Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN BAHASA

DAN PROBLEMATIKANYA

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik


Yang Dibina Oleh Elia Flurentin

Kelompok 3 Offering A
Biologi 2017

Adelia Dwinta P. (170341615071)


Hafidh Yanuar P. (170341615103)
Shita Anastasia (170341615086)
Wachidah Hayuana (170341615105)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
Februari 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan aktivitas yang wajib bagi setiap insan manusia. Belajar adalah
aktivitas mental yang berlangsung secara aktif dan terjadi interaksi dengan lingkungan,
hasil yang didapatkan dari pembelajaran adalah pemahaman, keterampilan, serta nilai
sikap. Hasil yang didapatkan dari belajar akan menimbulkan pertambahan pertumbuhan
dan perkembangan. Belajar dapat dilakukan secara formal dan informal. Pembelajaran
secara formal dilakukan di lingkungan sekolah yang akan terjadi interaksi antara pendidik
dan siswa (anak), sedangkan belajar yang dilakukan secara informal dapat dilakukan di
lingkungan keluarga.
Proses dari kegiatan belajar dan manfaat dari kegiatan belajar merupakan
pendidikan. Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2005) pendidikan berfungsi sebagai proses
transformasi budaya, proses pembentukan pribadi, proses penyiapan warga Negara,
penyiapan tenaga kerja. Pendidikan juga bertujuan untuk memberikan arahan kepada setiap
kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan. Dari fungsi dan tujuan pendidikan akan membentuk manusia yang utuh. Untuk
membentuk manusia yang untuh pendidikan memperhatikan kesatuan aspek jasmani dan
rohani, aspek diri dan aspek social, aspek kognitif, afektif, dan psikologi.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari perubahan fisiologis
dan kognitif yang terjadi sepanjang rentang hidup manusia dan bagaimana perubahan-
perubahan tersebut dipengaruhi oleh predisposisi genetis, buddaya, keadaan, dan
pengalaman. Perkembangan bergantung pada rantai genetis yang dimiliki seseorang saat
lahir, sumberdaya, dan kesempatan yang disdiakan oleh orang tua, pengalamaan yang
diperoleh, serta peristiwa tidak terduga yang dialamai. Perkembangan memiliki beberapa
tahapapan menurut Wade et al, (2014) tahapan tersebut adalah perkembangan prenatal,
perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkebangan gender. Perkembanga kognitif
merupakan perkembangan yang terkait dengan kecerdasan seseorang, perkembangan
kognitif pada anak- anak berkaitan dengan bahasa dan berpikir. Pengembangan bahasa
memungkinkan anak belajar memahami dan mengontrol diri sendiri. Ketika anak belajar
berbicara, secara tidak disengaja mereka mengembangkan pengetahuan tentang sistem
fonologi, sintaksis, semantik dan sistem pragmatik (Tompkins, 1991 :8; Jalongo, 1992:
12). Dengan pentingnya perkembangan kognitif berbahasa maka makalah ini disusun
berujuan untuk mengetahui perkembangan bahasa dan problematikanya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan bahasa pada anak
2. Untuk mengetahui problematika perkembangan bahasa pada anak
C. Topik Pembahasan
1. Perkembangan Kognitif
2. Perkembangan bahasa
3. Promlematika berbahasa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kognitif Anak


