi akan kian memicu proses belajar bahasa anak. Pemicu
motivasi itu, diantaranya dapat dengan cara bunda merespons dengan bijak pertanyaan
dan komentar anak, memperbaiki tindak berbahasa anak secara halus dan tidak langsung
menyalahkan ataupun memarahi anak bila anak berbicara tidak baik.
c.TEKNIK
1. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran, bahwa dalam setiap
kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu
adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah
ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik
pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut
dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah
ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan
menulis, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan ialah “Siswa mampu
membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”.
Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya
tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara belajar
tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu kegiatan belajar mengajar
dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti
pelajaranitu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru.
Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif. Jika sekurang-kurangnya
85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul
minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka pembelajaran dapat dianggap
berhasil.
2. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau
tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan pada
pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, mofologi, dan
sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan
suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat
dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
3. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan hasil belajar. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan
ketrampilan proses dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif
dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses meliputi
keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik.
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan
konsep.
Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai
penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan
proses dengan pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar
menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri
siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab,
jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan sebagainya.