Anda di halaman 1dari 20

DASAR-DASAR ILMU SOSIAL

“ILMU GEOGRAFI”

Disusun oleh:

Aini Sa’diyah (14407141047)

Dara Sylvia (14407141050)

Fahmi Aji (14407141043)

Rivaldi Aprianto (14407144001)

ILMU SEJARAH B
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu geografi adalah merupakan suatu disiplin ilmu yang menekankan pada
penggambaran alam semesta secara luas. Ilmu geografi juga menekankan kepada
metode dan konsep untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan geografi dari
masa Yunani kuno hingga sekarang ini. Namun ilmu geografi juga mempelajari
tentang keadaan alam dan keadaan kebudayaan sosial suatu masyarakat. Ilmu geografi
juga mempelajari tentang kaeadaan tata ruang dan tata lahan dalam bumi. Dengan
sistem informasi geografi (SIG),ilmu georafi juga dapat melihat keadaan bumi yang
akan terjadi dalam kurun waktu tertentu dan bisa juga untuk menghindari bencana
alam yang akan terjadi. Jadi secara aspek umum ilmu geografi tidak hanya
mempelajari ilmu tenytang kebumian dan alam semesta,namun ilmu geografi juga
mempelajari tentang keadaan kebudayaan sosial masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dan ruang lingkup geografi?


2. Bagaimanakah pendekatan, metode, dan teknik geografi?
3. Bagaimanakah sejarah geografi dan perkembangannya?
4. Apa sajakah konsep geografi?
5. Bagaimanakah hubungan ilmu geografi dengan ilmu sosial?
C. Tujuan:

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pengertian dan ruang lingkup geografi (Dara Sylvia)


2. Mengetahui pendekatan, metode, dan teknik geografi (Rivaldi Aprianto )
3. Memaparkan sejarah geografi dan perkembangannya (Fahmi Aji )
4. Menjelaskan konsep-konsep dalam geografi (Aini S)
5. Menjelaskan hubungan antara ilmu geografi dengan ilmu sosial (Aini S)

PEMBAHASAN
ILMU GEOGRAFI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Geografi

Geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu geo yang berarti bumi dan graphien yang
berarti lukisan atau tulisan. Menurut Erasthothenes, geographika berarti tulisan tentang bumi.
Pengertian bumi dalam geografi berkenaan dengan bumi, gejala, dan prosesnya. Baik gejala
dan proses alamnya, serta gejala dan proses kehidupannya.

Menurut Richoffen, geografi selain mengumpulkan bahan-bahan yang disusun secara


sistematik, dilakukan penghubungan antara bahan-bahan tersebut untuk dikaji sebab-akibat
dari fenomena-fenomena di permukaan bumi yang memberikan sifat individualitas suatu
wilayah.

Karl Ritter berpendapat bahwa bumi tidak hanya terbatas pada bagian permukaan
bumi saja, tetapi juga wilayah-wilayah lainnya yang tidak dihuni oleh manusia, sejauh
wilayah itu penting bagi kehidupan manusia. Sehingga, wilayah studi geografi mencakup
semua fenomena yang ada di permukaan bumi, baik alam organik maupun anorganik dalam
interelasi dan interaksinya dalam ruang (spatial relationship), yang kesemuanya itu dikaji.
Mengingat ilmu geografi sangat luas maka dapat dianalogikan sebagai perpaduan dari
berbagai disiplin ilmu, yaitu ilmu murni, terapan, eksak, noneksak, alam, dan sosial maka
geografi sering disebut sebagai “ibu” atau “induk” ilmu pengetahuan.1

Bidang geografi yang luas mencakup beberapa aspek ilmiah yang bersifat eksak,
kemudian beberapa aspek sosial yang bersifat noneksak. James memberi sebutan “induk ilmu
pengetahuan” terhadap geografi, tidak hanya didasarkan realita bhawa observasi dan
pengkajian ilmu pengetahuan lain diambil dari bagian bagian-bagian di permukaan bumi,
namun juga didasarkan perkembangan geografi telah begitu tua, sejalan dengan pemikiran
filosofis mengenai terbentuknya alam semesta dengan kehidupannya, dimulai dari zaman
Herodotus pada 480-430SM.

Ruang lingkup displin geografi sangatlah luas dan mendasar, mencakup aspek ilmiah
dan insaniah, kemudian aspek-aspek tersebut dituangkan dalam suatu ruang berdasarkan
prinsip-prinsip penyebaran dan kronologinya.

