Anda di halaman 1dari 32

CJR ILMU POLI

TIK
PENGANTAR ILMU POLITIK

KELAS B 2019

d Dosen Pengampu : Drs. Halking, M.Si


Ilham Effendi Yahya 3192111002

3191111003
Youfi Azzikri Kelompok 3

Dwi Chaya Laudra 3191111019


IDENTITAS JURNAL

A. Identitas Jurnal Utama


1. Judul Jurnal : Dinamika Politik Kaum Muda Indonesia:
Dialektika Politik Nasional dan Lokal
2. Pengarang : Syarifuddin Jurdi
3. Tahun terbit : 2012
4. Kota terbit : Yogyakarta
5. Tebal Jurnal : 13 halaman
6. Volume & Nomor : 6 Nomor 2
7. ISSN : 1978-0362
8. Bahasa : Indonesia
IDENTITAS JURNAL

B. Identitas JurnalPembanding Pertama


1. Judul Jurnal : Partisipasi Politik Remaja (Pemilih Pemula) Pada Pemilukada Mojokerto Tahun
2010 Di Desa Sumber Tanggul Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto
2. Pengarang : Neny Agustin IrmaYuningsih
3. Tahun terbit : 2014
4. Kota terbit : Mojokerto
5. Tebal Jurnal : 15 halaman
6. Volume & Nomor : 1 Nomor 2
7. ISSN : 2549-192X
8. Bahasa : Indonesia
IDENTITAS JURNAL