Menurut pandangan Piaget, kognitif adalah hasil aktivitas asimilasi dan akomodasi
dari kematangan otak dan sistem syaraf terhadap pengalaman-pengalaman ketika individu
berinteraksi (Dworetzky,1990). Selanjutnya dinyatakan bahwa, semua manusia secara
genetik mengalami tahap perkembangan yang samaa, dan mereka siap menerima
pengalaman-pengalaman tersebut dari lingkungannya.
Bayi menurut Piaget belum menampakkan kepemilikan cilIa mental atau
keterampilan simbolik, namun masih terfokus pada gerakan fisiknya. Piaget berpendapat
bahwa selama permulaan periode sensorimotor, "pikiran" bayi didasarkan pada tindakan-
tindakan fisiknya. Piaget mendeskripsikan unit dasar kognisi tersebut dengan istilah skema
atau konsep. Dengan 'skema, bayi dapat mengasosiasikan dunianya ke dalam kategori-
kategori tenentu. Misalnya, tentang barang yang bisa dimakan, barang yang dapat disentuh
dan sebagainya. Seorang bayi menggunakan skema sensorimotor, secara kualitati£ Piaget
percaya bahwa anak mengembangkan kerangka skemanya dan menyimpannya dalam
ingatan. Dalam ingatan itulah anak berpikir tentang sesuatu melalui proses adaptasi
(Dworetzky, 1990).
Adaptasi adalah upaya anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut
Piaget, anak melakukan adaptasi melalui dua cara, yaitu melalui asimilasi dal\oakomodasi.
Asimilasi adalah integrasi unsur-unsur ekstemal ke dalam pengemban,gan dan
penyempumaan struktur kognisi. Asimilasi merupakan tindakan menangkap informasi dan
persepsi dengan cara yang compatible (cocok, serasi, selaras, sesuai) dengan
dunianya,sedangkan akomodasi adalah kecenderungan organisme untuk mengubah dirinya
sendiri tentang sesuatu dengan sekelilingnya.
Jadi,jelaslah bahwa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan kognitif itu'karena
adanya proses yang kontinyu dari adanya keseimbangan dan ketidakseimbangan. Bila anak
dapat menjaga adanya keseimbangan tersebut, berarti dapat mencapai tingkat
pekembangan intelektual yang Iebih tinggi. Tingkat perkembangan intelektual itulah yang
oleh Piaget digambarkan ke dalam tahap-tahap perkembangan kognitif. Tahap
perkembangan kognitif yang dimaksud adalah tahap sensori motor, preoperasional,
operasional, konkret, dan operasional formal. Dalam tahap perkembangan kognitifini
pulalah bahasa anak berkembang.
B. Perkembangan Bahasa
1. Hakikat Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan seperangkat aturan untuk menggabungkan unsur- unsur
yang tidak dapat dipisahkan dan tidak bermakna menjadi ujaran bermakna. Unsur-
unsur yang terdapat didalam sebuah bahasa dapat berupa suara, tetapi dapat pula
berupa isyarat yang terdapat di dalam American Sign Language (ASL). Dan bahasa
isyarat lain digunakan para tunarunggu dan penderita gangguan pendengaran (Wade
et al.,2014). Bahasa digunakan sebagai sarana pembentukan ikatan social bagi
manusia, sarana berbahasa manusia dalam pembentukan ikatan social berbeda dengan
sarana yang dimiliki oleh primate lainnya (Dunbar, 2004; Tomasello, 2008).
Ahli lingistik Noam Chomsky berpendapat bahwa bahasa terlalu sulit untuk
dipelajari sedikit, demi sedikit, hal tersebut dikarenakan tidak ada yang benar- benar
mengajarkan tata bahasa ketika balita. Beberapa ahli medukung teori Chomsky yaitu
manusia memiliki modul mental bawaan mengenai bahasa yang berasal dari berbagai
bidang keilmuan. Anak- anak dari budaya yang berbeda melalui tahap- tahap
perkembangan linguistic yang serupa dan mereka menggabungkan kata- kata dengan
cara yang tidak pernah dilakukan oleh orang dewasa. Para penganut teori Chomsky
berpendapat bahwa para orang tua kesulitan untuk mengoreksi struktur saintaksis yang