1 Dadang Supardan. Pengantar Ilmu Sosial. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) halaman 228
Cakupan dan peranan geografi memiliki empat hal, seperti yang dikemukakan dari
hasil penelitian UNESCO maupun Lounsbury, yaitu:

1. Geografi sebagai suatu sintesis


Pembahasan geografi sebagai suatu sintesis mampu menjawab substansi pertanyaan-
pertanyaan tentang what,where,when,why,who dan how.
2. Geografi sebagai suatu penelaahan gejala dan relasi keruangan
Geografi berperan sebagai suatu kajian yang menelaah tentang relasi, interaksi,
interpendensi satu apek dengan aspek yang lainnya. Geografi juga berperan sebagai
“pisau” analisis terhadap fenomena-fenomena yang bersifat alamiah dan insaniah.
3. Geografi sebagai disiplin tata guna lahan
Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat menuntut peningkatan sarana yang
menunjang, baik kualitatif maupun kuantitatif. Perluasan sarana tersebut
membutuhkan persiapan yang matang melalui disiplin tata guna lahan.
4. Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan
Hal itu dimaksudkan agar dapat dicapai hal sebagai berikut:
a) Meningkatkan pelaksanaan penelitian ilmiah demi disiplin geografi itu sendiri
yang dinamis sesuai dengan kebutuhan pengembangan ilmu yang makin pesat.
b) Meningkatkan penelitian praktis untuk kepentingan kehidupan dalam
meningkatkan kesejahteraan umat manusia

Secara akademik geografi pertana kali dibentuk di Jerman kemudian menyebar dan
dimaksudkan untuk menyediakan informasi mengenai tempat-tempat penting yang sering
digunakan pemerintah kolonial ketika terjadi konflik. Selain itu, diperkenalkan sebagai mata
pelajaran dalam pendidikan formal di berbagai negara yang betujuan untuk meningkatkan
pengawasan dan pengenalan dunia yang juga sebagai landasan wawasan nasional.

Dalam Geografi terdiri dari tiga cakupan kajian yang berkaitan satu sama lain,
terutama mencakup lingkungan, tata ruang, dan tempat.

 Lingkungan

Lingkungan alamiah suatu wilayah terdiri dari permukaan lahan itu sendiri,
hidrologi air di wilayah itu, flora fauna yang tinggal di dalamnya, lapisan tanah di
permukaan itu, dan atmosfer yang ada di atasnya. Semua unsur terjalin dalam suatu
sistem lingkungan yang kompleks..
Pemfokusan ini tercermin atas berbagai subdisiplin pada geografi fisik.
Subdisiplin yang terbesar adalah geomorfologi, yakni studi mengenai bentuk permukaan
tanah dalam berbagai skala ruang dan proses pembentukannya.

 Tata Ruang

Tata ruang merupakan fokus kajian para ahli geografi manusia, karena
penggunaan lahan oleh manusia juga esensi dalam berbagai skala (antara perkotaan dan
pedesaan) terdapat hubungan yang erat, baik fisik maupun sosialnya.

Pada tahun 1950-an, studi geografi di Skandinavia telah mendorong lahirnya


perspektif dalam geografi manusia yang berfokus terhadap cara pengorganisasian ruang
aktivitas manusia di muka bumi. Adapun tujuannya yaitu untuk menata ulang sisi ilmiah
sehingga dapat mempelajari hukum-hukum yang mengatur perilaku individual ataupun
pola keruangan dalam penyebaran artefak-artefaknya.

Cliff dan Frey dalam karya Locational Analysisi in Human Geography (1978),
membagi pokok bahasan disiplin geografi manusia menjadi lima, yaitu:

(a) Pola-pola titik, seperti bangunan-bangunan peternakan di daerah pertanian;

(b) Pola-pola garis, khususnya jaringan transportasi;

(c) Pola-pola pergerakan, seperti aliran di antara berbagai jaringan, orang,


barang, dan informasi;

(d) Variasi bentuk permukaan dalam suatu fenomena yang berkesinambungan,


misalnya peta kepadatan penduduk dan peta harga tanah di suatu daerah
perkotaan;

(e) Penyebaran dalam tata ruang, seperti penyebaran penyakit dalam suatu
jaringan dan pelintasan permukaan wilayah.

Kemudian menurut Johston terdapat empat subdisiplin yang saling


bersinggungan dan berpotongan yang mencerminkan hubungan dengan ilmu sosial,
yaitu:
(a) Geografi ekonomi yang bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu
ekonomi;

(b) Geografi sosial yang bersinggungan dan berpotongan dengan sosiologi;

(c) Geografi politik yang bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu politik;

(d) Geografi kultural yang bersinggungan dan berpotongan dengan antropologi


budaya.

Disiplin tersebut berkembang sangat pesat pada tahun 1970-an hingga saat ini.
Termasuk sebagai pendekatan ekonomi politik, pendekatan struktural, dan pendekatan
realis terhadap ketidakseimbangan pembangunan yang mengakibatkan ketimpangan
ekonomi serta pergeseran budaya yang perlu dikaji kembali dalam pengertian
pembangunan perlu direvitalisasi dan diredefinisi.

 Tempat

Geografi muncul sebagai disiplin akademis tentang tempat-tempat yang di


dalamnya terdapat kegiatan identifikasi, interelasi, membandingkan, serta
menampilkan informasi mengenai bagian dunia. Pada tahun 1930-an, determinisme
lingkungan digantikan oleh geografi regional yang landasannya adalah sifat-sifat
khusus tiap region atau kawasan yang dibatasi oleh kriteria.

Ternyata geografi regional secara metodologis lemah, karena disebabkan masih


adanya pengaruh faktor paradigma determinisme lingkungan, yang argumen dasarnya
adalah bahwa karakteristik fisik dari permukaan bumi menentukan bagaimana
manusia menempati dan melakukan aktivitasnya. Kemudian pada tahun 1930-an,
argumen tersebut digantikan dengan geograafi regional yang memiliki landasan sifat-
sifat khusus kawasan (yang didefinisikan sebagai permukaan bumi dan dibatasi oleh
kirteria-kriteria tertentu).

Tempat adalah lingkungan pergaulan yang diciptakan manusia dalam konteks


persepsi mereka tentang alam dan sosialnya.

Geografi secara makro dapat dibagi ke dalam dua subdisiplin, yaitu geografi fisik dan
geografi sosial. Pada kajian tulisan kali ini akan memfokuskan kepada kajian geografi sosial.
Dalam kajian geografi manusia/sosial terdapat dua pendekatan. Pendekatan pertama
adalah pendekatan yang menekankan struktur dari hubungan sosial, sehingga bidang ini layak
menjadi ilmu sosial. Kedua, menjelang akhir tahun 1960-an, terjadi permasalahan sosial di
dunia dan juga terjadi ketimpangan sosial.

Pada tahun 1970-an, ada dua teks yang membantu para ahli untuk mengembangkan
peran kritis dan konstruktif dalam tatanan masyarakat yang tidak adil. Karya pertama dari
David Harvey ialah Social Justice and the City (1973), berisi pesan politis serta
menghancurkan ilmu sosial yang “bebas nilai” agar ilmu sosial dapat membawa perubahan
sosial yang radikal. Karya kedua dari David Smith yang berjudul Human Geography: A
Welfare Approach (1997) yang membahas mengenai geografi sosial yang dikonsep sebagai
inkuiri terhadap alokasi sumber daya dan telah membujuk para ahli geografi untuk mengkaji
menganai ketimpangan spasial, seperti dalam bidang perumahan, kesempatan kerja,
kesehatan, dan sebagainya.

Berikut adalah cabang-cabang dari Geografi Manusia/Sosial:

 Geografi Ekonomi (Economic Geography)


Geografi ekonomi mengkaji mengenai produksi, distribusi,
pertukaran/perdagangan, serta konsumsi atas barang dan jasa yang dilakukan pada
tempat-tempat yang berjauhan. Studi ini mulai diakui pada akhir abad ke-19 yang
kebangkitannya bertolak dari kolonialisme Eropa.
Pada tahun 1950-an, mulai diterapkan metode kuantitatif dan pendekatan revolusioner
lainnya, seperti aneka perangkat statistika yang mentransformasikan bidang ini
menjadi ilmu spasial. Beberapa teori geografi ekonomi adalah:
a. Ekonomi neoklasik yang menyumbangkan model-model umum kompetisi dan
perilaku rasional.
b. Fisika yang memasok dasar-dasar analisis gravitasi dan model entropi yang
mengilhami analisis tentang pola interaksi sosial.
c. Model-model lokasional Jerman yang hampir terabaikan oleh Teori Lokasi
Pertanian von Thunen dan teori yang lainnya.
d. Geometri yang menyajikan berbagai aksioma, hitungan baku, dan teorema yang
melandasi hukum-hukum morfologi spasial (Bunge, 1962)
Para ahli geografi ekonomi percaya bahwa karakteristik suatu daerah selalu
menentukan corak perekonomiannya, dan mereka membuktikannya secara ilmiah.

 Geografi Politik (Political Geography)