C. Identitas JurnalPembanding Kedua

1. Judul Jurnal : Partisipasi Politik Pemilih Pemula Pada


Pemilihan Walikota Semarang Di Kota Semarang
2. Pengarang : Eta Yuni Lestari
3. Tahun terbit : 2013
4. Kota terbit : Semarang
5. Tebal Jurnal : 10 halaman
6. Volume & Nomor : 29 Nomor 1
7. ISSN : 0853-7208
8. Bahasa : Indonesia
Relevansi dan Kontribusi
Ketentuan tersebut dipertegas dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah yang menyatakan bahwa : “Pendidikan Kewarganegaraan dipandang
sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan haka-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD NRI 1945”. Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa mata pelajaran PKn memiliki tujuan yang
sama dengan Pengantar Ilmu Politik, yaitu untuk membangun karakter bangsa
Indonesia,membentuk kecakapan partisipatif warga yang bermutu dan
bertanggungjawab sebagai bangsa Indonesia. Menurut Kunawi (2011:10)
Pengantar Ilmu Politik bertujuan membentuk kecakapan yang partisipatif warga
yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
menjadikan warga Indonesia yang cerdas, aktif dan kreatif, dan demokratis
namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa, serta
mengembangkan kultur demokrasi yang beradab yaitu kebebasan, persamaan,
toleransi dan tanggung jawab.
Ringkasan Jurnal Utama
PENDAHULUAN
Memotret peran dan partisipasi politik kaum muda dalam pentas perpolitikan
Indonesia sangat penting bagi upaya mencari jalan sebagai upaya memahami
eksistensi politik kaum muda. Kini wacana pemimpin muda mencuat kembali dalam
politik Indonesia, meski sebenarnya eksistensi politik kaum muda semakin
menunjukkan grafik meningkat seiring dengan iklim politik yang semakin
demokratis. Namun demikian, ada sejumlah pertanyaan yang perlu didiskusikan,
bagaimana kiprah politik kaum muda dalam perpolitikan Indonesia? Apakah peran
politik kaum muda sejalan dengan idealisme politik yang mereka perjuangkan?
Apakah aktivisme politik kaum muda sebangun dengan cita-cita politik bangsa yang
merdeka? Bagaimana sebaiknya partisipasi politik kaum muda dimanifestasikan?
Pertanyaan pertama akan dijelaskan dengan menelusuri sejumlah kiprah kaum
muda dalam perpolitikan Indonesia, sementara pertanyaan-pertanyaan berikutnya
akan dijelaskan secara dialektis dengan kondisi sosio politik Indonesia, baik pada
masa otoriter Orde Baru maupun pada era transisi politik pasca Orde Baru.
Ringkasan Jurnal Utama
KAUM MUDA DALAM POLITIK INDONESIA: PERSPEKTIF HISTORIS
Generasi muda pra kemerdekaan telah menghabiskan waktu mereka untuk mengurusi masalah-masalah
yang murni bersifat politik, baik menyangkut kemerdekaan, melawan imperialisme dan gerakan-gerakan sosial
lainnya – seringkali manifestasinya bersifat non-kooperatif terhadap pemerintah Hindia Belanda. Periode pra
kemerdekaan, gerakan kaum muda diorganisir melalui berbagai wadah seperti Perhimpunan Indonesia (PI) pada
tahun 1925. PI memiliki tujuan yaitu;
1)Menyadarkan kaum muda dan mahasiswa agar mereka mengusahakan kemerdekaan Indonesia, karena mereka
yang akan menjadi elite-elite bangsa apabila Indonesia merdeka;
2)Menghilangkan kesan bahwa kemajuan sosial ekonomi rakyat Indonesia bukanlah atas kebaikan pemerintah
kolonial Belanda;
3)Menciptakan suatu ideologi gerakan yang kuat dan bebas dari pembatasan-pembatasan yang bersifat sektarian
(Islam dan komunisme).
Idealisme politik, apalagi ideologi perjuangan telah tercerabut dalam aktivisme politik kaum muda, mereka
yang menjadi elite pada ormas-ormas kepemudaan telah menjelma sebagai agen negara guna melegitimasi kebijakan
