Anda di halaman 1dari 135

BAB I

HUBUNGAN OTAK, PIKIRAN, DAN


KEMAMPUAN BERBAHASA

Terdapat keterkaitan yang jelas antara kemampuan berbahasa dengan

kemampuan berpikir. Manusia untuk dapat melakukan kegiatan berpikir

dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa. Bahasa

merupakan alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran

tersebut kepada orang lain. Dengan menguasai bahasa maka seseorang

akan mengetahui pengetahuan.

Bahasa memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan anak

menjadi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari

suatu organisme biologis menjadi suatu pribadi di dalam kelompok,

yaitu suatu pribadi yang berpikir, merasa berbuat, serta memandang

dunia dan kehidupan sesuai dengan lingkungan sosialnya.

Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa.

Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan

abstrak, seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Dengan

kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka kegiatan

berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.

Bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yakni buah pikiran, perasan dan

sikap. Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur

segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga

MATERI BAHASA INDONESIA 1


cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan

lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi dikemudian hari.

Keterkaitan antara pikiran dan bahasa dapat dipetakan dalam tiga

pendapat. Perbedaan ini hanya menyangkut variabel mana yang

menjadi penyebab.

1. Bahasa Mempengaruhi Pikiran

Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya

terhadap realitas. Pikiran dapat terkondisikan oleh kata yang kita

gunakan. tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf

dan gurunya Edward Sapir. Whorf mengambil contoh bangsa Jepang.

Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang

Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan sebuah

realitas. Di samping itu bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir

seorang anak. Melalui bahasa seorang anak belajar tentang atribut-

atribut tertentu, baik mengenai dirinya sendiri, diri orang lain, dan

situasi yang dialaminya.

MATERI BAHASA INDONESIA 2


2. Pikiran Mempengaruhi Bahasa

Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tak asing

bagi kita, yaitu Jean Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif

anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan

mempengaruhi bahasa yang digunakannya.

Berbeda dengan pendapat Sapir dan Whorf, Piaget berpendapat justru

pikiran lah yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak akan

ada, pikiran lah yang menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon

bahasa, bukan sebaliknya.

Piaget yang mengembangkan teori pertumbuhan kognisi menyatakan

jika seorang kanak-kanak dapat menggolong-golongkan benda-benda

tersebut. Maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah terjadi

sebelum dia dapat berbahasa.

Menurut teori perkembangan kognisi, seorang kanak-kanak

mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan

dari perilakunya dan kemudian baru melalui bahasa. Tindak tanduk atau

perilaku kanak-kanak itu merupakan manipulasi dunia pada suatu

waktu dan tempat tertentu. Dan bahasa hanyalah satu alat yang

memberikan kepada kanak-kanak itu satu kemampuan untuk beranjak

lebih jauh dari waktu dan tempat tertentu itu. Namun, jelas gambaran

MATERI BAHASA INDONESIA 3


benda-benda dan keadaan-keadaan dunia manipulasinya dalam otak

kanak-kanak tidak memerlukan bahasa.

Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan intelek (pemikiran)

sebenarnya adalah aksi atau perilaku yang telah dinuranikan dan dalam

kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku bahasa. Yang perlu diingat

adalah bahwa dalam jangka waktu sensomotor ini kekekalan benda

merupakan pemerolehan umum.

3. Bahasa dan Pikiran Saling Mempengaruhi

Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh

Benyamin Vygotsky, seorang ahli semantic berkebangsaan Rusia yang

teorinya dikenal sebagai pembaharu teori Piaget yang menyatakan

bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Penggabungan

Vygotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh

kalangan ahli psikologi kognitif. Kata-kata dan pikiran mempunyai

hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi.

Di satu sisi kata-kata merupakan media yang digunakan untuk

memahami dunia serta digunakan dalam proses berpikir, di sisi lain

pemahaman terhadap kata-kata merupakan hasil dari aktivitas pikiran.

Pigotsky berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa

sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran

MATERI BAHASA INDONESIA 4


sebelum adanya bahasa. Kemudian, kedua garis perkembangan ini

saling bertemu, maka terjadilah secara serempak pikiran berbahasa

dan bahasa berpikir. Dengan kata lain, pikiran dan bahasa pada tahap

permulaan berkembang secara terpisah, dan tidak saling

mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikiran berkembang tanpa bahasa, dan

bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu, pada tahap

berikutnya, keduanya bertemu dan bekerja sama, serta saling

mempengaruhi. Begitulah, kanak-kanak berpikir dengan menggunakan

bahasa dan berbahasa dengan menggunakan pikiran.

Menurut Pigotsky pikiran berbahasa (verbal thought) berkembang

melalui beberapa tahap. Mula-mula kanak-kanak harus mengucapkan

kata-kata untuk dipahami. Kemudian bergerak ke arah kemampuan

mengerti atau berpikir tanpa mengucapkan kata-kata itu. Lalu, dia

mampu memisahkan kata-kata yang berarti dan yang tidak berarti.

Selanjutnya Pigotsky menjelaskan bahwa hubungan antara pikiran dan

bahasa bukanlah merupakan satu benda, melainkan merupakan satu

proses, satu gerak yang terus-menerus dari pikiran ke kata (bahasa)

dan dari kata (bahasa) ke pikiran. Pikiran itu tidak hanya disampaikan

dengan kata-kata, tetapi lahir dengan kata-kata itu. Tiap pikiran

cenderung untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain,

dan mendirikan satu hubungan di antara benda-benda. Tapi pikiran

MATERI BAHASA INDONESIA 5


bergerak, tumbuh, dan berkembang melaksanakan setu fungsi dan

memecahkan satu masalah.

4. Peranan Orang Tua, Guru dan Lingkungan terhadap Kemampuan


Berbahasa

Sampai sekarang belum diketahui secara pasti mekanisme bagaimana

seorang anak belajar bahasa sehingga bahasa dapat dikuasainya.

Dengan mengacu pada teori Bruner, jelaslah guru dan orang tua

memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan

pembelajaran bahasa dan perkembangan kognitif anak. Keith (undate)

menyatakan bahwa belajar bahasa merupakan proses rumit yang

melibatkan berbagai faktor seperti faktor biologis, mental dan sosial.

Namun, pada saat yang bersamaan bahasa juga berperan sebagai

piranti pembentuk proses mental dan berpikir anak. Berdasarkan

pengamatan dan hasil penelitian yang dilakukan di luar negri,

perkembangan pembelajaran bahasa usia dini dapat ditandai dengan

perkembangan penguasaan kemampuan berbahasa baik unsur

kemampuan bahasa seperti kosa kata dan tata bahasa maupun

keterampilan berbahasa sesuai dengan perkembangan usia

kalendernya.

Orang tua maupun guru dapat mengidentipikasi kelebihan serta

kekurangan keterampilan bahasa sesuai dengan perkembangan usia

MATERI BAHASA INDONESIA 6


kalendernya sebagai landasan untuk menciptakan konteks kondusif

yang akan lebih mengoptimalkan pembelajaran bahasa anak-anak.

Selain itu, orang tua atau guru dapat menggunakan informasi

perkembangan bahasa anak sebagai dasar mengidentifikasi kelebihan

serta kekurangan penguasaan ranah isi yang dikuasai anak-anak.

Hal lain yang harus menjadi kesadaran orang tua atau guru tentang

perkembangan bahasa anak ialah bahwa bahasa anak adalah bahasa

yang terus bergulir mengalami perkembangan menuju kemempuan

berbahasa orang dewasa. Berawal dari periode diam (silent period),

anak mulai menanamkan hipotesa tentang cara menggunakan bahasa

berdasarkan input bahasa dari lingkungannya.

Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan

meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan

perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan

proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi contoh yang

baik, memberikan motivasi untuk belajar dan sebagainya. Orang tua

sangat bertanggungjawab atas kesuksesan belajar anak dan seyogianya

selalu berusaha meningkatkan potensi anak agar dapat berkembang

secara maksimal. Pada gilirannya anak akan dapar berkembang dan

tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mulai

berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima

segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.

MATERI BAHASA INDONESIA 7


BAB II

HUBUNGAN BAHASA DENGAN SISTEMATIKA BERPIKIR

Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses


memproduksi dan memahami ujaran.  Dapat dikatakan bahwa
psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi
pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi
atau memahami ujaran. Dengan kata lain, dalam penggunaan bahasa
terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode
menjadi  pikiran. Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan
konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil
analisis kode.

Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang

diproses baik berupa   bahasa  lisan  maupun  bahasa  tulis.

Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa,

yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang  ada pada manusia

yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang

lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri

melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Apabila

dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh

seseorang, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Yeti Mulyati, 2009:23).

Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk

berkomunikasi. Psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan  antara

kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan

MATERI BAHASA INDONESIA 8


benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita

pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya (Pateda, 1990:13).

Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya

dalam kata-kata yang terbahasakan. Bahasa yang dipelajari semenjak

anak-anak bukanlah bahasa yang netral dalam mengkoding realitas

objektif. Bahasa memiliki orientasi yang subjektif dalam

menggambarkan dunia pengalaman manusia. Orientasi inilah yang

selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan berkata.

Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika 

berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi  bahasa,

sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika

memahami yang  disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang

dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau

ditulisnya.

Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan.

Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti

jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan

yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang

menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang

di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-

pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan,

deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat

khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.

MATERI BAHASA INDONESIA 9


Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode)

ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan

kebenaran. fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses

metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :

1. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan

pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.

2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan

kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka

diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan

statistika.. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam

berpikir deduktif. Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir

induktif. Salah satu langkah kearah penguasaan adalah mengetahui

dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir dalam

keseluruhan proses berpikir ilmiah.

1. Sarana Berpikir Ilmiah

a. Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh

proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan

Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan

lambang yang membentuk makna. Sedangkan dalam KBBI(Kamus Besar

MATERI BAHASA INDONESIA 10


Bahasa Indonesia), diterakan bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi

yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat

untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Jadi

bahasa menekankan bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan alat.

Bahasa memiliki ciri sebagai berikut :

1. Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola atau aturan.

Arbitrer (manasuka). Artinya, kata sebagai simbol berhubungan

secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya.

Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi.

2. Bahasa itu simbol. Kata sebagai simbol mengacu pada objeknya.

Bahasa, selain mengacu pada suatu objek, juga mengacu pada

dirinya sendiri. Artinya, bahasa dapat dipakai untuk menganalisis

bahasa itu sendiri. Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh

manusia.

3. Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa adalah

menjadi alat komunikasi dan interaksi.

2. Ciri Bahasa Ilmiah

MATERI BAHASA INDONESIA 11


Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif

atau intersubjektif, dan antiseptik.

1. Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi

atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan

secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalahpahaman.

2. Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan

informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh

pendengar atau pembacanya.

3. Menurut Kemeny, antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu

objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada

kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur

informatif.

Slamet Iman Santoso mengimbuhkan bahwa bahasa ilmiah itu bersifat

deskriptif (descriptive language). Artinya, bahasa ilmiah menjelaskan

fakta dan pemikiran; dan pernyataan-pernyataan dalam bahasa ilmiah

bisa diuji benar-salahnya. Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen

menambahkan ciri intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang

dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi para pemakainya.

3. Kelemahan Bahasa

Bahasa sangat vital bagi manusia dalam aktivitas ilmiah (maupun

aktivitas non-ilmiah). Bahasa memperjelas cara berpikir manusia, maka

MATERI BAHASA INDONESIA 12


orang yang terbiasa menulis dengan bahasa yang baik akan mempunyai

cara berpikir yang lebih sistematis.

Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu :

1. Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif,

representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif)

yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah-pisahkan. Akibatnya,

ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnya

ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya.

2. Kata-kata mengandung makna atau arti yang tidak seluruhnya

jelas dan eksak.

3. Bahasa sering kali bersifat sirkular (berputar-putar).

Bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju

ketimbang makhluk-makhluk lainnya. Bahasa sebagai sarana berpikir

ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang sangat bermanfaat bagi

aktivitas-aktivitas ilmiah. Di sisi lain, bahasa tidak alpa dari

kelemahan-kelemahannya yang merintangi pencapaian tujuan dari

aktivitas-aktivitas ilmiah. Kelemahan-kelemahan bahasa ini barangkali

akan ditutupi oleh kelebihan-kelebihan dari dua sarana berpikir ilmiah

lainnya, yaitu matematika dan statistika.

a. MATEMATIKA

MATERI BAHASA INDONESIA 13


Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas

satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan

konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan

menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi,

idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan

masalah. Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam

segala jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan

bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu

pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian

dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut

menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama

sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika

maupun dalam bidang lainnya.

Peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah adalah dapat

diperoleh kemampuan-kemampuan meliputi :

 Menggunakan algoritma,

 Melakukan manipulasi secara matematika,

 Mengorganisasikan data,

 memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya,

 Mengenal dan menemukan pola,

 Menarik kesimpulan,

 Membuat kalimat atau model matematika,

 Membuat interpretasi bangun geometri,

MATERI BAHASA INDONESIA 14


 Memahami pengukuran dan satuanya,

 Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika,

seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.

a.1 Kelebihan dan Kekurangan Matematika

Adapun kelebihan matematika antara lain sebagai berikut :

1. Tidak memiliki unsur emotif

2. Bahasa matematika sangat universal

3. Adapun kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika

tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung

estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang

bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.

b. Statistika

Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep

statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah

dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat

menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya

sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu

memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang

ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat

sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi

tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.

MATERI BAHASA INDONESIA 15


c. Logika

Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapat

dipertanggungjawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode

dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara

penalaran yang benar dengan penalaran yang salah. Karena itu,

berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.

Berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai.

Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan:

 Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan

berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika

Artifisialis (logika ilmiah) yang bertugas membantu Logika Naturalis

dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih

teliti, dan lebih efisien.

 Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni logika

yang mengikuti aristotelian dan Logika Modern

 Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal (deduktif dan

induktif) dan Logika Material.

4. Hubungan antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan

Statistika

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh

proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat

MATERI BAHASA INDONESIA 16


komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang

lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan

antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran

ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika

induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir

deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam

berpikir induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan

erat satu sama lain.

MATERI BAHASA INDONESIA 17


BAB III

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA


DALAM PEMBANGUNAN BANGSA

1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa

Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sudah dibekukan. Pembakuan

itu terjadi sejak dilaksanakannya Seminar Nasional Bahasa dan

SastraIndonesia dan Daerah di Jakarta tahun 1975. Berdasarkan hasil

seminar itu disebutkan maka Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai

bahasa nasional secara resmi dimulai tahun 1928, yaitu sejak Sumpah

Pemuda. Sejak itulah bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa nasional

oleh seluruh bangsa Indonesia. Dalam kedudukannya sebagai bahasa

nasional, bahasa Indonesia mempunyai empat fungsi, yaitu:

1. Sebagai lambang kebulatan semangat kebangsaan Indonesia;

2. Sebagai lambang identitas nasional;

3. Sebagai alat penyatuan berbagai masyarakat yang berbeda-beda

latar belakang kabahasaan, kebudayaan, kesukuan, ke dalam satu

masyarakatnasional, dan;

4. Sebagai alat perhubungan antarsuku antardaerah, dan antar

budaya.

Selain sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia juga sebagai bahasa

negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara secara resmi

dimulai tahun 1945. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara artinya

MATERI BAHASA INDONESIA 18


bahasa indonesia harus digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia

dalam situasi formal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan.

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia juga mempunyai empat

fungsi, yaitu:

1. Sebagai bahasa resmi pemerintahan;

2. Sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan;

3. Sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk

kepentingan perencanaan dan pelaksanaanpembangunan;

4. Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan

teknologi.

Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebabminimal empat fungsi

itulah memang sebagai cirri penanda bahwa suatu bahasa dapat

dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara.

Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia

sebagai bahasa resmi kenegaran ialah digunakannya bahasa Indonesia

dalam naskah Proklamasi Kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu

dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan

kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Keputusan-

keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi yang

dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaganya dituliskan di

dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintah atau

dalam rangka menuanaikan tugas pemerintahan diucapkan dan

MATERI BAHASA INDONESIA 19


dituliskan dalam bahasa Indonesia. Sebagai bahasa resmi, bahasa

Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga

pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan

tinggi.