digunakan oleh anak mereka, sehingga tata bahasa merupakan warisan dari orang tua.
Beberapa ilmuan berpendapat bahwa menyimpulkan aturan tata bahasa disebabkan
oleh suatu disposisi bawaan untuk menjelaskan perkembangan bahasa anak, anak
mempelajari probabilitas bahwa setiap kata atau suku kata akan mengikuti kata atau
satu kata yang lain, hal tersebut juga dilakukan oleh bayi berusia 8 bulan (Seidenberg,
MacDonald, dan Saffran, 2002)
2. Hubungan Bahasa Dengan Berbicara
Bahasa dan bicara merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa terdiri
dari bentuk komunikasi yang ditimbulkan oleh pikiran dan perasaan yang bertujuan
untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock, 1988). Dalam bahasa
diperlukan penggunaan tanda atau simbol ke dalam sebuah tatabahasa yang berada
dalam struktur aturan tertentu.
Anak akan mengerti ungkapan seseorang karena melalui perbendaharaan kata yang
disampaikan. Akan tetapi, apabila tidak dimiliki sejumlah perbendaraan kataatau kosa
kata, yang akan digunkan sebagai elemen berbicara, anak tidak dapat berbicara atau
berkata-kata. Dengan demikian, meskipun sarana lain untuk berbicara terpenuhi, jika
tidak memiliki kosakata, seseorang/anak tidak dapat berbicara (Tarmansyah, 1966).
Jadi, bahasa tidak sama dengan bicara. Pada mulanya anak belajar berbicara, agar ia
dapat memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan tersebut tampak pada saat anak
menggunakan kata-kata yang diperlukan. Anak akan lancar berbicarajika anak sudah
memiliki kesiapan berbicara. Ada dua bentuk proses yang menentukan kesiapan anak
dalam berbicara. Kedua hal tersebut adalah (i) perkembangan kognitif dan (ii)
perkembangan bahasa (Dworetzky,1990).
3. Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa anak dilakukan dengan cara yang sistematis dan
berkembang bersama-sama dengan bertambahnya usia. Menurut Lenneberg (dalam
Purwo 1997) perkembangan bahasa anak bertambah seiring dengan perkembangan
biologisnya. Hal tersebut digunakan sebagai dasar mengapa anak pada umur tertentu
sudah dapat berbicara, sedangkan anak pada umur tertentu pula belum dapat
berbicara.Dalam perkembangannya anak memiliki komponen pemerolehan bahasa
yang hampir sama, baik perkembangan fonologinya, sintaksisnya, semantiknya,
maupun pragmatiknya. Hal ini tentunya dilihat dari segi perkembangan'bahasa anak
yang normal. Komponen dari perkembangan anak dapat dilihat dari gejala dan tingkah
laku anak.
Menurut Levin dalam bukunya yang berjudul Psikologi Anak (Jalongo, 1992: 13)
pada masa perkembangan sistem bunyi (fonologis) anak memiliki keutuhan dalam
bersuara; pada masa perkembangan sintaksisnya (sistem gramatikal) anak telah mampu
memproduksi suara; pada masa perkembangan sistim maknanya (semantik) anak telah
memiliki keutuhan dalam memberikan makna; dan pada masa perkembangan sistem
sosial bahasanya (pragmalik) anak telah mampu menerapkan ucapan dalam kehidupan
sosial secara utuh. Dworetzsky (1990) menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia
mengalami perkembangan bahasa melalui dua lahapan, yakni pralinguistik dan
linguistik.
a) Periode Pralinguistik
Period pralinguistik adalah masa anak sebelum mengenal bahasa, walaupun mampu
berbahasa. Saat bayi mulai tumbuh, secara berangsur-angsur anak mengembangkan
bahasanya melalui beberapa tahapan.
1. Tahap Pertama
Tahap pertama dimulai sejak lahir sampai sekitar usia 2 bulan yaitu masa
fonasi (phonation stage). Pada masa ini bayi sering membuat apa yang disebut
"bunyi-bunyi yang menyenangkan". Ini adalah bunyi-bunyi "quasi vower
(disebut "quasi" karena tidak sepenuh dan sekaya suara vokal yang dibuat).
Kuasi vokal dibentuk dari suara yang mirip bahasa pertama (Dworezky,1990).