pemerintah yang berkuasa. Dengan sangat jelas bahwa etika kaum muda dalam berpolitik telah hilang, tidak lagi
menjiwai patriotisme kaum muda pra dan awal kemerdekaan, mereka dengan mudah menjadi agen-agen negara
dan bekerja di bawah kooptasi rezim berkuasa. Kaum muda sebagai agen perubahan jelas kehilangan maknanya,
demikian pula kaum muda sebagai penerus cita-cita perjuangan telah terperangkap dalam permainan politik yang
tidak bermoral. Pada periode tersebut, kasus korupsi, manipulasi dan praktek politik tidak bermoral lainnya sangat
dominan, bahkan aktor utama negara membiarkannya sebagai kompensasi politik, kondisi itu setidaknya merupakan
hasil dari partisipasi kaum muda.
Ringkasan Jurnal Utama
KAUM MUDA DAN MORALITAS POLITIK BANGSA
Bagaimana kaum muda semestinya berkiprah dalam politik Indonesia? Lalu konsep etika atau moralitas seperti yang semestinya
dimiliki sebagai modal dalam berpolitik? Persoalan etika politik sudah merupakan persoalan universal yang dibicarakan manusia sejak
dahulu hingga dewasa ini. Di Indonesia, beberapa daerah memiliki konsep sendiri mengenai etika atau norma-norma sosial yang
dikaitkan dengan kekuasaan politik. Norma sosial orang Sulawesi barangkali berbeda dengan norma sosial orang Jawa. Kekuasaan dalam
pandangan budaya Jawa sangat tergantung dari keluhuran tingkah laku dan etika sosialnya, Ia harus sepi ing pamrih, artinya tidak boleh
terikat oleh hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan duniawi. Ia harus bersih dari angkara murka supaya dapat menjadi heneng, hening,
hawas, dan heling (diam, jernih, awas, ingat).7 Dalam budaya Bima NTB mislanya, kekuasaan diletakkan kepada urusan publik yang luas
“Sebagai wakil Tuhan untuk melaksanakan tugas kepemimpinan, ia harus kawari mataho, kawara weki, kasabua nggahi ro rawi (kerja
yang baik, ingat diri,bersatunya ucapan dengan perbuatan).8 Begitu juga seterusnya dalam budaya masyarakat Indonesia yang lain.
Sikap skeptis sebagian orang melihat praktek politik yang semakin jauh dari kejujuran dan moralitas dapat dipandang wajar,
termasuk sikap apatis warga dalam sejumlah Pilkada di berbagai daerah, kita lihat misalnya, angka Golput pada Pilkada Jawa Barat 33 %,
Jawa Tengah 44 %, Sumatera Utara 43 %, Pilkada Jawa Timur putaran I 39,2 % dan putaran II 46 %. Angka golput yang tinggi pada
sejumlah Pilkada tersebut menunjukkan tingkat apatis warga terhadap praktek politik yang menyimpang. Mungkin ada benarnya
anggapan selama ini yang mengatakan bahwa permainan politik merupakan permainan yang kotor, karena itu politik pantas dijauhi oleh
mereka yang tidak siap dengan jenis permainannya, karena mereka yang terlibat di dalamnya bergerak dengan caracara yang kurang
pantas.
Dinamika politik yang semakin mengukuhkan praktek yang tidak bermoral tersebut memerlukan adanya energi baru yang positif
untuk merekonstruksi permainan politik agar lebih anggun, santun dan beradab. Kaum muda perlu mengambil prakarsa dalam mengubah
citra politik bangsa, tahun 2009 dapat menjadi momentum kemunculan kaum
muda dalam pentas politik nasional, dengan catatan harus membawa energi baru yang positif bagi perbaikan bangsa. Wacana
kepemimpinan kaum muda yang mencuat beberapa waktu yang lalu dapat menjadi suatu catatan penting bagi kaum muda dalam
merencanakan bentuk keterlibatannya dalam politik. Ingat, politik tidak identik dengan masuk partai, masuk birokrasi, masuk lembaga-
lembaga negara, tetapi politik dapat dilakukan dengan cara-cara yang bersifat edukatif, mendesain program pemberdayaan rakyat dan
Ringkasan Jurnal Utama
ETIKA POLITIK BANGSA DAN PERAN KAUM MUDA
