Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 1

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


NAMA : SITI NUR JANAH
NIM : 857731985

Kerjakan soal- soal berikut dengan singkat, jelas dan tepat!


1. Jelaskan dan berikan contohnya:
a. hakikat bahasa
b. ragam bahasa
c. fungsi bahasa

2. Jelaskan dan berikan contohnya:


a. pengertian belajar
b. belajar bahasa
c. perolehan bahasa pada anak dari sisi
1) teori pemerolehan bahasa
2) hal-hal yang mempengaruhi pemerolehan bahasa
3) strategi pemerolehan bahasa, dan
4) tahapan pemerolehan bahasa pada anak

3. Jelaskan perbedaan pendekatan, metode dan teknik serta berikan contohnya!

4. Jelaskan pendekatan dalam pembelajaran bahasa beserta contohnya!

5. Jelaskan fungsi kurikulum dan contohnya bagi:


a. siswa
b. guru,dan
c. pembelajaran
Jawab:
1. Penjelasan arti dari
a. Hakekat Bahasa adalah kesepakatan masing-masing kelompok lingkungan
masyarakat pengguna bahasa tersebut.
Menurut beberapa sumber dari para ahli, bahasa adalah:
1) Bahasa adalah sebuah simbol bunyi arbiter yang digunakan untuk
komunikasi manusia (Wardhaugh, 1972).
2) Bahasa adalah sebuah alat untuk mengomunikasikan gagasan atau
perasaan secara sistematis melalui penggunaan tanda, suara, gerak atau
tanda-tanda yang disepakati yang memiliki makna yang dipahami
(Webster’s New Collegiate Dictionary, 1981).
3) Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan
oleh para anggota sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama dan
mengidentifikasi diri (Kentjono, Ed., 1984:2).
4) Bahasa adalah salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara
bersama-sama membentuk budaya manusia (Hilliday dan Hasan, 1991).

b. Ragam bahasa adalah Ragam bahasa (bahasa Inggris: linguistic style)


adalah bentuk bahasa yang bervariasi menurut konteks pemakaian (topik
yang dibicarakan, hubungan antarpembicara, medium
pembicaraan).[1] Ragam bahasa tidak berfungsi sebagai atribut tetap
seorang pembicara – bahasawan yang kompeten biasanya menguasai
berbagai jenis ragam bahasa dan mampu menyesuaikan ragam yang
dipakai dengan situasi dan tujuan berbahasa. Dalam pengertian ini, ragam
bahasa berkontras dengan dialek, yaitu varian dari sebuah bahasa yang
berbeda-beda menurut kelompok pemakai atau wilayah penuturan. [2][3]
c. Fungsi Bahasa adalah Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
berinteraksi dengan manusia, alat untuk berfikir, serta menyalurkan arti
kepercayaan di masyarakat. Baca juga: Bahasa Indonesia: Sejarah dan
Perkembangannya Selain sebagai alat komunikasi maupun berinteraksi,
bahasa juga memiliki arti penting sebagai metode pembelajaran pada
lingkup bahasa itu sendiri. Bahasa juga berfungsi sebagai identitas suatu
suku atau bangsa karena keunikannya. Karena setiap suku atau bangsa
tentunya memiliki bahasa yang berbeda.
2. a.Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam potensi perilaku sebagai hasil dari
pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respons.[1] Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar (siswa), sedangkan respons berupa
reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang
terjadi antara stimulus dan respons tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respons. Oleh karena itu, apa
yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respons) harus dapat
diamati dan diukur.
b. Belajar bahasa pada hakekatnya adalah belajar menggunakan bahasa secara baik dan benar
dalam kegiatan komunikasi,bukan belajr tentang bahsa.
Sebelum masuk ke sekolah dasar, anak belajar bahasa melalui komunitasnya, yaitu
keluarga, teman, media radio atau televisi, dan lingkungannya. Anak memahami apa
yang dikatakan oleh anggota komunitasnya dan sekaligus menyampaikan ide serta
perasaan dengan yang lain melalui bahasa yang digunakan.
Anak belajar bahasa dan menguasai bahasa tanpa disadari dan tanpa beban, apalagi diajari
secara khusus. Mereka belajar bahasa melalui pola berikut:

a. Semua komponen, sistem dan keterampilan bahasa dipelajari secara terpadu.

b. Belajar bahasa dilakukan secara alami dan langsung dalam konteks yang otentik.

c. Belajar bahasa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya

d. Belajar bahasa dilakukan melalui strategi uji coba (Trial-Error) dan strategi lainnya.

c. Teori pemerolehan bahasa itu antara lain: teori behaviorisme, teori nativisme, dan
kognitivisme.

1) Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme dipelopori oleh B.F.Skinner (1957). Pandangan ini
menekankan bahwa proses penguasaan bahasa (pertama) dikendalikan dari luar,
yaitu oleh stimulus melalui lingkungan (Chaer, 2009:223). Teori behaviorisme
menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong
yang nanti akan ditulisi atau diisi dengan pengalaman-pengalaman.
Dalam hal ini, semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam
perilaku berbahasa merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik
yang dialami dan diamati oleh manusia itu. Sejalan dengan hipotesis ini, aliran
behaviorisme menganggap bahwa pengetahuan linguistik terdiri hanya dari
hubungan-hubungan yang dibentuk dengan cara pembelajaran C-R (stimulus-
respon) (Chaer, 2009:172-173).

Menurut aliran behaviorisme, pemerolehan bahasa itu bersifat nurture, yakni


pemerolehan ditentukan oleh alam lingkungan. Manusia dilahirkan dengan suatu
tabula rasa, yakni semacam piring kosong tanpa apapun. Piring ini kemudian diisi
oleh alam sekitar, termasuk bahasanya. Jadi, pengetahuan apapun yang kemudian
diperoleh oleh manusia semata-mata berasal dari lingkungannya (Dardjowidjojo,
2012:234-235). Teori behaviorisme menyatakan bahwa peniruan sangat penting
dalam mempelajari bahasa dan berhubungan dengan pembentukan antara kegiatan
stimulus-respon dengan proses penguatannya. Proses penguatan ini diperkuat oleh
suatu situasi yang dikondisikan dan dilakukan secara berulang-ulang. Sementara
itu, karena rangsangan dari dalam dan luar mempengaruhi proses pembelajaran,
anak-anak akan merespons dengan mengatakan sesuatu. Ketika responsnya benar,
maka anak tersebut akan mendapat penguatan dari orang-orang dewasa di
sekitarnya (Kristianty, 2006:28).

Dengan demikian, teori behaviorisme menganggap kemampuan berbicara dan


memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya
dan menurut aliran ini pemerolehan bahasa ialah pemerolehan kebiasaan. Proses
perkembangan ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh
lingkungannya. Adapun perkembangan bahasa dipandang sebagai kemajuan dari
penerapan prinsip stimulus-respons dan proses imitasi (peniruan).
2) Teori Nativisme
Teori nativisme dipelopori oleh Noam Chomsky pada awal tahun 1960-an sebagai
bantahan terhadap teori belajar bahasa yang dilontarkan oleh kaum behaviorisme.
Chomsky menulis buku berjudul “Review of B.F. Skinner’s Verbal behavior”
(1959) sebagai bantahan terhadap konsep Skinner tentang belajar bahasa yang ada
dalam buku “Verbal behavior” (1957).
Pandangan nativistik yang dipelopori oleh Chomsky ini beranggapan bahwa
pengaruh lingkungan bukan faktor penting dalam pemerolehan bahasa. Selama
pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak sedikit demi sedikit membuka
kemampuan lingualnya yang secara genetis tela diprogramkan. Pandangan ini
beranggapan bahwa bahasa merupakan pemberian biologis yang sering disebut
sebagai hipotesis nurani (innteness hypothesis) (Chaer, 2009:222).