Pada akhir abad ke-19, subdisiplin ini telah mengalami empat fase
perkembangan utama, yakni:
a. Geografi Politik Lingkungan
Titik kulminasi dari geografi lingkungan muncul dalam kajian politik dan
landasan serta pijakan Derwent Whittlesey dalam karyanya The Earth and the
State, dan yang menjadi titik nadinya ialah geopolitik Jerman mengenai perluasan
wilayah Third Reich. Geografi politik mengalami kemunduran ketika para ahli
mencoba menggabungkan kajiannya dengan perkembangan ilmu sosial.
b. Geografi Politik Fungsional
Terjadi setelah Perang Dunia II ketika Richard Harstone (1950) menempatkan
negara dalam posisi yang seimbang, antara sntrifugal dan sentripetal.
c. Analisis Ruang dalam Geografi Politik
Pada fase ini dimulai dengan kajian-kajian kuantitatif, namun pengaruhnya hanya
sedikit dalam kajian geografi kususnya geografi politik. Akan tetapi, berpengaruh
terhadap kajian-kajian politik pinggiran karena geografi tidak begitu cocok untuk
dianalisis secara kuantitatif.
d. Geografi Politik Pluralistik
Geografi politik dituntut dapat digunakan dalam melakukan kajian mengenai
kekuasaan yang sering diabaikan pada masa sebelumnya. Perbaikan dalam
penyimpangan tersebut telah membawa hasil, di antaranya tentang keragaman
kontemporer geografi politik.
 Geografi Urban (Urban Geography)
Geografi jenis ini terkait dengan pemahaman mengenai berbagai keistimewaan
kota dengan segala keteraturan yang ada dalam kota dan antarkota dalam kerangka
hubungan spasial antarpenghuni dan lingkungan.
Menurut Paul L. Knox ada berbagai macam pendekatan dalam Geografi
Urban, antara lain:
a. Pendekatan Deskriptif Langsung
Para ahli geografi memerhatikan perbedaan wilayah dan keistimewaan tempat
secara seksama. Kota-kota besar dan kecil merupakan mozaik yang istimewa dan
satuan-satuan morfologi, atau merupakan bagian dari sistem kota besar yang
diklasifikasikan berdasarkan fungsi ekonomi atau kualitas kehidupan yang terkait
dengan kota lainnya.
b. Pendekatan Analisis Kuantitatif
Para ahli geografi perkotaan meberikan pengarahan dalam penetapan model
pemetaan ruang masyarakat dengan pendekatan positivis ini
c. Pendekatan Behavioral
Pada pendekatan Behavioral, ditekankan pada kajian mengenai kegiatan
masyarakat dan proses pengambilan keputusan. Misalnya pemilihan lokasi untuk
pemukiman, perindustrian, hiburan, dan sebagainya.
d. Pendekatan Struktural
Menekankan kajian mengenai kendala yang dipaksakan oleh perilaku individu,
baik oleh organisasi masyarakat maupun aktivitas sejumlah kelompok dan
lem/baga-lembaga kuat yang ada di dalamnya.
e. Pendekatan Post-Strukturalis
Memadukan interaksi metastruktur (ekonomi,politik, dan budaya) dengan agen
kemanusiaan untuk menjelaskan sistem lokal dari makna bersama berdasarkan
kerangka sosial budaya yang lebih luas.
 Geografi Sejarah (Historical Geography)
Perkembangan sejarah pemikiran geografi telah berlangsung sejak lama. Pada
abad ke-19 dan awal abad ke-20, istilah ini biasa dipakai berkenaan dengan sejarah
eksplorasi dan penemuan, pembuatan peta dunia, dan perubahan batas-batas politik
dan administrasi.2 Pada tahun 1960-an, geografi telah mampu berdiri sendiri sebagai
disiplin ilmu, tidak hanya berurusan dengan rekontruksi tentang masa lalu, namun
juga mempelajari tentang perubahan-perubahan geografi.
Darby dalam bukunya yang berjudul Historical Geography (1962), menegaskan ada
empat pendekatan dalam geografi sejarah, yakni:
a. Keadaan geografi masa lalu, terutama perbandingan keadaan geografi suatu
daerah secara horizontal di masa lalu.
b. Perubahan lansekap, terutama tema-tema transformasi lansekap yang universal.
c. Masa lalu yang dijelaskan dari keadaan geografinya di masa sekarang.
d. Sejarah yang bersifat geografis, terutama penyelidikan mengenai pengaruh
kondisi-kondisi geografis (keadaan lingkungan dan lokasi) terhadap jalnnya
sejarah.

Sehingga sejarah sebagai studi tentang masa lalu mencerminkan


keanekaragaman geografi itu sendiri. Tidak hanya mencakup geografi tradisional
(tempat, tata ruang, dan lingkungan), namun juga mencakup masalah-masalah modern
(ekologi, lokasi, dan lansekap)

 Geografi Populasi

Pada pendekatan ini, cenderung terfokus pada hal fertilitas dan mortalitas dan
melahirkan istilah demografi, bersandar pada korelasi ekologis, dan diasosiasikan

2 Dadang Supardan. Pengantar Ilmu Sosial. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) halaman 243
melalui usaha-usaha untuk meniru maupun memeperkirakan perubahan-perubahan
dengan menggunakan tiga komponen, yakni migrasi, mortalitas, dan fertilitas.

Berdasarkan hasil riset pada tahun 1990-an, masalah yang dihadapi oleh
geografi populasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Pemetaan kecenderungan kontemporer dalam distribusi populasi serta ciri-cirinya,


seperti usia, pola hidup, pekerjaan, dan sebagainya.

b. Populasi, pembangunan dan sumber daya yang saling memengaruhi antara


pertumbuhan populasi, prospek pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, akses
dan konsumsi atas sumber daya keruangan, dan sebagainya.

c. Pembentukan dan akibat dari perubahan populasi jangka panjang.

d. Geografi sosial dari populasi yang yang tersingkir atau terpinggirkan, seperti
kepedulian terhadap para pengungsi, tuna wisma, dan lain-lain. (Woods, 2000:
803-304)

 Geografi Sosial (Social Geography)

Dalam geografi sosial menyetarakan keseluruhan dengan geografi manusia,


yaitu dengan kekuatan ilmu-ilmu sosial dari disiplin ilmu tersebut dalam hubungan
manusia (masyarakat) dengan alam. Geografi sosial pertama kali dikmukakan oleh
Elise Reclus pada 1884. Awalnya, geografi sosial sering diasosiasikan dengan
geografi Eropa dan Inggris. Pada tahun 1960-an terjadi permasalahan sosial dunia dan
ketimpangan sosial semakin mengalami eksalasi. Sehingga hal itu mendorong
geografi sosial untuk mengembangkan sebuah peran yang konstruktif dalam
masyarakat yang tidak adil, yang mendapat inspirasi dari karya David Harvey yang
berjudul; Social Justice and the City dan karya David Smith berjudul Human
Geography: A Welfare Approach (1997).

B. PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PENELITIAN GEOGRAFI

1. Pendekatan Geografi

Perkembangan terakhir dalam ilmu geogarfi sejak geografi fisik dan geografi
manusia bergerak dari sifatnya yang deskriptif menuju analitis pada tahun 1950-an
dan 1960-an, berkembanglah paham positivisme yang menekankan pengujian
hipotesis untuk merumuskan hukum-hukum dan derivasi teori yang menonjol.
Pendekatan positivistime banyak memiliki kelemahan karena tidak mampu
mengakomodasi kekhususan-kekhususan yang bersifat kontekstual. Pendekatan yang
didasarkan pada pengukuran dalam disiplin ini membutuhkan banyak eksperimentasi
dan inovasi dalam cara-cara pengumpulan data lapangan, baik proses-proses dalam
lingkungan fisik maupunn mengenai cara-cara individu membentuk tingkah laku
ruang mereka. Hal itu dibantu oleh penemuan teknologi informasi sehingga
pengumpulan, penyimpanan, penyajian, dan analisis data sangat berguna bagi ahli
geografi yang banyak memainkan peran sebagai pelopornya.

Hampir semua data geografis mengacu kepada dua konteks dimensional.


Secara tradisional, hal itu telah ditampilkan dalam bentuk peta, namun perkembangan
sejak tahun 1970-an dalam sistem-sistem informasi geografis (Geographical
information system atau GIS) telah meningkatkan kemampuan
menyimpan,memvisualisasi,dan menganalisisnya melalui kumpulan-kumpulan data
satu sama lain sebagai contoh hasil pengamatan hujan digabungkan dengan peta-peta
topografi.

Kajian geografi terdapat pada R.Bintarto dan Surastopo Hadisumarno dalam


metode analisis geografi mengemukakan tiga pendekatan (approach), yaitu pendekatan
analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological analysis), dan analisis
kompleks wilayah (regional complex analysis).

a. Pendekatan Analisis Keruangan.


Dalam kajian ini membahas tentang perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat
penting. Dapat dikemukakkan bahwa dalam analisis keruangan yang harus
diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyebaran
ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dicanangkan. Analisis
pendekatan keruangan dapat dikumpulkan data di lokasi yang teridiri dari data titik
(point data) dan data bidang (areal data). Dalam data titik adalah data ketinggian
tempat,data sampel batuan ,data sampel tanah,dan sebagaianya. Dalam data bidang
terdiri atas data luas hutan,data luas daerah pertanian,data luas padang alang-
alang,dan sebagainnya.
b. Pendekatan Ekologi.
Dikaji tentang interaksi antara organisme hidup dengan lingkungannya, seperti
manusia, hewan,tumbuhan, dan lingkungan ,seperti litosfer, hidrosfer, dan atmosfer.
Hal ini tentang masyarakat kelompok organisme beserta lingkungan hidupnya
sebagai suatu kesatuan ekosistem. Studi ini menitikberatkan kepada kehidupan
(biotik) dan nonkehidupan (abiotik).
c. Pendekatan Kompleks Wilayah.
Kombinasi antara pendekatan keruangan dan analisis ekologi. Pendekatan wilayah ini
terdapat dua aktivitas yang perlu dilakukan,yakni analisis kompleks wilayah,
pewilayahan (regionalization).dan klasifikasi (classification).

Sumaatmadja mengemukakkan secara garis besar bahwa ada empat pendekatan


dalam kajian geografi, yakni:

a. Pendekatan keruangan , meruapakan pendekatan yang mengedepankan prinsip-prinsip


penyebaran, interelasi, dan deskripsi
b. Pendekatan ekologi (Ecologiical Approach) , merupakan pendekatan yang berkenan
dengan penelaahan dan analisis suatu gejala ekologis yang diarahkan pada hubungan
antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan alamnya.
c. Pendekatan Historis ataupun Kronologi, merupakan pendekatan yang menekankan
perkembangan dinamis suatu kajian geografis berdasarkan proses kronologis dengan
memahami kurun waktunya.
d. Pendekatan sistem (system approach), bahwa suatu ruang merupakan suatu kebulatan,
hakikatnya meruapakan suatu sistem keruangan (spatial system).

2. Metode Penelitian Geografi

a. Metode Deskriptif, sebagai karakteristik metode ini adalah memberi penjelasan,


baik yang bersifat alamiah maupun insaniah dengan mengungkap karakteristik,
eksploratif, hubungan fungsional, dan dampak dari suatu fenomena ataupun
peristiwa. Tujuan metode ini untuk mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang ada
pada masa sekarang. Salah satu hal penting tentang metode deskripsi ini bahwa pada
masa berkembangnya metode deskriptif kartografi sangat dominan.
1. Metode studi kasus, merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
karakteristik tertentu individu maupun kelompok dengan mengungkapkasus
spesifik yang mencakup pengkajian relasi dan interelasi terhadap individu lain
yang dilakukan secara longitudinal.
2. Metode survei , merupakan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data,
Merupakan penelitian yang menggambarkan keadaan terkini untuk memahami
opini,pendapat,maupun tanggapan publik.
3. Metode studi pengembangan, merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan suatu penelitian untuk memperoleh model,baik dalam tataran
teoretis yang sebelumnya sudah ada maupun belum ada (baru).

b. Metode Eksperimen dan Korelasi, pendekatan positivisme yang menekankan


treatment dan pengujian hipotesis untuk merumuskan hukum-hukum dan derivasi
teori semakin menonjol.

c. Metode ex Post Facto, untuk melihat dan mengkaji hubungan antara dua variabel
atau lebih, dimana variabel yang dikaji telah terjadi sebelumnya atau tidak diberi
perlakuan khusus.

3. Teknik Penelitian Geografi

Teknik penelitian yang banyak digunakan dalam ilmu geografi, yaitu meliputi:

a. Observasi Lapangan (Field Observation), merupakan teknik pengumpulan data


dalam ilmu geografi yang berusaha melihat langsung tentang gejala dan masalah
geografis. Teknik ini merupakan teknik yang dominan.

b. Wawancara (interview), meruapakan teknik pengumpulan data dalam ilmu geografi


yang dilakukan oleh peneliti (interviewer) terhadap reponden (interviewee) untuk
memperoleh keterangan yang lebih jauh dari sekedar observasi.

c. Kuesioner atau Angket, merupakan teknik pengumpulan data dengan menyebarkan


sejumlah pertanyaan-pertanyaan,baik yang bersifat terbuka maupun tertutup dan
dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis.

d. Studi Dokumenter, merupakan teknik pengumpulan data yang merupakan upaya


untuk mengkaji setiap bahan tertulis, film, serta catatan (record). Dokumen dapat
dibagi dalam dua kelompok, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Keduanya
sangat penting dalam teknik penelitian geografi.

e. Studi Kepustakaan, merupakan teknik pengumpulan data dengan mengkaji berbagai


teori ,prinsip, konsep, dan hukum-hukum yang berlaku dalam ilmu geografi.
C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Pada mulanya disiplin geografi tidak tersusun sistematis. Pada zaman


Homeros dan Hesiodos (abad 9-abad 8 SM), orang menganggap bahwa pengetahuan
tentang bumi dipengaruhi dengan mitologi terutama mitos kosmogonis. Pada zaman
Thales (640-548 SM),masih beranggapan bahwa bumi berbentuk silinder yang
terapung diatas air dengan separuh bola hampa diatasnya. Kemudian Parmanides
(515-455 SM) berpendapat bahwa bumi itu berbentuk bulat.

Pada zaman Yunani kuno, pandangan geografi dipengaruhi oleh pandangan


filsafat spekulatif maupun sejarawan. Contohnya Heredotus (485-425 SM) yang
mengungkapkan betapa eratnya hubungan perkembangan masyarakat dengan faktor
geografi diwilayah yang bersangkutan. Hanya saja pandangan tersebut masih bersifat
subyektif, buktinya Heredotus membuat peta dunia dalam tiga bagian yaitu
Eropa,Asia,dan Libya (Afrika) (Lapian, 1980: 6). Pada zaman Heracleides (320
SM),ia memiliki jasa besar dalam astronomi. Ia berpendapat bahwa adanya beberapa
zona iklim ( Bintarto dan Hadisomarno, 1979: 2). Kemudian muncul istilah geografi
yang berasal dari Eratosthenes (275-192 SM). Seorang ahli matematika Yunani kuno
yang berjasa menentukan ukuran besar bumi,peletak dasar geodesi,dan membuat
katalog bintang (Shadily, 1984: 947).

Selain geografi ,terdapat pula logografi. Salah satu pelopor logografi ialah
Strabo (63-24 SM). Strabo adalah ahli geografi dan sejarawan Yunani kuno. Strabo
tergolong enviromental determinisme lingkungan yang telah mengungkapkan konsep
natural attributes of place. Starbo juga menulis sebanyak 17 jilid dalam judul
Geographica. Dalam buku Strabo membuat sintesis antara geografi, korografi,dan
topografi.

Seabad setelah pengaruh Strabo,Claudius Ptolemaeus (100-178 SM),seorang


ahli astronomi Alexandria Mesir-Yunani kuno mengemukakan bahwa geografi adalah
suatu penyajian pada peta dari sebagian permukaan bumi yang menunjukkan
kenampakan umum yang terdapat padanya. Ia berpendapat bahwa geografi berbeda
dengan korografi. Sedangkan pelajaran tentang bola bumi dengan menggunakan
pendekatan dan pengukuran yang sistematis baru dilakukan oleh Phytagoras (582-507
SM).
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa geografi telah ada sejak zaman
sebelum masehi, khususnya di Yunani. Pada abad peetengahan dan zaman
Renaisance,banyak orang menaruh perhatian dalam bidang geografi. Ada juga tokoh
yang begitu tinggi perhatiannnya pada pengaturan kembali tentang geografi adalah
Bernhardus Veranius (1622-1650). Pada abad pertengahan berikutnya,tokoh ilmu
pengetahuan,seperti Nicholas Copernicus (1474-1543), seorang ahli astronomi yang
berasal dari Polandia yang terkenal bersama Galileo Galilei (1564-1642) ahli
asrtonomi dari Italia, mengembangkan teori helliosentris.

Selanjutnya adalah Johannes Keppler (1571-1630) ahli astronomi Jerman yang


banyak mengkhususkan perhatiannya pada gerakan planet, juga menyusun kalender
tahunan yang memuat ramalan-ramalan astrologis. Kemudian ada Garadus Mercator
(1512-1594) adalah sebutan latin dari Gerhard Kremer,seorang ahli geografi, ilmu
pasti, dan kartografi bangsa Vlaam. Terkenal berkat peta proyeksi silindrisnya. Tokoh-
tokoh geografi dari Jerman yang berpengaruh terhadap perkembangan geografi antara
lain Alexander van Humbolt, Karl Ritter, Oscar Peschel, Friederich Ratzel, Ernest
Kapp,dan Alfred Hettner. Selanjutnya ada juga Emmanuel kant (1844-1804) yang
mendapat julukan Bapak Geografi Politik,disamping sebagai peletak dasar geografi
modern. Kemudian Charles Darwin seorang ahli evolusi biologi Inggris dengan
konsepnya yaitu natural selcetion.

Sedangkan untuk tokoh Francis yang berjasa mengembangkan geografi adalah


Paul Vidal de la Blache dan Jean Brunhes. Ia mendapat gelar sebagai Bapak
Geografi Sosial Modern. James Fairgrive, seorang geografer Amerika Serikat
mengemukakan bahwa geografi adalah nilai yang edukatif, terutama untuk berfikir
kritis dan bertanggung jawab terhadap kehidupan dunia. Demikian tentang geografi,
sejak disiplin ini hanya merupakan sebuah cerita sampai kepada perkembangan
disiplin ilmu dengan pendekatan dan metode seperti Geographichal Infomation
System (GIS) yang merupakan sistem komputer terintegrasi.

Sebagai disiplin akademis yang memiliki potensi terapan untuk memahami


mengenai dunia, terdapat beberapa pendapat, seberapa perlunya segi terapan ini
karena beragamnya tuntutan yang dikemukakan kepada disiplin ini maupun kepada
akademisnya secara umum. Taylor (1985) berpendapat bahwa negara-negara yang
menyediakan sebagian besar pendanaan Universitas, tampaknya lebih mampu
mendesak munculnya karya terapan.3

D. KONSEP-KONSEP GEOGRAFI

1. Tempat, Konsep tempat merujuk pada suatu wilayah dimana orang berada. Konsep ini
memiliki peran penting karena kedudukan tempat memberi banyak arti dan makna bagi
manusia serta organisme lainnya.

2. Sensus Penduduk,Sensus merupakan kegiatan statistik mengumpulkan informasi


mengenai perumahan, sektor manufaktur, pertanian, industri pertambanngan, dan dunia
bisnis. Sensus dapat menggambarkan kondisi penduduk suatu wilayah atau negara
dengan latar belakang berbagai aspek. Sensus penduduk dapat digunakan baik berkaitan
dengan pengendalian penduduk, pembagian administrasi (politik), kebijakan sosial
ekonomi, dan sebagainya.

3.Iklim, Merupakan keadaan rata-rata dari cuaca disuatu daerah dalam periode tertentu,
keadaan fariasinya dari tahun ketahun dan keadaan ekstremnya. Unsur yang
mengambarkan iklim ada 5, yaitu suhu udara, kelembapan udara, curah hujan, dan
penyinaran matahari. Klasifikasi iklim yang terkenal didunia adalah klasifikasi menurut
Koppen dan Thornthwaite. Menurut Koppen, iklim dibagi didasarkan pada curah hujan
dan suhu tahunan serta bulanan. Sedangkan Thornthwaite membagi iklim berdasrkan
lima daerah kelembapan dengan karakteristik daerah basah dengan vegetasi hujan
penghujan, daerah lembab dengan vegetasi hujan,daerah setengah lembab dengan
begetasi padang rumput, daerah setengah kering dengan vegetasi padang rumput luas
tanpa pohon (stepa), dan daerah kering dengan vegetasi gurun pasir.

4. Laut, adalah keseluruhan masa air yang saling berhubungan, mengelilingi semua sisi
daratan dibumi. Air dilaut merupakan campuran dari 95,5% air murni dan 3.5 % material
lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-
partikel tak terlarut.

5.Lingkungan, adalah segala sesuatu yang di luar organisme. Dengan demikian semua
yang ada disekitar kita adalah lingkungan, baik lingkungan hidup (biotik) maupun tak
hidup (abiotik)

3 Dadang Supardan. Pengantar Ilmu Sosial. (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) halaman 261
6.Benua, adalah suatu daratan luas sehingga bagian tengah daratan yang luas tersebut
tidak mendapat pengaruh angin laut sama sekali.

7.Urbanisasi, Dalam pengertian yang sesungguhnya, urbanisasi berarti persentase


penduduk yang tinggal didaerah perkotaan. Perpindahan dari desa ke kota hanya salah
satu penyebab urbanisasi

8.Peta, adalah pola permukaan bumi yang dilukiskan pada bidang datar. Dengan peta kita
dapat mendeskripsikan bentuk fisik bumi, keadaan sosial, ekonomi, sejarah dan
sebagainya.

9.Kota, adalah tempat adalah tempat di wilayah tertentu yang dihuni oleh cukup banyak
orang dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi.

10.Mortalitas, menjelaskan mengenai rangkuman tingkat kematian kotor rata-rata (CDR)


penduduk, yaitu jumlah kematian per tahun per seribu jiwa.

11.Khatulistiwa, adalah sebuah konsep yang merujuk kepada garis khayal yang
melingkari bola bumi dan membelahnya menjadi dua bagian yang sama besar, masing-
masing 180 derajat.

12.Demografi, merupakan analisis terhadap berbagai variabel kependudukan. Demografi


mencakup perhitungaan dan hasil subtantif dalam riset mengenal angka kematian, angka
kelahiran, migrasi dan jumlah serta komposisi penduduk atau populasi.

13.Tanah, merupakan wilayah permulaan bumi dengan ciri khas mencakup segala sifat
yang sepatutnya stabil atau diperkirakan selalu terulang kembali dari lingkungan hidup
yang lurus.

14.Transmigrasi, adalah upaya mencapai keseimbangan penyebaran penduduk untuk


meningkatkan kesempatan kerja melalui perpindahan penduduk dari daerah padat menuju
daerah jarang.

15.Wilayah, merupakan area dipermukaan bumi yang relatif homogen dan berbeda
dengan sekelilingnya.

E. HUBUNGAN ILMU GEOGRAFI DENGAN ILMU SOSIAL


Geografi memiliki peranan penting, baik sebagai ilmu maupun sebagai alat untuk
memecahkan masalah manusia. Ilmu geografi juga dapat digunakan sebagai alat membantu
membuat keputusan dan kebijakan4. Konsep-konsep yang terdapat dalam geografi juga
bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Sebagai salah satu ilmu sosial, geografi tidak berdiri sendirian, baik untuk
memajukan keilmuan maupun untuk menyelesaikan masalah sosial. Sebagai contoh, untuk
meneliti tentang pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, ahli geografi perlu meminjam
konsep sejarah dan sosiologi guna memahami perkembangan dan kecenderungan sosial
yang terjadi. Geografi juga sangat berdekatan dengan ilmu politik ketika membahas tentang
letak dan konsep lainnya.5

Ilmu-ilmu sosial lain juga sangat membutuhkan geografi sebagai alat bantu maupun
embrio permasalahan yang akan ditekiti. Sebagai contoh dalam ilmu sejarah, pasti
membutuhkan data-data geografis mengenai kemajuan di setiap kerajaan di Indonesia.

Untuk memecahkan masalah-masalah sosial manusia, antara ilmu sosial sering


digunakan bersama-sama. Sebagai contoh, untuk meneyelesaikan masalah bencana alam
seperti tsunami dan gempa bumi. Tidak mungkin masalah ini diselesaikan dari satu bidang
ilmu saja. Semua disiplin ilmu sosial bahkan agama dan ilmu alam maupun humaniora
dibutuhkan untuk membantu permasalahan tersebut.

PENUTUP

Kesimpulan:

Dari makalah yang telah ditulis di atas, dapat diketahui bahwa pada mulanya disiplin
geografi tidak tersusun secara sistematis pada zaman Homeros dan Hesiodos (abad 9-abad 8
SM) kemudian ilmu geografi semakin mengalami perkembangan hingga perkembangan yang

4 Supardi. Dasar-Dasar Ilmu Sosial. (Yogyakarta: Ombak, 2011) halaman 78


5 Ibid
kompleks. Ilmu Geografi merupakan Ilmu yang mengkaji tentang segala fenomena yang ada
di bumi, yang terdiri atas tiga cakupan meliputi: Lingkungan, Tata Ruang, dan Tempat.
Terdapat 3 pendekatan dalam Ilmu Geografi, yaitu Pendekatan Analisis Keruangan ,
Pendekatan Ekologi, Pendekatan Kompleks Wilayah.

Ada pun metode yang digunakan meliputi Metode Deskriptif, Metode Eksperimen
dan Korelasi, Metode ex Post Facto. Beberapa teknik yang digunakan adalah Observasi
Lapangan, Wawancara, Kuesioner atau Angket, Studi Dokumenter, dan Studi Kepustakaan.
Dalam Geografi juga terdapat 15 konsep yang mengakar dalam ilmu tersebut. Ilmu Geografi
merupakan bagian dari Ilmu Sosial, yang hubungannya dapat dilihat bahwa geografi
memiliki peran, baik sebagai ilmu maupun alat untuk memcahkan masalah manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Dadang Supardan. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 2013

Elly M. Setiadi, dkk. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. 2006

Supardi. Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak. 2011


R. Bintarto dan Surastopo Hadisunarno. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES.
1982

Anda mungkin juga menyukai