2. Fungsi Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa

Pernyataan sikap "bertanah air satu, tanah air Indonesia, berbangsa

satu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa

Indonesia" dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan

perwujudan politik bangsa Indonesia yang menempatkan bahasa

Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa

Indonesia telah menyatukan berbagai lapisan masyarakat ke dalam

satu-kesatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mencapai puncak

perjuangan politik sejalan dengan perjuangan politik bangsa Indonesia

dalam mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini

dibuktikan dengan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa

negara (pada pasal 36 UUD 1945, dan juga hasil amandemen UUD,

Agustus 2002).

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah

menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni (ipteks). Ipteks berkembang terus sejalan dengan

perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan bangsa

Indonesia. Perkembangan iptek yang didukung oleh perkembangan

MATERI BAHASA INDONESIA 20


teknologi komunikasi dan informasi (seperti internet, e-mail, e-

business, e-commerce, TV-edukasi, dan lain-lain) melaju dengan

pesat terutama memasuki abad ke-21 sekarang.

Bahasa Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu yang belum

pernah dijadikan sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya

yang berasal dari berbagai ragam suku dan daerah. Hal ini dapat

terjadi, karena bahasa Indonesia dapat menempatkan dirinya sebagai

sarana komunikasi efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan

bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan

melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan, termasuk

pengembangan bahasa-bahasa daerah. Dengan demikian bahasa

Indoensia dan juga bahasa daerah memiliki peran penting di dalam

memajukan pembangunan masyarakat di dalam berbagai aspek

kehidupan.

Peran bahasa Indoensia dan bahasa daerah semakin penting di dalam

era otonomi daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah yang

dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta

masyarakat, akan mendorong dan menumbuhkan prakarsa dan

kreativitas daerah. Hal ini tercermin dari kewenangan-kewenangan

yang telah diserahkan ke daerah dalam wujud otonomi yang luas,

nyata, dan tanggung jawab. Dengan prinsip tersebut diharapkan dapat

MATERI BAHASA INDONESIA 21


mengakselarasi pencapaian tujuan yang telah direncanakan dalam

pembangunan masyarakat.

Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999,

kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota mencakup semua

kewenangan pemerintahan, kecuali kewenangan bidang politik luar

negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,

agama, serta kewenangan bidang lain yang bersifat lintas

kabupaten/kota. Kewenangan kabupaten/kota meliputi bidang

pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan,

pertanian,perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal,

lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja.

Pengembangan Bahasa, termasuk sastra berhubungan dengan

kewenangan pemerintahan di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, baik

yang dimiliki pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Kewenangan pemerintah pusat berupa penyediaan standar, pedoman,

fasilitas dan bimbingan dalam rangka pengembangan bahasa dan

sastra. Sedangkan kewenangan untuk penyelenggaraan kajian sejarah

dan nilai tradisionil serta pengembangan bahasa dan budaya daerah

merupakan bagian dari kewenangan provinsi. Oleh karena bahasa dan

sastra daerah pada dasarnya berkembang dari masyarakat di desa-

desa, kampung-kampung serta kelompok masyarakat tradisional yang

MATERI BAHASA INDONESIA 22


secara kewilayahan berada dalam wilayah kabupaten/kota, maka mulai

di kabupaten/kota dilakukan kegiatan operasional pengembangan

bahasa dan sastra daerah.

Di tingkat nasional sudah ada Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional sebagai lembaga yang mendapat mandat dari pemerintah

untuk melakukan perencanaan bahasa. Pada tingkat provinsi dan

kabupaten/kota dibentuk lembaga perpanjangan penyelenggaraan Pusat

Bahasa berupa balai atau kantor bahasa yang berfungsi untuk membina

dan mengembangkan bahasa dan sastra.

Bahasa Indonesia berperan penting dalam pembagunan bangsa karena

bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang berperan

penting dalam memajukan pembagunan masyarakat dalam berbagai

aspek kehidupan yang akhirnya mendorong kemajuan dalam berbagai

aspek kehidupan dalam pembangunan bangsa.

Marilah kita bersama-sama menjaga bahasa Indonesia agar menjadi

bahasa yang dapat mempersatukan berbagai kelompok masyarakat

dengan melakukan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia

agar tercapai pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien.

MATERI BAHASA INDONESIA 23


BAB IV

BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Sesungguhnya dalam ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar

terkandung dua pengertian yang berkaitan satu sama lain. Pengertian

pertama berkaitan dengan ungkapan “bahasa Indonesia yang baik”.

Sebutan baik atau tepat di sini berkaitan dengan soal keserasian atau

kesesuaian yaitu serasi atau sesuai dengan situasi pemakai. Pengertian

kedua berkaitan dengan istilah “bahasa Indonesia yang benar”. Sebutan

benar atau betul di sini berhubungan dengan soal keserasian dengan

kaidah. Penggunaan bahasa Indonesia yang benar adalah penggunaan

bahasa indonesia yang menaati kaidah tata bahasa. Sedang maksud

kaidah di sini adalah kaidah bahasa Indonesia baku atau yang dianggap

baku. Maksudnya adalah bahasa yang telah distandarisasikan

berdasarkan hukum berupa keputusan pejabat pemerintah atau sudah

diterima berdasarkan kesepakatan umum yang wujudnya ada pada

praktik pelajaran bahasa pada khayalak.

Dengan penjelasan ini tampak bahwa bahasa yang kita gunakan, agar

mengenai sasarannya, tidak selalu beragam baku. Dalam tawar-

menawar di pasar dan di warung, misalnya, pemakaian ragam baku

akan menimbulkan kegelian, keanehan, keheranan, bahkan kecurigaan.

Jadi pada asasnya, kita menggunakan bahasa yang baik, artinya yang

tepat tetapi tidak termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, kita

MATERI BAHASA INDONESIA 24


mungkin berbahasa yang benar tetapi tidak baik penerapannya karena

suasanya mensyaratkan ragam bahasa yang lain.

Agar lebih jelas mengenai pengertian bahasa yang baik dan

benar,sebagai berikut ini contohnya :

Contoh 1:

Dalam tawar menawar di pasar, seorang pembeli akan cenderung

menawar dengan ucapan : “satu kilo berapa?”, “bisa ditawar?”daripada

menggunakan kalimat yang panjang seperti : “Berapakah harga satu

kilo jeruk?”, “Bolehkah saya menawarnya?.”(Bagaimanakah kira-kira

reaksi penjual jeruk mendengar pertanyaan dari seorang pembeli

dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu?). Pemakaian ragam bahasa

baku (seperti kalimat yang kedua) akan menimbulkan kegelian,

keheranan atau kecurigaan. Kalimat tersebut sebagai contoh kalimat

yang tidak baik tetapi benar.

Contoh 2:

Dalam rapat kantor, seorang pejabat fakultas memulai rapat resmi

dengan pemakaian bahasa Indonesia seperti kalimat berikut. “Bapak-

bapak dan saudara-saudara sekalian, ayo deh, kite mulai aje rapat kali

ini, ntar keburu ujan”. Okey you dah pada siap kan?. (Apa jadinya

apabila pejabat fakultas memulai acara rapat formal dengan kalimat

seperti itu?) tentu saja akan merubah suasana menjadi tidak formal dan

berwibawa. Kalimat di atas merupakan penggunaan bahasa Indonesia

MATERI BAHASA INDONESIA 25


yang tidak baik dan benar. Karena kalimat yang digunakan tidak

memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Contoh 3:

Dalam rapat di kantor, seorang pjabat Universitas memulai rapat resmi

dengan pemakaian bahasa Indonesia seperti kalimat berikut ini.

“Bapak-bapak dan ibu-ibu, acara rapat senat siang ini marilah kita

buka bersama-sama dengan membaca basmalah. “Kalimat tersebut

benar, karena kalimat yang digunakan memenuhi persyaratan kebaikan

dan kebenaran.

1. Bahasa Indonesia Baku

a. Pengertian Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia terdiri atas berbagai ragam, tiap-tiap ragam itu

memiliki kekhasan. Akan tetapi, dari berbagai ragam itu masih dapat

dikenali dan dimengerti sebagai bahasa Indonesia karena masing-

masing memiliki ciri umum yang sama, yang mengacu pada salah satu

ragam yang dianggap sebagai patokannya. Ragam yang dianggap

sebagai patokan inilah yang dijadikan bandingan bagi pemakaian

ragam yang lain. Dengan adanya ukuran pembanding ini orang dapat

mengetahui mana pemakaian bahasa yang benar dan mana yang tidak

benar.

MATERI BAHASA INDONESIA 26


Ragam bahasa yang mengemban fungsi sebagai pembanding semacam

itu disebut dengan bahasa baku atau bahasa standar. Dengan demikian,

bahasa Indonesia baku merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia

yang berfungsi sebagai pembanding bagi pemakaian ragam bahasa

Indonesia. Bahasa Indonesia baku disebut juga bahasa Indonesia yang

formal, yaitu bahasa Indonesia yang dituturkan dalam situasi resmi.

Secara lebih rinci, ragam bahasa Indonesia baku dipakai dalam situasi

berbahasa sebagai berikut:

1. Untuk komunikasi resmi, seperti dalam upacara-upacara

kenegaraan, rapat-rapat dinas, surat-menyurat resmi,dan

sebagainya.

2. Untuk wacana teknis, seperti laporan kegiatan, usulan proyek,

lamaran pekerjaan, karya ilmiah,dan sebagainya.

3. Pembicaraan di depan umum, misalnya pidato, ceramah, khotbah,

pengajaran di sekolah,dan sebagainya.

4. Berbicara dengan orang yang patut dihormati misalnya guru,

pejabat pemerintahan, atasan, atau orang yang belum atau baru

saja dikenal.

b. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Baku

Ragam bahasa baku atau standar memiliki tiga ciri yaitu :

1. Kemantapan dinamis

MATERI BAHASA INDONESIA 27


Bahwa bahasa baku haruslah memiliki kaidah dan aturan yang tetap.

Baku atau standar tidak dapat berubah setiao saat,jadi kaidah-kaidah

haruslah konsisten.

2. Kecendekiaan

Bahwa perwujudannya dalam kalimat, paragraph, dan satuan bahasa

lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang

teratur, logis, dan masuk akal.

3. Keseragaman

Bahwa bahasa baku mempraanggapkan, adanya keseragaman

kaidah.Akan tetapi, perlu diingat bahwa yang terjadi adalah

penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau

penyeragaman ragam/variasi bahasa.

c. Fungsi Bahasa Indonesia Baku

Selain memiliki ciri-ciri, bahasa baku atau standar memiliki berbagai

fungsi. Fungsi yang dimaksud ada empat yaitu:

a. Fungsi pemersatu,

b. Fungsi pemberian kekhasan,

c. Fungsi pembawa kewibawaan, dan

d. Fungsi sebagai kerangka acuan.

2. Kesalahan Umum Penggunaan Bahasa Indonesia

MATERI BAHASA INDONESIA 28


Pembentukan kata, kelompok kata, dan kalimat bahasa baku selalu

mengikuti kaidah tata bahasa dari bahasa yang bersangkutan. Jadi,

bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah

tata bahasa Indonesia.Pemilihan kata dalam rangka penyusunan kalimat

baku dilakukan secara cermat agar informasi yang hendak disampaikan

dapat diterima secara baik oleh pembaca atau mantra bicara.

Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau sejenis komunikasi

lain, seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik

memungkinkan tulisan itu dapat diterima oleh siapapun dan benar

artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah dibakukan.

Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, maupun

salah tindakan. Untuk membuat atau menyusun kalimat dengan baik

dan benar tidaklah mudah. Dari sejumlah penelitian yang telah

dilakukan, ditemukan berbagai kesalahan umum yang biasa dilakukan

oleh para pemakai bahasa Indonesia dalam penyusunan kalimat dengan

bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan-kesalahan itu

menurut Widjono (2005:153) dapat dirinci sebagai berikut:

a. Kesalahan struktur

1. Kalimat aktif tanpa subjek.

Contoh:

 Menurut ahli hukum menyatakan bahwa krisis ekonomi di

Indonesia segera berakhir jika hukum ditegakkan. (salah)

MATERI BAHASA INDONESIA 29


 Ahli hukum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia

segera berahkhir jika hokum ditegakkan. (benar)

Pembahasan:

Menempatkan kata depan di depan subjek , dengan kata depan ini

subjek berubah fungsi menjadi keterangan.

Contoh:

 Di Pekalongan memiliki pusat perdagangan batik terbesar di

Indonesia. (salah)

 Di Pekalongan terdapat pusat perdagangan batik terbesar di

Indonesia. (benar)

Pembahasan:

Tanpa unsur predikat menempatkan kata yang di depan predikat,

dengan kata ini predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek.

Contoh:

 Dokter yang bekerja di rumah sakit. (salah)

 Dokter bekerja di rumah sakit. (benar)

Pembahasan:

Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja

transitif langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan.

MATERI BAHASA INDONESIA 30


Contoh:

 Mereka mendiskusikan tentang keselamatan di jalan. (salah)

 Mereka mendiskusikan keselamatan di jalan. (benar)

Pembahasan:

Menempatkan kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat.

Contoh:

 Ia rajin. Sehingga selalu mendapat juara kelas. (salah)

 Ia rajin belajar sehingga selalu mendapat juara kelas. (benar)

Pembahasan:

Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat.

Contoh:

 Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)

 Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja karas. (benar)

Pembahasan:

Salah urutan.

Contoh:

 Majalah itu saya baca. (salah)

MATERI BAHASA INDONESIA 31


 Saya sudah membaca majalah itu. (benar)

b. Kesalahan diksi

1. Diksi kalimat salah jika :

a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar-

supaya,adalah -merupakam, bagi- untuk, demi- untuk, naik- ke

atas, turun- ke bawah, dan lain-lain.Contoh:

 Ia selalu minum obat agar supaya penyakit yang sedang diderita

sembuh. (salah)

 Ia selalu minum obat supaya penyakit yang sedang diderita

sembuh. (benar)

b. Menggunakan kata Tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di

mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain. Contoh:

 Desa di mana kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini

telah menjadi kota. (salah)

 Desa tempat kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah

menjadi kota. (benar)

c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya

– tetapi seharusnya tidak … tetapi atau tidak hanya – tetapi juga,

MATERI BAHASA INDONESIA 32


bukan hanya – tetapi juga seharusnya bukan hanya – melaikan

juga.Contoh:

 Ia tidak hanya cantik melainkan juga sopan santun. (salah)

 Ia tidak hanya cantik tetapi juga sopan santun. (benar)

d. Menggunakan kata berpasangan (verba berpreposis) secara

idiomatic yang tidak sesuai. Misalnya:

BENAR SALAH

Tergantung dari
Bergantung kepada/pada Tergantung dari pada
Bergantung dari

Berbeda dengan Berbeda dari/ daripada

Disebabkan oleh Disebabkan karena

Hormat akan/kepada/terhadap Hormat atas/sama

Berdasarkan atas/pada
Berdasar pada/kepada
kepada (berdasarkan)

Terdiri atas (dari) Terdiri

Sesuai dengan Sesuai

Contoh:

 Model pakaian itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)

 Model pakaian itu sesuai dengan minat orang tersebuat. (benar)

e. Penempatan numeralia distrubituf

MATERI BAHASA INDONESIA 33


Kata setiap, tiap-tiap, dan masing-masing termasuk numeralia

distributif. Kata setiap atau tiap-tiap memiliki arti yang sangat mirip

dengan kata masing-masing. Perbedaannya adalah kata masing-

masing berdiri sendiri tanpa nomina, sedangkan kata setiap dan tiap-

tiap tidak bisa berdiri sendiri tanpa nomina. Contoh:

 Masing-masing mahasiswa dianjurkan memiliki buku ajar. (salah)

 Setiap mahasiswa dianjurkanmemiliki buku ajar. (benar)

2. Diksi atau kalimat kurang baik (kurang santun)

a. Menonjolkan akunya dalam suasana formal, misalnya: aku dan

saya.

b. Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif,

misalnya: menurut pendapat saya… sebaiknya menggunakan

data menunjukkan bahwa… penelitian membuktikan bahwa …,

pengalaman membuktikan bahwa…

c. Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya.

d. Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi.

e. Penolakan dan pembuktian tanpa makna yang pasti (eksak).

3. Kesalahan ejaan

Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya

memperkecil kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan

kesalahan kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu

MATERI BAHASA INDONESIA 34


diperhatikan dalam keseluruhan penulisan (lebih lanjut lihat Buku Ejaan

Yang Disempurnakan).