Chomsky (Dardjowidjojo, 2012:235) berpendapat bahwa pemerolehan bahasa itu


bukan didasarkan pada nurture, tetapi pada nature. Anak memperoleh kemampuan
untuk berbahasa seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan.
Anak tidak dilahirkan sebagai piring kosong, tabula rasa,tetapi ia telah dibekali
dengan sebuah alat yang dinamakan Piranti pemerolehan Bahasa (Language
Acquision Device). Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa setiap manusia yang lahir
dilengkapi dengan kemampuan berbahasa dengan dimilikinya alat yang disebut
Chomsky sebagai Piranti pemerolehan bahasa (Language Acquisition Device atau
disingkat LAD). Lingkungan tidak berpengaruh besar terhadap perkembangan
bahasa anak. Selain itu, mustahil bagi seseorang untuk dapat menguasai bahasa
dalam waktu singkat melalui peniruan jika tidak memiliki aspek sistem bahasa
yang sudah ada pada manusia secara alamiah.
3) Teori Kognitivisme
Teori kognitivisme diperkenalkan diperkenalkan oleh Piaget (1954). Menurut
Piaget (Chaer, 2009:223), bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah,
melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari
kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa
harus berlandas pada perbahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam
kognisi. Piaget (Chaer, 2009:224), menegaskan pula bahwa struktur yang
kompleks dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam, dan bukan pula
sesuatu yang dipelajari dari lingkungan. Struktur bahasa itu timbul sebagai akibat
interaksi yang terus-menerus antara tingkat fungsi kognitif anak dengan
lingkungan kebahasaannya.

Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperoleh


berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur-struktur ini diperoleh
anak-anak melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang sekitarnya.
Menurut piaget (Chaer, 2009:178), perkembangan kognitif mempengaruhi
tahapan-tahapan dalam pemerolehan bahasa itu sendiri. Piaget (Syaodih,2005)
berpendapat bahwa berpikir itu mendahului bahasa dan lebih luas dari bahasa.
Bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk mengekspresikan pikiran, dan
dalam seluruh perkembangan, pikiran selalu mendahului bahasa. Bahasa dapat
membantu perkembangan kognitif. Bahasa dapat mengarahkan perhatian anak
pada benda-benda baru atau hubungan baru yang ada di lingkungan, mengenalkan
anak pada pandangan-pandangan yang berbeda dan memberikan informasi pada
anak. Bahasa adalah salah satu dari berbagai perangkat yang terdapat dalam
sistem kognitif manusia.

Dalam pandangan Vygotsky (Syaodih, 2005), struktur mental atau kognitif anak
terbentuk dari hubungan diantara fungsi-fungsi mental. Hubungan antara bahasa
dan pemikiran diyakini sangat penting dalam kaitan ini. Vygotsky bahkan
menegaskan bahwa bahasa dan pemikiran pada mulanya berkembang sendiri-
sendiri tetapi pada akhirnya bersatu. Dengan demikian, teori kognitivisme
beranggapan bahwa anak dilahirkan dengan kemampuan berpikir dan di dalamnya
termasuk kemampuan berbahasa. Menurut pandangan ini, lingkungan tidak besar
pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak. Perkembangan anak
tergantung pada keterlibatannya secara aktif dengan lingkungannya. Jadi, yang
penting ialah interaksi antara anak dengan lingkungannya.

D. Faktor Faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak:

1) Faktor Biologis
Setiap anak telah dilengkapi dengan kemampuan kodrati atau potensi bawaan yang
memungkinkannya mampu berbahasa. Perangkat biologis yang menentuan penguasaan
bahasa anak adalah otak (sistem syaraf), alat dengar dan alat ucap. Dalam proses
berbahasa seorang anak dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang berada di otak. Pda
belahan otak sebelah kiri terdapat wilayah broca yang mempengaruhi dan mengontrol
produksi bahasa seperti bahasa. Smentara itu, pada belahan otak kana terdapat
wilayah wernicke yang mempengaruhi dan mengendalikan penerimaan atau pemahaman
biasa seperti, menyimak.
2) Faktor Lingkungan Sosial
Setiap anak memiliki kemampuan bawaan dan kelengkapan berbahasa. Namun demikian,
untuk menumbuhkembangkan kemampuan berbahasanya, seorang anak memerlukan
lingkungan sosial sebagai contoh atau model berbahasa, memberikan rangsangan dan
tanggapan serta melakukan latihan dan uji coba berbahasa dalam konteks yang
sesungguhnys.
3) Faktor Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir atau bernalar, termasuk
memecahkan suatu masalah. Intelegensi bersifat abstrak dan tak dapat diamati langsung,
kecuali melalui perilkaku.Dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa, anak-anak yang
bernalar tinggi tingkat pencapaian nya cenderung lebih cepat, lebih kaya dan lebih
bervariasi kemampuan bahasanya, dari anak yang bernalar sedang atau redah.
4) Faktor Motivasi
Motivasi itu bersumber dari dalam dan luar diri anak. Dalam belajar bahasa, anak tidak
melakukannya demi bahasa ituendiri. Anak belajar bahasa karena adanya kebutuhan
dasar yang bersifat praktis, seperti lapar, haus, sakit serta perhatian dan kasih sayang.
Inilah yang disebut dengan motivasi intrinsik yang berasal dari diri anak itu sendiri.
Bunda, pemberian motivasi dari lingkungan sosial sangat berarti bagi anak untuk
membuatnya kian bergairah belajar bahasa. Anak yang dibesarkan dengan motivasi
belajar bahasa yang tinggi akan kian memicu proses belajar bahasa anak. Pemicu
motivasi itu, diantaranya dapat dengan cara bunda merespons dengan bijak pertanyaan
dan komentar anak, memperbaiki tindak berbahasa anak secara halus dan tidak langsung
menyalahkan ataupun memarahi anak bila anak berbicara tidak baik.