Antara usia 2 dan 4 bulan, bayi biasanya berada pada going stage, yaitu bayi
mengucapkan kata sejenis dengan kombinasi quasi vokal dengan keras, sebagai
tanda'awal konsonan. Antara 4 dan 7 bulan anak memproduksi beberapa kata
baru, disebut masa expansion stage.
2. Tahap Kedua
Tahap kedua dimulai setelah anak belajar mengeluarkan suara dalam bentuk
tangis, anak mulai mengoceh (babling stage). Bunyi yang muncul pada masa
ini, yakni antara 7 sampai 10 bulan, berupa bunyi yang dapat dipisahkan antara
vokal dan konsonannya, namun belum ada bunyi yang membedakan makna.
Antara usia 7 dan 10 bulan tersebut, oceban bayi semakin meningkat karena
bayi mulai menghasilkan suku kata dan menirukan seperti ucapan'bababa' atau
'mamama'. Pada tahap ini disebut kononikal (cononical stage). Yang menarik
adalah, bayi yang mampu mendengar segera miliar suku kata
kononikal,'sedangkan bayi tuli yang juga berada pada masa mengoceh, tidak
dapat mengucapkan bunyi kononikal tersebut (Oller & Eiler, dalamDworetzky,
1990:214).
3. Tahap Ketiga
Tahap ketiga dimulai setelah bayi melalui masakononikal, secara
meningkat bayi mempersempit penggunaan fonem mereka, terutama pada
fonem yang akan mereka gunakan dalam bahasa yang mereka pelajari. Pada
tahap ini disebut dengan tahap kontraksi (contraction stage) dan umumnya
terjadi antara usia 10 dan 14 bulan. Pada masa ini bayi juga memperoleh
langkah dan irama bahasa. Tampaknya balikan diperlukan sebelum masa
kontraksi dimulai. Bayi belajar meniru apa yang mereka dengar. Menurut
Jalongo (1992:8) mengelompokkan perkembangan bahasa anak tahap pini,
sejak bayi lahir sampai usia II bulan.
Pada tahap perkembangan bahasa ini, anak tampak masih dalam taraf
berlatih mengenal lingkungannya sendiri atas dasar yang dirasakan, dilihat, dan
didengarnya. Ketika anak merasakan sesuatu, sementara dia belum mampu
mengucapkan sesuatu, anak hanya mampu memberikan pertanda bahwa dia
senang atau tidak senang. Ungkapan rasa tidak senang, ditunjukkan dengan
menangis atau menunjukkan kegelisahannya. Ketika anak senang, dia mampu
menunjukan kesenangannya, misalnya dengan tidak rewel, melakukan gerakan
yang positif, selalu memberikan respen ketika diajak berkomunikasi.
b) Periode Linguistik
Kata infans berasal dari kata latin "tanpa ucapan" atau "tidak berbicara".
Kata infant (bayi) berasal dari Infans (Dworetzky,1990). Hal tersebut tampak logis
jika dianggap kata-kata yang kali pertama diucapkan oleh seorang anak sebagai
titik akhir masa bayi. Pada masa tersebut, anak sudah mulai tampak perkembangan
bahasanya, ia sudah mulai mampu menggunakan kata-kata dalam berbicara. Kata
yang dimaksud adalah ucapan yang berhubungan langsung dengan benda atau
kegiatan tertentu, sebagai bentuk dasar. Misalnya mama, papa, baba dan barn
kemudian mempelajari kata abstrak. Ini terjadi antara umur 10 sampai 17 bulan
Benedict (1979) (dalam Dworetzky, 1990). Jalongo (1992:8-9) mengelompokkan
perkembangan linguistik ini sebagai tahapan kedua Pada awal tahun pertama yakni
usia sekitar 12 bulan, anak menggunakan kata antara 3-6 kata (holofrase).
Tahap berikutnya anak berusia antara 12 sampai 18 bulan, anak telah
mampu menggunakan kata benda yang luas serta telah mampu menggunakan
kosakata yang terdiri antara 3 sampai dengan 50 kata. Pada usia sekitar 2-3 tahun,
anak sudah mampu menerima bahasa dengan menggunakan bahasa telegrafik 2-3
kata. Anak, selanjutnya mampu berkomunikasi dengan menggunakan kata antara
3-50 kata. Anak ketika berusia sekitar 3 tahun, kosakatanya bertambah setiap hari.
Pada usia tersebut, menurut Jalongo (1992) anak memiliki kosakata antara 200
sampai 300 kata. Pada usia 4 tahun, anak telah mampu menerapkan pengucapan
