Manusia itu berbahasa. Definisi berbahsa yang terdapat dalam KBBI adalah menggunakan bahasa. Sementara dalam oxford dictionary berbahasa diterjemahkan sebagai speaking atau tlaking yang bermakna “to say things; to speak in order to give information or to express feelings, ideas, etc.” Yaitu mengatakan sesuatu untuk memberikan informasi atau mengungkapkan perasaan, pikiran dan lain-lain. Lebih lanjut, Steven Pinker (2000) dalam (Antonius, 2018) berdasarkan pandangan Darwin berpendapat bahwa berbahasa merupakan insting. Akan tetapi arti berbahasa sebagai insting tidak hanya sebatas menghasilkan bunyi atau suara seperti binatang.dalam menghasilkan bunyi, binatang secara penuh bereaksi dan reaksi itu mengandalkan insting saja. Manusia yang berbciara tidak hanya proses insting, melainkan juga tindakan, yang dalam istilah Austin (1975) mengandung dua tipe tindakan sekaligus, yaitu sebagai illocutionary act (tindakan mengujarkan bahasa) dan perlocutionary act (tindakan untuk mencapai tujuan). Artinya manusia berbahasa secara intensional dan bertujuan jelas, tidak hanya mengeluarkan bunyi suara, tetapi juga bertujuan untuk ber- commucation, ber- communication, ber-communio, yang secara prinsip menyatukan, menciptakan kebersamaan dan menguatkannya. Secara umum, berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan yang sebelum berada pada tataran ide. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suhendar, Berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran. Ujaran yang dimaksud adalah bunyi-bunyi bahasa yang bermakna. Kebermaknaan menjadi suatu keharusan jika bunyi bahasa tersebut ingin dikategorikan sebagai kegiatan berbicara. Adakalanya alat ucap manusia menghasilkan bunyi-bunyi yang tidak mendukung sebuah makna, misalnya batuk. Batuk tidak dapat dikategorikan sebagai bunyi bahasa, karena tidak mendukung sebuah makna, walaupun secara pragmatis, batuk dapat saja diberi makna Bahasa bisa didefinisikan dari berbagai sudut pandang, bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Sistem dalam bahasa adalah sistem yang terdiri dari simbol-simbol. Simbol-simbol ini adalah kata- kata blue, itu, book, dsb. Karena bahasa adalah lisan, maka simbol –simbol ini juga simbol lisan. Simbol yang bersifat arbitrer, yakni tidak ada keterkaitan antara simbol-simbol ini dengan benda, keadaan, atau peristiwa yang diwakilinya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa dan berbicara merupakan dua hal yang berbeda. Bahasa menunjukkan pengertian tentang bunyi vokal atau simbol lisan serta alat komunikasi yang digunakan dalam mengungkapkan perasaan dan pikiran sementara berbicara merujuk pada kegiatan pengungkapan vocal bahasa dalam menggunakan bahasa. Jadi, jika disimpulkan bahwa bahasa adalah kata benda sementara berbahasa menunjukkan kata kerja atau perbuatan. Berbicara adalah kegiatan pengungkapan bahasa lisan melalui pengucapan vocal-vokal bahasa sebgai alat komunikasi yang dapat menyampaikan pesan kepada lawan bicara. B. HUBUNGAN BAHASA DAN BERPIKIR Pikiran ,bahasa, dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat erat, masing-masing kontrak tersebut mencerminkan satu konstrak yang lain ( Frawley dalam Forrester,1996). Keterkaitan antara bahasa dan budaya terletak pada asumsi bahwa setiap budaya telah memilih jalannya sendiri- sendiri dalam menentukan apa yang harus dipisahkan dan apa yan harus diperhatikan dalam memberi nama pada realitas (Goldschmidt,1960). Di sisi yang lain, keterkaitan antara bahasa dan pikiran terletak pada asumsi bahwa bahasa mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia, serta mempengaruhi pikiran individu pemakai bahasa tersebut ( Whorf dalam Rahkmat,2000). Keterkaitan antara bahasa dan pikiran di mungkinkan karena berpikir adalah upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk mendapatkan satu kesimpulan melalui media bahasa. Beberapa uraian para ahli mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran antara lain: 1. Bahasa mempengaruhi pikiran. Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran manusia dapat terkondisikan oleh kata yang manusia gunakan. Tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya, Edward Sapir, Whorf mengambil contoh bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan sebuah realitas . Hal ini membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas. 2. Pikiran mempengaruhi bahasa, Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tak asing bagi manusia, yaitu Jean Piaget. Melalui observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya. semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang digunakannya. 3. Bahasa dan pikiran sa1ing mempengaruhi. Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantic berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif.
Kata-kata adalah bentuk pemberian pakaian pada realita factual yang
terjadi secara nyata. Pemberian ini dipengaruhi oleh factor subjektifitas kebudayaan dan individu. Subjektifitas ini terlihat ketika manusia dari latar belakang yang berbeda memotong realita menurut kehendaknya sendiri. Bahasa yang diwujudkan dalam kata-kata adalah representasi realitas. Untuk menyimbolkannya dalam bentuk kata-kata manusia memotong dunia realitas dan mengklasifikasikannya ke dalam kategori yang berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya. Cara yang digunakan oleh tiap budaya dalam memotong realitas adalah dengan subjektif ( arbitrary) seperti halnya memotong sebuah kue sehingga fenomena ini terkenal dengan nama cookie cutter effect ( Albrecht, 1986).