E.stragtegi pemerolehan bahasa anak


1. Mengingat
Mengingat memainkan peranan yang cukup penting dalam belajar bahasa atau belajar apa
pun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, dicatat dalam benaknya. Ketika dia
menyentuh, menyerap, mencium, mendengar dan melihat sesuatu, memori anak merekamnya.
Ingatan itu akan semakin kuat apabila penyebutan akan benda atau peristiwa itu terjadi berulang-
ulang. Dengan cara ini anak akan mengingat bunyi, kombinasi bunyi atau kata, tentang sesuatu
sekaligus mengingat pula cara mengungkapkannya.
2. Meniru
Dalam belajar bahasa anak pun menggunakan strategi peniruan. Peniruan disini berarti
mencontoh secara kreatif atau menginspirasi. Peniruan yang dilakukan anak tidak selalu berupa
pengulangan yang persis sama atas apa saja yang didengarnya. Di satu sisi, anak secara bertahap
dapat memahami dan menggunakan tuturan yang lebih rumit. Di sisi lain secara bersamaan anak
pun membangun suatu sistem bahasa yang kemungkinan dia mengerti dan memproduksi tuturan
dalam bentuk dan jumlah yang tidak terbatas.
3. Mengalami Langsung
Strategi lain yang mempercepat anak menguasai bahasa pertamanya adalah mengalami
langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang nyata. Anak menggunakan bahasanya baik
ketika berkomunikasi dengan orang lain, maupun sewaktu sendirian. Dia menyimak dan
berbicara langsung, dan sekaligus memperoleh tanggapan dari mitra bicaranya. Dari tanggapan
yang diperolehnya, secara tidak sadar anak memperoleh masukan tentang kewajaran dan
ketepatan perilaku berbahasanya, dan dalam waktu yang sama juga si anak mendapat masukan
dari tindak berbahasa yang dilakukan mitra berbicaranya.
4. Bermain
Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong pengembangan kemampuan berbahasa
anak. Dalam bermain, si anak kadang berperan sebagai orang dewasa, sebagai penjual atau
pembeli dalam bermain dagang-dagangan, ibu, bapak atau anak dalam bermain rumah-rumahan,
sebagai dokter atau perawat atau pasien atau sebagai guru atau murid dalam bermain sekolah-
sekolahan.
4) Ardiana dan syamsul Sodiq membagi tahap pemerolehan bahasa pertama menjadi empat
tahap, yaitu tahap pemerolehan kompetensi dan performansi, tahap pemerolehan semantik, tahap
pemerolehan sintaksis dan tahap pemerolehan fonologi.
1. Tahap Pemerolehan Kompetensi dan Performansi
Dalam memperoleh bahasa pertama anak mengambil dua hal abstrak dalam teori linguistik yaitu
kompetensi dan performansi. Kompetensi adalah pengetahuan tentang gramatika bahasa ibu
yang dikuasai anak secara tidak sadar. Gramatika itu terdiri atas tiga komponen, yaitu semantik,
sintaksis, dan fonologi dan diperoleh secara bertahap. Pada tataran kompetensi ini terjadi proses
analisis untuk merumuskan pemecahan-pemecahan masalah semantik, sintaksis, dan fonologi.
Sebagai pusat pengetahuan dan pengembangan kebahasaan dalam otak anak, kompetensi
memerlukan bantuan performansi untuk mengatasi masalah kebahasaan anak. Performansi
adalah kemampuan seorang anak untuk memahami atau mendekodekan dalam proses reseptif
dan kemampuan untuk menuturkan atau mengkodekan dalam proses produktif. Sehingga dapat