Jenis kesalahan ejaan:

1. Penggunaan huruf capital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal,

2. Pemenggalan kata,

3. Penulisan kata baku,

4. Penulisan unsure serapan

5. Penulisan kata asing tidak dicetak miring,

6. Penggunaan tanda baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik

koma, tanda petik satu(‘…’), tanda penyngkatan (‘…), dan lain-

lain

7. Penulisan kalimat atau paragarf: induk kalimat dan anak

kalimat,kutipan langsung, kutipan tidak langsung,

8. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi

9. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis,

surat kabar, majalah, jurnal,

10. Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian,

11. Penulisan: daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, dan

bibliografi.

MATERI BAHASA INDONESIA 35


BAB V

RAGAM BAHASA

I. Ragam Bahasa

1. Pengertian Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang

berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan

pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut

medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh

penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise

tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya

ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana

resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut

ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

2. Macam-Macam Ragam Bahasa

Ragam bahasa terdiri dari beberapa macam, yaitu: berdasarkan media,

cara pandang penutur, dan topik pembicaraan.

a. Ragam bahasa berdasarkan media

Ragam bahasa berdasarkan media terbagi dua yaitu: ragam lisan dan

ragam tulis

a.1 Ragam Lisan

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga

kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak

MATERI BAHASA INDONESIA 36


mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian ketepatan dalam

pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-

unsur didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam

ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicara menjadi

pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan

secara lisan. Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan

kaidah kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal

atau santai.

Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut

ragam bahasa tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh

karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukan cir-

ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dengan tulisan, ragam bahasa

serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu

masing-masing adapun ciri dari keduanya.

Ciri-ciri ragam lisan:

a. Memerlukan orang kedua/teman bicara.

b. Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.

c. Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta

bahasa tubuh.

d. Berlangsung cepat

a. Ragam Tulis

Ragam Tulis Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna

kalimat yang diungkapkan nya ditunjang oleh situasi pemakaian

MATERI BAHASA INDONESIA 37


sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh

karrena itu, penggunaan ragam baku tulis diperlukan kecermatan dan

ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur

bentuk katadan struktur kalimat, serta kelengkapaan unsur-unsur

bahasa di dalam struktur kalimat.

Ciri-ciri ragam tulis:

a. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;

b. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;

c. Harus memperhatikan unsur gramatikal;

d. Berlangsung lambat;

e. Selalu memakai alat bantu;

f. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;

g. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya

terbantu dengan tanda baca.

Contohnya: “Saya sudah membaca buku itu”.

C. Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata


bahasa dan kosa kata)

c.1 Tata Bahasa :

a. Ragam bahasa lisan

Contoh:

1) Nia sedang baca surat kabar.

2) Ari mau nulis surat.

3) Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.

b. Ragam bahasa tulisan.

Contoh:

MATERI BAHASA INDONESIA 38


1) Nia sedang membaca surat kabar.

2) Ari mau menulis surat.

3) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

c.2 Kosa kata:

a. Ragam bahasa lisan

1) Ariani bilang kalau kita harus belajar.

2) Kita harus bikin karya tulis.

3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

b. Ragam bahasa tulisan

1) Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.

2) Kita harus membuat karya tulis.

3) Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.

D. Ragam bahasa berdasarkan cara pandang penutur

a. ragam dialek

b. ragam terpelajar

c. ragam resmi

d. ragam tak resmi.

Contoh:

Ragam dialek : “Gue udah baca itu buku ”

Ragam terpelajar : “Saya sudah membaca buku itu”

Ragam resmi : “Saya sudah mmbaca buku itu”

Ragam tak resmi : “Saya sudah baca buku itu”

E. Ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan

MATERI BAHASA INDONESIA 39


a. ragam bahasa ilmiah

b. ragam hukum

c. ragam bisnis

d. ragam agama

e. ragam sosial

f. ragam kedokteran

g. ragam sastra.

Contoh:

Ragam hukum : Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.

Ragam bisnis : Setiap pembelian diatas nilai tertentu akan

diberikan diskon.

Ragam sastra : Cerita itu menggunakan flashback.

Ragam kedokteran : Anak itu menderita penyakit kuorsior.

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam

bahasa standar, semi standar dan nonstandar. a. ragam standar, b.

ragam nonstandar, c. ragam semi standar.

Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan

aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam

standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang

kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis

laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).

MATERI BAHASA INDONESIA 40


Perbedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar

dilakukan berdasarkan :

a. topik yang sedang dibahas,

b. hubungan antarpembicara,

c. medium yang digunakan,

d. lingkungan, atau

e. situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan

nonstandar adalah: · 1. penggunaan kata sapaan dan kata ganti,

o penggunaan kata tertentu,

o penggunaan imbuhan, ·

o penggunaan kata sambung (konjungsi), dan 5

o penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam

standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang

yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan

kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam

ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam

ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue. Penggunaan kata

tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam

standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-

kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu.

Penggunaan imbuhan adalah ciri lain.

MATERI BAHASA INDONESIA 41


Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas

dan teliti. Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan

(preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar,

sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala,

kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.

Contoh :

b. Ibu mengatakan, kita akan pergi besok.

(1a) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok.

Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki

contoh (1a) yang merupakan ragam standar.

Contoh :

c. Mereka bekerja keras menyelesaikan

pekerjaan itu.

(2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Kalimat (2) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2a)

kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini

sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik

termasuk ragam semi standar. Kelengkapan fungsi merupakan ciri

terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada

bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap

cukup mendukung pengertian.

MATERI BAHASA INDONESIA 42


Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat

dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab

pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering

kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’.

Sebenarnya, pembedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan

di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya

ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

MATERI BAHASA INDONESIA 43


II. LARAS BAHASA

1. Pengertian Laras Bahasa

Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam

berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa

adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita

mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras

komik, laras sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras

puisi, laras novel, dan sebagainya.

Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri.

Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk

standar, semi standar, atau nonstandar.

2. Definisi Laras Bahasa Dari Berbagai Ahli

1. Ure dan Ellis telah menyatakan pada 1977 bahawa laras bahasa adalah

sejenis pencorakan bahasa yang kerap kali digunakan dalam sesuatu

situasi komunikatif.

2. Za’ba (1962) menerangkan laras ialah rupa susuk bahasa yang dipakai

apabila bercakap atau mengarang, iaitu tentang perkataannya, ikatan

ayatnya, jalan bahasanya, cara susunannya atau bentuk peribahasanya.

3. Halliday (1968) mendefinisikannya sebagi variasi bahasa berlainan

berdasarkan fungsi atau dengan kata yang lebih mudah laras berubah

mengikut situasi. Beliau mendasarkan perbezaan laras yang digunakan

MATERI BAHASA INDONESIA 44


kepada dua faktor, iaitu pengguna dan penggunaan. Variasi bahasa

yang timbul yang berkaitan dengan penggunanya, iaitu yang

melibatkan tempat asal seseorang ialah dialek dan variasi bahasa yang

berkaitan dengan penggunaannya, iaitu yang berlainan mengikut

kumpulan sosial yang menggunakannya ialah register atau laras.

4. Naomi S. Baron (1979) mentakrifkan laras sebagai variasi linguistik

(linguistic variation) yang ditentukan oleh keadaan sosial yang wujud

pada ketika tertentu.

5. Dwight Bolinger (1981) dan rakannya mendefinisikan laras sebagai

bentuk atau variasi bahasa yang digunakan dalam peristiwa

berkomunikasi dan mereka menambah, laras dengan bentuk bahasa

yang digunakan dalam ucapan umum seperti yang digunakan oleh

seseorang pemidato saling berkaitan.

6. A. Wilkins (1982) mentakrifkan laras sebagai satu gaya bahasa yang

berhubung kait dengan pekerjaan.

7. Nik Safiah Karim (1982) bersependapat dengan Halliday kerana setiap

anggota masyarakat akan menggunakan beberapa laras yang berbeza

mengikut keperluannya.

8. Brian Seaton (1982) mengeluarkan pendapat bahawa laras ialah satu

variasi bahasa yang wujud daripada situasi yang berlainan seperti

umur, jantina dan tajuk percakapan.

9. Asmah (1987) pula menyatakan ciri-ciri khusus dalam penggunaan

bahasa menurut bidang penggunaannya.

10. Abdullah Hassan (1989) menyebut pemakaian kata-kata tertentu yang

sesuai dengan konteksnya itu, adalah sesuatu yang dikatakan laras

bahasa.

MATERI BAHASA INDONESIA 45


11. Raminah Hj. Sabran (1989) menjelaskan setiap bahsa mempunyai

beberapa laras yang tersendiri yang digunakan dalam situas atau

konteks yang berbeda.

3. Macam-Macam Laras Bahasa

Macam-macam laras bahasa antara lain sebagai berikut :

a. Laras Bahasa Hukum

Laras bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan

bahasanya khas dalam dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai

karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hukum Indonesia

haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Ciri-ciri laras bahasa hukum :

1. Mempunyai gaya bahasa yang khusus.

2. Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan.

3. Objektif dan menekan prasangka pribadi.

4. Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang

diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran.

5. Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensasi.

Contoh :

Sanksi Pelanggaran Pasal 44:

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta

MATERI BAHASA INDONESIA 46


 Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau

memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus jutarupiah).

 Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,

mengedarkan, atau menjual pada umum suatu ciptaan atau barang hasil

pelanggaran hasil hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau

denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

2. Laras Bahasa Kedokteran

Istilah medis memang terdengar begitu rumit. Sebenarnya istilah ini

tidak dimaksudkan agar pasien tidak mengerti. Tujuannya adalah

keseragaman, universalitas. Agar istilah yang dituliskan dokter di

Amerika tetap dapat dipahami dokter di Papua.

Karena ilmu kedokteran berasal dari sejarah panjang, banyak istilah

kedokteran berawal dari bahasa klasik (Latin atau Greek). Seiring

perkembangan, memang tentu ada adaptasi, perubahan. Tetapi pada

dasarnya masih bisa ditarik ke bahasa asalnya. Ada juga pengaruh

lokal, sehingga sering suatu istilah di-adopsi ke bahasa Indonesia.

Biasanya adopsi ini secara hampir utuh, dan polanya mudah diikuti.

Memang istilah itu membuat pusing, dokter juga kadang harus berpikir

dulu agar memahami artinya. Hanya karena seringnya mendengar dan

memakai, dokter menjadi terbiasa.

MATERI BAHASA INDONESIA 47


Secara umum istilah medis terdiri dari 4 bagian.

1. Kata induk

2. Awalan

3. Akhiran

4. Penghubung antar bagian

Suatu istilah bisa terdiri dari kata induk saja, atau ditambah 1, 2 atau 3

bagian lain.

Kita ambil satu contoh sederhana: perikarditis

“Peri” adalah awalan yang berarti sesuatu yang di tepi atau melingkupi

“kard” artinya jantung

“Itis” adalah akhiran yang berarti “peradangan”

Jadi Pericarditis artinya peradangan pada jaringan yang melingkupi

jantung.

Tentu mudah memahami kalau ada istilah:

Bradikardi, “bradi” artinya “lambat” sehingga “bradikardi” berarti

denyut jantungnya melambat.

Takhikardi, “takhi” artinya “cepat” sehingga “takhikardi” berarti

denyut jantungnya bertambah cepat.

Contoh lain yang menggunakan 2 kata induk: ureterolithiasis.

“Ureter” adalah saluran dari ginjal menuju kandung kemih. Dalam

bahasa Indonesia juga disebut ureter. Fonem “o” untuk

menghubungkan dengan kata berikutnya. “Lith” artinya batu, sedang

akhiran “osis atau asis” artinya proses.

MATERI BAHASA INDONESIA 48


Jadi “Ureterolithiasis” adalah terbentuknya batu pada saluran kemih

antara ginjal dan kandung kemih.

Contoh lain yang lebih kompleks: Histerosalfingografi.

Histero artinya “uterus” atau “rahim”

Salfing adalah nama lain dari tuba fallopii artinya “saluran telur”

Grafi adalah “gambar/foto”.

Fonem “o” adalah kata penghubung antar masing-masing kata induk

tersebut.

Jadi Histerosalfingografi berarti: gambar dari rahim dan saluran telur

yang diperoleh dengan foto rontgen.

(Kata “histeris” itu diduga juga berakar dari kata “histero” yang berarti

rahim ini. Ada yang menyebut karena ketika berkontraksi rahim

menjadi begitu keras dan kaku. Ada yang menyebut dari ekspresi

wanita ketika rahimnya berkontraksi dan mengejan kuat-kuat).

Kalau kita tengok penulisannya dalam bahasa Inggris, maka proses

adopsi ini mudah diikuti.

Perikarditis: Pericarditis

Ureterolithiasis: Ureterolithiasis

Histerosalfingografi: Hysterosalphingography

Kita coba yang menarik juga: Muscullus Sternocleidomastotideus.

Artinya: otot (muscullus) yang menghubungkan antara tulang sternum,

tulang klavikula (salah satu bagiannya dilekati otot ini) dan tulang

MATERI BAHASA INDONESIA 49


mastoid. Dihubungkan dengan fonem penyambung “o”. Pada anak-

anak, adanya peradangan di faring sering diikuti pembesaran kelenjar

di sepanjang otot sternokleidomastoideus ini.

3. Laras Bahasa Umum

a. Mudah difahami

contoh: Sarah p pasar raya untuk beli barang-barang dapur

b. Menggugurkan penggunaan kata sendi nama

contoh: Adik jatuh gaung = adik jatuh ke dalam gaung

c. Menggunakan laras bahasa umum

contoh: lain kali buatlah lagi (bahasa terbalik)

         biarkan aku sendiri (bahasa merajuk)

 Menggunakan ayat pendek dan ringkas

contoh: Saya pergi ke pasar.

4. Laras Bahasa Teknikal

 Laras teknikal digunakan oleh para pakar untuk berkomunikasi dengan

pakar lain yang sebidang.

 Laras teknikal bermakna semua jenis teks di dalam semua jenis bidang

kepakaran sama ada bidang sains tulen, teknologi, sains pengurusan

dan lain-lain bidang kepakaran.

Contoh:

MATERI BAHASA INDONESIA 50


 Teknik ini akan menghasilkan penghematan bahan bakar, peningkatan

produktivitas dan kualitas permukaan.

 Anda mendapatkan ahli teknik yang membawa panel tenaga surya

tanpa alas kaki ke pegunungan yang terpencil.

 Analisis ini bersifat bottom-up, analisis induktif yang berlaku pada

tingkat fungsional atau per bagian sistem. Pada tingkat fungsional,

jenis kegagalan diidentifikasi pada setiap fungsi di dalam sistem atau

komponen peralatan, yang biasanya dibantu dengan diagram blok

Untuk analisis per komponen, jenis kegagalan diidentifikasi untuk

setiap komponennya (seperti saluran, penghubung, resistor, atau

diode). Jenis kegagalan dengan efek yang identik dapat

dikombinasikan dan dirangkum.

5. Laras Bahasa Ekonomi

 Berbentuk ilmiah

 Istilah-istilah teknikal dan berkaitan dengan urusan perniagaan dan

ekonomi

 Tidak terlalu mementingkan struktur ayat

 Bersifat formal

 Mementingkan sususnan maklumat yang disampaikan dengan jelas dan

eksplisit

 Setiap fakta dapat dihuraikan berdasarkan bukti dalam bentuk data dan

statistic

Contoh:

MATERI BAHASA INDONESIA 51


TEMPO.CO, Jakarta – Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, Lana

Soelistianingsih mengatakan, tantangan terbesar Indonesia dalam

investasi adalah kurangnya minat dan pengetahuan dari rakyat, inilah

mengapa pemerintah harus menyediakan pendidikan intensif.

“Pendidikan itu penting sebagai pengetahuan tentang pasar sehingga

penyebaran investor lokal dan asing lebih sama,” kata Lana, Selasa.

Bahkan pemerataan investor lokal dan asing akan melindungi Indonesia

dari tekanan asing.

Saat ini, investor asing memiliki persentase lebih besar dalam investasi

saham dengan 51 persen dan obligasi pemerintah dengan 35,8 persen,

ini membuat Indonesia terlalu bergantung pada investasi asing.

Ada dua hal yang menyebabkan kurangnya masyarakat minat untuk

investasi. Pertama, pendapatan per kapita yang kecil. Meskipun biaya

investasi saat ini murah, pendapatan per kapita Rp3 juta per bulan

dianggap kurang. “Orang-orang masih mikir-mikir dalam menabung,

apalagi investasi,” kata Lana.