dan tatabahasa. Anak telah memiliki kosakata sebanyak 1400 sampai 1600 kata.
Pada usia 5 sampai 6 tahun, anak telah memiliki susunan kalimat dan tata
bahasa yang benar, baik dalam mengunakan awalan maupun dalam menggunakan
kata kerja sekarang. Panjang kalimat rata-rata setengah baris per kalimat, kemudian
meningkat menjadi 6-8 kata.Anak mampu menggunakan kosakata kira-kira 2500
kata, dan anak mengerti sekitar 6000 kata.
3. Teori Perolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa anak dikembangkan sebagai sarana dalam pembelajaran
keterampilan berbahasa. Hal ini dapat dikembangkan rnelalui berbagai eara. Cara yang
digunakan pengembang tidak selalu sarna, namun ada permasalahan umum yang
dialami oleh hampir setiap anak, yakni bahwa setiap anak rnemiliki bahasa pertama (B
I) yaitu bahasa yang diperoleh dari pengasuhnya, khususnya dari ibunya. Pemerolehan
Bahasa pertama itulah yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
bahasa kedua (B2), yaitu bahasa yang diperoleh anak setelah mereka memperoleh B1.
Di Indonesia, khususnya Jawa, B1yang diperoleh adalah bahasa Jawa, sedangkan di
daerah lain sebagai B1mereka adalah bahasa yang digunakan di daerah mereka, dan
B2 adalah bahasa Indonesia. Akan tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi seperti sekarang ini, di daerah perkotaan sebagian besar anak sudah tidak
lagi menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertamanya. Yang digunakan adalah
bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru boleh menggunakan bahasa eampuran dalam
pembelajaran, terutama untuk kelas permulaan.
Pemerolehan bahasa adalah suatu proses aktifdan kompleks. Tidak ada seorang
pun di antara kita yang mengetahui secara pasti proses pemerolehan tersebut, hingga
anak mampu berbahasa, Dulay, Burt, dan Krashen (1982). Tampaknya anak dapat
berbahasa, karena ia menyatu dalam kehidupan di sekitamya seeara alamiah,
hinggaanak memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa tersebut, tentulah ada beberapa
faktor penentu yang mempengaruhinya. Faktor tersebut adalah pengaruh bahasa satu
dan bahasa dua
a) Pemerolehan Bahasa Pertama
Pemerolehan Bahasa Pertama , menurut Comsky (dalam Lindfors, 1987;
Ellis, 1989; Simanjuntak, 1990; Jalongo, 1992: 10) dinyatakan bahwa bahasa
pertama merupakan kemampuan bawaan yang dimiliki oleh setiap manusia
(LanguageAquisition Device/LAD).
Dengan kemampuan bawaan anak dapat menguasai kaidah-kaidah dan
struktur kebahasaan melalui berbagai interaksi langsung dalam kegiatan berbahasa.
Kegiatan berbahasa tersebut, mulai dari tingkat yang paling sederhana dan dasar
sampai pada struktur kebahasaan yang paling rumit.
Jadi, tidak ada faktor penentu yang menyebabkan anak tidak mampu
berbahasa, kecuali pada saudara kita yang kurang beruntung karena mengalami
cacat alau memiliki gangguan dalam berbahasa. Seperti dinyatakan Tarmansyah
(1996:87), anak-anak yang mengalami gangguan akan mengalami kelambatan
dalam perkembangan bahasanya.
b) Pemerolehan Bahasa Kedua
Menurut Dulay, Burt, dan Krashen (1982) perolehan bahasa kedua
ditentukan oleh factor lingkungan bahasa dan factor intemal. Lingkungan bahasa
adalah segala sesuatu yang didengar dan dilihat anak dalam belajar , yakni bahasa
yang digunakan.dalam berkomunikasi sehari-hari oleh masyarakat dimana anak
sedang mempelajari bahasa kedua. Lingkungan dapat berupa situasi bahasa yang
luas (makro) dan lingkungan yang sempit (mikro). Lingkungan makro yang
dimaksud adalah
(i) Kealamian bahasa yang didengar,
(ii) Peranan anak dalam berkomunikasi
(iii) Tersedianya acuan konkretuntukmempeljelas makna
(iv) Orang yang menjadi model