C. TEORI LINGUISTIK PADA AUD
Gardner (2004:26) menyatakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengembangkan bahasa secara umum, serta mengolah kata kata secara efektif baik secara lisan ataupun tertulis.Menurut Arif Rohmad (2009:137-138) kecerdasan linguistik adalah kemampuan akal menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan.Yuliani Nurani Sujiono dkk (2011:6.11) mengatakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata, atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan Perkembangan bahasa adalah bentukan atau hasil dari pengaruh lingkungan (nurture) dan bukan karena bawaan (nature).Bila anak mulai belajar berbicara yang merupakan bukti perkembangnya bahasa anak, maka orang yang ada disekelilingnya memberikan respon yang positif sebagai penguat. Dengan adanya respon positif tersebut maka anak akan cenderung untuk mengulang kata tersebut atau tertarik untuk mencoba kata yang lain. 1. Teori Nativisme (Nativisme Approach) Pandangan ini meyatakan bahwa struktur bahasa merupakan bawaan lahir telah ditentukan secara biologis, bersifat alamiah dan bukan bentukan.Mekanisme otak bawaan yang khusus untuk belajar bahasa.Jadi, dalam diri manusia sudah ada Innate Mechanism, yaitu bahwa bahasa seseorang itu ditentukan oleh sesuatu yang ada dalam tubuh manusia atau sudah diprogram secara genetic. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori nativis menganggap lingkungan tidak berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak.Karena bahasa dianggap terlalu rumit dan tidak memungkinkan dipelajari secara singkat melalui imitasi dari lingkunganya. Jadi menurut teori ini, perkembangan bahasa anak muncul memang secara alamiah kemampuan lingualnya yang sudah diprogramkan sudah kebuka. Jadi, pasti ada beberapa aspek penting mengenai system bahasa yang sudah ada pada manusia secara alami. 2. Teori Kognitif Perkembangan bahasa tetrgantung pada kemampuan kognitif tertentu, kemampuan pengolahan informasi, dan motivasi. Perkembangan kognitif mempengaruhi perkembangan bahasa (Cristiana Hari Soetjiningsih, 2012:212). Kemampuan berbahasa sebagaimana halnya kemampuan berjalan, merupakan bagian dari perkembangan manusia yang dipengaruhi ole kematangan otak.Bahasa ada keterkaitan antara faktor biologis dalam membentuk individu menjadi makhluk linguistik.Belajar bahasa tidak dipengaruhi oleh intelegensi maupun pengalaman individu. Yaitu bertitik tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan dengan kecenderungan untuk berperan aktif pada lingkunganya, dalam proses suatu informasi, dan dalam menyimpulkan tentang struktur bahasa. Bahasa dipelajari dari hasil peran aktif anak dalam proses belajar tersebut. Bahasa terus berkembang sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran.Perkembangan bahasa bersifat progresif dan terjadi pada setiap tahap perkembangan.Perkembangan anak secara umum dan perkembangan bahasa awal anak berkaitan erat dengan berbagai kegiatan anak, obyek, dan kejadian yang mereka alami dengan menyentu, mendengar, melihat, merasa dan membau.Perkembangan bahasa anak berkaitan erat dengan kebudayaan masyarakat setempat dan masyarakat tempat anak dibesarkan 3. Teori Behavioristik Pada dasarnya anak dilahirkan dengan tidak membawa kemampuan apapun.Bahasa di pelajari melalui pengondisian dari lingkungan dan imitasi (peniruan) dari orang dewasa. Dengan demikian anak harus belajar bahasa melalui proses imitasi, dan diberikan penguat. Bahasa adalah masalah respons dan sebuah imitasi.Teori stimulus respon dalam menerangkan perkembangan bahasa, bahwa bahasa adalah dipelajari melalui pembiasaan dari lingkungan dan merupakan hasil dari imitasi terhadap orang dewasa.Biasanya, orang yang menganut paham ini menghindari penggunaan hukuman. Mereka akan memberikan reward kepada siswa yang memberikan respon yang benar, dan mengacuhkan siswa yang respon siswa yang tidak sesuai. Masalah belajar yang terjadi disekolah termasuk masalah belajar bahasa merupakan hasil dari kurangnya perencanaan pendidikan seperti pemberian reward yang kurang tepat, pemberian materi yang padat dan sulit dipahami, pengharapan terhadap prestasi siswa yang berlebihan serta penerapan peraturan yang sulit dipatuhi oleh siswa. 4. Teori Pragmatik Anak belajar bahasa dalam rangka sosialisasi dan mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai dengan keinginanya. Teori ini berasumsi bahwa anak selain belajar bentuk dan arti bahasa, juga termotivasi oleh fungsi bahasa yang bermanfaat bagi mereka.Dengan demikian, anak belajar bahasa disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsi bahasa yang dapat mereka peroleh. Hal tersebut bermakna bahwa anak belajar bahasa disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsi bahasa yang dapat mereka peroleh. Anak belajar Bahasa dalam rangka sosialisasi dan mengarahkan perilaku orang lain.
RUJUKAN
Abdul Chaer. (2003). Psykolinguistic, Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Albrecht,K .1986. Brain Power. London
Chomsky,Noam.2006. Language and Mind. United Kingdom: Cambridge Press
Gentner & s. Goldin-meadow (eds), (2003). Language in mind: advances in study of
language and Thought. Cambridge Press.
Gleitman,L&Papafragou, A.2000. Language and thought. To appear in K.Holoyoak
and B. Morisson (eds), Cambridge Handbook of Thinking and Reasoning.Cambridge University.
Jaszczolt,K.2000. Language and Thought. www.cam.ac.uk.
Leoni Agustina. (2000). Sosiolinguistik, Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ludlow,P.2000. Language and Thought. Martilinich and D.Sosa (eds) A Companion
to Analytic Philsophy, Oxford: Basil Blackwell.
Olson DR, 1970 Languange and Thought; aspect of a cognitive theory of