kita gambarkan bahwa kompetensi merupakan ’bahannya’ dan performansi merupakan ‘alat’
yang menjembatani antara ‘bahan’ dengan perwujudan fonologi bahasa.
2. Tahap Pemerolehan Semantik
Pemerolehan sintaksis bergantung pada pemerolehan semantik. Yang pertama diperoleh oleh
anak bukanlah struktur sintaksis melainkan makna (semantik). Sebelum mampu mengucapkan
kata sama sekali, anak-anak rajin mengumpulkan informasi tentang lingkungannya. Anak
menyusun fitur-fitur semantic (sederhana) terhadap kata yang dikenalnya. Yang dipahami dan
dikumpulkan oleh anak itu akan menjadi pengetahuan tentang dunianya. Pemahaman makna
merupakan dasar pengujaran tuturan. Salah satu bentuk awal yang dikuasai anak adalah nomina,
terutama yang akrab atau dekat dengan tempat tinggalnya, misalnya anggota keluarga, family
dekat, binatang peliharaan, buah dan sebagainya. Kemudian diikuti dengan penguasaan verba
secara bertingkat, dari verba yang umum menuju verba yang lebih khusus atau rumit. Verba yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti jatuh, pecah, habis, mandi, minum, dan pergi
dikuasai lebih dahulu daripada verba jual dan beli. Dua kata terakhir memiliki tingkat kerumitan
semantik yang lebih tinggi, misalnya adanya konsep benda yang pindah tangan dan konsep
pembayaran
3. Tahap Pemerolehan Sintaksis Konstruksi sintaksis pertama anak normal dapat diamati pada
usia 18 bulan. Meskipun demikian, beberapa anak sudah mulai tampak pada usia setahun dan
anak-anak yang lain di atas dua tahun. Pemerolehan sintaksis merupakan kemampuan anak untuk
mengungkapkan sesuatu dalam bentuk konstruksi atau susunan kalimat. Konstruksi itu dimulai
dari rangkaian dua kata. Konstruksi dua kata tersebut merupakan susunan yang dibentuk oleh
anak untuk mengungkapkan sesuatu. Anak mampu untuk memproduksi bahasa sasaran untuk
mewakili apa yang ia maksud. Pemakaian dan pergantian kata-kata tertentu pada posisi yang
sama menunjukkan bahwa anak telah menguasai kelas-kelas kata dan mampu secara kreatif
memvariasikan fungsinya. Contohnya adalah ‘ayah datang’. Kata tersebut dapat divariasikan
anak menjadi ‘ayah pergi’ atau ‘ibu datang’. 4. Tahap Pemerolehan Fonologi Secara fonologis,
anak yang baru lahir memiliki perbedaan organ bahasa yang amat mencolok dibanding orang
dewasa. Berat otaknya hanya 30% dari ukuran orang dewasa. Rongga mulut yang masih sempit
itu hampir dipenuhi oleh lidah. Bertambahnya umur akan melebarkan rongga mulut.
Pertumbuhan ini memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi anak untuk menghasilkan bunyi-
bunyi bahasa. Pemerolehan fonologi atau bunyi-bunyi bahasa diawali dengan pemerolehan
bunyi-bunyi dasar. Menurut Jakobson dalam Ardiana dan Syamsul Sodiq bunyi dasar dalam
ujaran manusia adalah /p/, /a/, /i/, /u/, /t/, /c/, /m/, dan seterusnya. Kemudian pada usia satu tahun
anak mulai mengisi bunyi-bunyi tersebut dengan bunyi lainnya. Misalnya /p/ dikombinasikan
dengan /a/ menjadi pa/ dan /m/ dikombunisakan dengan /a/ menjadi /ma/. Setelah anak mampu
memproduksi bunyi maka seiring dengan berjalannya waktu, aanak akan lebih mahir dalam
memproduksi bunyi. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan, kognitif dan juga alat ucapnya.