Kaum muda akan menghadapi dua kekuatan besar dalam memainkan peranperan politiknya;
pertama, kekuatan ekonomi yang memanfaatkan transisi politik untuk mempermudah akses bisnis
mereka pada proses pengambilan kebijakan. Kekuatan ekonomi dapat “melunakkan” sejumlah
idealisme kaum muda, bahkan suatu keniscayaan akan terjerumus dalam pragmatisme politik, alih-alih
mau membangun etika dan moral politik, justru yang terjadi sebaliknya. Kedua, kekuatan politik global
yang ikut menentukan arah demokrasi bangsa, pencampuran kekuatan – reformis dan status quo
menjadi kabur, bahkan partai-partai reformis telah disusupi oleh politisi kutu loncat, termasuk politisi
muda.
Peran kaum muda akan lebih klop apabila mampu menjaga keseimbangan dirinya, menjaga
komitmen dirinya, dan menjaga kosistensi dengan menyatunya antara perkataan dan perbuatan (tutur-
kata dan perilaku), mereka menyampaikan apa yang dianggap sebagai sesuatu yang benar dan
bertindak atas dasar kebenaran itu. Pemimpin muda yang visioner adalah pemimpin yang dalam
dirinya terdapat esensi kepemimpinan yang bersifat integratif, artinya pemimpin muda perlu memiliki
kesatuan pandangan mengenai agama, kehidupan sosial, kehidupan politik kenegaraan, ekonomi,
hukum, dan budaya. Pemimpin muda yang unggul dalam soal agama, unggul dalam pemikiran tentang
politik, tata negara, ekonomi, hukum, manajemen dan peradaban atau dapat kita sebut sebagai tipe
pemimpin ideal dengan sendirinya akan membawa implikasi bagi rekonstruksi apa yang selama ini
Ringkasan Jurnal Utama
BAGAIMANA DENGAN ETIKA POLITIK LOKAL DI BERBAGAI DAERAH?
Praktek politik di sejumlah daerah masih bersifat “tradisional dan patronase”,
kebenaran simbolik yang diucapkan oleh elite berkuasa seringkali menjadi rujukan.
Disinilah kita harus mengkritisi makna kepemimpinan dalam masyarakat lokal. Pemimpin
yang benar adalah pemimpin yang tingkah lakunya tidak menyimpang dari “poros”
kebenaran yang berlaku umum di masyarakat (baca: agama dan budaya), pemimpin yang
menjunjung tinggi moralitas (akhlak), pemimpin yang senantiasa berbuat adil, pemimpin
yang menyejukkan dan pemimpin yang membahagiakan mereka yang dipimpin. Suatu
komunitas menjadi “sakit” selalu saja relevan dengan konteks kepemimpinan, bahwa
mereka menjadi “sakit” bukan karena mereka tidak berbuat sesuatu agar “penyakitnya”
sembuh, tapi sakitnya suatu masyarakat lebih disebabkan oleh faktor kepemimpinan. Sikap
apatis dan gerakan perlawanan secara laten seringkali menjadi pilihan sebagian orang
untuk memprotes model kepemimpinan yang tidak aspiratif, tidak peka terhadap fenomena
sosial rakyatnya dan mengingkari janji-janji politiknya.
Ringkasan Jurnal Pembanding Pertama
PENDAHULUAN
Demokrasi yang ditunjukkan oleh pemerintahan Indonesia dalam bentuk
pembelajaran yang ada disekolah, pemerintahan Indonesia juga telah menyusun aturan-
aturan yang mendukung jalan demokrasi dibuktikan dengan adanya UU No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah ditujukan untuk mengatur bentuk pemerintahan
daerah yang sesuai dengan otonomi daerah salah satu amanat tentang pelaksanaan
pemilihan kepala daerah secara langsung. Konsekuensi dari adanya Pemilukada maka
rakyat memiliki peran yang nyata dalam rangka ikut menentukan nasib daerahnya
dengan perluasan partisipasi politik yang bersifat progresif melalui Pemilukada.
Ringkasan Jurnal Pembanding Pertama
Data Hasil Penelitian Tentang Tingkat Partisipasi Politik Remaja (Pemilih Pemula) Pada Pemilukada
Mojokerto Tahun 2010 Di Desa Sumber Tanggul
  Jawaban
Ya Tidak
Indikator Jumlah Prosent Jumlah Prosentase
ase

Ikut serta pada        


saat dilakukan
82 82% 18 18%
pencoblosan

Tabel diatas merupakan distribusi jawaban yang diperoleh dari responden dengan item pertanyaan
dalam bentuk angket dengan tujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi politik remaja (pemilih
pemula) di desa Sumber Tanggul pada pemilukada Mojokerto tahun 2010 melalui item ikut serta
secara langsung pada saat diselenggarakannya pemilukada.
Ringkasan Jurnal Pembanding Pertama
Faktor yang mendasari partisipasi politik remaja (pemilih pemula) pada pemilukada
Mojokerto tahun 2010 di desa Sumber Tanggul
  Jawaban
Indikator Jumlah Prosentase

Berpartisipasi dalam    
pemilukada tahun 2010 merupakan suatu kewajiban 66 80,48%
Suara remaja memiliki peranan penting dalam    
pemilukada tahun 2010 58 70,74%
Suara remaja dapat    
mengkritik dan mengubah kebijakan pemerintah 18 21,95%

Tabel diatas merupakan distribusi jawaban yang diperoleh dari responden atas sejumlah item pertanyaan yang
telah diberikan dalam bentuk angket dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi partisipasi
politik remaja (pemilih pemula) pada pemilukada Mojokerto tahun 2010 di desa Sumber Tanggul melalui faktor
karateristik pribadi. Responden yang dipilih untuk menjawab item pernyataan angket ini adalah remaja desa
Sumber tanggul dengan usia 17-21 tahun yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian berjumlah 82 orang
yang tersebar dalam 5 dusun yang berbeda tetapi tetap dalam satu desa. Dalam tabel tersebut diperoleh rata-
rata prosentase sebesar 66,09% menjawab ya. Artinya tanggapan pribadi dalam pemilukada dapat
dikategorikan kedalam pemilih rasional.
Ringkasan Jurnal Pembanding Pertama
Ketertarikan mengikuti informasi pemilukada

  Jawaban
Indikator Jumlah Prosentase

Mengikuti informasi    
tentang
diselenggarankannya 75 91,46%
pemilukada tahun 2010

Memahami tujuan 69 84,14%


dipublikasikannya

Tabel diatas merupakan distribusi jawaban yang diperoleh dari responden atas sejumlah item
pertanyaan yang telah diberikan dalam bentuk angket dengan tujuan untuk mengetahui faktor
yang mempengaruhi partisipasi politik remaja (pemilih pemula) pada pemilukada Mojokerto
tahun 2010 di desa Sumber Tanggul melalui faktor keadaan politik. Responden yang dipilih
untuk menjawab item pernyataan angket ini adalah remaja desa Sumber tanggul dengan usia 17-
21 tahun yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian berjumlah 82 orang yang tersebar
dalam 5 dusun yang berbeda tetapi tetap dalam satu desa. Dalam tabel tersebut diperoleh rata-
rata prosentase sebesar 59,02% menjawab ya. Artinya ketertarikan mengikuti informasi
pemilukada dapat dikategorikan kedalam pemilih pragmatis.
Ringkasan Jurnal Pembanding Pertama
Karakteristik sosial seseorang
  Jawaban
Indikator Ya
Jumlah Prosentase

Mengikuti kampaye-kampaye politik untuk kepentingan    


pribadi seperti mendapatkan
39 47,57%
uang, jabatan, dan lain-lain
Pernah mendapatkan sesuatu dari calon Bupati seperti kaos    
bergambar, kalender, aksesoris, dan lain-lain dari tim sukses    
pemilukada tahun    
69 84,14%
2010
Pembagian sesuatu dari calon Bupati seperti kaos bergambar,    
kalender, aksesoris, dan lain-lain tersebut dapat mendorong    
Anda untuk berpartisipasi    
dalam pemilukada tahun 2010 57 69,51%
Memilih pasangan calon    
Bupati hanya karena uang yang diberikan 62 75,60%
Rata-rata 56,75 69,20%
Tabel diatas merupakan distribusi jawaban yang diperoleh dari responden atas sejumlah item pertanyaan yang telah
diberikan dalam bentuk angket dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi partisipasi politik remaja
(pemilih pemula) pada pemilukada Mojokerto tahun 2010 di desa Sumber Tanggul melalui faktor karateristik sosial
seseorang. Responden yang dipilih untuk menjawab item pernyataan angket ini adalah remaja desa Sumber tanggul
dengan usia 17-21 tahun yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian berjumlah 82 orang yang tersebar dalam 5
dusun yang berbeda tetapi tetap dalam satu desa. Dalam tabel tersebut diperoleh rata-rata prosentase sebesar 69,20%
menjawab ya. Artinya karakteristik sosial seseorang dapat dikategorikan kedalam pemilih pragmatis.
Ringkasan Jurnal Pembanding Pertama
Tingkat partisipasi politik remaja (pemilih pemula) di desa Sumber Tanggul pada
pemilukada Mojokerto tahun 2010
Berdasarkan indikator kampanye politik menunjukkan bahwa tingkat partisipasi politik
remaja (pemilih pemula) desa Sumber Tanggul pada pemilukada Mojokerto 2010 adalah
rendah. Remaja merasa bahwa kampanye yang dilakukan oleh para calon bupati hanya
memberika janji belaka pada masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase sebesar
36,93% mengikuti kampanye. Namun, dalam indikator ini masih ada sekitar 63,07%
remaja yang tidak ikut secara langsung dalam kampanye tersebut karena menurut
mereka kampanye hanya untuk mencari simpati masyarakat saja bukan untuk
memberikan perubahan yang layak bagi Mojokerto.
Berdasarkan indikator ikut serta dalam pemilukada tingkat partisipasi politik remaja
(pemilih pemula) desa Sumber Tanggul pada pemilukada Mojokerto 2010 ini adalah
cukup tinggi. Para remaja menyadari bahwa dengan memberikan suara/mencontreng
dapat mengubah demokrasi yang ada Indonesia menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 82% mencoblos secara langsung. Namun, dalam indikator ini
masih ada sekitar 18% remaja yang golput. .
Ringkasan Jurnal Pembanding Pertama
Faktor yang mempengaruhi partisipasi politik remaja (pemilih pemula) di desa
Sumber Tanggul pada pemilukada Mojokerto 2010
Berdasarkan hasil penelitian angket dan wawancara sebagai data pendukung di
peroleh bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi politik remaja (pemilih pemula) di
desa Sumber Tanggul pada pemilukada Mojokerto 2010 sebesar 69,20% terdapat pada
faktor karateristik sosial seseorang yang termasuk dalam kategori pemilih pragmatis.
Ringkasan Jurnal Pembanding Kedua
PENDAHULUAN
Berbicara tentang demokrasi tentunya tidak bisa lepas dari politik, karena untuk
mewujudkan negara yang demokratis, sebuah kegiatan politik sangat diperlukan. Seperti
yang kita ketahui perjalanan demokrasi politik di Indonesia mengalami beberapa kali
perubahan sejak masa pasca-kemerdekaan hingga sekarang, yaitu mengenai
pemerintahanan parlementer (presentative democracy), pemerintahan demokrasi
terpimpin (guided democracy), dan pemerintahan orde Baru (Pancasila Democracy)
(Gaffar, 2006:10). Perubahan sistem pemerintahan ini memiliki tujuan untuk membangun
demokrasi yang benar- benar ideal dan pas untuk diterapkan di Indonesia. Maka
diharapkan konsekuensi logis dari perubahan sistem pemerintahan di Indonesia tentunya
membawa perubahan sistem politik di Indonesia, yang tentunya membawa dampak
bagi jalannya pemerintahan.
Ringkasan Jurnal Pembanding Kedua
Partisipasi Pemilih Pemula dalam Menggunakan Hak Pilih
Kesiapan pemilih pemula dalam menggunakan hak pilih pada pemilihan walikota
Semarang diungkap dengan pertanyaan tentang pengetahuan responden tentang
pelaksanaan pemilihan wali kota Semarang. Sebagaian besar responden mengetahui bahwa
Kota Semarang akan menyelenggarakan pemilihan Wali Kota Semarang. Pemahaman
responden yang merupakan pemilih pemula tentang pelaksanaan Pemilihan walikota
Semarang ternyata masih ada yang tidak tahu pasti tanggal penyelenggaraan pemilihan wali
kota Semarang. Pelaksanaaan pemilihan wali kota Semarang merupakan implementasi
pertama pilkada serentak, yang masih banyak menuai perdebatan terkait kesiapan Negara
dalam melaksanakan pilkada serentak, baik mengenaik teknis pelaksanaan, konflik
pemilihan umum, sengketa hasil pemilihan umum, dan upaya penyelesaian sengketa hasil
pemilihan umum pemilihan walikota.
Ringkasan Jurnal Pembanding Kedua
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pemilih pemula dalam pemilihan wali
kota kota Semarang
Keputusan untuk menggunakan hak pilih dan menentukan pilihan tentunya dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu. Hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih
dalam memilih calon walikota semarang adalah sebagai berikut:
a. Kejelasan dan aktualisasi calon terhadap Visi dan misi ketika terpilih
b. Latar belakang calon (tingkat pendidikan, agama)
c. Factor sosial atau kedekatan calon dengan masyarakat
d. Kinerja calon baik pada saat menjadi walikota sebelumnya (bagi calon incumbent), dan
kinerja pada pekerjaannya
e. Track record calon
f. Faktor karakter (jujur, amanah, merakyat, dan tidak pernah terkena kasus hukum).
Kaum muda memiliki kontribusi tinggi dalam
perkembangan situasi politik nasional bangsa,
termasuk di Indonesia. Para pendiri bangsa kita,
ketika mereka mengumumkan kemerdekaan,
mereka masih muda. Mereka adalah orang luar
biasa yang memiliki integritas pada negara kita
untuk kebebasan Indonesia. Kontribusi kaum muda
Latar Belaka dalam situasi ekonomi dan politik dan tindakan
mereka dalam globalisasi. Tindakan yang dominan

ng Masalah y
adalah menjadikan pemberdayaan di masyarakat
sebagai aksi politik. Ini berarti bahwa tindakan
politik tidak ditafsirkan sebagai pragmatis, tetapi

ang Dikaji juga memiliki banyak keuntungan bagi masyarakat.


Mereka melakukan segalanya untuk
menghindari tindakan politik pragmatis untuk
menegakkan etika moral politik. Mereka akan
melakukan aksi politik tinggi, penyeimbang diri,
visioner dan religius.
• Bagaimana tingkat partisipasi
pemilih pemula?
• Apa karakteristik orang yang dipilih
oleh pemilih pemula?
• Bagaimana cara memberikan
Permasalahan y pendidikan kepada pemilih pemula?

ang Dikaji
Pengertian Kontribusi
Secara teoritis. Masyarakat awam
mengartikan kontribusi sebagai sumbangsih
atau peran, atau keikutsertaan seseorang
dalam suatu kegiatan tertentu. Ada banyak
definisi kontribusi dari berbagai ahli. Mereka
mengartikan kontribusi menurut sudut
pandangnya masing-masing. Mungkin
Kajian Teori sebagian dari anda pernah mendengar
penggalan kalimat seperti ini dalam
melakukan pembangunan di daerah
masyarakat harus ikut berkontirbusi dalam
pembangunan desa, kata kontribusi disini
diartikan sebagai adanya ikut campur
masyarakat baik dalam bentuk tenaga, fikiran
dan kepedulian terhadap suatu program atau
kegiatan yang dilakukan pihak tertentu.
Tingkat Pertisipasi Pemula
Suatu kategori kelompok pemilih yang sangat
menarik untuk diamati dan diteliti lebih jauh adalah
pemilih pemula. Pemilih Pemula adalah pemilih-
pemilih yang baru pertama kali akan memberikan
suaranya dalam Pemilu. Tujuan penulisan ini adalah
untuk mengetahui bentuk-bentuk partisipasi politik
pemilih pemula dalam pemilu, faktor-faktor

Kajian Teori
pendukung partisipasi politik pemilih pemula dalam
pemilu serta faktor-faktor penghambat partisipasi
politik pemilih pemula dalam pemilu. Metode
penulisan yang digunakan dalam paper jurnal ini
adalah studi kepustakaan dengan didukung oleh
hasil penelitian yang relevan. Diharapkan Pemilih
pemula lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan-
kegiatan politik dengan cara membagi waktu antara
belajar dan mengikuti kegiatan politik.
Karakteristik yang Dipilih Pemilih Pemula

Ditahun 2010 ditunjukkan sebesar 69,20%


memilih berdasarkan uang yang diberikan.
Sedangkan 30,80% memilih tidak menerima
uang dari tim sukses karena yakin pada
pilihannya. Artinya, pemilih pemula termasuk
pemilih yang pragmatis karena hanya demi

Kajian Teori uang mereka memilih calon Pemimpin


teresebut.
Namun semakin kedepan pemikiran kaum
muda semakin maju, kini kaum-kaum muda
lebih banyak memilih pemimpin yang berjiwa
muda, seru, kreatif, dan kharismatik.
Pendidikan Kepada Pemilih Pemula

Guna meningkatkan pengetahuan tentang


Pemilu, sekolah diharapkan mampu
berperan dalam proses edukasi dan
sosialiasi. Salah satu cara dapat ditempuh
sekolah adalah melakukan kerjasama
lembaga yang terlibat langsung dalam
Kajian Teori proses pemilu. Lembaga tersebut bisa
berupa penyelenggara pemilu yakni
Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau
media massa sebagai sumber informasi.
Penelitian dirancang dengan metode
deskriptif kualitatif untuk
mengumpulkan data dan fakta
penelitian tentang partisipasi
Metode Peneliti
politik pemilih pemula.

an  
Tingkat partisipasi politik remaja (pemilih pemula) desa
Sumber Tanggul pada pemilukada Mojokerto 2010 dilihat dari
item keikutsertaan remaja dalam mencoblos/memberikan
suara secara langsung tergolong baik/tinggi sebesar 82%.
Namun masih terdapat remaja yang golput sebesar 18%.
Dalam hal ini tingkat partisipasi politik aktif, sebab dilihat dari
jumlah responden hanya 18% remaja yang golput. Remaja
desa Sumber Tanggul memberikan suara secara langsung
merupakan sebuah kewajiban sebagai warganegara Indonesia
yang baik.
Analisis Critical J
Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi politik remaja
(pemilih pemula) desa Sumber Tanggul tahun 2010 adalah

urnal Review faktor karakteristik seseorang. Hal ini ditunjukkan sebesar


69,20% memilih bahwa untuk menentukan bupati dilihat dari
seberapa banyak tim sukses memberikan uang. Selain itu,
fasilitas yang ada di desa juga diperbaiki sebagaimana
mestinya. Sedangkan 30,80% memilih tidak menerima uang
dari tim sukses karena yakin pada pilihannya. Dapat diartikan
bahwa sebagian besar remaja desa Sumber Tanggul mau milih
bupati tersebut karena adanya uang atau barang-barang yang
telah diberikan. Selain itu, fasilitas yang ada di desa juga
diperbaiki sebagaimana mestinya.
Kesiapan pemilih pemula dalam menentukan pilihan
dalam pemilihan walikota Semarang dapat
disimpulkan, belum memiliki kesiapan yang
maksimal, hal ini dibuktikan dengan hanya sebagian
pemilih yang melakukan persiapan untuk
menentukan pilihan dengan mencari tahu visi misi,
program yang ditawarkan oleh calon walikota
Semarang, dan masih ada pemilih yang tidak
melakukan persiapan sama sekali dalam menentukan
Analisis Critical J
pilihan pada pemilihan walikota Semarang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih dalam
urnal Review menentukan pilihan calon walikota Semarang adalah
kejelasan dan aktualisasi calon terhadap Visi dan misi
ketika terpilih, Latar belakang calon (tingkat
pendidikan, agama), faktor sosial atau kedekatan
calon dengan masyarakat , Kinerja calon baik pada
saat menjadi walikota sebelumnya (bagi calon
incumbent), dan kinerja pada pekerjaannya, Track
record calon, faktor karakter (jujur, amanah,
merakyat, dan tidak pernah terkena kasus hukum).
Pemimpin masyarakat di daerah, pemimpin yang melekat dalam diri elite
berkuasa harus memiliki sejumlah nilainilai kejujuran, berakhlak mulia
dan lebih dari itu – dalam diri seorang pemimpin ada konsistensi antara
apa yang dituturkan dengan tingkah laku sosialnya. Sementara mereka
yang menduduki posisi jabatan – baik dalam pemerintahan ataupun
dalam struktur birokrasi lainnya, boleh jadi meneladani makna
kepemimpinan diatas, tetapi dalam banyak kasus, para pemimpin
temporal yang menduduki jabatan politik dan pemerintahan, hanya
berhenti pada masa jabatannya. Penghargaan dan penghormatan rakyat
dan bawahannya terjadi pada waktu mereka memegang posisi
jabatannya. Tidak sedikit dari mereka yang menduduki jabatan politik
harus berakhir dengan dramatis dalam posisi kekuasaannya. Mereka
Kesimpulan tidak seperti Ahmad Dahlan, Hasyim Asy’ari, Agus Salim, Tjokroaminoto,
Soekarno, Hatta, Natsir, Buya Hamka, dan sebagainya, baik mereka masih
hidup maupun sudah meninggal, spirit moral perjuangannya masih
diingat dan diteladani oleh para pengikutnya. Dinamika politik dan
kepemimpinan dalam masyarakat masih mewariskan tradisi masyarakat
feodal, masyarakat tidak dibimbing untuk menuju pada kemajuan, tetapi
dibodohi, bahkan ditipu oleh mereka yang berkuasa ataupun mereka
yang hendak merebut kekuasaan, masyarakat hanya menjadi sarana
mobilisasi kepentingan elite-elite berkuasa, setelah berkuasa, rakyat
dicampakkan, janji-janji politik diabaikan. Ini merupakan praktek politik
yang anomali dalam sistem politik yang sudah semakin demokratis.
Kedua jurnal ini pada dasarnya sangat baik sebagai panduan
memahami materi sosiologi dan antropologi ,tetapi ada baiknya
ketiga jurnal ini lebih diperbanyak dibagian aspek pendukung nya
seperti tabel,diagram,dan masih banyak lagi sebagai panduan untuk
memahami dan mengaplikasikan setiap teori yang ada didalam
kedua jurnal ini dan juga untuk mencantumkan identitas-identitas
jurnal kedalam jurnal bentuk fisik jurnal tersebut.
Kita memerlukan pemimpin sejati yang menjadi panutan umat,
pemimpin yang ucapannya didengar oleh umat dan mereka taat

Saran
dalam mengikuti ajakan sang pemimpin. Semoga mereka yang
sedang menuju pada “kursi” sebagai pemimpin dapat mengambil
pelajaran dari kasus-kasus yang pernah terjadi. Semoga mereka
yang belum mampu mengendalikan syahwat kekuasaannya dapat
segera insaf untuk berbalik haluan menjadi orang-orang yang
tunduk dan taat kepada ajaran agama, nilai-nilai budaya dan bakat
kepemimpinan yang dimiliki segera dioptimalkan untuk
kepentingan umat, bangsa dan negara yang tidak bermakna sempit,
tidak disekat oleh kelompok dan sekat-sekat sektarian.

Anda mungkin juga menyukai