Lingkungan mikro terdapat pada stuktur bahasa yang hampir sarna namun
berbeda makna ketika didengarnya. Misalnya perbandingan kata (payung/gayung);
(medan/sedan) dan sebagainya. Keseringan pemerolehan bahasa ini merupakan
bentuk struktur yang disuguhkan kepadanya, dan akan melekat pada
pemahamannya. Faktor dirilintemal adalah faktor seseorang yang dapat
mempengaruhi anak dalam berbahasa. Faktor tersebut adalah kepribadian, umur,
dan motivasi.

C. Problematika Perkembangan Bahasa


Menurut Yusuf dkk (2011) perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungannya,
karena bahasa pada dasarnya merupakan hasi pembelajaran dari lingkungan. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa peserta didik, yaitu :

1. Kognitif
Yaitu kemampuan oleh individu dalam menyerap suatu ilmu yang diajarkan
2. Pola komunikasi dalam keluarga
Yaitu suatu komunikasi yang terjadi dalam keluarga. Pembelajaran bahasa yang
diberikan saat percakapan sesama anggota keluarga juga mempengaruhi
perkembangan bahasa.
3. Jumlah keluarga
Anggota keluarga yang semakin banyak memungkinkan peserta didik untuk lebih
berkomunikasi antar orang yang beragam.
4. Posisi urutan kelahiran
Anak yang lahir di awal akan memiliki arah komunikasi kebawah atau ke adik-
adiknya, sedangkan anak yang lahir ditengah-tengah akan memiliki pola
komunikasi ke atas dan ke bawah karena memiliki seorang kakak dan adik.
5. Kedwibahasaan
Kemampuan dalam keluarga yang menguasai 2 bahasa tentu memiliki potensi untuk
mengembangkan kebahasaanya dari pada keluarga yang menguasai 1 bahasa.
Pada implikasi perkembangan bahasa pada perkembangan peserta didik sekarang,
banyak permasalahan yang muncul, terutama pada ketepatan penggunaan di dalam kosa
kata anak tersebut pada saat bersama teman sebayanya bercakap-cakap/berbicara.
Pemilihan kosa kata yang baik tergantung pada arahan dan pembelajaran dari keluarga.

Perkembangan bahasa pada anak banyak mengalami kendala, yaitu :

1. Anak cengeng
Anak yang sering menangis dapat mengakibatkan gangguan pada psikis dan
fisiknya.anak yang sering menangis biasanya memiliki fisik yang kurang fit dan
memiliki kecenderungan selalu merasa khawatir akan kasih sayang dari orang tuanya.
2. Anak sulit memahami pembicaraan orang lain
Pembekalan kata-kata dasar saat berkomunikasi sangat penting untuk anak, terutama
untuk berkomunikasi dalam lingkup keluarga terlebih dahulu, sering kali orangtua
membicarakan hal yang masih baru pada anak, sehingga menyebabkan anak menjadi
kurang paham terhadap apa yang dimaksudkan oleh orangtuanya. Apalgi ditambah
dengan percakapan yang sangat cepat menjadikan anak menjadi semakin sulit untuk
belajar kosakata yang baru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan bahasa merupakan bagaian dari perkembangan kognitif anak, sehingga
jika anak memiliki perkembangan yang pesat maka kecerdasan kognitif dari sang anak
pun tinggi. Perkembangan bahasa anak dimulai dali lahir hingga berusia enam tahun dan
memiliki sebanyak 8.000 hingga 14.000 kata.
Daftar Rujukan

Dulay, H. Burt, Marina; dan Krashen, S. 1.982. Langugge Two. Oxford: Pergamon.
Dunbar, R. I. M. 2004. Gossip in evolutionary prespective. Review of General
Psycology, 8, 100-110
Dworetzky P. John. 1990. Introduction to Child Development. West: Publishing
Company.
Hurlock, Elizabeth B. 1988. Perkembangan Anak. Judul Asli "Child Development".
1978.diterjemahkan oleh Med. Meitasari Tjandrasa dan MuslikhahZarkasih.
Jakarta: Erilangga.
Jalongo, Mary Renck. 1992. Early Childhood Language Arts. Singapore: Allyn
andBacon.
Lindfors, Juditth Wells. 1987. Children's Language and Learning. Englewood Cliffs:
Prentice Hall.
L. N., Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Rajawali Pers

Purwo, Bambang Kaswanti. 1997. Pelba 10. Jakarta: LemlJaga Bahasa UnikaAtmaJaya.
Jakarta. HIm. 2.
Seidenberg, Mark S.; MacDonald, Maryellen C.; & Saffran, Jenny R. 2002. Does
Grammar strat where statisric stop? Science, 298, 553- 554`
Tarmansyah. 1996. Gangguan Komunikasi. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti.
ProyekPembinaanTenagaGuru.
Tirtarahardja, Sulo. 2005.Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Wade, Travris, and Garry. Psychology. New York: Pearson Education.
Tompkins, Gail E. dan Hoskinsson, Kenneth. 1991. Language Arts. Toronto: Collier
Macmillan Canada, Inc.

Anda mungkin juga menyukai