1. Perbedaan pendekatan, metode dan teknik serta berikan contohnya


a. Pendekatan adalah sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya berupa
asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berhubungan dengan sesuatu. Oleh
karena itu, pendekatannya bersifat aksiomatis, artinya tidak perlu lagi dibuktikan
kebenarannya. Di dalam pengajaran bahsa, pendekatan merupakan pandangan,
filsafat atau kepercayaan tentang hakikat Bahasa dan pengajaran Bahasa yang
diyakini oleh guru Bahasa
b. METODE Pada umumnya metode diartikan sebagai ‘cara mengajar’. Sebenarnya
pengertian yang tepat untuk cara mengajar adalah teknik mengajar, sendangkan
metode pada hakikatnya adalah suatu prosedur untuk mencapai sesuatu tujuan yang
telah ditetapkan, yang meliputi hal-hal berikuit.
a. Pemilihan Bahan
b. Urutan Bahan
c. Penyajian Bahan
d. Pengulangan Bahan
Tentang pemilihan bahan atau materi pelajaran dapat digunakan prinsip alamiah
atau random. Prinsip alamiah dalam pemilihan bahan adalah sesuai dengan apa yang
diperlukan, seperti halnya kalau kita mempelajari bahasa sendiri. Pemilihan bahan
secara random, yaitu pemilihan bahasa yang dirasa penting (oleh guru) dan sesuai
pula dengan situasi yang dihadapi. Baik secara alamiah atau random, pemilihan bahan
itu didasarkan kriteria berikut ini.
a. Bagian-bagian yang paling sering digunakan
b. Paling berguna
c. Paling muda mengerjakannya
d. Gabungan ketiganya.

Kelancaran berbahasa merupakan suatu malasah pengulangan. Ada dua


cara untuk mengulangi bahasa, dengan cara dihafalkan dikepala, atau dengan cara
substitusi (penggantian). Suatu contoh substitusi adalah urutan kegiatan, yaitu
berupa lakukan dan kataan. Dalam pembelajaran bahasa menurut Mackey (dalam
Parera, 1987:19) terdapat lima belas macam metode, seperti berikut ini.

a. Direct Method Direct method atau metode langsung ialah metode


pengajaran bahasa yang didalam pelaksanaannya guru langsung menggunakan
bahasa sasaran yaitu bahasa yang diajarkan. Dari pihak siswa tidak boleh
menggunakan bahasa ibu atau bahasa pertamanya sebelum pembelajaran
berlangsung. Penggunaan Metode Langsung dalam pengajar bahasa menuntut
agar semua aspek bahasa yang diberikan disajikan dalam bahasa Indonesia pula,
tetapi apabila mengajar bahasa inggris maka pelajaran disajikan dalam bahasa
inggris. Hal ini, yaitu pembelajaran bahasa Indonesia di SD, dengan
menggunakan Metode Langsung tidak begitu menyulitkan guru karena di jenjang
pendidikan TK pada umumnya siswa sudah biasa menggunakan bahasa
Indonesia. Tujuan Metode Langsung di SD ialah penggunaan bahasa secara
sasaran dalam hal ini bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa ke dua secara
lisan agar siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa ke dua tersebut. Adapun
fungsi Metode langsung ini bisa dibedakan menjadi dua, yaitu bagi siswa dan bagi
guru. Bagi siswa berfungsi memudahkan siswa untuk mampu berbahasa (lisan)
dengan tepat, memberikan situasi yang menyenangkan, dan mendorong siswa
untuk belajar bahasa, sendangan bagi guru metode ini memudahkan guru untuk
mengajar berbahasa tanpa menggunakan bahasa pengantar bahasa lain selain
bahasa sasaran.

b. Natural Method Natural Method yang disebut Metode Murni atau


Metode Alamiah adalah metode yang dalam pelaksanaannya penggunaan peraga
yang berupa benda-benda, gambar-gambar, atau peragaan secara langsung dalam
aktivitas sehari-hari. Metode Murni atau Metode Alamiah ini mempunyai ciri-ciri,
seperti berikut ini.

1) Kosakata baru dijelaskan dengan cara menggunakan kata-kata yang sudah


diketahui siswa sebelumnya.
2) Makna sesuatu kata yang di ajarkan dengan cara inferensi/menarik
kesimpulan dari beberapa contoh yang diberikan.
3) Kamus digunakan untuk mengingatkan kata-kata yang dilupakan atau
mencari makna kata-kata baru.
4) Tata bahasa dipergunakan untuk membetulkan kesalahan.

