Anda di halaman 1dari 8

RESUME

TOPIK BAHASA DAN BERBICARA, HUBUNGAN BAHASA DAN


BERBICARA, TEORI LINGUISTIK

Oleh
RESTI YULIA
20330025

A. BAHASA DAN BERBICARA


Manusia itu berbahasa. Definisi berbahsa yang terdapat dalam KBBI adalah
menggunakan bahasa. Sementara dalam oxford dictionary berbahasa diterjemahkan
sebagai speaking atau tlaking yang bermakna “to say things; to speak in order to
give information or to express feelings, ideas, etc.” Yaitu mengatakan sesuatu untuk
memberikan informasi atau mengungkapkan perasaan, pikiran dan lain-lain. Lebih
lanjut, Steven Pinker (2000) dalam (Antonius, 2018) berdasarkan pandangan
Darwin berpendapat bahwa berbahasa merupakan insting. Akan tetapi arti
berbahasa sebagai insting tidak hanya sebatas menghasilkan bunyi atau suara
seperti binatang.dalam menghasilkan bunyi, binatang secara penuh bereaksi
dan reaksi itu mengandalkan insting saja. Manusia yang berbciara tidak hanya
proses insting, melainkan juga tindakan, yang dalam istilah Austin (1975)
mengandung dua tipe tindakan sekaligus, yaitu sebagai illocutionary act
(tindakan mengujarkan bahasa) dan perlocutionary act (tindakan untuk
mencapai tujuan). Artinya manusia berbahasa secara intensional dan bertujuan
jelas, tidak hanya mengeluarkan bunyi suara, tetapi juga bertujuan untuk ber-
commucation, ber- communication, ber-communio, yang secara prinsip
menyatukan, menciptakan kebersamaan dan menguatkannya. Secara umum,
berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran.
Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan yang
sebelum berada pada tataran ide. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Suhendar, Berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan
menjadi wujud ujaran. Ujaran yang dimaksud adalah bunyi-bunyi bahasa yang
bermakna. Kebermaknaan menjadi suatu keharusan jika bunyi bahasa tersebut
ingin dikategorikan sebagai kegiatan berbicara. Adakalanya alat ucap manusia
menghasilkan bunyi-bunyi yang tidak mendukung sebuah makna, misalnya
batuk. Batuk tidak dapat dikategorikan sebagai bunyi bahasa, karena tidak
mendukung sebuah makna, walaupun secara pragmatis, batuk dapat saja
diberi makna
Bahasa bisa didefinisikan dari berbagai sudut pandang, bahasa adalah
suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu
masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya,
berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Sistem dalam bahasa
adalah sistem yang terdiri dari simbol-simbol. Simbol-simbol ini adalah kata-
kata blue, itu, book, dsb. Karena bahasa adalah lisan, maka simbol –simbol ini
juga simbol lisan. Simbol yang bersifat arbitrer, yakni tidak ada keterkaitan
antara simbol-simbol ini dengan benda, keadaan, atau peristiwa yang
diwakilinya.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa
dan berbicara merupakan dua hal yang berbeda. Bahasa menunjukkan
pengertian tentang bunyi vokal atau simbol lisan serta alat komunikasi yang
digunakan dalam mengungkapkan perasaan dan pikiran sementara berbicara
merujuk pada kegiatan pengungkapan vocal bahasa dalam menggunakan
bahasa. Jadi, jika disimpulkan bahwa bahasa adalah kata benda sementara
berbahasa menunjukkan kata kerja atau perbuatan. Berbicara adalah kegiatan
pengungkapan bahasa lisan melalui pengucapan vocal-vokal bahasa sebgai
alat komunikasi yang dapat menyampaikan pesan kepada lawan bicara.
B. HUBUNGAN BAHASA DAN BERPIKIR
Pikiran ,bahasa, dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat erat,
masing-masing kontrak tersebut mencerminkan satu konstrak yang lain
( Frawley dalam Forrester,1996). Keterkaitan antara bahasa dan budaya
terletak pada asumsi bahwa setiap budaya telah memilih jalannya sendiri-
sendiri dalam menentukan apa yang harus dipisahkan dan apa yan harus
diperhatikan dalam memberi nama pada realitas (Goldschmidt,1960). Di sisi
yang lain, keterkaitan antara bahasa dan pikiran terletak pada asumsi bahwa
bahasa mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia, serta
mempengaruhi pikiran individu pemakai bahasa tersebut ( Whorf dalam
Rahkmat,2000). Keterkaitan antara bahasa dan pikiran di mungkinkan karena
berpikir adalah upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk
mendapatkan satu kesimpulan melalui media bahasa. Beberapa uraian para
ahli mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran antara lain:
1. Bahasa mempengaruhi pikiran.
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas.
Pikiran manusia dapat terkondisikan oleh kata yang manusia gunakan.
Tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan
gurunya, Edward Sapir, Whorf mengambil contoh bangsa Jepang. Orang
Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang
mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan sebuah realitas . Hal ini
membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail
tentang realitas.
2. Pikiran mempengaruhi bahasa,
Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tak asing
bagi manusia, yaitu Jean Piaget. Melalui observasi yang dilakukan oleh
Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa
perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang
digunakannya. semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang
digunakannya.
3. Bahasa dan pikiran sa1ing mempengaruhi.
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh
Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantic berkebangsaan Rusia yang
teorinya dikenal sebagai pembaharu teori Piaget mengatakan bahwa bahasa
dan pikiran saling mempengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua
pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif.

Kata-kata adalah bentuk pemberian pakaian pada realita factual yang


terjadi secara nyata. Pemberian ini dipengaruhi oleh factor subjektifitas
kebudayaan dan individu. Subjektifitas ini terlihat ketika manusia dari latar
belakang yang berbeda memotong realita menurut kehendaknya sendiri.
Bahasa yang diwujudkan dalam kata-kata adalah representasi realitas. Untuk
menyimbolkannya dalam bentuk kata-kata manusia memotong dunia realitas
dan mengklasifikasikannya ke dalam kategori yang berbeda antara satu
budaya dengan budaya lainnya. Cara yang digunakan oleh tiap budaya dalam
memotong realitas adalah dengan subjektif ( arbitrary) seperti halnya
memotong sebuah kue sehingga fenomena ini terkenal dengan nama cookie
cutter effect ( Albrecht, 1986).

C. TEORI LINGUISTIK PADA AUD


Gardner (2004:26) menyatakan bahwa kecerdasan linguistik adalah
kemampuan untuk menggunakan dan mengembangkan bahasa secara umum,
serta mengolah kata kata secara efektif baik secara lisan ataupun
tertulis.Menurut Arif Rohmad (2009:137-138) kecerdasan linguistik adalah
kemampuan akal menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan
maupun tulisan.Yuliani Nurani Sujiono dkk (2011:6.11) mengatakan bahwa
kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata, atau
kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun
tulisan Perkembangan bahasa adalah bentukan atau hasil dari pengaruh
lingkungan (nurture) dan bukan karena bawaan (nature).Bila anak mulai
belajar berbicara yang merupakan bukti perkembangnya bahasa anak, maka
orang yang ada disekelilingnya memberikan respon yang positif sebagai
penguat. Dengan adanya respon positif tersebut maka anak akan cenderung
untuk mengulang kata tersebut atau tertarik untuk mencoba kata yang lain.
1. Teori Nativisme (Nativisme Approach)
Pandangan ini meyatakan bahwa struktur bahasa merupakan bawaan lahir
telah ditentukan secara biologis, bersifat alamiah dan bukan
bentukan.Mekanisme otak bawaan yang khusus untuk belajar bahasa.Jadi,
dalam diri manusia sudah ada Innate Mechanism, yaitu bahwa bahasa
seseorang itu ditentukan oleh sesuatu yang ada dalam tubuh manusia atau
sudah diprogram secara genetic. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori nativis
menganggap lingkungan tidak berpengaruh terhadap perkembangan bahasa
anak.Karena bahasa dianggap terlalu rumit dan tidak memungkinkan
dipelajari secara singkat melalui imitasi dari lingkunganya. Jadi menurut
teori ini, perkembangan bahasa anak muncul memang secara alamiah
kemampuan lingualnya yang sudah diprogramkan sudah kebuka. Jadi, pasti
ada beberapa aspek penting mengenai system bahasa yang sudah ada pada
manusia secara alami.
2. Teori Kognitif
Perkembangan bahasa tetrgantung pada kemampuan kognitif tertentu,
kemampuan pengolahan informasi, dan motivasi. Perkembangan kognitif
mempengaruhi perkembangan bahasa (Cristiana Hari Soetjiningsih,
2012:212). Kemampuan berbahasa sebagaimana halnya kemampuan
berjalan, merupakan bagian dari perkembangan manusia yang dipengaruhi
ole kematangan otak.Bahasa ada keterkaitan antara faktor biologis dalam
membentuk individu menjadi makhluk linguistik.Belajar bahasa tidak
dipengaruhi oleh intelegensi maupun pengalaman individu. Yaitu bertitik
tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan dengan kecenderungan untuk
berperan aktif pada lingkunganya, dalam proses suatu informasi, dan dalam
menyimpulkan tentang struktur bahasa. Bahasa dipelajari dari hasil peran
aktif anak dalam proses belajar tersebut. Bahasa terus berkembang sebagai
hasil dari pengalaman dan penalaran.Perkembangan bahasa bersifat
progresif dan terjadi pada setiap tahap perkembangan.Perkembangan anak
secara umum dan perkembangan bahasa awal anak berkaitan erat dengan
berbagai kegiatan anak, obyek, dan kejadian yang mereka alami dengan
menyentu, mendengar, melihat, merasa dan membau.Perkembangan bahasa
anak berkaitan erat dengan kebudayaan masyarakat setempat dan
masyarakat tempat anak dibesarkan
3. Teori Behavioristik
Pada dasarnya anak dilahirkan dengan tidak membawa kemampuan
apapun.Bahasa di pelajari melalui pengondisian dari lingkungan dan
imitasi (peniruan) dari orang dewasa. Dengan demikian anak harus belajar
bahasa melalui proses imitasi, dan diberikan penguat. Bahasa adalah
masalah respons dan sebuah imitasi.Teori stimulus respon dalam
menerangkan perkembangan bahasa, bahwa bahasa adalah dipelajari
melalui pembiasaan dari lingkungan dan merupakan hasil dari imitasi
terhadap orang dewasa.Biasanya, orang yang menganut paham ini
menghindari penggunaan hukuman. Mereka akan memberikan reward
kepada siswa yang memberikan respon yang benar, dan mengacuhkan
siswa yang respon siswa yang tidak sesuai. Masalah belajar yang terjadi
disekolah termasuk masalah belajar bahasa merupakan hasil dari
kurangnya perencanaan pendidikan seperti pemberian reward yang kurang
tepat, pemberian materi yang padat dan sulit dipahami, pengharapan
terhadap prestasi siswa yang berlebihan serta penerapan peraturan yang
sulit dipatuhi oleh siswa.
4. Teori Pragmatik
Anak belajar bahasa dalam rangka sosialisasi dan mengarahkan perilaku
orang lain agar sesuai dengan keinginanya. Teori ini berasumsi bahwa
anak selain belajar bentuk dan arti bahasa, juga termotivasi oleh fungsi
bahasa yang bermanfaat bagi mereka.Dengan demikian, anak belajar
bahasa disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsi bahasa yang dapat
mereka peroleh. Hal tersebut bermakna bahwa anak belajar bahasa
disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsi bahasa yang dapat mereka
peroleh. Anak belajar Bahasa dalam rangka sosialisasi dan mengarahkan
perilaku orang lain.

RUJUKAN

Abdul Chaer. (2003). Psykolinguistic, Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Albrecht,K .1986. Brain Power. London

Chomsky,Noam.2006. Language and Mind. United Kingdom: Cambridge Press

Gentner & s. Goldin-meadow (eds), (2003). Language in mind: advances in study of


language and Thought. Cambridge Press.

Gleitman,L&Papafragou, A.2000. Language and thought. To appear in K.Holoyoak


and B. Morisson (eds), Cambridge Handbook of Thinking and
Reasoning.Cambridge University.

Jaszczolt,K.2000. Language and Thought. www.cam.ac.uk.

Leoni Agustina. (2000). Sosiolinguistik, Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ludlow,P.2000. Language and Thought. Martilinich and D.Sosa (eds) A Companion


to Analytic Philsophy, Oxford: Basil Blackwell.

Olson DR, 1970 Languange and Thought; aspect of a cognitive theory of


semantics.Pshyco Review. 77:257-73,1970.

Rahkmat,J. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Rahkmat,J.2000.


Catatan Kang Jalal . Bandung: Rosda Karya.

Simanjuntak Mangantar .2008. Pengantar Neuropsikolinguistik :USU. Sumaryono,H.


1993. Hermeneutik. Yogyakarta: Kasinius

Slobin, 1. Language ad Thought online: cognitive consequences of linguistic


relativity Published.

Soenjono Dardjowidjojo. (2003). Psikolinguistik Pengantar pemahaman Bahasa


Manusia. Jakarta: Unika Atma Jaya.
Sumarsono. (2007). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sabda.

Willey & Sons Forrester, M.A., 1996. Psycology of Language: A Critical


Introduction. London: Sage Publicatio

Anda mungkin juga menyukai