Kedua, kurangnya masyarakat kesadaran akan pentingnya investasi.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah harus mulai memperkenalkan

investasi di sekolah. “[Pengantar investasi harus] mulai dari SMP,”

tambah Lana.

Indonesia menghadapi lima tantangan dalam investasi fisik : korupsi,

birokrasi yang tidak efisien, kurangnya infrastruktur yang memadai,

MATERI BAHASA INDONESIA 52


tumpang tindih antara kebijakan pemerintah pusat dengan daerah dan

mahalnya biaya pinjaman.

Dalam jangka pendek, pemerintah dapat meningkatkan infrastruktur

dan meniadakan tumpang tindih antara pemerintah pusat dan daerah.

“Untuk tiga lainnya [tantangan], rencana jangka panjang diperlukan

dalam rangka meningkatkan itu,” kata Lana

6. Laras Bahasa Agama

Berisi istilah agama dari bahasa Arab. Struktur ayatnya banyak

dipengaruhi struktur bahasa Arab. Disisipkan dengan kutipan dari al-

Quran dan hadis.

 Terdapat unsur bahasa klasik terutama pada kosa katanya.

 Terdapat istilah agama yang khusus bagi sesuatu agama.

 Banyak mengandungi bentuk cerita, kias dan ibarat.

Contoh: Syurga dalam bahasa Arab disebut sebagai ”al-jannah” yang

bermaksdu sebuah taman yang indah, penuh dengan pelbagai nikmat

dan keselesaan….

7. Laras Bahasa Himbauan

 Fungsi utama laras himbauan ialah untuk mendorong atau menarik

perhatian orang supaya melakukan sesuatu perbuatan yang mungkin

berbentuk positif ataupun negatif.

MATERI BAHASA INDONESIA 53


 Laras Himbauan mempunyai ciri-ciri seperti berikut; banyak

menggunakan perkataan yang membawa makna ’ajak’ atau ’tegah’,

banyak menggunakan contoh, kes dan cerita yang selaras dengan

tajuk, menampilkan faedah-faedah sesuatu perbuatan, menampilkan

akibat buruk sesuatu perbuatan dan juga bentuk bahasa peribadi yang

menggunakan ganti nama orang pertama menjadi ciri utama laras ini.

 Laras Himbauan terdapat dalam bentuk lisan dan tulisan.

 Contoh: khutbah, kempen, pujukan, rayuan dan doa.

8. Laras Bahasa Klasik

 Laras Klasik mempunyai ciri-ciri seperti teks asal ditulis dalam tulisan

Jawi, tidak menggunakan tanda bacaan dan tidak menggunakan

perenggan.

 Banyak menggunakan struktur ayat pasif, terdapat penggunaan kata

praklausa atau kata pembuka ayat yang tidak digunakan lagi dalam

bahasa moden seperti arakian, hatta, kalakian, empunya dan persetua.

 Laras Klasik juga mengandungi kosa kata bahasa istana seperti beta,

patik, bersemayam.

 Tidak terdapat imbuhan asing untuk pembinaan istilah sains dan

teknikal seperti dalam bahasa Melayu moden, iaitu eka, dwi, mono, bi

dan pra.

 Contoh Laras Klasik seperti; Hatta berapa antaranya maka rangga dan

Raden Aria pun datanglah dari benua Keling itu. Maka dipersembahkan

oranglah kepada Seri Betara mengatakan Raden Aria dan Rangga

sudah datang. Petikan: Kassim Ahmad (1971) Hikayat Hang Tuah,hlm

106.

MATERI BAHASA INDONESIA 54


9. Laras Bahasa Kreatif

 Menggunakan struktur ayat aktif dan pasif.

 Menggunakan bentuk dialog atau kata bual seperti dalam skrip drama.

 Menggunakan bahasa pelambangan dan kiasan.

 Bersifat kreatif imaginatif, menggunakan bunga bahasa dan bahasa

hiasan.

 Tidak terdapat ciri khusus bahasa teknikal dan penggunaan ilustrasi.

 Harus mempunyai kata-kata yang segar dan bertenaga supaya dapat

melukiskan gambaran yang cukup jelas dan hidup kepada pembaca.

 Contoh: Kuala Semantan biarpun berabad lagi engkau tetap akan

gemilang, Namamu kan lebih harum menjunjung sekalian nama, Nama

pahlawan yang hilang, Hilang di zaman silam (Puisi ”Kuala Semantan

Namamu Kan Tetap Gemilang”Karya Aripin Said)

10. Laras Bahasa Kanak-Kanak

Laras Bahasa Kanak-kanak mempunyai ciri-ciri seperti;

 Kosa katanya terdiri daripada kata akar, kata nama konkrit, kata kerja

dan kata adjektif.

 Kosa katanya kurang berbanding dengan kosa kata untuk orang

dewasa

 Bilangan imbuhan yang digunakan terhad, dan imbuhan untuk

membentuk kata abstrak tidak terdapat dalam laras ini.

 Struktur ayat yang banyak digunakan ialah struktur ayat aktif bentuk

tunggal.

MATERI BAHASA INDONESIA 55


 Bahasa perlambangan langsung tidak digunakan dan begitu juga

dengan bentuk bahasa yang berbunga-bunga.

Contoh Laras Bahasa Kanak-kanak; Rusa dan Anak Rusa

Seekor anak rusa bertanya kepada ayahnya: “Ayah lebih besar, lebih

kuat, dan lebih lincah daripada seekor anjing, dan ayah memiliki tanduk

yang tajam. Tetapi mengapa Ayah selalu lari menghindar saat

mendengar gonggongan anjing?”

“Anakku,” kata sang Rusa, “Sifat amarahku tidak menentu, dan bisa

saja saat saya berdekatan dengan anjing yang ribut menggonggong itu,

saya akan kehilangan kesabaran dan mungkin saja saya akan melukai

anjing tersebut.”

11. Laras Bahasa Iklan

 Fungsi utama laras ini untuk memperkenalkan dan menjual barangan

atau perkhidmatan yang diiklankan.

 Laras Bahasa Iklan mempunyai ciri-ciri seperti; terdapat penggunaan

unsur grafik dan ilustrasi yang sangat ketara pada iklan yang bercetak,

terdapat penggunaan gambar bergerak dan muzik dengan jelas pada

laras iklan pandang-dengar iaitu dalam filem dan televisyen, struktur

ayatnya pendek dan banyak menggunakan ayat tunggal, menggunakan

unsur retorik atau manipulasi bahasa secara berkesan, menggunakan

ungkapan istilah dan juga menggunakan pelbagai kaedah untuk

memujuk atau menarik perhatian pengguna seperti kaedah umpan,

pujukan, kemesraan, gesaan dan doa.

MATERI BAHASA INDONESIA 56


Contoh laras bahasa iklan

Laras bahasa dapat digolongkan kepada dua golongan besar, yaitu

laras biasa dan laras khusus.

 Laras biasa ialah laras khusus yang digunakan untuk masyarakat umum

seperti bidang hiburan, pengetahuan, peneranagn, dan maklumat.

 Laras khusus merujuk kepada kegunaan untuk khalayak khusus seperti

ahli-ahli atau peminat dalam bidang tertentu dan pelajar-pelajar

(rencana, laporan, buku).

Pembeda utama yang membedakan antara laras biasa dengan laras

khsus ialah: kosa kata, tata bahasa, dan gaya.

Ciri-ciri Laras Bahasa

1. Laras Bahasa Biasa,

Laras biasa ialah laras khusus yang digunakan untuk masyarakat umum

seperti bidang hiburan, pengetahuan, peneranagn, dan maklumat.

 Tidak melibatkan bidang tertentu, mudah difahami, tiada istilah

teknikal, kurang kata pinjaman.

 Gaya ayat sederhana, ringkas dan padat.

 Struktur ayat mudah

Contoh : Dilarang menginjak rumput.

MATERI BAHASA INDONESIA 57


Laras bahasa biasa terbahagi kepada formal dan tak formal.

Laras Bahasa Biasa

Formal/Rasmi Tak Formal

Berlaku proses pengguguran dalam


Digunakan dalam majlis rasmi,
ayat-ayat yang diucapkan sama ada
surat kiriman dan sebagainya.
pengguguran subjek, predikat, objek.

Laras Bahasa Khusus

Pula merujuk kepada kegunaan untuk khalayak khusus seperti ahli-ahli

atau peminat dalam bidang tertentu dan pelajar-pelajar (rencana,

laporan, buku).

Pembeda utama yang membezakan antara laras biasa dengan laras

khusus ialah: kosa kata; tatabahasa; gaya

Perbedaan antara laras bahasa biasa dan laras bahasa khusus :

Golongan Laras Bidang Situasi Contoh Bahan

Berita, laporan. iklan,


Hiburan
surat peribadi
Pengetahuan Khalayak
Biasa Ucapan syarahan
Umum
Maklumat
Acara majlis umum
Upacara/.Majlis
Doa, khutbah
Khusus Doa-khutbah Khalayak Acara majlis rasmi
Umum
Rencana, ekonomi,

MATERI BAHASA INDONESIA 58


undang-unang, fizik,
kimia, dan lain-lain.
Teknikal
Tesis, rencana
matematik, biologi,
Ilmiah
Fizik, Kimiz, Lukisan
Kejuruteraan dan
sebagainya.

1. Laras Bahasa Perniagaan

Tujuannya untuk mempengaruhi pengguna atau membentuk tanggapan

tertentu, atau mengubah sikap dan melakukan tindakan. Digunakan

dalam iklan, tender, laporan dan sebagainya, didukung pula oleh

gambar, lukisan, grafik, ilustrasi dan sebagainya.

Iklan dapat dihasilkan dengan beberapa cara seperti berikut:

 Slogan: Kami Ada Cara

 Kaedah Pernyataan: Rumah Untuk Dijual/Disewa

 Perkaitan Konsep: Artis X dengan Tilam Jenama Y

 Perisytihran: Waja dengan Aksesori Lengkap

 Kaedah Umpan: Beli Satu, Percuma Satu

 Mesra: Keutamaan Kami Adalah Pelanggan.

 Bandingan: Bateri X Lebih Berkuasa dan Tahan Lama

 Gesaan: Cepat! Cepat! Datanglah Beramai-ramai

 Pertanyaan: Sakit Pinggang? Sapulah Dengan Minyak Angin Z.

2. Laras Bahasa Akademik

MATERI BAHASA INDONESIA 59


Meliputi berbagai bidang seperti sains, teknologi, komunikasi,

matematik dan sebagainya yang terletak dalam ruang lingkup

pendidikan.Dalam penulisan ilmiah, misalnya penulisan thesis, penulis

perlu mengikut format tertentu seperti perlu ada catatan bibiliografi

(rujukan), nota kaki di bawah muka surat atau nota hujungan di

penghujung setiap bab. Menggunaka istilah-istilah yang khusus kepada

bidang, dan biasanya perlu dihafal.

 Digunakan dalam bidang ilmiah

 Bersifat formal dan objektif

 Gaya bahasa- matang dan keintelektualan(hujah, tepat dan berkesan)

 Bersifat khusus dan sukar difahami

 Mementingkan kesempurnaan

 Mengutamakan pemaparan, perbincangan dan penghuraian

 Terdapat penggunaan sudut pandangan orang ketiga, penulisan ragam

ayat pasif dan ayat majmuk

 Mengandungi nota kaki, bibliografi, indeks dsb.

Contohnya ialah fotosintesis, pecutan, mengawan, pendebungaan dan

sebagainya.

3. Laras Bahasa Media

Berita sebagai wacana memiliki struktur teks yang tersendiri, lain dari

struktur teks fiksi, dan lain pula dari struktur teks esai dan karya

MATERI BAHASA INDONESIA 60


ilmiah. Wartawan atau penulis koran menggunakan bahasa untuk

menjelaskan sesuatu menurut cara yang paling mudah diterima sesuai

dengan selera sejumlah pembaca koran.

Tiga fitur penting yang harus ada dalam berita koran yang baik,

pertama, bahasa yang digunakan mudah. kedua, gaya tulisan yang jelas

dan ketuiga, isi tulisan harus akurat. Karena koran diterbitkan untuk

masyarakat, maka bahasa koran haruslah sesuai dengan bahasa

penggunaan orang-orang. Kalimat yang panjang, berisi beberapa

klausa, menggunakan kutipan, metafora, kiasan, istilah teknik, dan

sebagainya haruslah dihindari.

 Ayat berita dan penyata

 Bahasa yang paling mudah diterima dan difahami

 Bahasa yang mudah, jelas dan tepat

 Ringkas, padat dan bermaklumat

 Tidak mementingkan stuktur ayat majmuk

 Tidak mementingkan kata hubung, dan unsur tatabahasa seperti

imbuhan

 Tidak menggunakan istilah teknikal atau khusus dan sukar

 Bersifat melaporkan sesuatu peristiwa yang berlaku

 Mengandungi judul dan teks.

Laras Bahasa Menurut Pokok Pembicaraannya

Laras bahasa menurut pokok pembicaraannya antara lain sebagai

berikut :

MATERI BAHASA INDONESIA 61


1. Laras Bahasa Undang-undang

Laras undang-undang ialah sejenis laras teknikal.

Laras undang-undang mempunyai ciri-ciri kelainannya tersendiri iaitu

tidak mengandungi gambar, jadual, simbol dan sebagainya serta

struktur ayatnya terdiri daripada prinsip undang-undang diikuti oleh

syarat-syarat dan diakhiri oleh keputusan undang-undang.

Contoh: Setelah saman disampaikan dan catatera penyampaian dibuat,

pendaftar harus memberikan notis kepada plaintif atau peguamnya

mengenai hal itu dan mengenai cara saman disampaikan.

2. Laras Bahasa Jurnalistik (berita, editorial, iklan, dll.)

Bahasa yang digunakan wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa

jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu laras bahasa. Bahasa

jurnalistik memiliki sifat-sifat khas, yaitu singkat, padat, sederhana,

lancar, jelas, lugas, menarik, dan netral (demokratis).

Namun jangan dilupakan, bahasa jurnalistik harus didasarkan pada

bahasa baku. Dia tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa.

Begitu juga dia mesti memperhatikan ejaan yang benar. Akhirnya

dalam kosa kata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam

masyarakat

Apa itu Bahasa Jurnalistik

MATERI BAHASA INDONESIA 62


Para sesepuh jurnalistik ataupun sesepuh bahasa kerap mengatakan

bahwa bahasa jurnalistik itu harus bersandar pada bahasa baku.

Menurut Wojowasito (via Anwar, 1984:1), bahasa jurnalistik yang baik

haruslah sesuai dengan normatata bahasa yang antara lain terdiri atas

susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.

Anton M. Moeliono (1994), Konsultan Pusat Bahasa, mengatakan

bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong laras bahasa baku.

Terbukti bahwa bahasa jurnalistik dan bahasa Indonesia baku tidak

berbeda, yang membedakan hanyalah pada penggunaannya.

Rosihan Anwar (1994:1) , mengatakan , “Bahasa jurnalistik mempunyai

sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik.

Moeliono (1994), menambahi bahwa bahasa jurnalistik memiliki

kekhasan diksi yang dicirikan oleh upaya ekonomi kata, kekhasan

pengalimatan yang ditandai oleh pemendekan kalimat.

Jus Badudu (1992:62), bahasa jurnalistik harus sederhana dan mudah

dipahami, teratur, dan efektif. Bahasa yang sederhana dan mudah

dipahami berarti menggunakan kata dan struktur kalimat yang mudah

dimengerti pemakai bahasa umum. Bahasanya teratur berarti setiap

kata dalam kalimat sudah ditempatkan sesuai dengan kaidah. Efektif

berarti bahasa pers harus tidak bertele-tele tetapi tidak terlalu

berhemat sehingga maknanya menjadi kabur.

Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh pewarta atau

media massa untuk menyampaikan informasi, bahasa dengan ciri-ciri

khas yang memudahkan penyampaian berita dan komunikatif.

MATERI BAHASA INDONESIA 63


Bahasa Jurnalistik di Antara Ragam dan Laras Bahasa Lain

Bahasa jurnalistik adalah sebuah laras bahasa. Sebagai penyampai

informasi, laras bahasa jurnalistik selalu bersinggungan dengan laras

bahas lainnya, karena sebagai penyampai informasi diharapkan mampu

menjembatani antarlaras bahasa itu. Dengan kata lain, pewarta dapat

bereksplorasi dengan laras bahasa lain sehingga bahasa yang

digunakan lebih variatif dan enak dibaca.

Bahasa jurnalistik juga harus akrab dengan ragam kedaerahan atau

dialek, sebab dengan demikian bahasa yang dipaki untuk

menyampaikan informasi tentang suatu peristiwa kedaerahan dapat

lebih berwarna. Dengan begitu informasi yang disampaikan dapat

dipahami dan pembaca menyadari bahwa peristiwa tersebut terjadi

disuatu tempat.

Bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi adalah laras

bahasa baku, karena hanya bahasa baku yang pemakaiannya luas dan

memiliki ciri kecendekiaan. Maka bahasa jurnalistik wajib memelihara

bahasa Indonesia.

Menurut Anton M. Moeliono (1994), antara laras bahasa jurnalistik dan

laras bahasa baku saling membutuhkan. Laras bahasa baku ingin

menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa modern yang setara

dengan bahasa lain di dunia, sedang laras bahasa jurnalistik

memerlukan pengungkapan diri secara modern.

MATERI BAHASA INDONESIA 64


Bahasa yang digunakan media massa bersandar pada bahasa baku

tetapi pemakaiannya berbeda, struktur kalimatnya lebih longgar, tidak

normatif, pilihan katanya juga lebih bebas, dan tanpa beban perihal

kebakuan. Yang membedakannya adalah bahasa jurnalistikharus

bertutur dengan santai, meskipun harus tetap memperhatikan norma-

norma kebahasaan.

Bahasa jurnalistik berada diantara ragam baku resmi dan santai, antara

bahasa lisan dan tulis. Maka bahasa jurnalistik dari sisi penggunaan

bahasa dapat disebut sebagai ragam bahsa tengah-tengah atau medial.

Dalam penggunaan bahasa jurnalistik itu tidak boleh sembarangan.

Melainkan harus berdasarkan kaidah-kaidah dari bahasa Indonesia itu

sendiri. Dan sesuai prinsip-prinsip dasar dalam bahasa jurnalistik yang

telah ditentukan. Hal tersebut harus sesuai dengan ciri khas dan

karakteristik bahasa jurnalistik yaitu singkat, padat, sederhana, lugas,

menarik, lancar dan jelas. Ciri tersebut harus dimiliki oleh bahasa

jurnalistik karena mengingat bahwa media massa itu sesungguhnyaa

dibaca oleh semua lapisan masyaraakaat yang memiliki tingkaat

pengetahuan yang berbeda-beda. Berikut penjelasan dari ciri-ciri

yaang harus dimiliki oleh bahasa jurnalistik yaitu:

 Singkat, artinya bahasa jurnalistik itu harus menghindari penjelasan

yang terlalu panjang dan berbelit-belit. Tetapi juga tidak boleh terlalu

hemat.

Contoh :

MATERI BAHASA INDONESIA 65


# Pedagang itu mengalami kerugian besar                  
#Pedagang itu rugi besar

#Harga premium mengalami penurunan                     


#Harga premium turun

#Baju Ardi tidak bersih 


#Baju Ardi kotor

#Dewi memakai
jilbab                                                
#Dewi Berjilbab

#Ia mempunyai penilaian berbeda                          


#Ia Mempunyai pendapat

Padat, artinya dengan bahasa yang singkat tersebut harus mampu

menyampaikan informasi secara lengkap yang dibutuhkan oleh pembaca. Hal

ini dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 5W dan 1H, dan membuang

kata-kata yang mubazir, serta menerapkan prinsip ekonomi dalam pembuatan

kalimat.

Contoh :

# Tidak untung                           
rugi
# Petani sulit mendapatkan
pupuk                                  
Petani langka pupuk
# Yusril siap mencalonkan diri menjadi Presiden 
Yusril siap jadi presiden
# Presiden pergi ke London menggunakan pesawat
terbang                        
Presiden terbang ke London

Sederhana, artinya bahasa jurnalistik ini harus menggunakan kalimat

tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang dan

MATERI BAHASA INDONESIA 66


rumit. Selain itu, sederhana berarti menggunakan kalimat yang efektif,

praktis, dan tidak berlebih-lebihan.

Contoh kalimat klausa majemuk bertingkat:

Tugimin, bocah tujuh tahun penderita lumpuh layu akibat gizi buruk,
setelah dirawat inap selama dua bulan, akhirnya diizinkan
meninggalkan rumah sakit untuk dirawat di rumah, asalkan pihak
keluarga menyanggupi untuk mengawasi dan melaporkan
perkembangan kesehatannya secara rutin

Lugas, artinya bahasa yang digunakan harus mampu menyampaikan

informasi atau berita secara langsung.

Contoh :

# Aku mencoba berpaling pada makhluk indah lainnya, namun aku


tak bisa

Menarik, artinya yaitu harus pandai-pandai mengolah kalimat menjadi

menarik sehingga dapat menarik minat pembaca dan kita juga dituntut

harus kreatif. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pilihan kata

yang masih hidup dan populer dimasyarakat, jangan menggunakan

kata-kata yang sudah mati.

Contoh :

#Persi mengalahkan persija (bahasanya diganti agar lebih menarik)

#Persib membantai persija

MATERI BAHASA INDONESIA 67


Jelas, artinya informasi yang disampikan haarus mudah dipahami oleh semua

lapisan masyarakat. Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan

atau salah pengartian, mengindari ungkapan dan makna ganda, serta

menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif.

Contoh:

# Seminar itu hasilnya dipublikasikan               Hasil seminar


itu dipublikasikan

#Obat itu khasiatnya sangat bagus                      Khasiat


obat itu sangat bagus

Gramatikal, artinya kalimat apapun yang dipakai dan dipilih dalam

bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku, yaitu

bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman

ejaan yang disempurnakan.

Contoh :

#Ia bilang (non baku/TIDAK GRAMATIKAL)

#Ia mengatakan (baku /GRAMATIKAL)

MATERI BAHASA INDONESIA 68


Logis, Bahasa yang digunakan harus dapat diterima dan tidak bertentangan

denganakal sehat

Contoh :

Jumlah korban tewas dalam musibah longsor dan banjir banding itu 225
orang, namun sampai berita ini diturunkan belum juga melapor.
(jawabannya tentu saja sangat tidak logis, karna mana mungkin korban
yang sudah tewas bisa melapor?)

 Contoh penulisan pada jurnalistik :

 Saya mengenakan alas kaki saat pergi ke kampus (TIDAK UMUM)


 Saya mengenakan sepatu saat pergi ke kampus (UMUM)

atau

 Saya menbeli balpoint ke warung (TIDAK UMUM)


 Saya membeli pulpen ke warung (UMUM)
 “Presiden SBY berkeyakinan bahwa sejumlah menteri di kabinetnya
masih bisa diandalkan”.

Sebaiknya,

 “Presiden SBY berkeyakinan, sejumlah menteri di kabinetnya masih


bisa diandalkan”.

Perhatikan contoh berikut:

 Pangdam VIII/Trikora Mayjen TNI Amir Sembiring mengeluarkan


perintah tembak di tempat, bila masyarakat yang membawa senjata
tajam, melawan serta tidak menuruti permintaan untuk
menyerahkannya. Jadi petugas akan meminta dengan baik. Namun jika
bersikeras dan melawan, terpaksa akan ditembak di tempat sesuai
dengan prosedur (Kompas, 24/1/99).
 Ketua Umum PB NU KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) mengadakan
kunjungan  kemanusiaan kepada Ketua Gerakan Perlawanan Timor
(CNRT) Xanana Gusmao di LP Cipinang, Selasa (2/2) pukul 09.00 WIB.
Gus Dur didampingi pengurus PBNU Rosi Munir dan staf Gus Dur,
Sastro. Turut juga Aristides Kattopo dan Maria Pakpahan (Suara
Pembaruan, 2/2/99).

MATERI BAHASA INDONESIA 69


Contoh (1) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan

pesan penting dan kalimat kedua menerangkan pesan kalimat pertama.

Contoh (2) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan

pesan penting dan kalimat kedua serta kalimat ketiga menyatakan

pesan yang menerangkan pesan kalimat pertama.

Laras Bahasa Ilmiah

Penggunaan bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai sifat

pemakaian yang khas, yang spesifik, sehingga dapat dikatakan bahwa

bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai laras bahasa

tersendiri yang berbeda dengan ragam-laras bahasa yang lain. Sifat-

sifat tersebut ada yang umum sebagai bahasa ilmiah, dan ada yang

khusus berhubungan dengan pemakaian kosakata, istilah, serta bentuk-

bentuk gramatika.

Sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan

fungsi bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada

peristiwa komunikasi yang terjadi antara penulis dan pembaca.

Informasi yang disampaikan tentu dengan bahasa yang jelas, benar,

efektif, sesuai, bebas dari sifat samar-samar, dan tidak bersifat taksa

(ambigu). Hal ini penting sekali diperhatikan oleh penulis agar

informasi ilmiah yang disampaikan dapat dipahami secara jelas,

objektif, dan logis, sehingga dapat tercapai kesamaan pemahaman,

MATERI BAHASA INDONESIA 70


persepsi, dan pandangan terhadap konsep-konsep keilmuan yang

dimaksud oleh penulis dan pembaca.

Informasi dan konsep-konsep ilmiah yang disampaikan dalam bentuk

karya tulis ilmiah, misalnya, laporan penelitian (studi), makalah, skripsi,

tesis, dan disertasi adalah bersifat formal. Oleh karena itu, laras

bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah laras bahasa

baku (standar).

Bahasa dalam percakapan sehari-hari (colloquial) serta percakapan

lisan tidak tepat apabila digunakan untuk menyampaikan informasi dan

konsep-konsep yang berkadar ilmiah. Demikian pula bahasa ragam

sastra (puisi, prosa, dan drama) disusun sedemikian rupa, sehingga

dapat menimbulkan berbagai efek emosional, imajinatif, estetik, dan

artistic, yang dapat membangkitkan rasa haru baik bagi penulis maupun

pembaca. Bahasa yang bersifat ilmiah tidak mempertimbangkan efek-

efek perasaan yang timbul, seperti yang dipertimbangkan dalam bahasa

ragam sastra (Oka, 1971: 14).

Sifat bahasa ragam ilmiah yang khusus/spesifik tampak pada pemilihan

dan pemakaian kata serta bentuk-bentuk gramatika terutama dalam

tataran sintaksis. Kata-kata yang digunakan dalam bahasa ilmiah

bersifat denotative. Artinya, setiap kata hanya mempunyai satu makna

MATERI BAHASA INDONESIA 71


yang paling sesuai dengan konsep keilmuan tersebut atau fakta yang

disampaikan. Demikian pula kalimat-kalimat yang digunakan dalam

bahasa ragam ilmiah bersifat logis. Hubungan antara bagian-bagian

kalimat dalam kalimat tunggal atau hubungan antara klausa-klausa

dalam kalimat majemuk (kompleks) mengikuti pola-pola bentuk

hubungan logis.

Contoh :

Paragraf dalam sebuah karya ilmiah tentang bahaya rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga


120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10
mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok
dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya
dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.

Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter
pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi
menyaring nikotin.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan


kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak
beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga
umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok
akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya
kanker paru-paru atau serangan jantung(walapun pada kenyataanya itu
hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).

Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku


bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa
atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua
Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba
menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa.
Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan
Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk
keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan

MATERI BAHASA INDONESIA 72


semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan
saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti
merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil
itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok
maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok.

Laras Bahasa Sastra (puisi, cerpen, novel, dll.)

Memperlihatkan gaya bahasa yang menarik dan kreatif. Bahasanya

dapat dalam bentuk naratif, deskriptif, preskriptif, dramatis dan puitis.

Beberapa ciri bahasa sastra:

 Kreatif dan imajinatif: mengandung arti

 Mementingkan penyusunan, pengulangan, pemilihan kata

 Puitis dan hidup: monolog, dialog, dan sebagainya.

 Menggunakan bahas tersirat: perlambangan, kiasan, perbandingan,

peribahasa, metafora, simile, ilusi, ambpersonifikasiiguitas dan

sebagainya.

 Ada penyimpangan tata bahasa atau manipulasi bahasa.

  Bahasa sastra merupakan salah satu fenomena bahasa dalam

sosiolinguistik. Bahasa sastra memiliki karakteristik yang berbeda, ada

unsur permainan bahasa, bahasa disiasati, dimanipulasi,

didiberdayagunakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan dan efek

tertentu; efek estetis. Ada kalanya bahasa bukan sekedar sarana tetapi

tujuan untuk mencapai keindahan, atau bahkan keindahan itu sendiri.

MATERI BAHASA INDONESIA 73


Unsur emotif dalam sastra cenderung lebih dominan. Berbeda dengan

laras bahasa ilmiah, dalam bahasa sastra pemilihan kosakata maupun

susunan tatabahasanya disesuaikan dengan suasana yang akan

dibangun atau dengan kata lain mempermainkan bahasa sedemikian

rupa agar muatan emosi yang terkandung dalam karya sastra dapat

tersampaikan pada penikmat sastra.

Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena

variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya

yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari

bahasa Latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa

biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.

Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel,

ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga

dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru, prosa lama

adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat

dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.

Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa

deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif.

Contoh :

1. Prosa Lama , seperti Hikayat di bawah ini

Botol Ajaib

MATERI BAHASA INDONESIA 74


Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu
memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau
tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana.
Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan
sebuah senyuman. “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan
perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda
Raja memulai pembicaraan.

“Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba


dipanggil.” tanya Abu Nawas.

“Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan


memenjarakannya.” kata Baginda.

Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la
tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia
masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu
memang benar-benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada
benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun
tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak.
Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari.
Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja.
Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena berpikir sudah
merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan.
la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari
kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa
menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan
terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas
menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas
kecerdikannya.

Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk
menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah
hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir
putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya
sekejap. (dan seterusnya.. lihat cerita di buku)

Puisi ,

TEMAN SEJATI

MATERI BAHASA INDONESIA 75


Seorang teman adalah seseorang

tertawa dan menangis dengan Inspirasi,

Seseorang yang meminjamkan tangan membantu,

meskipun teman-teman mungkin tidak selamanya,

Dan mereka tidak mungkin berakhir bersama-sama,

kenangan persahabatan sejati akan

bertahan selamanya.

Seorang teman bukanlah bayangan atau hamba

Tetapi seseorang yang memegang

sepotong seseorang dalam hatinya.

Seseorang yang berbagi senyum,

Seseorang yang mencerahkan hari Anda

Fungsi Ragam dan Laras Bahasa

Secara umum fungsi ragam dan laras bahasa terbagi menjadi beberapa

bagian :

1. Sebagai alat ekspresi diri

Pada awalnya seorang anak menggunakan bahasa untuk

mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang

tetap, yakni ayah dan ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak

tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan

kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan

sekitarnya. Setelah dewasa, seorang individu pun menggunakan bahasa

MATERI BAHASA INDONESIA 76


sebagai alat ekspresi diri dan komunikasi. Seorang penulis pun

mengekspresikan diri melalui tulisannya, sehingga karya ilmiah pun

dapat disebut sebagai alat ekspresi diri.

2. Sebagai alat komunikasi

Komunikasi lebih spesifik dari pada ekspresi diri. Komunikasi tidak

akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh

orang lain. Dengan komunikasi pula kita dapat mempelajari dan

mewarisi semua hal, baik yang pernah dicapai oleh orang-orang

terdahulu ataupun orang-orang yang sezaman dengan kita.

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan

maksud kita, merefleksikan perasaan kita dan memungkinkan kita

menciptakan kerja sama dengan individu lainnya. Melalui bahasa,

manusia dapat mengatur berbagai macam kegiatan dan aktivitas

kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan bagaimana langkah

terbaik untuk kedepannya. Ketika menggunakan bahasa sebagai alat

komunikasi, sebelumnya tentu sudah ada tujuan tertentu. Pembicara

ingin maksud dan gagasannya diterima oleh orang lain. Dengan kata

lain pembicara ingin mempengaruhi orang lain dan ingin mereka

membeli hasil pemikirannya. Oleh karena itu, maka si pembicara pun

akan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kepentingan dan

kebutuhan objek yang ia tuju.

3. Sebagai alat integrasi dan adaptasi social

MATERI BAHASA INDONESIA 77


Selain sebagai salah satu unsur kebudayaan, bahasa memungkinkan

pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka,

mempelajari dan mengambil bagian serta pelajaran dari pengamalan

tersebut, serta berkenalan dengan orang lain. Indonesia adalah bangsa

yang majemuk, terdiri dari berbagai macam suku dan ras, begitu

banayak pulau dan daerah. Tidak mungkin menyatukan keseluruhannya

tanpa ada suatu rumusan metode, maka terbentuklah bahasa yang

berfungsi dan terbukti sebagai alat pemersatu yang efektif.

Pada saat seseorang beradaptasi dengan lingkungan social

disekitarnya, maka ia akan memilih bahasa yang tepat dan sesuai. Ia

akan menggunakan bahasa yang berbeda, ia akan menggunakan bahasa

yang tidak baku ketika sedang bersama teman-temannya, sebaliknya ia

akan menggunakan bahasa yang formal ketika berbicara dengan orang

yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya.

4. Sebagai alat kontrol social

Bahasa memiliki peran penting dalam memainkan peran social, baik itu

dengan diterapkan pada diri sendiri ataupun orang lain. Berbagai

informasi, pemberitaan ataupun pendidikan disampaikan melalui

bahasa. buku-buku pelajaran dan buku-buku intruksi adalah salah satu

contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol social. Ceramah agama

merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol social.

Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik juga termasuk dalam kontrol

social. Begitu pula dengan iklan layanan masyarakat atau layanan

MATERI BAHASA INDONESIA 78


sosial, itu semua adalah merupakan salah satu wujud penerapan bahasa

sebagai alat kontrol sosial. Singkatnya, hal-hal yang disebutkan diatas

merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan arahan kepada

masyarakat untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku

dan tindakan yang baik.

MATERI BAHASA INDONESIA 79


BAB VI
DIKSI

Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan

gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang

lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas

sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas

dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan

dan intonasi daripada pemilihan kata dan gaya.

Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang

harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk

pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan –

ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu

situasi.

Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat

nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan

kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan

situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa

sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.

MATERI BAHASA INDONESIA 80


Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu

bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.

Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran kata formal atau informal

dalam konteks sosial adalah yang utama. Analisis diksi secara literal

menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan

karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan

dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara

penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran

menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki

dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.

Selain itu juga Diksi, digambarkan dengan kata – seni berbicara jelas

sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas

dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan

dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau kemampuan

membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang

ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang

sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok

masyarakat pendengar.

MATERI BAHASA INDONESIA 81


Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang

mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :

1. Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal

yang ‘diamanatkan’

2. Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa

makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan

kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan

situasi dan nilai rasa pembacanya.

3. menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang

dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan

mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat

yang jelas dan efektif.

1. KESESUAIAN DIKSI

Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal

kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun

kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata

bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari

beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian

dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita

dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang

kita masuki.

2. Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi

MATERI BAHASA INDONESIA 82


Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:

1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard

dalam situasi yang formal.

2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja.

Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara

mempergunakan kata-kata popular.

3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.

4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian

kata-kata slang.

5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.

6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).

7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.

Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di

bawah ini

1. Bahasa Standar dan Sub Standar

Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai

tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau

menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini

meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter,

pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain

sebagainya.

MATERI BAHASA INDONESIA 83


Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh

pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk

pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini

digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan

berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang

luas dalam wilayah bahasa standar.

Bahasa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non

standar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan

umum.

2. Kata Ilmiah dan Kata Populer

Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi

seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya

adalah kata-kata.

ilmiah melawan kata-kata populer.

Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata

yang umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang

terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan

kata-kata populer.

Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam

MATERI BAHASA INDONESIA 84


diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam diskusi-diskusi ilmiah.

Contoh:

Kata populer kata ilmiah

Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan konklusi

3. Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian. Jargon adalah suatu

bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh

tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau

dialek hybrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan

sekaligus dianggap sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca.

Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu

bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan

rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon

merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya

bila dipakai untuk suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya

dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.

4.Kata Percakapan

MATERI BAHASA INDONESIA 85


Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam

percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian

percakapan ini disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan

bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau tidak disenangi.

Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian

kat-kat populer, kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-

kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar

5. Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas;

bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala

kata slang yang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja.

Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan

terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.

6. Idiom

Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah

bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak

bisa diterangkan secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata

yang membentuknya, misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui

makna kata makan dan tangan, tidak akan memahami makna perasa

makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan sama artinya

dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom

MATERI BAHASA INDONESIA 86


yang menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan

senagainya.

7. Bahasa Artifisial

Yang dimaksud dengan artifisial adalah bahasa yang disusun secara

seni. Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat

diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan.

Artifisial : Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan

dari dedaunan, karena angin kepada kemuning.

Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih

kembali menampakkan bima sakti yang jauh.

Biasa :Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup

angin di daun. Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai

terang.

Jenis-Jenis Pilihan Kata atau Diksi

1. Berdasarkan makna
a. Makna Denotatif
Makna denotasi menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata.

Makna denotasi berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi

dapat dibedakan atas dua macam relasi, pertama, relasi antara sebuah

kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua relasi

MATERI BAHASA INDONESIA 87


antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang

yang diwakilinya.

Contoh: Bunga melati

b. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan

sebenarnya dari sebuah kata.

Contoh: Bunga Bank

2. Berdasarkan leksikal

a. Sinonim

Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama.

Contoh:

• sayang bersinonim kasih

b. Antonim

Antonim adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan.

Contoh:

• Bagus berantonim dengan jelek.

c. Homonim

Homonim adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi

maknanya berlainan.

Contoh :

• Ibu mengukur kelapa terlebih dahulu sebelum mengupas pisang itu.

MATERI BAHASA INDONESIA 88


BAB VII

PEMBENTUKAN KATA DALAM BAHASA INDONESIA

Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk melalui proses morfologis dan di

luar proses morfologis. Proses morfologis  yaitu proses pembentukan

kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dengan

kata lain proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem

yang satu dengan morfem yang lain menjadi kata. Ciri suatu kata yang

mengalami proses morfologis yaitu mengalami perubahan bentuk,

mengalami perubahan arti, mengalami perubahan kategori/jenis kata.

Terdapat tiga cara pembentukan kata melalui proses morfologis, yaitu

afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

1.  Proses Morfologis

a. Afiksasi

Afiksasi merupakan proses penambahan morfem afiks pada bentuk

dasar.  Afiks tersebut dapat berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan),

sufiks (akhiran), konfiks dan simulfiks (imbuhan gabung). Contoh

masing-masing adalah sebagai berikut.

- Prefiks : ber-, pe-,  peN-; berlari, pelari, pembunuh


- Infiks : er, el, em; gerigi, gelegar, gemetar
- Sufiks :  -kan, -i, -isasi, -wan, -man; bacakan, lempari,
reboisasi, hartawan, budiman
- Konfiks : ke-an, per-an; kemanusiaan,  perlakuan, perbuatan
- Simulfiks :  memper-kan, diper-kan; mempertanggungjawabkan,
diperlakukan
          

MATERI BAHASA INDONESIA 89


Proses afiksasi ini biasanya akan menyebabkan terjadi perubahan

fonem pada suatu kata. Untuk itu perlu kita cermati bersama kaidah

morfofonemis yang merupakan kaidah yang mengatur perubahan bunyi

akibat proses morfologis.  Kaidah tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kaidah Perubahan Fonem

1)       Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-}  dan {peN-} akan

berubah menjadi /m/   apabila bentuk dasar yang mengikutinya

berawal dengan fonem /p/,/ b/, dan /f/.

Misalnya:

         - meN- + pikir   à  memikir

         - meN- + bakar  à  membakar

- meN- + fitnah  à  memfitnah

- peN- +  potong   à  pemotong

- peN- + bual à pembual

- peN- + fitnah à pemfitnah

2)            Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan

berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya

berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/ yang berasal dari bahasa

asing dan masih terasa keasingannya.

    Contoh:

- meN- + tolak à menolak

- meN- + daki à mendaki

MATERI BAHASA INDONESIA 90


- meN- + suplai à mensuplai

- peN- + tanam  à penanam

- peN- + daki à pendaki

- peN- + survai  à pensurvai

3)     Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan  {peN-}  akan

berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya

berawal dengan fonem /s/, /s/, /c/, dan /j/.

Misalnya:

- meN- + sabit à menyabit


- men- i + syukur à mensyukuri
- meN- + cetak à mencetak
- meN- + jual à menjual
- peN- + sulap à penyulap
- peN- + ceramah  à penceramah
- peN- +  jajah à penjajah

4)        Fonem /N/ pada  morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan

berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya

berawal dengan fonem /k/, /g/, kh/, /h/, dan /vokal/.

Misalnya:

- meN- + kutip à mengutip


- meN- + goreng à menggoreng
- meN- + khitan à mengkhitan
- meN- + hias à menghias
- meN- + angkat  à mengangkat
- meN- + ikat à mengikat
- meN- + ukur à mengukur
- meN- + ejek à mengejek
- meN + operasi à mengoperasi

MATERI BAHASA INDONESIA 91


5)      Fonem /r/ pada morfem asiks ber- dan per- akan berubah

menjadi /l/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berupa

morfem ajar.

Misalnya:

- ber- + ajar à belajar


- per- + ajar à pelajar

6)      Fonem /?/ (hamzah) yang menduduki posisi akhir pada

bentuk dasar akan     berubah menjadi /k/ apabila diikuti atau

bergabung dengan morfem afiks peN-an, ke-an, per-an, dan

-an.

         Misalnya:

- peN-an + kutuk à pengutukan


- peN-an + tolak à penolakan
- ke-an + duduk à kedudukan
- ke-an + elok à keelokan
- per-an + budak à perbudakan
- per-an + minyak à perminyakan
- an + kutuk à kutukan
- an + petik à petikan
b. Kaidah Penambahan Fonem

1)  Apabila morfem afiks {meN-} dan {peN-} diikuti oleh bentuk dasar
yang bersuku satu akan terjadi penambahan fonem /e/ sehingga
{meN-} menjadi {menge-} dan {peN-} menjadi {penge-}.
Misalnya: 
- meN- + las à mengelas
- meN- + cat à mengecat
- peN- + las à pengelas
- peN- + cat à pengecat
2)    Apabila morfem afiks {peN-an}, {ke-an}, {per-an}, dan {-an}
bertemu dengan bentuk dasar : (1) berakhir dengan vokal /a/ akan
terjadi penambahan fonem /?/, (2) berakhir dengan vokal /u/, /o/,

MATERI BAHASA INDONESIA 92


dan /au/ akan terjadi penambahan /w/, dan (3) berakhir dengan
vokal /i/ dan /ay/ akan terjadi penambahan fonem /y/.
Contoh:
- peN-an + nama à penamaan /penama?an/
- ke-an + sengaja à kesengajaan
- per-an + coba à percobaan
- paksa + -an à paksaan
- peN-an + buku à pembukuan /pembukuwan/
- ke-an + satu à kesatuan
- per-an + sekutu à persekutuan
- satu + -an à satuan
- peN-an + veto à pemvetoan /pemvetowan/
- per-an + toko à pertokoan
- peN-an + bau à pembauan
- ke-an + pulau à kepulauan
- jangkau + -an à jangkauan
- peN-an + daki à pendakian /pendakiyan/
- ke-an + lestari à kelestarian
- per-an + judi à perjudian
- cuci + -an à cucian

c. Kaidah Penghilangan Fonem

1)        Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} akan mengalami


penghilangan apabila bertemu dengan bentuk dasar yang
berawal dengan fonem /l, r, y, w/  dan /nasal/

Contoh: 

-    meN- + larang à -    peN- + lamar à


melarang pelamar

-    meN- + ramal à meramal-    peN- + ramal à


peramal
-    meN- + nyanyi à
menyanyi -    peN- + waris  à 
pewaris
-    meN- + nikah à menikah
-    peN- + nyanyi à

MATERI BAHASA INDONESIA 93


penyanyi

-    PeN- + malu à pemalu 

2)            Fonem /r/ pada { ber-} dan {ter-},akan mengalami penghilangan

apabila bertemu dengan bentuk yang berawal dengan /r/ dan bentuk

dasar yang suku pertamanya mengandung /er/.

Contoh:

-   ber + ragam à beragam


-   ter- + rebut à terebut
-   ber- + ternak à   beternak

3)            Fonem / k,  p,  t,  s/ pada awal bentuk dasar yang bertemu dengan

{meN-} dan  {peN-} akan mengalami penghilangan fonem kecuali

untuk bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa

keasingannya. Misalnya:

-    meN- + kapur à - peN- + kejar à  pengejar


mengapur
-  peN- + pikir à pemikir
-    meN- + pikir à memikir
-  peN- + tulis à penulis
-    meN- + tolak à menolak
- peN- + sadap à penyadap
      meN- + siram à
menyiram

c. Reduplikasi

Reduplikasi merupakan proses pengulangan bentuk dasar yang dilakukan

dengan pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan

berkombinasi dengan afiks, pengulangan berubah bunyi.

- rumah-rumah

- perumahan-perumahan

MATERI BAHASA INDONESIA 94


- berlari-lari

- mengata-ngatakan

- mengata-ngatai

- kebarat-baratan

- sayur-mayur

- lauk-pauk

Bentuk rumah-rumah dan perumahan-perumahan  merupakan pengulangan

secara utuh, artinya seluruh bentuk dasar mengalami proses pengulangan. 

Bentuk berlari-lari dan mengata-ngatakan mengalami pengulangan sebagian.

Bentuk mengata-ngatai dan kebarat-baratan mengalami pengulangan

berkombinasi dengan afiks, sedangkan sayur-mayur dan lauk-pauk

merupakan pengulangan berubah bunyi.

d.       Komposisi

Komposisi merupakan suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk

dasar sehingga menimbulkan makna yang relatif baru.  Makna yang timbul

akibat penggabungan tersebut ada yang dapat ditelurusuri dari unsur yang

membentuknya, ada yang maknya tidak berkaitan dengan unsur

pembentuknya, dan ada yang mempunyai makna unik. Contoh masing-masing

tipe dapat dilihat pada contoh berikut.

- rumah makan

- pisang goreng

- matahari

- kumis kucing

- tua renta

MATERI BAHASA INDONESIA 95


- muda belia

2.   Pembentukan di luar Proses Morfologis

Pembentukan kata di luar proses morfologis dibentuk melalui beberapa

cara, yaitu akronim, abreviasi, abreviakronim,  kontraksi,  dan

kliping. 

a.       Akronim; pemendekan dengan mengambil satu suku atau lebih kata-

kata asalnya. Misalnya:

-  krismon (krisis moneter)

-  sembako (sembilan  bahan pokok)

-  kultum (kuliah tujuh menit)

-  sisdiknas (sistem pendidikan nasional)

- sekwilda (sekretaris wilayah daerah)

b.      Abreviasi; pemendekan dengan mengambil huruf pertama setiap kata

asalnya.

- ABG (Anak Baru Gede; atas Bawah Gede)

- PGTK (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak)

- PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)

- BLK (Balai Latihan Kerja)

c.    Abreviakronim; gabungan dari abreviasi dan akronim.

- AKABRI

- PEMILU

d.      Kontraksi; pemendekan dengan pengerutan bentuk.

- tidak – tak

MATERI BAHASA INDONESIA 96


      - saya pergi – sapi (dalam kebiasan bahasa masyarakat Nusa

Tenggara).

e.     Kliping;  pemendekan dengan mengambil sebagian untuk mewakili

seluruh.

-  influenza – flu

- dokter – dok

-  profesor – prof

BAB VIII

PRASE

1. Devinisi Prasa

Frasa dapat didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa

gabungan kata yang bersifat nonpredikatif. Dikatakan nonpredikatif

yaitu karena frasa yang terdiri atas dua kata atau lebih tidak memeiliki

hubungan / berstruktur subjek-predikat atau berstruktur predikat-

objek. Frasa dalam sebuah kalimat hanya akan menempati satu fungsi

saja, entah itu menjadi subjek saja, objek saja, predikat, dsb.

Selain bersifat nonpredikatif, kata-kata yang menyusun sebuah frasa

adalah kata bebas atau morfem bebas. Jika sebuah gabungan kata

terdiri atas 2 kata tetapi salah satu kata-nya bukan merupakan morfem

MATERI BAHASA INDONESIA 97


bebas (morfem terikat) maka gabungan kata tersebut tidak dapat

dikatakan sebagai frasa.

Sebagai perbandingan, kita lihat kata berikut:

1. Mobil baru
2. Buku bahasa
3. Antarkota
4. Tata boga
Gabungan kata pada nomor 1 dan 2 memiliki unsur kata/morfem yang

keduanya bebas, sehingga gabungan kata tersebut dapat dikatakan

sebagai frasa. Namun pada nomor 3 dan 4, kata-kata yang menyusun

tidak semuanya merupakan kata/morfem bebas. Kata antar dan boga

bukan merupakan morfem bebas atau morfem terikat. Oleh karena itu,

gabungan kata nomor 3 dan 4 tidak dapat dikatakan sebagai frasa.

Ciri lain sebuah frasa adalah frasa memiliki kelonggaran untuk dapat

disisipi kata lain. Sebagai contoh, frasa buku humor, buku baru, rumah

kecil, memiliki kelonggaran untuk dapat disisipi kata lain seperti: buku

mengenai humor, buku yang baru, rumah yang kecil, dan lain

sebagainya. Namun demikian, walaupun frasa memiliki kelonggaran

untuk disisipi kata lain, sebuah frasa tidak dapat dipisah atau

dipindahkan sendirian kata-kata penyusunnya. Misalnya frasa “kamar

mandi” dalam kalimat “Ayah sedang di kamar mandi” tidak dapat

dipindahkan satu unsurnya saja menjadi “ Ayah di kamar sedang

mandi”. Pemindahan seperti tersebut di atas jelas tidak diperkenankan

karena menghilangkan arti yang sebenarnya.

MATERI BAHASA INDONESIA 98


2. Jenis-JenisPrasa

Frasa secara umum dibedakan menjadi 4 macam yaitu

frasaeksosentrik, frasa endosentrik (frasa subordinatif atau frasa

modifikasi), frasa koordinatif, dan frasa apositif.

a. Prasa Eksosentris

Yaitu frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku

sintaksis yang sama dengan keseluruhanya. Adapula yang

mendefinisikan frasa eksosentrik sebagai Frasa yang distribusinya

tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya.

Sebagai contoh:

Frasa “jual beli” frasa ini tidak dapat digantikan dengan salah satu

unsur frasa itu yaitu “jual” saja ataupun “beli” saja.

b. Frasa Endosentris

Yaitu frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki

perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhanya. Lebih mudah

dapat dikatakan bahwa frasa endosentris yaitu frasa yang distribusinya

sama dengan salah satu atau semua unsurnya.

Sebagai contoh:

MATERI BAHASA INDONESIA 99


Frasa “sedang membaca” dapat dipenuhi maknanya dengan salah satu

unsur frasanya yaitu membaca. Dalam kalimat misalnya “ Saya sedang

membaca buku” akan sama atau dapat siwakili dengan “Saya membaca

buku”. Hal tersebut tidak berlaku dalam frasa eksosentrik.

c. Frasa Koordinatif

Adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen

atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat

dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Konjungsi yang digunakan

dapat berupa konjungsi tunggal “dan, atau, tetapi” ataupun konjungsi

terbagi “ baik … baik, makin … makin, dan baik … maupun”.

Contoh : sehat dan kuat, buruh atau majikan, makin terang makin baik,

Frasa koordinatif ada yang tidak menggunakan konjungsi secara

eksplisit, biasa disebut dengan frasa parataksis.

Contoh : hilir mudik, sawah lading, dua tiga hari, tua muda

e. Frasa Apositif

Adalah frasa koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk

sesamanya. Urutan komponen dalam frasa ini dapat dipertukarkan..

Contoh frasa: “Pak Ahmad, guru saya”

Dalam kalimat bisa disusun “ Pak Ahmad, guru saya, pandai sekali.”

Frasa tersebut dapat juga disusun dalam bentuk berbeda yaitu “ Guru

saya, Pak Ahmad, pandai sekali.”

MATERI BAHASA INDONESIA 100


3. Kategori Frasa

1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat

Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya

berkedudukan sederajat atau setara.

Contoh:

1. Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.

Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan

unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling

menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minum-minum

termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau

atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa

bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan

atribut.

Contoh:

2. Ayah akan pergi nanti malam.

Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.

2. Frasa Idiomatik

Contoh:

1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko

menjadi kambing hitam.

MATERI BAHASA INDONESIA 101


2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih

seekor kambing hitam.

Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing

hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna 'orang yang

dipersalahkan dalam suatu peristiwa', sedangkan dalam kalimat 2)

bermakna 'seekor kambing yang warna bulunya hitam'.

Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan

makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat

dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang

membentuknya dinamakan frasa idiomatik.

4. Kelas Frasa

Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa

benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.

1. Frasa Benda atau Frasa Nomina

Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama

dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata benda.

Contoh:

MATERI BAHASA INDONESIA 102


a. Dita menerima hadiah ulang tahun.

b. Dita menerima hadiah.

Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata

benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun termasuk frasa

benda atau frasa nomina.

Frasa Kerja atau Frasa Verba

Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama

dengan kata kerja atau verba.

Contoh:

Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.

Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama

dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu

menulis.

3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva

Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan

kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan

distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.

Contoh:

a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.

b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.

MATERI BAHASA INDONESIA 103


4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia

Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata

keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata

keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai

keterangan.

a. Frasa keterangan sebagai keterangan.

Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena

berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat

terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir

kalimat.

Contoh:

1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.

2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.

3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.

b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.

Contoh:

Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.

MATERI BAHASA INDONESIA 104


5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia

Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata

bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia dibentuk

dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.

Contoh:

Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.

6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional

Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain

sebagai unsur penjelas.

Contoh:

Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.

7. Frasa yang Bersifat Ambigu

Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti

kegandaan makna.

Contoh:

Kambing hitam dan mobil tetangga baru. Frasa kambing hitam dapat

mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam

dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa

mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru

MATERI BAHASA INDONESIA 105


adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan

mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam

kalimat.

BAB IX

SUBYEK

Subjek atau subyek adalah bagian klausa yang menandai apa yang

dibicarakan oleh pembicara. Bagian klausa yang lain selain subjek

adalah predikat. Subjek tidak selalu sama dengan pelaku atau aktor,

terutama dalam kalimat pasif. Contoh: "Kamu ditangkap polisi" dan

"polisi menangkap kamu" memiliki pelaku/aktor yang sama, yaitu

"polisi" sedangkan subjeknya berbeda: "kamu" dan "polisi".

Definisi sabjek adalah

         pokok pembicaraan; pokok bahasan;

         Ling bagian klausa yg menandai apa yg dikatakan oleh

pembicara; pokok kalimat;

MATERI BAHASA INDONESIA 106


         pelaku: dl pengkajian itu manusia dapat berperan sbg -- di

samping sbg objek pengkajian;

         Mata pelajaran: bahasa Indonesia merupakan -- pokok di

sekolah;

         Orang, tempat, atau benda yg diamati dl rangka pembuntutan

sbg sasaran;

Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah


predikat.
Ciri-ciri:
1. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Misal: harimau binatang liar.
2.      Subjek sering juga berupa frasa verbal. Misal: berjalan kaki
menyehatkan badan.
3.      Pada umumnya subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika
unsur subjek panjang dibandingkan dengan unsur predikat,
subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat. Misal: tidak
banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
4.      Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang
pertama jamak dan biasanya tidak hadir. Misal: mari (kita)
makan.
5.      Subjek pada kalimat aktif akan menjadi pelengkap bila kalimat
itu dipasifkan. Misal: kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel].

MATERI BAHASA INDONESIA 107


BAB X

PREDIKAT

Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh

pembicara tentang subjek. Pada beberapa bahasa, misalnya bahasa-

bahasa dalam rumpun bahasa Indo-Eropa, predikat harus mengandung

unsur verba. Predikat dapat diikuti antara lain oleh objek dan adverbia.

Kata predikat berasal dari bahasa Latin praedicatum yang artinya ialah

"apa yang dibicarakan".

Definisi predikat seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat

kebanyakan muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat dalam

kalimat berfungsi: 

1. Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat

majemuk.

2. Menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan

yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat.

3. Menegaskan makna.

4. Membentuk kesatuan pikiran.

5. Sebagai sebutan. 

MATERI BAHASA INDONESIA 108


Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek

di sebelah kiri dan, jika ada, konstituen objek, pelengkap, dan/atau

keterangan wajib di sebelah kanan.

Ciri-ciri:

1. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa

adjektival.

2. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa

nominal, frasa numeral, atau frasa preposisional, disamping frasa

verbal dan frasa adjektival.

3. Predikat dalam bahasa Indonesia dapat mengisyaratkan makna

‘jumlah’ FN subjek.

MATERI BAHASA INDONESIA 109


BAB XI

OBJEK

1. Pengertaian objek

Objek adalah sebuah konsep, abstraksi atau sesuatu yang diberi

batasan jelas dan dimaksudkan untuk sebuah aplikasi. Sebuah objek

adalah sesuatu yang mempunyai keadaan, prilaku, dan identitas.

Keadaan dari objek adalah satu dari kondisi yang memungkinkan

dimana objek dapat muncul, dan dapat secara normal berubah

berdasarkan waktu. Keadaan dari objek diimplimentasikan dengan

kelompok propertinya (disebut atribut), berisi dari nilai property

tersebut, ditambah ketehubungan objek yang mungkin dengan objek

lainnya. Perilaku menentukan bagaimana sebuah objek beraksi dan

bereaksi terhadap permintaan dari objek lainnya. Dipresentasikan

dengan kelompok pesan yang direspons oleh objek (operasi yang

dilakukan oleh objek).

2. Definisi Objek Secara Ringkas adalah

1. hal, perkara, atau orang yg menjadi pokok pembicaraan;

MATERI BAHASA INDONESIA 110


2. Kim benda, hal, dsb yg dijadikan sasaran untuk diteliti,

diperhatikan, dsb: -- penelitian ini adalah tata kehidupan suku

terasing di Riau;

3. Ling nomina yg melengkapi verba transitif dl klausa, msl teh

manis dl kalimat Kiki minum teh manis;

4. hal atau benda yg menjadi sasaran usaha sambilan: berdagang

kain menjadi salah satu -- orang- orang di kota itu;

5 Fis titik atau himpunan yg bertindak sbg sumber cahaya bagi

suatu lensa, cermin, atau bagi suatu sistem lensa;

3. Ciri-Ciri Objek

1. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Misal: Adi

mengunjungi Pak Rustam.

2. Selain satuan berupa nomina atau frasa nominal, konstituen

objek dapat pula berupa klausa.

3. Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika

kalimat itu dipasifkan. Misal: pembantu membersihkan

ruangansaya. [O].

4. Potensi ketersulihan unsur objek dengan –nya dan

pengedepanannya menjadi subjek kalimat pasif itu merupakan

ciri utama yang membedakan objek dari pelengkap yang berupa

nomina atau frasa nominal

MATERI BAHASA INDONESIA 111


MATERI BAHASA INDONESIA 112
BAB XII

KETERANGAN

1. Devinisi Keterangan

Kata keterangan (Adverbia) adalah kata yang memberi keterangan

pada kata sifat, kata kerja, kata benda atau pada kalimat. Kata

keterangan ada yang berupa:

 Kata dasar, contoh: mungkin, sudah.

 Kata berimbuhan, contoh: seharusnya, sebenarnya.

 Kata ulang, contoh: benar-benar, mati-matian,

buru-buru.

Selain itu keterangan juga didefinisikan sebagai uraian dsb untuk

menerangkan sesuatu; penjelasan: sebelum pameran dibuka, ketua

panitia memberikan ~ tt tujuan diadakannya pameran;

sesuatu yg menjadi petunjuk, seperti bukti, tanda; segala sesuatu yg

sudah diketahui atau yg menyebabkan tahu; segala alasan: saksi

diminta memberikan ~ yg sejujur-jujurnya;

Ling kata atau kelompok kata yg menerangkan (menentukan) kata atau

bagian kalimat yg lain: ~ tempat, ~ waktu;

BAB XIII

MATERI BAHASA INDONESIA 113


PELENGKAP

1. Pengertian Pelengkap

Kedudukan objek dan pelengkap perlu dibedakan karena keduanya

memiliki fungsi yang berlainan. Objek berfungsi sebagai sasaran

perbuatan subjek, sedangkan pelengkap berperan sebagai penerang

(suplemen bagi predikat).

a. Selain nomina, pelengkap bisa diisi oleh verba atau adjektiva.

Contoh: a. Adik bermain bola. (nomina)

b. Kamu suka berenang. (verba)

c. Bajunya berwarna hijau. (adjektiva)

b. Berada di belakang verba semi transitif disintransitif dan dapat

didahului oleh preposisi.

Contoh: a. Mereka bermain tenis. (semi transitif)

b. Ayah memerintahkan kakak bersenam pagi.


(dwitransitif)

c. Ibu berkata bahwa ayah belum pulang.


(bahwa=preposisi)

c. Tidak dapat dijadikan bentuk pasif.

Contoh: Adik bermain bola basket.

Pel

MATERI BAHASA INDONESIA 114


Bola basket bermain adik. (?)

d. Tidak dapat diganti dengan -nya, kecuali didahului oleh


preposisi.

Contoh: Negara ini berlandaskan hukum.

Negara ini berlandaskannya. (?)

2. Perbedaan Objek dan Pelengkap

1. Objek diperlukan setelah kata kerja yang berawalan me (N)-,

sedangkan pelengkap umumnya diperkirakan setelah kata kerja

yang berawalan ber- atau ke-an.

Contoh: a. Edwin menanam pohon jagung. (pohon jagung=objek)

b. Malam ini bermandikan cahaya. (cahaya=pelengkap)

2. Objek dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif, sedangkan

pelengkap tidak.

Contoh: Edwin menanam pohon jagung.

MATERI BAHASA INDONESIA 115


BAB XIV

Kalimat Majemuk Campuran (Induk Kalimat dan Anak

Kalimat)

1. Pemahaman

Bila kita akan membahas megenai iduk kalimat dan anak kalimat, maka

kita membicarakan mengenai kalimat majemuk. Kalimat majemuk

adalah kalimat yang memiliki 2 klausa atau lebih yang dihubungkan

oleh suatu konjungsi. Kalimat majemuk terdiri dari kalimat majemuk

bertingkat, setara dan campuran.

Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau

lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.

Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat

letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi didalamnya,

konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat. Setiap kalimat majemuk

mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat

tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang

digunakannya.

2. Kalimat Majemuk Setara

MATERI BAHASA INDONESIA 116


Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih

kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Contoh :

1.      Ayah membaca koran sedangkan ibu memasak nasi.

2.      Andi anak yang rajin, tetapi Tono anak yang pemalas.

3.      Rina menanam bunga mawar, bahkan menyiramnya setiap hari.

4.      Galih tetap tinggal di desa atau pergi kuliah di kota.

5.      Ratna membeli baju kemudian membayar di kasir.

3. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih

kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat

majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat.

Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk

kalimat. Contoh :

1.      Dewi mendapat hadiah mobil karena meraih juara 1 lomba

menyanyi.

2.      Pemerintah DKI Jakarta berusaha mengatasi kemacetan dengan

membangun jalur Transjakarta

3.      Walaupun kakinya sakit, Sandi tetap bermain bola.

4.      Ridwan sangat rajin dalam bekerja sehingga mendapat kenaikan

jabatan.

5.      Bima pura - pura tidak tahu, padahal dia tahu banyak hal.

MATERI BAHASA INDONESIA 117


4. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang terdiri dari

minimal 3 kalimat tunggal atau lebih. Dengan kata lain kalimat majemuk

campuran merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan

bertingkat.

Kalimat majemuk campuran memiliki ciri atau karakteristik sebagai

berikut:

1. Memiliki minimal 3 klausa atau kalimat tunggal

2. Terdiri dari Induk kaliamat dan anak kalimat

3. Memiliki 2 konjungsi atau kata penghubung seperti: dan, lalu,

serta, kemudian, setelah, ketika, supaya, agar, sebab, dan

sebagainya.

Contoh:

Budi sedang tertidur pulas ketika saya datang dan ibu sedang

memasak di dapur.

MATERI BAHASA INDONESIA 118


Induk kalimat K anak kalimat K

anak kalimat

5. Jenis-Jenis Kalimat Majemuk Campuran:

a. Kalimat majemuk campuran dengan 1 induk kalimat dan 2 anak

kalimat

Kalimat ini memiliki 1 klausa atau kalimat tunggal sebagai induk

kalimat atau inti pokok dari kalimat tersebut.

Contoh:

Mereka telah mengadakan acara peringatan hari kemerdekaan

Indonesia yang dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat Bandar

lampung serta dihadiri pula oleh seluruh pejabat pemerintahan daerah

Lampung.

Induk kalimat = Mereka telah mengadakan acara peringatan hari

kemerdekaan Indonesia

Anak kalimat = Dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat Bandar

lampung

Anak kalimat = Dihadiri pula oleh seluruh pejabat pemerintahan

daerah Lampung.

MATERI BAHASA INDONESIA 119


Inti pokok dari kalimat tersebut adalah mereka telah mengadakan acara

peringatan hari kemerdekaan Indonesisa. Sedangkan kalimat lainnya

hanya berfungsi sebagai penjelas induk kalimat.

b. Kalimat majemuk campuran dengan 2 induk kalimat dan satu

anak kalimat

Kalimat majemuk campuran ini memiliki 2 induk kalimat yang menjadi

menjadi inti dari kalimat tersebut dan satu anak kalimat.

Contoh:

Ayah mengajarkan rasa tanggung jawab dan ibu mengajarkan kasih

sayang agar anak-anak mereka menjadi anak yang baik.

Induk kalimat = Ayah mengajarkan rasa tanggung jawab

Induk kalimat = Ibu mengajarkan kasih sayang

Anak kalimat = Anak-anak mereka menjadi anak yang baik.

Inti dari kalimat di atas adalah ayah yang mengajarkan rasa tanggung

jawab dan ibu mengajarkan kasih sayang. Sedangkan kalimat

selanjutnya adalah penjelas atau menjelaskan tujuan dari apa yang

dilakukan oleh ayah dan ibu.

6. Contoh-Contoh Kalimat Majemuk Campuran:

1. Ketika hujan sedang berlangsung, Budi asyik main game

sedangkan Ani sibuk mengerjakan PR.

MATERI BAHASA INDONESIA 120


2. Aku sudah menyelesaikan tugasku ketika ayah tertidur dan ibu

pulang dari tempatnya bekerja.

3. Ayah mengumumkan bahwa kita akan pergi kerumah Nenek

besok pagi dan Ibu sangat terkejut mendengarnya.

4. Ketika aku pulang dari sekolah, ibu sedang memasak makanan

kesukaanku dan adik sedang menyiapkan makan siang.

5. Saat pencurian itu berlangsung, aku sedang tidak ada di rumah

dan ayah sedang pergi ke luar negeri.

6. Karena adiknya sedang mengalami kesulitan, ayah mengambil

uangnya di bank kemudian meminjamkannya kepada adiknya.

7. Jam telah menunjukan pukul 9 malam tepat, adikku belum juga

pulang bahkan tidak memberikanku kabar.

8. Ibu memberitahukan bahwa aku akan dibelikannya sepeda baru

dan adik akan dibelikan baju baru.

9. Nenek mengunjungi rumahku kemudian pergi kerumah pamanku

sebelum dia meninggal dunia.

10. Ketika Presiden mengumumkan kenaikan harga BBM, hampir

seluruh lapisan masyarakat tidak setuju bahkan ada yang

melakukan demonstrasi besar-besaran.

11. Sebelum meninggalkan rumahnya, Budi berpamitan kepada ayah

dan ibunya.

12. Ibu guru memberikan kami tugas matematika dan membuat

kerajinan tangan sebelum libur semester dimulai.

MATERI BAHASA INDONESIA 121


13. Korban itu langsung dibawa kerumah sakit ketika kondisinya

semakin parah bahkan dia sudah tak sadarkan diri lagi.

14. Jakarta mengalami banjir yang cukup parah akibat hujan deras

disertai dengan angin kencang.

15. Indonesia turut berduka cita atas tsunami yang menimpa Jepang

bahkan Indonesia telah mengirimkan sejumlah bantuan.

16. Ketika aku datang kerumahnya, Andi sedang bermain dengan

Budi dan Rini menonton televisi di ruang tamu.

17. Televisi di rumahku telah hilang ketika aku bangun tidur

sedangkan yang lain masih terlelap.

MATERI BAHASA INDONESIA 122


BAB XV

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang

mengungkapkan pikiran yang utuh. Jumlah kata dalam sebuah kalimat yang

panjang sebenarnya terbatas selama kalimat itu masih “jalan”, artinya masih

dapat ditangkap maknanya secara jelas karena susunan kata, frase dan

klausanya teratur. Kesalahan dalam sebuah kalimat sebenarnya bermula dari

kesalahan dalam bernalar. Selanjutnya, sekurang-kurangnya kalimat dalam

ragam resmi, baik lisan maupun tulisan , harus memiliki subjek (S) dan

predikat (p).

1. Pengertian kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan

kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa

yang ada pada pikiran pembicara dan penulis. Kalimat yang efektif mampu

membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam

pikiran si penerima (pembaca) persis seperti apa yang disampaikan.

Kesalahan-kesalahan yang fatal sering terjadi pada bagian kelompok kata

yang memiliki keterangan dengan tafsiran pengertian yang ganda, seperti

mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal, anak ibu yang nakal itu dan yang

lain-lainnya, yang menyebabkan pembaca atau pendengar harus menafsirkan

arti yang berlainan dengan penulis atau pembicara. Kalimat dikatakan efektif

MATERI BAHASA INDONESIA 123


bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung

dengan sempurna).

Kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:

1. secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau

penulis,

2. sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran

pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau

penulis. oleh sebab itu, kalimat sangat mengutamakan keefektifan

informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.

Berdasarkan penjelasan di atas, kalimat efektif yaitu kalimat yang dapat

menyampaikan hasil pemikiran penulis sehingga dapat dipahami pembaca

secara utuh tanpa ada penafsiran yang salah. Penyampaian hasil pemikiran

tersebut harus dalam kalimat yang baik.

2. Ciri-ciri Kalimat Efektif

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan

struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan

penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.

a. Kesepadanan Struktur

Kesepadanan adalah keseimbangan pikiran (gagasan) dan struktur bahasa

yang dipakai . kesepanan kalimat ditandai oleh kesatuan gagasan yang

kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

MATERI BAHASA INDONESIA 124


a.1 Ciri-ciri kesepadanan kalimat:

* Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Contoh :

    Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

(salah)

    Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

(benar)

 * Tidak terdapat subjek yang ganda

Contoh:

    Soal itu saya kurang jelas.(salah)

    Soal itu bagi saya kurang jelas .(benar)

    Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

b. Keparalelan Bentuk

Kepalalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.

Dalam kalimat yang efektif, gaya paralelisme menempatkan unsur yang setara

dalam konstruksi yang sama. Selain itu, paralelisme atau kesejajaran bentuk

membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan memperhatikan

bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama. Artinya kalau

bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan bentuk kedua

menggunakan verbal. Dengan kata lain, kalau berawalan me- sama-sama

berawalan me-, berawalan di- sama-sama berawalan di-, dan kalau

berbentuk ke- an sama-sama berbentuk ke-an pula.

Contoh 1

    Langkah-langkah tersebut memahami, menghayati dan pengamalan.

MATERI BAHASA INDONESIA 125


    Sesudah menghayati dan memahami, pancasila harus diamalkan.

Bandingkan dengan kalimat:

(1a) langkah-langkah tersebut adalah memahami, menghayati, dan

mengamalkan.

(1b) Langkah-langkah tersebut adalah pemahaman, penghayatan dan

Pengamalan.

(2a) Sesudah dipahami dan dihayati, Pancasila harus diamalkan.

(2b) Sesudah memahami dan menghayati, kita harus mengamalkannya.

Catatan 1:

Pada kalimat (1)dan(2) terdapat ketidakparalelan bentuk tentang gagasan-

gagasan yang sederajat. Pada kalimat (1) gagasan–gagasan yang sedarajat

adalah kata kerja memahami dan menghayati dan kata benda pengamalan;

sedangkan pada kalimat (2) gagasan yang sederajat adalah kata kerja aktif

me(N)- memahami dan menghayati kata kerja pasif diamalkan. Agar sebuah

kalimat menjadi efektif, gagasan–gagasan yang sederajat harus dinyatakan

dengan bentuk yang sama. Jelasnya, jika dalam sebuah kalimat suatu gagasan

dinyatakan dengan kata kerja me(N)- gagasan lain yang sederajat harus

dinyatakan dengan kata kerja me(N) juga. Demikian juga jika suatu gagasan

dinyatakan dengan kata benda pe(N)-an, gagasan lain yang sederajat harus

dinyatakan dengan kata benda pe(N)-an. Jadi kalimat (1a),(1b),(2a),dan (2b)

memiliki keparalelan bentuk.

c. Kehematan kata

MATERI BAHASA INDONESIA 126


Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat

menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.

Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat

menambah kejelasan kalimat. Artinya membuang kata yang memang tidak

perlu, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

  Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan

pengulangan subjek.

Contoh:

    Karena ia tidak belajar, dia tidak naik kelas.(salah)

    Karena tidak belajar, dia tidak naik kelas.(benar)

 Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian

super ordinat pada hiponimi kata.

Contoh :

    Dia memakai kemeja warna merah .(salah)

    Dia memakai kemeja merah. (benar)

 Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-

kata yang berbentuk jamak.

Contoh:

MATERI BAHASA INDONESIA 127


Para tamu-tamu para tamu

Beberapa orang-orang beberapa orang

d. Kecermatan Penalaran

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan

tafsiran ganda,dan tepat dalam pilihan kata. Artinya bahwa penafsiran ganda

dapat mengakibatkan ketidakcermatan penalaran. Tafsiran ganda di sebut

juga ketaksaan atau ambiguitas . Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan

sebagai kata yang bermakna ganda mendua arti. Ambiguitas timbul dalam

dalam berbagai variasi ujaran atau bahasa tertulis. Umpamanya, frase buku

sejarah baru dapat ditafsirkan sebagai

(1) buku sejarah itu baru terbit, atau

(2) buku berisi sejarah zaman baru

Tiga bentuk utama ketaksaan, ketiganya berhubungan dengan fonetik,

gramatikal,dan leksikal.

Pemilihan kata yang tidak tepat dapat disebabkan beberapa hal, antara lain:

(a) pemakaian kata tutur

Kata tutur adalah kata yang hanya dipakai dalam pergaulan sehari-hari,

terutama dalam percakapa

Contoh:

Saya sedang bikin kue.(salah)

MATERI BAHASA INDONESIA 128


Saya sedang membuat kue. (benar)

(b) Pemakaian kata-kata bersinonim

Kata-kata bersinonim ada yang dapat saling menggantikan,ada yang tidak.

Adapula kata-kata bersinonim yang pemakaiannya dibatasi oleh persandingan

yang dilazimkan.

Contoh:

    Saya suka melihat wayang kulit.(salah)

    Saya suka menonton wayang kulit. (benar)

(c) Pemakaian kata-kata yang bernilai rasa

Kata-kata yang bernilai rasa hendaknya di pilih secara cermat agar

keefektifan penuturan dapat dicapai dwngan sebaik-baiknya. Salah pilih

terhadap yang bernilai rasa akan menggangu perasaan pembaca .

Contoh:

Banyak pahlawan kita yang mati di medan perang.(salah)

Banyak pahlawan kita yang gugur di medan perang.(benar)

(d) Pemakaian kata-kata/istilah istilah asing

MATERI BAHASA INDONESIA 129


Ada kata-kata/istilah istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa

Indonesia, ada juga yang belum. Jika sudah ada padanannya, hendaknya

dipakai padanannya, bukan asingnya.

Kata-kata/istilah-istilah asing boleh dipakai dengan pertimbangan sebagai

berikut:

     Lebih cocok karena konotasinya,misalnya;

Kritik --- kecaman

Dianalisis---diolah

     Lebih singkat jika da bandingkan dengan terjemahannya:

eksekusi---pelaksanaan hukuman mati

imunisasi-----pengebalan terhadap penyakit

     Bersifat internasional,misalnya;

Matematika-------ilmu pasti

Hydrogen--------- zat air

(e)  Pemakaian kata-kata konkret dan abstrak

Kata konkret ialah kata-kata yang menunjuk kapada objek yang dapat

dilihat,didengar,dirasakan,diraba atau dibaca, sedangkan kata-kata abstrak

ialah kata-kata yang menunjuk kepada sifat,konsep atau gagasan. Oleh

karena itu, dalam karangan dipakai kata-kata konkret sebanyakbanyaknya

agar isi karangan itu menjadi lebih jelas.

(f) Pemakaian kata-kata umum dan khusus

MATERI BAHASA INDONESIA 130


Kata-kata umum adalah kata-kat yang luas ruang lingkupnya, sedangkan kata

–kata khususnya adalah kata yang mempunayai ruang lingkup yang lebih

sempit. Untuk keefektifan penuturan sebaiknya memakai kababta-kata yang

lebih sempit. Oleh sebab itu sebaik, untuk mengefektifkan penuturan lebih

tepat dipakai kata-kata khusus daripada kata-kata umum.

Umum | khusus = Membawa menjinjing menatang, menggotong | 

menyandang

Pakaian baju, celana, kain | batik, kemeja

(g)   Pemakain idiom

Contoh:

Bergantung kepada | tergantung dari

Pada | bergantung dari.

Terdiri atas | terdiri dari

(h) Pemakaian kata-kata lugas

Dalam karangan sebaaiknya memakai kata-kata lugas yaitu kata yang

bersahaja apa adanya, tidak berupa frase yang panjang

Contoh:

Setelah diberikan penjelasan secara mendalam, mereka tidak lagi melakukan

pengrusakan terhadap took-toko itu.(salah).

Setelah dijelaskan, mereka tidak merusak took-tokoooo itu.(benar)

MATERI BAHASA INDONESIA 131


MATERI BAHASA INDONESIA 132
e. Kepaduan gagasan

Yang dimaksud dengan kepaduan adalah kepaduan peryataan kalimat, yang

menyebabkan kalimat tidak padu adalah:

1.     Keterangan yang disisipkan diantara S(subjek) dan Predikat .

Contoh:

    Pengemudi setelah menyelesaikan tugasnya dapat idtirahat dan minum

kopi yang telah disedikan oleh pelayan. (salah)

    Setelah selesai melakukan kegiatan nya, pengemudi dapat istirahat dan

dan minum kopi.

Keterangan aspek seperti akan,harus , telah, belum, masih sedang dan

sebainya, tidak boleh disisipkan pada kata kerja pasif yang berupa ikatan erat

pelaku orang I atau ii dengan pokok kata kerja.

Contoh:

    Selajutnya saya akan uraikan pentingnya bahasa bagi manusia.(salah)

    Selanjutnya akan saya uraikan pentingnya bahasa bagi manusia. (benar)

Posisi unsur-unsur kalimat tidak mengikuti aturan pola kaliimat bahasa

indonesi.

Contoh:

    Dalam kita menghadapi berbagai-bagai cobaan hidup harus tetap tabah.

(salah)

    Dalam menghadapi berbagai-bagai cobaan hidup, kita harus tetap tabah.

(benar)

MATERI BAHASA INDONESIA 133


Pemakaian kata depan kepada/bagi diantara P (predikat) dan O(objek

Penderita).

Contoh:

    Sifa sangat menyayangi kepada kucingnya.(salah)

    Sifa sangat sayang kepada kucingnya. (benar)

Kelogisan bahasa

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan

penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

Contoh:

    Waktu kami persilakan.

    Dirgahayu Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-55

Bandingkan dengan kalimat:

(1a) Bapak Kepala Sekolah kami persilakan!

(1b) Waktu kami serahkan kepada bapak kepala sekolah.

.Kalimat (1) dan (2) memang tidak logis. Ketidaklogisannya terlihat pada

hubungan S dan P –nya

Penjelasan Kalimat (1):

    Siapakah yang dipersilakan oleh pembawa acara?

Jawabnya: Bapak Dekan, bapak camat, Saudara Ketua, sebagainya bukan

MATERI BAHASA INDONESIA 134


waktu.

    Apakah yang diserahkan kepada Bapak Dekan?

Jawabnya: waktu

Jadi, yang dipersilakan oleh pembawa acara tentu saja orang, bukan benda

MATERI BAHASA INDONESIA 135

Anda mungkin juga menyukai