5) Penyajian pelajaran mengikuti urutan: Mendengarkan (menyimak),


Berbicara, Membaca, dan menulis, kemudian diajarkan tata bahasa.
c. Reading Method Reading Method atau Metode Membaca dipakai di
Amerika Serikat pada tahun 1929-an baik di sekolah menengah maupun di
perguruan tinggi. Tujuannya ialah antara lain, untuk memberikan
pelajar/mahasiswa kemampuan dalam memahami teks ilmiah yang mereka
perlukan dalam study mereka. Metode ini dapat juga diterapkan untuk
pembelajran bahasa Indonesia di SD dengan jalan dimodifikasi disesuaikan
dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Metode ini cocok diterapkan di
SD kelas Tinggi.
d. Eclectic Method Lahirnya metode ini dilatarbelakangi oleh
kenyataan bahwa tidak ada satupun metodepengajaran bahasa yang paling baik
karena setiap metode yang ada, di sam[ing ada keuntungan/keunggulan/kebaikan,
juga ada kerugian/kelemahan/kejelasannya. Itulah sebabnya maka guru bebas
memilih metode yang mana paling cocok dengan situasi kelas yang akan
diajarkan. Guru dapat mengurangi/menutup kekurangan satu metode dengan jalan
memasukan metode yang lain. Eclectic artinya ‘memilih secara bebas’. Dalam
hubungannya dengan metode pengajaran bahasa, bebas di sini adalah bebas untuk
menambah atau mengombinasi/mencapur antar metode yang satu dengan lainya
yang dianggap cocok, dan diperkirakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Itulah sebabnya Eclectic Method diterjemahkan secara bebas
dalam bahasa Indonesia Metode Campuran.

c.TEKNIK

Sebenarnya baik pendekatan maupun metode masih bersifat teoretis


karena masih ada alat lain yang digunakan langsung oleh guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Alat itu adalah teknik yang mengandung makna cara-cara
dan alat-alat yang digunakan guru dalam kelas. Dengan demikian, teknik adalah
upaya guru, usaha-usaha guru, atau cara-cara yang digunakan guru untuk
mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas pada
saat itu. Jadi, teknik ini bersifat implementasional. Karena kata teknik
mengandung makna ‘cara-cara, dan metode juga mengandung makna ‘penyajian
bahan’ maka kedua istilah ini adakalanya dipakai dalam arti yang sama. Hal ini
dapat kita pada komponen satuan pelajaran yang berbunyi Metode Teknik.
Adapun macam-macam teknik pembelajaran bahasa (yang dapat juga kita jumpai
pembelajaran mata pelajaran lain), seperti berikut ini (Saliwangi, 1989:56-63).
a. Teknik ceramah
b. Teknik Tanya-jawab
c. Teknik Diskusi Kelompok
d. Teknik Pemberian Tugas
e. Teknik Ramu Pendapat (brainstorming)
f. Simulasi Simulasi artinya tiruan (imitasi).

4. Pendekatan dalam pembelajaran bahasa beserta contohnya

1. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran, bahwa dalam setiap
kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu
adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah
ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik
pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut
dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah
ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan
menulis, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan ialah “Siswa mampu
membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”.
Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya
tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara belajar
tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu kegiatan belajar mengajar
dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti
pelajaranitu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru.
Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif. Jika sekurang-kurangnya
85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul
minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka pembelajaran dapat dianggap
berhasil.
2. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau
tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan pada
pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, mofologi, dan
sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan
suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat
dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
3. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan hasil belajar. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan
ketrampilan proses dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif
dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses meliputi
keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik.
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan
konsep.
Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai
penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan
proses dengan pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar
menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri
siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab,
jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan sebagainya.

5. Fungsi kurikulum dan contohnya bagi:


a. Siswa
- Mengukur kemampuan diri
- Mempermudah dalam memetakan jadwal
- Membagi waktu
b. Guru
- Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar
pada siswa
- Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan siswa
dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan
c. Pembelajaran
- Untuk mencapai tujuan pembelajaran
- Untuk menyeragamkan pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai